Shalom
Selamat malam, Salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih Nya besar kita boleh beribadah pada malam hari ini
Kita kembali melihat Maleakhi 1: 8
Maleakhi 1: 8
(1:8) Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam.
Saudaraku, imam-imam yang mengambil bagian dalam pelayanan di rumah Tuhan, berlaku jahat di mata Tuhan karena membawa seekor binatang yang bercacat cela untuk dipersembahkan kepada Tuhan, yaitu membawa binatang yang BUTA, TIMPANG, dan SAKIT sebagai korban persembahan kepada Tuhan, yaitu korban api-apian bagi Tuhan.
Ini adalah perbuatan jahat. Sebab itu dalam ibadah pelayanan, kalau masih sengaja menikmati dosa kejahatan, itu adalah perbuatan yang jahat di mata Tuhan, sehingga Allah menyatakan suatu perumpamaan “Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik?”, kalau dengan sesama, yang diwakili bupati, sebagai pemimpin dunia, tidak berkenan, apalagi kepada Tuhan.
Ulangan 17: 1
(17:1) Janganlah engkau mempersembahkan bagi TUHAN, Allahmu, lembu atau domba, yang ada cacatnya, atau sesuatu yang buruk; sebab yang demikian adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu."
Saudaraku, mempersembahkan binatang yang cacat sebagai korban persembahan kepada Tuhan, itu adalah kekejian bagi Tuhan.
Contoh kejahatan adalah berdusta, mencuri dan sebagainya, tetapi kekejian, melebihi dari kejahatan.
Ada 3 hal perbuatan / persembahan yang setara dengan KEKEJIAN bagi Tuhan
1. Amsal 28: 9
(28:9) Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.
Tidak mendengarkan firman Tuhan, doanya adalah kekejian bagi Tuhan.
Sebab itu, banyak sekali orang berdoa tetapi tidak mau mendengarkan firman Tuhan, doanya adalah kekejian bagi Tuhan. Berdoa tidak salah, tetapi lebih baik mendengarkan firman terlebih dahulu sebelum berdoa.
2. Amsal 21: 27
(21:27) Korban orang fasik adalah kekejian, lebih-lebih kalau dipersembahkan dengan maksud jahat.
Korban orang fasik adalah kekejian.
Apa saja yang dipersembahkan orang fasik, merupakan kekejian.
Fasik = dosa sombong. Kalau beribadah melayani dengan kesombongan, itu adalah kekejian, apalagi melayani dengan motivasi-motivasi yang tidak berkenan / dengan maksud jahat.
3. Amsal 11: 20
(11:20) Orang yang serong hatinya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang tak bercela, jalannya dikenan-Nya.
Serong hati adalah kekejian bagi Tuhan. Sebab itu, biarlah kita melayani dengan tulus-tulus saja, tidak perlu serong sana, serong sini.
Tetapi orang yang tanpa cacat cela, jalannya dikenan oleh Tuhan, apa saja yang dipersembahkannya, semua itu berkenan di hadapan Tuhan.
Imamat 22: 19-20
(22:19) maka supaya TUHAN berkenan akan kamu, haruslah persembahan itu tidak bercela dari lembu jantan, domba atau kambing.
(22:20) Segala yang bercacat badannya janganlah kamu persembahkan, karena dengan itu TUHAN tidak berkenan akan kamu.
Saudaraku, kembali ditegaskan dalam Imamat 22: 19-20 ini, supaya kita berkenan kepada Tuhan, jangan membawa seekor binatang, baik itu dari lembu jantan atau kambing domba, yang tidak bercacat cela.
Imamat 22: 21-22
(22:21) Juga apabila seseorang mempersembahkan kepada TUHAN korban keselamatan sebagai pembayar nazar khusus atau sebagai korban sukarela dari lembu atau kambing domba, maka korban itu haruslah yang tidak bercela, supaya TUHAN berkenan akan dia, janganlah badannya bercacat sedikit pun.
(22:22) Binatang yang buta atau yang patah tulang, yang luka atau yang berbisul, yang berkedal atau yangberkurap, semuanya itu janganlah kamu persembahkan kepada TUHAN dan binatang yang demikian janganlah kamu taruh sebagai korban api-apian bagi TUHAN ke atas mezbah.
Binatang yang bercacat cela, yaitu buta, timpang dan sakit, jangan dipersembahkan sebagai korban api-apian di atas mezbah bagi Tuhan.
Ada 7 hari raya orang Israel, dalam setiap merayakan hari raya itu, selalu disertai dengan mempersembahkan korban api-apian bagi Tuhan.
Mari kita lihat hari raya yang KETUJUH yang harus dirayakan sampai hari ini
‘HARI RAYA KETUJUH’ / HARI RAYA PONDOK DAUN
Imamat 23: 33-36
(23:34) "Katakanlah kepada orang Israel, begini: Pada hari yang kelima belas bulan yang ketujuh itu ada hari raya Pondok Daun bagi TUHAN tujuh hari lamanya.
(23:35) Pada hari yang pertama haruslah ada pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat.
(23:36) Tujuh hari lamanya kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN, dan pada hari yang kedelapan kamu harus mengadakan pertemuan kudus dan mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN. Itulah hari raya perkumpulan, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat.
Hai raya yang ketujuh, itulah Hari Raya Pondok Daun, pada hari yang kelima belas bulan yang ketujuh, dirayakan selama tujuh hari.
Saat merayakan 7 hari raya bagi orang Israel, selalu disertai dengan mempersembahkan korban api-apian, dari binatang yang tidak bercacat cela bagi Tuhan, termasuk hari raya yang ketujuh, itulah Hari Raya Pondok Daun.
Tetapi dalam Imamat 23: 33-36, kita tidak menemukan seperti apa keadaan binatang yang dipersembahkan sebagai korban api-apian.
Bilangan 29: 12-13
(29:12) Pada hari yang kelima belas bulan yang ketujuh itu haruslah kamu mengadakan pertemuan yang kudus, maka tidak boleh kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat; haruslah kamu mengadakan perayaan bagi TUHAN, tujuh hari lamanya.
(29:13) Pada waktu itu haruslah kamu mempersembahkan sebagai korban bakaran, sebagai korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN: tiga belas ekor lembu jantan muda, dua ekor domba jantan, empat belas ekor domba berumur setahun; haruslah tidak bercela semuanya itu;
(29:17) Pada hari yang kedua: dua belas ekor lembu jantan muda, dua ekor domba jantan, empat belas ekor domba berumur setahun yang tidak bercela,
Pada hari yang ke 15, bulan ke 7, adalah Hari Raya Pondok Daun.
Pada Hari Raya Pondok Daun harus mempersembahkan korban api-apian kepada Tuhan yang baunya menyenangkan Tuhan, yaitu 13 ekor lembu jantan muda, 2 ekor domba jantan, dan 14 ekor domba berumur setahun, dan semuanya itu dari binatang yang tidak bercacat cela.
Roma 12: 1
(12:1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Oleh sebab itu, biarlah kita mempersembahkan tubuh kita ini seutuhnya kepada Tuhan, lewat ibadah pelayanan kepada Tuhan, yaitu sebagai korban persembahan yang HIDUP, KUDUS dan BERKENAN KEPADA TUHAN, sebab itulah ibadah yang sejati, ibadah yang hakiki.
Jadi dalam setiap ibadah dan melayani adalah suatu kesempatan bagi kita untuk mempersembahkan tubuh kita seutuhnya kepada Tuhan.
Kembali kita melihat Hari Raya Pondok Daun
Imamat 23: 39-42
(23:39) Akan tetapi pada hari yang kelima belas bulan yang ketujuh itu pada waktu mengumpulkan hasil tanahmu, kamu harus mengadakan perayaan bagi TUHAN tujuh hari lamanya; pada hari yang pertama haruslah ada perhentian penuh dan juga pada hari yang kedelapan harus ada perhentian penuh.
(23:40) Pada hari yang pertama kamu harus mengambil buah-buah dari pohon-pohon yang elok, pelepah-pelepah pohon-pohon korma, ranting-ranting dari pohon-pohon yang rimbun dan dari pohon-pohon gandarusa dan kamu harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, tujuh hari lamanya.
(23:41) Kamu harus merayakannya sebagai perayaan bagi TUHAN tujuh hari lamanya dalam setahun; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun. Dalam bulan yang ketujuh kamu harus merayakannya.
(23:42) Di dalam pondok-pondok daun kamu harus tinggal tujuh hari lamanya, setiap orang asli di Israel haruslah tinggal di dalam pondok-pondok daun,
Saudaraku, merayakan Hari Raya Pondok Daun itu pada hari yang kelima belas, bulan yang ketujuh, pada waktu pengumpulan hasil tanah.
Jadi, setelah selesai mengumpulkan hasil tanah, barulah Hari Raya Pondok Daun dirayakan.
Berarti Hari Raya Pondok Daun = hari raya pengumpulan hasil.
Lebih terperinci
Ulangan 16: 13
(16:13) Hari raya Pondok Daun haruslah kaurayakan tujuh hari lamanya, apabila engkau selesai mengumpulkan hasil tempat pengirikanmu dan tempat pemerasanmu.
Jelas sekali saudaraku, Hari Raya Pondok Daun dirayakan 7 hari lamanya, setelah selesai mengumpulkan hasil.
Ada 2 hasil yang harus dikumpulkan:
1. Hasil pengirikan
2. Hasil pemerasan
Keterangan:
A. Mengumpulkan hasil pengirikan
Matius 3: 12
(3:12) Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."
Saudaraku, mengumpulkan hasil pengirikan, bagaikan gandum yang dikumpulkan dalam lumbung, sedangkan debu abu dari jerami itu dibakar habis oleh api untuk selama-lamanya.
Jadi mengumpulkan hasil pengirikan yaitu mengumpulkan gandum di dalam lumbung, inilah hasil pengirikan.
Hari raya pondok daun adalah hari raya Tabernakel. Tabernakel adalah kemah Allah yang sejati, yaitu kerajaan sorga.
Gandum -> firman Tuhan.
Biarlah kehidupan kita semua penuh dengan firman Tuhan, hidup benar sesuai dengan firman Tuhan. Ketika ada pengirikan di akhir zaman, maka yang dikumpulkan adalah gandum di dalam lumbung.
Oleh sebab itu, yang masuk ke dalam kerajaan sorga adalah yang berisikan gandum, yaitu penuh dengan firman Tuhan.
Supaya dipenuhkan oleh firman Tuhan, harus melalui 2 proses
Yeremia 23: 28
(23:28) Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan gandum? demikianlah firman TUHAN.
(23:29) Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?
Proses supaya dipenuhkan firman Tuhan:
- Firman Allah seperti api
1 Korintus 3: 12-16
(3:12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,
(3:13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.
(3:14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.
(3:15) Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.
(3:16) Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
Ada 2 jenis bangunan, sekali kelak bangunan ini dibakar / diuji oleh api:
- Jenis bangunan yang PERTAMA diwakili oleh EMAS
Kalau emas dibakar oleh api, emas tetaplah emas, tidak akan pernah berubah menjadi yang lain = tahan uji.
Kalau pun diuji, dia hanya sementara mencair, tetapi emas tetaplah emas bahkan semakin diuji oleh api semakin murni.
- Jenis bangunan yang KEDUA diwakili oleh JERAMI
Kalau jerami dibakar oleh api sebagai ujian, jerami akan berubah menjadi abu = tidak tahan uji.
Abu -> keadaan manusia yang hina karena dosa kejahatan, sedangkan abu adalah makanan dari ular.
Kalau kerohanian kita terbuat dari jerami, maka akan berubah dan menjadi abu, tidak tahan uji, tidak setia.
- Firman seperti palu
Artinya: menerima firman yang keras seperti pukulan palu
Kalau hanya firman yang lucu-lucu / dongeng-dongeng, tidak akan dipenuhkan oleh firman.
Tetapi kalau terbiasa dengan firman pengajaran yang keras, maka kita akan dipenuhkan oleh firman. Sebab semakin firman itu dibukakan, maka segala sesuatu yang terselubung dalam hati akan tersingkap.
Terimalah firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, sekalipun keras seperti palu.
Kalau mau dipenuhkan firman, lalui 2 proses itu, sebab tidak ada kaitannya antara gandum dan sekam.
Inilah hasil pengirikan, yang dikumpulkan adalah gandum, bukan sekam dari jerami.
B. Mengumpulkan hasil pemerasan
Yoel 2: 24
(2:24) Tempat-tempat pengirikan menjadi penuh dengan gandum, dan tempat pemerasan kelimpahan anggur dan minyak.
Tempat pemerasan, setelah diperas, maka limpah dengan air anggur dan minyak.
PROSES PEMERASAN SUPAYA LIMPAH DENGAN AIR ANGGUR
Matius 27: 45-50
(27:45) Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.
(27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
(27:47) Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia."
(27:48) Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum.
(27:49) Tetapi orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia."
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Saudaraku, proses pemerasan air anggur terjadi ketika Yesus disalibkan di atas kayu salib.
Pada saat itu, Yesus harus meminum anggur asam.
Dalam Yesaya 5, anggur asam adalah segala dosa kejahatan, keonaran dan kelaliman, dan itu semua sudah Yesus tanggung di atas kayu salib.
Saat menaggung dosa kejahatan, keonaran dan kelaliman, Dia harus menanggung penderitaan itu seorang diri, sebab itu Yesus berkata “Eli, Eli, lama sabakhtani” .
Seringkali, ketika kita menanggung segala kelemahan, kita beberkan kepada orang lain, tetapi seharusnya kita harus terima anggur asam itu seorang diri, bagaikan Yesus ditinggalkan oleh Allah. Inilah prosesnya sehingga air anggur itu limpah.
Matius 27: 53
(27:53) Dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.
(27:54) Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
Saudaraku, kepala pasukan menikmati hasil air anggur yang manis.
Kalau kita menanggung penderitaan seorang diri, nanti orang lain yang menikmati air anggur yang manis, tetapi harus terlebih dahulu mengalami proses, yaitu menanggung penderitaan seorang diri, bagaikan Yesus ditinggalkan oleh Allah.
Lukas 23: 46-49
(23:46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.
(23:47) Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!"
(23:48) Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.
(23:49) Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu.
- Kepala pasukan limpah dengan air aggur yang manis.
- Selain kepala pasukan, mereka sebagai Kristen penonton, pulang sambil memukul-mukul dada.
Artinya: menyadari diri sebagai orang yang berdosa.
- Perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea berdiri jauh-jauh melihat semuanya itu
Melihat semuanya itu artinya: melihat Tabernakel mulai dari Pintu Gerbang, yaitu Mezbah Korban Bakaran, sampai Pintu Tirai terbelah dua, sehingga melihat Ruangan Maha Suci.
Ini air anggur yang manis, meski harus mengalami proses yang keras.
PROSES PEMERASAN SUPAYA LIMPAH DENGAN MINYAK
Keluaran 27: 20-21
(27:20) "Haruslah kauperintahkan kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu, supaya orang dapat memasang lampu agar tetap menyala.
(27:21) Di dalam Kemah Pertemuan di depan tabir yang menutupi tabut hukum, haruslah Harun dan anak-anaknya mengaturnya dari petang sampai pagi di hadapan TUHAN. Itulah suatu ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi orang Israel turun-temurun."
Untuk menghasilkan minyak dengan limpah, proses pemerasannya adalah pohon zaitun terlebih dahulu ditumbuk sampai hancur.
Kita gambarkan pohon zaitun yang ditumbuk sampai hancur ini dalam Mazmur
Mazmur 51: 19
(51:19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Jadi, pohon zaitun yang ditumbuk sampai hancur, digambarkan seperti
- jiwa yang hancur
- hati yang patah dan remuk
Seringkali jiwa kita ini hancur karena sesuatu hal dan seringkali hati kita ini patah sampai remuk, tetapi kalau itu semua diijinkan berlangsung dalam diri kita, berarti kita sedang diproses seperti pohom zaitun yang ditumbuk sampai hancur, maka dengan demikian, setelah pohon zaitun ditumbuk, pohon yang ditumbuk itu diperas dan akan menghasilkan minyak dengan limpah.
Yesaya 57: 15
(57:15) Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.
Disitulah urapan Roh Kudus menghibur, menguatkan kita, yaitu saat hati kita hancur dan remuk.
Ulangan 16: 13-15
(16:13) Hari raya Pondok Daun haruslah kaurayakan tujuh hari lamanya, apabila engkau selesai mengumpulkan hasil tempat pengirikanmu dan tempat pemerasanmu.
(16:14) Haruslah engkau bersukaria pada hari rayamu itu, engkau ini dan anakmu laki-laki serta anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, dan orang Lewi, orang asing, anak yatim dan janda yang di dalam tempatmu.
(16:15) Tujuh hari lamanya harus engkau mengadakan perayaan bagi TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih TUHAN; sebab TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala hasil tanahmu dan dalam segala usahamu, sehingga engkau dapat bersukaria dengan sungguh-sungguh.
Inilah hasil yang harus dikumpulkan supaya masuk pada pondok-pondok daun yaitu hasil pengirikan dan hasil pemerasan.
Setiap orang harus merayakan hari raya pondok daun. Sebab itu, harus aktif dalam ibadah pelayanan, tidak boleh passif, sebab siapa saja harus merayakan hari raya pondok daun.
Kesimpulan: hasil yang dikumpulkan adalah:
1. Gandum dalam lumbung
Berarti seseorang harus penuh dengan firman Tuhan
Gandum -> firman Tuhan
2. Air anggur
Berarti seseorang harus penuh dengan kasih Allah, sehingga ada sukacita
3. Minyak zaitun
Berarti seseorang harus penuh dengan urapan Roh Kudus
Minyak -> urapan Roh Kudus
Ciri-ciri orang yang merayakan hari raya pondok daun
Ulangan 16: 16
(16:16) Tiga kali setahun setiap orang laki-laki di antaramu harus menghadap hadirat TUHAN, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-Nya, yakni pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari raya Tujuh Minggu dan pada hari raya Pondok Daun. Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan hampa,
Cirinya: jangan menghadap Tuhan dengan tangan kosong
Artinya: melayani Tuhan dengan menghasilkan buah
Sebab itu, kita semua harus menghasilkan buah, sebab dengan demikian nama Tuhan dipermuliakan (Yohanes 15: 8).
Keluaran 23: 16
(23:16) Kaupeliharalah juga hari raya menuai, yakni menuai buah bungaran dari hasil usahamu menabur di ladang; demikian juga hari raya pengumpulan hasil pada akhir tahun, apabila engkau mengumpulkan hasil usahamu dari ladang.
Saudaraku, Hari Raya Pondok Daun, disebut juga pengumpulan hasil pada akhir tahun.
Untuk menghadap hadirat Tuhan, jangan dengan tangan kosong. Pada Hari Raya Pondok Daun, di akhir tahun harus ada buahnya. Secara lahiriah adalah setiap akhir tahun memberikan ucapan syukur karena sudah digembalakan oleh Tuhan selama satu tahun.
Keluaran 34: 22
(34:22) Hari raya Tujuh Minggu, yakni hari raya buah bungaran dari penuaian gandum, haruslah kaurayakan, juga hari raya pengumpulan hasil pada pergantian tahun.
Pergantian tahun = tahun baru / awal tahun, dan itupun harus dirayakan.
Pada awal tahun, ada persembahan sulung, itulah Hari Raya Pondok Daun.
Biarlah kita menghadapa Tuhan, tidak dengan tangan yang hampa, kita membawa jiwa pada Tuhan baik akhir tahun maupun awal tahun, dibawa masuk pada hari perhentian yang kekal di dalam Tabernakel yang sejati / kerajaan sorga, itulah HARI RAYA PONDOK DAUN.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
No comments:
Post a Comment