IBADAH RAYA MINGGU & IBADAH TUTUP TAHUN, 31 DESEMBER 2017
“KITAB WAHYU”
Subtema:
BERNILAI TINGGI KARENA KEKAYAAN ROHANI.
Mula pertama saya mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Oleh
karena pertolongan Tuhan kita ada sebagaimana ada, dan kita berada di
penghujung tahun 2017. Banyak hal yang sudah kita lalui baik dalam suka maupun
dalam duka, kita lalui dalam hidup, dalam nikah, dalam ibadah, dalam pelayanan,
dalam segala sesuatu, kita telah lalui, tetapi Tuhan tetap menolong kita dalam
segala situasi. Kita mengucap syukur kepada Tuhan, kemurahan-Nya besar dan
terlalu besar, oleh sebab itu biarlah kita terus menghargai korban Kristus.
Tadi saya sudah perhatikan kesaksian demi kesaksian dari sidang jemaat.
Saya melihat bahwa kemurahan Tuhan telah diakui, tetapi biarlah kemurahan itu
semakin kita hargai selagi masih ada kesempatan.
Di penghujung tahun ini kita kembali memperhatikan firman penggembalaan
untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 7.
Namun dari hati saya yang paling dalam, saya bersyukur, kesaksian demi
kesaksian berjalan dengan baik. Dahulu kita bersaksi kurang memahami apa yang
harus disaksikan, tetapi semua saya perhatikan dari pribadi lepas pribadi bersaksi dengan
baik dan kesaksian itu adalah kesaksian yang tidak dihapal, semua kesaksian mengalir sesuai pimpinan Roh
Kudus sehingga menjadi berkat. Puji Tuhan.
Saya bersyukur juga kepada Tuhan, dari kasih karunia yang satu Tuhan
membawa kita pada kasih karunia yang lain, sampai pada saat detik terakhir (penghujung tahun 2017) kita dipercayakan oleh Tuhan untuk mengadakan ibadah natal PPT (Persekutuan
Pengajaran Tabernakel) yang berlangsung pada tanggal 28 dan 29
Desember 2017.
Tuhan membawa hamba-hamba Tuhan dalam persekutuan ini dari beberapa
daerah, ada yang dari Sumatera, Serang, Cilegon
sekitarnya, Jabodetabek, bahkan ada yang datang dari Bogor, Tangerang, Jakarta,
juga dari Gersik, dari Surabaya
Jawa Timur. Kita bersekutu bersama-sama, semua karena kemurahan Tuhan.
Yang tidak kalah penting saya syukuri adalah bahwa suatu kali menjelang
Ibadah Natal PPT, Maria pernah menyampaikan mimpinya kepada saya, bahwa di
mimbar ini saya memecah-mecahkan roti dan roti itu sangat putih sekali
dan itu bisa kita rasakan, pada sesi pertama kita cukup diberkati oleh
pembukaan rahasia firman Tuhan, pada sesi yang kedua kita juga cukup diberkati
oleh firman Tuhan. Ada yang merasakan berkat pada sesi pertama, dan sudah
disaksikan, dan juga
berkat dari ibadah
natal PPT sesi kedua juga ada yang menyaksikan. Betapa luar biasa, ayat yang pernah
kita terima tetapi Tuhan bukakan rahasia yang belum pernah kita terima. Itu
yang saya rasakan. Puji Tuhan.
Ada suatu kesempatan Tuhan
percayakan kepada kita untuk membawa pengajaran mempelai dan pengajaran
Tabernakel ini jangan disia-siakan lagi. Yang pernah memberontak karena tidak
terima oleh karena koreksi firman. Sadari diri bahwa firman saja yang benar,
kita banyak salah. Tuhan
saja yang benar, kita banyak salah. Puji Tuhan.
Supaya kita semakin hari semakin dibaharui dari sehari ke sehari dan
pemakaian Tuhan semakin
terlihat tentunya kepada kita semua. Biarlah kiranya kita dipakai bukan atas
dasar kemampuan, tetapi kita dipakai atas dasar dengar-dengaran kepada Tuhan.
Kita dipakai oleh karena penyerahan diri kita kepada Tuhan.
Tuhan menggiring kita seperti Tuhan menggiring bangsa Israel di padang
gurun, betul-betul di luar kemampuan daging, tetapi yang dibutuhkan di sini
adalah penyerahan diri, jangan lagi ada persungutan di antara kita, tetapi
sadari diri bahwa kita yang banyak salah, firman Tuhan saja yang benar,
salib yang benar (Tuhan yang
benar), supaya kita
dibenarkan oleh salib, itulah kasih karunia.
Juga saya menyapa anak-anak Tuhan dan
hamba-hamba Tuhan yang sedang menyaksikan siaran langsung di internet
youtube maupun facebook, kiranya Tuhan memberkati kita semua di dalam negeri maupun di luar
negeri, di lima benua dan di tiap-tiap
negara.
Wahyu 7: 17
(7:17) Sebab
Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan
akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air
mata dari mata mereka."
Kalimat yang harus kita perhatikan dari ayat 17 ini adalah: “Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah
takhta itu, akan menggembalakan mereka”
Siapa mereka? Mereka di sini adalah orang-orang yang berdiri di hadapan
takhta Allah dan melayani Dia siang dan malam di Bait Suci-Nya.
Kita segera memperhatikan tentang PENGGEMBALAAN, menurut pengalaman
Daud.
Mazmur 23: 1
(23:1) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan
kekurangan aku.
Suasana dalam penggembalaan: yang pertama di sini, takkan kekurangan
aku.
Secara jasmani Tuhan cukupkan,
tidak berkekurangan. Secara rohani, Tuhan mengambil aib atau dosa sebagai
kekurangan dan kelemahan kita masing-masing.
Wahyu 3: 14-17
(3:14)
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari
Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah:
(3:15) Aku tahu
segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika
engkau dingin atau panas!
(3:16) Jadi
karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan
engkau dari mulut-Ku.
(3:17) Karena
engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak
kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan
malang, miskin, buta dan telanjang,
Kalau dibandingkan dengan jemaat di Laodikia, secara jasmani;
mereka kaya dan mereka memperkayakan diri dan tidak kekurangan apa-apa, namun
secara rohani; mereka melarat, malang dan miskin, bahkan buta dan
telanjang, karena mereka suam-suam kuku, tidak dingin dan tidak panas dalam
mengikuti Tuhan. Berbanding
terbalik dengan pengalaman Daud, sebab Daud tidak kekurangan baik secara
jasmani maupun secara rohani (aib atau dosa).
Jemaat di Laodikia hanya kaya secara jasmani, oleh sebab itu mereka
memperkayakan diri, tidak kekurangan, serba berkecukupan, tetapi sebaliknya di hadapan Tuhan justru mereka miskin,
buta dan telanjang. Berarti betapa dalamnya jemaat di Laodikia ini
jatuh di dalam kubang penderitaan
karena dosa.
Wahyu 3: 18
(3:18) maka Aku
menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah
dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya
engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan
lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Nasihat Tuhan kepada sidang jemaat di Laodikia yaitu untuk memiliki tiga
hal;
YANG PERTAMA: MEMBELI EMAS YANG TELAH DIMURNIKAN DALAM API.
1 Petrus 4: 12-13
(4:12)
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang
datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi
atas kamu.
(4:13)
Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam
penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada
waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.
Nyala api siksaan sebagai ujian memang harus terjadi untuk memurnikan
iman setiap orang.
Jadi, jangan heran dengan nyala api siksaan sebagai ujian, seolah-olah
ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kita. Memang itu harus terjadi untuk
memurnikan iman dari setiap orang. Sebab banyak orang melayani
Tuhan karena ada kepentingan priabdi.
Oleh sebab itu, tetap bersukacita sesuai dengan bagian yang kita dapat
dalam penderitaan Kristus. Oleh karena penderitaan Kristus, kita boleh beribadah
sampai di penghujung tahun, oleh karena salib Kristus kita boleh melayani Tuhan
sesuai dengan karunia-karunia Roh Kudus dan juga oleh karena darah Salib (pengalaman
kematian), Tuhan
memberikan jabatan-jabatan kepada setiap hamba-hamba Tuhan. Oleh sebab itu,
tetap bersukacita sesuai dengan bagian yang kita dapat dalam penderitaan
Kristus.
1 Petrus 1: 6-7
(1:6)
Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus
berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
(1:7) Maksud
semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi
nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api --
sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari
Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
Dalam menghadapi ujian, cobaan, tetaplah bergembira, berarti jangan segera
putus asa, maksud dari ujian
(nyala api siksaan tadi), ialah untuk
membuktikan kemurnian setiap orang.
Tuhan ingin melihat kemurnian iman sebab di hari-hari ini banyak orang
Kristen beribadah kepada malaikat, bukan kepada Kristus sebagai kepala,
beribadah bukan lagi dengan
sangkal diri dan pikul salib, tetapi sasarannya adalah berkat-berkat
secara lahiriah.
Sementara hamba-hamba Tuhan
berkanjang pada penglihatan-penglihatannya dan melayani hanya untuk mencari
untung saja. Kemudian, membesar-besarkan dirinya, oleh pikirannya
yang duniawi...Kolose 2:18.
Perlu untuk diketahui;
kemurnian iman itu jauh lebih tinggi nilainya dari emas yang fana yang diuji
kemurniannya dengan api = berharga di mata Tuhan.
Perhatikan: “Kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan
kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya”, itu bukti bahwa kemurnian iman itu lebih bernilai
tinggi dari pada segala-galanya, kita berharga di mata Tuhan.
Jadi, iman itu perlu dimurnikan, tujuan kita beribadah itu
apa? Murni atau tidak, tulus atau tidak, kan Tuhan mau tau. Kalau melayani
Tuhan tanpa nyala api siksaan, tanpa ujian (tanpa cobaan), tidak terlihat kadar rohani seseorang. Ada emas 18 karat, ada emas
23 karat, ada emas 24 karat, tergantung sejauh mana nyala api siksaan itu untuk
memurnikan. Kalau hanya melayani tanpa ujian, tidak terlihat
kadar rohani
seseorang di hadapan Tuhan.
Maka ujian (nyala api) itu penting.
1 Petrus 1: 8
(1:8) Sekalipun
kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada
Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita
yang mulia dan yang tidak terkatakan,
Walaupun belum melihat Dia, namun mengasihi-Nya, kemudian
percaya kepada Dia, sekalipun sekarang tidak melihat-Nya, itu bukti bahwa
iman telah dimurnikan.
Banyak orang mundur dari ibadah dan pelayanan, putus asa, karena dia
sendiri tidak merasa bahwa Tuhan melihat dia, dia sendiri tidak yakin bahwa
Tuhan dapat menolong kehidupannya.
Tetapi bukti bahwa iman itu telah dimurnikan; tetap mengasihi Tuhan,
tetap percaya kepada Dia, walaupun sekarang ini tidak melihat Dia.
Ayub 23: 8-11
(23:8)
Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat,
tidak kudapati Dia;
(23:9) di utara
kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia.
(23:10) Karena
Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.
(23:11) Kakiku
tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.
Ayub berkata: “Aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana”, “ke barat, tidak kudapati Dia”, kemudian “di utara kucari Dia, Ia tidak tampak”, “ke selatan, aku tidak melihat Dia”
Namun Ayub tetap mengasihi dan percaya kepada Allah sekalipun harus
menghadapi ujian demi ujian, menghadapi ujian silih berganti; ujian pertama
belum selesai, ujian kedua muncul. Ujian kedua belum selesai, ujian ketiga
muncul. Terus bertubi-tubi. Oleh sebab itu dia berkata: “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan
timbul seperti emas”
Jadi ujian demi ujian yang dialami oleh Ayub, menjadikan dia tampil
seperti emas, berarti memiliki kemurnian iman. Jadi sekalipun ia tidak melihat,
dia tetap mengasihi, dia tetap percaya kepada Tuhan = iman yang murni.
Kalau melihat baru percaya, semua orang bisa lakukan. Tetapi tidak melihat
namun tetap percaya dan tetap mengasihi, ini betul-betul iman telah dimurnikan.
Itu iman yang benar; percaya walaupun tidak melihat.
Kalau kerohanian Setan; tidak sanggup meraba korban Kristus. Waktu itu
murid-murid, kerohanian mereka masih kerohanian Setan. Akhirnya waktu Yesus
tiba-tiba tampil, selain terkejut, mereka (murid-murid)
juga takut. Namun Yesus berkata: Aku bukan hantu, lihatlah, rabalah.
Ayub tetap mengasihi Tuhan, tetap percaya walaupun dia tidak melihat.
Ayub 1: 20-21
(1:20) Maka
berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian
sujudlah ia dan menyembah,
(1:21) katanya:
"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga
aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil,
terpujilah nama TUHAN!"
Ayub harus kehilangan hartanya. Harta yang satu baru saja lenyap (raib), harta yang
kedua juga menyusul
lenyap, sampai seluruh
hartanya habis. Tidak berhenti sampai di situ, dia juga harus
kehilangan 7 anak laki-laki dan 3 anak perempuan.
Reaksi Ayub terhadap ujian demi ujian yang dia
alami.
Yang Pertama:
- “Mengoyak
jubahnya, dan mencukur kepalanya” = rela
menghinakan dirinya sekalipun hatinya hancur.
- “Sujudlah ia dan
menyembah” = merendahkan
dirinya di hadapan Tuhan = mau mengakui keputusan Tuhan dengan segala
kerendahan hatinya. Banyak orang tidak mampu menerima keputusan Tuhan, justru
mempersalahkan Tuhan, menyudutkan Tuhan, mempersalahkan koreksi firman,
mempersalahkan hamba Tuhan, mempersalahkan situasi, mempersalahkan kondisi,
mempersalahkan keadaan, mengapa begini, mengapa begitu. Tetapi justru pada saat
dia kehilangan semuanya itu, harta dan seluruh anaknya itu, dia sujud dan
menyembah = merendahkan dirinya di hadapan Tuhan, mau menerima segala keputusan
Tuhan yang pahit dengan segala kerendahan hati.
Yang Kedua: Ayub berkata:
“Dengan
telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan
kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama
TUHAN!”
Ini perkataan yang betul-betul memuliakan
Tuhan. Dia sadar rencana Tuhan dalam kehidupannya. Banyak orang tidak sadar
bahwa Tuhan sedang membuat suatu rencana yang indah dalam kehidupannya. Tetapi
di sini kita melihat Ayub sadar bahwa
memang Tuhan yang memberi, lalu kalau Tuhan mengambil, itu hak Tuhan. Kalau
Tuhan kembalikan lagi berlipat-lipat ganda, itu hak Tuhan. Tidak ada yang bisa
mengganggu gugat rencana Tuhan. Kita datang ke dunia ini tidak membawa apa-apa,
juga kembali kepada-Nya tidak membawa
apa-apa.
Kita harus sadar rencana Tuhan,
sebab daging dan darah tidak mewarisi Kerajaan Sorga. Jadi, jangan
pertahankan sesuatu yang tidak baik. Apa yang telah diperbuat oleh Tuhan, kita
harus sadari, itu adalah sebuah rancangan yang begitu indah walaupun tidak
sesuai dengan logika manusia.
Ayub 1: 22
(1:22) Dalam
kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang
kurang patut.
Ayub tidak berdosa karena Ayub tidak mempersalahkan keputusan Tuhan.
Jadi orang yang mempersalahkan keputusan Tuhan, dosanya itu semakin
bertimbun-timbun. Orang yang bersungut-sungut, orang yang suka mempersalahkan
keputusan Tuhan, dosanya semakin bertimbun-timbun.
Dulu saya tidak memahami hal seperti ini, tetapi setelah saya dipanggil
oleh Tuhan, dan diajar untuk terus berpadanan dengan panggilan itu, barulah
saya menyadari keputusan Tuhan adalah yang terbaik.
Banyak hal yang terjadi di dalam hidup saya yang tidak enak bagi diri
saya, tetapi saya harus kembali kepada Firman, bahwa Firman membuat semua itu
untuk membentuk kehidupan saya, untuk membentuk karakter saya menjadi hamba
Tuhan yang rendah hati, untuk
menjadi contoh teladan yang baik dalam perkataan dan perbuatan, bahkan untuk
menyempurnakan hidup saya di dalam segala hal, sehingga layak menjadi contoh
bagi sidang jemaat.
Kalau saya semakin maju di dalam rohani, sidang jemaat akan semakin
maju. Itu yang saya lihat, itu yang saya rasakan.
Kalau dulu panas hati, bila perlu bisa ambil tindakan sendiri, karena
tidak masuk logika. Tetapi sekarang, semakin mengerti rencana Tuhan.
Mengapa Tuhan tidak segera membinasakan binatang buas, tidak segera
menghalau binatang buas waktu bangsa Israel memasuki tanah Kanaan? Sebab Tuhan mau
membentuk bangsa Israel sedikit demi sedikit.
Terkadang binatang buas itu harus ada di sekitar kita. Manusia tanpa roh
itu binatang buas, memang itu harus terjadi, untuk membentuk kehidupan kita
pribadi lepas pribadi.
Jangan lagi ada persungutan, seolah-olah keputusan Tuhan salah.
Ayub 1: 22
(1:22) Dalam
kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang
kurang patut.
Tidak berdosa karena tidak mempersalahkan keputusan Tuhan. Orang yang
bersungut-sungut, orang yang mempersalahkan keputusan Tuhan adalah orang yang
dosanya semakin bertimbun-timbun.
Ayub 2: 7-9
(2:7) Kemudian
Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk
dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.
(2:8) Lalu Ayub
mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di
tengah-tengah abu.
(2:9) Maka
berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam
kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"
Ujian yang kedua, Ayub ditimpa barah yang busuk dari
telapak kaki sampai ke
batu kepala.
Sebetulnya ujian yang pertama itu membuat Ayub sangat menderita sekali.
Harus kehilangan seluruh
hartanya. Kemudian, setelah
kehilangan harta kekayaan
Ayub juga harus kehilangan 7 anak laki-laki dan 3 anak
perempuan. Kehilangan
harta saja sudah membuat sangat menderita. Belum lagi ditambahkan penderitaan
yang hebat, yaitu kehilangan
semua anaknya. Itu adalah penderitaan hebat.
Orang kehilangan uang puluhan juta saja sudah stress jungkir balik,
menangis-nangis darah. Ini bukan puluhan juta atau ratusan juta. Pada saat itu
Ayub adalah orang yang paling kaya, berarti kekayaannya tidak bisa tertandingi,
namun habis, lenyap. Selanjutnya, mengalami kehilangan anak-anaknya. Itu adalah
penderitaan yang hebat. Harta bisa lenyap, tetapi anak tidak bisa diganti. Itu adalah
penderitaan yang hebat dari orang tua terhadap anaknya. Tetapi itu pun dia
tetap tidak mengutuki keputusan Tuhan, dia menerimanya.
Ditambah lagi ujian yang kedua; barah yang berbau busuk dari ujung
kepala sampai ke batu kepala,
namun dia tetap menerimanya.
Kemudian, apa bukti dia
menerima keputusan Tuhan yang kedua ini; Ayub
mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di
tengah-tengah abu.
Dia tidak langsung segera pergi ke puskesmas, rumah sakit yang mewah
untuk mengobati lukanya, justru
dia mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya. Itu saja
sudah cukup bagi dia. Setelah itu, sambil
duduk di tengah-tengah debu,
artinya menyadari diri bahwa dirinya adalah manusia yang hina
karena dosa = debu tanah.
Bayangkan, biasanya orang kalau sudah menderita tidak bisa menyadari
diri sebagai orang yang berdosa seperti debu tanah, (tidak dapat lagi berpikir jernih) justru akan semakin
mempersalahkan Tuhan.
Namun di sini kita melihat, selain menggaruk-garuk dengan sekeping
beling, dia duduk di tengah-tengah abu, betul-betul menyadari dirinya sebagai
manusia yang hina karena dosa, tidak lantas mempersalahkan keputusan Tuhan. Dia
tetap menyadari diri.
Ayub 21: 9
(2:9) Maka
berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam
kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"
Penderitaan ditambah dari isterinya; sementara Ayub mengalami
penderitaan hebat, isterinya tidak memberi penghiburan, tidak menopang, tidak
mendukung, justru sebaliknya, isterinya berkata: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?”
Istri Ayub
mempersalahkan kesalehan Ayub.
Memang Ayub itu adalah orang yang saleh pada zaman itu. Ayub adalah orang yang
saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan ... Ayub 1: 1.
Oleh sebab itu, isterinya masih mempertanyakan kesalehan Ayub dan
berkata: Masih bertekunkah engkau dalam
kesalehanmu?, tidak berhenti dengan perkataan pedas ini, masih lanjut lagi
dengan perkataan yang lebih pedas lagi: “Kutukilah
Allahmu ...”
Siapa kita, siapa Tuhan. Tuhan menciptakan langit bumi dan segala isinya
dengan dua tangan
yang ajaib, juga membentuk manusia segambar serupa dengan Allah dari
segumpal tanah liat yang hina bisa menjadi segambar serupa dengan Allah, sama
mulia. Hanya Tuhan ingin membuat suatu rencana yang indah, lalu isterinya
berkata: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?”,
tidak berhenti dengan perkataan pedas, lanjut lagi berkata: “Kutukilah Allahmu” siapa kita, siapa
Tuhan. Bukan manusia ini hasil
karya Tuhan?
Lalu lanjut lagi dan berkata: “matilah!”
Oh, ini pergumulan yang luar biasa yang dialami Ayub. Sudah menderita
tetapi isteri tidak mendukung, sudah menderita tetapi isteri tidak menopang.
Perlu untuk diketahui; dalam situasi penderitaan, kalau suami menderita, butuh topangan
isteri, sebab isteri diambil
dari tulang rusuk Adam, maksudnya supaya menjadi penopang yang sepadan.
Kalau dalam Tabernakel, sisi Utara dan sisi Selatan pada Ruangan Suci, ada papan
jenang, untuk melindungi tiga macam alat di dalamnya. Jadi itulah isteri untuk menopang.
Perempuan muda (pemudi), suatu kali
kelak engkau akan menjadi ibu rumah tangga, atau
menjadi seorang isteri dari seorang suami.
Dari sejak sekarang belajar dengar firman sungguh-sungguh, jadilah
penopang dikala sang suami menderita. Jangan ditambahkan lagi penderitaan
dengan kata-kata yang tidak baik. Betapa hebat penderitaan Ayub ditambah lagi
isteri yang tidak mau menopang, Ayub
semakin susah, semakin sulit
dan tersudutkan.
Sekarang kita lihat
sikap seorang Ayub ...
Ayub 21: 10
(2:10) Tetapi
jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah
kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang
buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Ayub menjawab isterinya; “Engkau
berbicara seperti
perempuan gila” (tidak waras). Memang kalau isteri Ayub waras, dia
tidak akan berbicara seperti itu. Kalau dia masih waras, dia akan hibur
suaminya. Kalau dia waras, dia akan topang suaminya. Kalau sidang jemaat masih waras,
kita akan dukung dan
topang pelayanan ini, karena Kristus adalah kepala tubuh.
Sidang jemaat adalah keluarga Allah
yang dipancangkan di dalam rumah Tuhan, untuk menopang pekerjaan Allah...1
Timotius 3:15.
Saya sangat senang sekali apabila sidang jemaat pro aktif di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang
Tuhan percayakan ini. Tidak pasif, artinya,
tidak pusing memikirkan soal penghidupan, tidak pusing dengan dagingnya,
tidak pusing dengan kenikmatannya sendiri. Melainkan
tetap pro-aktif dalam melayani
Tuhan.
Karena kalau seseorang masih sibuk soal perasaannya, dia tidak akan
pro-aktif untuk menopang pelayanan ini.
Isteri Ayub sibuk dengan perkara lahiriah, sibuk dengan perasaan
dagingnya, sibuk dengan hatinya, sibuk dengan pikirannya, sibuk dengan
keinginannya, itu sebabnya Ayub berkata: “Apakah
kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”
Isteri Ayub hanya mau
menerima yang baik (yang enak), yang susah
tidak. Dia sibuk dengan dagingnya saja, sibuk dengan perasaannya saja, sibuk
dengan keinginannya saja, itu yang membuat dia tidak bisa menopang sang suami.
Nanti ibadah Paskah PPT jika Tuhan izinkan akan diselenggarakan
di Tangerang pada
bulan empat
(april), tidak tertutup kemungkinan di tempat-tempat lain. Kita sudah
melihat respon dari hamba-hamba Tuhan kemarin, mereka begitu respon
dengan Pengajaran Mempelai.
Kemudian di sini
dikatakan: “Dalam kesemuanya itu Ayub
tidak berbuat dosa dengan bibirnya” ? karena apa yang keluar dari mulut itu
berasal dari dalam hati. Jadi kalau hatinya tidak menerima apa yang baik (rencana Tuhan
yang baik), itu akan
keluar dari mulut, akan keluar dari bibir
Jadi apa yang keluar dari mulut itu dari hati. Jadi kalau dia tolak
rencana Tuhan, dia tolak jalan salib, itu akan keluar dari bibir juga. Itulah
yang menajiskan seseorang. Tetapi dalam semuanya itu, di sini kita melihat,
bahwa Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya, sebab dia tidak menuduh Tuhan berbuat yang kurang patut.
Ayub 1: 5
(1:5) Setiap
kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan
menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu
mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya:
"Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam
hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.
Dibalik penderitaan Ayub ada hal yang
harus kita ketahui, yaitu; Ayub selalu mempersembahkan korban bakaran untuk 7
anak laki-laki dan 3 anak perempuannya.
Korban bakaran berarti
potongan daging dipersembahkan di atas mezbah semalam-malaman sampai daging itu
betul-betul hangus, artinya, daging tidak
bersuara lagi. Itu yang selalu dipersembahkan oleh Ayub kepada Tuhan; siapa
tahu anaknya berbuat salah, siapa tahu anaknya berbuat sesuatu yang tidak baik.
Tetapi kenyataannya, sekalipun ia mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan, ujian demi
ujian tetap saja dialami oleh
Ayub. Seharusnya kalau kita berpikir secara logika, orang yang sudah beribadah,
orang yang sudah melayani dengan sungguh-sungguh, bersusah payah dengan segenap
hati, segenap jiwa, dan akal budi dan kekuatannya (penuh dengan
pengorbanan) tidak mungkin
mengalami penderitaan yang sedemikian pahit.
Tetapi dalam hal ini, Tuhan mau menjadikan Ayub
bukan saja kaya secara jasmani, tetapi juga kaya secara rohani, sesuai dengan
apa yang dialami Daud yang dia tuliskan dalam Mazmur 23 (Mazmur terbesar). Daud berkata: “Yesus adalah
Gembalaku”, lalu diikuti
pernyataan: Takkan
kekurangan aku.
Banyak orang berpuas hati hanya kaya secara jasmani, namun mengabaikan hal-hal yang rohani
kekayaan sorgawi, tetapi Tuhan mau supaya kita kaya secara jasmani maupun secara rohani,
maka nyala api siksaan sebagai ujian
(cobaan), memang itu
harus terjadi untuk memurnikan iman. Ada kalanya orang mengasihi karena kaya.
Tuhan mau memurnikan kita supaya apa? Supaya menjadi mahal, nilainya tinggi, lebih tinggi
dari emas fana yang dimurnikan dalam api.
Apa artinya kaya seperti jemaat di Laodikia, tetapi miskin rohani. Tuhan berkata, kamu melarat,
malang, miskin, tidak berhenti
sampai di situ, selanjutnya
Tuhan berkata: buta dan telanjang.
Ada orang melarat, malang, miskin, tetapi tidak buta dan tidak telanjang. Berarti
betapa dalamnya dia jatuh di dalam kubangan itu, kubangan penderitaan.
Kita kembali ...
Wahyu 3: 18
(3:18) maka Aku
menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah
dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya
engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan
lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Tujuan dari membeli emas yang telah dimurnikan dalam api adalah supaya
kaya dalam hal yang rohani.
Belilah emas yang telah dimurnikan,
berarti bayar harga, sangkal diri = pikul salib.
Jemaat di Laodikia tidak dingin
dan tidak panas? Seharusnya dingin ya dingin,
panas ya panas.
Kaya secara jasmani belum
tentu bernilai tinggi, buktinya;
mudah tersinggung,
mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang tak suci, mempertahankan
harga diri, sombong, angkuh, najis
= murahan.
Tetapi kalau kaya rohani, berarti telah mengalami pemurnian iman = bernilai
tinggi, lebih tinggi dari harta kekayaan. Perkataan,
sikap, tingkah laku, cara berpikir, sudut pandang, solah tingkah dalam hal
apapun, berharga, bernilai tinggi.
Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment