Tema: “ROTI YANG
TIDAK BERAGI”
Subtema: RAGI HERODES
Shalom.
Salam sejahtera, salam
dalam kasih Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena kemurahan Tuhan, kita diijinkan
untuk melangsungkan Ibadah Persekutuan Paskah, semua karena kemurahan Tuhan.
Saya bersyukur, Tuhan
percayakan kami untuk melayani di malam hari ini. Oleh karena kemurahan Tuhan,
saya dapat berdiri melayani di tempat ini, bersama-sama menikmati kemurahan
Tuhan.
Saya juga mengucapkan
terimakasih kepada bapak gembala, Bapak Pdt. Oslen Sitorus dan juga ibu
(sebagai panitia). Demikian juga rekan-rekanku hamba-hamba Tuhan yang sudah
duduk bersama-sama bersekutu lewat Ibadah Persekutuan Paskah malam ini, juga
Bapak Pdt. Welman yang terus mendukung dari Rantauprapat dengan Ibadah
Persekutuan Paskah estafet yang dimulai kemarin pagi dan sore (dua sesi), dan
lanjut lagi di malam hari ini, semua karena kemurahan Tuhan, dan jika Tuhan
ijinkan lanjut besok di Kandis, di penggembalaan Bapak Pdt. Kanto Tamba.
Biarlah kiranya Tuhan
memberkati dan melawat, memulihkan hidup, ibadah pelayanan dan nikah rumah
tangga kita sekaliannya, berkat berkelimpahan menjadi bagian kita lewat Ibadah
Persekutuan Paskah malam ini, dengan tema lanjutan dari Rantauprapat diambil
dari 1 Korintus 5: 8.
Tetapi saya juga tidak
lupa menyapa anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti Ibadah
Persekutuan Paskah lewat live streaming video internet Youtube, Facebook
di manapun berada kiranya Tuhan memberkati kita semuanya. Oleh sebab itu,
biarlah kita memohon kemurahan Tuhan supaya Tuhan membukakan firman-Nya malam
ini, sehingga kedatangan kita tidak menjadi sia-sia.
Kita perhatikan 1
Korintus 5: 8
1 Korintus 5: 8
(5:8) Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan
ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti
yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.
Tema yang ada: “marilah
kita berpesta dengan roti yang tidak beragi”
Saat ini kita sedang
berpesta lewat kebaktian Paskah Persekutuan, tujuannya tidak lain tidak bukan
adalah untuk menikmati roti yang tidak beragi.
Sebagai pendahuluan,
kita memperhatikan tentang RAGI terlebih dahulu.
RAGI SECARA UMUM,
disebut ragi yang lama, itulah segala keburukan dan kejahatan.
1 Korintus 5: 9-11
(5:9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu
jangan bergaul dengan orang-orang cabul. (5:10) Yang aku maksudkan
bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua
orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika
demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. (5:11) Tetapi yang
kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang
sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah
berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang
yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.
Ragi yang lama yaitu
segala keburukan dan kejahatan tadi, antara lain: orang cabul, kikir,
penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk dan penipu. Inilah segala keburukan,
inilah segala kejahatan itu.
Dengan orang yang
demikian, kita dilarang untuk makan bersama-sama, sebab itu adalah ragi
yang lama. Dalam setiap pertemuan ibadah, dalam setiap kita menikmati pesta,
dilarang untuk makan bersama-sama dengan ragi yang lama.
1 Korintus 5: 6
(5:6) Kemegahanmu tidak baik. Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit
ragi mengkhamiri seluruh adonan?
Sebab sedikit saja
ragi, itu cukup mengkhamiri seluruh adonan, itu cukup mengkhamiri
seluruh penggembalaan.
Persamaan
dengan 6 perkara di atas;
1. Orang cabul = hidup dalam dosa kenajisan.
2. Kikir = terlampau hemat memakai harta bendanya = pelit. Contoh
pelit seperti yang tertulis dalam Amsal; seperti si lintah mempunyai dua anak
perempuan, yang pertama bernama “Untukku”, anak yang kedua bernama “Untukku”
3. Penyembahan berhala. Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari
Tuhan, misalnya; meninggalkan ibadah dan pelayanan karena pekerjaan, karena
bisnis, karena usaha, atau karena kesibukan-kesibukan atau karena perkara
lahiriah lainnya, itu semua berhala.
4. Pemfitnah = menjelekkan orang lain dengan kata-kata dusta.
5. Pemabuk = hidup di dalam hawa nafsu, yaitu keinginan-keinginan
daging yang jahat.
6. Penipu, berarti; orang yang menipu. Prakteknya; dengan
perkataan tidak jujur, penuh dengan tipu daya.
1 Korintus 5: 12-13
(5:12) Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang
berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di
dalam jemaat? (5:13) Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi
Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.
“Usirlah orang yang
melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu”, itulah kehidupan yang
dikuasai dengan ragi yang lama, yaitu segala keburukan dan kejahatan.
Biarlah dosa atau ragi
yang lama ini diusir dari tengah-tengah sidang jemaat dalam satu kandang
penggembalaan.
Lebih rinci kita
melihat tentang RAGI YANG LAMA dalam 1 Korintus 6.
1 Korintus 6: 6-7
(6:6) Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap
saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya? (6:7)
Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah
merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka
menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?
Dengan adanya perkara
atau perselisihan antara satu dengan yang lain, itu adalah kekalahan
bagi kita, apalagi mencari keadilan kepada orang-orang yang tidak
mengenal salib, ini merupakan kekalahan telak, ini merupakan kekalahan
besar bagi anak-anak Tuhan, terlebih hamba-hamba Tuhan.
Sebenarnya lebih
baik menderita karena ketidakadilan dan menderita karena dirugikan,
itu lebih baik dari pada kita mencari pengadilan ke Mahkamah Pengadilan untuk
mempersalahkan orang lain. Lebih baik kita menanggung penderitaan yang tidak
harus ditanggung, itulah yang disebut sengsara karena salib, aniaya karena
Firman, supaya kita tidak mengalami kekalahan telak.
Roma 8: 32
(8:32) Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi
yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan
segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
Oleh karena sengsara
salib, Allah mengaruniakan segala sesuatu kepada kita.
Jadi untuk apa kita
mencari keadilan kepada orang lain untuk mempersalahkan orang lain? Ada saja
perkara antara satu dengan yang lain, itu sudah kekalahan, apalagi mencari
keadilan kepada orang yang tidak mengenal salib untuk mempersalahkan orang
lain, itu sesuatu yang mustahil.
Justru kalau kita
menanggung penderitaan karena rela dirugikan, menanggung penderitaan karena
ketidakadilan, Tuhan akan mengaruniakan segala sesuatu kepada kita.
Dibalik sengsara,
Tuhan nyatakan kemuliaan supaya kita tidak
putus asa, sebaliknya dibalik kemuliaan ada sengsara supaya jangan
sombong. Segalanya diijinkan Tuhan.
Kita dapat mengambil
kesimpulan, yang menjadi tolak ukur di dalam mengikuti Tuhan adalah Salib,
tidak lain tidak bukan, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung;
rela menanggung ketidakadilan, rela menanggung kerugian, itu jauh lebih baik
dari pada kita mencari keadilan kepada orang yang tidak mengenal salib untuk
mempersalahkan sesama.
Roma 8: 36-37
(8:36) Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada
dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba
sembelihan." (8:37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih
dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Di dalam melayani
Tuhan, Rasul Paulus telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.
Berarti pengalaman
kematian atau menderita sengsara memang harus terjadi, memang harus
kita alami, tujuannya; supaya kita boleh mengalami kemenangan, bahkan
kita lebih dari pada orang-orang yang menang.
Sekarang kita kembali
membaca 1 Korintus 6: 8
1 Korintus 6: 8
(6:8) Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan
kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap
saudara-saudaramu.
Rasul Paulus berkata:
“Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan
kerugian terhadap saudara-saudaramu”
Pertanyaannya: kalimat
“kamu sendiri” ditujukan kepada siapa?
Untuk memperoleh jawab
yang pasti, mari kita membaca ayat berikutnya ...
1 Korintus 6: 9-10
(6:9) Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak
adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang
cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang
pemburit, (6:10) pencuri, orang kikir, pemabuk,
pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah.
Yang dimaksud dengan
orang yang tidak adil dan mendatangkan kerugian adalah orang cabul,
penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir,
pemabuk, pemfitnah dan penipu. Itulah ragi yang lama.
Kesimpulannya; yang
melakukan ketidakadilan dan yang mendatangkan kerugian adalah ragi yang lama,
yaitu segala keburukan dan kejahatan.
Kemudian dalam 1
Korintus 6: 9-10 tadi terdapat tambahan dari ragi yang lama yaitu; orang
berzinah, banci, orang pemburit, pencuri.
Mari kita lihat persamaan dari empat hal tersebut;
1. Orang berzinah = berbuat zinah, berbuat hubungan yang tidak sah ->
orang yang menduakan hati Tuhan, Dia Kepala gereja Mempelai Pria Sorga
2. Banci = tidak laki-laki, tetapi tidak perempuan, artinya;
tidak mempunyai identitas di Kerajaan Sorga.
3. Pemburit = homoseksual = laki-laki menyukai laki-laki. Kehidupan
yang seperti ini pasti mendatangkan ketidakadilan dan mendatangkan kerugian.
4. Pencuri = mengambil milik orang lain tanpa ijin, termasuk
mengambil miliknya Tuhan yaitu sepersepuluh.
Itulah yang disebut
ragi yang lama (keburukan dan kejahatan) itu, dan orang yang hidup dengan ragi
yang lama tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga, berarti mendapat bagian
dalam api neraka yang apinya tidak padam, ulatnya tidak mati.
1 Korintus 6: 9-10
(6:9) Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak
adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang
cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, (6:10)
pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah.
Hidup dengan ragi
yang lama menimbulkan ketidakadilan dan mendatangkan kerugian terhadap
sesama, tidak mendapatkan bagian dalam Kerajaan Sorga.
Inilah sedikit
mengenai ragi yang lama secara singkat (keburukan dan kejahatan), mendatangkan
kerugian dan mendatangkan ketidakadilan bagi orang lain. Jadi ragi yang lama
itu merugikan orang lain, dan hidup orang yang dikuasai ragi yang lama tidak
mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga.
Selanjutnya kita
melangkah untuk melihat RAGI SECARA KHUSUS.
Ragi
secara khusus ada tiga;
1. Ragi Farisi.
2. Ragi Saduki.
3. Ragi Herodes.
Ketiga ragi tersebut
betul-betul bertentangan dengan pengalaman kematian, pengalaman kebangkitan dan
kemuliaan dari Tuhan Yesus Kristus.
1. Ragi Farisi
bertentangan dengan pengalaman kematian Tuhan Yesus Kristus.
2. Ragi Saduki
bertentangan dengan pengalaman kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
3. Ragi Herodes
bertentangan dengan kemuliaan dari Tuhan Yesus Kristus.
Ragi secara khusus,
itulah RAGI FARISI dan RAGI SADUKI telah saya sampaikan di Rantauprapat dalam
sesi pertama dan sesi kedua, maka di tempat ini saya akan menyampaikan ragi
yang ketiga itulah RAGI HERODES.
Ijinkanlah firman
Tuhan itu berkuasa di dalam hati kita, kita terima firman Tuhan dengan rendah
hati dan lemah lembut.
Sekarang, mari kita
memeriksa tentang RAGI HERODES.
TENTANG: RAGI HERODES.
Ragi Herodes
bertentangan dengan kemuliaan dari Tuhan Yesus Kristus.
Markus 8: 15
(8:15) Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah
dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."
Tuhan berkata: “Berjaga-jagalah
dan awaslah terhadap ragi Herodes”
Markus 8: 16
(8:16) Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada
yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti."
Tetapi saat Yesus
berkata “berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi Herodes” kepada
murid-murid (12 rasul), mereka berpikir Tuhan mengatakan hal itu karena mereka
tidak membawa roti atau bekal makanan dalam perjalanan. Itu sebetulnya suatu
kekeliruan yang besar di dalam mengikuti Tuhan.
Kalau hanya soal
makanan, itu terlalu kecil bagi Tuhan. Baik juga hamba Tuhan dimanapun diutus
oleh Tuhan, pasti Tuhan sertai dengan ajaib.
Jadi seorang hamba
Tuhan tidak perlu pusing dengan soal makanan, sebab Tuhan tidak berbicara soal
makanan, yang Tuhan maksud adalah RAGI HERODES.
Markus 8: 17-18
(8:17) Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka
perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada
roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? (8:18)
Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah
kamu mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi, (8:19) pada waktu Aku
memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh
potongan-potongan roti kamu kumpulkan?" Jawab mereka: "Dua belas
bakul."
Karena Tuhan melihat
murid-murid atau rasul-rasul berpikir bahwa Tuhan mengatakan hal itu karena
tidak membawa roti, lalu Tuhan ingatkan murid-murid tentang 5 roti untuk
5000 orang, belum ditambah para isteri dan anak- anak, namun 5 roti setelah
diberkati oleh Tuhan justru sisa 12 bakul.
Sisa 12 bakul, berarti
satu bakul untuk satu murid, satu rasul. Artinya, seharusnya dengan peristiwa
ini murid-murid tidak boleh lupa, tetapi anehnya murid-murid lupa ketika Tuhan
berkata “berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi Herodes”. Maka tidak
masuk akal 3.5 tahun bersama dengan Yesus dengan pengalaman-pengalaman yang
ajaib, 5 roti diberkati dengan ajaib lalu memberi makan 5000 orang dan para
isteri dan para anak, justru sisa 12 bakul, tetapi mereka melupakan pengalaman
itu.
Kemudian kalau kita
perhatikan ayat yang lain, 5 roti itu adalah milik anak kecil, seakan-akan 5
roti ini tidak berarti dan tidak berharga, tidak bisa untuk mencukupkan 5000
orang laki-laki bersama para isteri dan
anak-anak, tetapi dengan keajaiban yang terjadi, 5 roti justru sisa 12 bakul,
terjadi sesuatu yang luar biasa.
Lalu Tuhan ingatkan
lagi dengan pemecahan roti yang kedua; 7 roti dengan beberapa ikan untuk
4000 orang, sisa 7 bakul. Masakan mereka lupa?
- Kedatangan Yesus yang
pertama dengan segala pengorbanan-Nya (5 luka), itulah pembukaan
rahasia firman.
- Kedatangan Yesus yang
kedua, Dia tampil sebagai Raja dan Mempelai yang sempurna
(itulah angka 7, sempurna).
Oleh sebab itu biarlah
kita menikmati pemecahan roti yang pertama, segenap tubuh Yesus diserahkan
kepada kita di atas kayu salib, itulah pembukaan rahasia firman untuk membawa
kita sampai kepada kesempurnaan, maka tidak boleh lupa dengan segala
pengalaman-pengalaman yang terjadi. Semua pengalaman baik susah maupun senang
harus menjadi guru, jangan dilupakan supaya kita terlepas dari ragi Farisi dan
ragi Saduki, dan termasuk malam ini ragi Herodes.
1 Timotius 4: 16
(4:16) Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.
Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan
dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.
“Awasilah dirimu
sendiri dan awasilah ajaranmu ... karena dengan berbuat demikian engkau akan
menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau”
Artinya; kalau kita
betul-betul memperhatikan, mengawasi pengajaran firman yang murni dan
kita bertekun di dalamnya, itulah yang menyelamatkan diri seorang
hamba Tuhan dan yang menyelamatkan sidang jemaat yang dilayani.
Jadi, tanggung jawab
seorang hamba Tuhan itu tidak ringan. Kalau seorang gembala sidang memberikan
teguran “awas, berjaga-jaga terhadap ragi Herodes”, jangan kita lantas
segera panas hati dan uring-uringan, akhirnya mundur dari pelayanan, karena ini
adalah tanggung jawab seorang hamba Tuhan. Awasi dirimu, awasi pengajaran
firman yang murni dan terus bertekun mengawasinya untuk menyelamatkan
pertama-tama diri hamba Tuhan itu (yang sudah menerima jabatan gembala) dan
menyelamatkan diri sidang jemaat seberapa banyak yang Tuhan percayakan dalam
satu penggembalaan.
Jadi, itulah yang
harus kita perhatikan dengan baik. Sekarang, kalau memang kita harus mengawasi
dan menjaga dengan tekun pengajaran firman Allah supaya tetap murni karena
itulah yang menyelamatkan, marilah kita memperhatikan lebih dalam tentang ragi
Herodes dalam Matius 2: 16.
Tuhan sudah ingatkan
terlebih dahulu tadi; ragi Herodes bertentangan dengan kemuliaan Tuhan Yesus
Kristus.
Lebih dalam kita
melihat RAGI HERODES
Matius 2: 16-17
(2:16) Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh
orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak
di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke
bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus
itu. (2:17) Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi
Yeremia:
Herodes membunuh
anak-anak di Betlehem yang berumur dua tahun ke bawah.
Matius 14: 10
(14:9) Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan
karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. (14:10)
Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara
Kemudian yang kedua,
Herodes membunuh Yohanes Pembaptis karena dia sudah terlanjur berjanji
kepada anak perempuan Herodias yang sedang menari dan menyukakan hatinya saat
dia berulang tahun, maka dia harus menepati janjinya.
Kisah Para Rasul 12:
1-3
(12:1) Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak
dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. (12:2) Ia menyuruh membunuh
Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. (12:3) Ketika ia melihat,
bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia melanjutkan perbuatannya itu
dan menyuruh menahan Petrus. Waktu itu hari raya Roti Tidak Beragi.
Kemudian selanjutnya,
pembunuh yang ketiga terjadi dimana Herodes membunuh Yakobus, saudara
Yohanes, dengan pedang, tujuannya tidak lain tidak bukan untuk menyenangkan
hati orang Yahudi dan itu berlangsung saat hari raya Roti Tidak Beragi.
Jadi, dapatlah kita
menarik kesimpulan bahwa ragi Herodes adalah pembunuhan atau pembantaian.
1 Yohanes 3: 13
(3:13) Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia
membenci kamu.
Jangan heran umat
Tuhan, anak Tuhan, sidang jemaat di tempat ini secara khusus, kalau dunia
membenci, jangan heran, sebab memang bagi dunia, salib itu suatu
kebodohan, sedangkan mencari uang itu nomor satu, sehingga kalau kita terus
tekun memikul salib, mereka berpikir kita orang bodoh. Jadi jangan heran kalau
dunia membenci kita.
Saya juga bukan orang
bodoh, saya tinggalkan penggembalaan sesaat ke tempat ini dengan segala
pergumulan, bukan karena saya orang bodoh, karena saya tahu, salib adalah
kekuatan Allah, salib adalah hikmat Allah, salib adalah ukuran di tengah ibadah
pelayanan ini, bukan yang lain-lain.
1 Yohanes 3: 14
(3:14) Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke
dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak
mengasihi, ia tetap di dalam maut.
Saya mau mengasihi
saudara, oleh sebab itu saya mau datang ke tempat ini. Sekarang sebaliknya,
apakah saudara mau mengasihi Tuhan dan saya? Kalau saudara mau mengasihi Tuhan
dan saya, saudara pasti duduk tenang mendengar firman Tuhan, rendah hati saat
menerima firman Tuhan.
1 Yohanes 3: 15
(3:15) Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah
seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang
pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.
Jadi, dosa
kebencian setara dengan dosa membunuh.
Maka oleh sebab itu
saya ambil kesimpulan; kebencian itu adalah ragi Herodes, dan kebencian setara
dengan dosa membunuh.
Adakah di antara
saudara yang pernah membunuh? Sebab kebencian itu setara dengan dosa membunuh,
itulah ragi Herodes.
Terkadang melihat
orang di sekitar apabila tidak sesuai di hati, maka hati langsung saja benci,
hati langsung jengkel, sebenarnya itulah ragi Herodes. Dan ada yang lebih lucu;
ketika dia melihat suatu peristiwa yang sangat mengenaskan, seseorang membunuh
sesamanya bahkan sampai dimutilasi, dia berkata: “luar biasa perbuatannya,
jijik aku melihatnya”, sekarang saya mau bertanya: mana lebih jijik,
membenci atau membunuh?
Jadi jangan diulangi
lagi kebencian itu, justru kita harus jijik kepada ragi Herodes, kebencian
itu.
Sekali lagi; kebencian
terhadap sesama itulah yang disebut ragi Herodes.
Latar
belakang timbulnya pembunuhan atau kebencian.
YANG PERTAMA: Pembunuhan
di Betlehem.
Matius 2: 16
(2:16) Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh
orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di
Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah,
sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.
Herodes membunuh anak-anak berumur dua tahun ke bawah di
Betlehem, sesuai dengan waktu yang diketahuinya dari orang-orang majus itu.
Matius 2: 1-3
(2:1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah
Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke
Yerusalem (2:2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang
Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan
kami datang untuk menyembah Dia." (2:3) Ketika raja Herodes
mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
Yesus lahir
pada zaman raja Herodes, inilah yang melatarbelakangi sehingga Herodes membunuh
anak-anak berumur dua tahun ke bawah di Betlehem.
Lukas 2: 7
(2:7) dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya
yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam
palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Yesus yang dilahirkan di dalam palungan sebagai anak
sulung menunjukkan bahwa Yesus adalah roti tanpa ragi, tepatnya sebagai roti
sulung.
Jadi yang melatarbelakangi Herodes membunuh anak-anak
berumur dua tahun ke bawah di Betlehem, itu karena roti tanpa ragi,
itu karena roti sulung, bukan karena yang lain-lain.
Mari kita berpesta dan menikmati roti tanpa ragi, disebut
juga roti sulung. Jangan justru kita membenci si pemberita firman, jangan
justru kita membenci ibadah dan pelayanan, jangan justru kita membenci
penggembalaan itu, jangan justru kita membenci Tuhan yang berfirman. Tetapi di
sini terjadi pembunuhan anak-anak dua tahun ke bawah di Betlehem karena latar
belakangnya adalah roti tanpa ragi, karena roti sulung, tidak lain, tidak
bukan.
Lebih jauh kita melihat ...
Matius 2: 2
(2:2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang
Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan
kami datang untuk menyembah Dia."
Roti tanpa ragi yang disebut juga roti sulung, itu nanti
yang membawa kita sampai kepada doa penyembahan. Maka setiap orang yang
tidak menghargai roti tanpa ragi/roti sulung, kerohaniannya pasti jalan di
tempat, kerohaniannya pasti tidak memuncak sampai puncak kerohanian, itulah doa
penyembahan.
Inilah yang saya takuti di dalam penggembalaan kami;
tidak mungkin sidang jemaat yang saya layani melangkah maju sampai puncak
kerohanian itulah doa penyembahan kalau di dalam penggembalaan itu tidak suka
dengan roti tidak beragi, tidak suka dengan roti sulung, pasti kerohanian
sidang jemaat jalan di tempat dan itu melelahkan, tanpa tujuan hidup.
Perjalanan rohani kita di atas muka bumi berujung pada
pesta nikah Anak Domba. Jadi, jangan kita benci roti sulung, jangan kita benci
roti yang tidak beragi. Pengajaran firman yang murni itu terus dipertahankan
dengan tekun, nanti itu yang menyelamatkan jiwa hamba Tuhan dan yang
menyelamatkan sidang jemaat, tetapi Herodes tidak suka dengan roti sulung.
Akhirnya kalau kerohanian itu hanya jalan di tempat, tidak
memuncak sampai doa penyembahan, maka korbannya kerohaian kanak-kanak
dua tahun ke bawah.
Dua -> firman dan Roh Kudus, tetapi
tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan. Itu yang menjadi korbannya.
Saya kira di tempat ini, di kandang penggembalaan ini ada
tiga macam ibadah pokok; Ibadah Pendalaman Alkitab, Ibadah Raya Minggu
(kesaksian Roh), tetapi tidak boleh berhenti sampai di situ, sebab Ibadah Raya
Minggu bukan puncak ibadah. Puncak ibadah adalah doa penyembahan.
Jangan justru kita menjauh dari puncak ibadah. Jangan
justru kita mengecilkan puncak kerohanian.
Itulah anak-anak berumur dua tahun ke bawah, tidak sampai
kepada doa penyembahan.
Latar
belakang timbulnya pembunuhan atau kebencian.
YANG KEDUA: Pembunuhan
Yohanes Pembaptis.
Matius 14: 3-4
(14:3) Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes,
membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri
Filipus saudaranya. (14:4) Karena Yohanes pernah menegornya,
katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!"
Herodes menangkap dan memenjarakan Yohanes Pembaptis
sampai akhirnya membunuh Yohanes Pembaptis dengan memenggal kepalanya.
Penyebabnya adalah karena Yohanes Pembaptis menegor
Herodes karena dia mengambil Herodias, isteri Filipus.
Apa tegoran itu? Itulah roti tanpa ragi, itulah roti
sulung disuguhkan kepada Herodes, tetapi justru karena roti tidak beragi ini,
dia jengkel sekali lalu akhirnya membunuh Yohanes Pembaptis, dia membunuh
firman nabi, firman pengajaran yang
rahasianya dibukakan.
Tadi dia mencoba membunuh raja, sekarang dia membunuh
seorang nabi karena nabi ini memberikan roti yang tidak beragi, karena nabi ini
memberi roti sulung. Ketika nabi ini memberikan roti yang tidak beragi, ketika
nabi ini memberikan roti sulung kepada Herodes, justru itu yang membuat dia
(Yohanes Pembaptis) dibunuh oleh Herodes.
Saya tidak habis pikir, bagaimana bisa orang Kristen
tidak suka dengan roti tidak beragi?
Yesus disalibkan bukan karena ragi dosa keburukan
kejahatan, tetapi karena ragi kita, tetapi ketika roti itu disuguhkan,
bagaimana bisa kita tidak suka dengan Tuhan Yesus Kristus Kepala Gereja
Mempelai Pria Sorga?
Justru ketika disuguhkan roti sulung, dia bunuh Yohanes
Pembaptis. Jadi sama, karena membenci roti yang tidak beragi korbannya
adalah Yohanes Pembaptis, seorang nabi, firman nabi, firman pengajaran yang
rahasianya dibukakan dalam terang Roh Kudus, itu dibunuh.
Tetapi saya, sebagai hamba Tuhan yang menerima jabatan
gembala tetap bertahan dengan firman nabi, firman pengajaran yang rahasianya
dibukakan. Saya kira kita semua harus dengan komitmen yang sama, kita tidak
boleh mengikuti maunya pasar, itu adalah roh antikris. Tidak boleh kita
mengikuti maunya sidang jemaat, tidak boleh, kita harus mengikuti maunya Tuhan
Yesus Kristus, Dia roti tanpa ragi, Dia adalah roti sulung. Jangan kita marah
oleh karena roti sulung.
Jadi tegoran Yohanes Pembaptis -> roti tanpa ragi,
roti sulung.
Matius 14: 5-6
(14:5) Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan
orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. (14:6) Tetapi pada
hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah
mereka dan menyukakan hati Herodes,
Jadi memang, dari awal
saja Herodes ini sudah dikhamiri oleh ragi yang lama, yaitu kemabukan
dan pesta pora.
Pada saat Herodes berulang
tahun, anak perempuan Herodias menari-nari (kemabukan daging), sampai memuaskan
hatinya oleh hawa nafsu itu. Lalu dia berjanji, bersumpah akan memberikan
kepadanya apa saja yang diminta anak perempuan Herodias. Dan oleh hasutan
ibunya, anak perempuan Herodias meminta kepala Yohanes Pembaptis.
Jadi benar, dari awal
saja Herodes ini sudah dikhamiri oleh ragi yang lama. Itu sebabnya tadi, di
pendahuluan tadi sedikit saya sampaikan mengenai ragi yang lama, sekalipun
fokus kita malam ini adalah ragi Herodes.
Matius 14: 7-10
(14:7) sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa
saja yang dimintanya. (14:8) Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak
perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di
sebuah talam." (14:9) Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena
sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. (14:10)
Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara
Kesimpulannya; ragi
yang lama telah memberdayakan Herodes sehingga menghasilkan kerugian dan
mendatangkan ketidakadlian.
Latar
belakang timbulnya pembunuhan atau kebencian.
YANG KETIGA: Pembunuhan
terhadap Yakobus.
Kisah Para Rasul 12:
1-3
(12:1) Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak
dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. (12:2) Ia menyuruh membunuh
Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. (12:3) Ketika ia melihat,
bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia melanjutkan
perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus. Waktu itu hari raya Roti Tidak
Beragi.
Yang melatarbelakangi
Herodes membunuh Yakobus adalah dia lebih suka menyukakan hati orang-orang
Yahudi dari pada berpesta untuk menikmati roti tidak beragi.
Jadi pembunuhan yang
terjadi atau timbul kebencian, semua karena roti tidak beragi, semua karena
roti sulung.
Maka saya tidak habis
pikir, mengapa banyak orang Kristen menolak roti tanpa ragi padahal akibatnya
begitu fatal. Mengapa kita tidak jujur dengan hati nurani? Saya pertama-tama
ditegor oleh firman Tuhan, mengapa saya tidak jujur terhadap hati nurani?
Mengapa saya lebih menyukai pasar dari pada Tuhan? Ayo, kembali dulu kepada
kebenaran firman, awasilah, jagalah.
Lihat hal yang ketiga
ini terjadi tetap karena roti tidak beragi, roti sulung, dia tidak menyukai itu
karena dia hanya menyukakan hati orang Yahudi.
Siapa yang menjadikan
Herodes menjadi raja? Tuhan. Jika Tuhan yang menjadikan dia raja, lalu mengapa
dia tidak menyukakan hati yang memberi berkat? Bukankah ini sudah terbalik?
Saya yakin, kita tidak
menolak hati nurani lagi.
Kisah Para Rasul 12:
3-4
(12:3) Ketika ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang
Yahudi, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus.
Waktu itu hari raya Roti Tidak Beragi. (12:4) Setelah Petrus ditangkap,
Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan empat regu,
masing-masing terdiri dari empat prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis
Paskah ia menghadapkannya ke depan orang banyak.
Untuk menyukakan hati
orang Yahudi, dia juga ingin melanjutkan, melampiaskan rencananya untuk membunuh
Petrus, dia tangkap lalu dipenjarakan, diawasi dengan empat prajurit,
maksudnya supaya sesudah Paskah nanti Petrus pun akan dipenggal, dibunuh.
Memang kalau kita
perhatikan Keluaran 12: 15, merayakan Roti Tidak beragi selama tujuh
hari itu bersamaan dengan Paskah. Jadi dia ingin melanjutkan keinginanya
membunuh Petrus.
Kisah Para Rasul 12: 5
(12:5) Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat
dengan tekun mendoakannya kepada Allah.
Sidang jemaat harus
tekun mendoakan supaya Tuhan pakai hamba Tuhan, gembala sidang di dalam
pembukaan rahasia firman, menyampaikan roti tanpa ragi.
Jangan tunggu-tunggu
bapa gembala menyampaikan canda-canda serta guyon-guyon, jangan tunggu bapa
gembala menceritakan alam semesta. Dunia ini akan berlalu, jangan sibuk
menceritakan dunia, menceritakan kesaksian manusia, biar kita menyaksikan
pribadi Yesus Kristus, Roh dan nubuat, pasti tergenapi. Kesaksian manusia
belum tentu tergenapi, bisa saja dibuat-buat, bisa saja dikarang, tetapi
kesaksian Tuhan Yesus; Roh dan nubuat akan tergenapi.
Kita bersyukur, kita
berpesta lewat Ibadah Persekutuan Paskah, saya kira bukan suatu kebetulan.
Tidak ada suatu kebetulan di atas muka bumi ini. Kita beribadah malam ini bukan
karena kebetulan.
Kisah Para Rasul 12:
11
(12:11) Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus berkata:
"Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh
malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala
sesuatu yang diharapkan orang Yahudi."
Tetapi di sini kita
melihat, Tuhan mengutus malaikat-Nya supaya terjadi kelepasan.
Malaikat sidang jemaat
itulah gembala sidang. Terjadilah kelepasan dari belenggu dosa kejahatan, dari
belenggu dosa kenajisan, dari belenggu dosa dusta, dosa munafik, dosa
macam-macam, Tuhan utus malaikat sidang jemaat, gembala sidang, sehingga
terjadilah kelepasan dari belenggu dosa, karena memang kita sangat membutuhkan
roti tidak beragi, roti sulung.
Saya tambahkan
sedikit, Herodes gambaran dari Iblis atau Setan. Kemudian tabiat yang paling mendasar dari Iblis atau Setan tertulis dalam Yohanes 8: 44, antara lain;
1. Pembunuh manusia dari
sejak semula.
2. Tidak hidup dalam
kebenaran.
3. Bapa pendusta.
Jadi bertolak belakang
dari tabiat Allah Tri Tunggal, yaitu; Tuhan Yesus Kristus.
- Tabiat pertama pembunuh
manusia dari sejak semula bertolak belakang dengan tabiat dari Allah Bapa,
yaitu kasih.
- Tidak hidup dalam
kebenaran bertolak belakang
dengan sengsara salib, tabiat Anak Allah, Yesus Kristus.
- Bapa pendusta bertolak belakang dengan tabiat Allah Roh Kudus. Kalau
Roh itu mengajari kita, Dia akan mengajari kita dalam segala sesuatu.
Ajaran-Nya itu benar, tidak dusta.
Jadi kita doakan terus
bapa gembala supaya dipakai dalam pembukaan rahasia firman supaya dapat
menikmati roti tanpa ragi, roti sulung, supaya dilepaskan dari dosa kejahatan,
dosa kenajisan, dosa dusta, dosa munafik, tidak mengasihi si A, si B, si C,
sehingga terjadi nanti kelepasan, terjadi keubahan, itu mujizat pertama dan
mujizat kedua. Mujizat pertama terjadi keubahan, kelepasan.
Sekarang, setelah kita
melihat ragi Herodes demikian rupa dan apa yang melatarbelakangi terjadi ragi
Herodes/kebencian ini, tidak lain tidak bukan karena roti tidak beragi, roti
sulung. Maka supaya kita tidak membenci roti sulung dalam setiap pesta, mari
kita melihat jalan keluarnya.
Jalan
keluarnya.
1 Korintus 5: 6
(5:6) Kemegahanmu tidak baik. Tidak tahukah kamu, bahwa
sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan?
“Kemegahanmu
tidak baik”, oleh sebab itu jangan bermegah terhadap
kelebihan-kelebihan, jangan bermegah dengan potensi yang ada, jangan bermegah
dengan harta, kekayaan, uang, kedudukan, posisi yang tinggi sebab kemegahanmu
tidak baik.
“sedikit ragi
mengkhamiri seluruh adonan”, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kemegahanmu
tidak baik, jadi jangan bermegah dengan apa yang kita punya, semua karena
anugrah, kemurahan Tuhan.
Roma 11: 16
(11:16) Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh
adonan juga kudus, dan jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga
kudus.
Kalau roti sulung,
roti tidak beragi itu kudus, maka seluruh adonan juga kudus, itu
tidak bisa tidak.
Harta, kekayaan, uang,
kedudukan, jabatan, pendidikan yang tinggi dan perkara lahirian lainnya, apapun
yang kita punya, kelebihan-kelebihan yang lain, tidak bisa menjadikan kita
hidup suci.
Yang menjadikan kita
hidup suci mulai dari gembala sidang sampai sidang jemaat, imam-imam tanpa
terkecuali, adalah karena roti tidak beragi, roti sulung.
Sehebat-hebatnya
manusia, sepandai-pandainya manusia, setinggi-tingginya pendidikan manusia,
tidak akan bisa menyucikan dirinya kalau dia tidak menerima roti sulung, roti
tidak beragi.
Saya sudah melihat
banyak peristiwa, dia seorang pembicara, motivator hebat di televisi, tetapi
begitu buah nikah datang dan berbicara menunjukkan kebenaran (roti tidak
beragi), sampai hari ini dia tidak terlihat di layar kaca, berhenti, tidak bisa
apa-apa.
Jadi yang bisa menyucikan
seseorang adalah roti yang tidak beragi. Hanya roti sulung, roti tidak
beragi yang membuat kita hidup kudus. Jangan ubah cara berpikir, tidak ada cara
lain.
Mau cari gereja mana
saja, tidak ada, tidak bisa. Jadi jangan jemaat jalan-jalan. Justru kalau kita
sudah menemukan roti tidak beragi, katakan: “terimakasih Tuhan. Mauliate
Tuhan Yesus.”
Mari kita lihat PERSAMANNYA,
kembali kita membaca ayat 16 ...
Roma 11: 16
(11:16) Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan
juga kudus, dan jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga
kudus.
Persamannya di sini
adalah “jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga kudus”
Kita ini cabang, Tuhan
Yesus akar pohon. Kalau akar pohon kudus, cabang tentu kudus, yang mensuplai
makanan.
Roma 11: 17-18
(11:17) Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan
kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat
bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, (11:18)
janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah,
ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang
menopang kamu.
Kalau cabang dipotong
lalu tunas liar dicangkokkan, yaitu; bangsa kafir, saya dan saudara mendapat kemurahan,
jangan bermegah. Kalau sekarang kita hidup di dalam Tuhan dan kita
diberkati, jangan sombong, itu kemurahan.
Jadi kalau kita turut
mendapat bagian dari akar pohon zaitun yang penuh getah, itu kemurahan,
jangan sombong, kemegahan manusia tidak baik.
Itu sebabnya tadi saya
katakan; ragi Herodes bertentangan dengan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus,
sombong mendahului kejatuhan. Dibalik salib ada kemuliaan supaya ada
pengharapan, tetapi kalau kita sombong, maka direndahkan, tidak dipermuliakan.
“akar pohon zaitun
yang penuh getah”
Getah itu adalah
gambaran dari luka-luka atau korban Kristus yang begitu pahit Dia pikul, Dia
tanggung di atas kayu salib supaya cabang itu mendapat anugrah, kemurahan,
kasih karunia dari getah akar pohon. Oleh sebab itu, jangan sombong lagi.
Kemegahan manusia tidak baik.
Saya belajar untuk
menyadari itu, semua karena getah dari akar pohon zaitun, kita semua
dicangkokkan menjadi cabang di antara pohon zaitun karena kemurahan Tuhan,
berdiri bersama saudara di hadapan takhta kasih karunia karena kemurahan Tuhan,
jadi tidak ada yang harus kita sombongkan.
Dahulu saya
bertahun-tahun tidak mendapatkan penggembalaan, bertahun-tahun tidak ada jemaat
ketika memasuki Provinsi Banten, tepatnya secara khusus Serang Cilegon.
Bertahun-tahun saya berjalan kaki, ada sekitar tujuh tahun. Jadi saudara tidak
perlu berkecil hati kalau sampai sepuluh tahun.
Kami baru mendapat
penggembalaan tahun 2011 di Serang, itu pun masih mengontrak gedung gereja, di
situlah saya satukan jemaat Serang Cilegon. Dari satu jemaat anak kecil berumur
12 tahun, kemudian tahun depan bertambah satu, kemudian bertambah dari Serang,
dan sampai sekarang bertambah bertambah dan terus bertambah.
Tetapi perlu untuk
kita ketahui; semua karena kemurahan Tuhan. Sampai pada akhirnya terbentuklah
penggembalaan GPT “BETANIA”, semua karena kemurahan Tuhan.
Berkat-berkat Tuhan
seperti yang dialami gembala sidang, hamba Tuhan, rekan-rekan yang lain yang
saya kasihi, juga kami alami, kami terima, tetapi semua karena kemurahan Tuhan;
tambah satu, tambah dua, tambah tiga, seterusnya, dan seterusnya. Berkat jasmani
yang lain terus menerus diterima, semua karena kemurahan Tuhan, tidak ada yang
harus disombongkan.
Akar pohon zaitun yang
penuh getah, itulah yang menopang cabang, itulah yang mensuplai
makanan, menyerap makanan (nutrisi-nutrisi) sampai disalurkan kepada
cabang.
Dan malam ini, kita
sudah menikmati roti tidak beragi, dimamahbiak, direnungkan siang dan malam
sampai memperoleh sari-sarinya, sebab nutrisi itu diambil dari akar pohon
sampai cabang.
Mari kita renungkan
firman Tuhan, siang malam, seperti lembu sapi; siang hari makan rumput, malam
hari dikunyah kembali sampai memperoleh sari-sarinya, firman mendarah daging,
supaya kita lepas dari kenajisan
Roma 11: 19-20
(11:19) Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang yang
dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas. (11:20)
Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu
tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah!
Kalau kita sudah menikmati
kemurahan, jangan sombong, itu bertentangan dengan kemuliaan Tuhan
Yesus Kristus, tetapi takutlah. Takut akan Tuhan membenci kejahatan,
yaitu; kecongkakan, keangkuhan, kesombongan dan dusta.
Jangan sombong, sebab
kemegahan manusia tidak baik, takutlah akan Tuhan, berarti benci kejahatan.
Jangan menyukakan hati orang, maksudnya jangan hanya menyukakan hati audiens,
menyukakan hati pasar, tetapi sukakanlah hati Tuhan terlebih dahulu.
Roma 11: 22
(11:22) Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya,
yaitu
kekerasan atas
orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu
tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.
Perhatikan dua hal
ini, yaitu: kemurahan hati Tuhan dan kekerasan-Nya.
Tuhan itu murah hati,
tetapi kita harus perhatikan, Dia juga keras dalam penghukuman. Dia akan
berkemurahan kepada siapa yang menghargai kemurahan, tetapi Dia akan menyatakan
pukulan yang keras kepada orang yang jatuh pada dosa kesombongan akibat ragi Herodes
itulah kebencian.
Jadi dua hal itu
diperhatikan, jangan dilupakan. Perhatikan kemurahan-Nya, perhatikan
kekerasan-Nya.
Tuhan akan tetap
berkemurahan kalau kita menghargai kemurahan, dan Tuhan akan menyatakan
kekerasan-Nya kalau kita jatuh dalam kesombongan oleh karena ragi Herodes.
Jangan membenci.
Jadi, kembali kita
membaca ayat 22 ...
Roma 11: 22
(11:22) Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga
kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas
kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu
pun akan dipotong juga.
Kalau tidak
memperhatikan dua hal ini, tunas liar yang sudah terlanjur mendapat kemurahan
dicangkokkan pada pohon zaitun akan dipotong. Ingat; kesombongan mendahului
kejatuhan.
Jadi sebelum kemurahan
dipotong, lebih baik takut akan Tuhan, jangan sombong, jangan bermegah sebelum
menyesal di kemudian hari karena penyesalan selalu datang terlambat. Sebelum
jatuh dalam dosa dan merugikan hidup jasmani dan hidup rohani, lebih baik
sekarang perhatikan kemurahan-Nya dan kekerasan-Nya, takutlah, jangan sombong sebelum
menyesal.
Roma 11: 23
(11:23) Tetapi mereka pun akan dicangkokkan kembali, jika mereka
tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk
mencangkokkan mereka kembali.
Tuhan berkuasa
melakukan segala sesuatu. Memotong yang sudah dicangkokkan, kemudian
dicangkokkan kembali, semua Tuhan yang menentukan, bukan kita. Itu harus
dimengerti.
Oleh sebab itu perhatikan
kemurahan-Nya, perhatikan kekerasan-Nya, Tuhan yang menentukan segala sesuatu.
Matius 2: 2
(2:2) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang
Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan
kami datang untuk menyembah Dia."
Saya ulangi untuk
mengatakan; roti sulung, roti tidak beragi berkuasa membawa kita untuk
menyembah Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja Mempelai Pria Sorga, Dialah
Allah yang layak disembah, Dia Allah yang hidup, Allah Abraham, Allah Ishak,
Allah Yakub, Allah yang berkuasa, Tuhan dan Juruselamat, Dia yang berdaulat
atas kehidupan kita, Dia yang menentukan segala sesuatu, bukan kita yang
menentukan segala sesuatu, bukan pengertian, bukan intelektual, bukan kekuatan,
melainkan Tuhan yang menentukan, maka Dia harus disembah, maka Dia harus
dipuja, ditinggikan untuk selama-lamanya.
Maka dimulai dari menghargai
roti sulung, roti tidak beragi. Jangan kerohanian kita jalan di tempat,
menghabiskan waktu, menghabiskan energi, menghabiskan segala sesuatu seperti
Herodes.
Matius 2: 8
(2:8) Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya:
"Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera
sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang
menyembah Dia."
Ini penyembahan
yang palsu. Bagaimana penyembahan yang palsu? Kalau kerohanian berjalan
di tempat, di situ-situ saja, tidak bertumbuh karena penolakan terhadap
roti sulung, itu penyembahan yang palsu dari imamat rajani.
Tetapi karena memang
kita sudah menikmati roti sulung yang membuat kita kudus, mari kita ijinkan
firman itu berkuasa membawa kerohanian kita sampai kepada puncak kerohanian
yaitu doa penyembahan.
Wahyu 8: 1
(8:1) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh,
maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
Sunyi senyaplah di
sorga, ini adalah keheningan, suatu ketenangan dan penuh
dengan damai sejahtera yang tidak bisa dilukiskan oleh kata-kata selain
orang yang mengalami itu sendiri kalau kita sudah berada pada puncak kerohanian
yang tinggi, doa penyembahan.
Keindahan bersama
Tuhan lewat doa penyembahan tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Ketenangan
yang luar biasa memberi damai sejahtera, tidak bisa dilukiskan dengan
kata-kata, hanya bisa dialami oleh orang itu, itu puncak kerohanian, ada hari
perhentian selalu.
Wahyu 8: 2-4
(8:2) Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di
hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala. (8:3) Maka
datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan
sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah
emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan
bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke
hadapan Allah.
Lalu kepadanya diberikan
banyak kemenyan untuk dibakar, lalu kemenyan yang dibakar ini asapnya naik,
itulah dupa yang berbau harum, itulah doa penyembahan dari orang-orang kudus
yang sudah menerima teguran dari tujuh sangkakala yang sama dengan roti sulung,
roti yang tidak beragi. Itu yang akan membawa kita sampai kepada puncak
kerohanian, doa penyembahan, bertemu dengan Allah di dalam kasih-Nya.
Semua benda, kalau
dilemparkan ke atas akan jatuh ke bawah, tetapi hanya satu perkara yang
terlepas dari daya tarik bumi, yaitu asap dupa kemenyan doa penyembahan.
Jadi bukan berkat.
Kalau kita mau
menerima roti tidak beragi berarti menerima teguran-teguran dari tujuh
sangkakala untuk membawa kita, sampai kepada doa penyembahan, mungkin malam ini
kita masih di bumi, tetapi satu kaki sudah sampai di sorga, itu kuasa
penyembahan.
Jangan tolak roti
tidak beragi, jangan lawan hati nurani. Jangan pindah gereja-gereja lagi,
jangan cari gereja yang lucu-lucu, carilah roti yang tidak beragi dan saya
bersyukur di situ untuk membawa sampai kepada doa penyembahan, bertemu dengan
Dia.
Hanya satu perkara
yang terlepas dari daya tarik bumi; doa penyembahan, asap dupa kemenyan yang
berbau harum itu. Ayo, belajar sukakan hati Tuhan, biarlah kita berada
dalam satu ketenangan yang luar biasa, yang tidak bisa dilukiskan dengan
kata-kata, hanya air mata yang menjadi saksi bisu dalam penyembahan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment