IBADAH RAYA MINGGU,
13 NOVEMBER 2016
Subtema: KESAKSIAN DAN
NASIHAT FIRMAN DARI BAPA GEMBALA.
Shalom.
Selamat malam, salam
sejahtera bagi kita sekaliannya. Oleh karena kemurahan hati Tuhan kita
sekaliannya dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai
kesaksian.
Kita telah
memperhatikan kesaksian demi kesaksian. Kita sudah mendengarkan kesaksian
kesaksian tersebut, apa yang telah dialami, itu yang telah disaksikan, dan apa
yang menjadi kesaksian saudara-saudara kita, saya kira menjadi berkat bagi kita
sekaliannya, hidup rohani kita dikuatkan kembali, supaya kita semakin lebih
lagi sungguh-sungguh untuk melayani Tuhan, sungguh-sungguh di dalam penyerahan
diri kepada Tuhan, sungguh-sungguh menguduskan diri, mengasihi Tuhan lebih dari
hari-hari yang lalu.
Kesaksian yang
pertama dari Maria Reli Panggabean, penyesalannya saat memberontak kepada Tuhan,
berani melepaskan diri dari pelayanan, merusak hubungannya dengan Tuhan, tentu
dengan sesama. Tetapi pada akhirnya dia merasakan betapa sakitnya jauh dari
ibadah, jauh dari pelayanan, sampai pada akhirnya firman demi firman yang dia
dengar, merubah cara berpikir, sudut pandang, mainsetnya, semuanya diubah, dan firman yang terakhir tadi malam
dalam Ibadah Kaum Muda Remaja menguatkan kehidupannya, sampai akhirnya ada niat
untuk bersaksi pada malam ini.
Itulah firman
tentang Study Yusuf, dimana Yusuf dilupakan oleh juru minuman itu, namun itu
terjadi atas seijin Tuhan, tidak ada sesuatu perkara, tidak ada sesuatu yang
terjadi, yang dialami anak-anak Tuhan, apalagi hamba-hamba Tuhan, yang tidak
seijin Tuhan, termasuk Yusuf sendiri. Dia dilupakan, dia ditinggalkan oleh juru
minuman itu selama dua tahun lamanya...Kejadian
41:1.
Kalau bicara
ditinggalkan, dilupakan, itu pernah terjadi menimpa bangsa Israel, mereka
berada di Mesir selama 430 tahun lamanya, mereka diperbudak dengan kerja paksa
sampai memahitkan hati mereka. Demikian juga kalau seseorang masih diperbudak
oleh dosa tanpa hari perhentian, maka ia akan tertindas oleh karena
kelemahannya, sampai memahitkan hatinya. Namun pada akhirnya Tuhan melepaskan
mereka dengan tangan yang teracung, tangan yang kuat, membawa mereka dekat
dengan Tuhan oleh darah Anak Domba Paskah yang disembelih pada waktu senja.
Mereka berdoa dan doa itu sampai kepada Tuhan, dan mereka dilepaskan.
Yang kedua, suku
Yehuda pernah dibuang ke Babel selama tujuh puluh tahun lamanya. Pembuangan ini
berarti ditinggalkan, dilupakan. Mereka dibuang ke Babel, tempatnya roh jahat,
roh najis bersembunyi. Jadi, kalau mereka ditinggalkan, itu karena dosa
kenajisan mereka sudah sampai berada di ujung dari pada pakaian mereka. Betapa
dalamnya mereka jatuh dalam dosa oleh karena kenajisannya itu. Sampai akhirnya
mereka digambarkan laksana jandalah ia, berarti perempuan/isteri tanpa kepala,
tanpa suami, itulah yang digambarkan dengan Yehuda, dan kotanya, itulah
Yerusalem, menjadi kota yang terpencil, dan sangat menyeramkan sekali. Seorang
janda setiap hari, setiap malam menangis tersedu-sedu, betapa pahit yang
dialami seorang janda. Betapa pahit yang dialami seorang janda, itu pasti,
sebab saya sendiri saksinya di situ, karena bunda, orangtua kami, Oppung Isai,
adalah seorang janda, saya melihat di situ.
Kemudian, tidak ada
lagi keramaian di kota, tidak ada lagi ibadah dan pelayanan, dan betul kota itu
terpencil sekali, dan sangat lemah dan rapuh, apabila musuh menyerang, dia akan
tertawan, anak-anaknya juga menjadi tawanan dari pada musuh. Kemudian,
imam-imamnya, nabi-nabinya, tidak mendapatkan pembukaan rahasia firman. Semakin
sunyi senyaplah kondisi kerohanian dari orang-orang Yehuda pada waktu itu.
Tetapi oleh karena kemurahan Tuhan, tangan Tuhan yang kuat dan teracung,
membawa mereka kembali kepada Yeruslem. Tuhan ingat mereka kembali, ingat
kepada perjanjian-Nya, ingat perjanjian terhadap nenek moyang bangsa Israel, juga ingat
kepada Yehuda. Akhirnya mereka kembali.
Itulah kasih sayang
dan kasih setia Tuhan. Kasih sayang; perhatian dalam bentuk lahiriah. Kasih
setia Tuhan; Tuhan ampuni mereka kembali dengan pengampunan tanpa batas. Kalau
ada seorang ibu yang dapat melupakan anaknya, tetapi Tuhan tidak meninggalkan
saya dan saudara.
Dalam kesesakan,
kita merasa bahwa Tuhan meninggalkan kita. Dalam penderitaan, seolah-olah kita
dalam kesendirian, tidak ada orang yang mengerti, tidak ada yang mau tahu,
bahkan Tuhan sendiri seolah-olah meninggalkan kita. Tetapi sebetulnya tidak
demikian. Tuhan tetap ingat kita, Tuhan tidak bisa melupakan kita. Bahkan
kehidupan kita dilukiskan di dalam dua tangan Tuhan yang terpaku, di situ ada
lukisan. Dalam dua tangan yang terpaku ini, di tangan kanan ada umur panjang,
di tangan kiri ada kekayaan dan kehormatan. Pada dua tangan Yesus yang terpaku,
kehidupan setiap orang sudah terlukis.
Kemudian di situ
juga dikatakan, tembok-tembokmu ada di ruang mataku. Menjadi biji mata Tuhan
kalau kita tetap percaya kepada Tuhan. Tembok = perisai = iman.
Kalau kita tetap
percaya, kita akan menjadi biji mata Tuhan, berarti dilindungi, dibela oleh
Tuhan.
Tuhan bawa kembali,
masakan Tuhan melupakan isteri dari sejak masa mudanya, lalu diberi keyakinan,
jangan malu terhadap masa keremajaanmu, jangan malu, jangan tersipu-sipu, sebab
Allah akan mejadikan engkau isteri, dan Ia akan bergirang melihat
engkau, seperti muda belia bergirang hatinya terhadap pengantinnya, demikian
juga Allah akan bergirang melihat kehidupan kita semua.
Lalu dalam Kejadian
41: 1 itu, selang dua tahun, bermimpilah Firaun. Firaun bermimpi itu bukan
suatu kebetulan, tetapi Firaun bermimpi, Tuhan ijinkan terjadi. Sebab kalau
Firaun bermimpi, maka harus ada orang yang mengartikan mimpi, itulah seorang
nabi. Demikianlah cara Tuhan untuk mengingat kembali Yusuf.
Jadi, seorang nabi
mendapatkan pertolongan dari Tuhan dengan cara karunia jabatan yang
dipercayakan oleh Tuhan. Juga anak Tuhan yang beribadah dan melayani Tuhan akan
tertolong lewat ibadah dan pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan. Seorang imam
mendapatkan pertolongan lewat pelayanan seorang imam. Seorang gembala
mendapatkan pertolongan dari Tuhan, lewat jabatan gembala yang dipercayakan
Tuhan.
Maka, ini menjadi
perhatian khusus bagi kita semua. Beberapa waktu lalu saya sudah sampaikan,
bahwa yang tertulis dalam kitab kehidupan adalah orang-orang yang melayani
Tuhan. Sekalipun Musa meminta namanya dihapuskan oleh karena pemberontakan,
oleh karena penyembahan berhala bangsa Israel, tetapi Tuhan berkata dengan
tegas: siapa yang berbuat dosa kepada-Ku, nama itulah yang akan dihapuskan.
Jadi sekalipun Musa
protes, demon, tetapi Tuhan tetap dengan pendirian-Nya, karena keputusan-Nya
itu adil bagi kita semua. Jadi, ini harus menjadi perhatian khusus bagi kita
semua.
Karena Yusuf nabi,
maka cara Tuhan menolong Dia lewat jabatan nabi. Oleh sebab itulah diijinkanlah
Firaun bermimpi dan pada ayat berikutnya, tidak ada satu orangpun yang dapat
mengartikan mimpi, baik ahli nujum dan orang yang berilmu di Mesir, tidak dapat
mengartikan mimpi itu. Lalu pada ayat 8, teringatlah kesalahannya yang pernah
melupakan Yusuf, itulah juru minuman, dia ceritakan kembali itu kepada Firaun.
Jadi nabi tertolong lewat jabatan nabi yang dipercayakan. Imam yang tertolong
lewat jabatan imam yang dipercayakan kepada Tuhan. Anak Tuhan yang beribadah
dan melayani tertolong lewat ibadah dan pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan.
Kalau tidak melayani, tidak selamat. Ada ayatnya banyak. Kitab yang terakhir,
itulah kitab Wahyu, jelas tertulis di situ, ada tujuh perkara dalam Kerajaan
Sorga, namun hanya ada dua kegiatan di dalamnya yaitu; ibadah dan melayani.
Jadi, atas dasar
inilah Bapak Barita dan Maria Reli bersaksi.
Dan tadi kita sudah
dengar bahwa pemberontakan Bapa Barita bertahun-tahun, itu saya alami. Tetapi tidak
mungkin dalam kesempatan ini bisa saya ceritakan semua pemberontakan-pemberontakannya
itu. Sakit sebetulnya. Mulut mungkin
tidak melawan tetapi roh-roh ini menyakitkan sekali. Tetapi di dalam kesetiaan
Yesus sebagai Anak Tunggal Bapa, di situ terangkum seluruh kehendak Allah Bapa,
terangkum seluruh apa yang menjadi maunya Tuhan, sehingga kehendak-Nya
terlaksana.
Kalau seorang hamba
Tuhan tidak setia, maka tidak akan pernah terlaksana apa yang menjadi kehendak
Allah. Dia taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib = setia,
terlaksanalah seluruh kehendak Allah, terangkumlah seluruh kehendak Allah.
Belajar setia, setia
dan setia. Kesetiaan di mulai dari dipanggil, berarti terlepas dari kegelapan.
Kemudian dipilih, berada dalam terang-Nya yang ajaib, melayani Tuhan, dengan
setia. Jadi kesetiaan itu dimulai dari dipanggil, dipilih, dan akhirnya setia.
Kemudian, Mita juga bersaksi. Keharuan hatinya
dinyatakan di hadapan Tuhan, dan saya sendiri melihat, kami suami isteri
melihat dan mendengar, dan kita semua juga sudah melihat dan mendengar
kesaksiannya, keharuannya terhadap kemurahan hati Tuhan.
Apa yang tidak
pernah dipikirkan oleh manusia, apa yang tidak pernah didengar oleh telinga,
itu yang Tuhan berikan, itu yang Tuhan sediakan, bagi mereka yang mengasihi
Tuhan.
Awalnya hanya untuk
menjadi simpatisan, tetapi tanpa disadari, firman Allah telah mengikat oleh kasih
Allah yang begitu besar dalam kehidupannya. Tetapi bukan saja dia, oleh karena
kesaksiannya juga, dengan kekuatan firman, Roh dan kasih Tuhan, juga membawa Polma (saudarinya) bersama-sama dengan
kita sekalian. Juga di antara kita, Yosua dan Timotius, oleh karena kesaksian dua
anakku ini, sehingga ibu Girsang juga terbawa dan tergembala bersama-sama
dengan kita semua. Juga Rut, oleh karena kesaksian Kevin, dia bisa tergembala
bersama-sama dengan baik. Tidak terpikirkan.
Biarlah karena
kesaksian kita, semua tertolong. Di mulai dari diri kita masing-masing.
Mungkin keluarga
kita belum mengenal firman Pengajaran Mempelai, tetapi di mulai dari diri
masing-masing kita memperkenalkan firman Pengajaran Mempelai kepada mereka.
Sungguh-sungguh mencari Kerajaan Sorga dan kebenaran yang ada di dalamnya, maka
semuanya ditambahkan, dengan demikian kita bisa memperhatikan keluarga kita
masing-masing untuk sama-sama digembalakan oleh Pengajaran Tabernakel dalam
penggembalaan ini.
Kemudian, kesaksian
saya secara pribadi. Saya bersyukur kepada Tuhan, oleh karena perkenanan Tuhan,
yang telah memungkinkan saya, kami, untuk melayani Tuhan, suami isteri. Tuhan
karuniakan dua anak laki-laki. Bagi orang lain tidak cakep, tetapi bagi saya
cakep, saya bersyukur. Saya sangat bersyukur. Awalnya saya berpikir, kalau saja
hanya satu anak laki-laki, Isai, tidak jadi soal bagi saya, yang penting sehat.
Tetapi tanpa diduga-duga, Tuhan karuniakan seorang anak laki-laki Mark Mikha,
lahir tanggal 18, tepatnya pada saat natal sekolah minggu dan PAK, dengan tema
pada waktu itu dari kitab Mikha. Berbicara tentang Betlehem, Efrata,
sekali-kali engkau bukan yang terkecil, karena dari padamu akan lahir seorang raja,
seorang pemimpin besar, Yesus Kristus, Raja besar, tunas Daud. Atas dasar itulah
akhirnya saya beri nama Mikha. Tetapi Mikha kelak harus melayani Tuhan, saya
awali dengan Mark (Markus).
Markus berarti
hamba. Kalau dikaitkan dengan empat makhluk hidup, itu makhluk hidup yang
kedua, rupanya seperti lembu. Lembu ini dapat dipergunakan sebagai korban dan
persembahan kepada Tuhan. Seluruhnya dapat digunakan dengan baik, baik
kulitnya, dagingnya, potongannya dapat dipersembahkan.
Selama hidup dalam
mengerjakan pekerjaan di ladang dan di sawah, menggarap ladang dan sawah.
Kemudian, kalau dia disembelih, menjadi korban dan persembahan kepada Tuhan,
seluruhnya berguna bagi Tuhan, itulah hamba. Di tengah pelayanan mau
merendahkan diri, itulah hamba. Dan biarlah nama itu tergenapi, seperti Saulus
menjadi Paulus, Abram menjadi Abraham, biarlah itu tergenapi dalam kehidupan
anak-anak kami.
Saya juga berharap
supaya kita saling berdoa satu dengan yang lain, supaya ibadah pelayanan dalam
kandang penggembalaan ini terus berjalan dan diberkati oleh Tuhan. Tidak ada
satupun firman yang sengaja saya pelintirkan, supaya kita semua tidak
menambahkan dan tidak mengurangkan, tidak melanggar hukum Allah, sebab
pelanggaran hukum Allah adalah dosa dan upah dosa adalah maut. Jangan itu
terjadi.
Kita semua ada di
tempat ini menjadi keluarga besar GPT “BETANIA” Serang &
Cilegon. Kita semua adalah anggota tubuh Kristus, banyak anggota tetapi hanya
satu tubuh. Sekalipun berbeda tetapi kita diikat dan disatukan oleh kasih Allah
yang besar. Saling memperhatikan satu dengan yang lain, saling merasakan satu
dengan yang lain, sehati sepikir, se iya dan sekata, bergandengan tangan terus
untuk melayani Tuhan. Hidup dalam kesucian, senantiasa memandang korban
Kristus, supaya kita kuat di tengah kandang penggembalaan ini. Supaya apa yang
menjadi kerinduan kita, terwujud, ke depan Tuhan pakai kita untuk membawa
pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel, membawa pengajaran besar ini
bukan hanya di Provinsi Banten, di kota-kota dalam negeri ini, tetapi kalau
Tuhan percayakan, kita sampai ke luar negeri, tidak tertutup kemungkinan,
tergantung penyerahan kita masing-masing. Saya mengatakan ini bukan berarti
supaya kelihatan sok rohani. Tetapi saya punya keyakinan, asal betul-betul
dalam penyerahan diri yang sungguh-sungguh,
Oleh sebab itu,
biarlah kita menjalankan ibadah ini dengan ibadah yang sejati dan ibadah yang
murni. Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang
hidup, kudus dan berkenan. Ibadah yang murni; tidak memandang muka, mengunjungi
janda-janda (kehidupan yang belum menempatkan Kristus sebagai kepala),
mengunjungi yatim piatu (kehidupan yang tidak mempunyai ayah dan ibu, itulah
gembala sidang). Tuhan pasti percayakan pengajaran ini untuk kita bawa, asal
kita menjalankan ibadah yang sejati dan ibadah yang murni.
Kita sudah memasuki Wahyu 6: 1. Tuhan sudah menyatakan
kemuliaan-Nya lewat Wahyu 6: 1, dan
persungutan-persungutan selama ini telah dihentikan oleh karena Roh Kudus,
sebagaimana tongkat Harun yang bertunas menghentikan persungutan bangsa Israel.
Persungutan dan suara daging yang lain, yang menginginkan ini dan itu, hanya
bisa dihentikan oleh Roh Kudus.
Biarlah kita tetap
hidup dalam kegiatan Roh, berarti dalam lingkungan ibadah dan pelayanan, supaya
daging dan persungutannya tidak terlihat lagi.
Wahyu 6: 1
(6:1)
Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu,
dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara
bagaikan bunyi guruh: "Mari!"
“Anak Domba
itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai.”
Yang dibuka di sini
adalah gulungan kitab dan ketujuh meterainya. Ini adalah kegiatan dari pada Roh
Kudus.
Biarlah kita semua
berada dalam kegiatan Roh Kudus. Hidup dalam Roh, berada di tengah-tengah ibadah
dan pelayanan, sehingga dengan demikian kita dapat menikmati pembukaan rahasia
firman Allah. Kalau terjadi penyingkapan rahasia firman Allah, maka segala yang
terkandung dalam hati akan tersingkap, segala selubung di dalam hati akan
disingkapkan. Pendeknya; dosa dibongkar habis, dosa dituntaskan dengan habis.
Pembukaan meterai
adalah penghukuman terhadap dosa sedang berlangsung. Firman Allah rahasianya
yang dibukakan, yang disingkapkan (diungkapkan) kepada kita, berarti telah
berlangsung keputusan untuk menjatuhkan hukuman terhadap dosa.
Kalau hari ini kita
menolak keputusan Tuhan untuk menghukum dosa, maka kelak pada saat meterai yang
pertama dengan meterai yang ketujuh dibuka, maka kita turut mendapat hukuman
dari Allah Roh Kudus. Lebih baik sekarang kita menerima pembukaan rahasia
firman, dari pada nanti pada saat pembukaan meterai yang pertama turut dihukum
oleh Allah Roh Kudus.
Jadi, setiap
ungkapan adalah keputusan Tuhan untuk menjatuhkan hukuman terhadap dosa. Jangan
tolak pembukaan rahasia firman, supaya nanti tidak mendapat penghukuman, supaya
tidak binasa.
Bersyukur selalu.
Jangan mencari firman-firman yang lain. Tidak memberi jaminan hidup.
Masih banyak di
antara kita yang belum bersaksi, Pendi, Supri belum bersaksi, Ibu Girsang belum
bersaksi, Polma belum bersaksi, dan mungkin yang sudah bersaksi ingin bersaksi
kembali, seperti Lidia, ijinkan kesaksian, pengalaman hidup disaksikan, jangan
memaksakan sesuatu, supaya jangan terputus. Ijinkan aliran Roh Kudus itu
mengalir, supaya kesaksian itu mengalir, jangan terputus.
Minggu yang akan
datang kita akan memperhatikan Wahyu 6.
Kemudian, ada yang
mau saya saksikan kembali. Terimakasih kepada Tuhan, sehingga sampai hari ini
saya dipercayakan dalam pemberitaan, dalam pembukaan rahasia firman Tuhan, selain
jabatan gembala, Tuhan karuniakan jabatan pembukaan rahasia firman, itulah
firman nabi. Semata-mata bukan karena saya bisa (Wahyu 5: 2-3), oleh sebab itu tetaplah dukung doa supaya pelayanan
ini berjalan dengan baik.
Yang pasti kita
harus tetap bersatu hati, tidak boleh mengambil jalan masing-masing. Jangan mendahului Tuhan, belajar menantikan apa yang menjadi kehendak Tuhan, jangan menuruti
perasaan daging, seperti Ayub dan tiga sahabatnya, itu yang membuat susah ke depan.
Biarlah kita tetap dalam kegiatan Roh, dan belajar untuk taat, setia,
dengar-dengaran.
Tadi saya
dengar-dengaran loh, Bapa Barita telepon supaya jangan lewat pasar lama karena
ada galian. Waktu saya dengar-dengaran, saya diserempet, pintu mobil digesek
habis oleh motor gerobak. Saya turun
dan melihat kerusakannya. Tidak apa-apa. Kalau dengar-dengaran, Yesus sebagai
Anak belajar taat, setia, dengar-dengaran, taat dari apa yang diderita-Nya,
sehingga dengan demikian, Bapa mendengarkan segala doa-doa dan
keluhan-keluhan-Nya. Kalau kita taat, setia dan dengar-dengaran, Tuhan dengar
doa-doa kita.
Bagian dari doa saya
terhadap sidang jemaat, saya sudah dengar kesaksian tadi. Itu bagian doa saya.
Kalau kita
dengar-dengaran, doa didengar. Apa bukti doa didengar? Tiga saudara kita sudah
menyaksikan kemurahan Tuhan, sampai akhirnya mau menyerahkan diri, digembalakan
oleh firman Pengajaran Mempelai dan
mau menghargai karunia jabatan, tetapi harus siap menerima resiko.
Saudaraku, firman
Pengajaran Mempelai, dalam terang-Nya Tabernakel, dapat menjadikan yang tidak ada menjadi ada.
Belajar dengar-dengaran, belajar terima resiko. Belajar menanggung penderitaan
yang tidak harus ia tanggung. Dengar-dengaran saja. Tenang. Tuhan dengar doa
kita. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI
PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment