IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 16
NOVEMBER 2016
“KITAB KOLOSE”
(SERI: 101)
Subtema: PERSEKUTUAN TANPA DORONGAN ROH KUDUS
Shalom saudaraku!
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah
Doa Penyembahan.
Sebelum kita tersungkur di bawah kaki Tuhan,
terlebih dahulu kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa
Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 1: 21
(1:21) Juga
kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan
pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,
Kita perhatikan kalimat: “Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah”, ini menunjuk kepada :
-
Bangsa kafir = orang-orang yang tidak bersunat.
-
Orang fasik dengan segala perbuatan fasik mereka.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah memusuhi Allah di dalam hati dan pikiran
mereka dan itu nyata dari setiap perbuatan-perbuatan jahat mereka.
Pendeknya, setiap orang yang berbuat jahat menunjukkan bahwa dia masih
hidup jauh dari Allah sekalipun ia berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan
yang Tuhan percayakan.
Lebih jauh
kita melihat orang yang dahulu hidup jauh dari Allah.
Efesus 2:1
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan
dosa-dosamu.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah; banyak melakukan pelanggaran juga
banyak melakukan dosa, sedangkan upah dosa adalah maut.
Efesus 2:2-3
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti
jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang
sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
(2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di
antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti
kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah
orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
Penyebab-penyebab
terjadinya dosa:
1. “Mengikuti jalan dunia ini.”
Menunjukkan
bahwa dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat untuk mempengaruhi dan
menghanyutkan kerohanian anak-anak Tuhan sampai mengalami kematian rohani,
itulah yang disebut ilah zaman.
2.
“Mentaati penguasa kerajaan angkasa.”
Pertanyaannya:
Siapakah mereka yang mentaati penguasa kerajaan angkasa?
Jawabnya:
mereka adalah orang-orang yang dikuasai roh pendurhakaan.
Roh
pendurhakaan = melawan/pemberontakan kepada Tuhan.
3. “Hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging.”
Perlu
untuk diketahui:
- Hidup menurut keinginan daging memikirkan hal-hal yang dari daging,
berarti; tidak memikirkan hal-hal yang dari roh, itulah perkara di atas,
perkara rohani, yaitu ibadah dan pelayanan. Pendeknya, tidak mengerti pekerjaan
Tuhan, tidak mengerti berkorban.
- Hidup menurut keinginan daging menunjukkan bahwa seseorang masih berada
di bawah hukum Taurat.
Hukum
Taurat; “mata ganti mata, gigi ganti gigi”, arti rohaninya ialah
kejahatan dibalas dengan kejahatan = orang yang berbuat salah tidak luput dari
penghukuman.
Orang
yang berada di bawah hukum Taurat tidak kenal belas kasih/jauh dari kasih
karunia, kemurahan hati Tuhan.
Orang
yang masih berada di bawah hukum Taurat, menjalankan ibadahnya hanya secara
lahiriah, yaitu; mulut memuji Tuhan tetapi hatinya jauh dari Tuhan =
mempersembahkan tubuh jasmaninya kepada Tuhan tetapi manusia batiniahnya tidak
dipersembahkan kepada Tuhan. Inilah ibadah yang sia-sia, ibadah yang tidak
mengandung janji, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang
bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka
yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan
oleh tangan manusia,
(2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan
Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan,
tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah, berarti: “Tanpa
Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel, tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam
dunia” =
binasa, berujung kepada kematian yang kekal. Itulah keadaan orang yang dahulu
hidup jauh dari Allah (bangsa kafir dan orang fasik).
Keterangan: TANPA
PENGHARAPAN.
Tanpa pengharapan berarti: putus asa -> orang
yang mudah goyah, tidak memiliki pendirian yang teguh di dalam Tuhan.
Tandanya; suka bersungut-sungut, suka berkeluh
kesah, suka ngomel, jauh dari ucapan syukur dan lain sebagainya.
Dikaitkan dengan pribadi Ayub, sebab Ayub pernah
berkata sebanyak tujuh kali, bahwa ia hidup tanpa pengharapan.
Sekarang kita melihat PENYEBAB AYUB BERKATA, BAHWA
IA HIDUP TANPA PENGAHARAPAN.
Ayub 2:13
(2:13) Lalu mereka duduk
bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Seorang pun tidak
mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat
penderitaannya.
Ketika Ayub dan
sahabat-sahabatnya duduk di tanah, tidak seorang pun mengucapkan sepatah
kata kepada Ayub, karena mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya. Ini
menunjukkan persekutuan tanpa dorongan Roh Kudus.
Bayangkan duduk
bersama-sama di tanah selama tujuh hari tujuh malam, tapi tanpa mengucapkan
sepatah kata pun -> persekutuan tanpa dorongan Roh Kudus.
Yesaya 30:1
(30:1) Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah
firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang
memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa
mereka bertambah-tambah,
Memasuki persekutuan
tetapi tanpa dorongan Roh Kudus, disebutlah mereka itu anak-anak pemberontak.
Jadi, kalau malam ini
kita mengadakan suatu persekutuan lewat doa penyembahan, tetapi persekutuan ini
tanpa dorongan Roh Kudus, disebutlah anak-anak pemberontak di hadapan Tuhan.
Sebab itu, jangan menjalankan ibadah secara lahiriah; datang, dengan mulut memuliakan
Tuhan, tetapi hati jauh dari Tuhan, pikirannya melayang-layang. Ini disebut dengan anak-anak pemberontak.
Bukti-bukti pemberontakan Ayub dan ketiga sahabat-sahabatnya.
Ayub 3:1
(3:1) Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan mengutuki
hari kelahirannya.
Ayub mengutuki hari
kelahirannya. Inilah keluh kesah/sungut-sungut Ayub di hadapan Tuhan = Ayub
memberontak di hadapan Tuhan.
Jadi, orang yang
berkeluh kesah, orang yang bersungut-sungut disebutlah anak-anak pemberontak.
Keluh kesah Ayub di sini
adalah, ia mengutuki hari kelahirannya karena penderitaan hebat yang dialami
Ayub, sampai ia mengutuki hari kelahirannya.
Banyak orang yang
seperti ini, menyesal dilahirkan karena banyak penderitaan, menyesal menjadi
manusia karena banyak penderitaan, seperti itulah Ayub. Sesungguhnya ini
merupakan pemberontakan kepada Tuhan.
Dulu saya pernah
mengalami yang seperti ini, sebelum dipanggil Tuhan, dipilih untuk melayani
Tuhan, saya banyak stres karena kesalahan sedikit saja, sampai akhirnya
mempersalahkan Tuhan dan mengutuki hari
kelahiran, menyesal menjadi manusia. Sebetulnya ini suatu pemberontakan.
Ayub 1-2 : kesalehan Ayub diuji.
Ayub 3 : keluh kesah Ayub (mengutuki hari
kelahirannya, sampai menginginkan kematian).
Ayub 4-31 : percakapan antara Ayub dengan ketiga
sahabat-sahabatnya (Elifas, Bildad, Zofar).
Namun di tengan-tengah
percakapan inilah Ayub mengatakan di hadapan Tuhan dan di hadapan para sahabatnya,
bahwa dia hidup tanpa pengharapan sebanyak tujuh kali.
Kesimpulannya, oleh
karena perkataan sahabat-sahabatnya, akhirnya Ayub mengaku hidup tanpa pengharapan
sebanyak tujuh kali.
Sekarang kita melihat
bagian dari KATA-KATA ELIHU.
Ayub 32:2-3
(32:2) Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang
Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih
benar dari pada Allah,
(32:3) dan ia juga marah terhadap ketiga orang
sahabat itu, karena mereka mempersalahkan Ayub, meskipun tidak dapat memberikan
sanggahan.
Di
sini kita melihat Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram, marah terhadap
Ayub dan ketiga sahabat-sahabat Ayub.
Alasan Elihu marah kepada
Ayub dan ketiga sahabat-sahabat Ayub.
-
Alasan Elihu marah kepada Ayub: karena Ayub
menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah.
- Alasan Elihu marah kepada sahabat-sahabat
Ayub (Elifas,
Bildad, Zofar): karena mereka
mempersalahkan Ayub meskipun tidak dapat
memberikan sanggahan. Mempersalahkan Ayub dikala Ayub tertindas.
Ayub 32:12-13
(32:12) Kepadamulah kupusatkan perhatianku, tetapi
sesungguhnya, tiada seorang pun yang mengecam Ayub, tiada seorang pun di antara
kamu menyanggah perkataannya.
(32:13) Jangan berkata sekarang: Kami sudah
mendapatkan hikmat; hanya Allah yang dapat mengalahkan dia, bukan manusia.
Merasa memiliki hikmat
karena umur sudah tua, maka Elifas, Bildad, Sofar, dengan
leluasa mempersalahkan Ayub sampai pada akhirnya, Ayub mengaku, bahwa ia hidup
tanpa pengharapan. Tetapi dengan tegas Elihu berkata: “Tiada seorang pun yang mengecam Ayub, dan menyanggah perkataannya.”
Alasannya:
“Sebab hanya Allah yang dapat mengalahkan Ayub, bukan
manusia.”
Pendeknya,
pertolongan hanya datang dari Tuhan, bukan dari manusia.
Ayub 32:8-9
(32:8 )Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas
Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian.
(32:9 ) Bukan orang yang lanjut umurnya yang
mempunyai hikmat, bukan orang yang sudah tua yang mengerti keadilan.
Perlu untuk diketahui:
pemberitaan firman tentang salib Kristus dan firman yang diurapi, memberi
pengertian kepadanya. Jadi, bukan dari orang
yang lanjut umurnya (tua) mempunyai hikmat dan mengerti keadilan.
Pendeknya, hikmat dan
pengertian datangnya dari salib, untuk menyatakan keadilan kepada orang yang
tertindas.
Banyak di antara kita merasa
sudah rohani, sudah merasa lebih tua, merasa lebih memiliki hikmat, akal budi,
dan pengertian, sehingga dengan leluasa berkata-kata yang tidak benar. Ini kesalahan
besar terjadi dari ketiga sahabat-sahabat Ayub, termasuk hamba-hamba Tuhan di
dalam Pengajaran Mempelai, bila tidak bertobat.
Sebetulnya hikmat dan
pengertian itu datangnya dari pemberitaan firman tentang salib, bukan karena
umur seseorang tua.
Berbeda dengan ketiga
sahabat Ayub (Elifas,
Bildad, Zofar), merasa berhikmat,
karena umur sudah tua, sehingga leluasa untuk mempersalahkan Ayub, seolah-olah
perkataan mereka dari Tuhan, tetapi sesungguhnya tidak, melainkan dari diri
mereka masing-masing. Dan sampai akhirnya Ayub mengaku, bahwa dia hidup tanpa
pengharapan sebanyak tujuh kali. Sampai separah itu, juga terjadi menimpa
sidang jemaat, bila seorang gembala sidang tidak bertobat.
Maka kita harus bersyukur kepada Tuhan, karena lewat hari perhentian di
dalam ketekunan tiga macam ibadah pokok, kita senantiasa menikmati pemberitaan
firman tentang salib.
Semakin kita ditekan, semakin kita memiliki hikmat, semakin kita
ditindas, semakin kita memiliki hikmat.
Tapi kalau yang disampaikan adalah kata-kata manis yang diumbar oleh
seorang hamba Tuhan kepada sidang jemaat, itu bukan hikmat atau pengertian
dari sorga, tetapi itu adalah suara
dagingnya
dan ini mengandung resiko, menyebabkan sidang
jemaat hidup tanpa
pengharapan.
Hikmat itu datang saat tertekan, saat ditindas, itulah yang disebut
dengan pemberitaan firman tentang salib. Saat tiada jalan, Tuhan buka jalan.
Kalau kita melayani tanpa salib, tanpa pemberitaan firman tentang salib/memikul
salib di tengah ibadah dan pelayanan = berjalan di tengah jalan yang sudah ada
jalannya. Tetapi kalau kita melayani dengan memikul salib, tertindas di tengah
ibadah dan pelayanan dan senantiasa menikmati pemberitaan firman tentang salib,
secara to the point mengoreksi dosa,
saat tiada jalan maka Tuhan membuka jalan, itu jalan kita.
Berbeda dengan perkataan
ketiga sahabat Ayub (Elifas, Bildad, Zofar), justru
melemahkan Ayub, sampai akhirnya Ayub mengaku, bahwa dia hidup tanpa pengharapan
sebanyak tujuh kali.
Jangan pernah merasa sudah tua, tetapi tidak mau memikul salib, orang
semacam ini tidak memiliki hikmat, pengertian, dan tidak akan memberi keadilan
kepada orang tertindas.
Kesimpulannya, Ayub
pasal 32-37:
perkataan Elihu kepada Ayub dan tiga
sahabatnya. Berarti Ayub pasal 32-37 -> mewakili Elihu.
Sekarang kita akan melihat
pembuktian kebenarannya dari Ayub pasal 42.
Ayub 42:7-8
(42:7) Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada
Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Téman: "Murka-Ku menyala
terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar
tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.
(42:8) Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu
jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu
persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah
hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan
Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak
berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub."
Ketiga sahabat Ayub tidak
berkata benar tentang Allah.
Kalau hamba Tuhan, tidak
benar berbicara tentang Tuhan, pendeknya tidak membicarakan firman tentang
salib, inilah yang menyebabkan sidang jemaat hidup tanpa pengharapan.
Inilah pemberontakan dari
ketiga sahabat-sahabat Ayub.
Ayub memberontak (pasal 3), bukti pemberontakannya, dia
bersungut-sungut, berkeluh kesah, mengutuki hari kelahirannya, menyesal diciptakan
ke dunia, karena begitu berat beban penderitaan. Sedangkan pemberontakan dari ketiga sahabat Ayub, tidak
berkata benar tentang Tuhan. Itu sebabnya Tuhan berencana hendak menghukum
ketiga sahabat Ayub (Elifas, Bildad, Sofar).
Kesimpulannya:
-
Pemberontakan Ayub adalah:
mengutuki hari kelahirannya.
- Pemberontakan ketiga
sahabat Ayub adalah: mereka tidak berkata benar tentang Tuhan kepada Ayub.
Dampak
negatif dari anak-anak pemberontak.
Yesaya 30:1
(30:1) Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah
firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang
memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa
mereka bertambah-tambah,
Dampak
negatifnya: “Celakalah anak-anak pemberontak.”
Pendeknya,
orang-orang yang memberontak akan ditimpa celaka. Inilah dampak negatif dari pemberontakan
Ayub
dan ketiga
sahabat-sahabat Ayub.
Celaka di sini
di mulai dari 3 X 7 penghukuman dari
Allah Tri Tunggal (Wahyu 6-16),
yaitu:
Celaka yang pertama: penghukuman dari tujuh meterai yang akan dibuka oleh Anak
Domba = penghukuman dari Allah Roh
Kudus.
Penghukuman ini berlaku
bagi mereka yang tidak tekun dalam “ibadah raya minggu.”
Celaka yang kedua: penghukuman dari tujuh sangkakala, yang akan ditiup oleh tujuh malaikat Allah =
penghukuman dari Anak Allah.
Penghukuman ini berlaku
bagi mereka yang tidak tekun dalam “ibadah pendalaman alkitab,” disertai dengan perjamuan
suci.
Celaka yang ketiga: penghukuman dari cawan murka Allah yang akan ditumpahkan oleh tujuh malaikat Allah
atas bumi = penghukuman dari Allah Bapa.
Penghukuman ini berlaku
bagi mereka yang tidak tekun dalam “ibadah doa penyembahan.”
Dampak dari pemberontakkan,
akan mengalami celaka yang berasal dari 3 X 7, penghukuman dari Allah Tri
Tunggal.
Ibrani 10:22-24
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah
dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati
nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
(10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan
tentang pengharapan kita, sebab Ia,
yang menjanjikannya, setia.
(10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan
supaya kita saling mendorong dalam kasih
dan dalam pekerjaan baik.
Iman, harap, dan kasih -> ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
- Ketekunan dalam ibadah
pendalaman alkitab disertai dengan perjamuan suci, ibadah ini menghasilkan iman.
- Ketekunan dalam ibadah raya
minggu disertai dengan kesaksian, ibadah ini
menghasilkan pengharapan.
- Ketekunan dalam doa
penyembahan, ibadah ini menghasilkan kasih.
Ibrani 10:25
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat.
Janganlah kita
menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, artinya tekun dalam tiga
macam ibadah pokok. Tidak hanya satu kali pertemuan-pertemuan, artinya jangan
jauh dari ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, seperti yang sudah saya sampaikan di atas tadi.
Jangan menjauhkan
diri dari setiap
pertemuan-pertemuan ibadah, mengingat hari kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Sekarang ini
Indonesia sedang dilanda banjir yang hebat, bukan hanya di satu daerah, tetapi
hampir merata di semua daerah.
Bandung, yang
tidak pernah terdengar terjadi banjir, karena daerahnya berada di ketinggian.
Tetapi sekarang daerah yang tinggi juga sudah banjir, dunia sudah menuju pada
kehancurannya, dan fenomena-fenomena yang sekarang ini terjadi, termasuk
menimpa negara kita yang kita kasihi ini, bukan suatu kebetulan. Peristiwa Jesica
menunjukkan bahwa orang sudah mengabaikan kebenaran, peristiwa Ahok, setelah
saya lihat Wahyu 4:11, itu terjadi
atas seijin Tuhan.
Kalau kita tidak sungguh-sungguh dan tidak paham ketekunan
tiga macam ibadah pokok, habislah dia.
Gereja Tuhan yang tidak mengenal
Pengajaran Mempelai (tidak mengenal
salib) dalam
terang-Nya Tabernakel akan mengalami
kesulitan menghadapi 3 X 7 celaka besar, sebagai penghukuman dari Allah
trinitas.
Jadi
mereka yang tekun dalam tiga macam ibadah pokok, harus saling menasihati, dan juga semakin giat
dan tekun dalam tiga macam ibadah pokok, menjelang kedatangan Tuhan yang
semakin dekat.
Kalau
ada yang lemah, nasihati, dan yang sudah tekun dalam tiga macam
ibadah pokok, maka semakin giat terus.
Ibrani
10:26
(10:26
) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang
kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.
Kalau dengan
sengaja meninggalkan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, maka korban
penghapus dosa tidak akan berlaku atas dia, darah Yesus tidak berlaku
atas dia.
Terlebih imam,
meninggalkan ketekunan dalam tiga macam ibadah
pokok, darah Yesus tidak berlaku atas dia, biar bagaimanapun dia berupaya berbuat baik kepada sesama manusia,
darah Yesus tidak berlaku atas dia, saya yakin
berkata seperti itu.
Sebaik-baiknya
manusia, kalau dia meninggalkan ibadah dan pelayanannya, maka darah Yesus tidak
akan berlaku atas dia, walaupun darah Yesus berkuasa.
Ibrani
10:27
(10:27) Tetapi yang ada ialah kematian yang
mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua
orang durhaka.
Selanjutnya, dilemparkan
ke dalam lautan api, itulah kematian yang kedua, itu sangat dahsyat dan
mengerikan, karena menghanguskan orang durhaka.
Kalau dengan
sengaja meninggalkan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, maka dia akan menghadapi kematian yang kedua, untuk menghanguskan
orang-orang durhaka.
Orang-orang yang
dikuasai roh pendurhakaan -> orang-orang
yang memberontak.
Bersungut-sungut adalah
memberontak, merasa diri berhikmat karena sudah lama, sudah tua di penggembalaan
dan akhirnya leluasa berbicara dan membuat orang lemah, itu juga pemberontakan.
Karena orang seperti ini tidak menghargai ketekunan dalam tiga macam ibadah
pokok dan itu sudah terjadi (Ayub 2:13). Tujuh hari tujuh malam duduk di tanah, tanpa mengucapkan
sepatah kata dari mulut mereka, tanpa hari perhentian.
Tiga macam ibadah pokok
ini adalah hari perhentian bagi Tuhan. Mari kita menguduskan hari sabat, jangan
kita menjauh dari pertemuan-pertemuan, berarti tiga macam ibadah pokok. Tetapi
kalau hanya pertemuan, seperti orang kristen
tahu, hanya ibadah raya minggu, cukup satu kali.
Hati-hati, dapur api
neraka tujuh kali lebih panas dari pada dapur apapun di muka bumi ini, termasuk
dapur api Krakatau steel yang membuat biji baja hangus sampai mencair, lebih
panas dari situ.
Lebih panas dari dapur apapun,
menghanguskan dan mendahsyatkan. Siapa yang kuat?
Maka jangan coba-coba
memberontak, mendurhaka dengan meninggalkan tiga macam ibadah pokok, darah Yesus
tidak berlaku atas dia.
Hati-hati bagi yang
sudah melayani, saya sudah sampaikan dalam ibadah kaum muda remaja di Serang, justru karunia-karunia itulah dan
jabatan-jabatan yang diperoleh tiap-tiap orang, yang menyelamatkan dia.
Jalan keluarnya.
Ayub 2:13
(2:13) Lalu mereka duduk
bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Seorang pun tidak
mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat
penderitaannya.
Duduk di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Hari
ketujuh -> hari perhentian bagi Tuhan Allah.
Saat kita masuk pada
hari perhentian itu bagaikan duduk di atas tanah, berarti merendahkan diri di
hadapan Tuhan -> orang-orang yang menyadari diri sebagai orang berdosa.
Wahyu
8:1
(8:1)
Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di
sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
Sunyi senyaplah
di sorga -> hari perhentian, itulah hari ketujuh. Sunyi senyap
di sini bukan berarti tidak ada kegiatan, itu namanya pemalas.
Kegiatan-kegiatan pada hari perhentian.
Wahyu 8:2-4
(8:2) Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang
berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia
pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan
banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang
kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
(8:4 )Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama
dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Yang pertama: tujuh sangkakala diberikan kepada malaikat
yang ada di hadapan Allah.
Malaikat sidang jemaat adalah
gembala sidang, yang harus menyuarakan firman Allah, sama seperti tujuh
malaikat dari ketujuh sidang jemaat yang di Asia kecil.
Jadi pekerjaan dari
malaikat sidang jemaat adalah; menyuarakan firman Allah, menyampaikan firman
Allah dengan baik, dengan benar, dengan terang benderang, seperti tujuh
malaikat. Kepada tiap-tiap malaikat meniup satu sangkakala -> malaikat
sidang jemaat yang menyuarakan firman Allah, disampaikan dengan terang benderang,
dibacakan dengan jelas, diperdengarkan dengan jelas dan dituruti dengan benar
sebelum Tuhan datang untuk kali yang kedua, dimana Ia akan tampil sebagai Raja
untuk menghakimi segala suku bangsa.
Mendengarkan sangkakala
yang ditiupkan dengan terang benderang, maka keadaan sidang jemaat juga terang
benderang, ada dalam terang, tidak ada
lagi dosa yang disembunyikan di dalam kegelapan (dosa yang terselubung), sebab semua dosa
dibongkar habis oleh firman Tuhan.
Keluaran 19:16-20
(19:16 ) Dan terjadilah pada hari ketiga, pada
waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi
sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di
perkemahan.
(19:17) Lalu
Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan
berdirilah mereka pada kaki gunung.
(19:18) Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan
asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap
dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat.
(19:19 ) Bunyi sangkakala kian lama kian keras.
Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh.
(19:20) Lalu
turunlah TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka TUHAN
memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas.
Jadi, sebelum Tuhan
turun ke atas gunung Sinai, terlebih dahulu sangkakala itu diperdengarkan
dengan keras, terlebih dahulu firman itu disampaikan dengan terang benderang,
supaya keadaan kita terang benderang saat Tuhan datang pada kali yang kedua.
“Bunyi sangkakala kian lama kian keras.” Artinya, semakin lama, bunyi dari pada sangkakala
ini ditiup semakin mengeluarkan suara keras. Demikian juga firman Pengajaran
Mempelai, semakin lama disampaikan, semakin lama kita digembalakan, semakin
kita ditegur habis oleh firman Allah.
Awalnya
kita seperti diberikan penginjilan, tetapi semakin lama, semakin ditegur dengan
keras. Jadi, jangan saudara semakin lama semakin mundur, semakin lama harus
semakin sanggup menerima firman yang keras. Bukan semakin lama, semakin
menolak, memberontak, bersungut-sungut, sebab nanti akan terhilang.
Semakin
keras ditiupkan, maka kita semakin siap
ditegur oleh firman Allah, sebelum Tuhan turun kembali untuk kali yang
kedua, dimana Dia akan tampil sebagai Raja untuk menghakimi segala suku, kaum,
bangsa di hadapan-Nya sesuai dengan Matius 25:32-33, bagaikan
gembala memisahkan domba dari kambing, domba ditempatkan di sebelah kanan, dan
kambing ditempatkan disebelah kiri.
Semakin
lama, semakin keras, artinya:
1. Firman Allah to
the point mengoreksi dosa.
2. Mengadakan penyucian terhadap dosa.
Yang
kedua: kepada malaikat itu diberikan
banyak kemenyan untuk dibakar, sehingga asap dupa kemenyan itu membumbung naik di hadirat Tuhan -> doa penyembahan.
Doa
penyembahan ini adalah kekuatan kita, ketika kita menyembah dengan menggunakan dua lutut, di situ
letak kekuatan kita, menghadapi apapun.
Kalau
kita perhatikan Wahyu pasal 11, diberikan perintah kepada dua saksi Allah ( Musa dan Elia), supaya mengukur Bait
Suci Allah dengan tongkatnya. Tongkat di sini berarti tongkat kerajaan, yaitu
kebenaran.
Jadi
ukurannya adalah kebenaran dari sorga, dan yang diukur adalah Bait Suci Allah, dan yang
tekun dalam tiga macam ibadah pokok, memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Wahyu 11:1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang
buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut:
"Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang
beribadah di dalamnya.
Jadi
yang diukur di sini menurut tongkat kerajaan (kebenaran Allah) adalah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah
di dalamnya, sampai ibadah itu memuncak kepada doa penyembahan, itulah mezbah.
Jangan
sampai kita berfellowship (bersekutu), tetapi tanpa dorongan Roh
Kudus, seperti Ayub dan ketiga sahabatnya, selama tujuh hari tujuh malam duduk
di atas tanah, tanpa mengucapkan
sepatah katapun.
Bandingkan
dengan ayat 2.
Wahyu
11:2
(11:2)
Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau
mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka
akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya."
Ibadah yang tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan
diserahkan kepada antikris, untuk diinjak-injak selama 3 ½ tahun.
Jadi hargailah hari
perhentian, jangan sampai tidak ada kegiatan-kegiatan pada hari perhentian.
Ayub dan ketiga
sahabatnya selama tujuh hari tujuh malam
duduk di tanah, tanpa mengucapkan sepatah katapun, mereka berdiam, mereka terbawa perasaan
karena melihat penderitaan Ayub, berarti terbawa suasana (daging). Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment