IBADAH
RAYA MINGGU, 06 NOVEMBER 2016
"WAHYU
PASAL ENAM”
(Seri 12 )
Subtema : KEPUTUSAN UNTUK
MENJATUHKAN PENGHUKUMAN TERHADAP DOSA.
Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita
sekaliannya. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk
melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
Saya melihat pada malam ini, rata-rata
memakai warna baju yang
sama, menunjukkan hati kita mulai disatukan oleh kasih Kristus, satu dengan
yang lain saling memperhatikan, di situ letak kekuatan kita sebagai keluarga
besar GPT BETANIA Serang
dan Cilegon.
Langsung saja kita memperhatikan firman
penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 6.
Wahyu 6: 1
(6:1) Maka aku melihat Anak Domba itu
membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama
dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: "Mari!
Pembukaan meterai yang pertama sampai
dengan meterai yang keenam terdapat pada Wahyu 6:
1-17.
Kemudian Wahyu 8: 1-5 itu
pembukaan meterai yang ketujuh.
Tidak salah saya mengulangi untuk
menyampaikan bahwa Wahyu pasal 6 kalau
dikaitkan dengan pola Tabernakel dengan segala peralatan-peralatan yang ada di
dalamnya, maka terkena pada tongkat Harun yang bertunas ->
Allah Roh Kudus.
Pembukaan meterai ini adalah kegiatan dari
Allah Roh Kudus, dan pembukaan meterai yang pertama sampai pembukaan meterai
yang ketujuh itu adalah penghukuman dari Allah Roh Kudus bagi dunia dan bagi
orang-orang yang mengasihi dunia, penghukuman yang akan berlangsung atas bumi
dan penduduknya.
Terlebih dahulu kita perhatikan kalimat: “Maka
aku melihat Anak Domba itu membuka”.
Wahyu 5: 1
(5:1) Maka aku melihat di tangan
kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi
sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai.
Di tangan kanan dari Anak Domba itu, sebuah
gulungan kitab yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya, namun masih
termeterai dengan tujuh meterai yang pasti Anak Domba itu membuka
gulungan kitab yang ada di tangan kanan-Nya.
Sedikit kita baca ayat 2-3 ...
Wahyu 5: 2-3
(5:2) Dan aku melihat seorang
malaikat yang gagah, yang berseru dengan suara nyaring, katanya: "Siapakah
yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?"
(5:3) Tetapi tidak ada seorang pun
yang di sorga atau yang di bumi atau yang di bawah bumi, yang dapat membuka
gulungan kitab itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya.
Tidak ada seorangpun yang dapat membuka
gulungan kitab dan ketujuh meterai-meterainya, baik yang;
- Di sorga ->
para malaikat.
- Di bumi ->
para hamba-hamba Tuhan, baik itu rasul, nabi, penginjil, gembala dan guru,
termasuk saya sendiri yang menyampaikan firman ini, tidak dapat membukakan
rahasia firman dari diri saya sendiri. Saya mengatakan hal ini bukan untuk
menunjukkan suatu kerendahan hati saya, tetapi ini benar, saya tidak akan dapat
membukakan rahasia firman dari diri saya sendiri, kalau bukan Tuhan yang
mengaruniakannya.
- Di bawah bumi, itulah
roh-roh yang berada di dalam neraka, alam berzah, sehingga situasi seperti ini
sangat menyedihkan sekali tentunya.
Wahyu 5: 4
(5:4) Maka menangislah aku dengan
amat sedihnya, karena tidak ada seorang pun yang dianggap layak untuk membuka
gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya.
Rasul Yohanes menangis karena tidak ada
seorangpun yang dapat membuka gulungan kitab dan ketujuh meterai, itu
menunjukkan bahwa masalah belum selesai, artinya yang sakit tetap sakit, yang
jahat masih tetap jahat, yang najis masih tetap najis, yang suam masih tetap
suam.
Kalau seseorang masih dalam dosanya, itulah
yang membuat seseorang banyak tekanan, penderitaan, sampai akhirnya air mata
tidak bisa dibendung. Jadi, masalah itu timbul karena ada dosa, dan oleh karena
dosa inilah air mata tidak bisa dibendung.
Kita lihat selanjutnya ...
Wahyu 5: 5-6
(5:5) Lalu berkatalah seorang dari
tua-tua itu kepadaku: "Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari
suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan
kitab itu dan membuka ketujuh meterainya."
(5:6) Maka aku melihat di
tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu
berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata
tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
Malaikat yang kuat itu memberitahukan bahwa
singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat
membuka gulungan kitab itu dan ketujuh meterainya. Ini adalah kabar gembira
bagi kita, puji Tuhan.
Selain itu, Anak
Domba itu telah disembelih, sehingga dengan demikian, gulungan
kitab dan meterainya dapat dibukakan, artinya; terjadilah pembukaan
rahasia firman.
Kalau firman-firman Tuhan tersingkap akan
memberi dua hal:
1. Memberi terang sehingga
dosa tidak disembunyikan lagi dalam kegelapan.
2. Memberi pengertian
kepada orang bodoh supaya
tidak mengulangi kesalahan-kesalahan sebagai perbuatan bodoh di hadapan Tuhan.
Kalau terjadi penyingkapan rahasia firman,
maka segala sesuatu yang terkandung dalam hati pun akan tersingkap, dosa-dosa
yang disembunyikan dibongkar habis.
Oleh sebab itu, setiap kali kita
menjalankan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, kita berharap supaya
terjadinya pembukaan rahasia firman untuk menolong kehidupan kita, memulihkan
hidup, ibadah, pelayanan, nikah, segala sesuatu dipulihkan dan berkat berkelimpahan
menjadi bagian kita sekaliannya.
Jadi, terjadinya pembukaan rahasia firman,
itu karena singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia
dapat membuka gulungan kitab itu dan ketujuh meterainya, namun ada satu lagi alasan
lain, yaitu: Anak
Domba itu telah disembelih. Lewat tersembelihnya Anak Domba, maka gulungan
kitab dan ketujuh meterainya dapat dibukakan, atau terjadilah pembukaan rahasia
firman.
Ibrani 10: 6-7
(10:6) Kepada korban bakaran dan
korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.
(10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku
datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan
kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
Dengan matinya Yesus di atas kayu salib, Ia
telah datang membawa gulungan kitab itu ke dunia dengan keadaan terbuka, dan
peristiwa itu disaksikan oleh orang-orang Yahudi termasuk bangsa kafir, itulah
bangsa Romawi.
Jadi, Yesus telah datang dalam gulungan
kitab dengan keadaan terbuka, berarti kita dapat membacanya dengan jelas.
Kegiatan pembukaan meterai ini adalah
kegiatan Roh Kudus. Jadi kalau kita tidak ada di dalam kegiatan Roh Kudus, maka
Allah Roh Kudus yang akan menghukum. Jadi setiap pembukaan meterai, di situ ada
keputusan penghukuman atas dosa terjadi.
Inilah yang harus kita perhatikan dengan
sungguh-sungguh di hari-hari terakhir ini, jangan sampai jauh dari kegiatan Roh
Kudus. Karena lebih baik hari
ini penghukuman atas dosa berlangsung daripada hari ini kita tolak tetapi kelak
penghukuman dari Allah Roh Kudus berlangsung atas dunia.
Yesus telah membawa gulungan kitab itu
dalam keadaan terbuka, berarti kita dapat membaca. Apa yang harus kita baca?
Kita bisa lihat dalam Wahyu 5.
Wahyu 5: 1
(5:1) Maka aku melihat di tangan
kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi
sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai.
Ketika gulungan kitab itu terbuka
kitab dapat melihat dan membaca, yaitu:
a.
“Yang ditulisi sebelah dalam”.
Berarti dapat
melihat isi hati Tuhan yang paling dalam sekali.
Siapa kita ini,
bukankah kita ini adalah bangsa kafir, hina karena dosa, namun kita mendapat
kesempatan untuk melihat isi hati Tuhan yang paling dalam.
Ini adalah kemurahan
hati Tuhan besar atas kita. Jadi saudara, kita patut bersyukur ketika kita dapat
melihat isi hati Tuhan yang paling dalam, itu bukan suatu perkara yang
biasa-biasa, itu adalah suatu kemurahan Allah yang besar bagi kita sekaliannya.
Kalau saja kita
dapat memahami isi hati pasangan hidup atau orang-orang/sesama yang ada
bersama-sama dengan kita, barangkali kita dengan mudahnya untuk melakukan
sesuatu yang sifatnya menyukakan hati mereka itu, apalagi kalau kita dapat
melihat isi hati Tuhan yang paling dalam. Oleh sebab itu tadi saya katakan;
jangan dianggap itu suatu perkara yang biasa.
Karena kebanyakan
orang menganggap itu adalah suatu hal yang biasa, sehingga dia tidak bisa
menghargai ibadah, tidak mau memperhatikan firman Allah yang sesungguhnya
adalah isi hati Tuhan yang paling dalam.
Wahyu 4: 3
(4:3) Dan Dia yang
duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan
suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.
Dia yang duduk di
takhta itu nampaknya bagaikan “permata yaspis”.
Pendeknya, kalau
kita dapat melihat isi hati Tuhan yang paling dalam, itu karena Dia adalah
permata yaspis.
Wahyu 21: 11
(21:11) Kota itu
penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling
indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
Permata yaspis itu
jernih seperti kristal.
Kristal =
transparan, luar dan dalam sama, terlihat dengan jelas, apa yang terlihat di
luar, itulah yang berasal dari dalam, terlihat jelas, tidak ada yang
disembunyikan -> orang yang jujur, polos, tampil apadanya, tulus beribadah
dan melayani Tuhan, dengan kata lain tulus mengerjakan pekerjaan Tuhan.
Kalau Dia
transparan, dan menyatakan isi hati-Nya yang paling dalam itu kepada kita, maka
kita sambutlah dengan baik, artinya; kita juga harus membuka hati terhadap Dia,
kita jug harus transparan di hadapan Dia, tulus, polos, jujur, tampil apa
adanya.
Jangan sampai kita
tidak transparan, sementara Dia telah transparan kepada kita.
Perlu untuk kita
ketahui, permata yaspis adalah permata yang paling indah. Jadilah kehidupan
yang indah di mata Tuhan, jangan suka menutup-nutupi sesuatu yang tidak baik.
Sekali lagi, kalau
Tuhan terbuka, dan transparan, maka kita juga harus terbuka dan transparan di
hadapan-Nya, jangan sampai bertepuk sebelah tangan.
Dia adalah permata
yaspis, permata yang paling indah, jernih seperti kristal.
Wahyu 22: 1
(22:1) Lalu ia
menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan
mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.
Sungai air kehidupan
jernih bagaikan kristal, berarti kita dapat mengerti bahkan mengetahui isi hati
Tuhan yang paling dalam, lewat firman yang kita terima.
Kita tidak mungkin
dapat mengetahui isi hati Tuhan yang paling dalam kalau kita tidak pernah
mendengar firman Allah.
Terimalah sungai air
kehidupan itu, itulah yang menjadikan kita jernih bagaikan kristal, berarti
trasnparan, tampil apa adanya -> orang yang jujur, polos, dan
tulus.
b.
“Yang ditulisi
sebelah luarnya”.
Sebelah luar,
berarti; apa yang dapat dilihat dengan mata kepala sendiri di dalam diri Anak
Domba, itulah sebelah luar.
Sepasang bola mata
kita telah melihat karya Allah yang terbesar, itulah salib di Golgota.
Lewat peristiwa
salib Golgota ini, kita dapat melihat keberadaan Yesus Kristus seutuhnya, di
mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki-Nya, dengan jelas, antara lain:
1. Bagian kepala-Nya diberi
mahkota duri, sehingga dari mahkota duri ini, darah pun mengalir dari kepala,
lalu membasahi lima indra yaitu; mata, telinga, hidung, mulut dan
kulit/pipi, semuanya mengalir dari mahkota duri yang di kepala.
Ini berguna,
sehingga seluruh alam pemikiran kita ini, semuanya ditandai dengan tanda darah
(pengorbanan).
Sebaliknya, kalau
pemikiran tidak
ada tanda darah,
maka seseorang
bertindak oleh hawa
nafsu.
Lima indra dibasahi
oleh darah, itulah
yang disebut dengan indra yang terlatih pemikiran kita pun ditandai dengan
tanda darah, tidak lagi ditandai dengan hawa nafsu.
Banyak orang kristen
bertindak menurut hawa nafsu daging, karena pikirannya belum ditandai dengan
tanda darah.
2. Luka-luka di tubuh
Yesus, itulah
yang disebut bilur-bilur-Nya.
Pada tubuh Yesus
terdapat empat puluh luka, itulah yang disebut bilur-bilur yang berguna
menyembuhkan yang sakit.
Kalau harus terluka
oleh karena banyak perkara, terima saja, itu nanti yang memberi kesembuhan.
Tetapi kalau kita
panas hati, dongkol, merongkol dan menolak salib, itu yang membuat
seseorang jantungan, sakit dan menimbulkan akar pahit.
3. Dua tangan dan dua
kaki terpaku, berarti daging tidak bersuara lagi.
4. Lambung Yesus
ditusuk dengan tombak (ditikam),
segera mengalir
darah dan air.
Lambung Yesus
ditikam itu karena Yesus telah mati di atas kayu salib. Oleh matinya Yesus
inilah, maka kaki atau tulang-tulang Yesus tidak dipatah-patahkan, tetapi
segeralah lambung ditombak, dari satu tusukan itu mengalirlah darah dan air,
sebagai tanda kelahiran. Gereja Tuhan dilahirkan lewat darah dan air.
Bila dikaitkan
dengan pola Tabernakel darah terkena pada Mezbah Korban
Bakaran ->
tanda pertobatan. Air terkena
pada kolam pembasuhan tembaga ->baptisan selam atau permandian
air. Dengan demikian, gereja Tuhan dilahirkan kembali.
Selanjutnya,
tulang-tulang dari pada Yesus Kristus, satu pun tidak ada yang dipatahkan,
sebab dengan luka-luka Yesus telah mati di atas kayu salib.
Ini berbicara
tentang keutuhan, atau kesatuan dari anggota-anggota tubuh
Kristus.
Tubuh itu satu
tetapi terdiri dari banyak anggota, ada tangan, kaki, mulut, hidung dan
sebagainya.
Tetapi kita
bersyukur dengan matinya Yesus di atas kayu salib, tidak ada satu pun
tulang-tulang-Nya yang dipatah-patahkan.
Kejadian 2: 21-23
(2:21) Lalu TUHAN
Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil
salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.
(2:22) Dan dari
rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang
perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.
(2:23) Lalu
berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
Tidak ada
tulang-tulang Yesus yang dipatahkan, sehingga dengan demikian kita menjadi satu
kesatuan di dalam tubuh Kristus yang tidak terpisahkan. Kita banyak anggota dan
fungsinya berbeda-beda, ada tangan, ada kaki, ada mulut, ada hidung, dan
sebagainya, tetapi kita merupakan satu tubuh di dalam Kristus, sekalipun kita
datang dari berbagai-bagai suku bangsa.
Inilah peristiwa
yang terlihat di sebelah luarnya, dan ini adalah kemurahan hati Tuhan. Saya
kira kita semua dapat melihatnya, dengan mata kepala sendiri.
Pendeknya; ketika
Yesus membawa gulungan kitab itu di atas kayu salib 2016 tahun yang lalu dengan
keadaan terbuka, lalu hari ketiga Dia bangkit. Kemudian empat puluh hari di
atas bumi lalu naik ke Sorga. Tetapi sebelum Yesus naik ke sorga, Dia
mempercayakan gulungan kitab yang terbuka itu kepada murid-murid-Nya.
Matius 28:18-20
(28:18) Yesus mendekati mereka dan
berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
(28:19) Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus,
(28:20) dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Sebelum Yesus naik ke sorga, Dia telah
mempercayakan gulungan kitab yang terbuka itu kepada dua belas murid-Nya.
Perintah Yesus kepada dua belas murid; “Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu”. Dua belas murid menjadi saksi atas
peristiwa salib
di Golgota, dengan kata lain mereka telah melihat dan membaca gulungan
kitab yang terbuka, yang ditulisi di sebelah dalamnya dan ditulisi di sebelah
luarnya.
Kisah Para Rasul 3: 15
(3:15) Demikianlah Ia, Pemimpin
kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari
antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi.
Dua belas murid yang diwakili oleh Simon
Petrus berkata: “tentang hal itu kami adalah saksi”. Berarti mereka
telah membaca gulungan kitab yang terbuka itu lewat peristiwa salib di Golgota,
dan apa yang mereka terima, apa yang mereka dengar, apa yang telah
diperintahkan, itulah yang akan diajarkan kepada bangsa-bangsa.
Itu dua belas murid terkhusus kepada bangsa
Israel, namun untuk bangsa kafir, Tuhan juga pakai hamba-Nya ...
Kisah Para Rasul 9: 3-5
(9:3) Dalam perjalanannya ke Damsyik,
ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit
mengelilingi dia.
(9:4) Ia rebah ke tanah dan
kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus,
mengapakah engkau menganiaya Aku?"
(9:5) Jawab Saulus: "Siapakah
Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu.
Untuk bangsa kafir, Rasul Paulus menjadi
saksi membawa gulungan kitab yang terbuka itu, supaya bangsa kafir juga dapat
membaca, melihat tulisan bagian dalam dan tulisan bagian luarnya.
Untuk bangsa Israel, Tuhan memakai dua
belas murid sedangkan bangsa kafir, Tuhan pakai Rasul Paulus sampai kepada kita
malam hari ini.
Kita sudah memperhatikan gulungan kitab
yang terbuka itu, dan sepasang mata kita sudah membaca sebelah dalam dan
sebelah luarnya.
Rasul Paulus diutus untuk membawa gulungan
kitab yang terbuka bagi bangsa kafir.
Oleh sebab itu, kita yang sudah menerima
gulungan kitab yang terbuka, juga harus menjadi gulungan kitab yang terbuka,
dimana firman itu telah ditulis dalam loh daging kita, bukan ditulis dengan
tinta seperti huruf pada loh-loh batu, tetapi ditulis oleh Roh Tuhan di dalam
loh daging, di hati kita, sehingga menjadi surat pujian, surat Kristus yang
dapat dibaca dan dikenal oleh setiap orang yang melihat dan membacanya, baik
lewat perkataan dan perbuatan kita menjadi gulungan kitab yang terbuka
dimanapun berada...2 Korintus 3:1-3.
Kita kembali membaca Wahyu
6:1.
Wahyu 6: 1
(6:1) Maka aku melihat Anak Domba itu
membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama
dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh:
"Mari!"
Pada pembukaan meterai yang pertama ayat
1-2. Pembukaan meterai yang kedua ayat 3-4. Pembukaan meterai yang ketiga ayat
5-6. Pembukaan meterai yang keempat ayat 7-8.
Pendeknya, pembukaan meterai yang pertama
sampai pembukaan meterai keempat itu diikuti, disaksikan dengan aktif oleh keempat
makhluk hidup.
Empat makhluk hidup ikut aktif dan berkata:
“Mari!”.
Perkataan “Mari!” menunjukkan
keputusan penghukuman dari Allah Roh Kudus akan berlangsung terhadap dosa
dunia, tidak bisa ditunda lagi.
Setiap kali kita mendengarkan firman Tuhan,
berarti penghukuman atas dosa berlangsung.
Jadi, firman yang kita terima bukan untuk
menjadi suatu pengetahuan sama seperti ahli Taurat, mengerti tetapi tidak
menjadi pelaku, atau sama seperti orang Farisi sehingga penuh dengan
kemunafikan di tengah-tengah pelayanan mereka.
Sekali lagi, pada saat meterai itu dibuka,
berarti penghukuman atas dosa telah berlangsung.
Lewat kegiatan Roh Kudus ini dosa memang
terhukum, puji Tuhan. Tetapi kalau tetap bertahan dengan dosanya, suatu kali
kelak penghukuman terhadap orang-orang yang berdosa akan berlangsung atas
dunia yang dikerjakan
oleh Allah Roh Kudus.
Kemudian, keputusan penghukuman ini
benar-benar adil, sebab dua, tiga orang saksi itu sah (2 Korintus 13: 1).
Hukuman dari meterai yang pertama ditampilkan oleh dua saksi,
yaitu:
YANG PERTAMA: ANAK DOMBA SEBAGAI SAKSI YANG PERTAMA DAN
UTAMA.
Kalau kita berbicara tentang Anak Domba,
berarti berbicara tentang korban dan persembahan, sampai akhirnya menjadi
pendamain. Sebab yang dipersembahkan di atas mezbah korban bakaran adalah Anak
Domba dan menjadi pendamaian atas dosa.
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Jangan
pernah kita merasa sudah terlambat mendengar firman, jangan kita merasa dosa
kita sudah terlalu banyak. Tidak ada kata-kata terlambat, mulailah dari sejak
sekarang, sungguh-sungguhlah mengikuti Tuhan, di dalam kegiatan-kegiatan Roh
Kudus, yaitu kegiatan-kegiatan ibadah dan pelayanan.
Upah yang ikut Tuhan dari jam lima pagi
dengan upah yang ikut Tuhan jam lima sore adalah sama-sama satu dinar. Tidak
ada kata-kata terlambat. Mulailah dari detik ini, dari saat ini,
sungguh-sungguhlah memberi diri digarap dikerjakan oleh firman Tuhan.
Percayalah, firman itu menciptakan yang tidak ada menjadi ada.
Abraham ketika mendengar janji itu, dia
sudah berumur seratus tahun, sudah mati pucuk, badannya sudah lemah, kemudian
isterinya sudah mandul, tetapi dia tidak menjadi goyah terhadap janji Tuhan,
dia tetap percaya dengan janji Tuhan, dan kita semua adalah keturunan Abraham.
Jadi, yakinkan diri, percaya, tidak ada
kata-kata terlambat.
Tadi, keputusan penghukuman itu tampil dua
saksi. Saksi yang pertama dan utama adalah Anak Domba.
Kalau berbicara tentang Anak Domba, itu
berbicara tentang korban dan persembahan.
Efesus 5: 2
(5:2) dan hiduplah di dalam kasih,
sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan
diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.
Yesus telah mengasihi kita, Ia telah
mempersembahkan diri-Nya untuk saya dan saudara sebagai korban dan persembahan yang
harum bagi Allah. Itu
berbicara tentang Anak Domba.
Roma 3: 24-25
(3:24) dan oleh kasih karunia telah
dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
(3:25) Kristus Yesus telah ditentukan
Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya
untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah
terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.
Yesus Kristus telah ditentukan Allah
menjadi Jalan Pendamaian karena iman dalam darah-Nya, oleh darah-Nya dosa kita
diperdamaikan kepada Allah Bapa.
Dia betul-betul mengasihi saya dan saudara,
buktinya apa? Dia menyerahkan diri-Nya sebagai korban dan persembahan yang
berbau harum, sebab apa? Dia telah ditentukan oleh Allah sebagai pendamaian
oleh darah-Nya di atas kayu salib.
Kemudian, apa yang telah dikerjakan oleh
Anak Domba ini, untuk menunjukkan keadilan-Nya karena Ia telah
membiarkan dosa-dosa di masa lalu pada masa kesabarannya -> berada di bawah
hukum Taurat.
Saat Adam sampai kepada bangsa Israel adalah
zaman Hukum Taurat.
Pada saat itu adalah masa kesabaran, di
situ dosa-dosa berulang kembali terjadi. Kalau seseorang masih berada di bawah
hukum Taurat, dosa itu akan terus berlangsung, tidak mungkin tidak, dan
itu adalah masa kesabaran Tuhan.
Oleh sebab itu, apa yang Dia kerjakan ini
menunjukkan keadilan-Nya kepada kita untuk masa sekarang.
Ibrani 10: 1
(10:1) Di dalam hukum Taurat hanya
terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat
dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap
tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan
mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
Di dalam hukum Taurat hanya terdapat
bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, bukan hakekat dari keselamatan
itu sendiri.
Jadi, karena keselamatan itu bayangan, maka
korban yang dipersembahkan pun hanya bayangan/gambaran saja, sehingga dosa pun
berlangsung terus menerus.
Kesimpulannya; hukum Taurat tidak dapat
menyempurnakan mereka yang berada di bawah hukum Taurat.
Itu sebabnya pekerjaan pendamaian itu
diambil alih oleh Yesus Kristus, tidak diwakilkan, seperti dalam hukum Taurat,
semua yang ada di dalamnya hanya merupakan gambaran dan bayangan saja, baik
juga keselamatannya gambaran dan bayangan saja. Oleh sebab itu, tidak mungkin
hukum Taurat menyempurnakan mereka yang berada di bawah hukum Taurat.
Itu sebabnya Dia harus ambil alih tugas
pendamaian itu, itulah keadilan-Nya untuk masa sekarang oleh karena
kesabaran-Nya selama hukum Taurat berlangsung.
Inilah saksi yang pertama dan utama dan
layak untuk menjadi saksi. Kalau saksi palsu tidak layak, nanti kesaksiannya
palsu, yang benar jadi salah, yang salah jadi benar. Jadi betul-betul keputusan
penghukuman terhadap dosa itu adil karena dua, tiga orang saksi, suatu perkara
dianggap sah.
Ibrani 10: 2-3
(10:2) Sebab jika hal itu mungkin,
pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan
ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya.
(10:3) Tetapi justru oleh
korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa.
Justru oleh korban-korban itu, maka mereka
dirangsang kembali untuk berbuat dosa, karena mereka sadar setelah berbuat
dosa, masih
ada kesempatan membawa
korban dan persembahan sebagai pendamaian terhadap dosa.
Jadi, dengan adanya korban ini, justru
mengingatkan mereka kembali untuk berbuat dosa. Pendeknya, di dalam hukum
Taurat hanya ada bayangan saja, termasuk kebenaran, keselamatan, hanya ada bayangan,
itu sebabnya Tuhan tidak mau mewakilkan tugas pendamaian itu, Dia langsung
ambil alih karena Dia sangat dan terlalu mengasihi saya dan saudara, sehingga
Dia rela menjadi korban dan persembahan.
2 Petrus 3: 9
(3:9) Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya,
sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar
terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan
supaya semua orang berbalik dan bertobat.
Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, dan
tidak seorang pun dibiarkannya binasa, melainkan supaya semua orang berbalik
dan bertobat.
Kita bersyukur pada masa kesabaran-Nya,
keputusan dan penghukuman-Nya itu betul-betul adil.
Kita bersyukur buat saksi yang seperti ini,
dapat mempertanggungjawabkan kesaksian-Nya, bahkan menolong yang pantas
ditolong.
Bayangkan kalau saksi palsu di pengadilan,
yang benar jadi salah atau yang salah jadi benar, habislah, hukum jadi cacat.
2 Korintus 5: 17-18
(5:17) Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang
baru sudah datang.
(5:18) Dan semuanya ini dari Allah,
yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang
telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
Yesus Kristus telah memperdamaikan dosa
kita dengan diri-Nya, selanjutnya Ia pun mempercayakan pelayanan pendamaian itu
kepada Rasul Paulus.
Jadi, kita yang telah menerima pelayanan
pendamaian oleh darah salib Kristus, dosa kita diperdamaikan kepada Allah,
selanjutnya kita harus membawa kabar pendamaian, ke manapun kita berada. Jangan
menerima pelayanan pendamaian namun tidak ditindak lanjuti dengan membawa kabar
pendamaian (melayani Tuhan).
Rasul Paulus menghargai pekerjaan
pendamaian yang telah dikerjakan oleh Anak Domba Allah. Dahulu dia adalah
seorang pembunuh,
dia menyiksa laki-laki perempuan yang mau beribadah kepada Tuhan, tetapi
setelah menerima pelayanan pendamaian, dosanya diperdamaikan di atas kayu
salib, selanjutnya Dia membawa kabar pendamaian itu termasuk kepada jemaat di
Korintus dan Asia kecil yang lain. Itulah orang yang menghargai darah salib.
Layani Tuhan, bawalah kabar pendamaian
dimanapun berada. Tidak boleh egois. Dosa kita telah diperdamaikan di atas kayu
salib, Dia menjadi pengantara antara Allah dengan manusia.
2 Korintus 5: 19
(5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia
dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.
Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.
Kita diutus bawalah kabar pendamaian itu
karena kita sudah menerima pelayanan pendamaian. Haleluya…
Hukuman dari meterai yang pertama ditampilkan oleh dua saksi,
yaitu:
YANG KEDUA: MAKHLUK YANG PERTAMA SEBAGAI SAKSI YANG
KEDUA
Ada empat makhluk hidup: Makhluk yang pertama rupanya
seperti singa, Makhluk
yang kedua rupanya
seperti lembu,
Makhluk yang ketiga rupanya
seperti manusia, Makhluk
yang keempat rupayanya
seperti burung
nazar yang
sedang terbang.
Makhluk hidup yang pertama rupanya sama seperti
singa.
Mari kita lihat; SINGA dalam
kegiatan Roh Kudus, yaitu: menghukum dosa.
Amos 3: 7-8
(3:7) Sungguh, Tuhan ALLAH tidak
berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para
nabi.
(3:8) Singa telah mengaum, siapakah
yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak
bernubuat?"
Singa telah mengaum, siapakah yang
tidak takut?
Ketika Allah berfirman maka orang yang
mendengarnya akan menjadi takut, berarti tidak ada keberanian untuk berbuat
dosa atau mengulangi dosa.
Selanjutnya, Tuhan
Allah telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?
Tugas nabi adalah bernubuat, berarti
membangun, menghibur, menasihati, menyingkapkan rahasia yang terkandung dalam
hati. Pendeknya,
memberitahukan apa yang menjadi keputusan Tuhan.
Hosea 5: 14
(5:14) Sebab Aku ini seperti singa
bagi Efraim, dan seperti singa muda bagi kaum Yehuda. Aku, Aku ini akan menerkam, lalu
pergi, Aku akan membawa
lari dan tidak ada yang melepaskan.
Hal yang dapat kita lihat dari ayat ini,
yaitu: “Aku ini
akan menerkam”.
Menerkam artinya, Dia
berfirman untuk menjatuhkan
penghukuman terhadap dosa.
Firman Allah yang disampaikan itu
merupakan penghukuman
terhadap dosa.
Setelah menerkam, dua hal yang akan
terjadi, yaitu:
- "Lalu
pergi", artinya: tidak
perduli terhadap orang yang menerima penghukuman karena dosa.
- "Membawa
lari dan tidak ada yang melepaskan."
Artinya: tidak ada
yang dapat melepaskan diri, apabila penghukuman terhadap dosa berlangsung.
Jadi jangan coba-coba menghindar pergi ke Asyur seperti Efraim,
kemudian Yehuda melihat bisulnya lalu mengutus orang pergi kepada raja agung,
pergi kepada orang lain, bukan kepada Tuhan. Ia menghindar dan lari dari
kenyataan.
Biarlah firman dinyatakan baik atau tidak
baik waktunya. Perhatikanlah saat dia mengaum, perhatikanlah saat Dia
berfirman. Jangan lari dari kenyataan.
Makhluk yang pertama layak menjadi
saksi terhadap keputusan pembukaan meterai yang pertama, oleh sebab makhluk
hidup itu berkata: “Mari!”, berarti dia
menunjukkan keputusan penghukuman atas dosa dari pembukaan meterai yang pertama
atas bumi. Selagi ada waktu, gunakan kesempatan ini dengan baik. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment