Tema:
RUMAH DOA
(Seri 5)
Shalom. Selamat
malam, Salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Kembali kita memeriksa Matius 21.
Matius
21: 12-13
(21:12)
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di
halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku
pedagang merpati (21:13) dan berkata kepada
mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."
Setibanya
Yesus di Yerusalem, selanjutnya Yesus masuk ke dalam Bait Allah. Kemudian, Yesus melihat
Bait Allah tidak sesuai dengan fungsinya, sebab Bait Allah (rumah Tuhan)
yang seharusnya disebut sebagai
rumah doa bagi segala bangsa, tetapi kenyataannya rumah
Tuhan sudah menjadi sarang penyamun. Sarang penyamun = tempat
berkumpulnya dosa.
Yohanes
2: 14
(2:16)
Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari
sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Sarang
penyamun disebut juga tempat berjualan. Tempat
berjualan = pasar.
Lukas 7:
30-32
(7:30)
Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap
diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes. (7:31) Kata Yesus: "Dengan apakah akan Kuumpamakan
orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? (7:32) Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di
pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu
tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.
Orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat diumpamakan seperti anak-anak yang duduk di pasar.
Anak-anak
yang duduk di pasar = kehidupan yang
berada di pasar = hidup
bersuasanakan pasar.
Kehidupan
yang bersuasanakan pasar, seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat, itulah kehidupan yang tidak memiliki kuasa Allah, sehingga tidak
mampu mempengaruhi orang lain.
MENGAPA TIDAK BERKUASA?
Lukas 7:
30
(7:30)
Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah
terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes.
Orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak
maksud Allah, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes
Pembaptis. Maksud Allah = kehendak Allah Menolak maksud Allah, berarti; menolak kehendak Allah.
Matius
3: 13-15
(3:13)
Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis
olehnya. (3:14) Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah
yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" (3:15) Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah
hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh
kehendak Allah." Dan Yohanes pun menuruti-Nya.
Maksud
Allah atau
kehendak Allah adalah baptisan air. Jadi, untuk menggenapi seluruh kehendak Allah, maka harus lewat proses baptisan air.
APA ITU BAPTISAN AIR?
Roma 6:
3-7
(6:3)
Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus,
telah dibaptis dalam kematian-Nya? (6:4)
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan
dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang
baru. (6:5) Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa
yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa
yang sama dengan kebangkitan-Nya. (6:6)
Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh
dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
(6:7)
Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
Baptisan
air itulah kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
- Kuasa kematian Yesus adalah mengubur hidup lama.
- Kuasa kebangkitan Yesus adalah hidup
dalam hidup yang baru.
Kalau
masuk dalam pengalaman kematian Yesus, maka seseorang bebas
dari dosa.
Akan
tetapi, jika maksud Allah tidak tergenapi, maka seseorang tidak bebas dari dosa, sehingga tidak memiliki
kuasa Allah.
Sikap orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat / sikap bersuasana pasar.
Lukas 7:
32
(7:32)
Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan:
Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung
duka, tetapi kamu tidak menangis.
Sikap
bersuasana pasar, YANG PERTAMA: Kami
meniup seruling, tetapi kamu tidak menari.
Menari
adalah tanda sukacita. Sukacita sorga datang dari dikerjakan oleh Roh El Kudus, bukan dari bunyi
seruling yang ditiup oleh mulut lidah.
Roma 14:
17
(14:17)
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran,
damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Sukacita
sorga itu dikerjakan oleh Roh El Kudus, bukan dari seruling yang ditiup oleh
mulut lidah.
Kisah
Para Rasul 2: 1-4
(2:1)
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
(2:2)
Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras
yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
(2:3)
dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang
bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
(2:4)
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata
dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka
untuk mengatakannya.
Sukacita
yang dikerjakan oleh Roh Kudus, dimulai dari tiupan angin kemudian ada
lidah-lidah api, sehingga penuhlah
mereka oleh Roh Kudus, itulah sukacita Roh Kudus. Berbicara
penuh oleh Roh Kudus, berarti penuh dengan sukacita.
Yohanes
15: 11
(15:11)
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu
menjadi penuh.
Kalau
berbicara penuh oleh Roh Kudus,
berarti = sukacita penuh.
1
Korintus 14: 3-8
(14:3)
Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia
membangun, menasihati dan menghibur. (14:4)
Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya
sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat. (14:5) Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan
bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang
yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan
bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat
dibangun. (14:6) Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu
dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak
menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau
pengajaran? (14:7) Sama halnya dengan
alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi
-- bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau
kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda? (14:8) Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang,
siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang?
Bahasa
lidah = bahasa roh, kegunaannya adalah untuk membangun diri
sendiri = sukacita penuh atas diri sendiri.
Tetapi
bernubuat, kegunaannya untuk membangun orang lain, dengan mengeluarkan bunyi
yang berbeda-beda = bunyi yang terang = orang lain / sidang jemaat penuh dengan
sukacita. Bunyi yang terang, itulah firman pengajaran / firman
nubuatan, membangun, menghibur, menasihati.
Kesimpulannya:
sikap orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat, tidak hidup dalam pengurapan Roh-El Kudus dan tidak hidup menurut kebenaran firman
sehingga tidak bisa membangun diri
sendiri dan orang lain, dengan kata lain tidak mampu mempengaruhi orang lain.
Sikap
bersuasana pasar, YANG KEDUA: Kami
menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis
Ini
adalah perbuatan yang bodoh dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat,
karena mereka menyanyikan kidung duka supaya orang menangis.
Seandainya
pun harus menghadapi ujian / cobaan atas seijin Tuhan, itu bukanlah rancangan
kecelakaan tetapi rencana damai sejahtera untuk memberi masa depan yang indah
(Yeremian 29: 11). Itu sebabnya, saat menghadapi
ujian yang harus kita kerjakan adalah berucap syukur di dalam segala hal baik
dalam susah / saat menghadapi ujian, maupun saat senang (1 Tesalonika 5: 16-18)
.
Orang
yang berkabung dan menangis / meratap, itu hanya terjadi kepada orang yang
tidak mempunyai Kristus sebagai Kepala.
Ratapan
1: 1-2
(1:1)
Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang jandalah
ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara
kota-kota, sekarang menjadi jajahan. (1:2) Pada
malam hari tersedu-sedu ia menangis, air matanya bercucuran di pipi; dari
semua kekasihnya, tak ada seorang pun yang menghibur dia. Semua temannya
mengkhianatinya, mereka menjadi seterunya.
Kehidupan
yang mengalami ratap tangis dan berduka, hanya terjadi pada seorang janda.
Janda =
tidak mempunyai suami = gereja Tuhan yang tidak menempatkan Kristus sebagai
kepala di dalam dirinya.
AKIBAT BERSUASANAKAN PASAR.
Lukas 7:
33
(7:33)
Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur,
dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. (7:34)
Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata:
Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang
berdosa.
Akibatnya:
1.
Menghakimi sesama. Orang-orang
Farisi dan ahli-ahli taurat berkata, Yohanes Pembaptis kerasukan setan karena
ia tidak mau makan dam minum.
2.
Menghakimi Tuhan. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat berkata Yesus
datang, Ia makan dan minum. Kalau seseorang menghakimi Tuhan berarti ia merasa lebih baik dari
Tuhan dan sesama = hidup di bawah hukum taurat.
Oleh
sebab itu, biarlah kita memberi diri untuk disucikan sehingga kembali kepada
fungsinya, bahwa rumah Tuhan disebut rumah doa bagi segala bangsa, sehingga
kehidupan saya dan saudara bukan lagi tempat berjualan / pasar.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment