IBADAH RAYA
MINGGU, 26 SEPTEMBER 2021
KITAB WAHYU
PASAL 13
Wahyu 13:11-18
(Seri:16)
Subtema:
DITUNGGANGI TUHAN YESUS
KRISTUS, SAMPAI DIBAWA KE YERUSALEM BARU
Selamat
petang menjelang malam, sejahtera bahagia kiranya memerintah hidup kita dan di
tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu petang malam ini. Saya juga tidak lupa
menyapa sidang jemaat TUHAN di Bandung, di Malaysia, bahkan umat ketebusan
TUHAN yang setia digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang &
Cilegon, Banten, Indonesia lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook baik di dalam negeri maupun di
luar negeri, dimanapun anda berada kiranya TUHAN memberkati kita sekaliannya.
Mari
kita berdoa supaya kiranya TUHAN menyatakan kemurahan hati-Nya bagi kita
sekarang ini lewat firman yang dibukakan untuk selanjutnya meneguhkan setiap
kehidupan kita pribadi lepas pribadi, seberapun yang hadir malam ini; baik yang
mengikuti secara offiline maupun yang
mengikuti secara online dimanapun
berada juga diberkati oleh TUHAN dan diteguhkan oleh pembukaan Firman TUHAN.
Segera
kita sambut kitab Wahyu sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu,
dan sekarang kita masih berada pada kitab Wahyu 13:13.
Wahyu
13:13
(13:13)
Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api
dari langit ke bumi di depan mata semua orang.
Nabi-nabi
palsu tampil lalu mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan nabi-nabi palsu
berkuasa menurunkan api dari langit ke bumi.
Pendeknya,
perbuatan-perbuatan heran dan ajaib telah dikerjakan oleh nabi-nabi palsu.
Memang tidak bisa dipungkiri, perbuatan-perbuatan ajaib semacam ini akan
menjadi sebuah daya tarik dari seorang pemimpin palsu untuk secepatnya
menghimpunkan jiwa-jiwa sebanyak-banyaknya. Itulah sebabnya; nabi-nabi palsu,
pemimpin-pemimpin palsu melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib dan heran
tersebut di depan mata semua orang.
Dengan
demikian, demonstrasi-demonstrasi yang mereka perbuat dengan sengaja
dipertontonkan, dengan sengaja dipamerkan untuk memikat hati semua orang. Namun,
di sisi lain, hati TUHAN sama sekali tidak terpikat, hati TUHAN sama sekali
tidak terpuaskan sekalipun nabi-nabi palsu itu dapat memuaskan dan dapat
memikat hati banyak orang lewat perbuatan-perbuatan heran dan ajaib tersebut.
Demikian
halnya dengan Musa; dia dapat memberi minum bangsa Israel dari bukit batu
karang sampai bangsa itu terpuaskan oleh air yang mengalir dari bukit batu,
namun hati TUHAN tidak terpuaskan karena Musa berbantah-bantah dengan bangsa
itu. Musa mengatakan bahwa bangsa itu adalah bangsa yang durhaka, dengan
demikian Musa tidak menghormati kekudusan TUHAN. Minggu lalu telah disampaikan
dalam Bilangan 20:7-12.
Pertanyaannya:
SIAPAKAH ORANG-ORANG YANG TERPIKAT DAN TERPUASKAN HATINYA, DENGAN TANDA-TANDA
AJAIB DAN HERAN YANG DIKERJAKAN OLEH NABI-NABI PALSU TERSEBUT?
Jawabannya
ada pada 2 Tesalonika 2.
2
Tesalonika 2:9
(2:9)
Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai
rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (2:10) dengan rupa-rupa tipu daya
jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak
menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.
Kedatangan si
pendurhaka atau antikris itu adalah pekerjaan Iblis, karena
antikris adalah kepala dari ular naga merah padam.
Kedatangan
di pendurhaka yakni antikris dan nabi-nabi palsu akan disetai dengan:
-
Rupa-rupa perbuatan
ajaib.
-
Tanda-tanda yang
heran.
-
Mujizat-mujizat
palsu.
-
Rupa-rupa tipu
daya jahat.
Kemudian,
semuanya itu dikerjakan oleh nabi-nabi palsu dan antikris, dan itu dinyatakan
dan berlaku terhadap orang-orang yang harus binasa. Siapakah orang-orang yang
harus binasa itu? Mereka itu adalah orang-orang yang tidak menerima dan tidak
mengasihi kebenaran yang sejati, yaitu salib Kristus (salib di Golgota) yang
seyogyanya dapat menyelamatkan kehidupan manusia yang mau senantiasa memandang
salib di Golgota. Tetapi kenyataannya mereka menolak kebenaran yang sejati;
mereka tidak menerima dan tidak mengasihi kebenaran yang sejati. Padahal kita
tahu dengan pasti salib di Golgota berkuasa untuk menyelamatkan kehidupan
manusia di bumi, untuk selanjutnya dihantar masuk dalam kerajaan Sorga.
Tetapi
mereka menolaknya; mereka lebih suka pada tanda-tanda yang dahsyat, lebih suka tanda-tanda
heran, lebih suka dengan mujizat-mujizat palsu. Terhadap orang-orang semacam
inilah dinyatakan mujizat-mujizat palsu, namun pada akhirnya mereka akan
binasa.
Perlu
untuk diketahui; penghubung antara langit dengan bumi adalah salib di Golgota,
tidak ada jalan lain selain salib di Golgota.
Ada
banyak jalan menuju ke Roma, tetapi jalan menuju kerajaan Sorga hanya ada satu
yakni salib di Golgota. Oleh sebab itu, Yesus pernah berkata kepada
murid-murid: “Akulah jalan dan kebenaran
dan hjdup kekal.”
Marilah
kita berhatikan “Akulah jalan dan
kebenaran dan hjdup kekal” di dalam Injil Yohanes 14.
Yohanes
14:5
(14:5)
Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana
kami tahu jalan ke situ?"
Perkataan
Tomas kepada Yesus. “Tuhan, kami tidak
tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?”
Jalan
menuju ke Roma banyak, tetapi jalan ke Sorga hanya satu dan pada saat itu Tomas
tidak tahu jalan menuju ke Sorga.
Yohanes
14:6
(14:6)
Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Hanya
ada satu jalan untuk menuju kerajaan Sorga yaitu jalan salib disebut juga dengan via
dolorosa. Itulah satu-satunya jalan yang benar, tidak ada jalan yang lain.
Banyak
jalan menuju ke Roma, tetapi ke Sorga hanya satu jalan; tidak ada jalan yang
lain selain via dolorosa.
Sekarang
kita lihat Matius 7.
Matius
7:13-14
(7:13)
Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan
yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; (7:14) karena sesaklah pintu dan
sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang
mendapatinya."
Salib
di Golgota adalah pintu sesak dan jalan sempit, berarti; tidak bebas untuk
keinginan daging, tidak bebas untuk menuruti segala tabiat-tabiat dari daging
itu sendiri. Sehingga oleh karena itulah sedikit orang mendapatinya, berarti
terlalu sedikit orang yang diselamatkan. Hanya sedikit orang yang mau menghampiri
jalan salib, maka yang selamat tentu sangat sedikit.
Pertanyaan
saya sekarang: Apakah diantara orang yang
sedikit itu keluarga sidang jemaat GPT “BETANIA”
ada di dalamnya?
Saat
ini kita seperti lima gadis yang bijaksana dan lima gadis yang bodoh; menyalakan
pelitanya untuk menyongsong Mempelai Laki-Laki Sorga, namun pada saat penantian
itu baik lima gadis yang bijaksana maupun lima gadi yang bodoh sama-sama
tertidur karena Mempelai Laki-Laki lama tidak datang-datang, artinya: bahwa
lima gadis yang bijaksana maupun lima gadis yang bodoh masih memiliki
kelemahan. Tetapi di tengah malam ada suara yang berkata “Mempelai Laki-Laki datang songsonglah Dia.”
Jadi,
Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel berkuasa untuk membangunkan
kerohanian yang tertidur oleh banyaknya kelemahan. Siap sedialah dan
berjaga-jagalah, sebab kita tidak tahu saat kapan TUHAN datang.
Biarlah
pelitamu tetap menyala berarti membawa persediaan minyak dalam buli-buli. Tetap
pertahankan minyak urapan di atas kepala lewat ibadah dan pelayanan, jangan
jauh dari tengah ibadah dan pelayanan.
Sedikit orang
mendapatinya,
berarti terlalu sedikit nanti orang yang diselamatkan, karena pada dasarnya
kebanyakan orang lebih suka mengizinkan tabiat-tabiat daging berbicara dengan
leluasa, sehingga oleh karena itu dia tidak mau datang untuk mendapatkan jalan
sempit dan pintu sesak, itulah disebut jalan salib (via dolorosa). Jadi, terlalu sedikit orang yang diselamatkan tetapi
terlalu banyak orang yang akan binansa, tidak sebanding. Sebab terlalu banyak
orang yang menolak jalan sempit dan pintu sesak.
Mari
kita lihat pelajaran tentang “jalan sempit dan pintu sesak”, di dalam Matius
16, dengan perikop: “Pemberitahuan
pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikut Dia.”
Matius
16:21
(16:21)
Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus
pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari
ketiga.
Perlu
untuk kita ketahui bersama-sama: Arah dari perjalanan rohani kita di atas muka
bumi ini adalah kota kudus, Yerusalem yang baru.
Hal
itu diajarkan langsung oleh Yesus kepada murid-murid dan ajaran ini harus
diterima dengan hati yang terbuka lebar-lebar, dan selanjutnya ajaran itu harus
menunggangi kehidupan kita untuk selanjutnya membawa kehidupan kita masuk ke
kota kudus; kota Yerusalem baru.
Itulah
arah perjalanan kita yaitu Yerusalem; kota kudus yang turun dari Sorga dari
Allah yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
Kita
lihat Wahyu 21, dengan perikop: “Langit
yang baru dan bumi yang baru.”
Wahyu
21:1
(21:1)
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang
pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.
Lalu aku melihat
langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang
pertama suatu
kali berlalu, dan laut pun tidak ada
lagi. Ingat itu.
Jadi,
jangan terlena dengan segala sesuatu yang disuguhkan oleh dunia ini; baik
dengan kerajaan dunia dan kemegahannya jangan terlena. Itu yang disedikan setan
kepada Yesus di atas gunung pada saat Yesus bepuasa selama empat puluh hari
empat puluh malam.
Tetapi,
ingat; langit yang pertama dan bumi yang pertama akan berlalu, dan lautpun
tidak ada lagi.
Wahyu
21:2
(21:2)
Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun
dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang
berdandan untuk suaminya.
Dan aku melihat
kota yang kudus … Sesudah
langit yang pertama dan bumi yang pertama dan laut tidak ada lagi, selanjutnya
diganti dengan kota kudus itulah Yerusalem yang baru turun dari Sorga dari
Allah yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
Inilah arah perjalanan rohani kita yaitu kota Yerusalem baru, itulah mempelai
TUHAN; kota idam-idaman kita masing-masing, bukan yang lain-lain.
Arah
perjalanan rohani adalah Yerusalem baru. Singkatnya, menjadi pengantin
perempuan Mempelai Anak Domba, itu akhir dari perjalan rohani kita.
Mengenai
Yerusalem baru, kita membawa Wahyu 21, dengan perikop: “Yerualem yang baru.”
Wahyu
21:9-10
(21:9)
Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang
penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku,
katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin
perempuan, mempelai Anak Domba." (21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung
yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus
itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.
Pengantin
perempuan, mempelai Anak Domba disebut juga kota kudus; Yerusalem baru.
-
Ayat 9: Menceritakan
penampilan pengantin perempuan, mempelai Anak Domba.
-
Ayat 10: Menceritakan
sebuah gunung besar lagi tinggi, itulah puncak ibadah membawa kita menjadi
mempelai TUHAN, gunung Sion, disebut juga dengan kota kudus; Yerusalem baru,
yang turun dari Sorga, dari Allah.
Itulah
arah perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.
Wahyu
21:11
(21:11)
Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti
permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih
seperti kristal.
Selanjutnya
di sini kita melihat keadaan dari pengantin perempuan, mempelai Anak Domba
yaitu bercahaya kemuliaan Allah,
berarti memancarkan cahaya kemuliaan Allah = Sama mulia dengan Allah; kualitas
rohaninya sederajat dengan Allah. Karena arah dari perjalanan rohaninya sampai
kepada gunung yang tertinggi itulah kota kudus; Yerusalem baru, mempelai TUHAN,
berarti sama mulia dengan Allah, kualitas rohaninya sudah sederajat dengan
Allah = Segambar serupa dengan Allah, bercahaya kemuliaan Allah.
Pengantin
perempuan, mempelai Anak Domba disamakan seperti permata yaspis, jernih seperti kristal.
Kristal
itu = Transparan, berarti luar dan dalam sama, tidak ada sesuatu perkara yang
ditutupi lagi. Kalau orang menutupi dosa di luar tampak bersih tetapi di
dalamnya penuh kejahatan, kehidupan semacam ini tidak akan memancarkan cahaya
kemuliaan. Tetapi lihat; mempelai TUHAN digambarkan sama seperti permata yaspis
itulah permata yang paling indah, jernih seperti kristal.
Oleh
sebab itu, biarlah kita berlaku transparan; kalau duduk mendengar firman tulis
dengan rapi, sesudah selesai mencatat lihat saya, itu namanya bagian dari
cahaya kemuliaan sebab tidak ada sesuatu di hati yang unek-unek. Namun kalau
tidak mau berarti ada sesuatu unek-unek yang masih ditutupi, ini contoh, supaya
kelak akhirnya memancarkan cahaya kemuliaan.
Seorang
hamba TUHAN, seorang pelayan TUHAN atau anak TUHAN, sidang jemaat kalau dia
masih menutupi sesuatu di dalam dirinya dia tidak akan memancarkan cahaya
kemuliaan di wajahnya dan dia tidak berani memandang kemuliaan Allah.
Jadi,
lihatlah; kualitas rohani dari mempelai perempuan TUHAN bercahaya kemuliaan
Allah, berarti menjadi permata yang paling indah sama seperti permata yaspis;
jernih seperti kristal. Kristal itu tranparan; luar dan dalam sama tidak ada
yang ditutupi.
Saudara
melayani untuk apa? Rajin melayani yang ujungnya untuk mengatur pelayanan ini
atau mau apa? Kalau pelayanan yang semacam itu berarti saudara bukan permata
yaspis, itu roh Izebel. Jangan coba-coba mengatur pelayanan.
Datang
beribadah, beribadahlah sungguh-sungguh. Datang melayani, melayanilah
sungguh-sungguh. Jangan coba-coba ada maksud-maksud yang lain.
Kualitas
rohani kita harus bercahaya kemuliaan Allah; segambar serupa dengan Allah, sama
mulia dengan Allah. Itulah arah jalan pelayanan kita sampai menuju kepada kota
kudus, Yerusalem baru. Itu yang diajarkan Yesus kepada murid-murid, dan apa
yang kita terima dari TUHAN, ajaran semacam ini juga harus kita terima dengan
hati yang terbuka lebar-lebar dan ajaran ini pula yang akan menunggangi kita
untuk membawa kita selanjutnya sampai kepada Yerusalem baru. Tidak ada cara
lain lagi,
Banyak
jalan menuju ke Roma, tetapi jalan menuju ke Sorga hanya satu. Inilah arah
tujuan dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini, tidak ada yang lain.
Kita
kembali untuk memeriksa Matius 16.
Matius
16:21
(16:21)
Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus
pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan
pada hari ketiga.
Tadi
arah perjalanan rohani kita adalah kota kudus, Yerusalem baru. Tetapi arah yang
menuju kota kudus, Yerusalem baru, ternyata harus melewati jalan salib. Sebagaimana Yesus berkata kepada murid-murid, bahwa: Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak
tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan
dibangkitkan pada hari ketiga.
Jadi,
memang arah perjalanan kita menuju kota kudus, Yerusalem baru tetapi harus
melewati jalan salib. Jalan salib berarti mati terbunuh di atas kayu salib,
lalu bangkit pada hari yang ketiga. Itulah jalan kita di bumi ini.
Selama
kita di bumi ini jalan yang harus kita lalui adalah jalan salib (via dolorosa); mati dan bangkit.
Bertekunlah di dalamnya supaya pada saat Yesus datang pada kali yang kedua
sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga kita juga kelak akan masuk dalam kemuliaan
yang kekal bersama-sama dengan Dia.
Inilah
jalan kita di bumi; mati dan bangkit, bertekunlah di dalamnya untuk menantikan
kedatangan TUHAN supaya kelak kita berada dalam kemuliaan-Nya. Jadi; setelah
mati, bangkit, lalu dipermuliakan.
Matius
16:22-23
(16:22)
Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya
Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." (16:23) Maka Yesus berpaling dan
berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu
sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,
melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Jadi
untuk menuju Yerusalem baru harus melewati jalan salib dan itu diajarkan kepada
murid-murid, tetapi kenyataannya Petrus menolak ajaran jalan salib. Prakteknya;
-
Ibadah
tanpa salib = Ibadah setan.
-
Pelayanan
tanpa salib = Pelayanan setan.
-
Mujizat
tanpa salib = Mujizat palsu; mujizat setan.
Petrus
bukan setan, tetapi ajaran itu sudah terselip dalam pikiran Petrus. Itulah
sebabnya ketika Petrus mengatakan perkataan itu, Yesus langsung berkata: "Enyahlah Iblis,” sebab ajaran setan
sudah tersisipkan, sudah terselip di dalam pikiran hati dari pada Simon Petrus.
Ibadah
tanpa salib, pelayanan tanpa salib, mujizat tanpa salib, menjadi batu
sandungan. Inilah yang menghalangi/menghambat perjalanan kehidupan
gereja TUHAN (orang Kristen) sehingga tidak sampai kepada tujuan, itulah kota
kudus, Yerusalem baru, kota idam-idaman. Jadi sangat disayangkan sebetulnya.
Namun,
kita yang sudah mendapatkan pengertian yang mulia semacam ini harus bersyukur
kepada TUHAN, sehingga tidak ada lagi sesuatu yang menjadi batu sandungan
karena memang kita mau melewati jalan salib (via dolorosa), hingga kelak kita sampai kepada tujuan yang dimaksud
oleh TUHAN itulah kota kudus, Yerusalem baru, kota mempelai. Itulah tujuan
akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.
Tetapi,
Petrus menolak jalan salib, menunjukkan bahwa ajaran setan sudah terselip di
dalam pikiran Petrus.
Kita
masuk dengan sebuah pertanyaan: MENGAPA AJARAN SETAN TERSELIP DALAM PIKIRAN
SESEORANG?
Dari
pertanyaan ini nanti akan ada jawaban dan itu menjadi suatu pelajaran yang
menarik untuk kita masing-masing, sehingga ibadah ini tidak menjadi sia-sia.
Kita
membaca Matius 21, dengan perikop: “Yesus
dielu-elukan di Yerusalem.” Arah dan tujuan ibadah pelayanan kita adalah
Yerusalem.
Matius
21:1
(21:1)
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di
Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya
Kita
ada di tengah ibadah dan pelayanan, berarti perjalanan rohani kita sudah dekat
dengan Yerusalem. Tetapi, ingat; maut juga selangkah jaraknya dari kita, sesuai
dengan perkataan Daud kepada Yonatan: “hanya
satu langkah jaraknya antara aku dan maut." (1 Samuel 20:3).
Kita
memang ada di tengah ibadah dan pelayanan, jaraknya sudah dekat dengan
Yerusalem baru. Tetapi, ingat; maut dengan kita jaraknya hanya selangkah saja. Jadi,
jangan puas setelah berada di tengah ibadah lalu berkata “oh, sudah dekat
Yerusalem”, betul. Tetapi tidak boleh puas hanya sampai pengertian di sana,
karena maut jaraknya hanya selangkah saja dengan kita. Ingat itu; selangkah
saja, setarikan nafas hidup saja, satu kali detak jantung, itu saja jaraknya. Oleh
sebab itu, hati-hati.
Bukan
berarti setelah kita berada di tengah ibadah pelayanan lalu masuk Sorga, tidak.
Walaupun jaraknya dengan Yerusalem sudah dekat karena kita bersama dengan TUHAN;
dekat dengan TUHAN di ibadah dan pelayanan seperti murid-murid bersama dengan
TUHAN Yesus.
Matius
21:2
(21:2)
dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu
akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya.
Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku. (21:3) Dan jikalau ada orang menegor
kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya."
(21:4) Hal itu terjadi supaya
genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: (21:5) "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang
kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai
beban yang muda."
… Lepaskanlah
keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku. Baik induk keledai betina maupun
anaknya harus terlebih dahulu dilepaskan dari segala ikatan-ikatan yang ada di
dunia ini.
Dan jikalau ada
orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Jadi, TUHAN
memerlukan kita.
TUHAN
memerlukan kita; baik tenaga kita diperlukan TUHAN, pikiran kita diperlukan
TUHAN, pengorbanan diperlukan TUHAN. Ingat itu.
Tidak
mungkin kita dapat melangkah menuju Yerusalem tanpa pengorbanan, itu sesuatu
yang mustahil. TUHAN memerlukan segala sesuatu yang kita punya; baik tenaga,
pikiran, waktu, baik korban apa saja yang bisa kita korbankan, termasuk
korbankan harga diri untuk bisa kita memikul salibnya.
Tadi
saya sudah katakan: Jarak kita dengan Yerusalem sudah dekat. Kita ada di tengah
ibadah dan pelayanan menunjukkan bahwa jalan kita ke Yerusalem sudah dekat,
tetapi maut juga selangkah jaraknya dengan kita.
Oleh
sebab itu, dari apa yang sudah dibaca pada ayat 2-5; kita harus seperti keledai
beban yang muda.
Saya
merindu kita semua digambarkan seperti keledai
muda dan keledai beban.
-
Keledai
beban, berarti terbeban dengan pekerjaan TUHAN.
-
Keledai
muda, berarti mau senantiasa belajar dengan pengajaran-pengajaran yang dari
Sorga. Tidak merasa senior, tidak merasa tua, tidak merasa pintar, tidak merasa
hebat. Itulah keledai muda.
Terbeban
dengan kegiatan roh, terbeban dengan ibadah dan pelayanan, terbeban dengan
segala sesuatu yang ada di dalamnya, mau melibatkan dirinya dengan segala
korban-korban, itulah jalan salib.
Matius
21:6-7
(21:6)
Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada
mereka. (21:7) Mereka membawa
keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka
dan Yesus pun naik ke atasnya.
Perhatikan
kalimat: lalu mengalasinya dengan pakaian
mereka dan Yesus pun naik ke atasnya -> Perbuatan-perbuatan (tabiat)
kita yang seharusnya ditunggangi oleh TUHAN Yesus, yang selanjutnya dibawa
kepada kota kudus, Yerusalem baru.
Jadi
tabiat atau perbuatan-perbuatan kita harus ditunggangi oleh TUHAN Yesus. Tetapi
itu harus menjadi alas untuk selanjutnya ditunggangi oleh TUHAN Yesus, dan dibawa
ke kota Yerusalem baru.
Jangan
sampai kehidupan ini ditunggangi oleh Babel, sama seperti yang tertulis di
dalam Wahyu 17; perempuan Babel itu
duduk di atas air yang banyak, itulah gambaran dari bangsa-bangsa yang datang
dari berbagai suku, kaum, bahasa. Kemudian, dia juga menunggangi binatang yang
pertama yang keluar dari dalam laut itulah antikris.
Biarlah
kiranya pakaian kita menjadi alas, artinya segala perbuatan-perbuatan kita,
tabiat-tabiat kita ditunggangi oleh TUHAN Yesus, tidak ditunggangi oleh pelacur
besar itulah antikris. Kalau TUHAN yang menunggangi tabiat atau perbuatan kita
maka selanjutnya perbuatan kita dibawa sampai ke kota kudus, Yerusalem baru.
Tadi
hanya dua murid yang mengalasi pakaian mereka di atas keledai, sekarang kita
lihat di sisi lain.
Matius
21:8
(21:8)
Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan,
ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya
di jalan.
Dari
orang banyak yang sangat besar jumlahnya, perbuatan mereka di tengah-tengah
kegiatan Roh:
Yang pertama: Ada yang menghamparkan pakaiannya di jalan
yang akan dilalui Yesus, berarti hanya sebatas dilalui saja. Akibatnya:
Perbuatan dan kasih mereka diambil lagi atau dipakai lagi setelah Yesus
melewati pakaian itu/jalan itu. Perbuatan yang seperti ini, TUHAN tidak mau.
TUHAN
tidak suka jika kegiatan kita hanya sebatas di situ saja. Kemudian, malam ini
seperti terharu hati kita akan kebaikan Tuhan, tetapi setelah kembali ke rumah,
kembali pula ke tabiat lama, TUHAN tidak suka yang seperti ini.
TUHAN
mau supaya tabiat kita selalu ditunggangi oleh Tuhan sampai tiba di Yerusalem
Baru. Sudah memberikan diri untuk digembalakan, tetapi kembali ke rumah dengan
tabiat yang lama, TUHAN tidak mau dengan pakaian yang semacam ini.
Yang kedua: Ada yang menyebarkan ranting-ranting yang
terpotong di jalan yang dilalui Yesus.
Ini
adalah gambaran dari suatu kehidupan yang kering-kering karena tidak ada
persekutuan dengan TUHAN; menghamparkan ranting-ranting sesudah dipotong pasti
menjadi kering-kering rohani. Inilah gambaran suatu kehidupan yang sudah
terpotong/terputus dengan kata lain; persekutuannya dengan TUHAN terputus, kehidupan
semacam ini, cepat atau lambat, itu akan menjadi kering-kering dan tidak akan
pernah berbuah. Keadaan dan tabiat/tindak tanduk semacam ini juga TUHAN tidak
mau.
Yang
TUHAN mau adalah mengalasinya dengan pakaian mereka supaya selanjutnya nanti
tabiat/perbuatan/solah tingkah/tindak tanduk ditunggangi oleh TUHAN dan
selanjutnya dibawa masuk ke kota kudus. Tetapi perbuatan semacam ini hanya dilakukan
dua orang murid, justru kumpulan orang banyak;
-
Ada
yang menghamparkan pakaiannya di jalan, tetapi setelah dilalui diambil lagi =
kembali ke tabiat lama.
-
Lalu
ada yang menghamparkan ranting-ranting, ini gambaran dari kehidupan yang tanpa persekutuan
dengan TUHAN, sehingga nanti lama-lama kerohaniannya kering-kering.
Tuhan
tidak mau kehidupan yang seperti ini. Yang TUHAN mau kehidupan kita harus
ditunggangi, dibawa sampai masuk ke kota kudus, Yerusalem yang baru.
Saya
berharap dari pelajaran yang kita petik malam ini, harus menjadi suatu berkat
besar sehingga benar-benar dalam kegiatan Roh kita tidak hanya sebatas:
-
Menghamparkan
pakaian lalu diambil lagi.
-
Menghamparkan
Ranting-ranting yang pada akhirnya nanti kering-kering.
Ranting-ranting yang dihamparkan itu
adalah ranting yang sudah terpotong/terputus; tidak ada lagi persekutuan dengan
TUHAN. Lama-lama kalau terputus/terpotong maka rohaninya kering-kering dan
tidak memancarkan kemuliaan Allah. Jangankan memancarkan kemuliaan Allah,
berbuah saja tidak sebab sudah kering-kering; sudah dekat dengan kutuk
pembakaran.
Jadi,
dua hal inilah yang menyebabkan ajaran setan terselip/tersisip di dalam pikiran
seseorang:
-
Bagaikan
menghamparkan pakaian lalu diambil lagi.
-
Bagaikan
ranting kering, berarti tidak ada persekutuan dengan TUHAN.
Itu
sebabnya, pada akhirnya memang Petruspun menyangkali Yesus sebanyak tiga kali.
Tetapi, hanya karena kemurahan saja Petrus dapat tertolong, karena TUHAN yang
mengingatkan dia: "Sebelum ayam
berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Betul saja, setelah
menyangkal Yesus tiga kali barulah ayam berkokok, disitulah dia disadarkan,
itulah kemurahan.
TUHAN
berkemurahan kepada siapa dia mau berkemurahan, bukan semata-mata karena
kehendak seseorang, buktinya: Biarpun keledai yang ditunggangi oleh Bileam
berbicara, Bileam tetap berkeras hati dan akhirnya Bileam juga mati, binasa
karena tidak mau disadarkan.
Oleh
sebab itu, malam ini kita harus mau disadarkan.
Kita
kembali untuk membaca Matius 16.
Matius
16:24
(16:24)
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut
Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut
Aku.
Syarat
untuk mengikut TUHAN atau syarat untuk masuk Sorga:
-
Menyangkal dirinya.
Menyangkal diri, berarti tidak bermegah
terhadap kelebihan-kelebihan yang ada di dalam dirinya, mempunyai kemampuan dan
kelebihan, namun tidak bermegah atas itu semua, selain bermegah atas
kelemahan-kelemahannya, bermegah atas salib Kristus.
-
Kemudian,
memikul
salibnya.
Berarti, menanggung penderitaan yang
tidak harus dia tanggung = Memikul tanggung jawab. Jadi, orang yang pantas
memikul tanggung jawab dalam sebuah ibadah pelayanan adalah orang yang dengan
rela menanggung penderitaan yang tidak harus dia tanggung, orang yang semacam
ini pasti layak untuk melayani TUHAN. Oleh sebab itu, pikul saja salibmu supaya
engkau dilayakkan oleh TUHAN untuk melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN yang suci
dan mulia ini.
-
Mengikut TUHAN = Masuk dalam pengalaman
kematian, sesuai dengan Yohanes 12:24-26.
Yohanes 12:24-26
(12:24)
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke
dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia
akan menghasilkan banyak buah. (12:25)
Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa
tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang
kekal. (12:26) Barangsiapa melayani
Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan
berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Sudah sangat jelas, harus mau menjadi
benih gandum; jatuh ke tanah dan mati, itu namanya mengikut TUHAN.
Apa yang diperbuat oleh TUHAN itu juga yang
kita perbuat, dimana TUHAN ada di situ kita ada; Yesus telah merendahkan
diri-Nya dan mati, itu juga yang harus kita perbuat, itu yang dimaksud mengikut
TUHAN, sebagai suatu syarat untuk masuk Sorga.
Matius
16:25
(16:25)
Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia
akan memperolehnya.
Karena
barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya … Kalau tidak mau sangkal diri dan
pikul salib, maka ia akan kehilangan nyawanya = Binasa. Sebaliknya, barangsiapa menyangkal diri, memikul salib, mengikut
TUHAN, ia akan memperoleh hidup kekal.
Sekalipun
kita harus kehilangan segalanya, kehilangan harta, kehilangan harga sendiripun
sampai terinjak-injak, tetapi ingat; dia
akan memperoleh, yaitu hidup kekal.
Semakin
dewasa dan bijaksana di dalam hal mengikut TUHAN. Jangan merasa diri mampu,
melainkan harus seperti keledai beban yang muda; selain terbeban mau diajar,
menerima ajaran TUHAN dengan hati yang terbuka lebar-lebar, selanjutnya ajaran
suci dan mulia itu menunggangi kehidupan kita untuk selanjutnya dibawa masuk ke
dalam kota kudus, Yerusalem baru.
Itu
sebabnya, tiada sedikitpun di hati saya terbesit untuk memikat hati sidang
jemaat dengan cara yang aneh-aneh. Kalau sidang jemaat bertahan ya bertahan,
tetapi kalau mundur ya sudah, itu yang saya dapat dari TUHAN Yesus. Ajaran ini
tidak mungkin berubah karean itu berlawanan dengan hati nurani saya. Oleh sebab
itu, masing-masing kita harus mempertahankan hati nurani sebab itu merupakan alarm
terakhir, jangan bermasabodo.
Matius
16:26
(16:26)
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan
apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Apa
gunanya seorang memperoleh seluruh dunia (kerajaan dunia dan kemegahan dunia)
tetapi harus kehilangan nyawanya, karena tidak sangkal diri dan pikul salib dan
karena tidak ikut TUHAN? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti
nyawanya? Tidak ada cara lain. Untuk memperoleh hidup kekal hanya dengan satu cara,
yaitu sangkal diri, pikul salib dan ikut
TUHAN.
Ayo,
jadilah keledai beban dan keledai muda, itu suatu pelajaran yang tidak boleh
dilupakan.
Kita
kembali untuk membaca 2 Tesalonika 2.
2
Tesalonika 2:11-12
(2:11)
Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan
mereka percaya akan dusta, (2:12)
supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka
kejahatan.
Karena
mereka tidak menerima dan tidak mengasihi salib di Golgota = Menolak salib di
Golgota. Maka atas seizin TUHAN mereka disesatkan dan percaya kepada dusta.
Itulah pekerjaan dari antikris dan nabi-nabi palsu, mereka mengadakan
tanda-tanda heran dan mujizat-mujizat palsu, tetapi mengabaikan salib.
Jadi
karena mereka menolak salib di Golgota; tidak menerima dan tidak mengasihi
kebenaran yang sejati yang seyogyanya mampu menyelamatkan kehidupan mereka,
akhirnya diizinkan untuk disesatkan oleh antikris dan nabi-nabi palsu, dan
percaya kepada dusta. Apa itu yang dimaksud percaya kepada dusta? Itulah;
-
Ibadah
tanpa salib = Ibadah palsu/dusta.
-
Pelayanan
tanpa salib = Pelayanan palsu/dusta.
-
Mujizat
tanpa salib = Mujizat palsu/dusta.
Akhirnya
orang-orang yang menolak jalan salib dan yang suka kejahatan -- itulah ibadah
tanpa salib -- akan dihukum untuk selama-lamanya. Itulah akhir orang-orang yang
menolak salib di Golgota; dihukum sampai selama-lamanya, dilemparkan ke dalam
api neraka sampai selama-lamanya.
Saya
tambahkan sedikit …
Markus
9:45
(9:45)
Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih
baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh
kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka;
Kalau
kaki tidak bisa ditahan untuk diam dalam penggembalaan, potong, itu jauh lebih
baik (kaki kudung) tetapi masuk Sorga, dari pada utuh kelihatan baik dan hebat;
cantik, ganteng, tetapi tidak masuk Sorga, untuk apa?
Memang
keadaan seseorang di dalam memikul salib, jika kita perhatikan gambarannya di
dalam Yesaya 53:3 itu mengerikan
sekali; rupa pun tidak. Kemudian, dihindari orang seperti kena tulah, dipukul
Allah padahal penyakit kita yang ditanggung.
Jadi,
lebih baik kaki kudung walaupun rusak tetapi masuk Sorga.
Kaki
dipasung oleh salib itu jauh lebih baik yang penting masuk Sorga, rupapun
tidak, tidak apa-apa yang penting masuk Sorga. Ingat itu; jangan keluar dari
pengertian itu.
Markus
9:46
(9:46)
[di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.]
Di
neraka ulatnya tidak akan mati;
belatung tidak mati. Lalu saudara bayangkan; belatung menjalar di kaki, naik
terus, naik terus masuk ke ketiak, masuk terus dan masuk ke hidung, masuk ke
mulut, terus masuk lagi ke telinga dan dikorek-koreklah seluruh kehidupan itu, sangat
menjijikkan.
Kemudian
apinya tidak akan padam; panasnya
tujuh kali lebih panas dari dapur api, berarti sempurna membakar kulit yang
halus itu, sempurna membakar tubuh dengan api yang luar biasa yang tidak
terpadamkan dan tidak bisa lari dari sana. Renungkan itu dan itu akan terjadi
untuk selama-lamanya dan tidak akan bisa keluar dari sana. Seperti kisah antara
Lazarus dengan orang kaya; tidak bisa lari dari sana, sesuai dengan perbuatan
itu.
Oleh
sebab itu, renungkanlah itu; ulatnya
tidak akan mati, dan apinya membakar hangus tubuh ini. Dan itulah yang
terjadi untuk selama-lamanya.
Lalu;
-
engkau
yang sakit maag selama-lamanya sakit maag di dalam neraka,
-
engkau
yang sakit gigi selama-lamanya sakit gigi di dalam neraka,
-
engkau
yang bengek selama-lamanya bengek di dalam api neraka,
-
engkau
yang jantungan selama-lamanya jantungan di dalam api neraka dan tidak bisa lagi
keluar dari sana.
Apa
yang bisa diperbuat oleh seseorang?
Oleh
sebab itu, selagi ada kesempatan; sangkal diri, pikul salib dan ikut TUHAN.
Apa
gunanya seseorang memperoleh seisi dunia kalau dia harus kehilangan nyawanya?
Saudara bisa renungkan itu semua, dan TUHAN memberkati renungan saudara.
Bagaimana
saudara bisa bayangkan; siapa yang dapat menahan api neraka; api yang tidak
tertahankan? Kiranya kita semua secepatnya dapat memahaminya.
Jadi,
jangan terlena dengan apa yang ada di dunia ini, sebab sifatnya sementara.
Langit pertama dan bumi pertama akan berlalu, diganti dengan langit yang baru
dan bumi yang baru, Yerusalem baru itulah arah dan tujuan perjalanan rohani
kita di atas muka bumi ini. Oleh sebab itu, biarlah kiranya pakaian kita,
tabiat kita ditunggangi oleh TUHAN untuk selanjutnya dibawa masuk ke kota
kudus, Yerusalem baru.
Akhirnya,
orang-orang yang menolak jalan salib dan yang suka kejahatan -- itulah ibadah
tanpa salib -- akan dihukum untuk selama-lamanya. Itulah hukumannya.
Selanjutnya,
kita akan memeriksa ARAH PELAYAYANAN DARI NABI-NABI PALSU.
Wahyu
13:14A
(13:14)
Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah
diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan
ia menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk
menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu.
Ia menyesatkan
mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya
untuk dilakukannya di depan mata binatang itu; binatang pertama
itulah antikris, binatang yang keluar dari dalam laut.
Singkat
kata, nabi-nabi palsu mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mereka juga
menurunkan api dari langit ke bumi, tujuannya hanya satu yaitu untuk
menyesatkan mereka yang diam di bumi (penduduk bumi), itu saja dan tidak ada
yang lain. Perbuatan mereka itu jahat.
Kemudian,
nabi-nabi palsu menyesatkan semua orang di bumi dan mereka melakukan hal itu persis
di depan mata binatang yang pertama yang keluar dari dalam laut itulah
antikris, berarti hanya untuk memuaskan hati dari antikris yang pada waktu itu
berkuasa memerintah atas muka bumi ini selama 3,5 tahun.
Jadi,
mereka melakukan tanda-tanda heran dan mujizat palsu hanya untuk memuaskan hati
dari antikris itulah binatang pertama yang keluar dari dalam laut. Mereka
menyesatkan untuk memuaskan hati dari antikris, berarti tidak untuk memuaskan
hati TUHAN.
Kita
datang menghadap TUHAN di tengah ibadah ini untuk apa? Memuaskan manusia? Atau
imam memuaskan hati gembala? Sidang jemaat untuk dilihat seperti baik, saleh?
Itu kepalsuan, seperti yang dikerjakan oleh nabi-nabi palsu; mereka mengadakan
tanda-tanda heran dan mujizat, mereka menurunkan api dari langit untuk
menyesatkan banyak orang. Dan penyesatan itu persis dilakukan di depan binatang
pertama itulah antikris, berarti mereka menyesatkan itu untuk memuaskan
antikris. Lalu puaslah hati antikris tepatnya pada saat mereka berkuasa selama
3,5 tahun di atas muka bumi ini.
Mari
kita lihat Matius 7.
Matius
7:15
(7:15)
"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar
seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Nabi-nabi
palsu adalah serigala yang berbulu domba, mereka itu binatang buas.
Gambaran
dari binatang buas dapat dibaca di dalam Yohanes
10:12.
Matius
7:21-23
(7:21)
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
(7:22) Pada hari terakhir banyak
orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi
nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak
mujizat demi nama-Mu juga? (7:23)
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku
tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!"
Nabi-nabi
palsu berseru kepada TUHAN atau mengadakan tanda-tanda heran yaitu:
-
Bernubuat demi nama
TUHAN.
-
Mengusir setan demi nama
TUHAN.
-
Mengadakan
banyak mujizat
(tanda-tanda heran) demi nama TUHAN.
Sekalipun
mereka melakukan hal itu, TUHAN berkata: Aku
tidak pernah mengenal kamu! Berarti, namanya tidak tertulis di dalam kitab
kehidupan Anak Domba.
Kemudian,
TUHAN berkata kepada nabi-nabi palsu: Enyahlah
dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" Kalau kita berada di
tengah ibadah dan pelayanan = Sepertinya sudah di dalam kerjaan Sorga. Tetapi
kalau kita menjadi pembuat kejahatan seperti nabi-nabi palsu, maka yang tadinya
ada di dalam kerajaan Sorga akhirnya bisa saja diusir dari kerajaan Sorga.
Apa
yang gerangan yang menyebabkan sehingga mereka diusir dari kerjaan Sorga --
sudah ada di dalamnya (sudah masuk) tetapi diusir, seperti Adam dan Hawa --?
Jawabnya
pada ayat 21: Bukan setiap orang
yang berseru “TUHAN” atau melakukan tiga perkara ajaib akan masuk dalam
kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa di Sorga yaitu menyangkal diri, memikul salib dan
mengikut TUHAN, itulah yang TUHAN mau.
Jadi,
bukan masalah mujizatnya, bukan soal tanda-tanda heran yang dahsyat itu lalu
menurunkan api dari langit ke bumi, bukan. Lalu saat mereka melakukan itu
mereka berseru demi nama TUHAN, bukan itu syarat untuk masuk Sorga. Melainkan
syarat untuk masuk Sorga adalah sangkal diri, pikul salib dan ikut TUHAN,
itulah kehendak Allah Bapa di Sorga.
Ada
lagi pekerjaan dari nabi-nabi palsu yang sifatnya menyesatkan perjalanan banyak
orang.
1
Timotius 1:3-5
(1:3)
Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah
mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang
tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain (1:4) ataupun sibuk dengan dongeng
dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan
persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan
Allah dalam iman.
Inilah
permintaan Rasul Paulus kepada Timotius; supaya Timotius anak kekasihnya ini
menasihatkan orang tertentu supaya orang tertentu ini jangan mengajarkan ajaran
lain, yaitu: Menyampaikan firman yang ditambahkan, yaitu menyampaikan satu dua
ayat firman lalu ditambahkan dongeng-dongeng nenek tua, ditambahkan lagi
cerita-cerita isapan jempol, ditambahkan lagi takhayul-takhayul, ditambahkan
lagi silsilah-silsilah yang tiada putusnya. Ajaran yang ditambahkan
menghasilkan persoalan belaka, bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan
Allah dalam iman.
Itulah
nasihat dari Rasul Paulus kepada Timotius ketika dia nanti melayani di Efesus.
1
Timotius 1:5
(1:5)
Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci,
dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.
Tujuan
nasihat itu ialah:
-
Kasih
yang timbul dari hati nurani yang suci.
-
Kasih
yang timbul dari hati nurani yang murni.
-
Kasih
yang timbul dari iman yang tulus ikhlas.
Inilah
nanti yang akan membawa sidang jemaat masuk dalam kerajaan Sorga.
1
Timotius 1:6
(1:6)
Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan
yang sia-sia.
Tetapi ada orang
yang tidak sampai pada tujuan itu; tidak sampai kepada arah tujuan akhir
perjalanan rohani di atas muka bumi ini, tidak sampai masuk ke kota kudus
itulah Yerusalem baru. Dan yang sesat
dalam omongan yang sia-sia, yaitu berita firman yang ditambahkan. Kalau hamba
TUHAN sibuk dengan ajaran semacam ini sidang jemaat akan sesat di tengah jalan,
tidak sampai tujuan akhir dari perjalanan yang TUHAN sudah ajarkan ke
murid-murid yaitu kota kudus Yerusalem baru.
-
Firman
yang dikurangkan artinya mengabaikan
ajaran salib dan sibuk mengadakan mujizat-mujizat, tanda-tanda heran,
kesembuhan dan lain sebagainya. Firman yang dikurangkan itu menyesatkan juga;
sesat di tengah jalan dan tidak sampai kepada tujuan akhir perjalanan.
-
Firman
yang ditambahkan itu juga ajaran
yang menyesatkan tidak akan membawa gereja TUHAN sampai kepada perjalanan akhir
itulah kota kudus, Yerusalem baru.
Itulah
tugas dari nabi-nabi palsu:
-
Menyesatkan
banyak orang dengan tanda-tanda heran.
-
Menyesatkan
banyak orang dengan firman yang ditambahkan juga; menyampaikan satu dua ayat
ditambahkan cerita isapan jempol, dongeng nenek tua, dan takhayul. Ajaran
semacam ini menyesatkan dalam perjalanan rohani, sehingga tidak sampai ke
tujuan akhir perjalanan, Yerusalem baru. Ingat itu.
-
Menyampaikan
firman yang dikurangkan, yaitu sibuk dengan mujizat dan mengabaikan salib.
Itu
senjata yang digunakan nabi-nabi palsu, percaya saja.
Kita
datang duduk diam saja itu sudah seperti disalib, dengar firman dengan hati
yang tulus itu sudah salib = Pikul salib. Konsentrasi dengar firman itu pikul
salib, sebab tidak bisa kita konsentrasi dengar firman kalau tidak pikul salib,
kalau asal-asalan tidak bisa.
Harus
pikul salib, kita harus memandang salib di Golgota, tidak boleh anggap enteng.
TUHAN saja serius mengasihi saya dan saudara, masa saya dan saudara tidak
serius mengasihi TUHAN. Kita ini harus serius supaya sampai kepada sasaran
akhir perjalanan rohani kita yaitu Yerusalem baru. Masa untuk yang lahiriah
kita serius tetapi untuk yang rohani kita tidak serius? Keterlaluan.
Kemudian,
praktek kesasatan berikutnya.
Wahyu
13:14B
(13:14)
Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah
diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia
menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk
menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu.
Dan ia menyuruh
mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati
binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu.
Praktek
kesesatan dari nabi-nabi palsu, yang kedua: Dan ia menyuruh mereka yang diam di
bumi, supaya mereka mendirikan patung atau berhala. Mendirikan patung berhala, berarti nabi-nabi palsu mengajar untuk
tidak setia; diajar untuk berlaku busuk.
Padahal
Musa sudah mengingatkan bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun sebanyak
dua kali di dalam kitab Ulangan:
“Jangan berlaku busuk.” Apa yang membusukkan?
1.
Ketidasetiaan, itulah
berhala. Ketidaksetiaan itu yang membuat kita busuk, tidak awet. Coba kalau
setia kepada TUHAN pasti awet.
2.
Kejahatan =
bakteri-bakteri. Jadi, bakteri-bakteri kejahatan itu membusukan.
Nabi
palsu mengajarkan dan menyesatkan supaya penduduk bumi berlaku busuk di hadapan
TUHAN, prakteknya: Mendirikan patung itualah berhala. Ketidaksetiaan karena
berhala itu yang membuat kita busuk, tidak awet.
Biarlah
kita awet dalam kerjaan Sorga kalau kita tetap menyembah TUHAN; setia sampai
kesudahan dunai ini, awet dan tidak busuk.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA
SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment