IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 14 FEBRUARI 2019
KITAB RUT
(Seri: 42)
Subtema: “UNTUK SAMPAI DI BETLEHEM RUT MELEWATI PERJUANGAN YANG PANJANG”
Shalom Saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya turun di tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab malam hari ini. Oleh karena kemurahan hati Tuhan kita diijinkan untuk mengusahakan dan memelihara Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan Perjamuan Suci. Biarlah kiranya Tuhan membukakan firman-Nya sehingga kita merasakan rahmat dan kasih karunia-Nya di dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, atau video internet, youtube, facebook, dimanapun anda berada kiranya Tuhan memberkati kita. Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari Rut 2:5.
Rut 2:5
(2:5) Lalu kata Boas kepada bujangnya yang mengawasi penyabit-penyabit itu: "Dari manakah perempuan ini?"
Boas bertanya kepada hamba yang mengawasi penyabit-penyabit itu; “...Dari manakah perempuan ini?...”
Pertanyaan Boas kepada hamba yang mengawasi penyabit-penyabit itu menunjukkan bahwa Rut tidak luput dari perhatian Tuhan.
Memang kalau kita perhatikan pada ayat 4; Boas sangat memperhatikan pekerja-pekerja di ladangnya di dalam hal penyertaan Tuhan. Oleh sebab itu jangan kita sibuk membawa diri kita di LADANG DUNIA ini, yang hanya menghasilkan dua hal:
1. Kekuatiran.
2. Ketidaktaatan seperti Adam (Kejadian 3:17-18).
Kemudian, kita jangan membawa diri ke LADANG SI PEMALAS yang hanya menimbulkan;
1. Kemiskinan.
2. Kekurangan.
Pendeknya; ladang dunia dan ladang si pemalas hanya menghasilkan onak dan duri yang menyebabkan umat Tuhan menderita dengan sangat.
Tetapi di sini kita melihat, Rut membawa dirinya berada di ladang Boas sehingga Rut turut mendapat perhatian dari Boas sebagaimana pekerja-pekerja di ladang Boas, semuanya mendapatkan perhatian di dalam hal penyertaan Tuhan. Memang, baik imam-imam, baik hamba-hamba Tuhan yang melayani Tuhan sangat membutuhkan penyertaan dari Tuhan. Kita tidak dapat berbuat apa-apa kalau Tuhan tidak menyertai kita di dalam melayani Tuhan.
Kalau kita membawa diri di ladang Tuhan maka kita juga mendapat perhatian sampai kedalaman hati kita diperhatikan oleh Tuhan. Di dalam hati manusia banyak perkara-perkara, termasuk perkara kecil sekalipun dapat diperhatikan oleh Tuhan. Apa yang menjadi ganjalan-ganjalan, apa yang menjadi pergumulan-pergumulan, segala sesuatunya tersimpan di dalam hati dan itu dapat dilihat oleh Tuhan, diperhatikan oleh Tuhan.
Rut 2:6
(2:6) Bujang yang mengawasi penyabit-penyabit itu menjawab: "Dia adalah seorang perempuan Moab, dia pulang bersama-sama dengan Naomi dari daerah Moab.
Pada ayat 5, Boas bertanya kepada hamba yang mengawasi penyabit-penyabit itu. Kemudian pada ayat 6 ini, hamba itu menjawab Boas dan berkata; “...Dia adalah seorang perempuan Moab, dia pulang bersama-sama dengan Naomi dari daerah Moab...
Jawaban dari hamba tersebut dibagi atas dua bagian.
Yang Pertama: Dia adalah seorang perempuan Moab.
Yang Kedua: Dia pulang bersama-sama dengan Naomi dari daerah Moab.
Sebetulnya, jawaban dari hamba tersebut sedang memberitahukan keberadaan serta jati diri Rut yang sebenarnya kepada Boas.
Selanjutnya kita akan memperhatikan kalimat pada bagian yang pertama dan kalimat pada bagian yang kedua, di awali dengan kalimat pada bagian,
Yang Pertama: DIA ADALAH SEORANG PEREMPUAN MOAB.
Rut 1:14-15
(1:14) Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya. (1:15) Berkatalah Naomi: "Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu."
Naomi berkata kepada Rut; “...Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu..."
Pernyataan Naomi ini menunjukkan bahwa bangsa Moab adalah bangsa kafir dan tidak mengenal Allah yang hidup (Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub) Allah Israel.
Kita lihat sejenak tentang bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah Abraham, Ishak, Yakub, Allah Israel.
Efesus 2:1-3
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
(2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah -> bangsa Kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah yang hidup.
Keadaan dari bangsa Kafir sebelum mengenal Allah Israel (Allah yang hidup) mereka penuh dengan pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa, antara lain;
1. Mengikuti jalan dunia ini.
Dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat untuk menghanyutkan dan menenggelamkan kerohanian dari anak-anak Tuhan sebab segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini adalah; keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Ketiga hal tersebut bukanlah berasal dari Allah, melainkan dari dunia.
Kemudian kerajaan dunia dan kemegahannya mempunyai daya tarik yang luar biasa, mempunyai daya tarik yang sangat kuat dengan bukti; banyak anak-anak Tuhan tidak lagi mencari dan tidak memikirkan perkara yang di atas, di mana Kristus duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa, selain memikirkan perkara di bawah saja, menunjukkan dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat untuk menghanyutkan dan menenggelamkan kehidupan anak-anak Tuhan.
2. Mantaati penguasa kerajaan angkasa.
Yaitu penghulu-penghulu dunia yang gelap atau roh-roh jahat di udara dengan segala tipu muslihatnya.
Tanda mentaati penguasa kerajaan angkasa; mendurhaka dan memberontak kepada Tuhan.
Mendurhaka dan memberontak kepada Allah adalah tanda bahwa dia sedang dikuasa oleh penguasa kerajaan angkasa, itulah roh-roh jahat di udara.
Sebagai contohnya;
a. Bani Korah memberontak kepada Musa, ia menuntut pangkat imam karena dia merasa diri layak untuk itu.
b. Meriam dan Harun memberontak kepada Musa, alasan mereka memberontak karena merasa diri layak bahwa Tuhan berfirman bukan hanya kepada Musa, tetapi kepada mereka juga. Sesuai dengan Bilangan 12:2.
c. Lucifer memberontak kepada Allah dengan bukti ia mendirikan takhtanya jauh di sebelah utara untuk menyamai yang Maha Tinggi, tetapi justru Tuhan melemparkan Lucifer ke dalam dunia orang mati sesuai dengan Yesaya 14.
Pendeknya; kesombongan, pemberontakan, pendurhakaan akan mendahului kejatuhan seseorang.
3. Hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging.
Perlu untuk diketahui; hidup menurut daging memikirkan hal-hal yang dari daging, hal-hal yang lahiriah, ia tidak akan memikirkan hal-hal yang dari Roh, tidak memikirkan perkara-perkara di atas, perkara rohani, tidak memikirkan pekerjaan Tuhan sedikitpun sehingga ibadah yang dijalankan bersifat taurat saja.
Orang yang beribadah, tetapi pikirannya senantiasa mengarah kepada perkara di bawah, berarti ia sedang menjalankan ibadah taurat, ibadah lahirah, ibadah rutinitas saja.
Matius 23:16-18
(23:16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. (23:17) Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? (23:18) Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat.
Kesimpulannya; ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi dalam melayani Tuhan terikat dengan perkara-perkara lahiriah, perkara-perkara di bawah. Jelas ini merupakan penyembahan berhala.
Kita kembali lagi membaca..
Rut 1:15
(1:15) Berkatalah Naomi: "Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu."
Jadi bangsa Kafir selain mengulangi kesalahan, juga menyembah berhala yaitu allah yang mati.
Jadi, pernyataan Naomi kepada Rut; “...Telah pulang iparmu kepada bangsanya...” Artinya bangsa Moab adalah bangsa Kafir yang terus-menerus mengulangi dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan seperti yang sudah kita lihat di dalam Efesus 2:1-3. Kemudian, selain terlihat noda kekafiran, juga Naomi berkata; “...dan kepada para allahnya...” berarti; bangsa Kafir selain mengulangi kesalahan, juga menyembah berhala yaitu allah yang mati.
Mari lebih rinci di dalam..
1 Korintus 12:2
(12:2) Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu.
Bangsa Kafir (bangsa yang tidak mengenal Allah) tanpa sadar, tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala bisu, berarti Allah yang mati.
Kita bisa lihat itu seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus di dalam 1 Korintus 1; bahwa bagi orang Yunani memikul salib adalah suatu kebodohan karena mereka hanya mencari hikmat. Yunani = orang dunia.
Maka kalau kita lihat orang-orang dunia, orang-orang yang di luar Tuhan, mereka betul-betul mempertuhankan pekerjaan, mempertuhankan harta, kekayaan, uang, kedudukan, jabatan bahkan mempertuhankan pendidikan yang tinggi, persis seperti orang Yunani, mereka hanya mencari hikmat. Maka salib adalah suatu kebodohan bagi mereka.
Kita lihat allah yang mati (berhala) di dalam..
Mazmur 115:2-3
(115:2) Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: "Di mana Allah mereka?"
(115:3) Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!
Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: "Di mana Allah mereka?"
Jawabnya; karena mereka menganggap Allah bagi mereka adalah pekerjaan, harta, kekayaan, uang, kedudukan, jabatan yang tinggi, dan lain sebagainya.
Tanpa sadar banyak orang kristen seperti ini, manakala mengalami kesulitan dan kekurangan, kemudian pekerjaan belum juga dapat, tanpa sadar banyak orang bersungut-sungut hanya karena hal-hal seperti itu.
Tetapi perlu untuk diketahui Allah Israel (Allah yang hidup) ada di sorga, Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Yesus datang ke dunia untuk yang pertama kalinya untuk minum cawan Alah yaitu menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung di atas kayu salib sehingga dengan demikian terlaksanalah kehendak Allah.
Jadi, lewat ibadah dan pelayanan ini kita memikul salib supaya kehendak Allah terlaksana, itu tanda kita menyembah Allah yang hidup. Segalanya terlaksana lewat salib.
Lalu kita memperhatikan..
Mazmur 115:4-7
(115:4) Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia,
(115:5) mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat,
(115:6) mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium,
(115:7) mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.
Berhala perak dan emas adalah allah yang mati. Tanda allah yang mati;
1. Mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata.
2. Mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat.
3. Mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar.
4. Mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium.
5. Mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba.
6. Mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan.
7. Tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.
Tetapi Allah Israel (Allah yang hidup) Ia berada di sorga, Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya bagi saya dan kita semua.
Mazmur 115:8
(115:8) Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.
Orang yang hidup di dalam penyembahan berhala tidak dapat berbuat apa-apa dihadapan Tuhan, tidak dapat menyukakan hati Tuhan, tidak dapat melayani pekejaan Tuhan, tidak dapat melakukan kehendak Tuhan, itulah mereka yang hidup di dalam penyembahan berhala sebab mereka telah mempertuhankan allah-allah kecil di bumi ini. Baik pekerjaan, baik uang, dan lain sebagainya, bagi mereka itu lebih penting sehingga memikul salib adalah suatu kebodohan bagi mereka.
Matius 22:23
(22:23) Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:
Saudaraku, Yesus Kristus telah mati, maut telah dikalahkan. Tetapi di sini kita melihat orang-orang Saduki tidak percaya dengan adanya kebangkitan, menunjukkan bahwa orang-orang Saduki hidup di dalam penyembahan berhala.
Matius 22:24-28
(22:24) "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. (22:25) Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. (22:26) Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh. (22:27) Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itupun mati.(22:28) Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia."
Orang yang tidak percaya adanya kebangkitan sibuk dengan dosa kawin dan mengawinkan/dosa kenajisan, pendeknya; dikuasai oleh roh najis.
Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah Israel, Ia melakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya, Ia bukan Allah yang mati.
Matius 22:29
(22:29) Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!
Kalau tidak percaya adanya kebangkitan menjadi sesat sama seperti orang Saduki. Berarti; mengambil jalannya sendiri dan menuruti keinginan hati mereka.
Persis seperti Elimelekh dan keluarganya, mereka mengambil jalannya sendiri (menuruti keinginan hatinya sendiri), mereka meninggalkan Betlehem lalu pergi ke Moab.
Tetapi di dalam kesesatan itu, sang suami, itulah Elimelekh kepala rumah tangga akhirnya mati, sepuluh tahun kemudian, dua anak laki-lakinya juga mati, tinggallah Naomi seorang diri bersama dengan Orpa dan Rut kedua menantunya menjadi janda.
Sebetulnya orang yang sesat itu menderita, tidak ada orang yang sesat di dalam sukacita sorgawi.
Sekarang kita mencari sukacita sorga atau sukacita yang sifatnya sementara?
Kesesatan itu awalnya indah, tetapi pada akhirnya membuat dia akan sangat menderita. Lihat orang yang melakukan pekerjaan yang sesat, awalnya indah, tetapi akhirnya menderita.
Tanda seseorang ada di dalam kesesatan ada dua:
1. Tidak mengerti kitab suci.
Saudaraku, kitab suci terdiri dari PERJANJIAN LAMA dan PERJANJIAN BARU dan semuanya itu ditulis dari kitab KEJADIAN sampai kitab WAHYU. Diawali dari kitab Kejadian dan diakhiri dengan kitab Wahyu dan seluruhnya ada emam puluh enam kitab.
Perjanjian lama ditulis oleh para Nabi, sedangkan tugas nabi adalah bernubuat, artinya; menyingkapkan segala rahasia firman Allah, yang berkuasa juga menyingkapkan segala rahasia yang terkandung di dalam hati, sama artinya dosa dibongkar dengan tuntas.
Sekarang perjanjian baru ditulis oleh para Rasul, tugas Rasul adalah menunjukkan Wahyu yaitu hal-hal yang akan datang, itulah kemuliaan yang kekal di dalam kerajaan yang kekal.
2. Tidak mengerti kuasa Allah.
Kuasa Allah datang dari salib untuk memberi kekuatan kepada anak-anak Tuhan. Kuat, berarti; tidak lemah terhadap dosa dan terhadap hal-hal yang tidak suci. Itu sebabnya Rasul Paulus bermegah di dalam kelemahnnya, di dalam sengsara, siksaan, aniaya, kesesakan, dan penderitaan, supaya saat dia lemah, dia kuat.
Berarti kekuatan karena salib itu merupakan kasih karunia.
Kalau sampai hari ini, kita datang ke hadapan Allah, di dalam kerajaan-Nya berdiri di dalam kekudusan, itu semua karena kemurahan Tuhan, semata-mata bukan karena kekuatan dan kemampuan kita, semua oleh karena kemurahan Tuhan.
Matius 22:31-32
(22:30) Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. (22:31) Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: (22:32) Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup."
Jadi suasana kebangkitan itu tidak kawin dan tidak mengawinkan, melainkan hidup seperti malaikat di sorga.
Tidak kawin dan tidak mengawinkan, artinya; tidak hidup di dalam kenajisan.
Malaikat sidang jemaat, tugasnya adalah melayani Tuhan. Berarti; kalau kita berada di dalam suasana sorga, tugas kita hanyalah melayani Tuhan, tidak perduli dengan tubuh dan darah, tidak perduli dengan perkara-perkara daging.
Malaikat tidak mempunyai tubuh dan darah. Jadi orang yang melayani Tuhan tidak sibuk dengan perkara daging, itulah suasana kebangkitan.
Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub (Allah Israel) adalah Allah yang hidup bukan Allah yang mati.
Inilah yang dikatakan Allah kepada Musa di padang gurun Sinai, sekaligus Musa melihat suatu peristiwa yang sangat luar biasa yaitu semak duri bernyala-nyala dengan api, tetapi tidak terbakar, tidak hangus.
Semak duri menyala-nyala, tetapi tidak hangus terbakar, demikian juga kalau kita berkobar-kobar di dalam melayani pekerjaan Tuhan menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup bukan Allah yang mati.
Sebab itu ketika Musa mendatangi peristiwa yang luar biasa itu, Tuhan berkata; “Jangan mendekat, tanggalkan kasutmu, sebab tempat engkau berdiri adalah tempat kudus.”
Apa bedanya tanah Padang Gurun Israel dengan tanah Indonesia? Sama-sama tanah, namun yang menjadi pembeda adalah hadirat Tuhan. Sebab itu di dalam menghampiri takhta kudus, kita tanggalkan kasut yang lama, perjalanan hidup yang lama harus ditanggalkan sehingga dengan demikian kita berkobar-kobar di dalam melayani Tuhan dan itu adalah suatu bukti yang nyata bahwa Tuhan kita hidup, Dia adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub.
Sedangkan orang yang mempertuhankan uang, pekerjaan, harta dan kekayaan, tidak lagi berkobar-kobar di dalam melayani Tuhan.
Mari kita lihat..
Kejadian 19:34-37
(19:34) Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya: "Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; baiklah malam ini juga kita beri dia minum anggur; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita." (19:35) Demikianlah juga pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu bangunlah yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. (19:36) Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka.
(19:37) Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang.
Saudaraku di sini kita melihat, Moab lahir dari perzinahan Lot dengan putrinya yang tertua. Berarti; Moab lahir dari kenajisan. Seperti itulah bangsa Kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah Israel, (Allah yang hidup) penuh dengan kenajisan persis seperti orang-orang Saduki yang berpendapat tidak ada kebangkitan sehingga mereka sibuk hanya dengan soal kawin dan mengawinkan.
Itulah bangsa Moab, bangsa Kafir, selain penuh dengan noda kekafiran juga menyembah allah yang mati, lalu hidup di dalam kenajisan, dan memang Moab lahir dari kenajisan, hasil perzinahan antara Lot dengan putrinya yang tertua.
Kita datang dari berbagai-bagai latar belakang, datang dari dosa kejahatan, datang dari dosa kenajisan (datang dari dosa makan minum, datang dari dosa kawin dan mengawinkan).
Sekarang kita kembali membaca..
Rut 2:6
(2:6) Bujang yang mengawasi penyabit-penyabit itu menjawab: "Dia adalah seorang perempuan Moab, dia pulang bersama-sama dengan Naomi dari daerah Moab.
Yang Kedua: DIA PULANG BERSAMA-SAMA DENGAN NAOMI DARI DAERAH MOAB.
Jadi, pernyataan kedua dari hamba yang mengawasi penyabit-penyabit di ladang Boas menunjukkan bahwa Rut adalah orang yang luar biasa dan orang yang setia sebab Rut telah melewati proses yang panjang dan pergumulan yang luar biasa untuk sampai ke Betlehem.
Mari kita lihat di dalam..
Rut 1:14
(1:14) Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.
Orpa mengundurkan diri di tengah jalan, artinya dia kembali kepada bangsanya (bangsa Kafir) dan kembali menyembah allah yang mati, tetapi Rut tetap berpaut kepada Naomi. Ini adalah sikap yang luar biasa, sikap yang benar. Mari kita mengikuti sikap semacam ini supaya kita tetap berpaut pada Tuhan apapun desakan, apapun pergumulan di tengah perjalanan rohani kita untuk berada di dalam Kerajaan Sorga, tetap berpaut dengan Tuhan, jangan mengundurkan diri di tengah jalan, nanti banyak kerugian-kerugian yang terjadi.
Saudaraku, pribadi Rut untuk sampai ke Betlehem:
a. Rut tetap berpaut kepada Naomi.
Saudaraku, tiga kali naomi berkata pulang kepda Orpa dan Rut;
- Rut 1:8.
- Rut 1:11.
- Rut 1:12.
Jadi, ketika Rut didesak oleh Naomi untuk pulang kepada bangsanya dan allahnya, menunjukkan bahwa Rut sedang diuji di dalam hal mengikuti Naomi untuk sampai ke Betlehem.
Naomi berkata kepada Rut, pulanglah sebanyak tiga kali, tetapi ia tetap berpaut kepada Naomi, desakan-desakan itu tidak mempengaruhi dia sampai nanti dia tiba di Betlehem.
Ujian demi ujian di lewati, pada Rut 1:8, Naomi berkata kepada Rut; “Pulanglah kepada bangsamu dan kepada para allahmu.” Pada Rut 1:11, Naomi berkata dengan perkataan yang sama, yaitu; “Pulanglah kepada bangsamu dan kepada para allahmu.” ujian yang kedua inipun bisa dilewati. Kemudian, ujian yang ketiga dalam Rut 1:12, Naomi mengatakan hal yang sama kepada Rut untuk yang ketiga kalinya, yaitu; “Pulanglah kepada bangsamu dan kepada para allahmu.” Tetapi kita lihat di sini, Rut tetap berpaut kepada Naomi.
Ujian demi ujian dilewati, kesulitan demi kesulitan dilewati, tantangan demi tantangan semuanya dilewati.
Pendeknya; tantangan dan ujian tidak menyurutkan hati Rut untuk tetap berpaut kepada Naomi.
Rut 1:15-17
(1:15) Berkatalah Naomi: "Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu. (1:16) Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; (1:17) di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"
Pada ayat 15, Naomi kembali berkata kepada Rut; "...Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu..." Rut kembali diuji, dia kembali di desak.
Pada ayat 16; Naomi mendesak Rut untuk pulang kepada bangsanya yaitu bangsa Moab dan didesak untuk kembali kepada para allahnya, tetapi Rut menjawab dengan bijaksana. Jawaban dari Rut dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
1. Ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi.
2. Di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam
3. Bangsamulah bangsaku.
4. Allahmulah Allahku.
5. Di mana engkau mati, aku pun mati di sana.
Ini adalah jawaban yang bijaksana dari Rut kepada Naomi.
- Hal 1 dan hal 2, ini berbicara tentang iman, terkena pada HALAMAN.
- Hal 3 dan hal 4, ini berbicara tentang pengharapan, terkena pada RUANGAN SUCI.
- Hal 5, ini berbicara tentang kasih, terkena pada RUANGAN MAHA SUCI.
Jadi untuk sampai ke Betlehem betul-betul Rut melewati ujian demi ujian, dia melewati proses demi proses, pergumulan demi pergumulan yang panjang untuk sampai ke Betlehem, dia tidak menyerah di tengah jalan seperti Orpa.
Rut 1:17
(1:17) di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"
Kesimpulannya; Rut berpaut dengan Naomi, sama artinya tidak terpisahkan, selain dipisahkan oleh Maut.
Suami dan istri yang telah dipersatukan tidak dapat dipisahkan oleh apapun selain maut, berarti telah terwujudnya pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, itulah yang disebut Tubuh Mempelai.
Kalau berbicara tentang mempelai, itu berbicara tentang kesatuan, maka syaratnya laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, demikian juga perempuan, meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu dengan laki-laki, suaminya.
Laki-laki dan perempuan yang sudah dipersatukan ini tidak dapat dipisahkan oleh apapun selain dari pada maut.
Jadi dari sini kita sudah bisa melihat bahwa Rut ini menggambarkan Mempelai Perempuan, betul-betul dia dikuasai oleh Roh Mempelai.
Tabernakel terdiri dari tiga daerah yang merupakan: HALAMAN itulah Iman, RUANGAN SUCI itulah Pengharapan, dan RUANGAN MAHA SUCI itulah Kasih, tidak terpisahkan dari kasih Allah.
Roma 8:35-36
(8:35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (8:36) Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."
Saudaraku, di sini kita melihat sekalipun menghadapi banyak perkara, antara lain;
1. Penindasan.
2. Kesesakan.
3. Penganiayaan.
4. Kelaparan.
5. Ketelanjangan.
6. Bahaya.
7. Pedang.
Tidak terpisahkan dari kasih Kristus, bahkan Rasul Paulus berkata; “...Kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan...” tidak terpisahkan kecuali oleh maut.
Pengalaman menjadi domba sembelihan itu; “jiwa hancur, hati patah dan remuk” tetapi tidak dipandang hina oleh Tuhan.
Jadi untuk sampai di Betlehem dan berada di ladang Boas adalah perjuangan yang luar biasa yang sudah dilewati oleh Rut.
Jawaban dari pada hamba yang mengawasi penyabit-penyabit itu kepada Boas, yaitu; “...Dia pulang bersama-sama dengan Naomi dari daerah Moab...” -> Rut adalah pribadi yang luar bisa, Rut adalah seorang yang setia karena dia tetap berpaut dengan Naomi, tidak terpisahkan dari kasih kristus sekalipun menghadapi tujuh perkara seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma 8:35. Bahkan pada Roma 8:36, Rasul Paulus berkarta; “...kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan...”
Sekarang Rut sudah berada di ladang Boas itu adalah kemurahan hati Tuhan.
Efesus 2:4-6
(2:4) Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,
(2:5) telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan-- (2:6) dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,
Saudaraku, yang dahulu hidup jauh dari Allah, itulah bangsa Kafir, telah dihidupkan kembali bersama-sama dengan Kristus bahkan Tuhan juga memberikan tempat bersama-sama dengan Kristus di sorga. Itu adalah kemurahan Tuhan. Tetapi tidak seperti membalik telapak tangan tentunya, kita harus belajar seperti Rut yang sudah melewati proses yang panjang karena pergumulan demi pergumulan sudah dia lewati dengan luar biasa sampai akhirnya tiba di Betlehem.
Efesus 2:7
(2:7) supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.
Dengan demikian, Ia telah menunjukkan kepada kita kekayaan karunia-Nya yang melimpah-limpah
Efesus 2:8-9
(2:8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
(2:9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
Karena kasih karunia kita diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usaha dari tiap-tiap orang, tetapi itu merupakan pemberian Allah.
Lalu bagaimana respon kita, respon bangsa Kafir yang sudah menerima kemurahan yang luar bisa semacam ini?
Efesus 2:10
(2:10) Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Yang sudah menerima kemurahan dari Tuhan adalah untuk melakukan pekerjaan baik.
Sama halnya dengan Rut setelah dia sampai tiba di Betlehem, dia melakukan suatu pekerjaan yang baik, dia berada di ladang Boas, diantara penyabit-penyabit jelai gandum, dia melakukan pekerjaan baik.
Bagaimana respon keluarga (sidang jemaat) Gpt “Betania” terhadap kemurahan yang semacam ini, mari kita jawab dan kita buktikan dihadapan Tuhan dari sekarang dan seterusnya.
Yohanes 4:34
(4:34) Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya
Melakukan kehendak Dia dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, itu sudah menjadi santapan (kesukaan/kenikmatan) sehari-hari bagi Yesus.
Dulu, awal mula Tuhan memperkenalkan salib kepada kita sepertinya mengerikan sekali, tetapi setelah kita lebih dalam menyelami kasih Tuhan, lebih dalam kita hidup di dalam salib kasih Tuhan, kita semakin menikmati bahkan menjadi santapan kenikmatan yang tidak kita lepaskan lagi.
Awalnya mengerikan sekali memandang salib yang kasar itu, tetapi semakin dalam kita menyelami kasih Tuhan, semakin kita merasakan kemurahan hati Tuhan dan kemurahan semacam ini menjadi suatu santapan yang luar biasa, menjadi suatu kenikmatan yang luar bisa bahkan tidak terlupakan lagi untuk selama-lamanya.
Yohanes 4:35-36
(4:35) Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.
(4:36) Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.
Pada ayat 35 Tuhan Yesus berkata; “...Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai...”
Sama seperti Rut, dia menuai dari apa yang tidak dia tabur. Yesus adalah gandum yang sudah jatuh ke tanah dan mati, Dia tumbuh dan berbuah. Kalau murid-murid berkata; “...Empat bulan lagi tibalah musim menuai...” tetapi Tuhan berkata kepada murid-murid; “...Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai...” Saudaraku, jangan berhenti bekerja, jangan berhenti melayani pekerjaan Tuhan.
Inilah respon dari orang-orang yang sudah menikmati kemurahan hati Tuhan.
Sampai pada akhirnya, penuai menerima upahnya seperti Rut dan selanjutnya dia akan mengumpulkan berkas-berkas jelai gandum untuk hidup yang kekal.
Yesus adalah benih gandum yang sudah jatuh ke tanah dan mati, sedangkan kita adalah penuai.
Jadi penabur dan penuai bersama-sama bersukacita, berbahagia di dalam Kerajaan yang Kekal.
Yohanes 4:37
(4:37) Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai.
“Yang seorang menabur dan yang lain menuai.” Amin
TUHAN YESUS KRITUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment