IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 23 FEBRUARI 2019
STUDY YUSUF
(Seri:153)
Subtema: “BERKEMENANGAN KARENA MEMILIKI TABIAT FIRMAN”
Shalom...
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya, salam dalam kasih-Nya Tuhan kita Yesus Kristus, oleh karena kemurahan hati Tuhan kita dimungkinkan untuk mengusahakan dan memelihara ibadah pemuda remaja malam ini.
Saya juga tidak lupa meyapa pemuda remaja, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet, facebook, dimanapun anda berada. Kita memohon kemurahan Tuhan dengan segala kerendahan hati supaya kiranya Tuhan membukakan rahasia firman-Nya malam ini, bagi kita sekaliannya.
Kita segera memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pemuda Remaja dari Study Yusuf.
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."
Sebelum datang tujuh tahun kelaparan, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki.
Yang sulung bernama Manasye, anak yang kedua bernama Efraim.
Selanjutnya mari kita memperhatikan arti rohani nama kedua anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari yang sulung.
Manasye artinya; Allah telah membuat Yusuf lupa sama sekali dengan dua perkara;
1. Yusuf lupa kepada kesukarannnya.
2. Yusuf lupa pada rumah bapanya.
Keterangan : YUSUF LUPA KEPADA KESUKARANNYA.
Saudaraku, kesukaran Yusuf dibagi atas tiga fase.
Fase Yang Pertama: KETIKA YUSUF TINGGAL BERSAMA-SAMA DENGAN SAUDARA-SAUDARANYA.
Kisah ini ditulis dalam Kejadian 37 yang dibagi atas dua bagian;
1. Ayat 1-12: Yusuf dibenci oleh saudara-saudaranya.
2. Ayat 13-36: Yusuf dijual ke tanah Mesir.
Mari kita lihat kisah tersebut di dalam...
Kejadian 37:19-20, 23-24
(37:19) Kata mereka seorang kepada yang lain: "Lihat, tukang mimpi kita itu datang! (37:20) Sekarang, marilah kita bunuh dia dan kita lemparkan ke dalam salah satu sumur ini, lalu kita katakan: seekor binatang buas telah menerkamnya. Dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya mimpinya itu!" (37:23) Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, merekapun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu. (37:24) Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair.
Kebencian dari saudara-saudara Yusuf memuncak sampai kepada keinginan untuk membunuh.
Adapun sumber amarah dan kebencian saudara-saudara Yusuf adalah;
1. Karena mimpi Yusuf.
Mimpi itu telah diceritakan kepada saudara-saudaranya, sesuai dengan Kejadian 37:5-10.
Kemudian pada ayat 19, saudara-saudara Yusuf berkata; "lihat, tukang mimpi kita itu datang!”, kemudian pada ayat 20 mereka kembali berkata; “dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya mimpinya itu!"
Jadi kebencian dari pada saudara-saudara Yusuf yang memuncak sampai kepada pembunuhan, dilatar belakangi oleh mimpi Yusuf dan mimpi itu telah diceritakannya.
2. Jubah yang maha indah.
Pada ayat 23, saudara-saudara Yusuf menanggalkan jubah Yusuf, jubah yang maha indah yang dipakainya.
Rencana selanjutnya yang akan dibuat saudara-saudara Yusuf setelah membunuh Yusuf adalah Yusuf akan dilemparkan ke dalam sumur lalu mereka akan berkata kepada Yakub ayah mereka; “seekor binatang buas telah menerkamnya.”
- Sumur kering -> dunia yang jahat, itulah nabi-nabi palsu.
- Binatang buas -> hawa nafsu manusia yang penuh dengan kepuasan.
Tetapi, kenyataannya kalau kita membaca Kejadian 37 sampai selesai, baik sumur kering maupun binatang buas tidak dapat berbuat apa-apa kepada Yusuf, sebab Yusuf hidup dalam kelimpahan firman Allah.
Demikian juga kalau kita hidup dalam kelimpahan firman Allah maka Ia akan melindungi kita dari segala perkara.
Yusuf disebut dengan tukang mimpi menunjukkan bahwa Yusuf hidup dalam kelimpahan firman Allah.
Wahyu 3:8-10
(3:8) Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.
(3:9) Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau. (3:10) Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.
Jemaat di Filadelfia menuruti firman Allah dan tidak menyangkal salib Kristus, sehingga Tuhan melindungi mereka dari hari pencobaan yang akan datang menimpa atas seluruh dunia.
1 Petrus 1:24-25
(1:24) Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, (1:25) tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.
"Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur. Tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.”
Berarti; segala sesuatu termasuk kemuliaan-kemuliaan yang disuguhkan dari dunia ini tidak dapat memberi jaminan hidup yang kekal, tetapi bagi mereka yang hidup dalam kelimpahan firman Allah, tetap hidup untuk selama-lamanya.
Kejadian 37:23-24
(37:23) Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, merekapun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu. (37:24) Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair.
Disini kita melihat Yusuf diserang dan ditangkap, lalu saudara-saudaranya melucuti jubah yang maha indah itu lalu ia dimasukkan ke dalam sumur kering.
Ini adalah pengalaman kematian/sengsara maut, suatu kenyataan pahit yang harus dialami oleh Yusuf. Tetapi di dalam menghadapi maut/kematian, sepatah katapun tidak keluar dari mulut Yusuf.
Jadi, walaupun Yusuf yang adalah gambaran dari Mempelai Pria Sorga, menempuh kematian, tetapi ia tidak binasa.
Maka, kita sangat mendambakan pembukaan rahasia firman dengan limpah dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah. Kelimpahan firman ini nanti yang akan melindungi kita dari segala perkara.
Jadi, orang yang hidup dalam kelimpahan firman betul-betul berada di dalam pengalaman kematian, sepatah katapun tidak keluar dari mulutnya, walaupun diserang, ditangkap, bahkan jubah yang maha indah dilucuti. Kasih Allah itu jauh lebih besar dari pengalaman sengsara maut.
2 Korintus 4:8-10
(4:8) Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; (4:9) kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. (4:10) Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.
Pengalaman kematian, antara lain: ditindas, namun tidak terjepit, habis akal, namun tidak putus asa, dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, dihempaskan, namun tidak binasa, karena senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kita.
Itulah yang dialami oleh Yusuf, walaupun melewati pengalaman kematian atau sengsara maut, ia tidak binasa, karena ia membawa pengalaman kematian Yesus di dalam hidupnya.
Kesimpulannya: sekalipun menempuh sengsara maut / pengalaman kematian, Yusuf tidak binasa.
Pertanyaan: Mengapa Yusuf tidak binasa?
Jawab: Karena sifat dari firman Allah itu sendiri telah menyatu dengan Yusuf, sesuai dengan julukan yang diterima Yusuf yaitu sebagai tukang mimpi.
1 Petrus 1:23
(1:23) Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.
Sifat/tabiat dari firman Allah adalah hidup dan kekal.
- Hidup berarti; bangkit dari maut.
- Kekal berarti; dalam kemuliaan.
Tetapi perlu juga untuk diketahui, tidak akan ada yang sampai kepada hidup (bangkit) dan kekal (dalam kemuliaan) kalau tidak terlebih dahulu mengalami kematian.
Wahyu 1:8,17-18
(1:8) "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa." (1:17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, (1:18) dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
Yesus berkata kepada rasul Yohanes dalam suatu penglihatan di Pulau Patmos; “Akulah Alfa dan Omega” = yang awal dan yang akhir. Kemudian, Yesus berkata; “yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang” = yang hidup, telah mati, kemudian hidup sampai selamanya. Berarti; dari Alfa sampai kepada Omega di tengah-tengahnya adalah SALIB, sengsara maut (pegalaman kematian). Itulah sifat dari firman itu sendiri.
Kenapa dalam pengalaman kematian Yusuf tidak binasa? Kenapa di dlaam sengsara maut, Yusuf dilindungi dari segala perkara? Karena dia hidup sesuai dengan tabiat dari firman itu sendiri, yaitu mati, bangkit, hidup (kekal).
Tetapi tidak akan sampai kepada hidup kekal kalau tidak mengalami pengalaman kematian. Yesus sendiri berkata kepada Rasul Yohanes dalam suatu penglihatan di Pulau Patmos; “...Akulah Alfa dan Omega, yang awal dan yang akhir, yang ada, yang sudah ada, yang akan datang, dan yang hidup, Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya...”
Jadi untuk sampai kepada kekekalan harus melewati sengsara maut (Pengalaman kematian).
Jadi kaum muda remaja, jangan pernah memikirkan kebangkitan apalagi hidup kekal, kalau tidak mengalami sengsara maut (pengalaman kematian), tidak ada kebangkitan tanpa kematian.
Sebetulnya, pengalaman kematian itu tidak lama, hanya tiga hari saja, yang membuat lama adalah tidak mau melewati pengalaman maut, sengsara maut, selalu menggunakan cara berfikir manusiawi persis seperti Simon Petrus, menolak salib, dia mau cari yang enak. Kenapa? Karena ia berfikir secara manusiawi, dia tidak memikirkan apa yang dipikirkan Allah sehingga menjadi batu sandungan saja di dalam hidup yang ia hidupi.
Ini perlu jadi pengalaman hidup kita masing-masing, jangan mau yang enak, suatu kebangkitan, apalagi hidup kekal, tetapi sengsara maut, pengalaman kematian tidak dilewati, itu suatu hal yang tidak mungkin.
Demikianlah Yusuf diutus oleh Yakub kepada saudara-saudaranya, di Sikhem dan di Dotan.
Saudaraku, kalau kita diutus dengan memiliki sifat tabiat dari firman Allah itu sendiri maka kita memiliki kuasa pembebasan, kuasa kemenangan.
Kita telah diutus oleh Tuhan di bumi provinsi Banten, tetapi biarlah juga kita memiliki sifat tabiat dari firman Allah itu sendiri supaya akhirnya kita memiliki kuasa kemenangan dan kuasa pembebasan.
Kalau Yusuf binasa oleh karena sengsara maut, pengalaman kematian, berarti tidak memiliki kuasa pembebasan/ kemenangan. Tetapi dengan memiliki sifat tabiat dari firman Allah itu sendiri, maka kita akan memiliki kuasa kemenangan, kuasa pembebasan, di manapun kita diutus.
Keluaran 3:13-15
(3:13) Lalu Musa berkata kepada Allah: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? --apakah yang harus kujawab kepada mereka?" (3:14) Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (3:15) Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.
Ketika Musa diutus kepada umat Israel di Mesir, maka Musa berkata kepada mereka; "AKU ADALAH AKU” selanjutnya Musa berkata “AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu."”
"AKU ADALAH AKU,” atau “AKULAH AKU”; “Aku” yang pertama itu Alfa, “Aku” yang kedua itu Omega, sedangkan “adalah” menunjuk sebuah hasil dari salib/sengsara maut/pengalaman kematian. Maka "AKU ADALAH AKU,” atau “AKULAH AKU” -> Alfa dan Omega, berarti; yang awal dan yang akhir, yang ada, sudah ada, dan yang akan datang = yang hidup, telah mati, dan hidup untuk selama-lamanya.
Kesimpulannya; Musa diutus sesuai dengan sifat dari tabiat firman Allah itu sendiri untuk membebaskan bangsa Isreal dari sengsara maut dan kematian. Demikianlah Yusuf diutus oleh Allah kepada umat Isreal di Mesir.
Kita diutus dimanapun, biarlah kita membawa nama Tuhan dan sifat tabiat dari firman Allah itu sendiri, kalau memang merasa Tuhan taruh beban di atas pundak untuk membawa anggota-anggota tubuh masuk dalam pembentukan tubuh Kristus menjadi tubuh mempelai wanita Tuhan.
Roma 8:35-37
(8:35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (8:36) Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." (8:37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Ayat 35-36; berbicara tentang sengsara maut dan pengalaman kematian. Tetapi sekalipun melewati pengalaman kematian, tidak binasa, bahkan di sini dikatakan berkemenangan oleh karena kasih Allah.
Kalau kita diutus dengan membawa nama Tuhan dengan sifat tabiatnya pasti akan berkemenangan.
Keluaran 3:16-18
(3:16) Pergilah, kumpulkanlah para tua-tua Israel dan katakanlah kepada mereka: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, telah menampakkan diri kepadaku, serta berfirman: Aku sudah mengindahkan kamu, juga apa yang dilakukan kepadamu di Mesir. (3:17) Jadi Aku telah berfirman: Aku akan menuntun kamu keluar dari kesengsaraan di Mesir menuju ke negeri orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. (3:18) Dan bilamana mereka mendengarkan perkataanmu, maka engkau harus beserta para tua-tua Israel pergi kepada raja Mesir, dan kamu harus berkata kepadanya: TUHAN, Allah orang Ibrani, telah menemui kami; oleh sebab itu, izinkanlah kiranya kami pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah kami.
Disini kita perhatikan, Musa diutus kepada umat Israel, untuk menuntun mereka keluar dari kesengsaraan Mesir menuju negeri orang Kanaan. Dan akhirnya bangsa Israel dibawa keluar dari Mesir dan dituntun menuju ke tanah Kanaan, penuh dengan susu dan madu. Susu yang murni, itulah firman Allah yang tidak ditambahkan dan dikurangkan, sedangkan madu itulah pengalaman kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Itulah pekerjaan dari Musa ketika diutus membebaskan bangsa Israel keluar dari Mesir.
Tetapi, perhatikan dengan baik pada ayat 16, 18, disini terkait dengan para tua-tua.
Pada ayat 16; Musa terlebih dahulu mengumpulkan tua-tua, pada ayat 18; Musa membawa tua-tua itu sendiri menghadap Firaun.
Kesimpulannya pengutusan Musa ini ada kaitannya dengan para tua-tua bangsa Israel.
Kita lihat posisi tua-tua dalam Tabernakel sorgawi...
Wahyu 4 : 1-4
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. (4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. (4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. (4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.
Perhatikan, di sekeliling takhta itu ada 24 takhta dan diatas 24 takhta, duduk 24 tua-tua.
24 tua-tua menggambarkan meja dengan 12 ketul roti di atasnya, jadi 24 tua-tua ->12 rasul hujan awal dan 12 rasul hujan akhir. Kesimpulannya; meja dengan 12 roti adalah bayangan dari gereja Tuhan dengan 12 rasul.
Segera kita perhatikan...
Lukas 22:29-30
(22:29) Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, (22:30) bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Jadi jelas pengutusan Musa dikaitkan dengan tua-tua, 12 rasul hujan awal 12 rasul hujan akhir, duduk di 12 takhta untuk menghakimi 12 suku Israel. Kalau ada firman dengan limpah dalam kehidupan kita maka kita berkuasa menghakimi dosa.
Banyak anak Tuhan tetapi tidak diberi kesempatan untuk duduk di atas 12 takhta, buktinya; melayani Tuhan tetapi tidak berkuasa terhadap dosa karena kehidupannya tidak limpah dengan firman, itu artinya tidak mendapat kesempatan duduk di atas 12 takhta.
Apa artinya melayani tetapi tidak diberi kuasa untuk duduk di atas 12 takhta, apalagi merusak suasana penggembalaan. Kalau merusak suasana di dalam penggembalaan engkau berurusan dengan Tuhan Yesus Kristus, Raja di atas segala raja, engkau bukan berurusan dengan manusia. Ini harus kita cermati dengan sunguh-sungguh dan lebih dewasa lagi menyikapi firman Tuhan Malam ini sehingga kita semakin didewasakan oleh firman Tuhan lewat firman Allah tentang study Yusuf.
Kita kembali memperhatikan...
Matius 19:27-29
(19:27) Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" (19:28) Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. (19:29) Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.
Upah mengikut Tuhan adalah duduk di atas 12 takhta untuk menghakimi 12 suku Israel.
Mengikut Tuhan berarti meninggalkan;
- Rumahnya.
- Saudaranya laki-laki/perempuan.
- Bapa atau ibunya.
- Anak-anak.
- Ladangnya.
Pendeknya, mengikut Tuhan berarti menyangkal diri dan memikul salibnya. Inilah orang yang layak duduk di 12 takhta untuk menghakimi dosa.
Jangan sampai kita berdiri di hadapan takta kasih karunia, ada di tengah-tengah kerajaan sorga tetapi hak-hak kerajaan sorga tidak diberikan kepada kita, tidak diberi kesempatan duduk di 12 takhta untuk menghakimi dosa.
Tidak ada artinya melayani tetapi tidak berkuasa terhadap dosa.
Kita kembali memperhatikan...
Wahyu 4:7-8
(4:7) Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang. (4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
Perhatikan, seruan dari 4 makhluk yang ada di Tabernakel sorgawi.
Adapun seruan mereka; "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
Seruan dari 4 makluk ini dibagi menjadi dua bagian;
1. "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa.”
Artinya; senantiasa menguduskan Tuhan Yesus Kristus di dalam kehidupan mereka.
Kudus pertama: Tuhan = Bapa tabiatnya adalah KASIH.
Kudus kedua: Anak, tabiatnya HIDUP BENAR sesuai dengan sengsara salib.
Kudus yang ketiga: hidup di dalam pimpinan ROH KUDUS.
Demikianlah mereka menguduskan Allah Tritunggal di dalam kehidupan mereka.
2. “Yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
Mereka betul-betul mengakui pengalaman kematian, pengalaman kebangkitan dan kemuliaan yang kekal.
Kalau kita bandingkan antara Wahyu 1:17-18 tadi; “yang ada (hidup = bangkit), sudah ada (sengsara maut), dan yang akan datang (dalam kemuliaan)” sementara dalam Wahyu 4:8; “yang sudah ada”; itu pengalaman kematiaan, “yang ada”; pengalaman kebangkitan dan “yang akan datang”; kemuliaan yang kekal. Inilah keberadaan dari 24 tua-tua dan empat makhluk di dalam kerajaan sorga.
Pertanyaannya; siapakah dan bagaimanakah rupa makhluk ini?
Yang pertama: seperti SINGA.
Yang kedua: seperti anak LEMBU.
Yang ketiga: seperti muka MANUSIA.
Yang keempat: seperti BURUNG NAZAR yang sedang terbang.
Ini menunjuk kepada pribadi Yesus Kristus sesuai dengan 4 Injil.
Muka seperti singa -> kewibawaan Yesus sebagai RAJA.
Yesus adalah Raja di atas segala raja, tetapi oleh karena pengurapan-Nya kita dijadikan raja-raja kecil, untuk memerintah di atas muka bumi ini, dengan kata lain terlepas dari perhambaan dosa.
Muka seperti anak lembu -> kebangkitan Yesus sebagai HAMBA.
Kalau kita mengambil rupa seperti hamba, maka keadaan kita seperti seekor lembu. Tidak ada sesuatu yang tidak berarti dari seekor lembu, semua dapat berguna untuk kemuliaan Tuhan. Lembu adalah salah satu korban yang dipersembahkan untuk Tuhan. Lembu juga bisa digunakan untuk membajak di ladang, kulit lembu bisa digunakan menjadi gendang, termasuk potongan-potongan dari lembu itu dapat dipersembahkan di atas mezbah korban bakaran.
Itulah kebangkitan Yesus sebagai hamba, semuanya berguna untuk hormat dan kemuliaan bagi Tuhan, satu kata saja berarti bagi Tuhan, satu patah, satu gerakan sungguh memulikaan Tuhan, itu pribadi seorang hamba, mampu menyenangkan hati Tuhan Yesus Kristus, tuan dari segala hamba Tuhan.
Muka seperti muka manusia -> sengsara Yesus sebagai MANUSIA.
Kita sudah melihat rasul Paulus menuliskan surat kepada orang Ibrani, bagaimana keberadaan dari orang Ibrani itu sendiri, dimana mereka berulang-ulang melakukan kesalahan sehingga Allahpun berulang-ulang berfirman atas bangsa Israel. Seandainya, Yesus Kristus yang adalah Allah tidak menjadi manusia, maka firman Allah tidak akan pernah tergenapi di dalam kehidupan kita.
Kenapa Harun berulang-ulang kali mempersembahkan korban pendamaian? Karena bangsa Israel berulang-ulang kali melakukan kesalahan yang sama sehingga Allahpun berulang-ulang kali berfirman.
Tetapi puji Tuhan, Yesus yang adalah Allah turun menjadi manusia dalam sengsara di atas kayu salib supaya firman Allah tergenapi dalam daging kita masing-masing. Kalau tidak ada sengsara salib maka firman itu tidak akan pernah tergenapi di dalam daging.
Itulah kelebihan kita dengan ajaran-ajaran lain. Kalau soal pengetahuan yang baik, ajaran-ajaran lain mengajarkan yang baik, tetapi kapan firman itu tergenapi? Saat Yesus menderita di atas kayu salib.
Seperti burung nazar yang sedang terbang -> keadilan dan kebenaran Yesus sebagai ANAK ALLAH.
Keadilan Yesus telah nyata dalam kehidupan kita, Yesus telah diutus oleh Allah sebagai jalan pendamaian, untuk memperdamaikan dosa manusia. Andaikata manusia berbuat dosa dan langsung dihukum seperti zaman hukum Taurat, maka Allah tidak adil, tetapi untuk menunjukkan keadilan-Nya di masa sekarang ini, Tuhan mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal supaya kita pun memperoleh keadilan dari Tuhan.
Maka dimana ada bangkai disitu burung nazar berkerumun, inilah tentang empat makhluk itu.
Kemudian tidak kalah penting supaya kita jauh lebih dalam mengenal mereka..
Wahyu 4:8
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
“Keempat makhluk itu bersayap enam, sekelilingnya...”, artinya; tidak lagi terlihat daging dengan segala tabiat-tabiatnya, tabiat daging sudah ditutupi oleh tabiat ilahi. Sayap-sayap dari empat makluk itu adalah gambaran dari sifat Ilahi.
Ada 15 tabiat daging dengan gamblang kita dapat temukan dalam Galatia 5.
Kemudian selain itu, “...disebelah dalamnya penuh dengan mata...”
Mata adalah pelita. Kesimpulan; kalau sebelah dalam penuh dengan mata berarti manusia dalamnya adalah manusia yang sudah diterangi, berarti tidak ada lagi dosa yang terselubung di dalam hati, semua dosa sudah dibongkar dengan tuntas.
Maka dengan kesaksian dari 24 tua-tua dan kesaksian dari empat makhluk ini Musa sanggup membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Biarlah kita diutus dengan memiliki sifat tabiat dari firman Allah itu sendiri.
Ternyata pengutusan itu terkait dengan 24 tua-tua dan empat makhluk, sehingga kita memiliki kuasa yang berkemenangan atau kuasa pembebasan, tetapi kita dulu yang harus berkemenangan supaya dimanapun kita diutus memiliki kuasa pembebasan dan kuasa kemenangan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U Sitohang
No comments:
Post a Comment