KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, October 30, 2016

IBADAH RAYA MINGGU, 23 OKTOBER 2016



IBADAH RAYA MINGGU, 23 OKTOBER 2016
 WAHYU PASAL ENAM
(Seri 11 )

Subtema : TONGKAT YANG BERTUNAS MENGHENTIKAN SUNGUT-SUNGUT.

Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya, oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.

Kita telah menikmati kemurahan Tuhan dimulai dari Wahyu pasal 2 sampai Wahyu pasal 5, dan terakhir pada minggu yang lalu, itulah Wahyu 5:11-14. Kita cukup diberkati lewat pembukaan rahasia firman tersebut, dan tentu firman yang sudah kita terima itu tidak berlalu begitu saja.
Firman itu kekuatan kita pribadi lepas pribadi, tetapi firman yang kita terima tidak lantas membuat kita menjadi sombong, angkuh dan menjadi ahli Taurat, tetapi firman yang kita sudah terima membuat kita menjadi roti sajian, menjadi kesaksian, menjadi contoh teladan lewat perkataan dan perbuatan kita sekaliannya.
Dan biarlah firman yang sudah kita terima itu dimeteraikan di dalam loh daging kita, ditukik dalam hati kita, dimeteraikan oleh Roh Kudus, sehingga firman itu betul-betul permanen. Kalau firman itu mendarah daging, berarti kita telah menikmati pelayanan Roh, bukan lagi pelayanan yang lahiriah, seperti huruf-huruf yang tertulis pada loh-loh batu, huruf itu mati, rohlah yang menghidupkannya. Kiranya dapat dipahami dengan baik.

Kita sudah akhiri Wahyu 5:11-14, di akhir dari Wahyu pasal 5 ini, Tuhan menunjukkan kepada kita suatu Mejelis Pengadilan di hari terakhir, itulah yang disebut takhta putih, dan yang menjadi hakimnya adalah pribadi Yesus Kristus…Daniel 7:10 dan Wahyu 20:12.
Maut dan kerajaan maut akan menyerahkan semua orang-orang yang mati di dalamnya. Kemudian baik laki-laki maupun perempuan, besar kecil, tua muda akan diadili di hadapan takhta putih itu berdasarkan perbuatan-perbuatan mereka yang tertulis dalam kitab-kitab.

Beberapa hari yang lalu saya bercerita dengan isteri (ibu gembala), bahwa banyak dosa yang tertulis dalam kitab-kitab itu, justru dosa yang terlihat kecil atau sepele, justru itu yang tertulis banyak dalam kitab-kitab. Dosa kecil  ataupun dosa besar, sama-sama dosa, tetapi yang kelihatannya seperti dosa kecil, justru itu yang tertulis dalam kitab-kitab, justru itu yang membahayakan kehidupan kita nantinya.
Tetapi biarlah nama kita tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba seperti malaikat yang ada di tengah takhta dari Anak Domba yang disembelih bersama makhluk-makhluk dan tua-tua, jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, katanya dengan suara nyaring: “... segala puji, hormat, kemuliaan hanya bagi Dia ...”, menunjukkan status, keberadaan, posisi Anak Domba yang disembelih, yaitu, dimana nanti dalam Majelis Pengadilan itu Dia menjadi hakim, itulah takhta putih.
Berakhirnya Wahyu fasal 5 ini, di situ kita melihat takhta putih. Ini adalah kemurahan Tuhan.
Takhta putih ini akan berlangsung setelah kebangkitan yang kedua. Kematian yang pertama telah berlangsung sampai pada saat ini, kemudian terjadilah kebangkitan yang pertama dan itu terjadi, dialami oleh mereka yang teraniaya dimana kepala mereka dipenggal oleh karena kesaksian terhadap Anak Domba itu, mereka harus kehilangan nyawa. Dan pada saat kebangkitan pertama, mereka akan bangkit dan hidup dan menjadi raja, bersama-sama dengan Kristus selama seribu tahun damai.
Setelah seribu tahun damai, Setan/Iblis dilepaskan untuk sementara waktu namun tidak lagi berkuasa atas orang-orang kudus.
Lalu kemudian, terjadilah kebangkitan yang kedua, dan semua orang dibangkitkan, besar kecil, akan diadili di hadapan takhta itu, lalu maut dan kerajaan maut dilemparkan ke dalam lautan api yang kedua, itulah kematian yang kedua.
Jadi, setelah terlihat takhta putih, langit bumi lenyap dan lautpun tidak ada lagi, betul-betul itu menunjuk pada hari terakhir.

Kita patut bersyukur, pada minggu lalu Tuhan perlihatkan itu kepada kita, supaya kita berhati-hati tentunya dalam segala sesuatu, dalam hal menjaga kekudusan, jangan sampai karena dosa kecil, ditulis dalam kitab-kitab, lalu diadili berdasarkan perbuatan yang ada dalam kitab-kitab itu, dan itu semua akan ditimbang.
Kalau perbuatan jahatnya lebih banyak, maka akan dilemparkan ke dalam lautan api, itulah kematian yang kedua, bersama dengan maut dan kerajaan maut.
Kita bersyukur tentunya, Tuhan tetap berkemurahan bagi kita sekaliannya.

Kalau Tuhan karuniakan rahasia firman dan kita boleh menikmatinya, itu semata-mata bukan karena gagah hebat dan kuat saya, tetapi semua karena kasih karunia, dan kerinduan di hati kita masing-masing, Tuhan tahu. Sejauh mana kerinduan kita untuk menantikan pembukaan rahasia firman, sejauh itulah Tuhan menyatakan isi hati Tuhan yang paling dalam kepada kita masing-masing. Tetapi kalau kita acuh tak acuh, menganggap enteng terhadap didikan Tuhan, putus asa ketika ditegur, kecewa, maka otomatis Tuhan tidak akan menyatakan kemurahan-Nya kepada kita, karena hanya kepada mereka yang mempunyai akan diberikan, supaya mereka semakin berkelimpahan. Pertahankanlah kerendahan hati untuk menikmati pembukaan rahasia firman, yaitu dengar-dengaran. Punya mata untuk melihat, punya telinga untuk mendengar sama dengan mempunyai.

Sekarang kita akan memasuki Wahyu 6. Biarlah kita menyambut Wahyu pasal 6 ini dengan segala kerendahan hati.
Wahyu 6: 1
(6:1) Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: "Mari!"

Ada tujuh meterai yang akan dibuka oleh Anak Domba Allah yang telah disembelih, namun terlebih dahulu Anak Domba itu membuka enam meterai, oleh sebab itu disebutlah keenam meterai pertama dibuka.

Wahyu pasal 6 ini, kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel (pengajaran Tabernakel), terkena kepada TONGKAT HARUN YANG BERTUNAS.
Tongkat Harun yang bertunas -> pribadi Allah yang ketiga, yaitu Allah Roh Kudus.

Sejenak kita memperhatikan; RIWAYAT TONGKAT HARUN YANG BERTUNAS.
Kita akan membaca Bilangan 17, namun terlebih dahulu kita membaca Bilangan 16, karena pasal 17 adalah kelanjutan dari pasal 16.
Bilangan 16: 1-2
(16:1) Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi, beserta Datan dan Abiram, anak-anak Eliab, dan On bin Pelet, ketiganya orang Ruben, mengajak orang-orang
(16:2) untuk memberontak melawan Musa, beserta dua ratus lima puluh orang Israel, pemimpin-pemimpin umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang yang kenamaan.

Korah, Datan, Abiram memberontak melawan Musa, beserta 250 pemimpin-pemimpin yang kenamaan yang dipilih berdasarkan rapat.
Memberontak kepada Tuhan, berarti telah dikuasai oleh roh pendurhakaan.

Bilangan 16: 3
(16:3) Maka mereka berkumpul mengerumuni Musa dan Harun, serta berkata kepada keduanya: "Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang kudus, dan TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu meninggi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?"

Korah dan kumpulannya menuduh bahwa Musa meninggi-ninggikan diri terhadap bangsa Israel/umat Tuhan.

Bilangan 16: 13-14
(16:13) Belum cukupkah, bahwa engkau memimpin kami keluar dari suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya untuk membiarkan kami mati di padang gurun, sehingga masih juga engkau menjadikan dirimu tuan atas kami?
(16:14) Sungguh, engkau tidak membawa kami ke negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ataupun memberikan kepada kami ladang-ladang dan kebun-kebun anggur sebagai milik pusaka. Masakan engkau dapat mengelabui mata orang-orang ini? Kami tidak mau datang."

Tuduhan yang kedua ini adalah tuduhan yang bukan-bukan, karena mereka berkata: “...engkau memimpin kami keluar dari suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya untuk membiarkan kami mati di padang gurun, sehingga masih juga engkau menjadikan dirimu tuan atas kami?
Korah dan kumpulannya menuduh kembali Musa dengan yang tidak-tidak. Mereka mengucapkan tuduhan-tuduhan yang tidak mereka ketahui apa yang mereka ucapkan.
MENGAPA HAL INI TERJADI?

Bilangan 16: 8-10
(16:8) Lalu berkatalah Musa kepada Korah: "Cobalah dengar, hai orang-orang Lewi!
(16:9) Belum cukupkah bagimu, bahwa kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat Israel dan diperbolehkan mendekat kepada-Nya, supaya kamu melakukan pekerjaan pada Kemah Suci TUHAN dan bertugas bagi umat itu untuk melayani mereka,
(16:10) dan bahwa engkau diperbolehkan mendekat bersama-sama dengan semua saudaramu bani Lewi? Dan sekarang mau pula kamu menuntut pangkat imam lagi?

Sesungguhnya Korah dan kumpulannya menuntut pangkat imam dari Musa.
Bani Lewi telah diperbolehkan untuk melayani Tuhan, mengerjakan pekerjaan Tuhan di dalam Ruangan Suci, kemudian diperbolehkan untuk melayani umat Israel, ini adalah kemurahan Tuhan. Tetapi bani Lewi masih juga menuntut pangkat imam lagi kepada Musa.
Sebetulnya itulah yang terjadi, sehingga Korah menghasut Datan, Abiram dan dua ratus lima puluh pemimpin kenamaan untuk memberontak kepada Musa dengan dalih tuduhan-tuduhan yang tidak masuk akal tadi sebanyak dua kali.
Jadi, yang meninggikan diri bukan Musa, tetapi Korah dan konco-konconya (kumpulannya). Tetapi sebaliknya dia putar balik fakta dengan penuduhan yang tidak-tidak, yang bukan-bukan, ini adalah gambaran dari orang yang gila hormat.

Bilangan 16: 30-33
(16:30) Tetapi, jika TUHAN akan menjadikan sesuatu yang belum pernah terjadi, dan tanah mengangakan mulutnya dan menelan mereka beserta segala kepunyaan mereka, sehingga mereka hidup-hidup turun ke dunia orang mati, maka kamu akan tahu, bahwa orang-orang ini telah menista TUHAN."
(16:31) Baru saja ia selesai mengucapkan segala perkataan itu, maka terbelahlah tanah yang di bawah mereka,
(16:32) dan bumi membuka mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya dan dengan semua orang yang ada pada Korah dan dengan segala harta milik mereka.
(16:33) Demikianlah mereka dengan semua orang yang ada pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati; dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu.

Korah, isterinya, anaknya, serta harta bendanya, dan kumpulannya ditelan oleh bumi dengan hidup-hidup, berarti mati dengan tidak wajar.
Kesimpulan dari kematian Korah, menunjukkan bahwa; Musa melayani karena dipilih oleh Tuhan, bukan karena kehendak sendiri, bukan karena keinginan sendiri, seperti apa yang dituduhkan oleh Korah, tetapi betul-betul Tuhan yang memilih Dia. Sebaliknya kalau melayani karena kehendak atau keinginan seseorang, di situlah sering terjadi seorang pelayan meninggi-ninggikan dirinya.
Dan bangsa Israel telah melihat apa yang sedang terjadi dan mereka tentu tahu. Kalau matinya Korah dengan mati yang lazim, berarti Tuhan tidak pilih dia (Musa), tetapi kalau Korah dan kumpulannya mati dengan tidak lazim, berarti Tuhan yang memilih dia. Dan tidak lama kemudian, selesai ia mengucapkan hal itu, Korah dan kumpulannya ditelan bumi hidup-hidup, mati tidak wajar. Kesimpulannya, Musa melayani bukan karena kehendak sendiri, melainkan Tuhan yang pilih.

Kiranya dalam melayani Tuhan bukan karena mengandalkan kekuatan dan kemampuan daging, betul-betul kita melayani karena Tuhan yang memilih kita. Kalau Tuhan yang memilih kita, berarti kita melayani tanpa motivasi, tidak ada kepentingan, tidak untuk gila hormat, bukan untuk meninggi-ninggikan diri.
Sebaliknya, kalau melayani karena keinginan sendiri, suka menuntut pangkat imam, seperti Korah, ingin meninggi-ninggikan diri, dan orang yang demikian suka memutar balik fakta.

Bilangan 16: 34-35
(16:34) Dan semua orang Israel yang di sekeliling mereka berlarian mendengar teriak mereka, sebab kata mereka: "Jangan-jangan bumi menelan kita juga!"
(16:35) Lagi keluarlah api, berasal dari pada TUHAN, lalu memakan habis kedua ratus lima puluh orang yang mempersembahkan ukupan itu.
           
Selanjutnya, penghukuman untuk 250 orang pemimpin, keluarlah api dari Tuhan, memakan habis dua ratus lima puluh orang yang mempersembahkan ukupan itu.
Inilah pembelaan Tuhan terhadap Musa, seorang hamba Tuhan yang melayani karena kehendak Tuhan, betul-betul dibela oleh Tuhan.

Bilangan 16: 41-49
(16:41) Tetapi pada keesokan harinya bersungut-sungutlah segenap umat Israel kepada Musa dan Harun, kata mereka: "Kamu telah membunuh umat TUHAN."
(16:42) Ketika umat itu berkumpul melawan Musa dan Harun, dan mereka memalingkan mukanya ke arah Kemah Pertemuan, maka kelihatanlah awan itu menutupinya dan tampaklah kemuliaan TUHAN.
(16:43) Lalu pergilah Musa dan Harun ke depan Kemah Pertemuan.
(16:44) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
(16:45) "Pergilah dari tengah-tengah umat ini, supaya Kuhancurkan mereka dalam sekejap mata." Lalu sujudlah mereka.
(16:46) Berkatalah Musa kepada Harun: "Ambillah perbaraan, bubuhlah api ke dalamnya dari atas mezbah, dan taruhlah ukupan, dan pergilah dengan segera kepada umat itu dan adakanlah pendamaian bagi mereka, sebab murka TUHAN telah berkobar, dan tulah sedang mulai."
(16:47) Maka Harun mengambil perbaraan, seperti yang dikatakan Musa, dan berlarilah ia ke tengah-tengah jemaah itu, dan tampaklah tulah telah mulai di antara bangsa itu; lalu dibubuhnyalah ukupan dan diadakannyalah pendamaian bagi bangsa itu.
(16:48) Ketika ia berdiri di antara orang-orang mati dan orang-orang hidup, berhentilah tulah itu.
(16:49) Dan mereka yang mati kena tulah itu ada empat belas ribu tujuh ratus orang banyaknya, belum terhitung orang-orang yang mati karena perkara Korah.

Namun bangsa Israel kembali bersungut-sungut dan mempersalahkan Musa karena peristiwa yang sudah terjadi menimpa Korah dan kumpulannya. Kembali lagi berulah, kembali lagi bersungut-sungut, kembali lagi mempersalahkan Musa, menuduh Musa dengan yang tidak-tidak, sementara Tuhan telah menyatakan kemuliaan-Nya terhadap Musa dan Harun.
Pendeknya; oleh karena pemberontakan Korah, keadaan menjadi kacau balau dan sangat menggelisahkan umat Israel.

Tibalah kita memperhatikan RIWAYAT TONGKAT HARUN YANG BERTUNAS.
Bilangan 17: 1-3
(17:1) TUHAN berfirman kepada Musa:
(17:2) "Katakanlah kepada orang Israel dan suruhlah mereka memberikan kepadamu satu tongkat untuk setiap suku. Semua pemimpin mereka harus memberikannya, suku demi suku, seluruhnya dua belas tongkat. Lalu tuliskanlah nama setiap pemimpin pada tongkatnya.
(17:3) Pada tongkat Lewi harus kautuliskan nama Harun. Bagi setiap kepala suku harus ada satu tongkat.

Tuhan berfirman kepada Musa agar semua pemimpin-pemimpin dua belas suku Israel memberikan masing-masing satu tongkat dari tiap-tiap suku Israel, sekaligus menulis nama setiap pemimpin pada tongkat itu.

Bilangan 17: 4-5
(17:4) Kemudian haruslah kauletakkan semuanya itu di dalam Kemah Pertemuan di hadapan tabut hukum, tempat Aku biasa bertemu dengan kamu.
(17:5) Dan orang yang Kupilih, tongkat orang itulah akan bertunas; demikianlah Aku hendak meredakan sungut-sungut yang diucapkan mereka kepada kamu, sehingga tidak usah Kudengar lagi."

Lalu diletakkanlah di hadapan tabut Hukum (hadirat Tuhan) dua belas tongkat, dimana pada tongkat itu dituliskan nama setiap pemimpin dari dua belas suku itu, dan apabila tongkat itu bertunas, itulah tanda bahwa orang itu dipilih oleh Tuhan.
Sedangkan pemimpin dari suku Lewi itulah Harun. Nama Harun ditulis pada tongkat itu, juga nama setiap pemimpin pada tongkat masing-masing.
Tujuannya: untuk meredakan sungut-sungut bangsa Israel, umat Tuhan itu.

Bilangan 17: 7-10
(17:7) Musa meletakkan tongkat-tongkat itu di hadapan TUHAN dalam kemah hukum Allah.
(17:8) Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam.
(17:9) Kemudian Musa membawa semua tongkat itu keluar dari hadapan TUHAN kepada seluruh orang Israel; mereka melihatnya lalu mengambil tongkatnya masing-masing.
(17:10) TUHAN berfirman kepada Musa: "Kembalikanlah tongkat Harun ke hadapan tabut hukum untuk disimpan menjadi tanda bagi orang-orang durhaka, sehingga engkau mengakhiri sungut-sungut mereka dan tidak Kudengar lagi, supaya mereka jangan mati."

Tongkat Harun dari suku Lewi ternyata bertunas, berbunga dan berbuah. Dengan demikian, Tuhan menghentikan sungut-sungut bangsa Israel, supaya bangsa Israel tidak mati dan binasa.
Jadi, tongkat Harun yang bertunas -> pribadi Allah Roh Kudus.
Allah Roh Kudus berkuasa untuk menghentikan persungutan bangsa Israel. Sungut-sungut, keluh kesah, menggerutu, omelan adalah suara daging, yang hanya bisa dihentikan oleh kuasa Roh-El Kudus.
Tongkat Harun yang bertunas berbicara tentang kegiatan Roh Kudus di dalam gereja Tuhan, yaitu di gunung Sion dan di Yerusalem.

Apapun yang terjadi tetaplah berdiam diri, terima saja apapun yang terjadi jangan mengomel, supaya pemakaian Tuhan nyata. Kalau Roh Tuhan undur dari seseorang, sekalipun dia ada di tengah-tengah ibadah pelayanan, sejatinya ia telah ditolak oleh Tuhan. Kalaupun ia ada di tengah ibadah dan pelayanan, bukan Tuhan yang memilih dia, namun karena kehendak sendiri.

Sejenak kita memperhatikan ...
Yoel 2: 28-29
(2:28) "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.
(2:29) Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu.

Tuhan berjanji, Ia akan mencurahkan Roh Kudus di hari-hari terakhir, kepada setiap hamba-hamba Tuhan, baik laki-laki ataupun perempuan, sehingga mereka akan bernubuat, mendapat mimpi dan mendapat penglihatan-penglihatan.
Berarti, lewat Roh Kudus yang dicurahkan, Tuhan memperlihatkan segala perkara, Tuhan memperlihatkan segala sesuatu, sehingga baik laki-laki perempuan, baik tua, baik teruna akan diperlihatkan kepada mereka segala sesuatu.

Saya pesankan dengan sungguh-sungguh: tetap dalam jalur perlombaan, tetap dalam kegiatan Roh Kudus, jangan keluar dari situ, supaya Tuhan memperlihatkan segala sesuatu, baik kepada yang muda, baik kepada yang tua dan kepada teruna-teruna, akan diperlihatkan segala sesuatu.
Kita tentu bangga dan kita sudah melihat sedikit demi sedikit karena Tuhan yang memperlihatkannya. Kalau terus menerus Tuhan perlihatkan, maka Tuhan akan perlihatkan segala sesuatunya kepada kita. Inilah yang patut kita syukuri, tetapi kalau kita jauh dari kegiatan Roh Kudus, maka kita tidak akan dapat melihat apa yang Tuhan tentukan. Setialah di jalur perlombaan.
Tidak suatu kebetulan saya dan saudara ada di tempat ini, tergembala dengan baik.

Yoel 2: 30-31
(2:30) Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap.
(2:31) Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu.

Tuhan akan mengadakan mujizat di langit, di bumi, darah, api dan gumpalan-gumpalan asap, matahari berubah menjadi gelap gulita, bulan berubah menjadi darah, sebelum datangnya hari Tuhan yang hebat dan dahsyat itu, semuanya diperlihatkan oleh Tuhan, dan apa yang akan Tuhan buat ini akan membuat dunia tidak lagi aman, akan membuat semua yang di atas muka bumi ini gelisah dan gundah gulana, dan oleh karena fenomena yang terjadi ini, akan banyak orang yang bersungut-sungut dan tidak terima dengan keputusan Tuhan, tetapi Tuhan perlihatkan kepada mereka yang berada di jalur perlombaan, yang berada dalam kegiatan Roh Kudus di hari-hari terakhir menjelang Tuhan datang pada kali yang kedua.

Tadi kita sudah lihat dalam Bilangan 17, sebagai gambaran dan kiasan untuk masa sekarang, oleh karena pemberontakan Korah keadaan menjadi kacau, bangsa Israel menjadi gelisah, gundah gulana, hanya karena pemberontakan Korah. Oleh sebab itu, tetaplah dalam kegiatan Roh Kudus, tetaplah di dalam jalur perlombaan, Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya, sesuai dengan janji-Nya kepada setiap orang, tua muda, laki-laki perempuan, hamba laki-laki, hamba perempuan, dengan demikian Tuhan akan memperlihatkan segala sesuatu yang akan terjadi, dan ini akan terjadi. Tidak bisa tidak terjadi, harus terjadi.
Inilah keuntungan kita di dalam kegiatan Roh Kudus ini. Bagi yang dipilih, Tuhan beri jaminan, pertolongan, dan perlindungan.

Yoel 2: 32
(2:32) Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan TUHAN; dan setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas."

... barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan ...”, yaitu mereka yang berada di dalam 
kegiatan Roh Kudus, jalur perlombaan, yaitu mereka berada di atas gunung Sion dan di Yerusalem.
Gunung Sion, itulah pengantin dari pada Mempelai Anak Domba. Di gunung Sion keluar pengajaran, yaitu Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, untuk membawa mereka masuk dalam pesta nikah Anak Domba.
Yerusalem itulah tempat kita beribadah dan melayani kepada Tuhan, di situlah kegiatan Roh Kudus. Mereka akan mendapatkan jaminan keselamatan.

Jadi yang sudah melayani Tuhan, tetap layani Tuhan sungguh-sungguh, berarti jangan tinggalkan Yerusalem. Yang sudah menerima Pengajaran Mempelai, di gunung Sion, tetap bertahan, berpegang teguh terhadap Pengajaran Mempelai, tetap dalam kegiatan Roh Kudus, bagi mereka ada jaminan keselamatan…Yesaya 2:2-3.
Pernyataan ini semua tertulis, tidak ada yang saya tambahkan, tidak ada yang saya kurangkan. Inilah yang patut kita syukuri.
Setiap orang yang dipanggil, diselamatkan. Oleh sebab itu, bertahanlah dengan Pengajaran Mempelai, untuk dijadikan gunung Sion, pengantin perempuan, yaitu: Mempelai Anak Domba, dan tetap di Yerusalem, tempat kita beribadah dan melayani, itu kegiatan Roh Kudus, sebelum hari Tuhan datang, untuk kali yang kedua.

Yoel 2: 28
(2:28) "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.
Perhatikan kalimat: “...bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia ...”, ini adalah janji Tuhan kepada saya dan saudara, sebelum Tuhan naik ke sorga dan dipermuliakan. Tuhan menjanjikan Roh Kudus kepada semua manusia, laki-laki perempuan.

Syarat supaya Roh Kudus tercurah atas manusia.
Kejadian 8: 6-13
(8:6) Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuatnya pada bahtera itu.
(8:7) Lalu ia melepaskan seekor burung gagak; dan burung itu terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi.
(8:8) Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air itu telah berkurang dari muka bumi.
(8:9) Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, karena di seluruh bumi masih ada air; lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera.
(8:10) Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera;
(8:11) menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi.
(8:12) Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu, tetapi burung itu tidak kembali lagi kepadanya.
(8:13) Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering.

Pada saat burung merpati itu dilepaskan kembali untuk yang kedua kalinya, merpati itu tidak kembali ke bahtera Nuh, itu tandanya air bah sudah surut dan daratan sudah menjadi kering.
Ini artinya, Roh Kudus telah dicurahkan oleh Tuhan, sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh Tuhan.
Pada saat air bah itu surut, berarti air kembali ke laut, sedangkan permukaan air laut adalah titik terendah, atau titik nol.
Berarti syarat Roh Kudus dicurahkan adalah berada di titik nol, merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan.

Kejadian 1: 1-2
(1:1) Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
(1:2) Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Permukaan air laut, itu adalah titik terendah, titik nol, di situ Roh Allah melayang-layang.
Titik terendah, titik nol, artinya; rendah hati, senantiasa merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat, mulai dari perkataan selalu di bawah, sikap selalu di bawah, cara berpikir, gerak-gerik selalu berada di bawah.
Jadi, biarpun seseorang teriak setengah mati untuk dipenuhkan Roh Kudus, saya tidak yakin dia dipenuhkan Roh Kudus selama orang itu belum merendahkan diri serendah-rendahnya.
Saya sudah berkali-kali bercerita saat sekolah Alkitab, saat seluruh raga ini habis, barulah Roh Kudus itu dicurahkan.
Bukan maksud saya untuk membatasi Roh Kudus, tidak. Tidak ada yang dapat  menghalangi seseorang untuk dipenuhkan Roh Kudus, bila Tuhan berkehendak, Tuhan tetap berkehendak.
Tetapi sekalipun kita mencari-cari Roh Kudus, namun dalam keadaan tidak rendah hati, sampai jungkir balik pun tidak bisa. Tetap rendah hati, jangan keras hati, jangan sombong, dan angkuh.

Roh Kudus itu seperti sungai yang mengalir dari hulu, mencari dataran yang rendah, dan setiap sungai selalu bermuara di lautan, tidak ada bermuara di tempat lain.
Biarlah kehidupan kita menjadi muara Roh Kudus, karena kita merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat, berarti di tengah ibadah pelayanan merendahkan diri, terhadap sesama juga merendahkan diri, perkataan, sikap, dan tingkah laku selalu di bawah, di situlah Roh Allah melayang-layang, dan dari situlah Nuh mengetahui daratan sudah menjadi kering, air bah sudah menjadi surut.

Kejadian 8: 12-13
(8:12) Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu, tetapi burung itu tidak kembali lagi kepadanya.
(8:13) Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering.

Pada saat merpati itu dilepaskan untuk yang kedua kali, merpati itu tidak pulang kembali kepada Nuh (ke bahtera), dari situlah Nuh mengetahui bahwa air sudah surut, daratan menjadi kering.
Demikian juga kalau kita dipenuhkan Roh Kudus, akan terlihat bahwa seseorang terlepas dari roh najis. Air bah -> dilanda oleh roh najis.
Jadi, orang yang dipenuhkan Roh Kudus adalah tanda bahwa ia sudah lepas dari air bah, itulah roh najis.
Dunia ini sedang dilanda oleh air bah yang dahsyat, luar biasa, dosa sudah semakin memuncak karena roh najis. Puncaknya dosa adalah kenajisan. Dosa manusia juga sudah semakin bertimbun-timbun.
Tetapi sekalipun demikian, kalau anak-anak Tuhan, diurapi Roh Kudus, akan terlepas dari dosa kenajisan.
Maka adalah suatu kerugian yang besar kalau seseorang masih dikuasai roh najis. Sesungguhnya itu adalah tipu muslihat dari Iblis/Setan, supaya anak-anak Tuhan pada akhirnya binasa oleh karena roh najis.
Untuk yang kesekian kali saya sampaikan; hiasi dirimu dengan kasih Allah. Jangan engkau menikmati roh najis, jangan hiasi dirimu dengan roh najis.
Orang yang masih dikuasai roh najis itu kaku, tidak bebas melayani Tuhan.

Bagaimana respon kita terhadap janji Tuhan, apakah janji itu tetap menjadi bagian kita? Tuhan memang menjanjikan bahwa Roh Kudus dicurahkan, tetapi roh najis menghalangi pembangunan tubuh Kristus, di situlah penyebab seseorang menjadi kacau balau dan gelisah oleh karena kekacauan yang terjadi.
Sedangkan burung gagak, orang yang tidak mengenal Tuhan, tidak akan pernah merasakan Roh Kudus dalam hidupnya.
Orang yang dipenuhkan Roh Kudus, lepas dari kenajisan, juga kita bisa kenal dari setiap perkataan dan perbuatannya, dia tulus mengerjakan pekerjaan Tuhan, tidak ada motivasi lain, tidak ada kepentingan pribadi, dari situ kita mengenali orang yang dipenuhkan Roh kudus.
Itulah cikal bakal dari tongkat Harun yang bertunas. Untunglah Tuhan memilih tongkat Harun bertunas, berbunga dan berbuah, supaya sungut-sungut manusia itu dihentikan. Suara daging yang menyebabkan kekacauan sehingga umat manusia, mengalami kegelisahan.

Bilangan 17: 4, 7-8
(17:4) Kemudian haruslah kauletakkan semuanya itu di dalam Kemah Pertemuan di hadapan tabut hukum, tempat Aku biasa bertemu dengan kamu.
(17:7) Musa meletakkan tongkat-tongkat itu di hadapan TUHAN dalam kemah hukum Allah.
(17:8) Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam.

Di sini kita melihat, bahwa Musa melakukan persis seperti apa yang Tuhan perintahkan. Setelah menerima dua belas tongkat dari pemimpin-pemimpin dua belas suku Israel lalu dibawa ke hadapan Allah (hadirat Tuhan), lalu keesokan harinya, Musa melihat bahwa tongkat Harun bertunas, berbunga dan berbuah, berarti tongkat itu ada semalam-malaman di hadapan Allah, ini menunjuk kepada doa penyembahan. Orang dipenuhkan Roh Kudus selalu ada dalam doa penyembahan.
Bayangkan, tongkat kayu yang mati, gambaran dari kehidupan yang sudah mengalami kematian, tetapi oleh karena keajaiban Tuhan, tongkat, yang sudah mengalami kematian, dihidupkan kembali oleh kuasa Roh Kudus.
Daging itu mati, Roh Kudus yang memberi kehidupan. Dia bertunas, berbunga dan berbuah badam.
Mari, kehidupan yang sudah mengalami kematian, malam ini kita tagih janji Tuhan, mintalah maka akan diberikan, ketuklah akan dibuka, carilah akan engkau temukan. Dia Bapa yang baik, tidak akan memberikan batu kepada anak yang meminta roti, tidak akan memberikan ular kalau anak-Nya meminta ikan. Minta, ketuklah, carilah, Dia akan memberikan, sampai kehidupan kita dipulihkan.
- Roti  -> kebenaran oleh kasih karunia, berarti terlepas dari hukum Taurat (batu).
- Ikan -> kuasa Roh Kudus yang akan dicurahkan, berarti terlepas dari roh-roh jahat dan roh najis (ular).

Kisah Para Rasul 1: 6-8
(1:6) Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?"
(1:7) Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.
(1:8) Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

Kalau Roh Kudus dicurahkan, kehidupan kita dipulihkan. Ibadah pelayanan, nikah rumah tangga kita dipulihkan. Tuhan menjadi Raja untuk memberi damai kepada kita masing-masing, sampai akhirnya kita menjadi saksi di;
- Yerusalem -> kepada mereka yang sudah melayani juga harus menjadi kesaksian.
  Kesaksian masing-masing   orang yang sudah melayani juga saling menguatkan satu dengan yang lain.  
  Kesaksian si A dan si B di tengah ibadah dan pelayanan tidak sama, jadi kesaksian itu saling menguatkan.
- Yudea-> mereka yang masing kanak-kanak rohani. Sewaktu kecil, Yesus berada di Yudea -> kanak-kanak  
  rohani. Itu juga harus disaksikan.
- Samaria -> yang jauh dari Tuhan juga disaksikan.
- Sampai ke ujung bumi -> mereka yang tidak mengenal Tuhan juga harus disaksikan.
Tuhan menjadi Raja dan bertakhta kalau Roh Kudus tercurah atas kita, Dia akan memberi damai sejahtera, sebab Tuhan akan memulihkan kerajaan Israel. Tuhan pulihkan kehidupan kita. Roh Kudus dicurahkan, tandanya: dilepaskan dari kenajisan, tulus dalam melayani Tuhan, dan Roh Kudus permanen dalam kehidupan kita.
Damai sejahtera dilimpahkan dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi dari Yerusalem sampai ke ujung bumi.

Kisah Para Rausl 2: 16-24
(2:16) tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoël:
(2:17) Akan terjadi pada hari-hari terakhir -- demikianlah firman Allah -- bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi.
(2:18) Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat.
(2:19) Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap.
(2:20) Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu.
(2:21) Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.
(2:22) Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.
(2:23) Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.
(2:24) Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.

Orang yang dipenuhkan Roh Kudus sampai akhirnya mengenal pribadi Yesus yang disalibkan.
Kita bisa mengenal Yesus dan merasakan apa yang dirasakan Yesus, kalau kita juga turut memikul salib Yesus. Itu yang dimaksudkan Rasul Petrus kepada mereka.
Melihat mujizat terjadi, yang sakit menjadi sembuh, yang tidak ada menjadi ada, tetapi kalau hanya melihat, belum tentu kita merasakan apa yang dirasakan Tuhan, dan belum tentu mengenal Tuhan kalau kita belum pikul salib.
Mujizat itu perlu, tetapi kita dapat merasakan apa yang dirasakan Tuhan, kalau kita pikul salib. Dari salib kita bisa merasakan apa yang dirasakan Tuhan, dari salib kita bisa melihat kedalaman isi hati Tuhan, bahkan betul-betul mengenal Dia.
Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret”, artinya: lewat salib Kristus kita dapat apa yang Dia rasakan.
Pikullah salib masing-masing, dan sangkal diri masing-masing.
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Tetapi barangsiapa kehilangan nyawa karena memikul salib, ia akan hidup kembali.
Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Amin.

                                TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

                            Pemberita Firman:
                                                                                                         Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang