IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 28 OKTOBER 2016
“KITAB MALEAKHI”
Subtema: HUKUM-HUKUM
PERANG.
Shalom
saudaraku.
Selamat
malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya. Oleh karena kemurahan hati Tuhan,
kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan
perjamuan suci.
Kita
kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai dengan perjamuan suci dari kitab Maleakhi.
Maleakhi
4: 1
(4:1) Bahwa
sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang
gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan
terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak
ditinggalkannya akar dan cabang mereka.
Terlebih
dahulu kita memperhatikan kalimat: “Bahwa
sesungguhnya hari itu datang”, ini berbicara tentang kedatangan Yesus
Kristus untuk yang kedua kalinya, dimana Ia akan tampil sebagai Raja untuk
menghakimi semua bangsa = hari penghakiman.
Sebagai
gambaran hari penghakiman: “menyala
seperti perapian”, maka yang akan terbakar di sini adalah jerami.
Jerami
adalah batang padi/batang gandum yang kering sesudah dituai -> kerohanian
yang kering-kering = tidak berbuah, tidak dapat berbuat apa-apa, itulah orang
yang jauh dari Tuhan, hidup tanpa persekutuan dengan Tuhan.
Pertanyaannya:
Siapakah yang
digambarkan seperti jerami?
Yaitu
semua orang gegabah dan setiap orang
yang berbuat fasik menjadi seperti
jerami.
Segera
saja kita memperhatikan ORANG FASIK
dalam...
Maleakhi
3: 15
(3:15) Oleh sebab
itu kita ini menyebut berbahagia orang-orang yang gegabah: bukan saja mujur
orang-orang yang berbuat fasik itu, tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka
luput juga."
Perhatikan kalimat berikut ini: “Bukan saja mujur orang-orang yang berbuat fasik itu, tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka luput juga”, inilah paham yang dianut oleh orang fasik; suka mencobai Tuhan.
Orang
Kristen suka mencobai Tuhan, saat tertekan, tertindas, dalam pergumulan, beban
hidup berat, suka mencobai Tuhan, dengan berkata: “Kalau Tuhan ada, Dia pasti tolong saya”,
perkataan ini sama dengan mencobai
Tuhan. Sebaliknya merasa diri hebat, mampu dan kuat, itu
juga bagian dari mencobai Tuhan, sebab orang yang merasa diri bisa dan mampu,
tidak butuh Tuhan.
Orang
fasik dikaitkan dengan PRIBADI SAUL.
1
Samuel 24: 12-13
(24:12) Lihatlah
dahulu, ayahku, lihatlah kiranya punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari
kenyataan bahwa aku memotong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau,
dapatlah kauketahui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan
pengkhianatan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun
engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku.
(24:13) TUHAN
kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku
kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau;
Daud
berkata kepada Saul: “...walaupun engkau
ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku”.
Pendeknya;
Saul berusaha untuk membunuh Daud.
1
Samuel 24: 14
(24:14) seperti
peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan.
Tetapi tanganku tidak akan memukul engkau.
Karena
Saul berusaha untuk membunuh Daud, maka Daud menyampaikan peribahasa orang
tua-tua kepada Saul: “Dari orang fasik
timbul kefasikan”, menunjukkan bahwa Saul adalah orang fasik.
Bukti-bukti
kefasikan Saul (SERI KEFASIKAN SAUL YANG KETIGA).
1
Samuel 17: 32
(17:32) Berkatalah
Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia;
hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu."
Daud
berkata kepada Saul: “Janganlah seseorang
menjadi tawar hati karena dia”.
Perkataan
ini menunjukkan bahwa Saul telah menjadi tawar hati karena Goliat orang
Filistin itu. Ini adalah kefasikan Saul yang ketiga.
Amsal
24: 10
(24:10) Jika engkau
tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.
Jikalau
seseorang tawar hati pada masa kesesakan/pada saat
menghadapi pergumulan, tanda bahwa kekuatannya sangat kecil sekali di hadapan
Tuhan.
Efesus
3: 13
(3:13) Sebab itu aku
minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena
kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.
Sesungguhnya, dibalik pergumulan, dibalik kesesakan, dibalik salib, Tuhan menyediakan kemuliaan, supaya kita tidak putus asa. Sebaliknya, dibalik kemuliaan, Tuhan menyediakan salib, supaya kita jangan sombong, tetap rendah hati.
1
Samuel 17: 10-11
(17:10) Pula kata
orang Filistin itu: "Aku menantang hari ini barisan Israel; berikanlah
kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan seorang."
(17:11) Ketika Saul
dan segenap orang Israel mendengar perkataan orang Filistin itu, maka cemaslah
hati mereka dan sangat ketakutan.
Kalau
seorang pemimpin tawar hati dan menjadi takut di dalam kesesakan, maka
rakyatnya pun akan menjadi sama.
Sama
halnya dalam kandang penggembalaan ini; kalau saya tawar hati dalam kesesakan
dan akhirnya menjadi takut, pasti sidang jemaat juga mengalami hal yang sama.
Kalau gembala sidang seorang yang pemberani, maka sidang jemaat sebagai kawanan
domba Allah juga akan menjadi seorang pemberani.
1
Samuel 17: 23-24
(17:23) Sedang ia
berbicara dengan mereka, tampillah maju pendekar itu. Namanya Goliat, orang
Filistin dari Gat, dari barisan orang Filistin. Ia mengucapkan kata-kata yang
tadi juga, dan Daud mendengarnya.
(17:24) Ketika semua
orang Israel melihat orang itu, larilah mereka dari padanya dengan sangat
ketakutan.
Ketika
bangsa Israel mendengarkan perkataan Goliat, larilah mereka dan ketakutan,
tetapi tidak dengan Daud.
Jadi,
terlihat sekali perbedaan antara Daud dengan Saul, padahal Daud juga
mendengarkan perkataan yang sama yang diucapkan Goliat kepada Saul, tetapi Daud
tidak lari, tidak takut, tidak menjadi
tawar hati.
Tanda
bahwa Saul sedang mengalami ketakutan yang hebat.
1
Samuel 17: 33
(17:33) Tetapi Saul
berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin
itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa
mudanya telah menjadi prajurit."
Dari
mulut orang yang tawar hati, akan mengucapkan kata-kata yang menyebabkan orang
lain juga tawar hati.
Dari
mulut orang yang benar dan suci pasti keluar perkataan
yang benar dan suci. Dari mulut yang najis pasti mengeluarkan kata-kata yang
najis. Dari mulut orang munafik, juga pasti keluar kata-kata yang sifatnya kemunafikan.
Demikian
halnya dengan Saul; karena dia tawar hati,perkataan yang keluar dari mulutnya
membuat orang lain tawar hati. Ini
adalah pemimpin yang tidak baik, tidak pantas, tidak layak menjadi pemimpin.
Kalau
sidang jemaat, berada dalam pergumulan yang berat, kemudian seorang gembala
membiarkannya ataupun tidak memberi motivasi supaya dia kembali bergairah
melayani, itu adalah gembala yang tidak baik.
Tetapi
kita melihat di sini, perkataan Saul, justru menyebabkan orang yang
mendengarnya tawar hati, melemahkan orang lain. Ini adalah contoh pemimpin yang
tidak baik.
Kita
semua adalah imam, kita semua adalah pemimpin. Jadilah pemimpin yang baik.
Setiap
perkataan yang keluar dari mulut, jangan melemahkan orang lain, jangan
menyebabkan orang lain juga tawar hati.
Bandingkan
dengan pemimpin yang baik.
Keluaran
14: 10-12
(14:10) Ketika
Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak
menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru
kepada TUHAN,
(14:11) dan mereka
berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka
engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini
terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?
(14:12) Bukankah ini
telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah
kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada
orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini."
Bangsa
Israel mengalami ketakutan yang hebat terhadap Firaun dan Mesir, dan oleh
karena ketakutan itu mereka tidak dapat melihat rencana Allah yang besar,
rencana Allah yang indah, yang akan Tuhan sediakan dalam kehidupan mereka.
Justru
sebaliknya, mereka memilih untuk tetap tinggal di Mesir dan rela diperbudak
dengan kerja paksa sampai memahitkan hati mereka. Ini adalah pemikiran yang
salah.
Apa
yang menyebabkan? Karena bangsa Israel mengalami ketakutan yang hebat,
menunjukkan bahwa bangsa Israel tawar hati.
Keluaran
14: 13-14
(14:13) Tetapi
berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap
dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini
kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat
lagi untuk selama-lamanya.
(14:14) TUHAN akan
berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja."
Musa
berkata kepada bangsa Israel: “Janganlah
takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN”
Perkataan
Musa tidak membuat rakyatnya menjadi tawar hati, justru sebaliknya menjadi seorang
yang pemberani.
Musa
mengatakan itu kepada bangsa Israel, sebab Tuhan yang akan berperang untuk
bangsa Israel, dan mereka diam saja.
Alasan
Musa untuk memberi keyakinan yang pasti kepada bangsa Israel, karena dia telah
melihat bahwa Tuhan memberi kemenangan bagi bangsa Israel. Tuhan berperang
ganti bangsa Israel.
Seorang
pemimpin yang baik, dia harus melihat visi dan misi dari Tuhan, harus memiliki
pandangan nubuatan yang jauh ke depan. Sama seperti Yohanes Pembaptis, setelah
dia melihat Yesus sebagai anak domba yang disembelih
untuk menghapus dosa manusia, selanjutnya dia melihat Yesus tampil sebagai raja...Yohanes 1:29-36.
Sekarang
kita melihat pemimpin yang lain.
Yosua
23: 6-10
(23:6) Kuatkanlah
benar-benar hatimu dalam memelihara dan melakukan segala yang tertulis dalam
kitab hukum Musa, supaya kamu jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri,
(23:7) dan supaya kamu
jangan bergaul dengan bangsa-bangsa yang masih tinggal di antaramu itu, serta
mengakui nama allah mereka dan bersumpah demi nama itu, dan beribadah atau
sujud menyembah kepada mereka.
(23:8) Tetapi kamu
harus berpaut pada TUHAN, Allahmu, seperti yang kamu lakukan sampai sekarang.
(23:9) Bukankah
TUHAN telah menghalau bangsa-bangsa yang besar dan kuat dari depanmu, dan akan
kamu ini, seorang pun tidak ada yang tahan menghadapi kamu sampai sekarang.
(23:10) Satu
orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang, sebab TUHAN Allahmu,
Dialah yang berperang bagi kamu, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu.
Yosua
berkata kepada bangsa Israel: “Bukankah
TUHAN telah menghalau bangsa-bangsa yang besar dan kuat dari depanmu”->ketujuh
penduduk negeri tanah Kanaan.
Untuk
yang kedua kali Yosua berkata: “Satu
orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang”.
Yosua
menguatkan hati bangsa Israel karena Tuhan yang berperang ganti Israel,
pendeknya dia telah melihat kemenangan yang telah Tuhan berikan kepada bangsa
Israel.
Kesimpulannya:
Musa
melepaskan bangsa Israel dari Mesir dan Firaun, itulah dosa yang di belakang.
Mesir
dan Firaun -> dosa masa lalu. Mesir
= dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, sedangkan Firaun adalah gambaran dari
Iblis/Setan, itu adalah dosa masa lalu, sebelum kita dipanggil di dalam Tuhan.
Yosua
mengalahkan atau menghalau tujuh penduduk negeri Kanaan, yaitu bangsa-bangsa
yang besar dan kuat.
Tujuh
penduduk negeri -> dosa di depan,
yaitu penyembahan berhala dan dosa kenajisan.
Justru
setelah kita dipanggil, berada dalam terangnya yang ajaib, dosa yang harus
dihadapi adalah penyembahan berhala dan kenajisan.
Ketika
bangsa Israel tidak mengindahkan apa yang dikatakan Yosua kepada mereka,
akhirnya bangsa Israel bergaul dengan tujuh penduduk negeri tanah Kanaan, dan
jatuh dalam penyembahan berhala.
Setelah
mereka jatuh dalam penyembahan berhala, tidak lama kemudian mereka dibuang ke
Babel, jatuh dalam dosa kenajisan, itu dosa di depan.
Justru
setelah di dalam Tuhan, yang menjadi musuh utama adalah penyembahan berhala dan dosa kenajisan.
Tuhan
sudah sediakan hari perhentian, kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena
pada tiga macam alat yang ada dalam ruangan suci -> ketekunan dalam tiga
macam ibadah pokok, tetapi justru tiga macam ibadah pokok ini kita abaikan
karena berhala. Tetapi jangan salah, kalau seseorang sudah jatuh dalam
penyembahan berhala, dia sama dengan binatang yang ditunggangi oleh perempuan
kekejian, artinya; ditunggangi dosa kenajisan. Manusia tanpa
roh = binatang.
Biarlah
kita hidup dalam roh, memberi diri
dipimpin oleh Roh Kudus.
Hidup dalam Roh Kudus = ada di dalam kegiatan roh
yaitu ibadah dan pelayanan.
Musa
dan Yosua dapat mengalahkan musuh-musuh mereka, karena mereka telah melihat
kemenangan yang telah Tuhan berikan kepada mereka. Yesus telah mengalahkan
musuh abadi, Ia telah meremukkan kepala ular dengan tumit-Nya di atas kayu
salib 2016 tahun yang lalu.
Sejenak
kita melihat; HUKUM-HUKUM
PERANG.
Seorang
pemimpin harus mengerti tentang hukum-hukum perang. Imam juga disebut seorang
pemimpin, harus mengetahui hukum-hukum perang supaya menjadi pemimpin yang baik dalam peperangan.
Ulangan
20: 1
(20:1) "Apabila
engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan engkau melihat kuda dan kereta,
yakni tentara yang lebih banyak dari padamu, maka janganlah engkau takut
kepadanya, sebab TUHAN, Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah
Mesir, menyertai engkau.
Seorang prajurit/tentara Tuhan apabila melihat tentara musuh lebih banyak, tidak perlu takut kepadanya, karena Tuhan yang berperang ganti kita.
Ulangan
20: 2-3
(20:2) Apabila kamu
menghadapi pertempuran, maka seorang imam harus tampil ke depan dan
berbicara kepada rakyat,
(20:3) dengan
berkata kepada mereka: Dengarlah, hai orang Israel! Kamu sekarang menghadapi
pertempuran melawan musuhmu; janganlah lemah hatimu, janganlah takut,
janganlah gentar dan janganlah gemetar karena mereka,
Apabila
menghadapi pertempuran, seorang imam (seorang pemimpin) harus menunjukkan
sikapnya di hadapan Tuhan dan di hadapan bangsanya dengan dua hal:
YANG
PERTAMA: “SEORANG IMAM HARUS TAMPIL KE DEPAN”.
Arti
rohaninya; menjadi teladan atau dapat memberi contoh yang baik.
Sekarang
kita lihat TELADAN YESUS KRISTUS.
Yohanes
13: 13-15
(13:13) Kamu
menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan
Tuhan.
(13:14) Jadi jikalau
Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib
saling membasuh kakimu;
(13:15) sebab Aku
telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama
seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
Yesus
telah memberi teladan kepada dua belas murid, yaitu bahwa Yesus yang adalah
guru dan Tuhan telah membasuh kaki
murid-murid-Nya.
Jadi,
kalau Yesus yang adalah Tuhan dan guru mau membasuh murid, maka seorang
pemimpin juga harus memberi teladan dalam hal membasuh kaki sesama.
Membasuh
kaki sesama, artinya; mengampuni sesama, berarti hidup di
dalam kasih, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa
dan kasih itu juga mengikat dan mempersatukan sampai akhirnya untuk
menyempurnakan.
Jadi,
dalam hal pengampunan ini kaitannya dengan salib. Memikul salib di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan pasti mampu mengampuni sesama.
Kalau
seseorang melayani Tuhan, tetapi tidak mengampuni kesalahan orang lain, itu yang disebut
kebangkitan palsu karena kematiannya palsu. Kalau kematiannya palsu, maka kebangkitannya
juga palsu.
Kita
lihat sejenak ketika Yesus membasuhi kaki murid-murid.
Yohanes
13: 4-5
(13:4) Lalu
bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain
lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,
(13:5) kemudian Ia
menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya
lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
Proses ketika Yesus membasuh
kaki murid-murid:
1.
“Menanggalkan
jubah-Nya".
= tidak mempertahankan hak sebagai milik
yang harus dipertahankan. Jubah itu
kebesaran.
2.
“Mengambil
sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya”.
Lenan halus yang terikat pada pinggang,
artinya; seorang hamba tidak menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan
(Yesaya 11: 5).
Berikat pinggang -> hamba yang sedang
melayani Tuhan.
Setelah
Yesus membasuh kaki murid-murid, selanjutnya Ia menyekanya dengan kain yang
terikat pada pinggang-Nya.
Jadi,
kalau seorang hamba tidak menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, dia dapat
mengampuni sesamanya termasuk membersihkan orang lain/membenarkan orang lain.
Banyak
di antara kita hanya bisa mengampuni, tetapi tidak terlihat tanda bahwa ia
mengampuni, sebab ia tidak mau diikat dengan kasih Allah untuk menjadi satu
anggota tubuh seutuhnya di hadapan Tuhan, seperti jawab Yesus kepada Petrus: “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau
tidak mendapat bagian dalam Aku”...Yohanes
13:8.
Sesungguhnya
kalau anggota tubuh diikat oleh kasih, maka akan terlihat kasih mesra. Tidak
boleh hanya mengampuni tetapi tidak diikat dengan kasih Allah.
Yohanes
13: 10
(13:10) Kata Yesus
kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi
selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah
bersih, hanya tidak semua."
“Barangsiapa telah
mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi, selain membasuh kakinya...”
Berarti,
mengampuni dan mengasihi adalah hal yang wajib dilakukan.
Yohanes
13: 7
(13:7) Jawab Yesus
kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau
akan mengertinya kelak."
Perkataan
Yesus kepada Simon Petrus “Apa yang
Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak”,
supaya kita mengerti, biarlah kita mengikuti teladan Yesus Kristus.
1
Petrus 2: 21-23
(2:21) Sebab untuk
itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
(2:22) Ia tidak
berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
(2:23) Ketika Ia
dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia
tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan
adil.
Kita
dipanggil, dilepaskan dari kegelapan dosa dan sekarang berada dalam terang-Nya
yang ajaib supaya kita mengikuti teladan yang ditinggalkan-Nya.
Teladan
yang ditinggalkan-Nya, antara lain:
1. “Ia
tidak berbuat dosa” = suci, bahkan sempurna.
2.
“Tipu
tidak ada dalam mulut-Nya” = tidak ada dusta dan tipu daya dalam
perkataan-Nya.
Bapa dari segala dusta adalah Iblis/Setan.
Kalau seseorang berdusta, menandakan ia adalah anak dari Iblis/Setan.
Kalau tidak ada dusta dan tipu daya, maka tidak
suka memelintir perkataan. Kadang kita ini sekalipun telah menerima
Pengajaran mempelai, suka memelintir
perkataan; langsung menjawab kata-kata yang indah, tetapi tidak nyata dalam
hal praktek, itu adalah kata-kata
dusta.
Jadi, dusta itu suka memelintir, suka memegahkan
suatu perkataan tetapi tidak dilaksanakan.
3. “Ketika
Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki” = tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan =
terlepas dari hukum Taurat.
4. “Ketika
Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang
menghakimi dengan adil”
Menyerahkan segala persoalan hidup ke
dalam tangan Tuhan.
Pendeknya;
Yesus telah meninggalkan teladan, yaitu: belas kasih atau kasih karunia kepada
kita.
Tidak
membalas kejahatan dengan kejahatan berarti telah meninggalkan teladan yang
baik, yaitu menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada kita.
Kalau
kita terus mengikuti teladan Yesus, kita akan melihatnya. Tadi Yesus
berkata kepada Simon: “Apa yang
Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak”,
inilah yang Dia maksud, Yesus telah menyatakan kasih karunia-Nya dan menaruh
belas kasih kepada kita semua kalau kita mengikuti teladan-Nya.
Sekarang
kita melihat; TELADAN RASUL PAULUS.
2
Tesalonika 3: 7-9
(3:7) Sebab kamu
sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak
lalai bekerja di antara kamu,
(3:8) dan tidak
makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang
malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu.
(3:9) Bukan karena
kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami
teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti.
Rasul
Paulus menjadi teladan yang baik bagi sidang jemaat di Tesalonika karena dia
bekerja keras untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan di antara sidang jemaat di
Tesalonika, supaya jemaat di Tesalonika juga kiranya mengikuti teladan dari
Rasul Paulus.
Makan
dari hasil kerja keras, berarti cukupkanlah diri dari gaji/penghasilan. Ibadah
kalau disertai dengan rasa cukup, akan memberi keuntungan yang besar,
syaratnya: asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
Barulah
kita melihat ...
Filipi
3: 7-9,17
(3:7) Tetapi apa
yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
(3:8) Malahan segala
sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih
mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu
dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
(3:9) dan berada
dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat,
melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran
yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.
Filipi
3: 17
(3:17)
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama
seperti kami yang menjadi teladanmu.
Juga Rasul Paulus menjadi teladan bagi sidang jemaat di Filipi.
Rasul
Paulus menganggap semua kemampuan daging, potensi daging, semua yang ada di
belakang menjadi sampah, supaya ia memperoleh Kristus dan kebenaran, sehingga
dengan demikian menjadi contoh teladan. Kalau seseorang tidak memiliki Kristus,
tidak memiliki kebenaran, tidak akan bisa menjadi contoh teladan, sekalipun
memiliki kelebihan-kelebihan secara lahiriah.
YANG
KEDUA: “SEORANG IMAM HARUS BERBICARA KEPADA BANGSA ISRAEL”.
Adapun
perkataan yang harus disampaikan seorang imam (pemimpin) kepada bangsa Israel,
yaitu:“Janganlah lemah hatimu, janganlah
takut, janganlah gentar, janganlah gemetar karena mereka.”
Ulangan
20: 4
(20:4) sebab TUHAN,
Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan
musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu.
Dia mengucapkan kata-kata di atas tadi, karena seorang imam (pemimpin) telah melihat kemenangan yang telah Tuhan berikan kepada bangsa Israel.Jadi, bukan dengan tanpa alasan dia berkata seperti itu.
Melihat
kemenangan yang telah Tuhan berikan, persamaannya: jikalau Tuhan di pihak kita, maka siapakah yang akan melawan kita?
Roma
8: 31-32
(8:31) Sebab itu
apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita,
siapakah yang akan melawan kita?
(8:32) Ia, yang
tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita
semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita
bersama-sama dengan Dia?
Allah
telah menyerahkan Anak-Nya yang tunggal bagi kita untuk mengaruniakan segala
sesuatu bagi kita bersama dengan Dia, termasuk kemenangan yang telah Tuhan
karuniakan.
Jadi,
Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu kepada manusia dan mengaruniakan
segala sesuatu kepada kita bersama dengan Dia (Anak Allah), termasuk
kemenangan, sehingga pertanyaan: “Jika
Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”, jawabnya “TIDAK ADA”.
Dalam
kesesakan, dalam pergumulan, dalam penderitaan, dalam kesukaran
di tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita, jangan tawar hati
dan jangan menjadi takut. Lihatlah, Tuhan telah memberikan kemenangan bagi
kita, tinggal persoalannya; kita mau maju berperang atau mundur?
Lewat
pemberitaan firman ini, saya semakin diyakinkan untuk terus berjuang bersama
dengan Tuhan, dan saya semakin tidak takut lagi. Justru apa yang ditakutkan,
dicemaskan seseorang, itu yang mendatangi seseorang.
Pikul
saja salib, kalau biasa pikul salib dan merendahkan diri, apa pun yang ada di
dunia ini tidak ada yang kita takuti, sebab jaminannya adalah salib. Saya
semakin diyakinkan, sehingga tidak ada keragu-raguan untuk terus berjuang,
bersama dengan Dia, kita pasti menang.
Dia
karuniakan segala sesuatu, termasuk kemenangan Tuhan berikan kepada kita. Tidak
perlu takut, tidak perlu ragu.
Roma
8: 33-34
(8:33) Siapakah yang
akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka?
Siapakah yang akan menghukum mereka?
(8:34) Kristus
Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk
di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
Ada
dua pertanyaan yang dijawab oleh kasih Allah:
1. “Siapakah yang
akan menggugat orang-orang pilihan Allah?”
Jawabnya: tidak ada, sebab Allah sendiri yang
akan membenarkan orang-orang pilihan. Inilah bukti Tuhan di pihak kita.
2.
“Siapakah yang akan menghukum orang-orang
pilihan Allah?”
Jawabnya: tidak ada, sebab Kristus Yesus
telah mati, hari ketiga Dia bangkit, kemudian Dia naik dipermuliakan, duduk di
sebelah
kanan Allah Bapa, sebagai Pembela bagi orang-orang pilihan. Tidak ada yang bisa
menghukum kita, sebab hanya
Tuhan yang menentukan segala sesuatunya.
Bagi orang-orang pilihan.
Orang-orang
pilihan -> Imamat rajani = bangsa yang kudus, milik kepunyaan Allah.
Roma
8: 35-36
(8:35) Siapakah yang
akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
(8:36) Seperti ada
tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari,
kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."
Siapakah yang akan
memisahkan kita dari kasih Kristus? Tidak ada, sekalipun menghadapi tujuh
perkara tadi, karena orang-orang pilihan siap untuk menjadi domba sembelihan,
sangkal diri dan pikul salib, sampai akhirnya orang-orang pilihan itu lebih
dari pemenang.
Malam
ini kita ibarat seperti dicharge,
digairahkan kembali oleh Tuhan, diberi kekuatan yang baru.
Kesimpulannya;
seorang pemimpin berbicara kepada bangsa Israel -> orang-orang yang
mengasihi Dia, orang-orang yang tidak terpisahkan dari kasih Allah sampai rela
menjadi domba sembelihan, sehingga dengan demikian, perkataan dan perbuatannya
sama.
Kita
kembali memperhatikan HUKUM-HUKUM PERANG.
Ulangan
20: 5-8
(20:5) Para pengatur
pasukan haruslah berbicara kepada tentara, demikian: Siapakah orang yang telah
mendirikan rumah baru, tetapi belum menempatinya? Ia boleh pergi dan pulang ke
rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang lain yang
menempatinya.
(20:6) Dan siapa
telah membuat kebun anggur, tetapi belum mengecap hasilnya? Ia boleh pergi dan
pulang ke rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang lain yang
mengecap hasilnya.
(20:7) Dan siapa
telah bertunangan dengan seorang perempuan, tetapi belum mengawininya? Ia boleh
pergi dan pulang ke rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang
lain yang mengawininya.
(20:8) Lagi para
pengatur pasukan itu harus berbicara kepada tentara demikian: Siapa takut dan
lemah hati? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya hati
saudara-saudaranya jangan tawar seperti hatinya.
Para
pengatur pasukan (pemimpin) harus berbicara kepada tentara Tuhan tentang empat
perkara, yaitu:
1. “Siapakah
orang yang telah mendirikan rumah baru, tetapi belum menempatinya?”
Mendirikan rumah baru, tetapi belum
menempatinya, berarti rumah kosong.
Matius 12: 43-45
(12:43)
"Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat
yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya.
(12:44)
Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka
pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapi teratur.
(12:45)
Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan
mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk
dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang
jahat ini."
Keadaan rumah itu
kosong, bersih, tersapu, kemudian rapi teratur.
Bersih, tersapu,
rapi teratur itu baik, tetapi tidak ada artinya kalau rumah itu kosong.
Kosong, arti
rohaninya; Allah tidak berdiam di dalam bait-Nya.
Bersih, tersapu, dan
rapi teratur -> orang yang menjalankan ibadah dan pelayanan secara lahiriah,
seperti;
- Ahli-ahli
Taurat; mengerti firman tetapi tidak
menjadi pelaku.
- Orang-orang
Farisi; melayani dengan wibawa mereka tetapi penuh dengan kemunafikan.
Secara aturan lahiriah bagus, rapi dan
teratur, tetapi apa artinya kalau kosong, Tuhan tidak diam dalam hidupnya,
firman tidak mendarah daging, dan penuh
dengan kemunafikan. Justru itu membahayakan diri seorang pelayan Tuhan.
Kalau seseorang
berbuat jahat sebelum dia dipanggil, itu adalah hal yang wajar, mengapa? Karena
tidak mengetahui dan
mengenal kebenaran.
Tetapi, apabila
seseorang telah dipanggil dari kegelapan, dilepaskan dari dosa kejahatan,
kemudian berada dalam
terang-Nya yang
ajaib, namun pada akhirnya kembali mengulangi kesalahan yang sama, itu adalah
kejahatan yang
sempurna, tujuh kali
lebih jahat dari yang pertama.
Sama seperti roh jahat; setelah lepas,
kemudian ia mencari tempat yang tandus, tetapi ketika dia tidak melihat, dia
ingin
kembali dan pada saat dia kembali, dia melihat
rumah itu kosong, lalu diajaknyalah tujuh roh yang lain, yang lebih jahat
lagi.
Kita juga anak-anak Tuhan, dulu sebelum
dipanggil masih berada dalam kegelapan dan banyak dosa disembunyikan
di
situ, hal itu wajar saja, karena tidak mengenal
kebenaran, tetapi setelah dipanggil dan berada dalam terang yang ajaib
namun kembali lagi mengulangi kesalahan
yang sama, itu kejahatannya sempurna.
Maka seorang
pemimpin harus berkata kepada orang yang seperti ini: “Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya
jangan ia mati dalam pertempuran dan orang
lain yang menempatinya”
Orang yang
seperti ini tidak boleh diikutsertakan dalam pelayanan supaya ia tidak tewas
dan orang lain (roh jahat
dan roh najis) yang akan menempatinya.
2. “Siapa
telah membuat kebun anggur, tetapi belum mengecap hasilnya?”
Untuk mendapat suatu pengertian, kita akan
bandingkan dengan ayat lain.
Imamat 19: 23-25
(19:23)
Apabila kamu sudah masuk ke negeri itu dan menanam bermacam-macam pohon
buah-buahan, janganlah kamu memetik buahnya selama tiga tahun dan jangan
memakannya.
(19:24)
Tetapi pada tahun yang keempat haruslah segala buahnya menjadi persembahan
kudus sebagai puji-pujian bagi TUHAN.
(19:25) Barulah pada tahun yang kelima kamu
boleh memakan buahnya, supaya hasilnya ditambah bagimu; Akulah
TUHAN, Allahmu.
Selama tiga
tahun, bangsa Israel tidak boleh memetik dan makan buah yang ditanam oleh
mereka.
Kemudian,
tahun yang keempat, haruslah segala buah menjadi persembahan kudus sebagai
puji-pujian bagi Tuhan.
Kesimpulannya;
membuat kebun anggur tetapi belum mengecap hasilnya, berarti ibadah dan
pelayannnya belum menjadi
persembahan kudus sebagai puji-pujian bagi Tuhan.
Orang yang seperti ini juga ia boleh pergi
dan pulang ke rumahnya, supaya ia jangan mati dalam pertempuran, dan orang lain
yang mengecap hasilnya.
3. “Siapa
yang telah bertunangan dengan seorang perempuan, tetapi belum mengawininya?”
Bertunangan tetapi
belum mengawininya, artinya; belum dewasa rohani.
Kalau hanya
bertunangan, dari sejak usia 17 tahun sudah bisa dipertunangkan, atau dari
sejak remaja, bahkan bisa saja dari sejak lahir sudah dipertunangkan, tetapi
belum kawin = belum dewasa.
Seorang anak Tuhan
yang belum dewasa rohani, tidak dapat bertanggung jawab dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya.
Ulangan 24: 5
(24:5)
Apabila baru saja seseorang mengambil isteri, janganlah ia keluar
bersama-sama dengan tentara maju berperang atau dibebankan sesuatu
pekerjaan; satu tahun lamanya ia harus dibebaskan untuk keperluan rumah
tangganya dan menyukakan hati perempuan yang telah diambilnya menjadi
isterinya."
Apabila seseorang
baru menikah, tidak boleh berperang selama satu tahun, untuk memperhatikan
keperluan-keperluan rumah tangganya = bertanggung jawab -> kedewasaan
rohani.
Sedangkan orang yang
masih bertunangan, boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya ia jangan mati
dalam pertempuran dan orang lain yang mengawininya. Itu bagaikan pembangunan
tubuh Babel; orang lain yang mengawininya, roh najis yang berkuasa.
4. “siapa
takut dan lemah hati”
Takut dan lemah hati
= tawar hati, tidak mempunyai keberanian untuk melawan musuh.
Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya hati saudara-saudaranya jangan tawar seperti hatinya.
Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya hati saudara-saudaranya jangan tawar seperti hatinya.
1 Samuel 17: 9-10
(17:9)
Jika ia dapat berperang melawan aku dan mengalahkan aku, maka kami akan menjadi
hambamu; tetapi jika aku dapat mengungguli dia dan mengalahkannya, maka kamu
akan menjadi hamba kami dan takluk kepada kami."
(17:10)
Pula kata orang Filistin itu: "Aku menantang hari ini barisan Israel;
berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan seorang."
Goliat orang Filistin itu menantang tentara Tuhan, barisan Tuhan, dengan berperang seorang lawan seorang.
Konsekuensinya:
siapa yang kalah, bangsanya menjadi hamba dari bangsa orang yang menang itu.
Sekarang kita lihat
bagaimana respon Saul mendengar pernyataan ini.
1 Samuel 17: 11
(17:11)
Ketika Saul dan segenap orang Israel mendengar perkataan orang Filistin itu,
maka cemaslah hati mereka dan sangat ketakutan.
Saul cemas hati dan
sangat ketakutan mendengarkan tantangan dari Goliat, orang Filistin itu,
menandakan bahwa Saul tawar hati.
Ketika Saul takut
dan cemas hati, rakyat itu pun takut dan cemas hati, dan rakyatpun dirugikan.
Kalau gembalanya
pemberani, maka sidang jemaat yang dilayani pasti pemberani. Kalau gembalanya
tulus, pasti sidang jemaatnya tulus. Kalau gembalanya menjaga kesucian, pasti
sidang jemaatnya juga akan menjaga kekudusan. Kalau gembalanya rajin, pasti
sidang jemaat yang dilayani juga rajin. Tetapi kalau gembalanya takut dan cemas
hati, maka sidang jemaatnya pun takut dan cemas hati.
Tadi dalam Amsal 20:
10, kalau tawar hati dalam kesesakan, kecillah kekuatanmu. Demikian juga dalam
Efesus 3: 13, dibalik salib Tuhan menyediakan kemuliaan bagi kita. Sejauh mana
kita turun direndahkan ke dunia orang mati, sejauh itu Tuhan akan meninggikan
kita. Pantulan kebangkitan itu sejauh kita ditekan, sejauh kita mengalami
sengsara salib, itulah pengalaman kematian, sampai kita pantas menerima
kelayakan dari Tuhan, (dipermuliakan).
Jadi, jangan dulu
kecil hati, kecut hati, jangan lantas tawar hati, disaat menghadapi pergumulan,
sebab dibalik salib Tuhan akan menyediakan kemuliaan. Percayalah kepada firman.
2 Korintus 4: 16
(4:16)
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin
merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
Rasul Paulus tidak tawar hati saat menghadapi maut sekalipun. Tidak tawar hati ketika manusia lahiriahnya merosot.
Ketika manusia
batiniah dibaharui dari sehari ke sehari, maka manusia lahiriah akan semakin
merosot, daging kita akan semakin merosot, namun sekalipun demikian Rasul
Paulus tidak tawar hati dalam menghadapi maut, dalam menghadapi kesesakan. Itu
memang konsekuensi supaya manusia batiniah dibaharui dari sehari ke sehari,
yaitu memikul salib.
Jika tidak pikul
salib, tidak akan ada pembaharuan manusia batiniah.
Ulangan
28: 28-30
(28:28) TUHAN akan
menghajar engkau dengan kegilaan, kebutaan dan kehilangan akal,
(28:29) sehingga
engkau meraba-raba pada waktu tengah hari, seperti seorang buta meraba-raba di
dalam gelap; perjalananmu tidak akan beruntung, tetapi engkau selalu diperas
dan dirampasi, dengan tidak ada seorang yang datang menolong.
(28:30) Engkau akan bertunangan
dengan seorang perempuan, tetapi orang lain akan menidurinya. Engkau akan mendirikan
rumah, tetapi tidak akan mendiaminya. Engkau akan membuat kebun anggur,
tetapi tidak akan mengecap hasilnya.
Bertunangan
dengan seorang perempuan tetapi orang lain menidurinya. Mendirikan rumah tetapi
tidak akan mendiaminya. Membuat kebun anggur tetapi tidak mengecap hasilnya.
Itu
adalah orang-orang yang terkutuk, yang tidak mengandalkan Tuhan, tidak mendengar
firman dan tidak melakukannya, sebab hatinya jauh dari Tuhan. Orang yang
terkutuk adalah orang yang tidak mengandalkan salib. Kutuk hanya bisa
dipatahkan di atas kayu salib. Itulah
orang-orang yang kalah tadi.
Maka,
seorang pemimpin pasukan, dia harus berbicara kepada tentaranya dengan
kata-kata yang memberi pengaruh yang positif.
Akibat
tawar hati.
1
Samuel 17: 33
(17:33) Tetapi Saul
berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin
itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa
mudanya telah menjadi prajurit."
Kata
Saul kepada Daud: “Tidak mungkin engkau
dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda,
sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit”.
Perkataan
ini menunjukkan bahwa Saul tidak melihat kemenangan yang diberikan Tuhan kepada
dia dan bangsa Israel = pesimis, tidak optimis, tidak percaya diri, kalah
sebelum berperang.
Perkataan
Saul dibagi menjadi dua bagian:
1. “Sebab engkau masih muda”.
Saudaraku, kemampuan
seseorang untuk menghadapi musuh, termasuk pergumulan-pergumulan, tidak diukur
dari usia, apakah orang itu masih muda atau sudah tua.
Perkataan Saul kita
bandingkan dengan firman Allah dalam ...
1 Timotius 4: 12
(4:12)
Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan
bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam
kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Nasihat Rasul
Paulus: Jadilah teladan bagi orang-orang
percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam
kesetiaanmu dan dalam kesucianmu, sehingga dengan teladan-teladan ini,
seorangpun tidak menganggap Timotius rendah karena usianya masih muda.
Kalau kita menjadi
teladan, orang tidak menganggap remeh orang muda. Usia boleh muda, tetapi kalau
kita menjadi teladan, menjadi kesaksian, orang tidak akan menganggap remeh
orang muda.
Banyak orang Kristen
sampai tua tidak bisa membuka Alkitab, bagaimana mungkin bisa menjadi teladan?
Sedangkan untuk menjadi teladan harus membaca, lalu ada keinginan untuk dengar
sampai melakukan firman Tuhan.
Berarti firman Tuhan
bertolak belakang dengan perkataan Saul.
1 Korintus
2: 1-5
(2:1) Demikianlah pula, ketika aku datang
kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau
dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu.
(2:2) Sebab aku telah memutuskan untuk
tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang
disalibkan.
(2:3) Aku juga telah datang kepadamu dalam
kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.
(2:4) Baik perkataanku maupun pemberitaanku
tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan
keyakinan akan kekuatan Roh,
(2:5) supaya iman kamu jangan bergantung
pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.
Kita
membutuhkan pemberitaan firman tentang salib Kristus bukan semata-mata hanya pemberitaan dengan kata-kata yang indah saja, supaya kita tidak bergantung pada hikmat manusia,
tetapi bergantung kepada kekuatan Allah yang bersumber dari salib Kristus.
Saul
berkata: “engkau masih muda”, menunjukkan bahwa Saul mengandalkan hikmat dan kekuatan manusia, dia tidak melihat kemenangan yang
Tuhan berikan di atas kayu salib. Oleh sebab itu, kita tidak membutuhkan hikmat
manusia karena itu tidak memberikan kekuatan, kita membutuhkan pemberitaan
firman tentang salib untuk memberi kekuatan.
Sekalipun
usia kita masih muda, tetapi kita tetap kuat, tidak dianggap rendah, karena
kita menjadi teladan.
2. “Sedang dia sejak dari masa mudanya telah
menjadi prajurit”
Saul mengukur
kekuatan seseorang dari sudut waktu atau lamanya.
Kita bandingkan
dengan firman Tuhan, apakah perkataan Saul ini benar atau tidak.
Ibrani 5: 11-14
(5:11)
Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk
dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.
(5:12)
Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi
pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah,
dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
(5:13)
Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang
kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.
(5:14)
Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai
pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.
Kalau seseorang
masih memerlukan susu, asas-asas pokok atau dasar-dasar pokok tentang penyataan
Allah sekalipun bertahun-tahun ikut Tuhan, tidak akan menjadi jaminan untuk
menjadi seorang pengajar, tidak akan pernah menjadi guru.
Sebaliknya, kalau
seseorang lebih menyukai makanan keras, maka makanan keras inilah yang akan mendewasakan
seseorang, dan ia akan menjadi seorang pengajar yang baik.
Jadi, perkataan Saul
bertentangan dengan kebenaran firman.
Goliat dari sejak
muda sudah menjadi prajurit, maka Saul berkata kepada Daud: “tidak mungkin engkau akan mengalahkan dia”.
Perlu saya tandaskan,
kalau seseorang masih memerlukan susu, sekalipun bertahun-tahun ikut Tuhan, tidak
mau ditegor secara to the point oleh firman yang keras, tidak mungkin menjadi pengajar, sebaliknya kalah,
kalah dan kalah dan tidak berdaya dalam menghadapi pergumulan. Ini harus
sungguh-sungguh diperhatikan, jangan dengar perkataan manusia.
Kalau mau memutuskan
sesuatu, tanya Tuhan dulu, jangan gegabah, jangan seperti orang fasik.
Ciri-ciri
orang yang tawar hati.
1
Samuel 17: 38-39
(17:38) Lalu Saul
mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya
dan dikenakannya baju zirah kepadanya.
(17:39) Lalu Daud
mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan,
sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak
dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya."
Kemudian ia menanggalkannya.
Saul
mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopongnya = memperlengkapi
Daud dengan senjata perang yang dia miliki, arti rohaninya; mengandalkan manusia
dan kekuatannya sendiri, termasuk pengalamannya sendiri, ini sangat bertolak
belakang dengan kebenaran.
Pengalaman
seseorang dalam mengikuti Tuhan dalam kandang penggembalaan tentu berbeda-beda,
apalagi pengalaman orang yang tidak tergembala pun berbeda-beda. Tetapi karena
dia tidak melihat kemenangan yang Tuhan berikan kepada bangsa Israel, akhirnya Saul
memberikan jubahnya, ketopongnya, dia mengandalkan manusia dan kekuatannya
sendiri, termasuk pengalamannya. Ini tidak benar.
1
Samuel 10: 1
(10:1) Lalu Samuel
mengambil buli-buli berisi minyak, dituangnyalah ke atas kepala Saul,
diciumnyalah dia sambil berkata: "Bukankah TUHAN telah mengurapi engkau
menjadi raja atas umat-Nya Israel? Engkau akan memegang tampuk pemerintahan
atas umat TUHAN, dan engkau akan menyelamatkannya dari tangan musuh-musuh di
sekitarnya. Inilah tandanya bagimu, bahwa TUHAN telah mengurapi engkau menjadi
raja atas milik-Nya sendiri:
Tanda pengurapan: menyelamatkan bangsa Israel dari tangan musuh-musuh di sekitarnya, termasuk Filistin dan Amalek, dan pengurapan itu menunjukkan bahwa dia sedang diperlengkapi dengan perlengkapan rohani, tandanya; menyelamatkan bangsa Israel dari tangan musuh yang di sekitarnya.
Itulah
pengurapan dari Tuhan; memperlengkapi seorang imam, memperlengkapi seorang pemimpin
di tengah ibadah dan pelayanan, di tengah pergumulan, di tengah segala sesuatu
yang sedang dihadapi, tidak perlu mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri,
apalagi mengandalkan orang fasik seperti Saul. Pengalaman orang fasik dengan
orang yang tergembala bertolak belakang.
Berapa
kali orang pintar berbicara di televisi, tetapi bagi saya salib yang benar.
Jalan
keluarnya.
1
Samuel 17: 33-34
(17:33) Tetapi Saul
berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin
itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa
mudanya telah menjadi prajurit."
(17:34) Tetapi Daud
berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba
ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari
kawanannya,
Daud
berkata kepada Saul: “Hambamu ini biasa
menggembalakan kambing domba ayahnya”.
Daud
tidak mengandalkan manusia dan kekuatannya dan tidak mengandalkan perlengkapan
Saul, sebaliknya menggunakan pengalaman ketika ia tergembala, digembalakan oleh
gembala agung.
Daud
tidak tawar hati karena dia menggunakan pengalaman semasa tergembala, yang
tertulis di dalam Mazmur 23, Yesus adalah
gembalaku, tak kan kekurangan aku
baik secara rohani dan lahiriah, kemudian dibaringkan
di atas padang rumput yang hijau, menikmati firman penggembalaan, dituntun pada air yang jernih, berarti
hidup dalam pimpinan/ tuntunan Roh Kudus, sampai akhirnya gada dan tongkatmu yang menghibur aku, sekalipun berjalan dalam
lembah kekelaman, berjuang menghadapi musuh, dia tetap berkemenangan, itulah
pengalaman Daud, bagaikan kebajikan dan kemurahan mengikuti dia seumur
hidupnya.
Gunakanlah
pengalaman ini. Jangan lari dari penggembalaan, kita rugi kalau
tidak tergembala. Jangan andalkan daging dan kekuatan manusia. Andalkan Tuhan.
1
Samuel 17: 12-15
(17:12) Daud adalah
anak seorang dari Efrata, dari Betlehem-Yehuda, yang bernama Isai. Isai
mempunyai delapan anak laki-laki. Pada zaman Saul orang itu telah tua dan lanjut
usianya.
(17:13) Ketiga anak
Isai yang besar-besar telah pergi berperang mengikuti Saul; nama ketiga anaknya
yang pergi berperang itu ialah Eliab, anak sulung, anak yang kedua ialah
Abinadab, dan anak yang ketiga adalah Syama.
(17:14) Daudlah yang
bungsu. Jadi ketiga anak yang besar-besar itu pergi mengikuti Saul.
(17:15) Tetapi Daud
selalu pulang dari pada Saul untuk menggembalakan domba ayahnya di Betlehem.
Daud
selalu pulang untuk menggembalakan kambing domba ayahnya di Betlehem, artinya: selalu
ingat kandang penggembalaan.
Sesibuk-sibuknya
kita di dunia ini, kita harus kembali ke dalam kandang penggembalaan.
Berbeda
dengan ketiga abangnya, Eliab, Abinadab dan Syama selalu mengikuti Saul
berperang ke mana saja, tetapi Daud selalu kembali ke kandang penggembalaan,
mengutamakan penggembalaan, menikmati kemurahan, di situ dia memperoleh
kekuatan.
Kalau
kita terus berperang, terus bekerja, habis amunisi kita. Tetapi di
tengah-tengah kesibukan dunia ini, lalu kita kembali ke dalam kandang
penggembalaan, maka kita akan memperoleh kekuatan yang baru.
Mungkin
hari-hari yang lalu kita telah menghadapi masalah dan kalah, tetapi pada saat
kita kembali ke dalam kandang penggembalaan, kita dipulihkan dan dikuatkan oleh
Tuhan kembali.
Maka
kalau saya tidak tergembala, kerohanian saya akan kering-kering sekali. Saya harus tergembala,
sama-sama kita digembalakan, Yesus adalah Gembala Agung.
Kuasa
dalam penggembalaan.
1
Samuel 17: 34-36
(17:34) Tetapi Daud
berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba
ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari
kawanannya,
(17:35) maka aku
mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian
apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu
menghajarnya dan membunuhnya.
(17:36) Baik singa
maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak
bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia
telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup."
Oleh
karena pengalaman di dalam penggembalaan ini, Daud berkemenangan, ia mampu
mengalahkan singa dan beruang, bahkan Tuhan sendiri yang
melepaskan Daud dari cakar singa dan
beruang.
Singa
dan beruang, itulah binatang yang keluar dari dalam laut -> roh antikris.
Roh
antikris -> roh jual beli, mamon, uang.
Mamon,
uang adalah cakar dari singa dan beruang. Ingat, akar dari segala kejahatan
adalah cinta uang.
1
Timotius 6: 10
(6:10) Karena akar
segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang
telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Kalau
seseorang cinta uang, maka kejahatan berakar dalam hidupnya.
Ingat
sewaktu kita cinta uang, untuk mengembalikan sepersepuluh, berkorban dengan
ketidakrelaan.
Oleh
karena memburu uang;
- Beberapa orang menyimpang dari kebenaran
iman.
- Menyiksa diri dengan berbagai-bagai duka.
Lihat orang yang cinta
uang, setelah keinginan untuk kaya terwujud, justru menyiksa diri dengan
berbagai-bagai duka.
Perhatikanlah
ini sungguh-sungguh. Ini adalah cakar singa dan beruang yang menyakiti.
Tetapi
oleh karena pengalaman Daud tergembala, ia lepas dari cakar singa dan beruang,
tidak tersakiti oleh karena uang.
Dampak
positif dapat mengalahkan singa dan beruang:
1
Samuel 17: 36
(17:36) Baik singa
maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak
bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia
telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup."
Kalau
kita bisa mengalahkan singa dan beruang, termasuk melepaskan diri dari cakar
singa dan berung, maka Goliat, orang Filistin yang tidak bersunat itupun dapat dikalahkan.
Goliat
-> musuh dalam selimut, itulah daging. Daging tidak boleh dininabobokan,
tidak boleh dimanjakan, jangan malas, jangan sampai tidak mau tahu ibadah dan
pelayanan. Sekali waktu daging menjadi binatang buas, akan menerkam kalau
daging dininabobokan, malas, tidak mau pikul salib. Tetapi kalau kita mampu
mengalahkan singa dan beruang, maka otomatis, musuh dalam selimut, yaitu
daging, mampu kita kalahkan.
Tidak bersunat, berarti; anggota-anggota tubuh tetap dalam dosa.
Tidak bersunat, berarti; anggota-anggota tubuh tetap dalam dosa.
Kalau
bisa kita kalahkah singa dan beruang, lepas dari cakar-cakarnya, maka kita bisa
kalahkan daging atau orang Filistin yang tidak bersunat itu. Sering sekali kita
gagal, menuruti hawa nafsu daging, bahkan anggota tubuh dikuasai oleh dosa, karena
kita belum lepas dari cinta akan uang. Biarlah pengalaman dalam penggembalaan nyata
dalam hidup kita.
1
Samuel 17: 17-18
(17:17) Isai berkata
kepada Daud, anaknya: "Ambillah untuk kakak-kakakmu bertih gandum ini
seefa dan roti yang sepuluh ini; bawalah cepat-cepat ke perkemahan, kepada
kakak-kakakmu.
(17:18) Dan baiklah
sampaikan keju yang sepuluh ini kepada kepala pasukan seribu. Tengoklah apakah
kakak-kakakmu selamat dan bawalah pulang suatu tanda dari mereka.
Daud
membawa bertih gandum seefa dan sepuluh roti kepada kakak-kakaknya =
sepersepuluh = kebenaran yang disertai dengan kasih.
Sepuluh
hukum Allah ditulis pada dua loh batu. Yang pertama telah dipecahkan oleh Musa
-> salib Kristus adalah kasih Allah, itulah kebenaran yang disertai dengan
kasih.
Jangan
biarkan orang lain takut karena tawar hati sampai dia berkemenangan.
Kalau
Daud tidak ada, Israel kalah, karena Saul telah tawar hati, rakyatnya sudah
ketakutan. Masing-masing kita harus punya pengalaman sendiri dalam
penggembalaan sampai kita berkemenangan membawa kebenaran yang disertai dengan
kasih. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment