IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 26 MARET 2013
Tema: HAL
BERDOA
(Seri
37)
Subtema: MENGGUNAKAN
UKURAN KASIH KARUNIA DI TENGAH-TENGAH IBADAH PELAYANAN
Shalom.
Selamat malam,
salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena
kemurahan-Nya, kita boleh berada di dalam rumah Tuhan, beribadah melayani
Tuhan.
Segera kita
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, dari Matius 6:
5-13, namun kita hanya membaca ayat 12.
Matius 6: 12
(6:12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami,
seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
Salah satu
pokok doa yang harus kita naikkan kepada Tuhan, adalah: “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang
bersalah kepada kami”.
Artinya;
mengampuni sesama (orang lain) karena terlebih dahulu diampuni oleh Tuhan =
mengampuni karena diampuni.
Berarti,
pengampunan itu tidak boleh karena terpaksa, tidak boleh karena
kepentingan-kepentingan, tidak boleh karena ada unsur-unsur yang lain.
Mari kita lihat
tentang; PENGAMPUNAN.
Matius 18: 21
(18:21) Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada
Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia
berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
Menurut Simon
Petrus, pengampunan itu hanya sampai tujuh kali, artinya; pengampunan yang
terbatas.
Sebab;
-
Tujuh kali ->
tujuh masa = tujuh tahun.
Kalau seseorang hanya mengampuni selama tujuh tahun = pengampunan yang
terbatas.
-
Tujuh kali
-> tujuh hari = satu minggu.
Demikian juga, kalau mengampuni sesama hanya sebatas satu minggu =
pengampunan yang terbatas.
Pengampunan yang
terbatas, misalnya;
-
Mengampuni
kalau ada maunya.
-
Mengampuni
karena memandang muka.
-
Mengampuni
karena ada kepentingan-kepentingan di dalamnya.
Sekarang, mari
kita lihat; PENGAMPUNAN YANG
SESUNGGUHNYA.
Matius 18: 22
(18:22) Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata
kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh
kali.
Pengampunan
yang sesungguhnya adalah TUJUH PULUH KALI TUJUH KALI, artinya; pengampunan
tanpa batas / pengampunan yang tidak berkesudahan.
Contoh pengampunan.
YANG PERTAMA.
Matius 18: 24-27
(18:24) Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu,
dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
(18:25) Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan
hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan
segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
(18:26) Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya:
Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
(18:27) Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas
kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan
hutangnya.
Raja itu
menghapuskan / membebaskan hutang dari salah seorang hambanya. Adapun hutang
hambanya itu sebesar 10000 talenta.
10000 talenta
-> hutang yang sangat besar sekali.
Tetapi karena hambanya
itu tidak dapat melunaskan hutangnya, maka raja itu pun membebaskan hutang
hambanya yang besar itu, oleh karena belas kasih.
Sesungguhnya,
hutang hambanya yang besar itu dapat dilunaskan, bila ia menjual dirinya, serta
isterinya, anaknya dan segala sesuatu yang dia miliki, tetapi kita perhatikan
di sini, hutang yang besar itu dilunaskan sang raja, oleh karena belas kasih.
Contoh pengampunan.
YANG KEDUA.
Lukas 7: 37, 48
(7:37) Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal
sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang
makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam
berisi minyak wangi.
(7:48) Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu
telah diampuni."
Yesus mengampuni
seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa.
Banyak orang
yang berdosa, tetapi belum tentu ia terkenal, tetapi perempuan ini terkenal
karena dosanya, berarti betapa besarnya dosa dari perempuan itu.
Namun oleh
karena belas kasih, Yesus mengampuni dosa yang besar itu.
DI SISI LAIN,
SIMON SI KUSTA KEBERATAN KETIKA YESUS MENGAMPUNI PEREMPUAN YANG BERDOSA
TERSEBUT.
Lukas 7: 39
(7:39) Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat
hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu,
siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu,
bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."
Simon si kusta
berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi,
tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini”,
ini menunjukkan bahwa Simon orang Farisi merasa lebih benar, lebih suci dari
perempuan tersebut.
Itu sebabnya, dengan
berat sekali ia memberi pengampunan kepada orang yang berdosa.
Ketika Simon merasa
lebih benar, lebih suci dari perempuan tersebut; SIMON MENGGUNAKAN UKURAN
MANUSIA.
Seperti yang
sudah saya sampaikan pada minggu yang lalu; hati-hati dengan hati, pikiran dan
perasaan.
Kalau kita
menggunakan hati, pikiran dan perasaan sebagai ukuran, maka kita akan berada di
sisi Simon orang Farisi.
Bandingkan dengan; UKURAN BELAS KASIH / KASIH KARUNIA.
Lukas 7: 41-43
(7:41) "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang
pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh.
(7:42) Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia
menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan
terlebih mengasihi dia?"
(7:43) Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling
banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul
pendapatmu itu."
Kalau
menggunakan ukuran belas kasih / kasih karunia, maka perempuan tersebut penuh
dengan belas kasih atau limpah karena kasih karunia, karena dosanya yang besar
itu telah diampuni.
Buktinya: perempuan tersebut lebih mengasihi Tuhan, dari pada Simon orang Farisi (Lukas
7: 42-43).
Sekarang kita memperhatikan ...
BUKTI PEREMPUAN TERSEBUT LEBIH MENGASIHI YESUS KRISTUS.
1.
Lukas 7: 44
(7:44) Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia
berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu,
namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia
membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.
Terlebih dahulu
kita melihat dari SISI SIMON ORANG
FARISI;
Yesus masuk ke
rumah Simon orang Farisi tersebut, namun TIDAK MEMBERIKAN AIR UNTUK MEMBASUH
TANGAN DAN KAKI YESUS (menurut adat istiadat orang Yahudi).
Bukankah Yesus
diundang oleh Simon orang Farisi untuk makan di rumahnya? Sesunguhnya, ketika
Yesus diundang untuk makan di rumah orang Farisi, wajar saja tuan rumah
memberikan air untuk membasuh tangan dan kaki, tetapi itu pun tidak dilakukan oleh
Simon orang Farisi (Simon orang Farisi tidak memberikan air untuk membasuh
tangan dan kaki Yesus).
Bandingkan
dengan PEREMPUAN YANG BERDOSA;
Perempuan
tersebut MEMBASAHI KAKI YESUS DENGAN AIR MATANYA dan MENYEKANYA DENGAN
RAMBUTNYA.
Menyeka,
berarti; menghapus supaya tidak ada kotoran.
BUKTI PEREMPUAN TERSEBUT LEBIH MENGASIHI YESUS KRISTUS.
2.
Lukas 7: 45
(7:45) Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku
masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku.
Terlebih dahulu
kita melihat dari SISI SIMON ORANG FARISI;
SIMON TIDAK
MENCIUM YESUS.
Sesungguhnya
saudaraku, mencium pipi kanan dan pipi kiri adalah hal yang wajar dilakukan
oleh tuan rumah kepada tamunya, apalagi Yesus-lah yang diundang oleh Simon
orang Farisi, namun itu pun tidak dilakukan olehnya (tidak mencium Yesus).
Bandingkan
dengan PEREMPUAN YANG BERDOSA;
TIDAK
HENTI-HENTINYA PEREMPUAN TERSEBUT MENCIUM KAKI YESUS.
Perempuan
tersebut melakukan lebih dari apa yang wajar.
BUKTI PEREMPUAN TERSEBUT LEBIH MENGASIHI YESUS KRISTUS.
3.
Lukas 7: 46
(7:46) Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak,
tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.
Terlebih dahulu
kita melihat dari SISI SIMON ORANG
FARISI;
SIMON TIDAK
MEMINYAKI KEPALA (RAMBUT) YESUS.
Bandingkan
dengan PEREMPUAN YANG BERDOSA;
PEREMPUAN TERSEBUT
MEMINYAKI KAKI YESUS DENGAN MINYAK WANGI.
Kemudian, kalau
kita melihat dalam Lukas 7: 37; Ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi
minyak wangi.
Semakin minyak
itu wangi, semakin berharga / bernilai, itulah yang dipersembahkan perempuan tersebut
kepada Yesus Kristus.
Saudaraku, kalau kita perhatikan di sini, perempuan yang
terkenal sebagai orang berdosa melakukan segala sesuatunya mengarah kepada kaki
Yesus, antara lain;
-
Membasahi kaki Yesus dengan air
matanya.
-
Mencium kaki Yesus dengan tidak
henti-hentinya.
-
Meminyaki kaki Yesus (yang
sewajarnya adalah meminyaki rambut).
Perbuatan perempuan yang berdosa ini menunjukkan sikap
yang rendah hati dan luar biasa, sebab Simon (orang Farisi) sendiri tidak
melakukan yang sewajarnya kepada Tuhan, yaitu;
-
Tidak memberi air untuk membasuh
kaki dan tangan Yesus, sesuai dengan adat istiadat orang Yahudi, membasuh
tangan sebelum makan.
-
Kemudian, sebagai seorang tuan
rumah, ia tidak mencium pipi kanan kiri Yesus.
-
Serta tidak meminyaki kepala (rambut)
Yesus.
Sesungguhnya, semua itu adalah hal yang wajar, kalau
Simon melakukannya, tetapi Simon sendiri tidak melakukannya = sedikit berbuat
kasih.
Suatu kesempatan yang baik untuk melakukan yang terbaik,
ketika Simon orang Farisi mengundang Yesus untuk makan di rumahnya, namun
kesempatan itu tidak dipergunakan dengan baik.
Bagaimana dengan kita, apakah segala sesuatu yang kita
perbuat itu mengarah kepada tempat yang terendah, atau selalu mencoba-coba
meninggikan diri? Mata manusia mungkin tidak melihat apa yang saya dan saudara
perbuat, tetapi mata Tuhan melihat.
Kalau seperti Simon orang Farisi, berarti dia hanya takut
kepada manusia, tidak takut kepada Tuhan, oleh sebab itu, dia tidak menghargai
seorang nabi. Kalau seseorang menghargai seorang nabi, pasti dia selalu
mengambil posisi yang baik, yaitu merendahkan dirinya di hadapan Tuhan, ketika
mendengarkan firman.
Lukas 7: 47
(7:47) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah
diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit
diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih."
Perempuan yang terkenal sebagai orang berdosa itu banyak berbuat kasih,
karena dosanya yang banyak itu telah diampuni.
Perempuan berdosa itu lebih banyak berbuat kasih, dari pada Simon orang Farisi
= perempuan tersebut lebih mengasihi Tuhan dari pada Simon orang Farisi.
Kemudian, orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih,
seperti Simon orang Farisi, oleh sebab itu, kalau kita merasa orang yang paling
berdosa dari pada orang lain, maka kita pasti lebih mengasihi Tuhan (lebih
banyak berbuat kasih) dari pada orang lain, karena dosa kita yang paling besar
itu telah diampuni oleh Tuhan.
Sama seperti apa yang ditanyakan oleh Yesus kepada Simon
orang Farisi; “Ada dua orang yang
berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar,
yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia
menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan
terlebih mengasihi dia?”
Simon orang Farisi mengetahui jawabannya dan berkata: “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan
hutangnya” (Lukas 7: 41-43).
Demikian halnya dengan perempuan tersebut, dia lebih
mengasihi Tuhan dari pada Simon orang Farisi.
SEDIKIT KESAKSIAN.
-
Suatu kali saya diundang melayani
oleh seorang gembala sidang (di Semarang) yang memiliki dua gereja, di salah
satu gereja itu adalah seorang yang dituakan, tetapi sepanjang saya
menyampaikan firman Tuhan, tidak sedikit pun ia meresponi apa yang saya
sampaikan, ia tidak menghargai firman nubuatan, maka otomatis ia tidak
menghargai yang menyampaikan firman (tidak menghargai nabi).
Setelah saya
telusuri, ternyata; dahulu dia berlaku sombong terhadap seorang hamba Tuhan
yang memulai pelayanan di rumahnya, dan sampai sekarang orang tersebut masih
sombong.
-
Ada seorang hamba Tuhan yang
bercerita, bahwa dia membuka suatu pelayanan (di Sulawesi), di rumah salam satu
anak Tuhan. Mereka beribadah di rumah orang tersebut, tetapi orang tersebut tidak
sedikit pun memberi penghormatan kepada hamba Tuhan tersebut, bahkan ia
menganggap diri lebih dewasa rohani, lebih mengerti firman, dan lebih bisa
berkotbah, sampai pada akhirnya, di belakang hamba Tuhan tersebut, ia menghasut
sidang jemaat. Dan masih banyak lagi kesaksian.
Itulah pribadi dari Simon orang Farisi; tidak menggunakan
kesempatan yang sebesar-besarnya dengan baik, karena dia menggunakan ukuran
manusia, sehingga tidak memperoleh kasih karunia.
Berbeda dengan perempuan yang berdosa tersebut, akhirnya
dia hidup oleh karena kasih karunia, sehingga ia limpah kasih karunia / penuh
dengan belas kasih.
Perlu diketahui; kalau seseorang sombong / tidak mampu
merendahkan diri, tidak bisa mengampuni, maka Tuhan tidak mengampuni. Kalau
Tuhan tidak mengampuni, maka seseorang tetap dalam dosanya, dan kalau seseorang
tetap dalam dosanya, maka ia tidak dapat mewarisi kerajaan sorga, bersama
dengan anak janji.
Sekarang pertanyaannya; MENGAPA PEREMPUAN YANG BERDOSA TERSEBUT MELAKUKAN SEGALA SESUATUNYA
MENGARAH KEPADA KAKI YESUS?
1 Korintus 15: 25
(15:25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah
meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.
Allah telah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki Yesus,
sedangkan musuh yang terakhir adalah maut.
Dalam suratan Roma, dikatakan; upah dosa adalah maut.
Tindakan dari perempuan tersebut begitu luar biasanya, ia
menuntaskan segala sesuatunya di bawah kaki Yesus, dia membereskan segala
sesuatunya di bawah kaki Yesus, dia menyelesaikan segala sesuatunya di bawah
kaki Yesus.
Biarlah kita menyelesaikan segala perkara, sampai tuntas,
yaitu membawa diri rendah di bawah kaki Tuhan.
Malam hari ini, kita membawa diri rendah di bawah kaki
Yesus, sebab Dialah Raja di atas segala raja, yang memegang pemerintahan,
sedangkan kemuliaan seorang raja terletak pada kuasa dan otoritasnya. Biarlah
kita gunakan ukuran kasih karunia, jangan menggunakan ukuran manusia (hati,
pikiran dan perasaan manusia). Terpujilah Tuhan kekal sampai selama-lamanya,
karena kasih-Nya hebat atas kita. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment