IBADAH RAYA MINGGU, 22 MEI 2022
KITAB WAHYU
PASAL 14
(Seri: 06 )
Subtema: FIRMAN ALLAH; HIDUP
SEPERTI API, KUAT SEPERTI PALU
Pertama-tama saya mengucapkan puji
dan syukur kepada TUHAN dan berterima kasih setinggi-tingginya kepada TUHAN,
karena rahmat-Nya besar. TUHAN memberi kesempatan kepada kita, TUHAN memberi
kesehatan kepada kita, TUHAN memberi kemampuan kepada kita untuk mengusahakan
dan memelihara ibadah dan pelayanan yang TUHAN percayakan ini.
Selanjutnya, saya juga tidak lupa
menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang
senantiasa tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, di mana pun berada.
Marilah kita mohon kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan
kehadiran kita pribadi lepas pribadi.
Mari kita sambut KITAB WAHYU sebagai
Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Kitab Wahyu 14:1, dengan perikop: “Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya”
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku
melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan
Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya
dan nama Bapa-Nya.
Anak Domba berdiri di bukit Sion
bersama-sama dengan Dia ada 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang
telah ditebus dari antara manusia di bumi ini. Kemudian, di dahi 144.000
(seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut tertulis nama-Nya dan nama
Bapa-Nya.
-
Nama-Nya → Pribadi
Yesus, Anak Allah, Dialah Firman Allah.
-
Nama Bapa-Nya. Tabiat
dari Bapa adalah kasih.
Menurut pandangan mata jasmani, di
sini kita tidak menemukan dan tidak melihat oknum Roh Allah, salah satu dari
oknum Allah Tri Tunggal. Seharusnya, tiga oknum Allah Trinitas ini tidak boleh
terpisah, tetapi mari kita lihat perkara ini dari sudut kaca mata rohani saja.
Mari kita perhatikan Wahyu 7, dengan perikop: “Orang-orang yang dimeterai dari bangsa
Israel”
Wahyu 7:3
(7:3) katanya:
"Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan
hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"
Jumlah mereka yang dimeteraikan dari
12 (dua belas) suku Israel adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu)
orang, dengan rincian: 12 (dua belas) suku x 12.000 (dua belas ribu), hasilnya;
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang.
Singkat kata: Meterai Allah ada pada
dahi mereka. Intinya: Roh Allah telah dimeteraikan pada dahi mereka.
Namun, timbul lagi pertanyaan: Mengapa Nama-Nya dan nama Bapa-Nya tidak ada di dahi mereka?
Jawabnya: Karena mereka sudah
menjadi milik kepunyaan Allah sendiri, dengan lain kata; 144.000 (seratus empat
puluh empat ribu) orang tersebut adalah inti memepelai.
Jadi, Roh Allah telah dimeteraikan
pada dahi mereka, dan itu adalah tanda milik kepunyaan Allah sendiri.
2 Korintus 1:21-22
(1:21) Sebab Dia
yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah
yang telah mengurapi, (1:22) memeteraikan
tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita
sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.
Meterai dari milik kepunyaan Allah
sendiri adalah Roh Allah yang suci, yang ditanamkan di dalam hati kita
masing-masing. Tanda milik kepunyaan Allah adalah meterai Roh Allah itu
sendiri; hal ini sudah seharusnya menjadi harga mati bagi kita semua.
Oleh sebab itu, kita harus menjaga dan merawat Roh Kudus itu dengan sebaik-baiknya, berarti;
YANG PERTAMA: Roh Kudus jangan dipadamkan; sebaliknya, Roh Kudus Allah harus
membakar hati kita sehingga kita sekaliannya berkobar-kobar, berapi-api,
bernyala-nyala di dalam melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN dalam
menghadap TUHAN di setiap pertemuan ibadah.
Bila Roh Allah berkuasa di dalam
hidup kita, maka kita tidak akan bermalas-malasan, tidak akan menunda-nunda,
bahkan tidak akan bermasa bodoh terhadap pekerjaan TUHAN, untuk mengerjakan
keselamatan dengan takut dan gentar.
YANG KEDUA: Jangan kita mendukakan Roh Kudus Allah.
Kita perhatikan Yesaya 63, dengan
perikop: “Doa pengakuan dan permohonan
Israel”
Yesaya 63:8-9
(63:8) Bukankah
Ia berfirman: "Sungguh, merekalah umat-Ku, anak-anak yang tidak akan
berlaku curang," maka Ia menjadi Juruselamat mereka (63:9) dalam segala kesesakan mereka.
Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan
mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya.
Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala.
Allah tampil sebagai Juruselamat
Israel; Dialah yang menebus bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan Firaun,
bukan duta, bukan utusan, bukan berhala. Ditebus, diselamatkan-Nya,
dibebaskan-Nya dalam kasihNya dan oleh karena belas kasih-Nya (kemurahan hati TUHAN).
Kita juga dibebaskan dari perbudakan
Mesir (dunia), dibebaskan dari pengaruh Iblis Setan, sehingga kita ada di
tengah ibadah pelayanan ini, sebab Yesus tampil sebagau Juruselamat, darah-Nya
sudah menebus kita; ditebus dalam kasih-Nya yang sempurna, ditebus oleh karena
belas kasih, kemurahan hati TUHAN yang besar.
Biarlah kita mengerti dan sadar
betul bahwa TUHAN tampil sebagai Juruselamat, tidak ada duta, tidak ada utusan,
bukan siapa-siapa yang menebus kita, bukan berhala-berhala, bukan uang, bukan
perkara lahiriah, bukan barang fana, bukan perak emas berbatang-batang, tetapi
darah salib di Golgota yang sudah tebus kita sekaliannya.
Selanjutnya, di sini kita perhatikan: Allah mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala.
Digendong oleh dua tangan TUHAN,
berarti; Dia yang menanggung, Dia yang memikul, Dia yang menyelamatkan, sesuai
dengan Yesaya 46.
Yesaya 63:10
(63:10) Tetapi
mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus-Nya; maka Ia berubah
menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka.
Tetapi pada akhirnya, Israel
memberontak; begitu banyak kesalahan demi kesalahan berulang-ulang.
Memberontak = Mendukakan Roh Kudus
Allah.
Padahal, di atas tadi kita sudah
melihat; Roh Kudus adalah meterai milik kepunyaan Allah. Tanda dari milik
kepunyaan Allah, meterainya adalah Roh Kudus; maka, Roh Kudus itu harus dijaga
dan dirawat sebaik mungkin, berarti;
1.
Jangan dipadamkan.
2.
Jangan didukakan,
berarti; jangan memberontak.
Tetapi jujur saja, seringkali kita
mendukakan Roh Kudus Allah dengan banyaknya pemberontakan-pemberontakan yang
terjadi di sana dan di sini. Akhirnya, TUHAN menjadi musuh kita, ibadah menjadi
musuh kita, pelayanan menjadi musuh, segala korban menjadi musuh, bahkan sampai
gembala juga bisa menjadi musuh.
Efesus 4:30
(4:30) Dan
janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu
menjelang hari penyelamatan.
Di sini dikatakan: Jangan kita
mendukakan Roh Kudus Allah menjelang hari penyelamatan.
Hari-hari ini adalah hari-hari di
mana menjelang penyelamatan; oleh sebab itu, jangan kita mendukakan Roh Kudus. Mengapa? Sebab Roh Kudus Allah adalah
meterai dari milik kepunyaan Allah sendiri.
Jadi menjelang hari penyelamatan
ini, jangan kita mendukakan Roh Kudus. Ingat; Roh Kudus itu adalah meterai dari
milik kepunyaan Allah. Apa tanda milik kepunyaan Allah? Itulah Roh Kudus. Jika tidak ada Roh Kudus, maka dia bukan
milik Allah.
Sekali lagi saya sampaikan: Jangan
kita dukakan Roh Kudus dengan pemberontakan demi pemberontakan menjelang hari
penyelamatan, menjelang kedatangan TUHAN sudah tidak lama lagi. Hati-hati,
supaya jangan ada penyesalan di kemudian hari.
Efesus 4:31-32
(4:31) Segala kepahitan,
kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah
hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.
(4:32) Tetapi hendaklah kamu ramah
seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni,
sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Segala kepahitan, kegeraman,
kemarahan, pertikaian dan fitnah, termasuk segala jenis kejahatan, hendaklah
dibuang dari kehidupan kita, berarti; dilepaskan jauh dari kehidupan kita,
sebab hal itulah yang menyebabkan sehingga Roh Kudus Allah itu berduka.
Sebaliknya, hendaklah anak-anak TUHAN mengalami 3 (tiga) hal:
1.
Ramah seorang terhadap yang lain oleh karena pekerjaan Roh Kudus.
2.
Kasih mesra seorang terhadap yang lain oleh karena pekerjaan Roh Kudus. Saya
rindukan kasih mesra dalam keluarga Allah sidang jemaat GPT “BETANIA” ini. Jangan ada kasih mesra yang lebih besar kepada orang dunia,
dari pada saudara seiman di dalam penggembalaan; itu adalah kekeliruan.
Misalnya; karena ada kaitannya dengan bisnis, urusan untung rugi, seringkali
orang Kristen lebih kasih mesra dengan orang-orang luaran sana yang tidak
mengenal TUHAN. Walaupun kita dituntut untuk menjadi saksi, tetapi ingat; dalam
penggembalaan ini, harus nyata kasih mesra terhadap seorang dengan yang lain.
3.
Saling mengampuni seorang terhadap yang lain oleh karena
pekerjaan Roh Kudus.
Supaya kepahitan, kegeraman,
kemarahan, pertikaian dan fitnah tidak nampak lagi, dengan lain kata; Roh Kudus
Allah tidak berduka.
Oleh sebab itu, segala kepahitan
harus dibuang jauh-jauh. Barangkali masih ada akar pahit terhadap sesama, itu
harus dibuang jauh-jauh; akar pahit harus dicabut, kebencian dan dedam kesumat
harus dicabut, sebab itulah salah satu yang menyebabkan seseorang mendukakan
Roh Kudus Allah.
Jadi, kita ini tidak perlu lagi
pandai-pandai mengingat kesalahan dan kekurangan di masa yang lalu, tidak perlu
diceritakan lagi, tidak perlu diungkit-ungkit di masa sekarang. Kalau seseorang
masih pandai mengungkit kesalahan di masa lalu, itu adalah bagian dari akar
pahit. Lupakan masa lalu, cabut akar pahit; jangan dukakan Roh Kudus.
Hal yang pahit mungkin terjadi dan
kita alami, yang disebabkan oleh kejahatan orang lain, tetapi itu pun tidak
boleh diingat, sebab itu yang menyebabkan Roh Kudus berduka. Kepahitan dan
kegeraman janganlah ada di dalam kehidupan kita.
2 Korintus 1:21-22
(1:21) Sebab Dia
yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah
Allah yang telah mengurapi, (1:22)
memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di
dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk
kita.
Selain sebagai tanda milik kepunyaan
Allah, Roh Kudus juga adalah jaminan dari semua yang telah disediakan bagi
kita, baik untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Dari sini kita bisa melihat: Betapa
kita mendambakan, merindukan Roh Kudus Allah itu sendiri. Jadi, jangan
padamkan, jangan dukakan Roh Kudus Allah.
Efesus 1:13
(1:13) Di dalam
Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil
keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan
dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. (1:14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita
sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik
Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.
Semakin dipertegas di sini: Roh
Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu
penebusan yang menjadikan kita milik kepunyaan Allah untuk memuji kemuliaan
Allah.
Jadi, milik kepunyaan Allah
meterainya adalah Roh Kudus, dan wujudnya adalah memuji kemuliaan Allah,
berarti; tidak ada kesempatan bagi kita untuk memuji kemuliaan-kemuliaan
manusia yang di bawah ini.
Ini tabiat daging; senang kalau
berhasil, kecewa bahkan meninggalkan TUHAN kalau tidak berhasil, itulah daging.
Maka, ingatlah akan Firman Allah malam ini: Roh Kudus itu penting untuk memuji
kemuliaan Allah, tidak untuk memuji kemuliaan-kemuliaan dari tempat yang lain.
Sesuai dengan 2 Korintus 10:17-18, "Tetapi
barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." Sebab bukan
orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan.
Kalau suka memuji diri, memuji
kemuliaan dari tempat-tempat lain, maka ia tidak akan tahan uji menghadapi
ujian yang lebih besar nanti pada masa aniaya antikris, melainkan orang yang
dipuji TUHAN yang tahan uji.
Demikianlah keberadaan dari pada
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang, di mana di dahi mereka tertulis
nama-Nya dan nama Bapa-Nya, seperti yang tertulis dalam Wahyu 14:1.
Sedangkan pada Wahyu 7:3-4, 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang
tersebut telah dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang menunjukkan bahwasa mereka
adalah inti mempelai atau milik kepunyaan Allah sendiri.
Mari kita bandingkan dengan sidang
jemaat di Filadelfia pada Wahyu 3.
Wahyu 3:12
(3:12)
Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci
Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan
nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang
turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.
Janji Allah kepada sidang jemaat di
Filadelfia jika mereka menang:
Yang Pertama: MENJADI SOKOGURU.
Hamba-hamba TUHAN adalah tiang
penopang, dasar kebenaran; kalau sudah masuk ke dalamnya, maka tidak keluar
dari situ, dan TUHAN tidak berkenan kepada orang yang mengundurkan diri.
Ada 3 (tiga) kisah yang tadinya
sudah di dalam, tetapi akhirnya berada di luar:
1.
Kisah tentang anak
sulung yang iri kepada adiknya. Awalnya dia sudah berada di ladang TUHAN,
tetapi akhirnya tidak mau masuk ke dalam rumah Bapa di sorga.
2.
Nabi-nabi palsu yang
sibuk mengadakan mujizat, sibuk mengusir Setan, sibuk bernubuat demi nama
TUHAN, sibuk menyampaikan Firman, tetapi mengabaikan salib di Golgota; tadinya
sudah di dalam, tetapi akhirnya ia berada di luar lagi.
3.
Kisah 5 (lima) gadis
yang bijaksana dan 5 (lima) gadis yang bodoh. Mereka sudah berada di jalur yang
benar, tetapi 5 (lima) gadis yang bodoh tidak berjaga-jaga, sehingga akhirnya
pelita mereka hampir padam. Namun pelita 5 (lima) gadis yang bijaksana tetap
menyala, karena mereka membawa pelita plus
minyak dalam buli-buli. Dan akhirnya Mempelai datang, pintu untuk pesta nikah
dibuka; mereka yang layak untuk masuk adalah 5 (lima) gadis yang bijaksana.
Setelah 5 (lima) gadis yang bijaksana masuk, pintu pun tertutup, lalu 5 (lima)
gadis yang bodoh datang. 5 (lima) gadis yang bodoh mengetuk pintu
sekuat-kuatnya, tetapi TUHAN berkata: “Sesungguhnya
aku tidak mengenal kamu.”
Mereka awalnya sudah di dalam,
tetapi akhirnya di luar. Oleh sebab itu, berjaga-jagalah, jangan iri, jangan
abaikan salib di Golgota supaya kelak menjadi sokoguru.
Oleh sebab itu, biasakan jadi
sokoguru, menjadi penopang-penopang, baik tenaga, pikiran, waktu, buah pikiran
juga harus menjadi penopang, sampai keuangan kita juga harus menjadi penopang
sesuai dengan takaran iman, bukan takaran emosi daging.
Yang Kedua: PADANYA AKAN KUTULISKAN ...
1.
Nama Allah-Ku, itulah Bapa di sorga, dengan tabiat-Nya kasih.
2.
Nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru yang turun dari sorga,
dari Allah, itulah tempat dari kegiatan Roh
Allah.
3.
Nama-Ku, itulah pribadi Yesus, Anak Allah, Dialah Firman Allah.
Jadi, kasih Allah dimeteraikan, Roh
Allah dimeteraikan, Firman Allah juga dimeteraikan, terukir di dalam hati dan
pikiran; tidak lekang, tidak terpisah baik oleh waktu dan zaman ini, maupun
oleh situasi kondisi.
Demikianlah janji Allah terhadap
sidang jemaat di Filadelfia. Namun itu baru janji, bukan berarti bahwa sidang
jemaat di Filadelfia ini sudah menjadi inti mempelai; itu sebabnya, 3 (tiga)
perkara ini dijanjikan, bahwasanya kasih Allah dimeteraikan di dahi mereka, Roh
Allah dimeteraikan di dahi mereka, Firman Allah dimeteraikan di dahi mereka.
Itu baru janji, tetapi wujudnya adalah Wahyu
14:1, Wahyu 7:3-4.
Sekarang, kita akan membaca Wahyu 21, dengan perikop: “Langit yang baru dan bumi yang baru”
Wahyu 21:1
(21:1) Lalu aku
melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit
yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu,
dan laut pun tidak ada lagi.
Rasul Yohanes melihat langit yang
baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama sudah
berlalu, bahkan laut pun (antikris) sudah tidak ada lagi. Berarti, pada langit
yang baru dan bumi yang baru tidak ada lagi kesesakan; inilah yang kita tuju
sekarang ini.
Wahyu 21:2
(21:2) Dan aku
melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah,
yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan
untuk suaminya.
Kota kudus, Yerusalem baru turun
dari sorga, dari Allah dalam suasana berhias bagaikan pengantin perempuan yang
berdandan untuk suaminya.
Singkat kata: Janji Allah kepada
jemaat di Filadelfia sudah menjadi kenyataan, kalau saja sidang jemaat di
Filadelfia menang terhadap dosa, menang terhadap segala pergumulan-pergumulan
yang ada di atas muka bumi.
Tetapi, pada Wahyu 21:2 ini terdapat kata "berhias" yang menunjukkan bahwa mempelai perempuan jelas-jelas sudah menjadi milik kepunyaan Allah sendiri; segenap hidupnya sudah menjadi milik kepunyaan Allah, tubuh jiwa rohnya sudah menjadi milik kepunyaan Allah, dengan lain kata; di dahinya telah dituliskan …
-
Nama Bapa, tabiat-Nya;
kasih Allah.
-
Nama kota Allah sebagai
tempat dari Roh Allah beraktivitas.
-
Nama-Nya, itulah pribadi
Yesus, Anak Allah, Dialah Firman Allah yang hidup.
Jadi, di dahi mereka sudah
dimeteraikan kasih Allah, Roh Allah dan Firman Allah yang hidup = Kasih Allah,
Roh Allah dan Firman Allah terukir di dalam hati dan pikiran kita.
Penjelasan: Di dalam hati dan pikiran telah terukir FIRMAN ALLAH YANG HIDUP (Seri II)
Wahyu 19:13
(19:13) Dan Ia
memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah:
"Firman Allah."
Wahyu 19:13 ini menjelaskan kepada
kita tentang Firman Allah yang hidup. Bukti ialah Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah Anak Domba.
Pendeknya: Segala perbuatan, segala
tindakan, segala solah tingkah kita di hadapan TUHAN sudah harus dicelup di
dalam darah Anak Domba (menyatu di dalam darah Anak Domba) sebagai bukti nyata
Firman Allah hidup berkuasa di dalam diri kita
Jadi, Firman Allah itu hidup dan
berkuasa di dalam diri kita apabila perbuatan dan tindakan pelayanan kita
dicelupkan di dalam darah Anak Domba Allah.
Jangan kita bicara Firman, tetapi baik perkataan, baik perbuatan, solah
tingkah, tindakan-tindakan dalam pelayanan tidak dicelup dalam darah; itu tidak
benar. Tetapi bukti nyata bahwa Firman itu hidup adalah Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah; perbuatan,
tindakan iman, tindakan pelayanan sudah dilumuri oleh darah.
Yesus adalah roti hidup, Dia adalah Firman Allah yang hidup, mengapa? Sebab Dia sudah memecah-mecahkan hidup-Nya di atas kayu salib. Dalam pemecahan roti ada di dalam tanda darah, sehingga roti itu hidup, Firman Allah itu hidup.
Dan hal itu sudah nyata dari zaman
Adam dan Hawa di taman Eden; oleh karena pelanggaran dosa, mereka telanjang,
lalu seekor binatang disembelih dan dikuliti untuk menutupi ketelanjangan
mereka, sesuai Kejadian 3:21.
Jadi, darah itu hidup, darah Anak
Domba yang telah disembelih itu berkuasa, aktif dan bekerja, mulai dari zaman
taman Eden -- itulah kejatuhan Adam dan Hawa -- sampai hari ini, sampai kepada
kesudahan dunia; darah Anak Domba hidup, aktif bekerja, tidak stuck pada saat itu, tetapi terus
bekerja dan bekerja sampai masa sekarang dan samai kesudahan dunia Dia terus
bekerja. Itulah tandanya bahwa Dia hidup.
Yesus bekerja, Dia tidak pernah
terlelap, Dia tidak tertidur Dia sedang bekerja membangun kehidupan kita supaya
kita hidup. Dia sedang membangun rumah di sorga sebanyak jumlah jiwa yang
diselamatkan. Mengapa? Karena darah
Yesus hidup aktif bekerja sampai detik ini, sampai dunia berlalu.
Kalau kita perhatikan Kejadian 3:21, Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang. Jadi, binatang
itu disembelih terlebih dahulu. Bukan hanya disembelih, tetapi selanjutnya
dikuliti. Jadi, kasih itu yang menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa.
Kalau daun pohon ara dijadikan
cawat, itu hanya sementara saja; cepat lambat daun pohon ara itu akan kering,
hancur, dan ketelanjanganpun akan nampak kembali. Tetapi binatang itu
disembelih, lalu selanjutnya dikuliti dan dijadikan sebagai pakaian untuk
menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa.
Hal itu berlaku bukan hanya zaman
taman Eden, tetapi sampai hari ini; jangan saudara tidak percaya dengan hal
ini.
Jadi, Firman Allah itu hidup, karena
jubah itu sudah dicelup dalam darah Anak Domba.
Mari kita memperhatikan Ibrani 4, dengan perikop: “Hari perhentian yang disediakan Allah”
Ibrani 4:12
(4:12) Sebab
firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang
bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh,
sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan
pikiran hati kita.
Firman Allah itu hidup dan kuat
(berkuasa). Kemudian, Firman Allah itu lebih tajam dari pedang bermata dua
manapun, dengan bukti; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan perkara yang
tidak dapat dijangkau oleh mata jasmani manusia, yakni menjangkau ...
-
jiwa dan roh,
-
sendi-sendi dan sumsum,
-
sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati manusia.
Tiga perkara ini tidak dapat
dijangkau oleh mata manusia. Sehebat apapun seorang psikiater, sehebat apapun
seorang motivator, ia tidak akan sanggup menyucikan manusia seperti Firman
Allah yang hidup dan kuat yang sanggup mengubahkan manusia dari manusia nafsani
menjadi manusia rohani.
-
Mungkin secara psikis,
manusia yang sudah sakit jiwa dapat menjadi sembuh jika ia dibawa ke psikiater,
tetapi soal keubahan hidup, manusia tidak akan pernah berubah hanya karena
seorang psikiater.
-
Mungkin seorang
motivator bisa membangun seseorang supaya ia bergairah dalam bekerja, tetapi
untuk keubahan hidup tidak bisa dilakukan oleh seorang motivator.
Hanya Firman Allah yang hidup dan
kuat yang sanggup menusuk amat dalam, memisahkan apa yang tidak bisa dijangkau
oleh mata manusia, itulah;
-
jiwa dan roh,
-
sendi-sendi dan sumsum,
-
pertimbangan dan pikiran
hati manusia.
Siapa yang dapat menjangkau
pertimbangan dan pikiran hati manusia? Tidak ada yang bisa, tetapi Firman Allah
hidup; oleh penyucian-Nya, sanggup mengubahkan kehidupan masing-masing dari
manusia nafsani menjadi manusia rohani.
Firman Allah hidup dan kuat, Firman
Allah juga lebih tajam dari pedang bermata dua manapun, sehingga Firman Allah
menusuk amat dalam untuk mengadakan penyucian terhadap 3 (tiga) perkara yang
tidak bisa dijangkau oleh mata manusia psikiater dan motivator.
Di dalam Wahyu 1:3 dikatakan: Berbahagialah
ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang
menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.
Berbahagialah kalau Firman Allah yang hidup dan kuat itu mengadakan penyucian
terhadap dosa yang tidak bisa dijangkau oleh mata manusia, baik itu mata
psikiater maupun mata motivator.
Tadi kita sudah membaca bahwa Firman
Allah itu hidup dan kuat sehingga dapat menyucikan 3 (tiga) perkara yang tidak
dapat dijangkau oleh mata manusia. Selanjutnya, kita akan melihat lebih rinci
tentang Firman Allah hidup dan kuat
dari sisi Yeremia 23.
Yeremia 23:28
(23:28) Nabi yang
beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang beroleh
firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu dengan benar! Apakah
sangkut-paut jerami dengan gandum? demikianlah firman TUHAN.
Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu,
dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu dengan
benar! Kalau seorang hamba TUHAN menerima
karunia nabi, dipakai dalam pembukaan Firman, maka Firman itu harus disampaikan
dengan benar.
Kata “benar”, artinya;
-
tidak boleh ditambah
dengan dongeng, guyon, isapan jempol, dan yang lain-lain,
-
juga tidak boleh dikurang-kurangi
(diganti) hanya demi mujizat-mujizat, seperti yang tertulis dalam Matius 7:15-23.
Yeremia 23:29
(23:29) Bukankah firman-Ku
seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang
menghancurkan bukit batu?
Di sini kita melihat: Firman Allah sama
seperti api dan sama seperti palu.
Tentang: FIRMAN ALLAH SEPERTI API = HIDUP.
Manfaat Firman Allah yang hidup
seperti api yang hidup ialah membakar jerami dalam api sampai hangus, membakar
semua dosa sampai hangus.
Berbanding terbalik dengan semak
duri yang terbakar di atas gunung Horeb sesuai dengan apa yang dilihat oleh
Musa; itu adalah suatu penglihatan yang ajaib. Menyala tetapi tidak hangus;
itulah yang TUHAN harapkan. Jangan padamkan Roh Kudus itu, jangan dukakan Roh
Kudus itu. Biarlah kita menyala-nyala di dalam melayani TUHAN, sebab itu adalah
penglihatan yang ajaib.
Tujuan semua dosa harus dibakar
hangus dengan api adalah supaya kita menjadi sama dengan gandum; penuh dengan
Firman Allah yang akhirnya nanti dikumpulkan dalam lumbung Allah (Kerajaan
Sorga). sesuai dengan Matius 3:12, Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan
membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam
lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak
terpadamkan.
Lebih baik hari ini dosa hangus oleh
api penyucian Firman Allah yang membakar dosa dan tabiat daging, dari pada kita
bertahan dengan dosa, namun pada akhirnya dihanguskan dalam api neraka. Biarlah
kiranya disucikan oleh api penyucian Firman Allah sampai dosa hangus, sampai
tabiat daging hangus, supaya kita jangan dihanguskan di dalam api neraka.
Kita harus memiliki roh takut akan
TUHAN. Berbahagialah orang yang membacakan, mendengarkan, apalagi menuruti
Firman ini, dengan lain kata; hidup di dalam Firman.
Kita perhatikan Injil Yohanes 1, dengan perikop: “Firman yang telah menjadi manusia”
Yohanes 1:1-2
(1:1) Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah. (1:2) Ia
pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Pada mulanya adalah Firman.
Kemudian, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Apakah Firman itu hidup di dalam hidup kita?
Tetapi yang pasti, Firman Allah selalu bersama-sama dengan Allah.
Yohanes 1:3-4
(1:3) Segala
sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah
jadi dari segala yang telah dijadikan. (1:4)
Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia
(Firman Allah). Tanpa Firman Allah, maka tidak ada suatu pun yang telah jadi
dari segala yang telah tercipta ini. Jadi, semua ini tercipta karena Firman. Mengapa? Karena Firman itu hidup.
Selanjutnya, mari kita perhatikan Amsal 8, dengan perikop: “Wejangan hikmat”
Amsal 8:23
(8:23) Sudah
pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum
bumi ada.
Semua ini tercipta karena Firman.
Mari kita lihat seterusnya, apakah benar yang dituliskan ayat ini?
Amsal 8:24-26
(8:24) Sebelum
air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber
yang sarat dengan air. (8:25)
Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku
telah lahir; (8:26) sebelum Ia
membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang
pertama.
-
Sebelum air samudra raya
ada, Firman telah ada.
-
Sebelum ada
sumber-sumber yang sarat dengan air, Firman sudah terlebih dahulu ada.
-
Sebelum gunung-gunung
tertanam, sebelum bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama
ada, Firman telah ada.
Amsal 8:27-30
(8:27) Ketika Ia
mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada
permukaan air samudera raya, (8:28)
ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap
dengan deras, (8:29) ketika Ia
menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika
Ia menetapkan dasar-dasar bumi, (8:30)
aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi
kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya;
Langit, bumi dan segala isinya
terbentuk, tercipta jelas karena Firman Allah. Mengapa? Karena Firman Allah hidup dan kuat; mampu menjadikan yang
tidak menjadi ada.
Jadi, Firman Allah yang hidup itu
melenyapkan segala yang mustahil, melenyapkan segala yang tidak mungkin; itu
adalah Firman Allah yang hidup dan kuat. Bagi manusia tidak mungkin, tetapi
bagi Firman Allah yang hidup dan kuat segalanya mungkin.
-
Sekalipun sudah terlalu
lama menganggur, namun TUHAN bisa berikan bekerjaan cepat-cepat, tetapi
biarkanlah Firman Allah itu hidup berkuasa.
-
Sekalipun sakit tidak
kunjung sembuh, sepertinya tidak mungkin untuk sembuh, tetapi bagi Firman TUHAN
tidak ada yang mustahil; semuanya mungkin.
Tidak ada yang tidak mungkin,
semuanya mungkin, yang mustahil dilenyapkan, itulah kuasa Firman yang hidup dan
kuat; asalkan Firman itu teman bermain kita. Izinkan Firman itu bermain
mengerjakan dalam hidup kita masing-masing.
Biarlah Firman itu menjadi teman
hidup kita, sehingga setiap hari Firman itu bermain-main. Setiap apapun yang
kita kerjakan, sudah langsung Firman itu bermain-main; di tempat kita bekerja,
langsung Firman itu bermain-main di pemandangan kita; sampai kita berbaringpun
Firman itu bermain-main; Dialah teman hidup kita dan Dia sangat mengerti kita,
Dia lebih tahu dari siapapun yang ada di sekitar kita. Jelas, Firman Allah yang
hidup melenyapkan kemustahilan.
Pembuktian berikutnya akan kita
perhatikan dalam Kejadian 1, dengan
perikop: “Allah menciptakan langit dan
bumi serta isinya”
Kejadian 1:1-2
(1:1) Pada
mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (1:2) Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap
gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas
permukaan air.
Pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi. Namun, pada waktu langit dan bumi diciptakan, bumi itu belum
berbentuk dan masih kosong (belum ada unsur-unsur apapun, gunung-gunung belum
tertanan, pohon-pohonan belum tertanam). Belum berbentuk dan kosong adalah
gambaran dari dosa, maka gelap gulita
menutupi samudera raya = Setan berkuasa di dalam kegelapan.
Yang Pertama: Belum berbentuk. Pada
mulanya, manusia dibentuk menurut gambar dan rupa Allah dari seonggok tanah
liat; namun oleh dosa, maka rusaklah gambar dan rupa Allah, dengan lain kata;
tidak berbentuk.
Yang Kedua: Kosong. Berarti, tabiat
dari Allah Trinitas tidak ada di dalamnya:
-
Firman Allah tidak
terukir di dalam hati dan pikiran.
-
Roh Allah tidak terukir
di dalam hati dan pikiran.
-
Kasih Allah tidak
terukir dalam hati dan pikiran.
Kalau kita perhatikan Matius 12:44-45, Walaupun sudah tersapu
bersih oleh Firman, rapi teratur oleh Roh Kudus, tetapi kalau kosong (tidak ada
kasih Allah), maka resikonya; nanti Setan yang keluar dari rumah itu akan
mengajak tujuh Setan yang lebih jahat dari padanya untuk dibawa masuk ke dalam
rumah itu, sehingga keadaan orang yang kosong itu itu lebih parah (lebih buruk)
dari keadaannya yang semula.
Kalau hanya mengerti Firman, ada di
dalam kegiatan Roh (melayani), tetapi kosong (tidak ada kasih Allah), maka
keadaan orang semacam ini akan lebih jahat dari sebelumnya.
Itu sebabnya, dahulu seringkali saya
gombar-gambirkan: Kadang kala hamba TUHAN lebih jahat dari pada penjahat. Kalau
dia kosong, saya berani berkata: hamba
TUHAN tersebut lebih jahat dari pada penjahat.
Orang jahat tidak tahu Firman, orang
jahat tidak tahu Roh Kudus; jadi, wajar saja jika dia jahat. Tetapi kalau hamba
TUHAN sudah tahu Firman (bersih tersapu), kalau hamba TUHAN rapi teratur karena
ada Roh Kudus, namun jika dia kosong, maka dia lebih jahat dari pada penjahat,
lebih najis dari pada orang najis.
Jadi, resiko menjadi hamba TUHAN itu
besar. Jangan saudara berpikir ini adalah perkara mudah. Satu sisi; kalau mau
melepaskan tanggung jawab, memang dapat membuat pikiran ini enak dan tenang,
tetapi kalau terkait dengan tanggung jawab ini yaa memang harus pusing. “Si
A begini, TUHAN. Si B begini, TUHAN. Yang ini masih malas, TUHAN; yang ini
tidak mau tahu, TUHAN; yang ini egois, TUHAN”, dan itu harus disahut kepada
TUHAN, dengan lain kata; harus mau pusing.
Kalau saya egois, mau dosa apapun
yang dilakukan sidang jemaat, ya silahkan
saja. Misalnya; walaupun sidang jemaat tidak mau peduli dengan pekerjaan TUHAN ya silahkan saja, itu urusannya. Tetapi
hamba TUHAN yang bertanggung jawab, maka hati nuraninya akan merasa tertuduh
jika sidang jemaat begini dan begitu, juga akan pusing karena memikirkan sikap
perilaku sidang jemaat.
Hamba TUHAN yang bertanggung jawab
bukan pusing karena lemari es kosong, bukan pusing karena tidak ada beras di
rumah, bukan pusing karena tidak ada uang, bukan, tetapi hamba TUHAN yang
bertanggung jawab akan pusing (terbeban) dengan sikap perilaku sidang
jemaatnya. Ini adalah tanggung jawab yang besar sebagai bagian dari tahbisan.
Hamba TUHAN harus mengerti tahbisan.
Jadi, karena bumi belum berbentuk dan
kosong, akhirnya gelap gulita. Gelap gulita, berarti Setan berkuasa, mengapa? Karena belum berbentuk dan
masih kosong; itu pada mulanya.
Demikianlah keadaan kita sebelum
menyerahkan diri kepada TUHAN; pada mulanya belum berbentuk, pada mulanya masih
kosong, masih dalam keadaan dosa, dan akhirnya dikuasai kegelapan, dikuasai
banyak roh-roh jahat dan roh-roh najis.
Apakah TUHAN rela melihat keberadaan
umat-Nya seperti ini; manusia diciptakan dan dibentuk, tetapi kosong, lalu
Setan berkuasa? Kalau TUHAN biarkan manusia dalam keadaan belum berbentuk dan
kosong, kalau TUHAN biarkan manusia dikuasai kegelapan, dikuasai Setan, kalau
TUHAN biarkan dosa berkuasa, maka Dia bukanlah TUHAN yang adil, Dia bukan TUHAN
yang bijaksana.
Tetapi TUHAN kita hidup; Dia adil,
Dia tampil sebagai Juruselamat yang menebus dengan darah-Nya, di dalam
kasih-Nya dan kemurahan hati-Nya.
Oleh sebab itu, kalau kita
perhatikan Kejadian 1:2B,
Roh Allah melayang-layang di atas
permukaan air. Permukaan air adalah titik terendah; di situlah Roh Allah
melayang-layang.
Berarti, ini adalah kemurahan bagi
kita semua. Kalau Roh Allah masih bekerja pada titik terendah, itu adalah
kemurahan, artinya; masih ada tanda-tanda kehidupan bagi kita semua. Kalau
TUHAN masih izinkan kita berada dalam kegiatan Roh, berada di titik nol, itu
adalah kemurahan TUHAN.
Dari sinilah Allah bertitik tolak
untuk mengadakan penyucian dan pembentukan untuk membentuk dan mengisi
kekosongan. Maka, kalau kita perhatikan Kejadian
1:3-31, TUHAN tidak membiarkan bumi dalam keadaan belum berbentuk dan kosong,
TUHAN tidak biarkan manusia dalam keadaan gelap gulita (dikuasai oleh Setan).
Oleh sebab itu, TUHAN membentuk
serta mengisi bumi agar tidak kosong dengan Firman Allah yang hidup dan kuat
sebanyak 9 (sembilan) kali. Hal ini menunjukkan bahwa Firman Allah yang diurapi
adalah Firman Allah yang hidup dan kuat. Angka 9 (sembilan) → Urapan Roh Kudus.
Seharusnya secara logika, mengapa
tidak ratusan kali “setiap kali,
berfirman; setiap kali, berfirman” dengan tujuan supaya lebih baik
pembentukannya; tetapi tidaklah demikian, cukup 9 (sembilan) kali, itulah
Firman Allah yang hidup.
Huruf yang tertulis di dalam Kitab
Suci itu mati, tetapi yang memberi hidup adalah Roh Kudus yang melayang-layang
di atas permukaan air. Dari sinilah Allah bertitik tolak untuk membentuk dan
mengisi kekosongan supaya kita terbentuk kembali, sehingga tidak rusak gambar
dan wujud Allah dan tidak kosong lagi supaya Setan tidak berkuasa; maka
Allahpun berfirman sebanyak 9 (sembilan) kali.
Allah berfirman sebanyak 9
(sembilan) kali:
1.
Kejadian 1:3-5, “Berfirmanlah Allah: …”
2.
Kejadian 1:6-8, “Berfirmanlah Allah: …”
3.
Kejadian 1:9-10, “Berfirmanlah Allah: …”
4.
Kejadian 1:11-13, “Berfirmanlah Allah: …”
5.
Kejadian 1:14-19, “Berfirmanlah Allah: …”
6.
Kejadian 1:20-23, “Berfirmanlah Allah: …”
7.
Kejadian 1:24-25, “Berfirmanlah Allah: …”
8.
Kejadian 1:26-28, “Berfirmanlah Allah: …”
9.
Kejadian 1:29-31, “Berfirmanlah Allah: …”
Ayo, berikan diri dibentuk.
Kehidupan yang kosong biarlah diisi oleh Firman, Roh Allah dan kasih Allah.
Jangan sibuk lagi dengan yang lain-lain. Di masa penantian ini, jangan lagi
dukakan Roh Kudus.
Kejadian 1:31
(1:31) Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh
amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
Semuanya dibentuk dan yang kosong
diisi oleh Firman Allah sebanyak 9 (sembilan) kali, itulah Firman Allah yang
hidup dan kuat, melenyapkan segala yang mustahil, sebab yang tidak ada menjadi
ada, apa yang tidak mungkin segalanya mungkin bagi Firman Allah yang hidup,
Firman yang diurapi, Firman Kristus.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. Semuanya baik, sungguh amat baik, itu karena Firman Allah
hidup dan berkuasa membentuk dan mengisi yang kosong. Bukankah Firman Allah itu
ajaib dan heran? Biarlah kita juga melihat keajaiban itu; oleh sebab itu, ayo,
sungguh-sungguh menyerah kepada Firman Allah yang hidup.
Kejadian 2:1-3
(2:1)
Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. (2:2) Ketika Allah pada hari ketujuh
telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari
ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. (2:3) Lalu Allah memberkati hari
ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari
segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
TUHAN menyelesaikan langit bumi dan
segala isinya dengan berfirman sebanyak 9 (sembilan) kali, dan semuanya itu
amat baik. Setelah selesai pada hari keenam, selanjutnya Ia berhenti dari
segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
Kejadian 2:5
(2:5) belum ada
semak apa pun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apa pun di padang, sebab TUHAN
Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk
mengusahakan tanah itu;
Kita butuh curahan hujan yang
limpah. Di dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir ini, biarlah kiranya Firman
Allah dilimpahkan; kita dihujani dengan limpah lewat pembukaan Firman supaya
ada pertumbuhan rohani yang sehat. Pertumbuhan rohani yang sehat itu puncaknya
di mana?
Kejadian 2:6
(2:6) tetapi ada
kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu --
Inilah pertumbuhan rohani yang
sehat, yaitu memuncak sampai kepada doa penyembahan, asap kabut naik ke hadirat
Allah.
Dalam kegerakan Roh Kudus hujan
akhir, biarlah kiranya kita dihujani oleh pembukaan Firman dengan limpah sampai
rohani kita memuncak sampai kepada doa penyembahan. Jadi, bukan hanya dibentuk
dan kekosongan diisi, tetapi ibadah kita juga diperhatikan.
Selama 6 (enam) hari TUHAN
mengerjakan segala pekerjaan-Nya, tetapi hari ketujuh adalah perhentian, itulah
ibadah-ibadah yang TUHAN percayakan. Namun ibadah itu terus membawa kita pada
puncaknya, yaitu doa penyembahan. Itulah hebatnya Firman Allah yang hidup ini,
yang membentuk dan mengisi kekosongan.
Kejadian 2:7
(2:7) ketika
itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan
nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk
yang hidup.
Semuanya terlebih dahulu ada,
semuanya terlebih dahulu diciptakan oleh Allah, maka barulah manusia yang
dibentuk dari debu tanah itu dihembuskan nafas hidup, sehingga manusia itu pun
hidup.
Jadi, manusia difasilitasi dengan
sempurna, barulah manusia yang terbentuk dari debu tanah itu dihembuskan nafas
hidup dan manusia itu pun hidup.
TUHAN tidak membentuk manusia dan
menjadi hidup tanpa fasilitas yang sempurna. TUHAN tidak membentuk manusia
menjadi makhluk yang hidup tanpa adanya ibadah dengan segala sesuatunya tetap
kosong. Tetapi TUHAN memfasilitasi segala sesuatunya sampai kepada ibadah ini
pun tersedia bagi kita supaya kita selamat.
Hari ketujuh adalah hari perhentian,
tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, itu pun difasilitasi sampai ibadah
kita berada pada tingkat tertinggi, yaitu doa penyembahan. Begitu hebatnya
TUHAN memfasilitasi rohani kita. Inilah hebatnya TUHAN menyatakan kasih dan
kemurahan-Nya lewat Firman Allah yang hidup dan kuat supaya manusia itupun
hidup oleh hembusan nafas mulut Allah. Oleh karena Firman yang diurapi, maka
kita hidup.
Tentang: FIRMAN ALLAH SEPERTI PALU = KUAT.
Apa buktinya bahwa Firman Allah itu
kuat? Buktinya ialah mampu menghancurkan bukit batu, termasuk segala
kekerasan-kekerasan dan bukit-bukit kesombongan di hati.
Matius 27:50-51
(27:50) Yesus
berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. (27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit
batu terbelah,
Ketika Yesus menyerahkan nyawa-Nya,
Yesus telah mati di atas kayu salib, Yesus telah memecah-mecahkan segenap
hidup-Nya di atas kayu salib, menunjukkan bahwa Yesus adalah Firman Allah yang
hidup dan kuat.
Bukti bahwa Firman Allah itu kuat;
selain terjadi gempa bumi, tetapi juga bukit-bukit batu terbelah.
Inilah betapa kuatnya Firman Allah yang
hidup sama seperti palu itu yang berkuasa untuk menghancurkan bukit-bukit batu
sehingga bukit-bukit batu terbelah. Dosa inilah dosa terakhir yang nanti
dihancurkan.
Ada 3 (tiga) kali 7 (tujuh)
penghukuman dari Allah Trinitas:
1.
Tujuh meterai yang
dibukakan, sebagai penghukuman bagi yang tidak menghargai kegerakan Roh Kudus.
2.
Tujuh sangkakala yang
ditiup oleh tujuh malaikat, sebagai penghukuman bagi yang tidak menghargai
Firman Allah.
3.
Tujuh bokor (tujuh
cawan) murka Allah yang ditumpahkan oleh tujuh malaikat, sebagai penghukuman
bagi yang tidak menghargai kasih Allah.
Jadi, yang terakhir adalah tujuh
cawan murka Allah. Mari kita melihat cawan murka Allah yang terakhir di dalam Wahyu 16, dengan perikop: “Ketujuh malapetaka”
Wahyu 16:17
(16:17) Dan
malaikat yang ketujuh menumpahkan cawannya ke angkasa. Dan dari dalam Bait Suci
kedengaranlah suara yang nyaring dari takhta itu, katanya: "Sudah
terlaksana."
"Sudah terlaksana." Ini adalah wujud dari seruan Yesus di atas kayu salib, “Sudah selesai”
Wahyu 16:18
(16:18) Maka
memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang
dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu
hebatnya gempa bumi itu.
Sekarang ini gempa bumi sedang
terjadi; dunia sudah digoncang oleh Covid-19. Kita harus peka dengan goncangan
virus Covid-19 ini. Jangan kita sibuk di permukaannya, tetapi akar permasalahan
dilupakan.
Umur saya hampir mendekati 50 (lima
puluh) tahun, dan saya belum pernah melihat ada goncangan sehebat ini yang
dapat membunuh berjuta-juta jiwa oleh karena begitu hebatnya gempa bumi ini. Di
Indonesia terjadi sejak tahun 2020 awal, tetapi sudah terlebih dahulu diawali
di Luar Negeri, tepatnya di Cina pada tahun 2019 akhir.
Demikian juga tadi; Yesus serahkan
nyawa-Nya, Dia mati di atas kayu salib, Firman hidup, barulah terjadi gempa
bumi. Sesudah gempa bumi terjadi, selanjutnya bukit-bukit batu terbelah.
Jadi ini sudah zaman pemeteraian
untuk menantikan kedatangan TUHAN; oleh sebab itu, jangan dukakan Roh Kudus.
Jangan bermasa bodoh dan jangan anggap enteng. Jangan nanti ketika masuk neraka
barulah meringis, sebab sakitnya tidak ketulungan karena tujuh kali lebih panas
dari panasnya dapur api manapun.
Di Krakatau Steel, untuk mencairkan
bahan baku baja dibutuhkan beribu-ribu derajat celcius; betapa panasnya bahkan
ketika kucing loncat ke dalamnya langsung tidak kelihatan dalam hitungan kurang
dari satu detik. Itu baru dapur api Krakatau Steel.
Dapur api yang kecil-kecilan pun,
misalnya; kena pemantik api, pemantik kompor, pemantik korek, kita langsung
mengaduh. Jadi, di neraka itu nanti ada jeritan-jeritan tidak terduga;
-
ada jeritan “aduh”,
-
ada lagi jeritan
“sakit”,
-
ada lagi jeritan
berikutnya “aduh mama”,
-
ada lagi jeritan
berikutnya “waw”.
Lebih baik kita menjerit di kaki
salib sekarang ini: “TUHAN, tolong hamba
yang keras hati ini. Biarlah FirmanMu seperti palu yang menghancurkan bukit
batu” Bukit batu itulah nanti yang terakhir dihancurkan setelah gempa bumi
terjadi.
Hal ini menunjukkan bahwa kedatangan
TUHAN sudah tidak lama lagi. Kita harus lebih percaya kepada Firman dari pada
kepada perasaan manusia daging.
Tadi malam saya sudah singgung dalam
Ibadah Kaum Muda Remaja 21 Mei 2022: Ada banyak orang ragu membedakan TUHAN
dengan hantu, sama dengan; tidak tahu membedakan mana neraka dan mana sorga. Mengapa? Sebab dia nikmati dagingnya,
dia merasa aman dan damai; dia rasa neraka itu seperti sorga.
Kemudian, tidak bisa lagi membedakan
mana sumber kehidupan dan mana sumber kebinasaan. Mengapa tidak bisa membedakan? Karena di dalam hati timbul
keragu-raguan.
Wahyu 16:19
(16:19) Lalu terbelahlah
kota besar itu menjadi tiga bagian dan runtuhlah kota-kota
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Maka teringatlah Allah akan Babel yang
besar itu untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur
kegeraman murka-Nya.
Maka teringatlah Allah akan Babel yang besar itu untuk
memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman murka-Nya. Inilah penghukuman dari cawan murka yang ketujuh.
Kalau kita mengalami pemerasan pada
masa sekarang dengan cara sangkal diri dan pikul salib, itu adalah tanda
keselamatan. Tetapi kalau pemerasan hari ini kita tolak, sangkal diri dan pikul
salib kita tolak, maka kita akan mengalami pemerasan anggur dalam murka
penghukuman.
Singkatnya: Bukit batu terbelah,
yaitu kota Babel terbagi menjadi tiga bagian;
-
Satu bagian untuk naga
merah padam (ular tua).
-
Satu bagian untuk kota
antikris.
-
Satu bagian untuk kota
nabi-nabi palsu.
Tetapi apa kata TUHAN dalam nats:
-
Injil Matius 12:25, Setiap
kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga
yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan.
-
Injil Markus 3:24, Kalau
suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan.
Karena kota Babel sudah terbelah
terbagi menjadi tiga bagian, maka Setan Tri Tunggal sudah binasa. Oleh sebab
itu, harus ada kesatuan, baik dalam duduk, berdiri, dalam situasi kondisi
apapun. Jangan pura-pura memisahkan diri supaya kenajisan melihat; itu adalah
bagian dari kekerasan di hati yang tidak boleh dipertahankan supaya jangan
hancur nantinya.
Lihatlah: Penghukuman terakhir dari
Firman Allah yang seperti palu itu menghancurkan bukit-bukit batu, sehingga
bukit-bukit terbelah menjadi 3 (tiga) bagian, menunjukkan bahwa Babel (kota
Setan Tri Tunggal) sudah binasa, karena sudah terbelah, terpecah-pecah, tidak
lagi menjadi satu kesatuan yang utuh.
Inilah kuasa dari Firman Allah;
selain hidup, Dia kuat, sehingga gunung batupun dipecahkan. Dan cawan murka
yang ketujuh khusus menghukum kota dari Setan Tri Tunggal, sehingga tidak akan
lagi bertahan dan tidak akan lagi muncul untuk selama-lamanya.
Wahyu 16:20
(16:20) Dan semua
pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung.
Akhirnya, tidak ada lagi
ibadah-ibadah, selain gunung Sion, di mana Anak Domba berdiri di bukit Sion
bersama-sama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus
dari antara manusia di bumi; itulah yang bertahan.
Maka sudah seyogianya sidang jemaat
GPT “BETANIA”
Serang Cilegon, Banten, Indonesia, termasuk sidang jemaat di Bandung dan di
Malaysia, bahkan para simpatisan, umat ketebusan TUHAN yang senantiasa tekun
digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang Cilegon bersyukur kepada TUHAN, sebab TUHAN mau
membawa kita lewat penggembalaan ini sampai kepada gunung Sion, puncak
keindahan, wujudnya adalah penyembahan; itulah yang bisa bertahan sampai
selama-lamanya.
Gunung-gunung yang lain yang tidak
dibawa sampai kepada puncak gunung Sion (doa penyembahan) akan lenyap dari atas
muka bumi ini.
Tidakkah kita bersyukur, sebab
Firman Allah hidup, Firman Allah kuat; oleh sebab itu, Firman Allah harus
terukir di dalam hati dan pikiran kita semua supaya kita hidup; Dia hidup, maka
kita pun hidup untuk selama-lamanya.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment