Ibadah
raya minggu, 31 januari 2016
“wahyu pasal empat”
(Seri 03)
Subtema : MEMBUAT TABUT PERJANJIAN
Shalom...!
Selamat
malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus, oleh karena
kasih-Nya kita dapat melangsungkan ibadah raya Minggu disertai dengan
kesaksian.
Kita
kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk ibadah raya Minggu dari Wahyu pasal 4.
Wahyu
4:1
(4:1)
Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga
dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi
sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang
harus terjadi sesudah ini.
“Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga”.
Kemudian Tuhan menunjukkan segala sesuatu yang akan terjadi kepada Rasul
Yohanes. Itu pada ayat yang pertama, ini telah saya sampaikan pada minggu lalu
dan dua minggu yang lalu.
Sekarang kita fokus memperhatikan
ayat yang kedua...
Wahyu
4:2
(4:2)
Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan
di takhta itu duduk Seorang.
Pada
saat pintu sorga terbuka rasul Yohanes melihat; “sebuah takhta terdiri di sorga”.
Kalau
dikaitkan dalam pola Tabernakel itu terkena pada tabut perjanjian.
Mari
kita melihat ayat yang sama...
Wahyu
11:19
(11:19)
Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut
perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan
gempa bumi dan hujan es lebat.
Maka
terbukalah bait suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian
Allah di dalam bait suci.
Ada
kesamaan, antara Wahyu 4:2 dengan Wahyu 11:19, jadi saya mempunyai
keberanian mengatakan bahwa “sebuah
takhta terdiri di sorga” itu menunjuk kepada tabut perjanjian.
“Tabut
Allah, yang disebut dengan nama TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas
kerubim....”(2
Sameul 6:2).
Kesimpulannya:
Tabut Allah adalah takhta Allah.
Keluaran 25:22
(25:22)
Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian
itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara
dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk
disampaikan kepada orang Israel."
Dapatlah
kita mengambil suatu kesimpulan bahwa, di atas tabut perjanjian: Allah
berhadirat, berfirman dan memerintah umat-Nya.
Jadi
betul-betul tabut perjanjian adalah takhta Allah.
Keluaran
25:10
(25:10) "Haruslah
mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah
hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya.
Di
sini kita perhatikan kalimat; “Haruslah
mereka membuat tabut dari kayu penaga.”
Jadi ada suatu perintah yang harus dikerjakan oleh
bangsa Israel dihadapan Tuhan yaitu; membuat tabut perjanjian dihadapan Allah.
Perintah ini juga harus kita kerjakan dan harus kita perbuat dihadapan Tuhan
dengan sungguh-sungguh, karena hari-hari ini adalah hari-hari terakhir.
Matius 18:18-20
(18:18) Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga
dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.
(18:19) Dan lagi Aku
berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta
apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
(18:20) Sebab di mana dua atau tiga orang
berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."
“Dua atau tiga orang
berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Allah bertakhta
di situ Allah diam di tengah-tengah mereka.
Lewat perkumpulan ibadah raya Minggu ini Allah betakhta, diam di
tengah-tengah kita dan berhadirat di antara kita.
Berarti ibadah adalah suatu keharusan yang harus kita kerjakan yang tidak
boleh dibantah oleh apapun, biar Setan sekalipun tidak bisa. Ini pekerjaan yang
harus kita kerjakan tidak boleh tidak.
Saya mau bertanya; siapa yang mau mengerjakan apa yang di perintahkan
oleh Tuhan?
Kita lebih dari dua tiga orang, lewat perkumpulan ibadah raya Minggu inilah
Tuhan berhadirat dan bertakhta, Tuhan ada di tengah-tengah / di antara kita
sekalian.
Tetapi bukan hanya ibadah raya Minggu saja, juga ibadah pendalaman Alkitab
dan ibadah doa penyembahan. Pendeknya, tekun dalam tiga macam ibadah pokok
harus kita perbuat dan kerjakan bagi Allah tidak bisa tidak.
Mari kita melihat..
Yesaya 30:1
(30:1) Celakalah anak-anak
pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang
bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan
Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah,
Memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh Tuhan= ibadah
buatan tangan manusia.
Kalau kita membuat tabut perjanjian, mengerjakan ibadah dihadapan
Tuhan harus dengan dorongan Roh Kudus.
Dua tiga orang berkumpul di dalam nama Tuhan Yesus = beribadah oleh dorongan
Roh Tuhan.
Kita berkumpul bukan untuk mencari perkara-perkara lahiriah atau karena
kepentingan pribadi = sesuatu hal yang tidak ada kaitannya dengan Tuhan, ibadah
semacam ini bukan didorong oleh Roh kudus. Tuhan tidak berkenan dengan ibadah
yang seperti ini.
Mari kita melihat ibadah yang
bukan dorongan Roh Tuhan...
Matius 23:1-2
(23:1) Maka berkatalah
Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:
(23:2) "Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.
“Ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa”
Artinya; ahli Taurat dan orang-orang Farisi melayani namun masih
berada di bawah hukum Taurat.
Hukum Taurat berarti “mata ganti
mata, gigi ganti gigi” = kejahatan dibalas dengan kejahatan, mengasihi sesama
tetapi membenci musuh.
Kemudian mereka menjalankan ibadahnya secara lahiriah saja,
liturgis=ibadah rutinitas.
Sesuai dengan Matius 11 “mulut memuliakan Tuhan tetapi hatinya jauh
dari Tuhan” = tubuh jasmani dipersembahkan kepada Tuhan tetapi manusia batin
/ dalamnya, jauh dari Tuhan.
Kelemahan-kelemahan dari
ibadah Taurat.
Matius 23:3-7
(23:3) Sebab itu turutilah
dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu
turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak
melakukannya.
(23:4) Mereka mengikat
beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri
tidak mau menyentuhnya.
(23:5) Semua pekerjaan
yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali
sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;
(23:6) mereka suka duduk
di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat;
(23:7) mereka suka
menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.
Yang pertama.
- Ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengajarkan firman Tuhan tetapi
tidak melakukannya.
- Ahli Taurat mengerti firman tetapi tidak menjadi pelaku firman.
Yang kedua.
Selanjutnya “mereka mengikat
beban-beban berat, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya” artinya; tidak terbeban terhadap pekerjaan
Tuhan.
Saudaraku, penyangkalan pertama dari Simon Petrus adalah pura-pura
tidak tahu, tahu tetapi pura-pura tidak tahu, jangan sampai seperti itu, berbahaya
jikalau seorang hamba Tuhan hidup seperti ini.
Kalau sudah melihat pekerjaan Tuhan belajar untuk terbeban. Sebab ada
ayat mengatakan; muliakanlah Tuhan dengan hartamu, dengan tubuhmu dan juga
dengan buah sulung.
Yang ketiga.
Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat
orang lain = persekutuan tetapi yang bukan oleh dorongan Roh Kudus, sehingga dua hal mereka lakukan;
- “Mereka memakai tali
sembahyang yang lebar.”
Tali sembayang di buat lebar-lebar dengan maksud
supaya orang lain melihat.
- “Jumbai yang panjang.”
Pakaian dari imam besar terbuat dari baju efod
dengan lima warna.
Kalau jumbainya panjang berarti lenan halus
sebagai dasar dari pakaian imam besar tidak terlihat, sudah tidak sesuai dengan
aturan Tuhan, menyalahi aturan Tuhan = tanpa kebenaran ... Wahyu 19:8.
Hati-hati, imam-imam yang melayani harus mematuhi
aturan, tidak boleh dengan aturan sendiri.
Adam dan Hawa di tempatkan di taman Eden untuk
memelihara dan mengusahakan taman Eden, syaratnya; harus menuruti aturan yang
ada, sebab itu Allah berfirman semua pohon dalam taman ini boleh kamu makan dengan
bebas tetapi buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat jangan kamu
makan, itu adalah aturannya.
Kita menjalankan ibadah dan pelayanan dalam
kandang pengembalaan di GPT “Betania” Serang dan Cilegon harus dengan aturan. Melayani
hanya untuk di lihat oleh orang lain = ibadah yang bukan oleh dorongan Roh
Kudus.
Yang keempat.
Kemudian ahli Taurat dan orang Farisi di tengah pelayanan mereka:
-
“Suka menerima penghormatan di pasar.”
-
“suka dipanggil rabi.”
Oleh
sebab itu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dalam setiap pertemuan ibadah,
mereka suka duduk di tempat yang paling depan, tapi sayangnya tidak mampu memberi
contoh teladan, justru membebani orang lain = ibadah lahiriah = persekutuan
yang bukan oleh dorongan Roh Kudus, Allah tidak bertakhta di sana, Allah tidak
berhadirat di sana, Allah tidak berada di tengah-tengah mereka.
Kita
kembali memperhatikan...
Yesaya
30:1
(30:1)
Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan
suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang
bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah,
Memasuki
suatu persekutuan yang bukan oleh dorongan Roh Kudus, disebutlah anak-anak pemberontak.
Pemberontak
= dikuasai roh pendurhakaan.
Mari
kita lihat pemberontak itu ....
Bilangan
16:1-2
(16:1) Korah bin Yizhar
bin Kehat bin Lewi, beserta Datan dan Abiram, anak-anak Eliab, dan On bin
Pelet, ketiganya orang Ruben, mengajak orang-orang
(16:2)
untuk memberontak melawan Musa, beserta dua ratus lima puluh orang Israel,
pemimpin-pemimpin umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya
orang-orang yang kenamaan.
Korah,
Datan, Abiram dan On beserta 250 orang pemimpin-pemimpin Israel yang kenamaan, mengadakan
suatu persekutuan.
Bilangan
16:3
(16:3)
Maka mereka berkumpul mengerumuni Musa dan Harun, serta berkata kepada
keduanya: "Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang
kudus, dan TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu
meninggi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?"
Kumpulan / persekutuan ini memberontak kepada
Musa = persekutuan yang bukan oleh dorongan Roh Kudus.
Bilangan 16:8-10
(16:8) Lalu berkatalah
Musa kepada Korah: "Cobalah dengar, hai orang-orang Lewi!
(16:9) Belum cukupkah
bagimu, bahwa kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat Israel dan
diperbolehkan mendekat kepada-Nya, supaya kamu melakukan pekerjaan pada Kemah
Suci TUHAN dan bertugas bagi umat itu untuk melayani mereka,
(16:10) dan bahwa engkau diperbolehkan
mendekat bersama-sama dengan semua saudaramu bani Lewi? Dan sekarang mau pula
kamu menuntut pangkat imam lagi?
Korah
menuntut pangkat imam sekalipun Tuhan sudah memberi kepercayaan kepada mereka
(bani Lewi) untuk melayani di ruangan suci bersama dengan imam-imam.
Diberi
kesempatan untuk melayani adalah suatu kemurahan Tuhan, tetapi masih menuntut
pangkat imam, berarti meninggi-ninggikan diri, inilah jadinya kalau ibadah itu
berjalan bukan karena dorongan Roh Kudus. Mereka memberontak tujuannya hanya
menuntut pangkat imam / meninggi-ninggikan diri. Sesungguhnya bani Lewi telah
dipisahkan dari dua belas suku Israel untuk melayani Tuhan, tetapi masih tetap
menuntut pangkat imam berarti meninggi-ninggikan diri. Kalau kita menjalankan suatu
ibadah yang bukan oleh dorongan Roh Kudus, itu mengandung resiko tinggi, di
situ banyak pemberontakan, tidak puas dengan kepercayan yang di berikan oleh
Tuhan.
Oleh
sebab itu kita harus membuat tabut, tetapi sesuai dengan kehendak Tuhan, menjalankan
ibadah harus dengan dorongan Roh Kudus. Dua atau tiga orang berkumpul harus di
dalam nama Tuhan, bukan atas nama yang lain/ sehingga tidak ada motiv-motiv
lain. Tidak boleh bagi-bagi sembako di gereja, tidak boleh jualan di dalam gereja,
biar jualan Alkitab, jualan majalah, tidak boleh, apalagi jualan kue-kue, itu
sudah tidak benar, motivnya sudah lain.
Dengan
kemurnian firman kita dimurnikan, itulah enaknya mendengar firman yang murni,
Jikalau kita menerima Firman yang murni kita juga di murnikan seperti tabut
perjanjian, memang tabut perjanjian terbuat dari kayu penaga tetapi harus disalut
luar dan dalam dengan emas murni.
Akibat menjalankan ibadah bukan karena dorongan Roh Kudus.
Yesaya
30:1
(30:1)
Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan
suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang
bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah,
“Celakalah
anak-anak pemberontak” berarti; celaka
akan menimpa mereka, tidak bisa dihindari.
Suatu kali kelak, akan terjadi goncangan hebat
atas dunia ini dari 4 penjuru bumi (Timur, Barat, Utara, Selatan) dan saat ini
sudah mulai terjadi goncangan- goncangan kecil, itulah celaka yang di
maksudkan.
Celaka besar ini datangnya dari atas 3x7 dari
Allah Trinitas, tidak bisa dihindari, celaka ini akan menimpa mereka, karena
menjalankan ibadah yang bukan oleh dorongan Roh Kudus, inilah bagian yang
dimaksud dalam Wahyu 4:1, setelah pintu
sorga terbuka dan Tuhan menunjukkan kepada rasul Yohanes segala sesuatu yang
akan terjadi. Itulah guncangan-guncangan yang di maksudkan oleh Tuhan.
Mari kita melihat goncangan hebat itu...
Sesudah Wahyu
pasal 1-5 barulah Tuhan menunjukkan apa yang akan terjadi, di mulai dari goncangan
hebat yang akan menimpa dunia = celaka besar.
Celaka besar, ujian yang datangnya dari atas
itulah 3x7 dari Allah Trinitas.
celaka yang Pertama: “Anak Domba Allah membuka ke
tujuh meterai.”
Wahyu
6:1-17 à Tuhan membuka materai yang pertama sampai
materai yang keenam.
-
Meterai yang
pertama: Ada seekor kuda putih. (Wahyu
6:1-2).
-
Meterai yang
kedua: Seekor kuda merah padam (Wahyu
6:3-4).
-
Meterai yang
ketiga: Ada seekor kuda hitam (Wahyu
6:5-6).
-
Materai yang
keemat: Ada seekor kuda hijau kuning (Wahyu
6:8).
-
Materai yang
kelima: Orang-orang mati terbunuh oleh karena firman dan kesaksian Roh (Wahyu 6:9-11).
-
Meterai yang
keenam: Terjadilah gempa bumi yang dahsyat (Wahyu 6:12-16).
Wahyu 8:1-5 à Materai
yang ketujuh dibuka oleh Anak Domba
Pada
saat meterai yang ketujuh itu dibuka, di sini jelas; “Lalu
malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan
melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa
bumi.”
Kalau misalnya bumi meledak disertai dengan
halilintar yang begitu dahysatnya dan gempa bumi terjadi di mana-mana,
menunjukkan bahwa manusia hidup tanpa ketenangan. Ini adalah goncangan yang
pertama.
Claka yang pertama, Anak Domba Allah membuka ketujuh
meterai, menimpa mereka karena melepaskan
diri dari ibadah raya Minggu.
celaka yang kedua: “Tujuh sangkakala yang ditiup
oleh tujuh malaikat.”
Wahyu
8:6-13 à
Keempat sangkakala yang pertama.
-
Sangkakala
yang pertama: “Hujan es dan api bercampur darah.”
-
Sangkakala
yang kedua: “Sesuatu seperti gunung besar, yang menyala-nyala oleh api di lempar
kedalam laut.”
-
Sangkakala yang
ketiga: “Jatuhlah dari langit sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor.”
-
Sangkakala
yang keempat: “Terpukullah 1/3 dari matahari, 1/3 dari bulan dan 1/3 dari
bintang-bintang.”
“Lalu aku
melihat: aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata
dengan suara nyaring: "Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas
bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup
sangkakalany......” Wahyu 8:13.
"Celaka,
celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi” ini adalah anak-anak pemberontak, yang tidak
menghargai ibadah pendalaman Alkitab. Sedangkan mereka yang tidak menghargai
ibadah raya Minggu akan mengalami celaka dari tujuh materai.
Jadi jangan senang kalau hamba Tuhan
meninabobokan sidang jemaat di tengah-tengah pemberitaan firman dengan cerita
isapan jempol, dengan teori-teori kemakmuran, dengan hayalan-hayalan dan
nubuatan sendiri. Lebih baik kita mendengar firman yang murni walaupun sakit
bagi daging tetapi rasanya manis di mulut seperti yang dialami oleh Naomi.
-
Wahyu 9:1-12 à Sangkakala yang kelima: “Sebuah bintang yang jatuh dari langit ke
atas bumi. Diberi kuasa untuk membuka lobang jurang maut, berkeluaranlah
belalang-belalang merusak pendududuk bumi.”
Wahyu 9:4-5
(9:4) Dan kepada mereka dipesankan, supaya mereka
jangan merusakkan rumput-rumput di bumi atau tumbuh-tumbuhan ataupun
pohon-pohon, melainkan hanya manusia yang tidak memakai meterai Allah di
dahinya.
(9:5) Dan mereka diperkenankan bukan untuk
membunuh manusia, melainkan hanya untuk menyiksa mereka lima bulan lamanya, dan
siksaan itu seperti siksaan kalajengking, apabila ia menyengat manusia.
Selanjutnya
mereka yang tidak menerima meterai didahi akan dirusakkan.
Tadi
kita sudah melihat 144000 dimateraikan dari 12 suku Isreal, masing-masing 12000
orang dari tiap-tiap suku Israel. Kemudian bayangan dari 144000 dari bangsa Israel
yang sudah di materaikan itu juga ada, tetapi kalau meterai itu tidak ada
didahi mereka, juga akan dirusak. Kita butuh materai Allah Roh Kudus juga tanda
huruf T di dahi, itulah salib.
Mengalami
siksaan selama 5 bulan, adapun siksaan itu seperti siksaan kalajengking yang
menyengat tidak akan membunuh tetapi menyakiti, tidak berbisa tetapi menyakiti,
siapa yang kuat menahan rasa sakit seperti ini?
“Dan pada
masa itu orang-orang akan mencari maut, tetapi mereka tidak akan menemukannya,
dan mereka akan ingin mati, tetapi maut lari dari mereka...” Wahyu 9:6.
-
Wahyu
9:13-21 à Malaikat keenam meniup sangkakala yang keenam.
Ada suatu
perintah: "Lepaskanlah keempat
malaikat yang terikat dekat sungai besar Efrat itu”.
Kemudian, “Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh
malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka: mereka tidak
berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas dan perak, dari
tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan, dan
mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian.....”
Wahyu 9:20-21.
-
Wahyu
11:15-19 à Sangkakala yang ketujuh di
tiup oleh malaikat yang ketujuh
Sangkakala
yang ketujuh ditiup oleh malaikat yang ketujuh; “Pemerintahan di pegang oleh Tuhan kita, dan Dia yang di urapi-Nya dan
Dia akan memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya.”
Jadi
saya melihat, kesempatan bagi gereja Tuhan itu hanya ada sampai pada wahyu 11, sebab pada waktu sangkakala yang
ke tujuh di tiup oleh malaikat yang ke tujuh di situ Yesus tampil sebagai Raja
untuk selama-lamanya, memerintah di bumi untuk selama-lamanya.
Ini
adalah celaka yang kedua yang akan menimpa mereka, karena melepaskan diri dari ibadah pendalaman Alkitab disertai dengan
perjamuan suci.
CELAKA YANG KETIGA: “Tujuh
cawan murka Allah yang akan di tumpahkan oleh tujuh malaikat.”
Wahyu 16:1-21 à
Tujuh cawan murka Allah yang akan di tumpahkan oleh tujuh malaikat.
-
Cawan yang pertama: “Timbullah bisul yang jahat dan yang berbahaya”. Itu bisa saja disebut
kanker atau tumor.
-
Cawan murka
Alah yang kedua: “Air laut menjadi darah.”
-
Cawan murka
Allah yang ketiga: “Sungai dan mata air berubah menjadi darah.”
-
Cawan murka
Allah yang keempat: “Ditumpahkan ke atas matahari dan kepadanya
diberi kuasa menghanguskan manusia dengan api.”
-
Cawan murka
yang kelima: “Menumpahkan cawannya ke atas takhta bintang itu dan kerajaannya menjadi
gelap, dan mereka menggigit lidah mereka karena kesakitan.”
-
Cawan murka
Allah yang keenam: “Menumpahkan cawannya ke atas sungai besar,
sungai Efrat, lalu keringlah airnya, supaya siaplah jalan bagi raja-raja yang
datangnya dari sebelah timur.”
Jadi cawan
murka Allah yang keenam di tumpahkan oleh malaikat yang keenam ke atas sungai
besar itulah sungai Efrat, lalu keringlah airnya. Setelah air itu kering tujuannya
untuk mempersiapkan jalan bagi raja-raja
yang datang dari sebelah Timur. Itulah sebabnya ajaran nabi palsu itu nanti
akan kering.
Sebabnya
bertahan saja, tekun saja dalam tiga macam ibadah pokok. Satu kali nanti ajaran
dari nabi-nabi palsu itu akan kering, dan Tuhan persiapkan jalan bagi imamat
rajani.
Sebab itu
beribadah itu tidak boleh datang duduk lalu pulang. Harus segera mengambil
bagian dalm pelayanan. Kalau hanya ibadah tidak cukup, dan melayani tidak boleh
terpaksa. Sama seperti tabut perjanjian harus di buat oleh bangsa Israel, lalu
dipikul. Tidak boleh ada yang lebih tinggi, tidak boleh ada yang lebih rendah,
tidak boleh sombong tidak boleh minder.
”Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut
binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis yang menyerupai
katak. Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan
mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka
guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa”..... Wahyu 16:13-14.
Di tengah
ibadah pelayanan, mujizat memang harus terjadi. Tetapi puncak dari ibadah pelayanan
adalah salib, bukan tanda-tanda heran.
Salib =
penyerahan diri kepada Allah Bapa. Ketika Yesus di salib di situ ada doa
penyahutan.
Untuk yang
kesekian kali saya sampaikan bahwa puncak ibadah bukan di mujizat. Nabi palsu
bisa lakukan mujizat, jadi jangan heran, jangan puas dengan mujizat, beribadah
harus masuk dalam ukuran Tuhan = penyerahan diri.
Jadi, nanti terjadi peperangan antara nabi-nabi
palsu dan raja-raja di bumi. Imamat rajani, mereka yang melayani Tuhan,
hamba-hamba Tuhan.
"Lihatlah, Aku datang seperti pencuri.
Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya
ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya....."
Wahyu 16:15.
- Cawan murka yang ketujuh: “Menumpahkan cawannya ke angkasa. Dan dari
dalam Bait Suci kedengaranlah suara yang nyaring dari takhta itu, katanya:
"Sudah terlaksana”.
“Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi
guruh, dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi
sejak manusia ada di atas bumi. Begitu hebatnya gempa bumi itu. Lalu terbelahlah kota besar itu menjadi tiga
bagian dan runtuhlah kota-kota bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Maka
teringatlah Allah akan Babel yang besar itu untuk memberikan kepadanya cawan
yang penuh dengan anggur kegeraman murka-Nya. Dan semua pulau hilang lenyap,
dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung. Dan
hujan es besar, seberat seratus pun, jatuh dari langit menimpa manusia, dan
manusia menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu
sangat dahsyat....” Wahyu
16:18-21.
Celaka ini akan menimpa mereka yang melepaskan diri dari ibadah doa penyembahan.
Di atas mezbah ada cawan emas, untuk membakar
kemenyan lalu asapnya naik membubung ke atas itulah doa-doa orang kudus. Kalau
kita melepaskan ibadah doa penyembahan maka Tuhan akan menumpahkan cawan murka-Nya,
itulah yang disebut celaka yang ketiga, 3x7 celaka dari Allah Trinitas.
Kita
kemali melihat ahli Taurat dan orang Farisi....
Matius 23:16-19
(23:16)”
Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait
Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu
mengikat”.
(23:17) Hai kamu
orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau
Bait Suci yang menguduskan emas itu?
(23:18) Bersumpah demi
mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di
atasnya, sumpah itu mengikat.
(23:19)
Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah
yang menguduskan persembahan itu?
Celakalah mereka yang melayani bukan oleh
dorongan Roh Kudus, sebab ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi melayani tetapi
terikat dengan perkara lahiriah.
Ahli-ahli Taurat melayani tetapi terikat dengan
emas dalam bait suci dan persembahan yang ada di atas mezbah.
Matius 23:22
(23:22)
“Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga
demi Dia, yang bersemayam di atasnya”.
"Bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi
takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.
Kita mengadakan suatu persekutuan, lewat ibadah
raya Minggu malam ini karena demi Dia yang bertahkta dan berdiam di antara
kita.
Kita terikat dengan persekutuan ibadah raya Minggu
pada malam ini karena demi Dia bukan karena yang lain. Ini harus dipahami dengan
baik.
Supaya lepas dari 3x7 celaka ini jalan keluarnya.
Matius 18:18
(18:18) Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga
dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.
Apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di
sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Selama kita
masih di bumi ini, biarlah kita mengikatkan diri dengan Tuhan lewat ketekunan dalam
tiga macam ibadah pokok supaya kita terikat di sorga.
Sebagai pembuktiannya...
Wahyu 22:3-5
(22:3) Maka tidak akan ada
lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan
hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya,
(22:4) dan mereka akan
melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.
(22:5)
Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu
dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan
memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.
Ada
tujuh perkara di dalam kerajan sorga;
1.
“Tidak
ada lagi laknat” = tidak ada kematian melainkan hidup
kekal.
2.
“Takhta
Allah dan takhta Anak Domba ada di dalamnya.” Berarti;
Tuhan Allah menjadi raja untuk selama-lamanya.
3.
“Hamba-hamba-Nya
akan beribadah kepada-Nya”.
Jadi di sorga ada ibadah, jangan berpikir seperti
pikiran dari seorang anak kecil, bahwa di sorga itu full AC makan, dan
kegiatan-kegiatannya hanya minum, enak, kenyang, tidak.
4.
“Mereka
akan melihat wajah-Nya”, ini berbicara tentang kasih karunia.
Saat ini kita belum melihat wajah Allah dengan muka
bertemu muka saat ini, kita hanya melhat dalam bentuk firman Allah, belum face
to face.
Tidak ada satu orangpun dapat melihat Allah selain
Yesus. Yesus adalah firman menjadi daging penuh dengan kasih karunia dan kebenaran.
Kasih karunia = kemurahan = yang tidak layak menjadi
layak = Manusia daging, menjadi manusia rohani = kasih karunia.
Untuk perkara yang keempat, lebih jauh kita
melihat....
Bilangan 6:25-26
(6:25) Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya
dan memberi engkau kasih karunia;
(6:26) Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan
memberi engkau damai sejahtera.
Sinar kemuliaan Allah yang memancar dari wajah Allah,
akan memberi:
- - Kasih
karunia
- - Damai
sejahtera
5.
“Nama-Nya
akan tertulis di dahi mereka”.
Apa
bukti nama tertulis di dahi?
Yehezkiel
9:4
(9:4) Firman TUHAN kepadanya: "Berjalanlah
dari tengah-tengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala
perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana."
Nama-Nya tertulis di dahi mereka berarti ada
huruf T di dahi mereka.
T = Theo = Tuhan, tetapi arti lain T itu juga
berbicara tentang salib Kristus.
Jadi salib / korban Kristus itulah kasih Allah.
6.
“Malam tidak ada lagi di sana”, sebab Allah itu terang = tidak ada lagi tempat
untuk menyembunyikan dosa.
7.
“Memerintah
sebagai raja sampai selama-lamanya”.
Memerintah
berarti melayani Tuhan untuk selama-lamanya. Berarti hamba kebenaran bukan
hamba dosa.
Namun ada dua kegiatan di dalam kerajaan sorga;
1.
Beribadah
kepada Allah (perkara yang ketiga).
2.
Melayani Tuhan
(perkara yang ketujuh).
Memerintah = Melayani =
imamat rajani.
Kalau melayani
= hamba Tuhan = hamba kebenaran.
Kalau hamba dosa berarti yang memerintah adalah
dosa = di perintah dosa.
Tekun dalam tiga macam ibadah pokok serta melayani
di bumi = terikat di sorga.
Jadi kalau kita beribadah dan melayani di bumi,
harus sama dengan ibadah dan pelayanan di sorga. Itu jalan keluarnya. Apa yang
terikat di bumi akan terikat di sorga.
Ibrani 8:5
(8:5)
Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama
seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah:
"Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya
itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."
Ibadah dengan menggunakan pola tabernakel adalah
gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, jadi ibadah di bumi adalah
pantulan dari ibadah di sorga, jadi bukan ibadah buatan sendiri, ibadah ini dan
itu, ibadah buatan tangan manusia = bukan karena dorongan Roh Kudus
Tuhan sudah perlihatkan itu kepada rasul Yohanes di
Pulau Patmos setelah pintu di buka dan malam ini lewat nubuatan firman kita
sudah melihat dan itu harus kita kerjakan.
Buatlah tabut perjanjian dari kayu penaga, ini
adalah perintah yang harus kita kerjakan = mendirikan ibadah = dua tiga orang
berkumpul didalam nama-Nya Tuhan bertakhta.
Wahyu 4:2
(4:2)
Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan
di takhta itu duduk Seorang.
Yesus Kristus, Dia Raja, di atas segala raja yang
bertakhta dalam setiap ibadah-ibadah yang kita jalankan
Kalau kita menjalankan ibadah tetapi Raja tidak
duduk di atas takhta, ibadah itu tidak ada artinya. Seindah-indahnya surga, kalau
Yesus tidak duduk di atas takhta, maka sorga tidak ada artinya.
Itu sama seperti tutup pendamaian yang ada di
atas tabut perjanjian.
Tutup pendamaian dengan 2 kerub diatasnya:
-
Tutup pendamaian menunjuk
kepada pribadi Yesus Anak Allah, tabiatnya
hidup benar sesuai dengan firman = melakukan kehendak Allah.
-
Kerub yang pertama itulah Allah Bapa, tabiatnya kasih.
-
Kerub yang kedua itulah Allah Roh Kudus dengan segala
tabiatnya-tabiat-Nya yaitu; menopang, menguatkan, menghibur, menyertai,
memimpin, mengajar, menolong.
Jadi Yesus kristus Anak Allah, Dialah Raja yang diatas
takhta itu. Amin
Tuhan yesus kristus kepala gereja mempelai pria sorga
memberkati
Pemberita firman;
Gembala sidang; pdt.
Daniel u. Sitohang
No comments:
Post a Comment