IBADAH RAYA MINGGU, 22 MARET 2015
Tema: JEMAAT
DI FILADELFIA (dari Wahyu 3: 7-13)
(Seri )
Subtema: malaikat jemaat
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam di
dalam kasih Kristus, dengan kasih sayang & kasih setia Tuhan yang abadi kita
dimungkinkan beribadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
Kita telah menikmati pemberitaan firman Tuhan
dari Ibadah Raya Minggu mengenai jemaat di Filadelfia. Ayat demi ayat, satu
persatu kita sudah perhatikan, dan barangkali kita diberkati oleh firman Tuhan,
biarlah kiranya firman itu tidak berlalu begitu saja, tetapi menjadi rema bagi
kita semua, dan bila Tuhan ijinkan kita akan mencetak buku mengenai jemaat di Filadelfia.
Tiba saatnya kita memperhatikan jemaat di Laodikia
dari Wahyu 3:14-22, namun pembacaan
ayat 14
Wahyu 3:14
(3:14) "Dan
tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin,
Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah:
“Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia” artinya; Tuhan menyampaikan firman-Nya melalui / dengan
perantaraan malaikat jemaat yaitu
gembala sidang.
Berarti, gembala sidang harus bertanggung
jawab penuh terhadap kawanan domba.
Seorang gembala tidak boleh melayani dengan
asal-asalan, melayani karena kepentingan pribadi, loba. Seorang hamba Tuhan
melayani tanpa ketulusan, tidak akan menyampaikan firman Tuhan tentang
ketulusan, karena sama dengan menunjukkan kebodohannya. Bagi saya tidak
jadi soal, sekalipun saya masih kurang- kurang, saya tetap menyampaikan firman Tuhan tentang seorang hamba Tuhan (malaikat jemaat) yang harus bertanggung jawab terhadap kawanan domba
Allah.
Kehadiran dari gembala sangat penting bagi
domba-domba, supaya domba-domba tidak mengalami / dirundung duka, sebab gembala
harus memberikan rumput hijau dan air minuman serta perlindungan bagi
domba-domba.
Sekarang kita melihat, gembala yang baik.
Yohanes 10:11-15
(10:11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
(10:12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan
yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang,
meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan
mencerai-beraikan domba-domba itu.
(10:13) Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak
memperhatikan domba-domba itu.
(10:14) Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku
(10:15) sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal
Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.
Gembala yang baik, bertanggung jawab terhadap
kawanan domba Allah, berarti; memperhatikan kawanan domba dalam segala perkara
sekecil apapun.
Sebagai bukti gembala yang baik;
-
Gembala
yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; artinya; sangkal diri, pikul salib.
Sejak
saya memulai pelayanan di provinsi Banten ini, saya harus menyangkal diri dan
pikul salib. Saya tidak tahu keadaan melayani di provinsi Banten ini, tidak tahu
tempat mana yang harus saya tuju, tetapi saya terus mengikuti rencana
Tuhan.
Pada
waktu saya dibawa ke suatu tempat yang penduduknya primitif, terpencil dan
tidak ada orang Kristen, saya tetap mengikuti walaupun akhirnya diusir dari
tempat itu karena status sebagai seorang hamba Tuhan (menganut agama
Kristen). Kemudian saya di bawa ke salah satu
perumahan di Cilegon, disana saya ditolak oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab, saya tetap mengikuti dan akhirnya bertemu dengan suatu keluarga
untuk dilayani, dan juga harus sangkal diri pikul salib.
Seorang
gembala harus menyerahkan nyawanya, sangkal diri pikul salib. Bertanggung jawab
terhadap kawanan domba Allah dalam kandang penggembalaan yang sudah Tuhan
percayakan. Seorang gembala bukan hanya berdiri di atas mimbar, tetapi harus
bertanggung jawab. Seorang hamba Tuhan yang bertanggung jawab sering sekali makan
hati. Kalau seorang gembala tidak mampu bertanggung jawab, ia tidak dapat
memberi makan minum kawanan domba.
-
Aku
mengenal domba-domba-Ku berarti; mengerti keadaan domba-domba bahkan turut
merasakannya
Domba-domba-Ku
mengenal gembala, artinya; domba-domba mengenal suara gembala dan mengikutinya.
Sejauh
ini kita telah digembalakan oleh firman pengajaran mempelai dan betul-betul
mengenalnya, karena ciri-ciri dari firman pengajaran mempelai; menyucikan dosa
sampai serupa dengan gambaran
Allah / sama mulia dengan Allah dan membawa masuk dalam pembentukkan tubuh
Kristus yang sempurna, menjadi pengantin perempuan, inilah sasaran akhir dari
ibadah pelayanan di atas muka bumi ini.
Sesuai
dengan pernyatann Rasul Paulus dalam 2
Korintus 11:2-3, mempertunangkan sidang jemaat kepada satu laki-laki berarti firman pengajaran mempelai membawa
masuk dalam pesta nikah Anak Domba.
Sebab
itu seorang gembala tidak takut dilibatkan dalam segala perkara yang dihadapi
oleh sidang jemaat. Gembala sidang harus menjadi contoh teladan sehingga domba
– domba mengikuti contoh teladan itu. Gembala mengenal domba dan sebaliknya domba-domba
mengenal gembala luar dan dalam.
Saat
keberadaan seseorang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan dan firman
Allah menunjuk kesalahan sebaiknya jangan lekas tersinggung,
sebab itu adalah hati seorang gembala, dengan
kata lain ia sedang mempelihatkan isi hatinya, supaya sidang jemaat mengenalnya
sebagai gembala yang bertanggung jawab.
Saya
sering memberi masukan kepada sidang jemaat baik di Serang maupun di Cilegon,
ada yang mendengar nasihat, tetapi ada juga yang menolaknya.
Itulah
gembala yang baik. Sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, tidak
memperhatikan kawanan domba, apabila serigala datang, ia lari sehingga kawanan
domba tercerai-berai = membiarkan kawanan domba itu menjadi liar, bahkan tidak
terkendali.
Ciri – ciri gembala yang bertanggung jawab;
Wahyu 1:16, 20
(1:16) Dan di tangan
kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah
pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang
terik.
(1:20) Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat
pada tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah
malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat."
“Di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang” artinya; gembala sidang adalah tangan kanan Tuhan,
kepercayaan Tuhan.
Perlu saya sampaikan juga kepada saudara,
belajarlah menghargai kepercayaan Tuhan.
Pertanyaannya: APA YANG DIPERCAYAKAN KEPADA
TUJUH BINTANG / GEMBALA SIDANG?
Sebilah pedang tajam bermata dua. Ini yang dipercayakan Tuhan kepada gembala sidang untuk
selanjutnya disampaikan kepada sidang jemaat.
Ibrani 4:12
(4:12) Sebab firman Allah
hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh,
sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati
kita.
Pedang tajam bermata dua adalah; firman Allah.
Karakteristik dari firman Allah / sebilah
pedang tajam bermata dua.
Yang pertama
-
Hidup, artinya;
firman Allah berkuasa memberi pertumbuhan rohani yang sehat. Tanpa pertumbuhan
berarti tidak hidup, sebab kalau hidup memberi pertumbuhan rohani yang sehat.
-
Kuat. Kekuatan
firman Allah digambarkan seperti palu.
Yeremia
23:28-29
(23:28) Nabi yang beroleh mimpi, biarlah
menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah
menceritakan firman-Ku itu dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan
gandum? demikianlah firman TUHAN.
(23:29) Bukankah firman-Ku seperti api,
demikianlah firman TUHAN dan seperti palu
yang menghancurkan bukit batu?
Firman
itu seperti palu yang menghancurkan bukit batu. Sekeras apapun bukit batu di
dalam hati seseorang dapat dihancurkan kalau ia mau menerimanya. Pada dasarnya
manusia itu keras hati, sampai digambarkan bukit batu. Tetapi kita sekalian mau
membuang bukit batu itu, buktinya; kita mau datang beribadah kepada Tuhan saat
ini.
YANG KEDUA
“Menusuk amat dalam” = pelayanan roh. Sebaliknya, kalau menyampaikan firman
Allah hanya bagian kulit-kulit = pelayanan tubuh.
Oleh sebab itu biasakanlah diri dikoreksi lewat
sebilah pedang, dan jangan mudah tersinggung.
Pelayanan roh
sanggup memisahkan tiga perkara:
-
memisahkan jiwa dan roh.
Perlu
diketahui dengan baik; jiwa dan roh manusia adalah motor penggerak tubuh. Jadi
pergerakan dari tubuh itu tergantung jiwa dan rohnya. Kalau jiwa dan roh
dikuasai roh jahat, roh najis, memberontak, maka pergerakannya / tindakannya juga sama.
Tetapi
disini kita melihat pelayanan roh sanggup menyucikan semua itu.
- memisahkan sendi-sendi dan sum-sum, artinya; sanggup menyucikan dosa yang bersembunyi
dicelah-celah (sendi-sendi) dan dibalik kekerasan hati / kebenaran diri
sendiri, seperti sum-sum di dalam tulang yang putih dan keras.
-
membedakan pertimbangan dan pikiran hati.
Manusia
mempunyai pertimbangannya sendiri dan pikiran hati, apabila pertimbangan dan
pikiran hati tidak beres, firman Tuhan sanggup membedakannya, asal kita mau.
Saya
mau sampaikan, dengarlah baik-baik firman ini, bertindaklah dengan tulus,
artinya; bertindaklah sesuai dengan firman. Jangan bertindak sesuai hati dan
pikiran manusia daging. Tuhan memberitahu dengan baik dan jelas kepada kita
semua hal kebenaran dengan limpah, tetapi kadang kita membuatnya menjadi kabur.
Tiga perkara di atas tidak dapat dilihat oleh
mata manusia, namun pedang yang tajam bermata dua berkuasa
untuk menyucikan dosa dari tiga perkara tersebut = penyucian manusia batiniah =
pelayanan roh.
Berarti, pelayanan roh berkuasa untuk
menjadikan segala sesuatu menjadi baru / terjadi pembaharuan manusia batiniah,
manusia bagian dalam yaitu; keadaan manusia yang tidak dapat dilihat oleh mata
manusia.
2 Korintus 3:6
(3:6). Ialah membuat kami
juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu
perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari
Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.
Pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru =
pelayanan roh = pelayanan menghidupkan, sedangkan pelayanan tubuh = pelayanan
yang mati = binasa.
2 Korintus 3:18
(3:18) Dan kita semua
mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena
kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang
semakin besar.
Pelayanan Roh membawa kita kembali serupa
dengan gambar-Nya = sama mulia dengan Allah.
Ibrani 4:13
(4:13) Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi
di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang
dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan
pertanggungan jawab.
“Segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia”, artinya; tidak ada seorang manusia yang sanggup
menutup-nutupi dosanya. Karena segala sesuatu telanjang dihadapan Tuhan, untuk
apa kita menutup-nutupi dosa lagi? Kalau memang Tuhan tahu segala sesuatunya?
Dampak negatif menolak pedang tajam bermata
dua:
Matius 18:15-17
(18:15) "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah
dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah
mendapatnya kembali.
(18:16) Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah
seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi,
perkara itu tidak disangsikan.
(18:17) Jika ia tidak mau mendengarkan mereka,
sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan
jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang
tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Apabila seseorang berbuat dosa, maka dia
harus ditegor di bawah empat mata, jika ia tidak mendengarkan, maka haruslah
membawa seorang atau dua orang saksi, supaya atas keterangan dua atau tiga
orang saksi, perkara itu tidak disangsikan, jika ia tidak mau mendengarkan, bawalah
perkara tersebut kepada jemaat, jika tidak mendengarkan juga maka dia dianggap sebagai orang
yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Pemungut cukai; pikiran dan hatinya hanya kepada uang.
Seorang yang tidak mengenal Allah = tidak
menghargai ibadah dan pelayanan.
Mari kita lihat seorang yang tidak menghargai
ibadah dan pelayanan
1 Samuel 25:25
(25:25) Janganlah kiranya tuanku mengindahkan Nabal,
orang yang dursila itu, sebab seperti
namanya demikianlah ia: Nabal namanya dan bebal
orangnya. Tetapi aku, hambamu ini, tidak melihat orang-orang yang tuanku
suruh.
Nabal tidak beribadah kepada Tuhan sehingga
ia mengecilkan ibadah dan pelayanan, sebagai bukti;
- Nabal
namanya dan bebal orangnya.
Bebal
= kebodohan.
Dalam
kitab Amsal dikatakan; “lebih baik bertemu seekor beruang yang kehilangan anaknya
dari pada seorang yang bebal.”
- Nabal adalah orang dursila berarti; tidak mau
mendengarkan perkataan orang lain.
Anak-anak imam Eli, mereka juga disebut
orang-orang dursila, mereka tidak mau mendengarkan perkataan imam Eli, ayahnya,
sehingga anak-anak imam Eli, Hofni & Pinehas, tidak menghargai korban
sembelihan yang dipersembahkan oleh bangsa Israel, mereka merampas korban
sembelihan, merampas apa yang dipersembahkan di atas mezbah & mengambil apa
yang menjadi miliknya Tuhan, yaitu segala lemak.
Selain itu, mereka juga tidur dengan
perempuan-perempuan di depan kemah pertemuan, mereka menajiskan rumah Tuhan.
Bukti bahwa Nabal orang dursila dan bebal:
1 Samuel 25:10-11
(25:10) Tetapi Nabal menjawab anak buah Daud itu,
katanya: "Siapakah Daud? Siapakah anak
Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-hamba yang lari dari tuannya.
(25:11) Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan
hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk memberikannya
kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka datang?"
Nabal berkata; “Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada
banyak hamba-hamba yang lari dari tuannya”, perkataannya itu menunjukkan
bahwa Nabal mengecilkan Daud, seorang gembala yang dipilih Tuhan untuk menggembalakan Israel, umat
Allah dengan ketulusan hatinya.
Dampak positif menghargai pedang tajam bermata dua:
2 Timotius 3:16
(3:16) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Yang pertama; bermanfaat untuk mengajar.
Berarti menjadi guru bagi orang yang mau
diajar, sedangkan orang yang mau diajar disebut murid.
Yohanes 28:16-20
(28:16) Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke
bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.
(28:17) Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi
beberapa orang ragu-ragu.
(28:18) Yesus mendekati mereka dan berkata:
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
(28:19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
(28:20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman."
Amanat agung; “jadikanlah semua bangsa murid-Ku” dan semua bangsa diajar untuk
melakukan firman Tuhan yang disampaikan kepada 12 murid, inilah yang menjadi
kerinduan Tuhan.
Yohanes 8:31-32
(8:31) Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang
percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah
murid-Ku
(8:32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
Seorang murid mengetahui kebenaran dan
kebenaran itu yang akan memerdekakan murid.
Sebaliknya, kalau seseorang tidak
dengar-dengaran ia tidak akan pernah merdeka, akan terus disitu dalam kubangan
yang sama.
Yang kedua; bermanfaat antuk menyatakan kesalahan.
Jadi jangan heran kalau firman Allah memperlihatkan
segala pelanggaran-pelanggaran dan dosa kejahatan, tidak perlu tersinggung saat
firman Tuhan menyatakan kesalahan seseorang, bagaikan ditelanjangi, sampai
mengalami rasa malu. Selanjutnya bagaimana tindakan kita saat mengalami rasa
malu itu, apakah mau menerimanya dan mengakuinya, sehingga masalah selesai?
Atau bertindak dengan cara menutup-nutupi (tidak mengakui)?
Saat Adam dan Hawa melanggar hukum Allah /
telanjang justru menutupi ketelanjangan
itu dengan kebenaran diri sendiri. Ini tindakan yang salah. Kalau ketelanjangan
terus ditutup-tutupi dengan kebenaran diri sendiri, masalah tidak akan selesai,
sehingga pada akhirnya mereka diusir dari taman Eden.
Yang ketiga; bermanfaat memperbaiki kelakuan.
Saudaraku, hanya firman Allah yang sanggup
memperbaiki kelakuan manusia, sehebat-hebatnya manusia ia tidak akan bisa
merubah kelakuannya sendiri, orangtua, adik, kakak, saudara, tidak sanggup
mengubah kelakuan seseorang. Kemudian, sepintar-pintarnya seorang motivator pun tidak
sanggup mengubah seseorang, hanya firman Allah saja yang sanggup merubah tabiat
manusia.
Yang keempat; bermanfaat mendidik orang dalam kebenaran.
Ibrani 12:4-8
(12:4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum
sampai mencucurkan darah.
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara
kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
(12:6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya,
dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
(12:7) Jika kamu harus menanggung
ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak
yang tidak dihajar oleh ayahnya?
(12:8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang
harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
Jika seseorang harus menanggung ganjaran,
berarti ia adalah anak dihadapan-Nya, sebaliknya jikalau seseorang bebas dari
ganjaran, maka ia bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang (anak yang lahir di
luar nikah).
Oleh sebab itu sebagai anak-anak Tuhan;
-
Janganlah anggap
enteng didikan (firman) Tuhan.
-
Janganlah putus asa
apabila engkau diperingatkan-Nya.
Putus
asa bukan saja; tidak mendapat pekerjaan (nganggur) sehingga putus asa. Diam,
terlihat seperti dengar-dengaran, tetapi menolak firman Tuhan, tidak mau
berubah = putus asa.
Tuhan mendidik kita, berarti harus menerima
didikan dan ganjaran. Kalau Tuhan masih mendidik dan memperhatikan kita itu
tanda bahwa kita penting dihadapan Tuhan.
Tuhan menunjukkan jati diri-Nya kepada kita
supaya kita mengenal Tuhan dan Tuhan mengenal kita.
Pertanyaannya; siapakah yang mau menghargai / menerima pedang tajam bermata dua?
Ibrani 4:7-11
(4:7) Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu
"hari ini", ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan
perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika kamu
mendengar suara-Nya, janganlah keraskan
hatimu!"
(4:8) Sebab, andaikata Yosua telah membawa mereka masuk
ke tempat perhentian, pasti Allah tidak akan berkata-kata kemudian tentang
suatu hari lain.
(4:9) Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari
ketujuh, bagi umat Allah.
(4:10) Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat
perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama
seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya.
(4:11) Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke
dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena mengikuti contoh
ketidaktaatan itu juga.
Mereka itu adalah orang yang tidak lagi
mengeraskan hati, yaitu orang yang mau masuk ketempat perhentian Allah, itulah hari
ketujuh. Masuk pada hari perhentian tujuannya; untuk beribadah kepada Tuhan
Allah, sehingga kalau seseorang dengan sengaja meninggalkan ibadah = mengikuti
contoh ketidaktaan bangsa Israel / keras hati.
Selanjutnya, pada hari perhentian itu (hari
ketujuh) Tuhan memperkenalkan pedang tajam bermata dua / hukum-hukum Allah yang
sangat bermanfaat.
2 Timotius 3:11-13
(3:11) Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan
sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra.
Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya.
(3:12) Memang setiap
orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,
(3:13) sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah
jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.
Orang yang mau beribadah kepada Tuhan akan
menderita aniaya / rela menanggung banyak penderitaan = sengsara salib, yaitu;
menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung.
Saya paling sedih apabila melihat sidang
jemaat meninggalkan ibadah dan pelayanan hanya karena perkara lahiriah. Untuk
apa seseorang memiliki seisi dunia ini kalau ia harus kehilangan nyawanya (Matius 16:24-25).
2 Timotius 3:14-15
(3:14) Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada
kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.
(3:15) Ingatlah juga
bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat
kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus
Yesus.
Inilah perkara yang harus diperhatikan, yaitu
selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya. Demikianlah Timotius dari
sejak kecil sudah mengenal kitab suci / kebenaran, yang berguna; untuk memberi
hikmat, dan menuntun kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus.
Fungsi hikmat; dapat membedakan antara yang
baik dan yang jahat.
Sehingga akhirnya...
2 Timotius 3:16-17
(3:16) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
(3:17) Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Akhirnya kita diperlengkapi untuk setiap
perbuatan baik. Inilah bagian dari orang-orang yang mau menghargai sebilah
pedang tajam bermata dua (firman Allah) ditengah-tengah ibadah dan pelayanan kepada
Tuhan.
Apakah perbedaan anak Tuhan dan bukan anak
Tuhan? Anak Tuhan sudah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik, sehingga
tidak kaku untuk berbuat baik, saling mendahului memberi hormat, ramah kepada
setiap orang dan tidak memandang muka di tengah-tengah ibadah pelayanan kepada
Tuhan.
Tuhan sudah menempatkan ketujuh bintang /
malaikat jemaat yaitu gembala sidang untuk menggembalakan sidang jemaat sebagai
kawanan domba Allah, sehingga sidang jemaat mengetahui isi hati Tuhan / firman
Tuhan lewat malaikat jemaat / gembala sidang yang telah menerima firman Allah. Oleh
sebab itu, belajarlah untuk menghargai tangan kanan Tuhan, itulah malaikat jemaat, tujuh
bintang ditangan kanan-Nya.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI
PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment