IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 11 OKTOBER 2013
“DARI KITAB MALEAKHI”
Subtema: KASIH ADALAH DASAR DARI HUBUNGAN SUAMI ISTERI
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan
Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita boleh berada di dalam rumah
Tuhan, beribadah melayani Tuhan.
Kembali kita memeriksa Maleakhi 2: 10-11.
Maleakhi 2: 10-11
(2:10) Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa?
Bukankah satu Allah menciptakan kita? Lalu mengapa kita berkhianat
satu sama lain dan dengan
demikian menajiskan perjanjian nenek moyang kita?
(2:11) Yehuda berkhianat, dan perbuatan keji dilakukan di
Israel dan di Yerusalem, sebab Yehuda telah menajiskan tempat kudus yang
dikasihi TUHAN dan telah menjadi suami anak perempuan allah asing.
Yehuda telah menajiskan tempat kudus yang dikasihi Tuhan
karena orang Yehuda telah menjadi suami bagi anak perempuan allah asing. Perbuatan
keji itu dilakukan di Yerusalem dan di Israel, sehingga umat Israel berkhianat
satu sama lain. Ironisnya, selain berkhianat satu sama lain, terjadi juga
perceraian.
Menjadi suami anak perempuan allah asing = kawin campur =
pasangan yang tidak seimbang.
Matius 19: 5-6
(19:5) Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu
menjadi satu daging.
(19:6) Demikianlah mereka bukan
lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia."
Apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan
manusia, sebab seorang laki-laki telah meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging, bukan lagi dua.
Oleh sebab itu, apapun alasannya, hubungan suami isteri
tidak boleh dipisahkan, tidak boleh diceraikan oleh apapun.
Lebih jauh kita perhatikan ...
Efesus 5: 31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan
ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Ini adalah
kebenaran dari sejak semula.
Menjadi satu daging, berarti; satu hati, satu pemikiran, satu
keinginan, pendeknya; satu di dalam segala sesuatu.
Kalau pemikiran, hati dan keinginan itu berbeda, berarti
itu bukanlah satu daging, melainkan dua.
Oleh sebab itu, kembali saya katakan: “... APA YANG
TELAH DIPERSATUKAN ALLAH, TIDAK BOLEH DICERAIKAN MANUSIA”, apapun
alasannya.
Kalau salah satu pasangan memisahkan pemikirannya dari
Tuhan, memisahkan perasaannya dari Tuhan, hatinya jauh dari Tuhan, ini adalah
pasangan yang tidak seimbang, pasangan yang tidak benar.
Biarlah kita memperhatikan hal ini dengan
sungguh-sungguh.
Mari kita lihat; KEBENARAN DARI SEJAK SEMULA.
Kejadian 2: 21-24
(2:21)
Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN
Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan
daging.
(2:22) Dan
dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang
perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.
(2:23)
Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang
dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia
diambil dari laki-laki."
(2:24)
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Kesatuan itu tercipta lewat pengorbanan, di mana Allah
membuat Adam tertidur nyenyak, dan pada saat itulah, Tuhan mengadakan operasi
besar-besaran dan mengambil salah satu dari tulang rusuk Adam, selanjutnya
membangun seorang perempuan bagi Adam, sehingga Adam berkata kepada perempuan
itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku
dan daging dari dagingku.”
Berarti, penyatuan ini terjadi lewat pengorbanan.
-
Adam yang pertama itulah
manusia lahiriah / alamiah.
-
Adam yang kedua itulah
manusia rohani à Yesus Kristus.
Jadi, penyatuan antara tubuh dengan kepala tercipta
adalah hasil dari pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib.
Oleh sebab itu, apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan
tidak boleh diceraikan / dipisahkan oleh manusia.
Biarlah kiranya kita menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat dalam Kristus Yesus, supaya tidak terjadi perceraian, supaya tidak
terjadi pasangan yang tidak seimbang.
Jadi, kesimpulannya; suami dan isteri disatukan oleh
salib Kristus (korban Kristus).
Secara ilmiah, 1+1=2, tetapi di dalam nikah yang telah
dipersatukan oleh kasih Kristus, 1+1=1.
Sekarang, kita kembali melihat; SALIB DARI PIHAK ISTERI.
Efesus 5: 22-24
(5:22) Hai
isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
(5:23)
karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.
Dialah yang menyelamatkan tubuh.
(5:24)
Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri
kepada suami dalam segala sesuatu.
Salib dari pihak isteri adalah tunduk kepada suami, sama
seperti jemaat tunduk kepada Kristus dalam segala sesuatu, karena Kristus-lah
yang menyelamatkan tubuh.
Mari kita lihat ...
Ketundukan seorang isteri.
YANG
PERTAMA.
1 Petrus 3: 1-2
(3:1)
Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika
ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan
dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
(3:2) jika
mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.
Ketundukan isteri yang pertama: MURNI dan SALEH.
Keterangan:
-
Murni.
Wahyu 14:
1, 4
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri
di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang
dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan
dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti
Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia
sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
Anak domba
berdiri di bukit Sion, bersama-sama dengan Dia 144000 orang.
Keadaan
dari 144000 orang; murni sama seperti perawan suci karena mereka tidak
mencemarkan diri dengan perempuan-perempuan.
Tidak mencemarkan
diri dengan perempuan-perempuan, artinya; tidak menajiskan dirinya di hadapan
Tuhan, dengan kata lain tidak tersentuh oleh dosa, tidak tercemari dengan
pengaruh dari yang tidak suci.
Kalau kita
perhatikan keadaan 144000 orang: mereka mengikuti anak domba ke mana saja ia
pergi, berarti;
·
mereka tidak
menyimpang ke kiri dan ke kanan,
·
mereka tidak mengambil
jalan masing-masing.
Buktinya;
di dahinya tertulis nama Anak Domba dan nama Bapa-Nya, artinya; mereka selalu
memikirkan perkara-perkara di atas / perkara-perkara rohani.
1 Korintus
5: 7-8
(5:7) Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi
adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita
juga telah disembelih, yaitu Kristus.
(5:8) Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi
yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.
Kemurnian,
berarti; hidup dalam suasana pesta untuk menikmati roti yang tidak beragi.
Kesimpulannya;
kermurnian itu terlepas dari ragi yang lama (hidup yang lama) dan terlepas dari
ragi keburukan dan ragi kejahatan.
Jadi,
suasana pesta terlihat dari pakaiannya, yaitu senantiasa berpakaian pesta /
pakaian yang baru, bukan pakaian yang lama (buruk).
Kemudian,
kalau kita lihat; suasana pesta itu dimungkinkan oleh karena anak domba paskah
disembelih.
Paskah itu
kebebasan yang melepaskan kita dari dosa.
Ketika
kita mengalami kebebasan yang melepaskan kita dari dosa, saat itulah ia
dimungkinkan untuk merasakan suasana pesta.
-
Saleh.
Ayub 1: 1
(1:1) Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub;
orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Saleh,
berarti;
·
Jujur.
Jujur
diawali dari ketulusan dan kepolosan seseorang.
·
Takut akan Allah.
Berarti,
membenci segala kejahatan, secara khusus membenci 4 kejahatan (Amsal 8: 13);
1.
Membenci kesombongan
2.
Membenci kecongkakan
3.
Membenci tingkah laku yang
jahat
4.
Membenci mulut penuh
tipu muslihat
·
Menjauhi kejahatan.
Menjauhi
kejahatan = mempertahankan hidup dalam kesucian.
Ketundukan seorang isteri.
YANG KEDUA.
1 Petrus 3: 3-4
(3:3)
Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut,
memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,
(3:4)
tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang
tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang
sangat berharga di mata Allah.
Memiliki perhiasan rohani, yaitu manusia batiniah yang
tersembunyi, yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram.
Jadi, perhiasan itu bukanlah perhiasan secara lahiriah,
yaitu rambut yang dikepang-kepang dan mengenakan pakaian yang indah-indah,
tetapi yang dimaksud di sini ialah perhiasan rohani.
Wahyu 21: 2
(21:2) Dan
aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah,
yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang
berdandan untuk suaminya.
Seorang perempuan yang mempunyai perhiasan menunjukkan
bahwa ia adalah pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya, gambaran
dari kota suci, yaitu Yerusalem yang baru.
Adapun perhiasan itu adalah ...
Wahyu 12: 1
(12:1)
Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas
kepalanya.
-
Berselubungkan
matahari à kasih Allah yang suci.
-
Bulan di bawah kaki à kebenaran firman Allah yang suci.
-
sebuah mahkota dari
dua belas bintang di atas kepala à Roh Allah yang suci.
Dengan perhiasan-perhiasan yang dimiliki oleh pengantin
perempuan, menjadikan ia suci di hadapan Tuhan.
-
Kasih Allah menjadikan
gereja Tuhan suci.
-
Firman Allah
menjadikan gereja Tuhan suci.
-
Roh Allah menjadikan
gereja Tuhan suci.
Itu sebabnya, kalau kita baca kembali Wahyu 21 ...
Wahyu 21: 1
(21:1)
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah
berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.
(21:2) Dan
aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah,
yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
Kesucian itu dilihat dari ketika segala sesuatu yang lama
sudah berlalu, seperti Yerusalem yang baru, yang turun dari sorga, dari Allah =
kota mempelai.
1 Petrus 3: 5-6
(3:5)
Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu
perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya
kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,
(3:6) sama
seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah
anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.
Demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus berdandan,
yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah, mereka
tunduk kepada suaminya.
Praktek ketundukan; sama seperti Sara taat kepada
Abraham.
Mari kita lihat; KETAATAN YESUS KRISTUS.
Ibrani 5: 7-8
(5:7)
Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan
dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari
maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
(5:8) Dan
sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
Taat, berarti; setia sekalipun harus menanggung
penderitaan.
Sebagaimana Yesus Kristus, sekalipun Ia adalah Anak, Ia
belajar untuk menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Ketaatan Yesus
Kristus telah teruji sebab Dia taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas
kayu salib.
Ketaatan gereja Tuhan menunjukkan bahwa kita tahan
menanggung penderitaan.
Selain taat
kepada Abraham, Sara juga menamai Abraham tuannya.
Kalau Sara menamai
Abraham tuannya, berarti Sara menempatkan diri sebagai hamba, sekalipun ia
adalah seorang isteri.
Hamba, berarti
tidak memiliki hak atas dirinya sendiri, kecuali oleh tuannya.
Kita
sekaliannya adalah hamba-hamba, dan Yesus adalah Tuan kita. Biarlah kita
menghambakan diri, mengabdikan diri sepenuhnya kepada Yesus Kristus, Dia adalah
Tuan dari segala tuan.
Dampak
positif bila seorang isteri tunduk kepada suami.
1 Petrus 3: 1
(3:1)
Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika
ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan
dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
MENJADI
KESAKSIAN KEPADA PEREMPUAN-PEREMPUAN YANG LAIN, YANG TIDAK TAAT KEPADA FIRMAN
TUHAN.
Perlu saya
sampaikan; isteri dari seorang gembala sidang, sangat menentukan maju atau
tidaknya satu kandang penggembalaan. Isteri seorang gembala sangat berperan
banyak di tengah-tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan. Oleh sebab itu,
sidang jemaat perlu mendoakan ibu gembala masing-masing, jangan melihat
kelemahannya.
Jelas sekali,
bahwa isteri yang tunduk kepada suami, menjadi kesaksian bagi
perempuan-perempuan yang lain, yang tidak taat kepada firman Tuhan. Oleh sebab
itu, kesaksian bukanlah dari perkataan yang keluar dari mulut tetapi dari
perbuatan-perbuatan yang benar dari seorang perempuan.
Kolose 3: 18
(3:18) Hai isteri-isteri,
tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
Ketundukan
seorang isteri kepada suami, itulah yang benar di dalam Tuhan.
Jadi, tidak ada
alasan bagi seorang isteri untuk tidak tunduk kepada suami dalam segala
sesuatu, seperti jemaat tunduk kepada Kristus dalam segala sesuatu.
Sekarang kita
memperhatikan; SALIB DARI PIHAK SUAMI.
Efesus 5: 25
(5:25) Hai suami, kasihilah
isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan
diri-Nya baginya
Suami mengasihi
isteri, itulah salib dari pihak suami.
Mengasihi itu
sama seperti Kristus telah menyerahkan diri-Nya baginya, artinya; Yesus Kristus
telah mengorbankan diri-Nya untuk gereja Tuhan / tubuh-Nya.
Tujuan
dari pengorbanan Kristus.
Efesus 5: 26
(5:26) untuk menguduskannya,
sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
Tujuannya
adalah untuk menguduskan gereja Tuhan / sidang jemaat.
Itu sebabnya
dalam 1 Petrus 1: 16 dikatakan: “... ada
tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”
Tuhan
merindukan supaya kita hidup kudus, sehingga kita sama dengan Dia di dalam
kekudusan.
Oleh sebab itu,
kekudusan bisa dilihat dalam seluruh hidup, di mana hidup manusia terdiri dari;
-
Tubuh, jiwa,
roh, di dalam kekudusan.
-
Hati, pikiran,
dan perasaan, di dalam kekudusan.
Kemudian, kekudusan
itu terjadi lewat MEMANDIKAN DENGAN AIR dan FIRMAN.
Memandikan
dengan air dan firman à baptisan di dalam kematian dan kebangkitan Kristus (Roma
6: 3-4).
-
Kuasa kematian
Kristus; mengubur hidup yang lama.
-
Kuasa
kebangkitan Kristus; hidup dalam hidup yang baru.
Efesus 5: 27
(5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya
jemaat kudus dan tidak bercela.
Selanjutnya
sidang jemaat ditempatkan di hadapan-Nya dengan cemerlang, tanpa cacat cela
atau kerut atau yang serupa itu, berarti; sidang jemaat dijadikan mempelai
wanita-Nya.
Cemerlang tanpa
cacat cela atau kerut atau yang serupa à pakaian
mempelai.
Efesus 5: 28-29
(5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama
seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya
sendiri.
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya
sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap
jemaat,
Mengasihi,
berarti; tidak membenci tubuhnya (isterinya), dengan kata lain;
-
Mengasuhnya.
Berarti; didik, seperti Musa dididik dengan segala hikmat orang mesir,
sehingga ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatan.
-
Merawatinya.
Berarti; membalut segala luka-luka / sakit penyakit yang diderita, sama
seperti orang Samaria yang merawat dan membalut luka-luka seorang pemuda yang
turun dari Yerusalem ke Yerikho yang dipukuli oleh penjahat-penjahat, dan
dipukuli sampai setengah mati.
Praktek
pengorbanan seorang suami.
Kolose 3: 19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Pengorbanan
dari seorang suami, berarti; seorang suami tidak berlaku kasar terhadap isteri.
1 Petrus 3: 7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai
kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih
karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Suami-suami
yang mengasihi isteri, berarti; hidup bijaksana bersama dengan isteri.
Hidup bijaksana
= menghormati isteri sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan.
Dampak positif
mengasihi isteri: supaya doa jangan terhalang.
Berarti, dengan
mengasihi isteri, maka doa seorang suami didengar dan dikenan oleh Tuhan.
Kalau saya
ambil suatu kesimpulan:
Hubungan suami isteri adalah hubungan saling memberi,
saling menerima.
Karena kalau
saya perhatikan dari pihak isteri, maupun suami; suami membutuhkan isteri dan
isteri membutuhkan suami.
Kalau isteri
tidak tunduk, berarti tidak menjadi kesaksian bagi perempuan-perempuan lain
yang tidak taat kepada firman, berarti tidak dapat membawa jiwa
sebanyak-banyaknya.
Sebaliknya,
kalau suami tidak mengasihi isteri, akan menyebabkan doa-doa suami tidak
didengar.
Kandang
penggembalaan terkecil itulah hubungan suami isteri, penggembalaan yang
terbesar, itulah kandang penggembalaan yang Tuhan percayakan. Biarlah kita masing-masing
menempatkan diri sesuai dengan tatanan yang sudah Tuhan tentukan, supaya kita
semua menjadi pewaris-pewaris Kerajaan Sorga. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment