KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, July 30, 2013

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 30 JULI 2013

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 30 JULI 2013

Tema: HAL BERDOA
          (Seri 52)

Subtema: KUASA SALIB MENUJU KEMULIAAN

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita boleh berada dalam rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan, dan sejenak kita akan sujud menyembah, namun terlebih dahulu kita mendengar firman Tuhan, dari Matius 6: 5-13, sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, namun kita hanya membaca ayat 13 saja.
Matius 6: 13
(6:13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)

Bagian dari ayat 13 ini, secara khusus kita perhatikan, dikatakan bahwa: “Engkaulah yang empunya ... kuasa”, Yesus Kristus-lah yang empunya kuasa, kekal sampai selama-lamanya.

1 Petrus 5: 11
(5:11) Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya” = Yesus Kristus-lah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya, dan hal ini harus aminkan.

Berkaitan dengan KUASA YESUS KRISTUS, kita membaca ayat 10 ...
1 Petrus 5: 10
(5:10) Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.

Allah memanggil kita untuk hidup di dalam Kristus, selanjutnya menuju kepada kemuliaan.
Kemudian, dalam panggilan-Nya, Allah melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan saya dan saudara, namun terlebih dahulu RELA MENANGGUNG PENDERITAAN seketika lamanya.
Allah melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan = MENERIMA KUASA.
Jadi jelas sekali bahwa kuasa yang kita terima itu, terlebih dahulu mengalami penyaliban atas daging = rela menderita seketika lamanya.

Wahyu 5: 11-12
(5:11) Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa,
(5:12) katanya dengan suara nyaring: "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!"

Anak Domba yang disembelih itu layak menerima kuasa.
Berbicara disembelih, berarti berbicara pengorbanan. Yesus telah berkorban di atas kayu salib menjadi korban sembelihan, Ia rela menanggung penderitaan, mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib karena dosa manusia, sehingga dengan demikian Ia layak menerima kuasa, sesuai dengan pernyataan dari para malaikat, tua-tua dan makhluk-makhluk yang ada di sekeliling takhta itu.
Berarti; KUASA itu TERLETAK pada SALIB KRISTUS, sesuai dengan 1 Korintus 1: 24 “tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Kemudian, kalau kita perhatikan; pada saat Yesus menerima kuasa lewat penderitaan-Nya, diikuti dengan KEKAYAAN, HIKMAT, KEKUATAN, dan HORMAT, dan KEMULIAAN, dan PUJI-PUJIAN, berarti dibalik salib ada kemuliaan.

Prakteknya.
2 Korintus 12: 6-7
(12:6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.
(12:7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

Atas seijin Tuhan, maka Rasul Paulus menerima duri dalam daging, di mana seorang utusan Iblis menggocoh Rasul Paulus = rela menanggung penderitaan, supaya Rasul Paulus tidak bermegah atas pemakaian Tuhan terhadap dirinya, juga supaya Rasul Paulus tidak meninggikan dirinya karena penyataan-penyataan yang luar biasa.
Berarti, segala sesuatu yang menggocoh, segala sesuatu yang membuat diri kita menderita, anggap saja itu merupakan duri dalam daging, supaya kita tidak bermegah, tidak meninggikan diri, terlebih dalam hal pemakaian Tuhan.

Oleh sebab itu, lebih jauh kita perhatikan ayat 8-9 ...
2 Korintus 12: 8-9
(12:8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
(12:9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Kalau kita perhatikan di sini, bahwa; DURI DALAM DAGING itu merupakan KASIH KARUNIA bagi Rasul Paulus.
Itu sebabnya, Rasul Paulus tidak bermegah sekalipun ia dipakai Tuhan, ia tidak tinggi hati sekalipun penyataan-penyataan yang luar biasa ia terima, sebaliknya Rasul Paulus bermegah dalam kelemahannya, supaya saat ia lemah, kuasa Kristus turun menaunginya.

Saudaraku, hal seperti ini banyak dialami oleh hamba-hamba Tuhan, supaya hamba Tuhan tidak lagi mengandalkan kekuatannya, tidak menganggap diri hebat, tetapi benar-benar supaya kuasa Tuhan nyata atasnya.
SEDIKIT KESAKSIAN;
Sejak saya sakit pada tahun 2005, di situlah mulai keangkuhan-keangkuhan saya runtuh, segala kelebihan-kelebihan yang berasal dari diri sendiri habis perlahan-lahan, sehingga di tengah-tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan, terlihat kuasa Tuhan, bukan lagi karena fasih lidah, bukan lagi karena gagah hebat dan kuat saya, tetapi benar-benar oleh karena kuasa Tuhan, baik dalam hal jasmani terlebih dalam hal rohani di tengah-tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan, sehingga dengan demikian terlihatlah kuasa Tuhan.
Kemudian, saya tambahkan sedikit lagi; ketika saya sakit berbulan-bulan lamanya, seorang hamba Tuhan berkata kepada saya, bahwa saya sedang menerima duri dalam daging. Awalnya, saya tidak mau menerima pernyataan hamba Tuhan ini, karena saya tidak mau sakit dan tidak mau menderita, tetapi setelah saya alami bertahun-tahun, benar, justru lewat sakit yang saya derita ini, saya dapat merasakan kasih karunia Tuhan, dan dibalik salib yang saya terima ini, ada kemuliaan Tuhan dinyatakan.
Tidak jauh-jauh, saya memberi contoh; kalau akhirnya di kota Cilegon ada tempat ibadah dan tempat itu bisa bertahan sampai sekarang, itu karena kasih karunia, yang berawal karena sakit yang saya derita, Tuhan memberikan tempat itu, lalu saya memulai ibadah di situ dengan satu orang jiwa. Seandainya saya tidak mengalami sakit, maka tempat itu tidak ada sampai saat ini.

Jadi saudaraku, jelas sekali kita perhatikan di sini; kuasa itu nyata lewat salib Kristus.

2 Korintus 12: 9-10
(12:9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
(12:10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Di sini kita perhatikan, bahwa Rasul Paulus lebih suka bermegah atas kelemahan, supaya kuasa Kristus turun menaungi dia, Rasul Paulus rela menanggung penderitaan, antara lain; siksaan, kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus.
Itu sebabnya selanjutnya ia berkata: “jika aku lemah, maka aku kuat” oleh karena kuasa Tuhan.

Ketika kita lemah, justru di situ kita kuat, tetapi sebaliknya ketika kita merasa bisa, di situ kita lemah. Itu sebabnya Rasul Paulus tidak bermegah, tidak tinggi hati atas pemakaian Tuhan, atas pernyataan-pernyataan Tuhan baginya.

2 Korintus 13: 3
(13:3) Karena kamu ingin suatu bukti, bahwa Kristus berkata-kata dengan perantaraan aku, dan Ia tidak lemah terhadap kamu, melainkan berkuasa di tengah-tengah kamu.
(13:4) Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan, namun Ia hidup karena kuasa Allah. Memang kami adalah lemah di dalam Dia, tetapi kami akan hidup bersama-sama dengan Dia untuk kamu karena kuasa Allah.

Kristus berkuasa di antara kita karena Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan (yaitu dosa manusia) = Kristus hidup karena kuasa  Allah.

Sekarang kita perhatikan ...
Tindakan kita untuk mengetahui apakah kuasa Allah itu menaungi kita sekaliannya.
2 Korintus 13: 5
(13:5) Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.

Oleh sebab itu, perlu mengambil suatu tindakan:
-      Yang pertama: MENGUJI DIRI SENDIRI.
Artinya; apakah kita tetap tegak di dalam iman.
-      Yang kedua: MENYELIDIKI DIRI SENDIRI.
Artinya; apakah Kristus Yesus ada di dalam diri kita, berkuasa, bertakhta di dalam diri kita.

Kalau tidak ada dua tindakan tersebut dalam diri saya dan saudara, maka kita tidak tahan uji = tidak ada kekuatan.

Efesus 1: 17-18
(1:17) dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.
(1:18) Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus,

Kita perlu meminta Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar, supaya menjadikan mata hati kita menjadi terang, sehingga dengan demikian kita dapat mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya.

Efesus 1: 19
(1:19) dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya,

Dengan jelas di sini dikatakan; “ ... betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya
Orang yang percaya adalah orang yang mengadakan dua tindakan, yaitu menguji diri sendiri dan menyelidiki diri sendiri.

Wahyu 5: 13
(5:13) Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!"

Semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!
Saudaraku, di sini tidak lagi disebut Anak Domba Allah yang tersembelih, melainkan bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, berarti Dia (Anak Domba itu) tampil menjadi Raja.
Oleh sebab itu, seruan itu tidak lagi diawali dengan kata-kata kuasa, melainkan diawali dengan PUJI-PUJIAN dan HORMAT dan KEMULIAAN, dan diakhiri dengan kata KUASA sampai selama-lamanya.

Bandingkan dengan ayat 12 ...
Wahyu 5: 12
(5:12) katanya dengan suara nyaring: "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!"

Di sini, sebutannya adalah ANAK DOMBA YANG DISEMBELIH, kemudian lewat penyembelihan itulah Dia menerima kuasa, yang diikuti dengan kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan dan puji-pujian.
Sedangkan dalam ayat 13 diawali dengan puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan diakhiri kuasa sampai selama-lamanya.

Saudaraku, untuk memiliki kuasa, diawali dengan menanggung penderitaan = sengsara salib, sama seperti Yesus yang disebut Anak Domba Allah yang tersembelih, Dia menerima kuasa, selanjutnya Ia tampil sebagai Raja, duduk di atas takhta yang senantiasa menerima puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.

Jalan keluarnya.
Yohanes 1: 29
(1:29) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.

Pertama-tama kita MEMANDANG ANAK DOMBA ALLAH yang menghapus dosa dunia lewat pengorbanan-Nya di atas kayu salib = memandang Anak Domba Allah yang disembelih, artinya; rela menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung (aniaya karena firman / sengsara salib).

Yohanes 1: 35-36
(1:35) Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya.
(1:36) Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!"

Untuk yang kedua kalinya, Yohanes berkata kepada murid-muridnya: “Lihatlah Anak domba Allah!”, berarti Yesus tampil menjadi Raja.
Jadi, biarlah pandangan kita, pertama-tama dimulai dari Anak Domba Allah yang disembelih, untuk menerima kuasa. Selanjutnya, untuk yang kedua kali, memandang Dia sebagai Anak Domba Allah = memandang Dia sebagai Raja.

Wahyu 19: 6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.

Pada akhirnya, Anak Domba Allah tampil menjadi Raja, dan Dialah Mempelai Pria Sorga.
Mereka semua yang berada di dalam himpunan yang besar bersukacita karena hari perkawinan Anak Domba, sesuai dengan Wahyu 7: 9 “Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.

Namun, terlebih dahulu mereka memandang Dia sebagai Anak Domba yang disembelih, sesuai dengan Wahyu 7: 14 “... Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
Selanjutnya memandang Dia sebagai Anak domba Allah, Dialah yang duduk di atas takhta, Dia tampil sebagai Raja, dan Dialah Mempelai Pria Sorga. Biarlah kita menjadi salah satu dari mereka semua yang dihimpunkan dari empat penjuru bumi, dan kita merasakan sukacita mempelai, sukacita kita menjadi penuh.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

Friday, July 26, 2013

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 26 JULI 2013

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 26 JULI 2013

“DARI KITAB MALEAKHI”

Subtema: IMAM-IMAM MENYIMPANG DARI JALAN TUHAN

Shalom!
Selamat malam, selamat berbakti kepada Tuhan.
Atas kemurahan Tuhan, malam hari ini kita mengikuti Ibadah Pendalaman Alkitab, biarlah Tuhan menyatakan kasih-Nya, berarti Tuhan membukakan rahasia firman-Nya.

Saudaraku, dalam pelayanan, tidak ada yang tidak bisa berubah, hati sekeras apa pun bisa diubahkan, kalau ia mau berubah.
Biarlah kiranya kita semua lebih sungguh-sungguh lagi menyerahkan diri di hadapan Tuhan, sehingga kita tidak lagi mengalami kerugian-kerugian, sebab telah banyak yang kita korbankan, baik waktu, tenaga, pikiran, dan lain sebagainya, tetapi kalau kondisi rohani kita berjalan di tempat, itu merugikan diri sendiri bahkan juga bisa merugikan orang-orang yang di sekitar kita.
Mungkin di hari-hari ini kita diperhadapkan dengan banyak perkara / banyak masalah, tetapi bersama dengan Tuhan, pasti kita menang, sebab Dia adalah Pembela yang berdiri di sebelah kanan kita.

Segera kita memperhatikan kitab Maleakhi, sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab, dan kita kembali memperhatikan Maleakhi 2.
Maleakhi 2: 8
(2:8) Tetapi kamu ini menyimpang dari jalan; kamu membuat banyak orang tergelincir dengan pengajaranmu; kamu merusakkan perjanjian dengan Lewi, firman TUHAN semesta alam.

Ayat 8 ini, ditujukan kepada para imam yang melayani di Tabernakel, di mana mereka MENYIMPANG DARI JALAN.
Sedangkan kalau kita perhatikan pada ayat 7, dikatakan dengan jelas, bahwa: “bibir seorang imam memelihara pengetahuan”, sebab pengajaran yang benar terdapat di dalam mulut seorang imam, yang disebut juga utusan Tuhan.

Kembali saya katakan; imam-imam yang melayani di Tabernakel menyimpang dari jalan, berarti; tidak mengikuti jejak Kristus.

Mazmur 58: 3-4
(58:3) Malah sesuai dengan niatmu kamu melakukan kejahatan, tanganmu, menjalankan kekerasan di bumi.
(58:4) Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat.

Di sini dikatakan: “sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang”, kemudian bersama dengan itu: “sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat
Menyimpang = jalan yang sesat.

Kalau kita perhatikan di sini, kejahatan dari orang-orang fasik;
-      Melakukan kejahatan sesuai dengan niat mereka = tidak ada niat yang baik.
-      Tangan mereka menjalankan kekerasan di bumi.
Kalau seandainya tangan mereka digunakan untuk melayani, pastilah tangan mereka tidak menjalankan kekerasan.
Oleh sebab itu, biarlah kita menggunakan dua tangan kita ini untuk pekerjaan Tuhan.

Mazmur 58: 5-6
(58:5) Bisa mereka serupa bisa ular, mereka seperti ular tedung tuli yang menutup telinganya,
(58:6) yang tidak mendengarkan suara tukang-tukang serapah atau suara pembaca mantera yang pandai.

Mereka itu digambarkan seperti ular yang berbisa.
Ular yang paling berbisa / ular yang paling mematikan adalah ular tedung, disebut juga ular beludak (dalam ejaan lama) yang tuli = menutup telinganya, sehingga tidak mendengarkan perkataan-perkataan Allah = tidak dengar-dengaran.
Perkataan-perkataan yang keluar dari mulut Allah adalah firman Allah, sedangkan firman Allah itu berkuasa menjadikan yang tidak ada menjadi ada dan menghidupkan orang-orang yang mati.
Memang, kalau kita perhatikan, ular adalah salah satu binatang yang tidak mempunyai telinga.

Kalau kita simpulkan; orang yang menyimpang dari jalan kebenaran seperti orang-orang fasik adalah orang-orang yang tidak mau bertobat, orang-orang yang tidak mau kembali ke jalan Tuhan, sebab kalau telinga ditutup, maka kita tidak mungkin dapat mendengarkan suara Tuhan.
Tidak dapat mendengarkan suara Tuhan, berarti tidak dapat mendengarkan apa yang menjadi keinginan Tuhan dalam hidup saya dan saudara.

Kejadian 3: 13-14
(3:13) Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."
(3:14) Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.

Kalau kita perhatikan di sini, pekerjaan dari pada ular adalah MEMPERDAYA HAWA dengan segala KELICIKANNYA = kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang fasik.

Dampak negatifnya.
YANG PERTAMA: TUHAN ALLAH MENGUTUK ULAR ITU.
Adapun kutukan yang diterima oleh ular adalah; ULAR MENJALAR DENGAN PERUTNYA.
Artinya; hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging.
Kalau saja ular masih memiliki kaki, tentu ular bisa mengikuti jejak Kristus, tetapi kini kita perhatikan bahwa ular telah dikutuk, sehingga dengan perutnyalah ia menjalar.
Jadi, apa saja yang dilakukan / dikerjakan oleh ular, semua oleh karena hawa nafsu dan keinginan daging.
Kalau ular berjalan, itu semua karena tabiat dagingnya, dia melakukan apa saja tetapi menurut keinginan daging. Kalau tidak dengar-dengaran, pasti mendengar suara hati, berjalan sesuai dengan keinginan hati.

Itulah kondisi dari imam-imam yang melayani di Tabernakel; melayani Tuhan, tetapi menyimpang dari jalan Tuhan, sehingga ketika ular berjalan dengan menggunakan perut, ia berjalan tidak lurus.
Pendeknya; menjalar itu adalah perbuatan daging.

Roma 5: 12-13
(5:12) Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.
(5:13) Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.

Sekalipun kita tidak melakukan dosa seperti yang dilakukan oleh Adam dan Hawa, tetapi dosa itu telah menjalar sampai sekarang.
Kalau dosa itu menjalar sampai sekarang, berarti manusia hidup menurut hawa nafsu daging, itulah kutuk.

Dampak negatifnya.
YANG PERTAMA: ULAR MAKAN DARI DEBU TANAH.
Debu tanah itu adalah gambaran dari manusia yang berdosa.

Oleh sebab itu, kalau kita perhatikan ayat 15 ...
Kejadian 3: 15
(3:15) Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."

Kalau kita perhatikan di sini; atas seijin Tuhan, ular dan keturunannya dengan Hawa dan keturunannya saling bermusuhan.
Saudaraku, biarlah kita memperhatikan firman yang sederhana ini.

Sekarang, mari kita perhatikan ...
Akibat dari permusuhan antara ular dengan Hawa dan keturunannya.
Maleakhi 2: 6
(2:8) Tetapi kamu ini menyimpang dari jalan; kamu membuat banyak orang tergelincir dengan pengajaranmu; kamu merusakkan perjanjian dengan Lewi, firman TUHAN semesta alam.

Akibatnya; MEMBUAT BANYAK ORANG TERGELINCIR dengan AJARAN YANG MENYIMPANG.
Saudaraku, kalau kaki tergelincir, berarti jalan itu adalah jalan yang licin, yang seharusnya jalan itu tidak harus dilalui, tetapi kalau ada yang melalui jalan yang licin, ia pasti tergelincir.
Berarti, tergelincir = keluar dari jalan Tuhan.

Sedikit kesaksian;
Sewaktu di Nias, ketika melawati jalan yang begitu licin, saya berkali-kali tergelincir ke kanan dan ke kiri, dan ketika saya tergelincir, seluruh badan saya terasa sakit.
Jalan semacam ini, susah untuk dilalui, oleh sebab itu, biarlah kita mengikuti jalan yang benar / berada di jalan Tuhan, tidak ada penyimpangan-penyimpangan, sehingga tidak sampai tergelincir.
Biarlah kita boleh mengerti apa yang Tuhan maksudkan.

Yosua 1: 6-7
(1:6) Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka.
(1:7) Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi.

Saudaraku, kalau kita bandingkan dengan perjalanan Yosua ketika memimpin bangsa Israel menuju tanah perjanjian.
Sesuai dengan firman Allah; orang yang tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan adalah orang kuat dan teguh hati, dan akhirnya akan berhasil dan beruntung.

Ciri-ciri orang yang kuat dan teguh hati.
Yosua 1: 8
(1:8) Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.
(1:9) Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi."

-      TIDAK KECUT.
Kalau kecut dicampurkan / ditambahkan dengan hati yang luka, akan menambah kepedihan hati.
Kemudian, rasa kecut ini tidak dapat dinikmati / dicicipi oleh kebanyakan orang. Setiap orang yang menikmati rasa kecut, warna muka pasti berubah.
-      TIDAK TAWAR HATI.
Berarti, tetap menikmati kasih Allah yang besar, kasih Allah yang sempurna.
Berbeda dengan orang yang tawar hati, ia tidak dapat merasakan kasih Allah.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

Thursday, July 25, 2013

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 23 JULI 2013

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 23 JULI 2013

Tema: HAL BERDOA
          (Seri 51)

Subtema: YESUS-LAH YANG EMPUNYA KUASA

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita boleh berada dalam rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan, dan sebentar kita akan sujud menyembah, tersungkur di kaki Tuhan, seperti 24 tua-tua dan 4 makhluk.

Sebelum kita menyembah, terlebih dahulu kita memperhatikan Matius 6: 5-13, sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, namun kita hanya membaca ayat 13 saja.
Matius 6: 13
(6:13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)

Kita akan memperhatikan bagian dari ayat 13, yaitu: selain yang empunya Kerajaan, Yesus juga yang empunya kuasa, berarti; DIALAH RAJA YANG BERKUASA.

1 Korintus 15: 24-25
(15:24) Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.
(15:25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.

Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya, berarti; Yesus-lah yang empunya kuasa dan kuasa-Nya melebihi dari pada pemerintah-pemerintah, kekuasaan dan kekuatan dari penghulu-penghulu di udara.
Setan itu memiliki pemerintahan, tetapi kuasa Yesus melebihi dari kuasa setan, oleh sebab itu, kita patut bersyukur, bahwa Allah telah meletakkan musuh-Nya di bawah kaki-Nya.

Ibrani 2:8
(2:8) segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya." Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya.

Segala sesuatu telah ditaklukkan dibawah kaki-Nya, tidak ada yang terkecuali.

1 Korintus 15: 26
(15:26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.

Kuasa Yesus, bukan hanya membinasakan kuasa dari Setan, tetapi juga membinasakan musuh yang terakhir yaitu; maut.

1 Korintus 15: 54-55
(15:54) Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
(15:55) Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"

Maut telah ditelan dalam kemenangan, sehingga bagi mereka yang berkemenangan dengan tegas dapat mengatakan: “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?”
Berarti, mereka yang berkemenangan itu adalah mereka yang memiliki kuasa.

Pertanyaannya; SIAPAKAH MEREKA YANG MEMILIKI KUASA ITU???
Mereka adalah orang-orang yang mengenakan yang tidak dapat binasa / mengenakan yang tidak dapat mati.
Sebab, darah daging tidak dapat mewarisi Kerajaan Sorga, berarti yang mewarisi Kerajaan Sorga adalah orang-orang yang mengenakan yang tidak dapat binasa.

Di sini kita perhatikan, ada DUA GOLONGAN, gambaran dari yang tidak binasa;
Wahyu 4: 3-4
(4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.
(4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.

GOLONGAN YANG PERTAMA adalah 24 TUA-TUA duduk di atas 24 takhta.
24 tua-tua -> 12 rasul hujan awal dan 12 rasul hujan akhir.
Dalam pola Tabernakel 12 rasul -> 12 ketul roti di atas meja pertunjukkan.
Artinya; kehidupan yang didewasakan lewat ketekunan dalam ibadah pendalaman Alkitab, disertai dengan perjamuan suci, puncaknya hingga menjadi tua-tua, itulah 12 rasul hujan akhir.
Sedangkan 12 rasul hujan awal -> 12 murid Yesus.

Mari kita lihat; KELEBIHAN-KELEBIHAN DARI 24 TUA-TUA.
-      Wahyu 19: 8
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]

24 tua-tua memakai pakaian putih.
Pakaian putih = lenan halus, arti rohaninya adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.

Yohanes 17: 17
(17:17) Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.

Firman Allah adalah kebenaran yang menguduskan saya dan saudara, itulah lenan halus (pakaian putih).

Yohanes 17: 18-19
(17:18) Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia;
(17:19) dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.

Kita semua telah dipanggil dari sejak kandungan untuk menjadi hamba Tuhan, hamba kebenaran di dalam kekudusan. Kita diutus bagaikan domba-domba di tengah serigala untuk menguduskan diri kita masing-masing di hadapan Tuhan, itulah pakaian putih (lenan halus).

-      Selain mengenakan pakaian putih, 24 TUA-TUA tersebut MEMAKAI MAHKOTA EMAS DI KEPALA MEREKA.
2 Timotius 4: 7-8
(4:7) Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
(4:8) Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Rasul Paulus telah mengakhiri pertandingan yang baik, ia telah mencapai garis akhir (finish), disertai dengan memelihara iman, selanjutnya bagi Dia telah tersedia mahkota kebenaran yang disediakan oleh Tuhan.
Oleh sebab itu, perlu kita ketahui; jangan meninggalkan ibadah dan pelayanan sampai akhir hidup kita masing-masing.
Banyak hamba Tuhan yang setia melayani Tuhan sampai garis akhir hidup mereka, dan mereka memelihara iman mereka sampai garis akhir, dan akhirnya menerima mahkota dari Tuhan Allah.

Oleh sebab itu;
·     Jangan menukar iman dengan segala sesuatu yang tidak kekal, mulai dari kedudukan jabatan, harta, kekayaan, ijazah dan lain sebagainya.
·      Jangan menukar iman dengan segala sesuatu yang tidak baik, tidak benar dan tidak suci.

Keadaan pada saat memelihara iman.
2 Timotius 4: 6
(4:6) Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.

Untuk memperoleh mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan oleh Tuhan, Rasul Paulus telah menyerahkan seluruh hidupnya, telah mempersembahkan tubuh, jiwa, rohnya, sebagai persembahan yang berbau harum, bagaikan korban sembelihan di hadapan Tuhan, ia mencurahkan darahnya di tengah-tengah ibadah pelayanan.

Ibrani 2: 7, 9
(2:7) Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat,
(2:9) Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.

Demikian juga, Yesus sendiri oleh karena pengorbanan-Nya, pada akhirnya Ia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat.
Pada saat Yesus berkorban untuk waktu yang singkat atas seijin Allah Bapa, Ia sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, itu menunjukkan bahwa, manusia adalah makhluk atau ciptaan Allah yang mulia, kita patut bersyukur atas segala perbuatan-Nya yang ajaib.

Saudaraku, manusia lebih berharga dari malaikat, mengapa? Karena Yesus Kristus rela berkorban bagi manusia berdosa.
Tetapi untuk malaikat, Yesus tidak pernah berkorban, sehingga ketika Bintang Timur, Putera Fajar (Lucifer) melakukan kesalahan, ia langsung dilemparkan ke dunia orang mati.
Tuhan Yesus lebih rendah dari Malaikat. Hanya saja, kita tidak menyadari diri.
Saudaraku, tujuan kita hidup hanya satu yaitu; supaya BERIBADAH dan MELAYANI TUHAN.

Kalau akhirnya Yesus dimahkotai oleh hormat dan kemuliaan dari Allah, itu karena pengorbanan / penderitaan-Nya. Sama seperti Rasul Paulus yang menderita, mengalami banyak pengorbanan tetapi setelah itu ia menerima mahkota dari Allah.
Jangan sampai oleh karena perkara lahiriah saya dan saudara mengorbankan ibadah, tetapi biarlah kita menjadi korban / menganggung penderitaan karena ibadah dan pelayanan.

1 Petrus 5: 4
(5:4) Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

Menerima mahkota yang tidak layu, berarti; kemuliaan Tuhan itu kekal sampai selama-lamanya = menerima hidup yang kekal.

Di sini kita perhatikan, ada DUA GOLONGAN, gambaran dari yang tidak binasa;
Wahyu 4: 6-7
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.
(4:7) Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.

GOLONGAN YANG KEDUA adalah di sekeliling takhta itu ADA 4 MAKHLUK penuh dengan mata, artinya; kehidupan yang telah diterangi = tidak tinggal dalam kegelapan dosa = tidak ada dosa yang tersembunyi, sebab mata = pelita (Matius 6: 22, Mazmur 119: 105).
Kemudian, mata 4 makhluk itu ada di;
-      Di sebelah belakang, artinya; dosa masa lalu telah diterangi.
Dosa masa lalu itu bagaikan pendendam; sebelum dendamnya itu terbalaskan maka dosa itu akan terus mengejar.
Tetapi kalau dosa itu telah diterangi, berarti tidak ada yang tersembunyi = mengalahkan dosa masa lalu
-      Di sebelah muka / depan, artinya; perjalanan rohani ke depan akan diterangi oleh firman Tuhan sekalipun ada hal-hal merintangi di tengah perjalanan, yaitu;
1. Onak duri, gambaran dari hati yang menusuk, itulah orang yang iri hati, benci, dengki dan pemfitnah.
2. Batu, sebagai sandungan-sandungan, itulah aniaya karena firman.
3. Ular, gambaran dari iblis setan, itulah roh jahat dan roh najis.

Kemudian, adapun keempat makhluk itu adalah;
-      Makhluk yang pertama sama seperti SINGA -> keagungan, kemuliaan Yesus, sebagai RAJA.
-      Makhluk yang kedua sama seperti anak LEMBU -> pelayanan Yesus sebagai seorang HAMBA.
-      Makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti MUKA MANUSIA -> sengsara / penderitaan Yesus, sebagai ANAK MANUSIA.
-      Makhluk yang keempat sama seperti BURUNG NASAR -> keadilan, kebenaran Yesus Kristus sebagai ANAK ALLAH.
Inilah golongan yang kedua, yang adalah gambaran dari manusia rohani sama seperti 4 makhluk.

Kelebihan-kelebihan dari 4 makhluk
Wahyu 4: 8
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

Keempat makhluk itu seluruh tubuhnya ditutupi oleh sayap, artinya; tidak terlihat lagi tabiat daging = tidak hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging.

Kemudian, mari kita perhatikan ayat 9 ...
Wahyu 4: 9
(4:9) Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya,

4 makhluk tersebut senantiasa mempersembahkan:
-    Puji-pujian, berarti; senantiasa memuliakan Tuhan.
-    hormat, berarti; senantiasa meninggikan Tuhan, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari Tuhan.
-    UCAPAN SYUKUR, berarti; mengucap syukur dalam segala hal dalam susah maupun senang, sebab itulah yang dikehendaki Allah dalam Kristus Yesus.
orang yang senantiasa mengucap syukur adalah orang yang tidak suka bersungut-sungut dan tidak suka mempersalahkan orang lain.

Wahyu 4:10-11
(4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata:
(4:11) "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."

Setiap kali 4 makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, hormat dan ucapan syukur kepada Dia yang duduk di atas takhta itu, maka tersungkurlah 24 tua-tua itu dan sujud menyembah di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu.
Saudaraku, DUA GOLONGAN ini adalah gambaran dari MANUSIA ROHANI (mengenakan yang tidak dapat binasa / mati ), dan pada akhirnya mereka sujud menyembah di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu. Kemudian, 24 tua- tua berkata;”Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa”.
JADI, BENARLAH BAHWA YESUS-LAH YANG EMPUNYA KUASA KEKAL SAMPAI SELAMA-LAMANYA.
Terpujilah Tuhan kekal sampai selama-lamanya, ini menunjukkan bahwa Tuhan-lah yang empunya kuasa.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang