Kebaktian natal persekutuan
pengajaran pembangunan tabernakel (PPT) sesi 2
Serang, 4 desember 2025
Tema: YESUS SEBAGAI
RAJA (Seri 2)
Mula pertama
saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, oleh karena rahmat-Nya, kita
sekaliannya dihimpunkan di atas gunung Tuhan yang kudus. Kita boleh datang
menghadap Dia kembali untuk Kebaktian Natal Persekutuan Pengajaran Pembangunan
Tabernakel SESI KEDUA pagi hari ini, semua karena kemurahan dari hati Tuhan.
Sepanjang malam kita boleh beristirahat untuk memulihkan tenaga / kekuatan
dalam perjalanan yang jauh. Ada yang dari Kalimantan, Jawa Tengah dan
sekitarnya, baik juga Jabodetabek. Ada juga dari Sumatera, Lampung, Jambi,
Bengkulu, Riau, Sumatera Utara (Medan). Ada yang berangkat via udara, ada juga
lewat bus atau kendaraan pribadi. Memang membutuhkan pengorbanan, tetapi Tuhan
pasti membalaskan segala sesuatu karena jerih payah kita tidak menjadi sia-sia.
Pagi ini kita
kehadiran hamba Tuhan senior itulah om Pdt. Manik dan ibu, beserta pengerja,
kita bersama-sama datang menghadap Tuhan. Baik juga tadi malam, kita semua
bersama-sama menghadap Tuhan dan kita boleh merasakan pertolongan-pertolongan
Tuhan.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang turut
bergabung lewat online / live streaming / video internet baik dari Youtube atau Facebook ataupun media sosial lainnya yang dapat digunakan. Doa dan
harapan kami dari tempat ini, biarlah kiranya damai sejahtera dari Sorga turun
di tengah-tengah kita, memberi satu sukacita dan bahagia saat kita duduk diam
menikmati Sabda Allah.
Sebelum kita
kembali memperhatikan tema yang ada, mohon kiranya kita tetap berdoa dalam roh,
memohon kemurahan Tuhan supaya kiranya Firman yang dibukakan itu meneguhkan
setiap hati kita pribadi lepas pribadi.
Kita kembali
untuk membaca tema yang ada dari….
Matius 2:6
(2:6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau
sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda,
karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan
umat-Ku Israel."
Dalam
Alkitab, ada 3 (tiga) pemimpin yang diurapi oleh Tuhan.
1.
Nabi
2.
Imam
3.
Raja
Tahun lalu
kita sudah membahas; Yesus sebagai nabi dan Yesus sebagai imam besar agung atau
imam Allah yang maha tinggi. Tahun ini kita akan melihat, sebagai pemimpin; YESUS SEBAGAI RAJA.
Tadi malam
adalah SESI YANG PERTAMA dan kita sudah melihat bahwa Yesus adalah raja yang sejati. Karena, kalau kita bandingkan dengan
raja-raja sebelum Yesus lahir, tidak mampu untuk menunjukkan jati dirinya
sebagai raja yang diurapi, yang tugasnya memang untuk menyelamatkan umat Israel. Tetapi kita sudah melihat pribadi Yesus
Kristus dalam silsilah-Nya sebagai raja, Dia betul-betul raja sejati, Dialah
yang betul-betul berkuasa menyelamatkan umat Israel, umat ketebusan Tuhan.
Kalau tadi malam kita boleh merasakan lawatan Tuhan, jamahan Tuhan kepada kita
yang masih jauh dari sempurna ini, doa dan harapan saya, kiranya Tuhan kembali
menyatakan kasih dan kemurahan-Nya, Firman-Nya dibukakan kembali.
Saudara, kita
sudah melihat sedikit mengenai raja, tetapi kita lihat dan telusuri lagi lebih
dalam mengenai raja Daud. Langsung saja kita membaca…
Matius
1:20-21
(1:20)
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya
dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut
mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah
dari Roh Kudus. (1:21) Ia akan
melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah
yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
Pada ayat 20 dikatakan, Yusuf adalah anak
Daud. Dari situ kita sudah mendapatkan suatu pengertian.
Kemudian,
pada ayat 21 dikatakan Dialah yang
akan menyelamatkan umat-Nya dari
dosa.
Dari kedua
ayat ini menunjukan kepada kita bahwasanya Yesus adalah raja sejati, sebab
hanya Dialah satu-satunya raja yang sanggup menyelamatkan umat-Nya Israel.
Mari kita
buktikan hal itu dalam…
1 Samuel 10:1A
(10:1)
Lalu Samuel mengambil buli-buli berisi minyak, dituangnyalah ke atas kepala
Saul, diciumnyalah dia sambil berkata: "Bukankah TUHAN telah mengurapi
engkau menjadi raja atas umat-Nya Israel? Engkau akan memegang tampuk
pemerintahan atas umat TUHAN, dan engkau akan menyelamatkannya dari tangan
musuh-musuh di sekitarnya. Inilah tandanya bagimu, bahwa TUHAN telah
mengurapi engkau menjadi raja atas milik-Nya sendiri:
Tuhan telah
mengurapi Saul sebagai raja atas umat-Nya Israel, itu berarti:
-
Saul
akan memegang tampuk pemerintahan atas Israel
-
Untuk
menyelamatkan Israel dari tangan musuh di sekitarnya.
Itulah arti
dari pengurapan. Jadi, jangan salah arti soal pengurapan,
Tuhan
mengurapi raja-raja dan pemimpin-pemimpin tujuannya hanya satu; menyelamatkan umat Tuhan, umat Israel,
itu saja, tidak ada yang lain.
Tuhan
mengurapi kita dari sekarang sampai selama-lamanya, karena Tuhan mau pakai kita
untuk menyelamatkan umat-Nya. Kawanan domba ada di belakang mengikut gembala,
berarti kita harus menjadi contoh dan teladan untuk diteladani yang di belakang.
1 Samuel 10:1B-6, kita tidak akan
membaca semuanya, karena tadi malam sudah kita baca.
Di sini kita
melihat, ada 3 (tiga) tanda dialami oleh Saul, bahwa ia telah diurapi
menjadi raja.
Tanda pertama (ayat 2): Kasih, merupakan naungan dari Allah
Bapa.
Tanda kedua
(ayat 4): Firman, merupakan naungan dari Anak
Allah.
Tanda ketiga
(ayat 6): Roh El-Kudus, merupakan naungan dari Roh Allah itu sendiri.
Singkat kata,
Saul diurapi menjadi raja dengan tanda ke-Allahan, dimeteraikan oleh Allah
Tritunggal yaitu; Allah Bapa, Anak Allah dan Allah Roh Kudus.
Sekarang,
masuklah kita pada ayat 7..
1 Samuel 10:7
(10:7)
Apabila tanda-tanda ini terjadi kepadamu, lakukanlah apa saja yang didapat
oleh tanganmu, sebab Allah menyertai engkau.
Selanjutnya,
Saul akan melakukan apa saja yang didapat tangannya, jaminannya; Allah
menyertai Saul.
Jadi, apa
saja yang didapat oleh tangan, kerjakan saja saudara, nanti Allah Tritunggal
menyertai. Dapat sedikit; kerjakan saja, dapat banyak; kerjakan saja.
Ini contoh
saja, kami jemaat yang sedikit, kadang 30-40 yang hadir. Tetapi apa yang
didapat tangan; kerjakan saja. Dalam satu tahun kami tetap selalu mengadakan
dua agenda di dalam penggembalaan ini:
1.
Natal
PPT
2.
Paskah
PPT
Jadi, apa
yang sudah dipercayakan oleh Tuhan, yang sudah kami terima dan ada di tangan
ini; kerjakan saja. Dan kita sudah mengerjakannya, tidak untuk ditunda-tunda.
1 Samuel 10:8
(10:8)
Engkau harus pergi ke Gilgal mendahului aku, dan camkanlah, aku akan datang
kepadamu untuk mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Engkau
harus menunggu tujuh hari lamanya, sampai aku datang kepadamu dan
memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan."
Selanjutnya,
di sini kita perhatikan; Saul
diperintahkan untuk pergi ke Gilgal mendahului Samuel dan Saul harus menunggu Samuel 7 hari
lamanya, sebab Samuel hendak
memberitahukan kepada Saul apa yang harus ia lakukan, ini adalah perintah yang kedua. Namun tentu saja,
setelah Samuel mempersembahkan korban kepada Tuhan yaitu; korban bakaran dan korban
keselamatan.
Pertanyaannya:
Apakah
Saul sebagai raja yang diurapi mengikuti perintah Tuhan?
Mari kita
lihat jawabannya dalam..
1 Samuel 13:8A
(13:8) Ia
menunggu tujuh hari lamanya sampai waktu yang ditentukan Samuel.
Tetapi ketika Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah rakyat itu berserak-serak
meninggalkan dia.
Intinya, Saul
sudah berada di Gilgal dan menunggu 7 hari lamanya, sesuai dengan jangka waktu
yang ditentukan Samuel. Sampai saat ini, “nampaknya” Saul dengar-dengaran.
1 Samuel 13:8B-9
(13:8)
Ia menunggu tujuh hari lamanya sampai waktu yang ditentukan Samuel. Tetapi
ketika Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah rakyat itu berserak-serak
meninggalkan dia. (13:9) Sebab
itu Saul berkata: "Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban
keselamatan itu." Lalu ia mempersembahkan korban bakaran.
Namun di sini
kita melihat, ketika rakyat berserak-serak meninggalkan Saul dan kejadian itu
terjadi tepatnya pada hari ke-7, Saul
memberanikan diri untuk mempersembahkan korban
bakaran dan korban keselamatan,
yang seharusnya itu dikerjakan oleh Samuel (seorang imam). Mempersembahkan
korban bakaran dan korban keselamatan, itu tugas imam, bukan seorang raja.
Tetapi, karena Saul melihat bahwa rakyat sudah berserak-serak dan meninggalkan
dia, iapun memberanikan diri melakukan hal itu. Dalam hal ini ternyata Saul tidak memiliki roh dengar-dengaran,
sebab Saul tidak taat
kepada perintah Tuhan Allah.
Perlu untuk
diketahui:
Jika seorang
gembala / pemimpin jemaat taat, dengar-dengaran, percayalah sidang jemaat yang
digembalakan niscaya taat dan dengar-dengaran juga. Kalau saya sebagai seorang
gembala taat, dengar-dengaran, pasti domba-domba juga taat, dengar-dengaran.
Biar jungkir balik berdoa, kalau saya sebagai gembala tidak taat,
dengar-dengaran, domba-domba tidak akan pernah taat, karena gembala berjalan di
depan untuk menjadi contoh dan teladan.
Gembala itu
bukan seperti menggembalakan bebek yang dipukul dari belakang, ketika bertelur
diambil telurnya. Kita ini gembala kambing domba; ada kambing, ada domba, ada
yang menanduk, ada juga yang dengar-dengaran, tetapi, kita harus tetapi di
depan menjadi contoh teladan. Tetapi Saul, tidak taat kepada Tuhan Allah.
Jadi saudara,
kalau rakyat berserak-serak meninggalkan Saul, itu adalah tanda bahwasanya Saul
tidak taat. Tetapi, andaikata Saul taat, bangsa Israel tetap berserak-serak,
dia tidak perlu melakukan hal yang bodoh itu, karena itu bukan tugasnya, itu
tugas imam besar.
Mari kita
perhatikan lagi..
1 Samuel
13:10
(13:10)
Baru saja ia habis mempersembahkan korban bakaran, maka tampaklah Samuel
datang. Saul pergi menyongsongnya untuk memberi salam kepadanya.
Setelah Saul
mempersembahkan korban bakaran, Samuel pun datang pada hari ke-7, sesuai dengan
perkataan dan janjinya kepada Saul. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Samuel tidak memiliki roh serampangan
di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya di hadapan Tuhan. Hal itu ditunjukkan
Samuel dihadapan Saul dan harusnya Saul memahami dan mengerti akan hal itu. Jadi,
kalau hamba Tuhan menepati janjinya, menunjukkan bahwa dia tidak serampangan.
Sejenak kita
lihat bahwa pribadi Samuel layak menjadi hakim dan Israel berhakim kepada dia.
2 Korintus
1:17 --- Perikop: “Perubahan dalam rencana Paulus”
Dalam
melayani Tuhan dan pekerjaan Tuhan, tentu ada dalam perencanaan. Kita pun
datang dihimpunkan di tempat ini juga ada dalam perencanaan.
2 Korintus
1:17
(1:17)
Jadi, adakah aku bertindak serampangan dalam merencanakan hal ini? Atau adakah
aku membuat rencanaku itu menurut keinginanku sendiri, sehingga padaku serentak
terdapat "ya" dan "tidak"?
Rasul Paulus
tidak serampangan dalam merencanakan suatu pelayanan, demikian juga seorang
hamba Tuhan, apalagi seorang gembala / pemimpin jemaat.
Serampangan artinya; di dalam diri seseorang
serentak terdapat “ya” dan “tidak”. Maksudnya; satu kali ia akan berkata “ya”
namun dalam kesempatan yang lain akan berkata “tidak”. Hati-hati, seorang hamba
Tuhan tidak boleh seperti itu dan Samuel adalah teladan yang baik bagi kita,
bukan hanya untuk Saul saja.
Jadi, seorang
hamba Tuhan tidak boleh serampangan di dalam melayani Tuhan dan melayani
pekerjaan Tuhan. Di dalam diri seorang hamba Tuhan tidak boleh serentak
terdapat “ya” dan “tidak”. Kalau “ya” harus “ya”, kalau “tidak” harus “tidak”,
jangan isi undangan mau datang, faktanya tidak datang. Saya yakin, kalau
seorang gembala sidang serampangan seperti ini, sidang jemaatnya juga
serampangan. Jangan percuma jungkir balik berdoa supaya jemaat benar, tetapi
kita sendiri serampangan, itu tidak bisa.
Mohon maaf,
jangan dulu tersinggung, bukan tidak boleh berkhotbah tentang doa, tetapi,
seringkali “sepertinya” pusat / central dari khotbah itu adalah tentang doa
yang didengar Tuhan. Sesungguhnya praktek Firman saja, sebab doa orang benar
besar kuasanya. Kenapa yang dikhotbahkan “doa
yang benar besar kuasanya…”, tidak harus seperti itu. Kenapa kita tidak
action Firman saja, pasti doa didengar oleh Tuhan.
Hidup suci
saja doa pasti didengar Tuhan, seperti perkataan Daud; Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang
tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang yang suci Engkau
berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku
belat-belit (2 Samuel 22:26-27).
Tuhan akan berbelat-belit kepada hamba-hamba Tuhan yang tidak sungguh-sungguh.
Biar juga doanya sampai jungkir balik, Tuhan tetap berbelat-belit. Seperti
itulah Tuhan kalau kita tidak sungguh-sungguh kepada-Nya. Jadi saudara,
jujur-jujur saja, pasti doa dikabulkan oleh Tuhan. Jangan serampangan di tengah
ibadah dan pelayanan. Jangan “ya” dan “tidak”, kalau “ya” harus “ya”, kalau
“tidak” harus “tidak”.
Kenapa bisa serampangan? Jawabnya; karena tugas pelayanan itu direncanakan menurut keinginannya sendiri.
Coba kalau kita mengikuti rencana Tuhan, pasti kita tidak serampangan. Tetapi
ternyata, tugas ibadah dan pelayanan itu direncanakan menurut kehendaknya sendiri,
bukan kehendak Tuhan. Padahal kita tahu dengan jelas bahwasanya ibadah dan
pelayanan ini adalah pekerjaan Tuhan, bukan pekerjaan manusia. Seperti
Kebaktian Natal PPT yang kita selenggarakan dua hari, tiga kali ibadah saat
ini, itu pekerjaan Tuhan bukan pekerjaan manusia, bukan pekerjaan Daniel U.
Sitohang.
2 Korintus
1:18-19
(1:18)
Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya"
dan "tidak". (1:19) Karena
Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu,
yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan
"tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya".
Terhadap
salib, Yesus berkata: “Ya Bapa”, di dalam diri Yesus hanya ada “ya”. Yesus
tidak pernah berkata kepada Bapa: “tidak” atau “Bapa yang dipaku di tangan
kanan saja, kiri jangan”, tidak begitu. Atau “jari kelingking kaki saja yang
dipaku”, tidak begitu. Yesus selalu berkata; “Ya Bapa”, Yesus tidak adu argumen
dengan Bapa di Sorga. Enak tidak enak, di dalam Yesus semuanya hanya ada “ya”.
Memikul salib, enak atau tidak enak, hanya ada kata “ya.”
2 Korintus
1:20
(1:20)
Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah
sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan
Allah.
Karena
Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah, maka kita harus berkata “amin.”
Inilah contoh
teladan Samuel kepada Saul, dia menepati janjinya, dia harus datang pada hari
ke-7, karena dia harus memberitahukan segala sesuatu yang harus dilakukan oleh
Saul, tentu saja setelah Samuel mempersembahkan korban bakaran dan korban
keselamatan. Namun kenyataannya, Saul telah memberanikan diri untuk
mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan.
1 Samuel
13:11-12
(13:11)
Tetapi kata Samuel: "Apa yang telah kauperbuat?" Jawab Saul:
"Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau
tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah
berkumpul di Mikhmas, (13:12) maka
pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku
belum memohonkan belas kasihan TUHAN; sebab itu aku memberanikan diri, lalu
mempersembahkan korban bakaran."
Samuel bertanya kepada Saul;“Apa yang telah
kauperbuat?" Sebenarnya,
dari pertanyaan ini kita bisa melihat, Samuel mengharapkan jawaban yang jujur
dan tulus dari Saul, karena dia diurapi oleh Tuhan. Kalau diurapi, tidak perlu
diajar oleh orang lain untuk berkata jujur, karena urapan itu mengajar kita
tentang segala sesuatu dan ajarannya itu benar dan tidak ada yang salah (dusta)
sebagaimaan 1 Yohanes 2:27. Namun
kenyataannya, Saul memberi sebuah alasan
untuk membenarkan dirinya, sebab ia telah memberanikan diri untuk
mempersembahkan korban bakaran padahal itu adalah tugas seorang imam, hal itu
tidak dikerjakan oleh seorang
raja.
Saudara, Yesus adalah Imam Besar Agung, Ia telah…
a. Mempersembahkan korban bakaran kepada Allah.
Sebab, Ia telah dihanguskan oleh api Mezbah
Korban Bakaran, Ia telah dihanguskan oleh api sengsara-Nya di atas kayu salib. Jadi,
korban bakaran à KASIH ALLAH, berkuasa mengampuni dan
menutupi dosa.
Setahu saya, korban bakaran semuanya harus
hangus dari kepala sampai ekor, tidak boleh ada buntut-buntutnya.
b. Mempersembahkan korban keselamatan kepada
Allah.
Sebab, Ia telah menyucikan kita dengan
darah-Nya supaya kita dibenarkan dan diselamatkan.
Jadi, siapa yang
harus mempersembahkan korban, raja atau imam besar? Yesus adalah imam
besar, Ia telah mempersembahkan korban bakaran; untuk menutupi dosa. Juga
mempersembahkan korban keselamatan, sehingga kita dibenarkan dan diselamatkan.
Itulah korban bakaran dan korban keselamatan, tetapi dasar Saul sontoloyo.
Tetapi kita semua di tempat ini, bukan hamba-hamba Tuhan yang sontoloyo, kita
hamba Tuhan / pemimpin jemaat yang bijaksana.
Singkat kata, Saul memberanikan diri dalam hal
mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, tetapi ia tidak jujur
menjawab pertanyaan Samuel, ia langsung membenarkan dirinya. Hal ini
menunjukkan bahwa Saul tidak mau berterus terang untuk mengakui kesalahan yang
telah ia perbuat. Seorang pemimpin jemaat harus jujur, kalau tidak jujur maka
domba-domba juga tidak jujur semua. Jadi, capek kita mendoakan jemaat yang
tidak jujur, kalau kita sendiri tidak jujur. Maka, harus dimulai dari kita,
maka setiap ungkapan sampai kepada Bapa di Sorga.
1 Samuel 13:13A
(13:13) Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau
tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab
sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya.
Kata Samuel kepada Saul; “Perbuatanmu itu bodoh”, sebab melakukan yang bukan tugasnya adalah
perbuatan bodoh. Sudah bodoh, tidak mau mengakui dosa, itulah orang bodoh. Kalau
dia bijaksana, pasti jujur. Enak tidak enak, apapun konsekuensinya, dia harus
jawab “ya” atau “tidak”, lebih daripada itu berasal dari si jahat (Matius 5:27).
Jadi, jangan dipelihara perbuatan bodoh, karena ada
kaitannya dengan pekerjaan iblis setan. Orang bodoh seringkali dikuasai si
jahat.
Terkait dengan itu, kita langsung membaca…
1 Yohanes 1:8
(1:8)
Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri
kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
Tidak mau
berterus terang mengakui dosa = ….
a.
Menipu diri sendiri.
Ini
kan bodoh, biasanya yang ditipu itu adalah orang lain, tetapi ini menipu diri
sendiri, bodohnya dua kali lipat.
b.
Kebenaran tidak ada di
dalam dirinya.
Itulah yang
terjadi bila tidak mau mengakui secara berterus terang.
1 Yohanes
1:10
(1:10)
Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia
menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.
Tidak mengaku
dosa konsekuensinya…
a.
Kita membuat Tuhan jadi
pendusta.
Karena,
apa yang dikerjakan oleh Tuhan itu benar, tidak ada yang salah. Dia menjadi
terkutuk karena dosa kita, kalau kita tidak mau mengakui dosa, berarti kita
menjadikan Dia pendusta, mengatakan bahwa pekerjaan Tuhan tidak benar.
b.
Firman Tuhan tidak ada
di dalam dirinya.
1 Yohanes 1:9
(1:9)
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia
akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala
kejahatan.
Sebaliknya,
jika kita mau mengakui dosa dengan jujur dan tulus, maka…
a.
Ia
akan mengampuni segala dosa kita.
Sebab
Ia telah mempersembahkan korban bakaran
sebagai tanda kasih-Nya kepada kita
b.
Ia
akan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Sebab
Imam Besar Agung telah mempersembahkan korban
keselamatan.
Jadi, korban bakaran; mengampuni dosa,
sedangkan korban keselamatan;
menyucikan kita dengan darah-Nya supaya kita selamat dan Yesus telah
melakukannya. Itulah sebabnya, perlu untuk mengakui dosa dengan jujur, tetapi
Saul tidak, ia menjawab dengan cara membenarkan dirinya, dengan sebuah alasan. Saya
berharap, jemaat yang kita layani tidak banyak alasan, kalau “ya” harus “ya”,
kalau “tidak” harus “tidak”.
Kita kembali
membaca….
1 Samuel
13:13
(13:13)
Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti
perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya
TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya.
Saul tidak taat karena tidak mengikuti
perintah TUHAN.
Dampak negatif tidak taat:
1 Samuel
13:13C-14A
(13:13)
Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti
perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN
mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. (13:14) Tetapi sekarang kerajaanmu
tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan
TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak
mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu."
Kedudukan
Saul sebagai raja atas Israel; tidak
kokoh dan tidak tinggal tetap
seperti langit dan bumi, satu kali akan berlalu = BINASA.
Saudara,
langit yang pertama, bumi yang pertama, satu kali akan berlalu. Kedatangan
Tuhan sudah tidak lama lagi, jadi kita jangan lagi serampangan di tengah-tengah
ibadah dan pelayanan di hadapan Tuhan. Tidak perlu lagi kita merebut sesuatu
yang akan berlalu, lebih baik taat saja.
Mata kita
sendiri sudah melihat kejadian yang baru-baru ini terjadi di Sumatera Utara,
semua harta benda, mobil-mobil, rumah mewah berapa tingkat; habis. Jadi untuk apa kita memperebutkan sesuatu
yang suatu kali akan berlalu? Lebih baik taat saja, sesederhana dan sesimpel
itu kok, tidak rumit, yang bikin rumit adalah diri sendiri.
Sekarang,
marilah kita “berandai-andai”,
maksudnya; “andaikata Saul taat”….
1 Samuel 10:8
(10:8)
Engkau harus pergi ke Gilgal mendahului aku, dan camkanlah, aku akan datang
kepadamu untuk mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan.
Engkau harus menunggu tujuh hari lamanya, sampai aku datang kepadamu dan
memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan."
Di sini kita
melihat, Samuel berkata kepada Saul; aku
datang kepadamu, sebanyak dua kali.
Yang pertama:
Untuk mempersembahkan korban bakaran dan
korban keselamatan.
Yang kedua: Untuk memberitahukan kepada Saul apa yang
harus dilakukan oleh Saul.
Singkat kata,
Tuhan akan berbicara kepada kita, kepada
raja-raja di bumi ini, kepada hamba-hamba Tuhan yang diurapi secara pribadi,
supaya kita tahu apa yang harus kita perbuat dan lakukan untuk menyenangkan
hati Tuhan. Tetapi syaratnya, terlebih dahulu mempersembahkan korban bakaran
dan korban keselamatan = mau menjadi
kecil.
Jadi, kalau Tuhan
mau berbicara kepada kita pribadi lepas pribadi, termasuk khotbah-khotbah yang
harus disampaikan, harus mau menjadi kecil.
Mari kita
buktikan dalam…
Matius
11:25-26 --- Perikop: “Ajakan Juruselamat”
(11:25)
Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan
langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan
orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (11:26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
Semuanya itu
Tuhan sembunyikan bagi orang bijak
dan orang pandai atau merasa hebat, tetapi kepada
orang kecil; Tuhan nyatakan segala sesuatunya, Tuhan ceritakan pribadi
lepas pribadi, dia dapat mendengar apa yang disampaikan oleh Tuhan, sebab Tuhan
berkenan kepada orang yang kecil. Tuhan tidak berkenan kepada orang yang sok
gagah dan hebat.
Mulai dari
saya dan semua rekan hamba-hamba Tuhan yang saya hormati, marilah kita turun ke
bawah, merendahkan diri, bahkan mau menjadi kecil, sebab Tuhan berkenan kepada
yang kecil. Bukti Tuhan berkenan kepada orang yang kecil: Tuhan akan
memberitahukan segala sesuatu, sehingga kita dimampukan untuk berkhotbah.
Sehingga, ibadah dan pelayanan itu, meski sederhana, ada damai sejahtera, ada
Raja di tengah-tengahnya. Jangan seperti bangsa Israel, meminta raja seperti
bangsa-bangsa lain, supaya terlihat keren-kerenan. Padahal, sudah ada Raja,
tetapi meminta raja lain; kelasnya menjadi turun.
Kita kembali
membaca…
1 Samuel
13:14B
(13:14)
Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang
yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas
umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN
kepadamu."
TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hatiNya.
Karena Saul
tidak taat, akhirnya Tuhan memilih yang berkenan di hati-Nya dan Tuhan telah
menunjuk dia menjadi raja atas Israel. Pernyataan ini jelas menunjuk kepada
Daud. Jadi, Daud berkenan di hati Tuhan, itu sebabnya Tuhan memilih Daud. Berkenan, berarti mau menjadi kecil.
Mari kita
buktikan, apakah betul Daud mau menjadi
kecil?
Mazmur 22:7-8
(22:7)
Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina
oleh orang banyak (22:8) Semua yang
melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan
kepalanya:
Kita lihat
dulu dalam “ejaan lama”…
Mazmur 22:7
(22:7)
Tetapi aku ini seperti cacing, bukannya manusia, suatu kecelaan kepada
manusia dan suatu kehinaan kepada orang banyak.
Daud mengakui
dan menyadari bahwa dirinya adalah seekor cacing, itu artinya; Daud mau dan rela menjadi kecil.
Ciri-ciri mau
menjadi suatu kehidupan yang kecil:
Tinggal di perut bumi / ada di dalam tanah.
Hal ini berbicara
tentang pengalaman kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Prakteknya:
-
Rela dicela dan dihina
Ketika
dicela dan dihina tidak usah klarifikasi dan membawanya sampai ke meja hijau.
Kurang elok kalau hamba Tuhan seperti itu. Kapan
bagi dia untuk memikul salib?
-
Rela diolok-olok
-
Rela dicibir oleh bibir
yang tidak bertanggung jawab.
Saya
banyak sekali dicibir, baik oleh kesalahanku sendiri, ataupun karena iri hati
seseorang.
-
Orang menggelengkan
kepalanya
= rela untuk tidak dianggap dan tidak diakui keberadaannya.
Kalau
ada orang yang tidak mengakui keberadaan kita; tidak apa-apa, biarkan saja.
Yang penting Tuhan mengakui kita, dipercayakan untuk melayani Tuhan dan
melayani pekerjaan Tuhan. Jangan sampai Tuhan tidak mengakui hanya karena kita
ingin pengakuan manusia di bumi ini.
Jadilah hamba
Tuhan yang diurapi, berkenan dihadapan Tuhan, berarti; mau menjadi kecil,
berada di perut bumi. Jangan kita berkata “saya hamba Tuhan” tetapi suka di permukaan,
itu bukan cacing, itu bukan pilihan raja. Kalau mau menjadi pilihan raja harus
berada di perut bumi, mau menjadi cacing, tidak di permukaan, tidak dalam
keadaan selalu menonjolkan diri.
Inilah
pilihan Tuhan (Daud), bukan pilihan bangsa Israel (Saul), pribadi yang tidak
setia itu.
Saudara, aneh
saja kalau cacing ada di permukaan. Yang membuat cacing ada di permukaan kan
tangan-tangan jahil, si pemalas yang suka mancing. Saya kira rugi kalau kita
tidak mau menjadi kecil, sebab Tuhan berkenan kepada yang kecil. Oleh sebab
itu, marilah kita turun ke bawah, jangan membawa diri ke permukaan, biarlah
Tuhan nanti yang mengangkat kita. Saya kira itu sudah menjadi pengalaman kita
masing-masing termasuk saya. Dahulu, ketika saya datang ke provinsi Banten ini,
saya tidak membawa apa-apa, tidak mengerti seperti apa modelnya melayani di
provinsi Banten ini. Setibanya di sini saya kaget, karena ternyata tidak bebas
beribadah. Saya hanya biasa menangis kepada Tuhan.
Mazmur 22:9
(22:9)
"Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah
Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?"
Jadi, dari
sini kita melihat, nyata sekali pembelaan Tuhan kepada yang kecil. Kalau orang
lain tidak mengakui cacing, tidak apa, yang penting Tuhan bela dan itu sudah
menjadi pengalaman kita, saya sendiri juga mengalaminya. Sebaliknya, Saul
diserahkan kepada tangan musuh dan akhirnya binasa di tangan musuh juga.
Jadi, mau pilih mana, taat atau tidak taat?
Saya kira, taatlah seperti Daud; mau menjadi cacing. Namanya cacing, selalu ada
di perut bumi, tidak ada di permukaan.
Saudara,
sekalipun Saul diserahkan kepada tangan musuh dan akhirnya binasa di tangan
musuh, sebetulnya Tuhan masih memberi kesempatan kepada dia untuk mengalahkan
musuh-musuh Israel, antara lain; Moab, Amon, raja negeri Soba, Filistin dan memukul
kalah orang Amalek.
Mari kita
lihat…
1 Samuel
14:47-48 --- Perikop: “Catatan tentang
musuh-musuh dan keluarga Saul”
(14:47)
Setelah Saul mendapat jabatan raja atas Israel, maka berperanglah ia ke segala
penjuru melawan segala musuhnya: melawan Moab, bani Amon, Edom, raja-raja
negeri Zoba dan orang Filistin. Dan ke mana pun ia pergi, ia selalu mendapat
kemenangan. (14:48) Ia melakukan
perbuatan-perbuatan yang gagah perkasa, memukul kalah orang Amalek, dan
melepaskan Israel dari tangan orang-orang yang merampasi mereka.
Perlu untuk
diketahui, ketika Saul memukul kalah orang Amalek, itu adalah kesempatan yang kedua yang Tuhan
berikan kepada Saul. Di atas tadi kita sudah melihat, kesempatan yang pertama
sudah berlalu; Saul tidak taat kepada perintah Allah, sebab ia telah
memberanikan diri untuk mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan
kepada Allah.
Begitu juga
kepada saya dan kita semua, Tuhan masih memberi kesempatan. Saya punya
pengalaman masa lalu, tetapi Tuhan masih memberi kesempatan kepada saya, itu
adalah anugerah / kemurahan dan saya harus manfaatkan kesempatan kedua ini,
jangan sontoloyo seperti Saul.
Mari kita
mengikuti jalan cerita “kesempatan kedua” ini, dalam sebuah pembahasan yang
singkat.
1 Samuel
15:1-3 --- Perikop: “Saul ditolak sebagai raja”
(15:1)
Berkatalah Samuel kepada Saul: "Aku telah diutus oleh TUHAN untuk
mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh sebab itu,
dengarkanlah bunyi firman TUHAN. (15:2)
Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang
Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka,
ketika orang Israel pergi dari Mesir. (15:3)
Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada
padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya,
laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu
maupun domba, unta maupun keledai."
Singkat kata,
Tuhan mengurapi Saul menjadi raja atas Israel. Oleh sebab itu, Saul harus
melakukan perintah Allah yakni; menumpas habis orang Amalek, sampai
kepada binatangnya tanpa mengenal belas kasihan (tanpa rasa sayang sedikitpun).
Inilah
perintah Allah kepada Saul, untuk “kesempatan yang kedua.”
Jadi, Saul
harus membunuh semua orang Amalek, baik laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak
maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai."
1 Samuel
15:7-9
(15:7)
Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur, yang di
sebelah timur Mesir. (15:8) Agag,
raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya
ditumpasnya dengan mata pedang. (15:9)
Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan
lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang
berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang
tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka.
Di sini kita
melihat, memang Saul telah memukul kalah orang Amalek, akan tetapi…
-
Agag
diselamatkan, namun segenap rakyat ditumpas.
-
Kambing
domba dan lembu-lembu yang terbaik / berharga tidak ditumpas, akan tetapi yang
bangunnya buruk dan kurus kering; ditumpas.
1 Samuel 15:10-11
(15:10)
Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian: (15:11) "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul
raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku."
Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN
semalam-malaman.
Singkat kata,
Saul tidak melaksanakan Firman Tuhan Allah dan Tuhan memberitahukan semua hal
itu kepada Samuel secara gamblang. Demikian juga kita para hamba Tuhan, kalau
kita mau menjadi kecil / mau menjadi cacing, Tuhan berkenan kepada kita, maka
Tuhan akan memberitahukan kepada kita kondisi jemaat, sehingga, barulah kita
bisa berdoa. Semalam-malaman Samuel berdoa, bergumul, sebab sakit hatinya
karena Tuhan memberitahukan keadaan Saul yang tidak menuruti perintah Allah (tidak
menggunakan kesempatan yang kedua).
Saudara,
kalau kita sudah dipanggil menjadi hamba Tuhan, tetaplah menjadi hamba Tuhan,
jangan tinggalkan lagi. Sudah enak kita menjadi hamba Tuhan, jemaat satu, dua
atau tiga orang saja, kita tetap dipelihara Tuhan, dan itu saya rasakan. Sekali
raja diurapi, tetaplah jadi raja yang diurapi.
1 Samuel 15:12-13
(15:12)
Lalu Samuel bangun pagi-pagi untuk bertemu dengan Saul, tetapi diberitahukan
kepada Samuel, demikian: "Saul telah ke Karmel tadi dan telah didirikannya
baginya suatu tanda peringatan; kemudian ia balik dan mengambil jurusan ke
Gilgal." (15:13) Ketika Samuel
sampai kepada Saul, berkatalah Saul kepadanya: "Diberkatilah kiranya
engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN."
Jadi, singkat
kata, Samuel bangun pagi-pagi untuk menemui Saul. Dan saat bertemu, Saul
berkata: Diberkatilah kiranya engkau oleh
TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN." Sebetulnya, Saul mengatakan
hal itu karena ia merasa telah melaksanakan Firman Tuhan. Akan tetapi, dalam
pandangan Tuhan, Saul tidak mendengar suara Tuhan dan hal itu telah diceritakan
kepada Samuel. Sebab..
-
Saul
telah mengambil jarahan binatang yang tambun-tambun
-
Melakukan
apa yang jahat yaitu; menyelamatkan Agag, raja orang Amalek.
Memang
rakyatnya ditumpas, akan tetapi Agag raja orang Amalek diselamatkan, itu
adalah kejahatan.
Sebagaimana
yang tertulis dalam 1 Samuel 15:19
--- Mengapa engkau tidak mendengarkan
suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang
jahat di mata TUHAN?"
1 Samuel
15:20
(15:20)
Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti
jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang
Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas.
Di sini kita
melihat, Saul membela diri. Kalau sudah salah katakan salah, tidak perlu
membela diri. Kita bukan jaksa penuntut hukum, yang ngeyel-ngeyelan di meja
hijau. Jadi, kalau salah, katakan salah dan segera minta maaf, minta doa supaya
jangan mengulangi kesalahan yang sama.
Alasan Saul
menyelamatkan Agag, raja orang Amalek adalah: karena orang Amalek itu sendiri
telah ditumpas oleh Saul.
Saudara,
sebetulnya menyelamatkan Agag, raja orang Amalek adalah kejahatan dan kejahatan
harus ditumpas sampai ke akar kejahatan itu sendiri. Kalau Agag diselamatkan
dengan lain tidak ditumpas, maka, akar kejahatan itu akan membangun kembali struktur kejahatan yang baru dengan luar
biasa, disebutlah itu “menyalibkan Yesus
berkali-kali” bagi dirinya. Sebagaimana dalam Ibrani 6:6 --- namun yang
murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka
bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan
menghina-Nya di muka umum.
Jadi, yang
selalu mengulangi kesalahan, menyalibkan lagi Yesus bagi diri mereka, itulah
Saul.
1 Samuel
15:21
(15:21)
Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang
terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan
korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal."
Selanjutnya,
alasan Saul mengambil jarahan yang tambun-tambun baik dari lembu sapi, kambing
domba ialah: untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan.
Sebelum kita
lanjut lebih lagi, saya akan menunjukkan satu perkara kepada kita semua terkait
pernyataan Saul “untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan.” Saudara, melayani
Tuhan dalam bentuk apapun, itu sama saja dengan mempersembahkan korban kepada
Tuhan di atas mezbah Tuhan. Seperti pada saat pagi ini, kita mempersembahkan
korban di atas mezbah Tuhan. Tetapi ada yang mau saya sampaikan, asalkan
saudara jangan kaget setengah mati.
Hosea 8: 11
(8:11)
Sungguh, Efraim telah memperbanyak mezbah; mezbah-mezbah itu menjadikan
mereka berdosa.
Jadi, semakin banyak pelayanan semakin berdosa,
aneh bukan? Tetapi mengapa bisa seperti
itu? Mari kita lihat alasannya.
Alasannya ada
2 (dua)..
1.
Hosea
8:12
(8:12)
Sekalipun Kutuliskan baginya banyak pengajaran-Ku, itu akan dianggap
mereka sebagai sesuatu yang asing.
Alasan pertama; karena
menolak pengajaran. Tetapi pagi ini kita menerima Pengajaran Firman Allah,
bukan lari-lari dari penggembalaan.
2.
Hosea
8:14
(8:14)
Israel telah melupakan Pembuatnya dan telah mendirikan istana-istana;
Yehuda telah memperbanyak kota-kota yang berkubu; tetapi Aku akan melepas api
ke dalam kota-kota mereka, sehingga puri mereka dimakan habis.
Israel telah melupakan Pembuatnya dan telah mendirikan istana-istana, artinya; tidak mau lagi diam
/ tersungkur / sujud di kayu salib, tetapi pelayanan dimana-mana sehingga
dosanya semakin banyak.
Jadi saudara,
semakin banyak pelayanan tetapi tidak suka pengajaran Firman; dosa semakin
banyak. Semakin banyak pelayanan, tetapi tidak mau duduk diam di kaki salib
untuk sujud menyembah kepada Tuhan, itu yang membuat dia berdosa, Alkitab yang
berkata.
Itulah Saul,
ia merasa sudah paling benar, melayani dimana-mana, tetapi tidak suka
Pengajaran Firman. Pengeluaran banyak, tetapi input (penyembahan) tidak ada, lalu dengan kuasa apa ia melayani Tuhan? Itulah
sebabnya Tuhan berkata; semakin banyak melayani semakin banyak dosa. Ini harus
menjadi pelajaran bagi kita semua, itu sebabnya saya katakan di atas tadi;
jangan kaget dan juga jangan tersinggung, supaya kita jangan seperti Saul.
Mulai dari
sekarang kita belajar, bukan pelayanan itu yang Tuhan lihat, yang Tuhan mau
adalah supaya kita menghidupi Pengajaran Firman yang kita terima. Dan yang
kedua, jangan sibuk dengan kepentingan diri sendiri, tetapi maulah kita
tersungkur di kaki salib dan sujud menyembah kepada Dia (berdiam diri).
Sekarang kita
lihat jawaban Samuel kepada Saul…
1 Samuel
15:22-23
(15:22)
Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan
korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya,
mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik
dari pada lemak domba-domba jantan.
Di sini sudah
sangat jelas, sesungguhnya…
-
Mendengarkan lebih baik
daripada korban sembelihan,
-
Memperhatikan lebih baik
daripada lemak domba-domba jantan.
Lemak
domba jantan artinya; memuji Tuhan dengan luar biasa (Mazmur 63:6)
1 Samuel
15:23
(15:23)
Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan
adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah
menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
Saudara,,,
-
Mendurhaka / memberontak
kepada Pengajaran Firman,
setara dengan dosa bertenung.
Bertenung artinya; mencari
petunjuk tetapi bukan dari Tuhan, bukan dari urim dan tumim yang ada pada tapal
dada seorang imam besar, tetapi kepada arwah-arwah lewat perdukunan,
ramalan-ramalan, zodiak-zodiak, horoskop.
Mungkin
kita berkata; “saya tidak pernah bertenung”, tetapi tidak suka dengan
Pengajaran Firman, itu sudah bertenung. Jadi hati - hati saudara; memperbanyak pelayanan tetapi tidak mau
duduk diam di kaki salib, memperbanyak pelayanan tetapi tidak mau duduk diam
mendengarkan Pengajaran Firman, untuk
apa? Yang ada semakin menambah dosa.
-
Kedegilan / kekerasan di
hati,
dosa ini setara dengan penyembahan
berhala.
Mungkin
kita berkata “saya tidak pernah menyembah berhala, tidak pernah mendirikan
terafim atau arca di rumah saya”, tetapi dengan mengeraskan hati kepada
Pengajaran Firman Allah, dosanya setara dengan penyembahan berhala.
Inilah dosa
dari Saul dan Samuel yang menceritakan dosa itu kepada Saul, karena dia tidak
taat kepada Firman Allah. Dan malam ini Tuhan terangkan semua itu kepada kita,
supaya kita jangan berlaku bodoh seperti Saul.
Jadi, sekali
lagi saya tandaskan;
-
Mendengarkan suara Tuhan
lebih baik daripada korban sembelihan.
Jadi,
saudara jangan merasa paling hebat kalau sudah banyak pelayanan, sesungguhnya mendengarkan
Firman itu jauh lebih baik.
-
Memperhatikan Firman
Tuhan, jauh lebih baik daripada lemak domba-domba jantan.
Singkat kata,
Saul adalah seorang raja, tetapi MENDURHAKA dan DEGIL / KERAS HATI. Harusnya,
seorang raja atau kehidupan yang diurapi, tidak boleh mendurhaka dan tidak
boleh keras hati melainkan murah hati.
Di atas tadi
kita sudah melihat;
-
Memberontak kepada Allah, setara
dengan dosa bertenung
-
Kedegilan / kekerasan di
hati,
setara dengan dosa penyembahan berhala.
Pendeknya,
bertenung dan menyembah berhala menunjukkan bahwa Saul TIDAK SETIA
kepada Allah.
Jadi, dosa
yang pertama yaitu memberanikan diri untuk mempersembahkan korban bakaran dan
korban keselamatan adalah tandan ketidaktaatan
Saul. Tetapi, dosa dalam kesempatan yang kedua adalah ketidaksetiaan Saul.
Pendeknya, SAUL TIDAK TAAT dan TIDAK SETIA kepada
Allah.
Sekarang,
terlepas dari ketidaktaatan Saul, timbul pertanyaan:
Mengapa Amalek harus
ditumpas tanpa mengenal belas kasihan?
1 Samuel 15:2
(15:2)
Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan
orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi
mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.
Tuhan hendak
membalas kejahatan orang Amalek. Adapun kejahatan orang Amalek; menghalang-halangi orang Israel pergi
dari Mesir.
-
Mesir adalah gambaran dari
dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalam dunia.
Yang
saya tahu, segala sesuatu yang ada di dalam dunia yaitu; keinginan daging,
keinginan mata dan keangkuhan hidup, semua itu bukan berasal dari Tuhan (1 Yohanes 2:16)
-
Amalek adalah gambaran dari
penghalang-penghalang bagi anak-anak Tuhan untuk meninggalkan / melepaskan
dirinya dari dunia yang fana ini.
Oleh sebab
itu, Amalek harus ditumpas habis tanpa belas kasihan, jangan ada rasa sayang
sedikit pun.
Mari kita
lihat kisahnya dalam ..
Ulangan 25:17
--- Perikop: “Amalek harus dihapuskan”
(25:17)
"Ingatlah apa yang dilakukan orang Amalek kepadamu pada waktu
perjalananmu keluar dari Mesir;
Amalek
menghalang-halangi bangsa Israel keluar dari Mesir.
Ulangan
25:18-19
(25:18)
bahwa engkau didatangi mereka di jalan dan semua orang lemah pada barisan
belakangmu dihantam mereka, sedang engkau lelah dan lesu. Mereka tidak takut
akan Allah. (25:19) Maka apabila
TUHAN, Allahmu, sudah mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada segala musuhmu
di sekeliling, di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dimiliki
sebagai milik pusaka, maka haruslah engkau menghapuskan ingatan kepada
Amalek dari kolong langit. Janganlah lupa!"
Sebelum
menerima milik pusaka di tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan, Tuhan sudah
pesankan; tidak boleh lupa untuk menumpas si
penghalang itulah orang Amalek. Jadi hal ini sudah Tuhan pesankan, akan
tetapi dasar Saul, dia tidak paham.
Saudara,
Tuhan sudah percayakan ibadah dan pelayanan ini kepada kita sebagai milik
pusaka, dan kalau itu sudah menjadi milik pusaka, jangan lupa; tumpas Amalek,
jangan itu jadi penghalang. Kalau dahulu saya adalah seorang kontraktor, jangan
itu jadi penghalang, jangan ada di dalam ingat-ingatan di kolong langit ini.
Kalau dulu mungkin saya seorang pebisnis, jangan ada lagi dalam ingat-ingatan,
kalau sudah melayani; layani saja. Karena, kalau sudah melayani tetapi masih
ada pikiran “ke situ” itulah yang disebut Amalek.
Oleh sebab
itu, baik hamba Tuhan ataupun umat Tuhan, haruslah menghapuskan ingatan kepada
Amalek. Hamba Tuhan tetaplah hamba Tuhan, hamba Tuhan mau jadi cacing. Hamba
Tuhan yang dipilih adalah cacing, kalau tidak mau jadi cacing; tidak dipilih
Tuhan.
Singkat kata,
hal-hal yang bersifat menghalangi kita untuk meninggalkan atau melepaskan kita
dari dunia yang fana ini, harus dihapuskan dari pikiran kita, jangan
diingat-ingat.
Sasaran dari
Amalek: barisan belakang orang
Israel.
Barisan
belakang à orang lemah, yakni;
orang yang lelah dan lesu.
Saya jadi
teringat dengan Esau, dia lelah dari padang, kenapa? Karena ia mengabaikan hari
perhentian. Dia jual hak kesulungan demi semangkuk sop kacang merah. Dia jual
yang rohani demi hal-hal yang lahiriah.
Tetapi beda
dengan Yakub; dia jual yang lahiriah demi yang rohani, kenapa? Karena Yakub klimis, tidak kumisan dan tidak jenggotan.
Beda dengan Esau, tubuhnya berbulu. (Kulit licin = merasa tidak punya apa-apa).
Meskipun
tidak punya apa-apa (klimis), tetapi Yakub menjual yang lahiriah demi yang
rohani. (Kejadian 27:11)
Itulah yang
dianggap lelah dan lesu (barisan belakang) yaitu; tidak menghargai hari
ketujuh, hari perhentian, ibadah dan pelayanan, seperti Esau (Kejadian 25:28-29). Kalau kita berada
di hari perhentian, sesibuk apapun kita menyangkal diri dan memikul salib;
tidak pernah lelah, justru salib itu yang membuat kita kuat di hadapan Tuhan.
Keluaran
17:14-15
(17:14)
Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tuliskanlah semuanya ini dalam
sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua,
bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong
langit." (17:15) Lalu Musa mendirikan
sebuah mezbah dan menamainya: "TUHANlah panji-panjiku!"
Bukti Amalek
dihapuskan dari ingatan;
1.
Ingatkanlah ke telinga
Yosua, artinya;
dengar-dengaran
kita
perlu taat dan dengar-dengaran
2.
Mendirikan sebuah mezbah,
itulah
ibadah dan pelayanan.
Hal
ini menunjukkan bahwa Tuhanlah panji-panji bagi kita, Dialah kekuatan kita.
Tuhan berperang ganti kita melawan musuh.
Jadi, singkat
kata, kesimpulan dari dua kesalahan yang diperbuat Saul adalah:
1.
Memberanikan
diri mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan = tidak taat.
2.
Menyelamatkan
Agag raja Amalek dan mengambil jarahan yang tambun = tidak setia
Pendeknya,
Saul adalah raja yang tidak taat dan tidak setia. Raja semacam ini tidak dapat
menyelamatkan umat Israel dari musuh-musuh di sekitarnya. Demikian juga
hamba-hamba Tuhan, pelayan-pelayan Tuhan yang tidak taat dan tidak setia; tidak
dipercaya dan tidak akan dipakai oleh Tuhan untuk menolong / menyelamatkan umat
Tuhan dari kebinasaan, meskipun ada di tengah ibadah dan pelayanan. Saul juga
begitu, dia terus mempertahankan takhta kerajaan, dia tetap di istana (suasana
ibadah dan pelayanan), meskipun Tuhan sudah mengangkat Daud menjadi raja,
tetapi sesungguhnya Tuhan tidak percaya kepada Saul.
Inilah yang
harus kita perhatikan, jangan merasa dipakai, padahal Tuhan sudah tidak pakai
lagi. Ini harus menjadi koreksi dan PR bagi kita, jangan merasa dipakai padahal
Tuhan sudah tinggalkan kita karena tidak taat dan tidak setia.
Kita
bandingkan dengan RAJA SEJATI.
Yesus Kristus
adalah raja sejati, Dialah Anak yang dilahirkan dari Maria, Dialah yang
menyelamatkan umat-Nya Israel (Matius
1:21)
Yohanes 4:34
(4:34)
Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang
mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Yang menjadi
makanan pokok Yesus ada 2 (dua):
1.
Melakukan kehendak
Allah.
Untuk melakukan kehendak
Allah yang dibutuhkan adalah TAAT.
Yesus
datang ke dunia ini bukan untuk melakukan kehendak-Nya, tetapi untuk melakukan kehendak
Allah Bapa.
Ibrani
5:7
(5:7)
Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan
dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari
maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. (5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat
dari apa yang telah diderita-Nya,
Yesus
telah menjadi taat dari apa yang diderita-Nya, bukan dari kesuksesan. Banyak
orang yang taat dan bahagia kalau sukses, tetapi Yesus tidak seperti itu, Ia
taat dari apa yang telah diderita-Nya.
2.
Menyelesaikan pekerjaan
Allah.
Yang
dibutuhkan supaya pekerjaan selesai adalah SETIA. Kalau tidak setia, tidak akan
selesai.
Filipi 2:5-8
(2:5)
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus, (2:6)
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, (2:7)
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (2:8)
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat
sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Di
sini kita melihat, Yesus melepaskan reputasi-Nya, melepaskan segala kemuliaan-Nya,
melepaskan segala miliknya lalu turun ke bumi.
Yesus
adalah Allah 100% (Allah sejati) dan manusia 100% (manusia sejati). Jadi, apa
yang dirasakan oleh manusia, itu juga yang dirasakan oleh Yesus.
Kemudiaan,
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia
telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib = SETIA. Itu sebabnya Yesus berkata di atas kayu salib; “sudah selesai”.
Sesudah
Yesus berkata “sudah selesai”, perkataan ini masih bergema sampai kepada…
-
Wahyu 16:17, di situ dikatakan: “sudah terlaksana”, penghukuman atas
Babel dengan 7 cawan murka Allah.
-
Kemudian
suara itu menggema lagi sampai kepada Wahyu
21:6; “semuanya telah terjadi” ,
itulah wujud mempelai Tuhan. Jadi, sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan di atas
muka bumi ini adalah kita dibawa masuk dalam perjamuan malam pesta kawin Anak
Domba; menjadi mempelai Tuhan.
Dari mana
berasal kata “semuanya telah terjadi”?
Wahyu 21:2-3
(21:2)
Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari
Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
(21:3) Lalu aku mendengar suara yang
nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di
tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan
menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.
Di sini Allah sudah bertabernakel
di tengah-tengah umat-Nya. Karena pada ayat 2 dikatakan; aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga,
dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk
suaminya. Barulah dikatakan pada
ayat 6; ‘semuanya telah terjadi”, berarti “sudah selesai”
Inilah
makanan pokok Yesus sang Raja. Berbanding terbalik dengan raja Saul, ia tidak
taat dan tidak setia. Tetapi Yesus, yang dilahirkan oleh rahim Maria; Dialah
yang akan menyelamatkan umat Tuhan. Dan hal itu kita ketahui dari makanan pokok
Yesus. Jadi, makanan raja dan makanan yang bukan raja itu berbeda kelas.
Sekarang kita
harus tahu, kelas kita adalah kelas raja, makanan kita adalah…
-
Melakukan kehendak Bapa, yang dibutuhkan adalah
taat.
-
Menyelesaikan pekerjaan
Allah,
yang dibutuhkan adalah setia.
Yesus taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu
salib = SETIA.
Sungguh, jauh sekali perbandingan antara Yesus Kristus
raja sejati dengan Saul raja sontoloyo. Tetapi kita bukan raja sontoloyo, kita
harus buktikan klasifikasi kita, dari jenis makanan pokok.
Tuhan sangat baik bagi kita, Ia berbicara hanya kepada
orang kecil, Tuhan berbicara kepada cacing. Tuhan memilih raja dari cacing
bukan dari tempat rongsokan; seperti raja sontoloyo yang sudah dipilih, tetapi
sembunyi di rongsokan itulah Saul (1 Samuel 10:22). Tetapi Daud diambil
dari perut bumi, dan makanan pokoknya ada 2; melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan
pekerjaan Allah. Inilah raja yang sanggup menyelamatkan umat Israel dari
tangan musuh di sekitarnya.
Saya kira rangkaian Firman Tuhan sudah jelas, meskipun
2 jam lebih. Tetapi memang ada harga yang harus dibayar untuk mendapatkan pengertian
dari Sorga; harus mau menjadi kecil.
Kita lihat lagi…
Yohanes 18:33-34
(18:33)
Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan
bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" (18:34) Jawab Yesus: "Apakah
engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang
mengatakannya kepadamu tentang Aku?"
Bila makanan Yesus menjadi satu dengan hati kita dan
itu sudah menjadi selera kita, maka kita tidak perlu meragukan kuasa Tuhan.
Yohanes 18:35-36
(18:35)
Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam
kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau
perbuat?" (18:36) Jawab Yesus:
"Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini,
pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang
Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."
Yesus raja sejati, Dia sangat menikmati apa yang
menjadi makanan pokok-Nya yaitu; taat dan setia, karena Yesus
raja sejati tidak mau melepaskan diri-Nya dari sebuah tanggung jawab yaitu;
menyelamatkan umat-Nya dari tangan musuh sekitar dan dibawa masuk ke dalam
kerajaan Sorga. Makanan pokok, itulah yang menyelamatkan kita.
Yohanes 18:37
(18:37)
Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus:
"Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan
untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian
tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan
suara-Ku."
Yesus lahir dan datang ke dunia ini untuk menjadi
raja. Sebagai raja, Yesus akan memberi kesaksian tentang kebenaran.
Yohanes 8:30-32 --- Perikop: “Kebenaran yang
memerdekakan”
(8:30)
Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya. (8:31) Maka kata-Nya kepada orang-orang
Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu
benar-benar adalah murid-Ku (8:32)
dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan
kamu."
Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang