IBADAH NATAL PPT (Persekutuan Pengajaran Tabernakel)
Sesi ke I
28 Desember 2017
Tema: Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah. (Yohanes 1: 1)
Mula pertama saya ucapkan puji
syukur kepada Tuhan, oleh karena kemurahan hati Tuhan kita diizinkan untuk
melangsungkan Ibadah Natal Persekutuan Pengajaran Tabernakel atau ibadah Natal PPT,
yang sudah terselenggara selama tiga natal berturut-turut, artinya masih seumur
jagung, baru dua tahun berjalan.
Yang menjadi saksi pada saat
dideklarasikan ada beberapa hamba Tuhan yang masih setia bersekutu dengan kami
di tempat ini, Bapak Pdt. Nababan bersama rekan-rekan menjadi saksi, Pdt.
Mulyadi menjadi saksi, kemudian yang lain yang tidak bisa saya sebut menjadi
saksi terbentuknya atau berdirinya Persekutuan Pengajaran Tabernakel.
Tetapi dalam satu sisi, saya di
dalam hati yang kecil ini, saya berdoa kepada Tuhan: “Jangan sampai PPT ini berhenti, jangan sampai ini berdiri karena
keinginan daging saya, Tuhan”, sebab saya mendambakan dan merindukan Persekutuan
Pengajaran Tabernakel ini, berjalan terus, bersama-sama kita untuk membawa Pengajaran
Mempelai dalam terang-Nya Tabernakel.
Dan satu demi satu rekan-rekanku
hamba Tuhan boleh bersekutu dengan kami di tempat ini, bukan karena kami lebih
dari pada saudara, tetapi betul-betul kami mempunyai suatu kerinduan yang
mendalam, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi. Kalau saudara
perhatikan, keadaan dunia sudah tidak menentu lagi, bukan saja di dalam negeri
tetapi di luar negeri, di lima benua, tiap-tiap negara. Dari Sabang sampai Merauke,
Indonesia dilanda badai, banjir, tsunami, longsor, bagaimana mungkin kita bisa
menghadapi hanya dengan berita berkat, berita pelipat gandaan uang di dalam
gereja, itu tidak mungkin.
Yang bisa menyelamatkan manusia
hanyalah salib, dari Alfa sampai kepada Omega, di tengah-tengahnya adalah
salib. Yesus berkata; “Akulah jalan, kebenaran dan hidup”, harta kekayaan,
uang, kedudukan, jabatan, ijazah yang tinggi tidak pernah berkata; “akulah
jalan kebenaran dan hidup.”
Hari-hari ini kita harus lebih
sungguh-sungguh lagi untuk beribadah dan melayani, menyerahkan diri kita kepada
Tuhan sebagai korban dan persembahan kepada Tuhan, puji Tuhan.
Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera
bagi kita sekaliannya, salam di dalam kasih-Nya Tuhan kita Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan Tuhan,
kita boleh dipersekutukan di dalam Dia, puji Tuhan.
Dan juga saya menyapa,
anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan di dalam dan luar negeri yang senantiasa
mengikuti tiga macam ibadah pokok, termasuk ibadah natal PPT malam ini, kiranya
kita semua diberkati dalam dan luar negeri, anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan
di mana saja berada.
Puji Tuhan. Kita kembali memperhatikan
tema yang terpampang di depan ini. Kita akan memperhatikannya selama dua sesi
berjalannya ibadah natal PPT ini, sesi pertama malam ini, besok pagi kita akan
lanjutkan kembali (sesi ke II).
Kami dengan segala kerendahan
hati melayani hamba-hamba Tuhan, sidang jemaat tidak tertutup kemungkinan juga,
kami menyediakan penginapan bukan karena kami punya tetapi ada suatu kerinduan
yang mendalam, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, puji Tuhan, itu
saja.
Kami tidak merasa lebih dari
hamba-hamba Tuhan, tidak, tetapi ada kerinduan yang mendalam, karena sasaran
akhir dari ibadah dan pelayanan ini adalah pesta nikah Anak Domba, itu tidak
bisa di pungkiri oleh gereja Tuhan (Wahyu 19:6-8). Pesta nikah Anak
Domba, di mana Dia akan tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga sebab
pengantin-Nya telah siap sedia, itu kerinduan kami.
Jadi, bukan semata-mata hanya
perkara-perkara di bawah, perkara di bumi, yang ada ini, bukan, tetapi lebih
dari pada itu, itu saja, tidak lebih, tidak kurang. Jadi tidak ada
maksud-maksud yang lain, tidak ada maksud tandingan-tandingan dengan persekutuan
yang lain, tidak, tetapi ada suatu kerinduan yang mendalam.
Kita akan melihat selama dua
kali berjalannya ibadah persekutuan kita dengan tema yang sama. Kita perhatikan
tema yang terpampang di depan ini, dengan segala kerendahan hati, seperti Maria,
kita bawa hidup kita, supaya kita bisa menikmati kemurahan Tuhan malam ini.
Yohanes 1:1
(1:1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah.
Sebelum kita masuk lebih dalam,
sebagai pendahuluan; dalam pengajaran Tabernakel, Injil Yohanes 1 ini terkena
kepada pintu gerbang.
Arti rohani pintu gerbang
adalah menerima = percaya kepada Yesus sebagai kepala lewat Injil
atau firman yang akan kita terima malam ini.
Yohanes 1:12
(1:12) Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya
menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya
Tetapi
semua orang yang menerima Yesus, diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak
Allah, yaitu mereka yang percaya di dalam nama-Nya. Menerima Yesus berarti
percaya di dalam nama-Nya.
Efesus
1:22-23
(1:22) Dan segala sesuatu
telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada
jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.
(1:23) Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi
semua dan segala sesuatu.
Percaya
kepada Kristus sebagai kepala yang berkuasa yang menyelamatkan tubuh. Itulah Injil
Yohanes 1. Kalau dikaitkan dengan pelajaran Tabernakel terkena kepada pintu
gerbang (percaya), menerima Yesus dan percaya, Dialah kepala yang menyelamatkan
tubuh. Itu pendahuluan.
Kita
kembali memperhatikan Injil Yohanes 1: 1, supaya kalau kita mulai dari
pintu gerbang, pelayanan itu akan mengarah terus sampai kepada Kristus sebagai
kepala.
Yohanes
1:1
(1:1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah.
Kalimat
pertama: “Pada mulanya adalah firman”, kemudian kalimat yang kedua: “firman
itu bersama-sama dengan Allah”, seolah-olah ada dua oknum antara firman
dengan Allah, tetapi pada saat kalimat yang ketiga, ternyata; “Firman itu
adalah Allah.”
Malam
ini kita fokus memperhatikan kalimat yang pertama; “pada mulanya adalah firman”
Pada
mulanya adalah Firman, berarti; telah terjadi natal, sedangkan Injil Yohanes
1:14... “Firman itu telah menjadi manusia = natal.
Untuk
mengetahui kebenaran dari ayat ini, kita lihat dulu kalimat yang sama pada ayat
yang lain.
Kejadian
1:1
(1:1) Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi.
Kalimat
ini menimbulkan pertanyaan di dalam hati, manakah yang terlebih dahulu? pada
mulanya adalah firman atau pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi?
Dulu
awal mula melayani Tuhan, jujur saja, saya bingung dengan kalimat yang sama
pada Injil Yohanes 1 dengan Kejadian 1:1.
Dalam
Injil Yohanes 1 “Pada mulanya adalah firman”, sedangkan dalam Kejadian
1:1 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”
Jadi,
kalimat ini menimbulkan pertanyaan di dalam hati saya, mana yang terlebih
dahulu; apakah pada mulanya adalah firman atau pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi?
Untuk
itu, supaya kita mendapatkan jawaban yang pasti, kita kembali memperhatikan Injil
Yohanes 1: 1
(1:1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah.
Kalimat
yang pertama; “Pada mulanya adalah Firman”,
berarti natal telah terjadi, sudah terjadi.
Kemudian
kalimat kedua; “Firman itu bersama-sama
dengan Allah.” Seolah-olah ada dua oknum, antara firman Allah dan Allah.
Kalimat
ketiga: “Firman itu adalah Allah”,
berarti yang terlebih dahulu adalah firman, sebab firman itu adalah Allah yang
menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, itu yang terlebih dahulu.
Langit
bumi dan segala isinya itu ciptaaan Tuhan, hasil karya. Jadi, yang terlebih
dahulu adalah firman, yang terutama di dalam hidup ini adalah firman, bukan
hasil karya, bukan yang ada ini, bukan kedudukan dan jabatan, bukan harta dan
kekayaan, bukan ijazah yang tinggi. Biarlah kita semua belajar untuk mendahulukan
firman dari segala sesuatu, berarti telah terjadi natal.
Saya
sangat bersyukur, saya banyak diajar oleh pengajaran Mempelai untuk terus
mendahulukan firman dari segala yang ada, dahulukan ibadah, dahulukan pelayanan
dari uang. Saya banyak diajar oleh Tuhan, semoga kita sama-sama belajar dari
firman Tuhan. Bukan saya yang lebih baik, firman yang lebih baik, saya masih
banyak kekurangan.
Supaya
penjelasan ini lebih akurat harus dibuktikan dengan Amsal 8:22.
(8:22) TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya,
sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.
“Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya”, inilah pengakuan Yesus
sebagai Anak Tunggal. Pengakuan ini perlu kita beri apresiasi
setinggi-tingginya. Berarti, belajar untuk mendahulukan firman dari segala yang
ada.
Amsal
8:23-26
(8:23) Sudah pada zaman
purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada.
(8:24) Sebelum air
samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan
air.
(8:25) Sebelum
gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir;
(8:26) sebelum Ia membuat
bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama.
Bukti
bahwa yang pertama-tama adalah firman, antara lain;
- Sebelum air samudera raya ada.
- Sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air (mata air).
- Sebelum gunung-gunung tertanam.
- Sebelum bukit-bukit.
- Sebelum Allah membuat
bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama.
Yesus berkata sebanyk dua
kali; “Aku telah lahir.”
Pernyataan dua kali itu peneguhan bahwa yang harus kita dahulukan adalah
firman Allah dari segala yang ada ini. Itu saya ajar kepada sidang jemaat,
apalagi yang melayani tiga macam ibadah pokok, nomor satu ibadah. Yang buka
usaha tutup, yang kuliah ibadah sungguh-sungguh.
Satu kali ada imam-imam
yang tidak sungguh-sungguh, dengan terpaksa saya turunkan langsung, sebab yang
terlebih dahulu adalah firman. Dua kali pengakuan “Aku telah lahir” itu
peneguhan.
Amsal 8:27-29
(8:27) Ketika Ia
mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada
permukaan air samudera raya,
(8:28) ketika Ia
menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras,
(8:29) ketika Ia
menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika
Ia menetapkan dasar-dasar bumi,
Proses ketika terjadi
penciptaan antara lain;
-
Ketika Tuhan mempersiapkan langit.
-
Ketika Tuhan menggaris kaki langit pada
permukaan air samudera raya.
-
Ketika Tuhan menetapkan awan-awan di atas.
-
Ketika mata air samudera raya meluap dengan
deras.
-
Ketika Tuhan menentukan batas kepada laut.
-
Ketika Tuhan menetapkan dasar-dasar bumi.
Yesus berkata; “Aku di
sana.”
Jadi, segala sesuatu yang
kita kerjakan, firman saksinya. Yesus ada di sana asal kita mendahulukan natal,
asal kita mendahulukan firman, Yesus ada di sana, firman ada di sana.
Dulu awal memulai
pelayanan saya sedikit ketar ketir, “Tuhan
bagaimana saya memulai pelayanan di Provinsi Banten yang begitu keras sekali.”
Belum ada sidang jemaat, belum ada kolekte, saya harus jalan kaki dari door to door, dari perumahan satu ke
perumahan yang lain, kota Serang, kota Cilegon saya kelilingi, sampai ke Merak jalan
kaki, hanya bisa menangis, menangis, menangis, tetapi hari demi hari firman
Tuhan terus mengajar saya.
Yesus berkata: “Aku di sana” Jadi ketika proses
penciptaan itu, saksinya adalah Yesus, firman itu sendiri, Dia ada di sana.
Amsal 8:30
(8:30) aku ada serta-Nya
sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa
bermain-main di hadapan-Nya;
Sebagai Anak, Yesus selalu
bersama-sama dengan Bapa dan Bapa selalu bersama dengan firman, itu tidak boleh
dilupakan, pada saat langit, bumi dan isinya diciptakan.
Matius 6:31-33
(6:31) Sebab itu
janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang
akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
(6:32) Semua itu dicari
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu,
bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
(6:33) Tetapi carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu.
Perhatikan kalimat: “Tetapi
carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya” = mendahulukan firman
Tuhan, di dalam Kerajaan Sorga ada kebenaran, itulah firman.
Orang yang mendahulukan
firman Tuhan; tidak kuatir soal apa yang akan dimakan, apa yang akan diminum, tidak
kuatir soal apa yang akan dipakai.
Kalau saja saya hamba
Tuhan yang sudah melayani Tuhan mendahulukan firman; tidak kuatir soal makanan,
tidak kuatir soal minuman dan tidak kuatir dengan apa yang dipakai, tidak kuatir
dengan apa yang ada ini, itu pengalaman saya. Betul. Saya tidak mengadopsi
pengalaman orang, itu pengalaman saya.
Roma 14:16-18
(14:16) Apa yang baik,
yang kamu miliki, janganlah kamu biarkan difitnah.
(14:17) Sebab Kerajaan
Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera
dan sukacita oleh Roh Kudus.
(14:18) Karena
barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan
dihormati oleh manusia.
Tidak usah takut soal apa
yang dimakan, diminum. Layani Tuhan dengan sistem Kerajaan Sorga, sehingga
dikenan Tuhan, kemudian dihormati manusia.
Sebab itu saya belajar
untuk menghormati hamba-hamba Tuhan siapa pun yang datang. Dulu saya awal
melayani, seperti orang yang baru belajar karate, ada tiang listrik di pinggir
jalan dikaratekan semua, ada pohon-pohon besar dikaratekan semua, itu dulu. Tetapi
semakin ke sini saya banyak diajar oleh firman.
Dulu saya kurang hormat
kepada hamba-hamba Tuhan termasuk kepada Pendeta Si ringo-Ringo seringkali saya
banyak menggurui. “Mohon maaf ya bapa
pendeta Siringo-ringo. Amin, Pendeta Siringo-ringo?” Seringkali saya
menggurui tetapi semakin ke sini, saya semakin diajar firman. Tuhan saja yang
benar. Kalau saya mungkin ada kurang hormat kepada rekan-rekan, mohon maaf
sebesar-besarnya.
Kalau kita melayani Tuhan
dengan sistim Kerajaan Sorga; mendahulukan firman (natal telah terjadi),
dikenan oleh Tuhan. Tidak cukup di situ, lanjut; dihormati manusia.
Sebab itu pada ayat 16
dikatakan di sini; “Apa yang baik, yang kamu miliki, janganlah kamu biarkan
difitnah”, oleh sebab itu
dahulukan firman.
Kalau kita mendahulukan
yang ada ini, mendahulukan uang, harta, kekayaan, Tuhan tidak kenan kita, dan
tidak ada yang menghormati hamba Tuhan yang semacam ini. Jangankan orang lain,
sidang jemaat pun tidak hormat kepada gembala yang seperti ini.
Biarlah kita semua
melayani Tuhan dengan sistem Kerajaan Sorga; mendahulukan firman. Kerajaan Sorga
bukan soal makan, minum dan pakaian, kalau saya keiling-keliling bisa, ke Pendeta
Siringo-Ringo, Pendeta mana saja bisa, tetapi saya tidak mau lakukan itu, lebih
utama mendahulukan firman, mendahulukan ibadah dalam kandang penggembalaan ini.
Puji Tuhan, kiranya dapat dipahami dengan baik.
Tadi natal telah terjadi
sebab “Pada mulanya adalah firman.” Dikenan Tuhan, dihormati manusia.
Melayani dengan sistem Kerajaan
Sorga, pertahankan ini.
Tuhan meneguhkan saya
dari ayat ini semoga itu juga menjadi berkat bagi kita semua.
Amsal 8:28-29
(8:28) ketika Ia
menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras,
(8:29) ketika Ia
menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika
Ia menetapkan dasar-dasar bumi,
Tuhan
menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya.
Laut
tidak boleh keluar dari batas yang telah ditentukan oleh Tuhan. Kalau keluar
dari situ, berarti melanggar firman, berarti kita harus terus mendahulukan
firman. Tujuannya; supaya jangan melanggar firman Tuhan.
Jadi,
apa yang baik, yang kita miliki jangan biarkan difitnah orang.
Kejadian 1:9
(1:9) Berfirmanlah Allah:
"Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat,
sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian.
Berfirmanlah Allah; semua air yang di bawah langit ini berkumpul
pada satu tempat, itu tadi sudah ditentukan, tidak boleh keluar, supaya
apa? Supaya yang kering kelihatan. Berarti sinkron dengan Amsal 8:28-29.
Kejadian 1:10
(1:10) Lalu Allah menamai
yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat
bahwa semuanya itu baik.
Jadi,
ketika air berkumpul pada satu tempat, kelihatanlah yang kering = ketika Tuhan menetapkan
apa yang ditentukannya itu (laut tidak boleh keluar dari batasnya itu), kelihatanlah
yang kering.
Maka
Tuhan menamai yang kering itu darat, sedangkan kumpulan air itu laut.
Lalu kemudian Allah melihat bahwa semua itu baik.
Natal
harus terus terjadi. Melayani dengan sistim Kerajaan Sorga, berarti dahulukan
firman, sebab di dalam Karajaan Sorga ada kebenaran.
Saudaraku,
lewat ibadah natal persekutuan PPT ini, di sini Tuhan berhadirat, inilah takhta
Tuhan, di sinilah kebenaran itu kita nantikan, maka kita belajar untuk terus mendahulukan
firman dari apa yang kita terima malam ini.
Hati-hati,
jangan keluar dari sana, nanti difitnah oleh orang lain. Jangankan orang lain,
jemaat sendiri bisa memfitnah kita dan itu banyak terjadi.
Kejadian
7:18-20
(7:18) Ketika air itu
makin bertambah-tambah dan naik dengan hebatnya di atas bumi, terapung-apunglah
bahtera itu di muka air.
(7:19) Dan air itu sangat
hebatnya bertambah-tambah meliputi bumi, dan ditutupinyalah segala gunung
tinggi di seluruh kolong langit,
(7:20) sampai lima belas
hasta di atasnya bertambah-tambah air itu, sehingga gunung-gunung ditutupinya.
Pada zaman Nuh, air bah
pernah terjadi selama 150 hari, lalu air bah itu meliputi bumi, bukan hanya
bumi, bahkan menutupi segala gunung, berarti dengan kata lain tidak kelihatan
daratan, tidak kelihatan lagi yang kering.
Kesimpulannya; kumpulan
air telah keluar dari batas yang telah ditentukan oleh Tuhan, sehingga yang
kering (darat) tidak kelihatan lagi, bahkan gunung-gunung tempat beribadah pun
dilewati oleh air bah itu. Berarti, sudah melampaui batas-batas yang ditentukan
oleh Tuhan melanggar firman.
Kejadian 7:21-24
(7:21) Lalu mati
binasalah segala yang hidup, yang bergerak di bumi, burung-burung, ternak dan
binatang liar dan segala binatang merayap, yang berkeriapan di bumi, serta
semua manusia.
(7:22) Matilah segala
yang ada nafas hidup dalam hidungnya, segala yang ada di darat.
(7:23) Demikianlah
dihapuskan Allah segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik manusia maupun
hewan dan binatang melata dan burung-burung di udara, sehingga semuanya itu dihapuskan
dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan
dia dalam bahtera itu.
(7:24) Dan berkuasalah
air itu di atas bumi seratus lima puluh hari lamanya.
Pada
saat kumpulan air (laut) keluar dari batas yang ditentukan, yang terjadi adalah
kematian (kebinasaan).
Matilah
semua yang bernafas, manusia sampai binatang bahkan sampai kepada burung-burung,
binasa.
Maka,
tadi saya himbau; ayo kita belajar sama-sama, saya juga belajar kok. Hari-hari
saya belajar terus. Belajar dari firman, belajar dari kehidupan.
Air
bah pernah terjadi di Aceh banyak jiwa binasa. Saya pernah menonton di televise;
tsunami di Jepang, ketika kumpulan air keluar dari batas yang ditentukan, semua
digeser, diseret. Kapal yang besar pindah tempat sampai ke gunung, di Aceh. Mengerikan
sekali kalau kita tidak mendahulukan firman.
Kita
lihat AIR BAH YANG SESUNGGUHNYA.
Kejadian 6:1-2
(6:1) Ketika manusia itu
mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak
perempuan,
(6:2) maka anak-anak
Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka
mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai
mereka.
“Anak-anak Allah mengambil
isteri dari antara perempuan-perempuan (yang cantik), siapa saja yang disukai mereka” = dosa kenajisan.
Dan hari-hari ini air bah
sudah keluar dari batasnya sehingga yang kering itu (daratan itu), sudah tidak kelihatan
lagi. Dosa kenajisan sudah melanda dunia, bukan hanya di luar negeri, di
Indonesia, bukan hanya di kota, juga di desa, bukan hanya orang kaya, juga orang miskin, bukan hanya orang yang gagah (cakap),
tetapi yang jelek sekalipun sudah dilanda oleh air bah, kumpulan air itu sudah
keluar dari batasnya.
Dulu mungkin hanya bagian
dari konglomerat, sekarang tidak, yang miskin pun dilanda oleh air bah. Tadi
kita sudah lihat bukan hanya daratan, gunungpun dilanda, tempat-tempat beribadahpun
dilanda, alasannya; Tuhan tidak melihat pakaian, tetapi hatimu, sehingga dibiarkan rok-rok pendek
melayani Tuhan, Tuhan tidak lihat pakaian, akhirnya pakaian dari perempuan bentuk
V di belakang (punggung kelihatan), kemudian roknya pendek dan sexi sekali, hebat
sudah hamba-hamba Tuhan mengucapkan kata-kata itu. Hebat.
Itulah yang terjadi apabila
kumpulan air (laut) keluar dari batas yang ditentukan oleh Tuhan.
Kita belajar untuk jujur
kepada firman Tuhan, bukan jujur kepada jemaat, tetapi kepada Tuhan. Saya bisa
pura-pura baik kepada jemaat tetapi apalah arti hidupku di hadapan Tuhan? Tidak
berguna. Orang jujur, polos, dipimpin oleh ketulusan hatinya.
Mohon maaf ya saudaraku,
kalau mungkin sedikit tertusuk hati, mohonlah dimaafkan. Saya tidak ada maksud
untuk menyinggung, tetapi ini firman tidak boleh saya kurangi, itu saja, sebab
kita melayani bukan untuk menyukakan hati manusia melainkan menyukakan hati
Tuhan.
Mohon maaf mertuaku yang
datang dari Semarang, ada juga orang tua yang melahirkan saya, bukan maksud
saya menggurui, tetapi ini firman.
Kejadian 6:3
(6:3) Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan
selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging,
tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."
Tadi Kerajaan Sorga bukan soal makan, dan bukan soal minum
dan pakaian tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita, tiga hal ini dikerjakan
oleh Roh Kudus.
Saat ini kita berada dalam kegiatan Roh, saat ini kita
berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, di dalamnya ada; kebenaran,
damai sejahtera dan sukacita, itu kegiatan Roh tetapi karena manusia
itu kegiatannya daging, maka Tuhan ambil Roh-Nya. Kalau Tuhan ambil Roh-Nya,
maka ibadah ini liturgis, ibadah ini rutinitas, ibarat mempersembahkan tubuh jasmani
kepada Tuhan, tetapi hatinya tidak dipersembahkan, kepada Tuhan (merantau ke mana-mana).
Tubuhnya ada di sini, tetapi hatinya jauh dari firman Pengajaran.
Dari tadi, dari awal saja, saya sudah menangis; “Tuhan, jangan ambil Roh-Mu, Tuhan, apalah
saya Daniel ini tidak bisa apa-apa, saya ini manusia biasa tidak bisa apa-apa”,
itu yang saya tangisi.
Setiap kali ibadah, itu yang saya doakan; “Jangan
ambil Roh-Mu ya Tuhan. Jangan ambil
Roh-Mu, Tuhan, supaya ibadah ini jangan listurgis.”
Sekarang kita lihat; Contoh ketika kumpulan air (laut) keluar dari batas yang ditentukan Tuhan.
Tadinya ia mendahulukan firman; natal terus terjadi di
dalam hidupnya. Sekali waktu kumpulan air (laut) keluar dari batas yang
ditentukan Tuhan, mari kita lihat contoh itu...
2 Samuel 12:9-10
(12:9) Mengapa engkau
menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het
itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu,
dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
(12:10) Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir
dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan
mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.
Daud mengambil isteri Uria orang Het itulah Batsyeba, berarti
kumpulan air (laut) telah keluar dari batas yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Konsekuensi dari dosa kenajisan ini;
- “Pedang tidak akan
menyingkir dari keturunan Daud.”
Setelah Daud mati, yang duduk di atas takhta adalah Salomo
yang lahir dari rahim Batsyeba itu
sendiri. Pendek cerita Salomo mati dilanjutkan dengan anaknya itulah Rehabeam,
tetapi oleh karena janji Allah kepada Daud soal Bait Allah, maka Tuhan
berikanlah dulu damai sejahtera dan berkat-berkat kepada Salomo, tetapi setelah
Rehabeam menjadi raja, kerajaan itu pecah menjadi dua; kerajaan Yehuda, dan kerajaan
Israel.
Tetapi kalau kita amat-amati, pedang tidak pernah
menyingkir dari keturunan Daud. Kemudian, di kerajaan Yehuda yang duduk di atas
takhta tetap keturunan Daud, tidak bisa beralih kepada siapapun, tetapi
kerajaan Israel, raja yang duduk di atas takhta itu silih berganti, jadi
sistemnya itu kudeta, siapa yang kuat itu jadi raja.
Jadi, pedang tidak pernah berhenti menyingkir dari
keturunan Daud. Sampai pada akhirnya Yehudapun dibuang ke Babel diperbudak
selama 70 tahun. Itu konsekuensi kalau laut keluar dari batas yang ditentukan
oleh Tuhan.
-
“Malapetaka
menimpa keluarga Daud.”
Dalam 2 Samuel 13 Amnon memperkosa Tamar, saudarinya,
beda ibu. Kemudian di 2 Samuel 13: 23-29 Absalom kaka kandung Tamar membunuh
Amnon, lalu Absalom pun melarikan diri, dia ketakutan. Tidak berhenti sampai di
situ, di dalam 2 Samuel 15: 1-12, Absalom mengadakan persepakatan gelap
karena dia ingin menjadi raja menggantikan Daud, ayahnya. Jadi, betul-betul
malapetaka menimpa keluarga Daud.
Pemerkosaan yang pertama Amnon kepada saudarinya,
kemudian kakak kandung Tamar tidak terima, itulah Absalom, lalu dia membunuh
Amnon, lalu melarikan diri. Setelah kembali, dia ingin kudeta, mengambil alih
kerajaan, Absalom ingin menjadi raja menggantikan Daud. Itu konsekuensi setelah
Daud jatuh dalam perzinahan, sampai pada ayat 14 ...
2 Samuel 15:14
(15:14) Kemudian
berbicaralah Daud kepada semua pegawainya yang ada bersama-sama dengan dia di
Yerusalem: "Bersiaplah, marilah kita melarikan diri, sebab jangan-jangan
kita tidak akan luput dari pada Absalom. Pergilah dengan segera, supaya ia
jangan dapat lekas menyusul kita, dan mendatangkan celaka atas kita dan memukul
kota ini dengan mata pedang!"
Daudpun melarikan diri
dari anaknya, Absalom. Daud ketakutan kepada anaknya sendiri.
Jadi, betul-betul malapateka
itu menimpa keluarga Daud.
Kemudian, 2 Samuel 18:1-8
Absalom terpukul kalah dan mati, Daudpun mengalami kesedihan. Akhir dari sebuah
episode yang sangat mengerikan sekali, akhir dari sebuah episode yang sangat menyedihkan
sekali.
Itu konsekuensi kalau
laut keluar dari batas yang ditentukan oleh Tuhan.
Tidak usah takut saudaraku, dahulukan saja firman,
natal terus terjadi.
Satu kali saya pernah bersaksi kepada pendeta Agus dari
Surabaya, sebelum ada jiwa.
Saya pernah kotbahi batu, seorang pemuda tinggal
bersama dengan saya, heran mungkin, dia belum pernah melihat hamba Tuhan yang
seperti ini, kok batu dikotbahi.
Saya bilang saya bukan orang stress, saya belajar
dahulukan firman. Saya ceritakan kepada pendeta Agus, kami saling menguatkan. Asal
kita dahulukan firman, tidak usah putus asa.
Barangkali lebih dari kesaksian yang saya punya ini
mungkin sudah saudara alami, saya hanya menyaksikan apa yang saya alami saja.
Tadi kita sudah melihat akhir dari sebuah episode
sangat menyedihkan sekali, semoga itu tidak menimpa kehidupan kita, keturunan
kita, keluarga kita masing-masing.
Mari kita perhatikan jalan keluarnya supaya kita lepas
dari akhir episode yang sangat menyedihkan tadi. Tetapi boleh juga saya
tambahkan, tanpa kita baca;
Tuhan membentuk Adam dan istrinya lalu ditempatkan di
taman Eden hanya satu tujuannya; untuk mengusahakan dan memeliharakan taman Eden.
Tetapi untuk mengusahakan dan memeliharakan taman Eden ada dua ketentuan;
1.
“Semua pohon yang ada
di taman ini bebas kau makan buahnya.”
2.
“Tetapi pohon yang baik
dan yang jahat jangan kau makan buahnya. Kalau melanggar ya konsekuensinya
mati.”
Berarti;
Adam dan Hawa tetap harus mendahulukan firman, ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan.
Jadi,
sidang jemaat, imam-imam juga, harus tetap mengikuti ketentuan-ketentuan yang
ada di dalam penggembalaan, tidak boleh seenaknya dan gembala tidak boleh
takut.
Saya
yakin kita semua tidak takut karena kita belajar mendahulukan firman. Kita
mengusahakan taman Eden dengan segala ketentuan yang ada, tetapi begitu keluar
dari batas yang ditentukan Tuhan; Adam telanjang, setelah telanjang, Adam ketakutan.
Apa
ciri ketakutan? Suka menyembunyikan dosa. Setelah itu diusir dari taman Eden. Yang
ada kesedihan, ratap tangis dan duka cita. akhir episode ini dialami oleh Daud.
Mari kita lihat jalan keluarnya sekarang.
Tadi pada mulanya adalah firman, Natal telah terjadi, tetapi
rupanya kumpulan air (laut) keluar dari batas yang telah ditentukan, akhirnya
dukacita bahkan sampai kepada kematian nantinya, sebab upah dosa adalah maut.
Ayo, kita perhatikan jalan keluarnya.
Jalan keluar.
Yohanes 1:14
(1:14) Firman itu telah
menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya,
yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh
kasih karunia dan kebenaran.
Firman itu telah menjadi manusia = natal, berarti Yesus
lahir.
Untung ada ayat 14 ini, kalau hanya ayat 1
tanpa ayat 14, kita
binasa.
“Pada mulanya adalah Allah”, berarti natal telah terjadi tetapi sudah rusak,
berakhir dengan kesedihan. Ayo kembali lagi ke Natal, kembali mendahulukan
firman.
Ketika kita mendahulukan firman, kita dapat melihat
kemuliaan Allah.
Pertanyaannya; Mengapa kita dapat melihat kemuliaan
Allah, setelah kembali ke Natal, setelah kembali mendahulukan firman?
Jawabnya; karena di dalam firman itu ada dua hal;
-
Di dalam firman ada kasih
karunia.
-
Di dalam firman ada kebenaran.
Di dalam natal ada kasih karunia, ada kebenaran.
Mari kita ikuti kedua hal ini.
Tentang: kasih karunia.
Yang Pertama.
Matius 15:21-22
(15:21) Lalu Yesus pergi
dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.
(15:22) Maka datanglah
seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya
Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat
menderita."
Perempuan Kanaan memohon
belas kasih kepada Tuhan.
Matius 15:23-24
(15:23) Tetapi Yesus sama
sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya:
"Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak."
(15:24) Jawab Yesus:
"Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."
Ketika perempuan Kanaan ini memohon belas kasih, Yesus
menjawab; "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat
Israel."
Saya kira Yesus tidak hanya diutus untuk bangsa Israel
tetapi juga untuk bangsa kafir, tetapi ini perlu harus dipahami bukan berarti
Tuhan salah mengatakan ini, ada maksud Tuhan di balik perkataan-Nya itu.
Matius 15:25-26
(15:25) Tetapi perempuan
itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah
aku."
(15:26) Tetapi Yesus
menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak
dan melemparkannya kepada anjing."
Perempuan
Kanaan tidak berhenti memohon belas kasih, dia tetap berkata: “Tuhan, tolonglah aku.”
Jawab Yesus yang kedua; “Tidak patut mengambil
roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."
Perempuan Kanaan sebagai bangsa kafir, digambarkan
seperti anjing.
Tabiat dari anjing;
-
Yang pertama; Menyukai
borok...Lukas 16:21. Menyukai
kelemahan orang lain akhirnya terjadi nyanyian berbalas-balasan, kejahatan
dibalas
dengan kejahatan.
-
Tabiat anjing yang kedua; Mengulangi kesalahan yang sama... 2 Petrus 2:22-23.
-
Tabiat anjing yang ketiga; Liar, tidak tergembala ... Yohanes 10:12.
Bayangkan,
begitu kerasnya Yesus berkata kepada perempuan Kanaan tersebut.
Lihat; Reaksi
dari perempuan Kanaan...
Matius 15:27
(15:27) Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun
anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."
Perempuan Kanaan tersebut mengakui dan berkata; “Benar
Tuhan”, artinya; dia menyadari diri sebagai bangsa kafir dengan tabiat
anjng, dia tidak panas hati.
Ada kalanya ketika ditegur kita memberontak, tidak
sadar kalau kita salah (tidak sadar sebagai bangsa kafir).
Itu sebabnya saya lebih banyak berdiam di hadapan
hamba - hamba Tuhan hari-hari ini, mau bilang apa ya terserah sekalipun ada
sesuatu yang tidak masuk akal.
Mohon maaf dulu, minyak ditumpahi di jalan-jalan untuk
mendoakan kota, kan tidak sesuai dengan firman toh, tetapi saya diam. Kalau urapan
dari minyak goreng, aduh.... !
Urapan itu sumbernya dari salib, minyak dari tabung tanduk dituangkan ke atas kepala
Daud, sedangkan pengurapan dari Saul minyak dituangkan dari buli-buli tanah liat. Jadi, tanduk
dijadikan tabung minyak, maka terlebih dahulu menyembelih seekor domba.
Domba yang
disembelih -> pribadi Yesus Kristus yang disalibkan.
Sedangkan
buli-buli tanah liat -> daging dengan tabiat-tabiatnya.
Bukan maksud
menghakimi, doa keliling ditumpahi minyak di situ. Mengapa tidak dikasih ke
rumah saya? Saya bilang; terima kasih,
Tuhan memberkatimu, pasti doa saya didengar Tuhan Tetapi sekalipun saya melihat kesalahan seperti
itu, saya diam, sudahlah, sebab kalau nanti diluruskan jadi
ramai dan menjadi
perselisihan/pertengkaran.
Selanjutnya,
perempuan Kanaan berkata: “Namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari
meja tuannya.” Artinya: perempuan Kanaan mau menghargai firman/mendahulukan
firman.
Matius 15:28
(15:28) Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya:
"Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang
kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
“Dan seketika itu juga anaknya sembuh.”
Kalau kita belajar untuk mendahulukan firman dengan tindakan
iman, semua selesai, itulah kasih karunia.
Kasih karunia = kemurahan = yang tidak layak menjadi
layak.
Bangsa kafir menghargai
firman (mendahulukan firman) dan disembuhkan, itu kemurahan double.
Tentang: kasih karunia.
Yang Kedua.
Yohanes 8:1-5
(8:1) tetapi Yesus pergi
ke bukit Zaitun.
(8:2) Pagi-pagi benar Ia
berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan
mengajar mereka.
(8:3) Maka ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang
kedapatan berbuat zinah.
(8:4) Mereka menempatkan
perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan
ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
(8:5) Musa dalam hukum
Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian.
Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
Di sini kita melihat ada seorang perempuan kedapatan
berbuat zinah waktu pagi hari. Lalu ahli Taurat dan orang farisi menarik,
menggeret lalu dilemparkan di hadapan Yesus, dan berkata; “Menurut hukum Taurat
perempuan seperti ini harus dilempari (dengan batu) sampai mati.”
Kemudian ...
Yohanes 8:6
(8:6) Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia,
supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk
lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
Mendengar pernyataan itu Yesus segera membungkuk lalu
menulis dengan jari-Nya di tanah.
Ini pelajaran yang sangat baik untuk kita mendapatkan
kasih karunia itu.
Yohanes 8:7-8
(8:7) Dan ketika mereka
terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada
mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang
pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
(8:8) Lalu Ia membungkuk
pula dan menulis di tanah.
Karena Dia didesak, lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata;
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama
melemparkan batu kepada perempuan itu."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Yesus kembali membungkuk
lalu menulis di tanah.
Yohanes 8:9
(8:9) Tetapi setelah
mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai
dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu
yang tetap di tempatnya.
Tanpa berselisih, ahli Taurat, dan juga orang-orang Farisi
mengundurkan diri satu persatu.
Jadi, orang pintar, orang hebat, ahli, tidak perlu
dilawan dengan kepintaran, tunjukkan saja salib, sebab tujuan untuk memperoleh kasih
karunia, bukan dengan cara yang lain-lain.
Yohanes 8:10-11
(8:10) Lalu Yesus bangkit
berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak
adakah seorang yang menghukum engkau?"
(8:11) Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu
kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat
dosa lagi mulai dari sekarang."
Setelah orang-orang itu pergi barulah Yesus bangkit
berdiri, lalu bertanya; "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah
seorang yang menghukum engkau?" Jawab perempuan itu: "Tidak
ada, Tuhan."
Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum
engkau, pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Lepas
dari hukum Taurat; itu kasih karunia.
Membungkuk dan bangkit -> pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus = kasih karunia.
Tetapi syarat untuk hidup di dalam kasih karunia; jangan
berbuat lagi.
Diawal saya melayani saya banyak salah, kasih karunia
bagian saya sekarang, karena dosa saya diampuni, tetapi konsekuensinya juga banyak
saya alami, tetapi sekarang kasih karunia bagian saya, asal jangan mengulangi
lagi, itu saja, jangan bertahan di dalam kebodohan itu, maka kasih karunia
permanen.
Barulah kita membaca ...
Yohanes 1:16
(1:16) Karena dari
kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia;
Dari kepenuhan Yesus kita telah menerima kasih karunia
demi kasih karunia, dari kasih karunia yang satu kita dibawa kepada kasih
karunia yang lain.
Dosa dusta, sudah berhenti, itu kasih karunia, kemudian,
dosa mencuri berhenti, itu kasih karunia, dosa satu berhenti, dosa lain
berhenti, dosa, dosa, dosa, berhenti, itu kasih karunia. Dari kasih karunia
yang satu di kita bawah kepada kasih karunia yang lain, terus terus terus
sampai dibawa kepada kesempurnaan.
Sekarang kita akan
melihat tentang perempuan yang terkenal berbuat dosa…
Simon si kusta mengundang Yesus makan di rumahnya,
tetapi hanya sebatas makan, orang kaya kelebihannya begitu, setelah itu
seenaknya ngomong. Hati-hati ya. Kita ini semua punya sidang jemaat, hati-hati
dengan itu. Kita juga hamba Tuhan jangan setelah kita traktir lalu seenake
ngomong, seenake dewek, hati-hati.
Tetapi di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal
karena dosa, setelah mendengar bahwa Yesus ada di rumah Simon, dia datang ke
rumah itu dan bertindak tiga hal;
“Membasahi kaki Yesus dengan air mata”, lalu disekanya dengan
rambutnya, itu yang pertama.
Yang kedua; “Tidak berhenti
mencium kaki Yesus.”
Yang ketiga; Membuka buli-buli
pualam berisi minyak yang berharga, dan meminyaki kaki Yesus.
Lalu
melihat situasi itu Simon si kusta berkata-kata di dalam hati; kalau Dia ini nabi, pasti dia ini tahu
perempuan ini siapa.
Yesus
tahu bahwa Simon si kusta ini merasa diri paling benar. Kusta itu putih tetapi penyakit,
kebenaran diri sendiri itu penyakit.
Lalu
Tuhan berkata; Simon ada dua orang berhutang
kepada si pelepas hutang, satu orang 50 dinar, satu orang lagi 500 dinar, lalu
karena keduanya ini tidak bisa membayar hutangnya, siapa kira-kira yang akan
mengasihi dari antara kedua orang itu. Jawab Simon si kusta; saya kira orang yang banyak hutangnya itu,
yang banyak berbuat kasih. Yesus berkata; tepat apa yang kamu katakan.
Secara
logika kita semua pintar, tetapi prakteknya dia tidak banyak berbuat kasih. Lalu
Yesus berkata; Aku datang kamu tidak
menyambut Aku dengan mencium pipi kiri dan pipi kanan, tetapi dari tadi dia
tidak berhenti mencium kaki-Ku.
Hal
yang wajar tidak dapat dilakukan Simon si kusta. Kemudian, Yesus berkata: Aku datang, engkau tidak meminyaki kepalaku,
tetapi dia meminyaki kakiku. Engkau tidak bawa air mencuci kaki-Ku, tetapi dia
tidak berhenti membasahi dengan air mata dan menyekanya dengan rambut, maka
dosanya yang besar itu diampuni. Siapa banyak diampuni, banyak berbuat
kasih. Sedikit diampuni, sedikit berbuat kasih.
Kalau
diukur menurut kasih karunia, perempuan yang terkenal berbuat dosa limpah kasih
karunia. Buktinya apa? Banyak berbuat kasih. Ukurannya di situ.
Yohanes 1:17
(1:17) sebab hukum
Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh
Yesus Kristus.
Kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
Inilah kasih karunia itu.
Saya kira kita semua dengan mudah sekali mengerti
karena saudara juga paham, tetapi moment
ini untuk mengingatkan, menguatkan kita kembali, itu saja. Itulah sedikit
tentang kasih karunia.
Tentang: kebenaran.
Yohanes 18:37-38a
(18:37) Maka kata Pilatus
kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau
mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku
datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran;
setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."
(18:38) Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah
kebenaran itu?"
Yesus memberitahukan bahwa Dia lahir untuk
menyatakan diri sebagai Raja.
Kemudian, datang ke dunia untuk bersaksi tentang
kebenaran. Jadi, Yesus lahir untuk menjadi Raja dan menyatakan/membawa
kebenaran di bumi. Sementara Raja yang pertama adalah Herodes tidak hidup di
dalam kebenaran, anak-anak berumur dua tahun di Betlehem. Selain itu, Herodes
disebut juga si serigala. Pekerjaan serigala; menerkam dan mencerai-beraikan
kawanan domba.
Tetapi aneh sekali, Pilatus berkata kepada Yesus; “Apakah
kebenaran itu?” Pilatus orang besar, tidak tahu tentang kebenaran, itu sangat
aneh.
Tetapi ada lagi yang lebih aneh kalau kita acuh tak
acuh saat dengar firman, itu yang lebih aneh. Kalau Pilatus itu bangsa romawi, kita
memang sama-sama bangsa kafir, tetapi kita sudah ada di tengah-tengah ibadah
dan pelayanan (Kerajaan Sorga), Allah bertakhta, di dalamnya ada kebenaran.
Sudah lama terima Pengajaran Mempelai, tetapi masih
acuh tak acuh, itu yang paling aneh menurut saya.
Sebagai
bukti bahwa Pilatus betul-betul tidak mengenal kebenaran.
Yang Pertama.
Yohanes 18:29-31
(18:29) Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata:
"Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?"
(18:30) Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat,
kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!"
(18:31) Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia
menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak
diperbolehkan membunuh seseorang."
Bukti
bahwa Pilatus tidak mengerti kebenaran...
Pada
saat Yesus diserahkan untuk diadili di hadapan Pilatus, Pilatus berkata; "Ambillah
Dia, hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu" = melepaskan diri dari
tanggung jawab.
Kalau
seorang Imam berusaha untuk melepaskan diri
dari tanggung jawab yang dipercayakan oleh Tuhan = ibadah lahiriah = berada di bawah hukum Taurat,
ibadah Taurat.
Jawab
orang Yahudi; kami tidak diperbolehkan
membunuh, sesuai dengan hukum yang keenam; jangan membunuh. Pendeknya,
kalau kita melepaskan diri dari tanggung jawab, maka hukum Taurat yang lebih
benar.
Yohanes 18:33-34
(18:33) Maka kembalilah
Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya
kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?"
(18:34) Jawab Yesus:
"Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain
yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?"
Pada saat Pilatus kembali
lagi ke dalam gedung pengadilan itu, Pilatus bertanya; "Engkau inikah
raja orang Yahudi?" Lalu jawab Yesus; "Apakah engkau katakan
hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya
kepadamu tentang Aku?"
Kalau seorang imam tidak
bertanggungjawab dengan apa yang dipercayakan oleh Tuhan, orang seperti ini
mengerjakan apa yang dipercayakan oleh Tuhan bukan dari hati.
Yohanes 18:35-36
(18:35) Kata Pilatus:
"Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang
telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?"
(18:36) Jawab Yesus:
"Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti
hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi,
akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."
Yesus menjelaskan: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia
ini”, tetapi di Sorga.
Kalau kerajaan Yesus di bumi maka hamba-hamba-Nya akan
datang melawan = kejahatan dibalas dengan kejahatan.
Jadi, dua kali Yesus mengajar Pilatus.
1. Yang pertama, Yesus berkata: “Apakah
engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri?” Yesus mengatakan hal itu,
karena Pilatus menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi untuk dihakimi menurut
hukum Taurat = melayani bukan dari hati = tidak bergantung jawab.
2.
Kemudian, yang kedua,
Yesus berkata; “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari
dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan
diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sin.i” Hal
yang kedua Pilatus diajar untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Yesus
mengajar Pilatus dengan luar biasa, yang pertama; soal perasaan, yang
kedua; soal hukum Taurat, sesuai dengan yang dia nyatakan di awal tadi; “Ambillah
Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu.”
Sebagai
bukti bahwa Pilatus betul-betul tidak mengenal kebenaran.
Yang Kedua.
Yohanes 18:38b-39
(18:38b)
Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang
Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun
pada-Nya.
(18:39) Tetapi pada kamu
ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu,
supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?"
Di sini Pilatus berkata:
“...pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan
seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?”
Kalau melayani dengan kebiasaan, biar berdarah-darah seperti domba
paskah, tidak ada artinya kalau itu hanya kebiasaan, harus dengan tanggung
jawab. Biar berkorban seperti apa, tidak ada artinya, bahkan sampai
berdarah-darah tidak ada artinya.
Kita lihat buktinya;
-
1 Korintus 13:1
(13:1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan
semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai
kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Mengerti bahasa manusia, mengerti bahasa
malaikat, tetapi kalau tidak mempunyai kasih = gong yang berkumandang
dan canang yang bergemerincing.
Gong kalau dipukul bunyinya gong. Kalau canang,
cang. Tetapi tidak punya nada tinggi dan rendah, hanya teng, teng, teng, gong, gong, gong, tidak bisa mengikuti tinggi
rendahnya sebuah nada, tidak bisa mengikuti iramanya Tuhan.
Tinggi rendah -> pengalaman kematian dan
kebangkitan, inilah irama yang harus kita ikuti di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan.
Biarpun menguasai segala sesuatu, dan mengerti
semua tetapi tidak dapat mengikuti irama di dalam pengalaman kematian dan
kebangkitan = nol. Sebagai pemain musik
mati di situ, daging jangan bersuara, tanggung jawabi, pemimpin pujian mati di situ, tanggungjawabi, hari ketiga bangkit,
itu sebuah irama untuk melayani Tuhan.
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, saya juga
rindu supaya kita bisa ikuti iramanya Tuhan. Amin, saudaraku?
-
1 Korintus 13:2
(13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk
bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan;
dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi
jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Sidang jemaat, hamba Tuhan juga, jangan
terpukau dengan karunia, tetapi terpukaulah kalau seseorang berjuang memikul
salibnya.
Kalau hanya karunia tetapi tidak ada kasih = nol.
Saya juga melayani Tuhan malam ini, kalau bukan karena kasih, nol.
-
1 Korintus 13:3
(13:3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan
segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.
Melayani dengan pengorbanan yang banyak, memberi
diri dibakar, kalau hanya kebiasaan; nol, tidak ada artinya.
Yohanes 19:1-3
(19:1) Lalu Pilatus
mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.
(19:2) Prajurit-prajurit
menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka
memakaikan Dia jubah ungu,
(19:3) dan sambil maju ke
depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka
menampar muka-Nya.
Melayani dengan kebiasaan
akibatnya, prajurit-prajurit mempermainkan Yesus sebagai Raja.
Kalau kita melayani hanya
dengan kebiasaan, orang lain bermain-main, orang yang di sekitar kita juga
bermain-main = menampar wajah Yesus = mempermalukan Yesus oleh karena sikap
kita.
Itulah resiko melayani
dengan kebiasaan, tidak dengan tanggung jawab penuh, seperti menampar Yesus.
Sebagai
bukti bahwa Pilatus betul-betul tidak mengenal kebenaran.
Yang Ketiga.
Yohanes 19:4-5
(19:4) Pilatus keluar
lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada
kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun
pada-Nya."
(19:5) Lalu Yesus keluar,
bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka:
"Lihatlah manusia itu!"
Setelah Yesus habis
ditampeleng dan dipukuli sampai babak belur oleh prajurit- prajurit, selanjutnya
Pilatus membawa Yesus keluar, lalu berkata; “lihatlah anak manusia itu.”
Maksudnya, supaya
orang-orang Yahudi menaruh perasaan iba, itu bukan kasih karunia. Menanggung
penderitaan yang tidak harus ia tanggung, itu kasih karunia, tetapi menderita
karena pukulan, itu kesalahan bukan kasih karunia. Banyak kali kita seolah-olah
menderita babak belur supaya kita tertolong dan benar di mata Tuhan, itu salah.
Yohanes 19:6-7
(19:6) Ketika imam-imam
kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan
Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan
salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."
(19:7) Jawab orang-orang
Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus
mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."
Karena orang-orang Yahudi
mendesak, supaya Pilatus segera menyalibkan Yesus, maka Pilatus berkata; “Ambillah
Dia dan salibkan Dia.” Kemudian,
Pilatus berkata: “Sebab aku tak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."
Alasan orang-orang Yahudi
mendesak Pilatus adalah supaya Pilatus segera menjatuhkan hukuman salib, itu
sebabnya orang-orang Yahudi berkata: “Kami mempunyai hukum dan menurut hukum
itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah”
Yohanes 19:12-13
(19:12) Sejak itu Pilatus
berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak:
"Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap
orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."
(19:13) Ketika Pilatus
mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di
kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani
Gabata.
Tetapi semakin lama orang
Yahudi semakin mendesak Pilatus untuk menyalibkan Yesus, lalu Pilatus masuk
kembali duduk di kursi pengadilan tanpa hasil, tanpa keputusan yang adil =
duduk di kursi Listostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata.
Saudaraku, perhatikan
sungguh-sungguh; kalau seseorang tidak berdaya, tidak mau keluar dari
kekurangannya, tidak mau lepas dari ketidakberdayaan, maka sama seperti duduk
di kursi Gabata, juga bertahan dalam
kebodohan = duduk di kursi Litostrotos.
Ayo, yang masih duduk di Gabata,
yang masih duduk di kursi Litostrotos, ayo keluar dari sana.
Memang dosa enak, tetapi
harus keluar dari sana. Tetapi kenapa bisa seperti ini? Karena Pilatus tidak
memiliki kebenaran, tidak mengerti tentang kebenaran, sampai pada akhirnya Yesus pun disalibkan pada ayat berikutnya.
Pilatus tidak mengerti tentang kebenaran.
Tetapi malam ini kita
sudah mendapat pelajaran yang indah tentang kebenaran itu. Kebenaran yang
sejati terletak pada salib, di luar salib tidak ada lagi kebenaran. Akhirnya,
Yesus harus disalib, itulah kebenaran yang sejati = sangkal diri, pikul salib
di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Saya ulangi, ini untuk
saya, barangkali untuk kita semua; kalau tidak berdaya, tidak mau keluar dari
ketidakberdayaan, saya mau katakan: “Sedang
duduk di kursi Gabata” Tidak mau berusaha berjuang dari kelemahan, entah
kejahatan, entah kenajisan, berarti sedang duduk di kursi Litostrotos.
Malam ini, kita sudah
mengenal kebenaran itu. Sesi pertama; “Pada mulanya” berarti telah
terjadi natal, tetapi natal telah rusak, namun jalan keluarnya, pada Injil Yohanes
1:14, “Firman itu menjadi daging”,
kembali ke natal, untuk dipulihkan. Di dalam natal penuh kasih karunia, dan
kebenaran. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman oleh;
Gembala
sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment