IBADAH RAYA MINGGU, 10 DESEMBER 2017
(Seri 40)
“KITAB WAHYU”
Subtema: KERJALAH
SELAMA HARI MASIH SIANG.
Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera
bagi kita sekaliannya. Salam
di dalam kasih Tuhan, oleh karena kemurahan-Nya kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai dengan
kesaksian.
Segera kita memperhatikan
firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 7.
Wahyu 7: 15-16
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta
Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas
takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
(7:16) Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga
lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi.
Pengertian dari ayat ini
mencakup pemeliharaan Tuhan secara limpah kepada mempelai wanita-Nya atau
kepada mereka yang berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang dan
malam.
Namun pengertian secara luas
dari ayat ini adalah memberi suatu gambaran bagi kita bahwa mereka bukanlah manusia
daging yang harus menanggung penderitaan karena lapar, dahaga, karena matahari
atau panas terik.
Kesimpulannya; keadaan Sion
telah mengalami pemulihan.
Yesaya 49: 8-10
(49:8) Beginilah firman TUHAN: "Pada waktu Aku
berkenan, Aku akan menjawab engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan
menolong engkau; Aku telah membentuk dan memberi engkau, menjadi perjanjian
bagi umat manusia, untuk membangunkan bumi kembali dan untuk membagi-bagikan
tanah pusaka yang sudah sunyi sepi,
(49:9) untuk mengatakan kepada orang-orang yang
terkurung: Keluarlah! kepada orang-orang yang ada di dalam gelap: Tampillah! Di
sepanjang jalan mereka seperti domba yang tidak pernah kekurangan rumput, dan
di segala bukit gundul pun tersedia rumput bagi mereka.
(49:10) Mereka tidak menjadi lapar atau haus; angin
hangat dan terik matahari tidak akan menimpa mereka, sebab Penyayang mereka
akan memimpin mereka dan akan menuntun mereka ke dekat sumber-sumber air.
Tanda bahwa Sion telah
dipulihkan: Tuhan menjawab dan menolong, berarti Tuhan
menyendengkan telinga-Nya dan mengulurkan tangan-Nya, sesuai Yesaya 59: 1.
Pertanyaannya:
-
Kapan Tuhan menjawab? Yaitu; pada waktu Tuhan berkenan.
- Kapan Tuhan menolong? Yaitu; pada hari Tuhan
menyelamatkan.
Kesimpulannya:
-
Pada waktu Tuhan berkenan berarti Tuhan akan menjawab.
-
Pada hari Tuhan menyelamatkan berarti Tuhan akan menolong.
Tujuan Tuhan memulihkan Sion:
Dijadikan sebagai alat
kemuliaan Tuhan (menjadi hamba Tuhan) bagi manusia, bagi sesama, untuk
mengadakan tiga hal, yaitu:
YANG PERTAMA: UNTUK MEMBANGUNKAN BUMI KEMBALI.
Arti rohaninya; untuk
mengusahakan dan memeliharakan bumi atau tanah supaya menjadi tanah yang baik
dan subur, sehingga pada saat benih firman ditaburkan akan bertumbuh, berakar,
dan berbuah 100, 60, 30 kali lipat, sesuai Injil Matius 13: 21-23.
Inilah yang harus dikerjakan
oleh seorang hamba Tuhan, menjadi alat kemuliaan Tuhan bagi sesama.
Pendeknya; ketika bumi
dibangunkan kembali, tidak terlihat tiga hal lagi, yaitu:
1.
Tidak terlihat kebodohan.
Kebodohan ini bagaikan
benih yang ditaburkan di pinggir jalan = mendengar firman namun tidak sampai
mengerti. Kerugiannya: si jahat merampas benih itu, atau si jahat menguasai
hati.
2.
Tidak terlihat kekerasan hati.
Kekerasan hati itu
bagaikan tanah yang berbatu-batu, berarti tanahnya tipis (sedikit), tidak
subur. Ketika benih ditaburkan, dia segera tumbuh, tetapi tidak berakar.
Kerugiannya: tidak tahan terhadap aniaya karena firman, tidak tahan terhadap
sengsara karena salib = tidak tahan uji.
3.
Tidak terlihat ketakutan dan kekuatiran dalam hati.
Kekuatiran bagaikan
benih yang ditaburkan di tengah-tengah semak duri. Benih itu tidak bertumbuh
karena dihimpit oleh semak duri.
Semak duri gambaran
dari kekuatiran soal makan minum, soal pakaian, soal masa depan.
Jadi, saya tandaskan kembali,
tugas dari hamba Tuhan adalah: “Untuk membangunkan bumi kembali.”
Yang sudah melayani Tuhan,
perhatikanlah apa yang telah Tuhan percayakan, layanilah Tuhan sungguh-sungguh,
salah satunya; membangunkan bumi kembali supaya bumi itu menjadi subur.
Kalau tanah atau bumi itu
subur, maka benih (firman) yang ditaburkan, akan bertumbuh, berakar, dan
berbuah 100, 60, 30 kali lipat, berarti tidak terlihat tiga hal; kebodohan,
kekerasan hati, dan kekuatiran dalam hati.
Kiranya ini harus diperhatikan
terkhusus bagi yang sudah melayani Tuhan. Ini tanggung jawab kita bersama,
sehingga ibadah yang kita jalankan ini bukan lagi suatu rutinitas tetapi
betul-betul kita memberikan suatu pertanggungjawaban kepada Tuhan, bukan kepada
manusia.
YANG KEDUA: UNTUK MEMBAGI-BAGIKAN TANAH PUSAKA YANG
SUDAH SUNYI SEPI.
Arti rohaninya; akan terlihat
kembali ibadah dan pelayanan atau berada di dalam kegiatan Roh, itulah yang
disebut juga keramaian kota atau yang bersuami, berarti menempatkan Kristus
sebagai kepala.
Ibadah dan pelayanan yang Tuhan
percayakan kepada kita adalah milik pusaka yang harus kita pertahankan.
Bangsa Israel dibawa masuk ke
tanah perjanjian dengan satu tujuan, supaya mereka beribadah dan melayani
kepada Tuhan, bukan supaya mereka jadi pengusaha, bukan supaya mereka memiliki
kedudukan jabatan atau ijazah yang tinggi. Mereka dilepaskan dari perbudakan
kerja paksa di Mesir lalu dibawa ke tanah Kanaan yang telah dijanjikan kepada
nenek moyang bangsa Israel, Abraham, Ishak, Yakub, dengan satu tujuan; supaya
mereka beribadah dan melayani kepada Tuhan sesuai dengan permohonan Musa ketika
menghadap Firaun.
Jadi, kalau Tuhan
membagi-bagikan milik pusaka ini kepada kita, supaya terlihat kembali keramaian
kota, hiruk pikuk kota, itulah kegiatan-kegiatan Roh, bukan kegiatan daging.
Kegiatan Roh itulah ibadah dan pelayanan. Maka kita yang sudah melayani Tuhan,
harus bertanggungjawab kepada sesama untuk memotivasi mereka supaya mendapat
bagian dalam milik pusaka, yaitu berada di tengah-tengah ibadah pelayanan di
hadapan Tuhan.
Siapapun kita, walaupun belum
mengambil bagian
di tengah ibadah dan pelayanan; sebagai suami beri motivasi
kepada isteri, sebagai isteri beri motivasi kepada suami, sebagai anak, sebagai
siapapun kita, beri motivasi supaya tetap berada dalam keramaian kota, itulah
ibadah dan pelayanan, itulah milik pusaka yang harus dibagi-bagikan.
Itulah tujuan Sion dipulihkan,
untuk menjadi alat kemuliaan, menjadi pelayan Tuhan, selanjutnya
membagi-bagikan milik pusaka, itulah ibadah pelayanan, itulah keramaian kota.
Kalau seseorang tidak berada di tengah-tengah ibadah pelayanan, laksana
jandalah ia, persis seperti di dalam kitab Ratapan. Dulu, Yerusalem itu sempat digambarkan seperti seorang ratu,
tetapi begitu Yerusalem ditinggalkan, penduduknya dibuang ke Babel, laksana
jandalah ia. Jalan-jalan menuju gunung Sion sunyi sepi. Banyak ratap tangis dan
dukacita terjadi.
Dulu waktu saya belum
terpanggil sebagai hamba Tuhan, banyak sekali saya mengalami ratap tangis dan
dukacita, keadaan betul-betul sunyi sepi. Beda kalau orang yang beribadah dan
melayani Tuhan. Pergumulan boleh terjadi silih berganti, tetapi dibalik itu
Tuhan tetap memberi semangat baru, gairah baru, karena Roh Tuhan yang memberi
kekuatan bagi kita semua. Lihat orang-orang di luaran sana, yang tidak tergembala, jauh dari keramaian
kita, jauh dari ibadah pelayanan, betul-betul sunyi sepi, apalagi saat
menghadapi masalah, situasi yang sangat sulit, air mata tidak bisa dibendung. Itu
keadaan sunyi sepi, laksana jandalah ia. Beda dengan orang yang berada di
tengah-tengah kegiatan Roh, di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, di
tengah-tengah keramaian kota, Kristus menjadi kepala bagi Dia. Kalau sorang
janda; tidak memiliki suami, tidak memiliki kepala, tiap malam air mata
mengalir (menangis).
Inilah tugas dan tanggungjawab
seorang pelayan Tuhan untuk membagi-bagikan milik pusaka.
YANG KETIGA: UNTUK MENGATAKAN KEPADA:
-
Orang-orang yang terkurung: Keluarlah!
Artinya; berkuasa
untuk melepaskan atau membebaskan orang lain dari kungkungan dosa. Tidak
membiarkan orang lain dalam kungkungan dosa. Beda dengan orang yang berada di
bawah hukum Taurat; kejahatan dibalas dengan kejahatan. Itulah yang disebut
nyanyian berbalas-balasan. Tetapi kalau hamba Tuhan, dia berkata kepada orang
yang terkurung: Keluarlah! Berarti memiliki sikap yang tegas untuk membebaskan
orang yang terkungkung dari dosa.
-
Orang-orang yang ada di dalam gelap : Tampillah!
Artinya; membawa
orang lain untuk berada di dalam terang, atau melepaskan sesamanya dari
kegelapan dosa untuk tampil di dalam terang, untuk berada di dalam terang.
Teringat, sebelum
terpanggil menjadi hamba Tuhan, betul-betul berada dalam kegelapan yang paling
gelap sekali, betul-betul dosa itu mendarah daging. Saya bersyukur kepada
Tuhan, orang tua kami (bunda), terus mendesak saya untuk kiranya segera masuk
sekolah Alkitab. Tanpa disadari, bunda sudah berkata kepada orang-orang yang
ada di dalam gelap: tampillah! Dan sekarang kita semua tampil di hadapan Tuhan,
di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan yang Tuhan percayakan ini, sekarang kita
tampil di dalam terang.
Kapan kita melakukan tiga hal tersebut?
2 Korintus 6: 1-2
(6:1) Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan
kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang
telah kamu terima.
(6:2) Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan
mendengarkan engkau, dan pada hari Aku
menyelamatkan, Aku akan menolong engkau."
Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari
ini adalah hari penyelamatan itu.
Kapan kita melakukan tiga hal
tersebut?
Jawabnya: “Waktu ini dan
hari ini.” Berarti selagi masih ada
kesempatan = selagi hari masih siang, supaya kasih karunia, kemurahan
yang dianugerahkan oleh Tuhan tidak menjadi sia-sia.
Jadi, saya himbau kepada
anak-anak Tuhan, sidang jemaat, hamba-hamba Tuhan yang sudah melayani Tuhan,
jangan suka menunda-nunda pekerjaannya. Kalaupun lelah dan letih, kalau masih
bisa diupayakan, lakukanlah untuk Tuhan. Jangan suka menunda-nunda pekerjaan.
Dan saya salah seorang hamba Tuhan yang paling tidak suka melihat pelayan Tuhan
suka menunda-nunda untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan karena saya sendiri apabila dipercayakan oleh Tuhan suatu pekerjaan, langsung saya responi. Saya paling tidak suka
melihat orang yang suka menunda-nunda pekerjaan, dan saya paling tidak suka
mendengar kalimat-kalimat: sebentar, besok, tunggu dulu.
Jawabnya tadi; “Waktu ini,
hari ini, berarti selagi ada kesempatan, selagi hari masih siang. Kalau sudah
gelap malam, tidak ada orang yang dapat bekerja.”
Amsal 13: 12
(13:12) Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi
keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.
Orang yang menunda-nunda
pekerjaannya adalah orang yang menyedihkan hati sesamanya.
Sebaliknya, orang yang
menghargai kesempatan (tidak menunda-nunda pekerjaannya) ia menjadi pohon
kehidupan.
Oleh sebab itu, bersabar saja
di dalam Tuhan, tunggu waktu Tuhan. Jangan cepat-cepat ingin kaya, namun
mengambil jalan pintas.
Sedikit kesaksian; awal pertama
masuk di provinsi Banten (Serang, Cilegon dan Merak sekitarnya) setiap hari berjalan kaki tanpa mengenal lelah, dan sering
tidak makan tidak minum, lapar dahaga, seringkali air mata mengalir tanpa terasa.
Hampir tiap hari saya menangis, tetapi bukan karena kesalahan, karena salib
yang harus saya pikul.
Saya bersabar, sedikit demi
sedikit kekayaan sorgawi saya terima dan saya kumpulkan, dan menjadi rema dalam
hidupku.
Selanjutnya, sekarang firman
yang saya terima sebagai kekayaan sorgawi sekarang masing-masing bisa kita
rasakan lewat pemberitaan firman sampai malam ini. Dan saya belajar untuk tidak
menunda-nunda pekerjaan. Kalau saya menunda-nunda pekerjaan, hati Tuhan sedih,
hati orang lain juga sedih. Jangankan hati manusia, hati Tuhan sedih. Tetapi
kalau kita menghargai kesempatan, tidak menunda-nunda pekerjaan, maka kita akan
menjadi pohon kehidupan. Yesus Kristus adalah pohon kehidupan.
Wahyu 22: 2
(22:2) Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di
seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua
belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk
menyembuhkan bangsa-bangsa.
Pohon kehidupan itulah pribadi
Yesus Kristus. Berbuah 12 kali tiap-tiap bulan sekali -> 12 murid atau 12
rasul.
Yesus sebagai pohon kehidupan,
Dia tidak menunda-nunda apa yang dipercayakan oleh Bapa kepada Dia.
Matius 26: 38-39, 42
(26:38) lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku
sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah
dengan Aku."
(26:39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa,
kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu
dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang
Engkau kehendaki."
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa,
kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali
apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Yesus tidak menunda-nunda
pekerjaan Allah, Dia harus meminum cawan Allah.
Meminum cawan Allah, artinya;
Yesus harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung di atas kayu
salib, sehingga dengan demikian terlaksanalah kehendak Allah.
Seandainya Yesus Kristus
sebagai Anak Tunggal Bapa menunda-nunda pekerjaan-Nya, maka kehendak Allah
tidak terlaksana.
Kemudian, proses penyaliban itu
dimulai dari taman Getsemani, dimulai dari ciuman palsu dari Yudas Iskariot dan
menyerahkan Yesus untuk disalibkan.
Melihat situasi itu, Simon
Petrus segera mengambil pedangnya lalu memutuskan salah satu telinga dari hamba
imam besar Kayafas. Namun Yesus sadar betul dengan pekerjaan yang dipercayakan
oleh Bapa kepada-Nya, maka Ia segera mengambil telinga yang putus lalu
ditempelkan kembali. Tidak berhenti sampai di situ. Pada saat menghadapi tiga
pengadilan, yang pertama; di hadapan imam besar Kayafas, pengadilan
agama, sekalipun difitnah, dituduh, namun Yesus tetap berdiam diri, Dia tidak
membalas kejahatan dengan kejahatan, Dia tidak berusaha melepaskan diri dari
sengsara itu, Dia tetap berdiam diri. Maupun pengadilan yang kedua; di
hadapan Pilatus, di situ bangsa Israel atau orang-orang Yahudi mulai
mendesak-desak Pilatus untuk segera menyalibkan Yesus Kristus. Mereka menuduh
bahwa Yesus ini adalah penjahat. Tetapi selama pengadilan itu berjalan, tidak
satu pun kesalahan ditemukan. Namun sekalipun ada tuduhan-tuduhan,
desakan-desakan yang menyudutkan, Yesus tetap berdiam diri, tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan, juga tidak mau melepaskan diri dari salib. Maupun di
hadapan Herodes; sebab Herodes sendiri mengakui bahwa kesalahan di dalam
diri Yesus tidak ada, sehingga Dia dikembalikan kepada Pilatus.
Andai saja Yesus berjuang
menghadapi sesama-Nya, maksudnya, kejahatan dibalas dengan kejahatan, maka
rencana Allah gagal dan berantakan. Andaikata Yesus berusaha melepaskan diri
dari sengsara salib (pekerjaan Allah yang besar), maka manusia tidak memperoleh
keselamatan.
Memang awalnya pada ayat 39,
Yesus berkata: “Ya Bapa-Ku, jikalau
sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku”, memang ada
permohonan yang demikian dinaikkan kepada Bapa, tetapi Yesus kembali berkata: “Biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi
janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”
Lalu pada ayat 42, Yesus
berkata: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini
tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”
artinya: Yesus menyadari
bahwa Ia harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia
tanggung.
Memang saat kita dipercayakan
suatu pekerjaan yang mulia (memikul salib), sakit bagi daging, tetapi kehendak
Allah terlaksana.
Hai sidang jemaat yang saya
kasihi, perhatikan ini baik-baik, terkhusus yang sudah melayani Tuhan.
Tadi sore saudari Roma saya
ingatkan: kalau melayani Tuhan, layani sungguh-sungguh, jangan hanya sekedar
tulis di infokus, buat sesuatu yang mulia. Baik engkau sebagai pemimpin pujian,
pembaca firman, singer, kolektan, pemain musik, guru sekolah minggu, bendahara,
sekretaris, pengetikan kotbah, video, kamera, streaming, apapun, kerjakanlah
itu untuk Tuhan, sekalipun memang tidak enak bagi daging. Tetapi ingat; jadilah
kehendak Allah. Bagaimana dengan respon kita malam ini?
Ingat; andai saja Yesus
berjuang melawan sesamanya karena tuduhan palsu, maka kehendak Allah tidak
terlaksana, tetapi semua harus dipikul, walaupun sakit bagi daging tetapi
kehendak Allah terlaksana.
Seringkali logika kita
menggagalkan rencana Allah, membatalkan pekerjaan yang besar. Karya Allah
terbesar adalah salib di Golgota, itu pekerjaan besar.
Berarti, kalau melayani,
mengerjakan sesuatu apabila belum sampai menanggung penderitaan yang tidak
harus ia tanggung, berarti itu bukan pekerjaan besar.
Karya Allah yang terbesar;
menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Jadi, pekerjaan besar bukan pada saat langit bumi dan segala isinya
diciptakan.
Dalam Kejadian 1: 1, “Pada
mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Dalam Yohanes 1: 1, “Pada
mulanya adalah firman. Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan firman
itulah Allah.”
Ada pertanyaan yang harus kita
jawab: Mana yang lebih besar; “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”
atau “Pada mulanya adalah firman?”
Yang terbesar adalah karya
Allah, itulah salib di Golgota, itulah pribadi Yesus yang menanggung
penderitaan yang tidak harus Ia tanggung, Dia meminum cawan Allah, sehingga
dengan demikian kehendak Allah terlaksana.
Di hari-hari ini gereja-gereja hampir-hampir tidak mengerti mana yang
terbesar; berkat jasmani (perkara lahiriah), atau sengsara salib? Kebenaran
salib mulai dikaburkan; salib disingkirkan dari dalam gereja, sebab gereja
lebih mengutamakan soal berkat-berkat secara
lahiriah, sehingga kebenaran mulai diputar balik.
Saya tidak mengatakan bahwa ketika
menanggung penderitaan itu ringan, Yesus sendiri berkata: “Jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari
pada-Ku.” Ini adalah permohonan, tetapi “Janganlah seperti
yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”, artinya sengsara salib itu sakit bagi daging,
tetapi kalau Tuhan berkehendak, pikul saja. Jangan lari dari kenyataan. Inilah
pekerjaan Allah yang besar; Yesus sebagai Anak Tunggal Bapa tidak menunda-nunda
pekerjaan Allah Bapa, sebab
Dialah pohon kehidupan yang berbuah 12 kali,
tiap-tiap bulan sekali
-> 12 murid Yesus Kristus.
Sekarang kita lihat; PENGAJARAN
RASUL-RASUL.
Kisah Para Rasul 2: 42
(2:42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul
dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
Pengajaran rasul-rasul;
1.
Tekun dalam persekutuan.
2.
Tekun dalam pemecahan roti.
3.
Tekun dalam berdoa.
Dalam pelajaran Tabernakel, itu
terkena pada tiga macam alat di dalam Ruangan Suci. Banyak orang bernyanyi
tentang Ruangan Suci, dan tentang Ruangan Maha Suci, tetapi dia sendiri tidak
tahu Ruangan Suci, dan tidak tahu Ruangan Maha Suci sehingga yang menjadi majikan atau tuan di dalam gereja adalah uang dan orang kaya
Di dalam Ruangan Suci ada tiga
macam alat -> ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
1.
MEJA ROTI SAJIAN -> ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai dengan perjamuan suci.
Dalam pengajaran
rasul-rasul: tekun dalam pemecahan roti.
2.
PELITA EMAS -> ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai
dengan kesaksian.
Dalam pengajaran
rasul-rasul: tekun dalam persekutuan.
3.
MEZBAH DUPA -> ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Dalam pengajaran
rasul-rasul: tekun dalam berdoa.
Itulah pengajaran rasul - rasul, buah dari pekerjaan Yesus Kristus, Anak
Tunggal Bapa.
Pada saat bangsa Israel keluar
dari tanah Mesir (dari perbudakan kerja paksa di Mesir), tiga hari perjalanan,
mereka tiba di gunung Sinai untuk beribadah kepada Tuhan Allah. Pada saat itulah
Allah turun ke atas gunung Sinai ditandai dengan tiga hal;
-
Yang pertama; awan padat, menunjuk pada ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
-
Yang kedua; kilat disertai dengan bunyi guruh menderu, menunjuk pada ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
-
Yang ketiga; bunyi sangkakala -> menunjuk pada ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai
perjamuan suci.
Berarti, tiga macam ibadah
pokok ini itu berasal dari Allah dari sorga, bukan ibadah buatan tangan
manusia. Banyak orang Kristen hanya mengerti Ibadah Raya Minggu, dua ibadah
yang lain dikesampingkan.
Sementara resiko yang harus
dialami apabila seseorang tidak mengerti tentang tiga macam ibadah pokok, darah
Yesus tidak berlaku atas dia.
Ibrani 10: 22-24
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan
hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita
telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh
dengan air yang murni.
(10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan
tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
(10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya
kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Di sini ada kata iman, pengharapan
dan kasih.
-
Iman; tekun dalam Ibadah Pendalaman
Alkitab disertai perjamuan suci.
-
Pengharapan atau kesucian
-> ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
-
Kasih -> Ibadah Doa Penyembahan.
Ibrani 10: 25-26
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat.
(10:26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah
memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk
menghapus dosa itu.
Lalu andaikata tidak tekun menjalankan tiga macam ibadah pokok, maka darah Yesus tidak berlaku atas dia. Ingat buah pohon kehidupan adalah
buah penyelamatan.
Itu sebabnya tadi saya katakan;
tiga macam ibadah pokok ini bukan buatan tangan manusia, bukan buatan pendeta,
atau yang diwariskan dari nenek moyang, tetapi tiga macam ibadah pokok turun
dari sorga dari Allah sendiri, seperti saat Allah turun ke atas gunung Sinai
disertai dengan tiga hal tadi.
-
Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel beribadah di gunung Sinai.
-
Dalam Perjanjian Baru, gereja hujan awal dengan pengajaran rasul-rasul.
Tiga macam ibadah pokok itu
buah dari pohon kehidupan, maka saya tandaskan; andaikata Yesus sebagai Anak
Tunggal Bapa menunda-nunda pekerjaan-Nya di atas kayu salib, habislah kita (manusia binasa).
Ayo, jangan tunda-tunda lagi
pekerjaan Tuhan, menjelang kedatangan Tuhan yang sudah tidak lama lagi.
Hari-hari ini gencar sekali
Tuhan membuka keran-Nya dari sorga untuk kita nikmati bersama-sama. Kita semua
dipuaskan dari rasa dahaga, seperti perempuan Samaria, dipuaskan dari rasa
dahaga, dia tidak haus lagi dengan laki-laki, dengan kenajisan.
Tidak ada lagi dosa kenajisan,
tidak ada lagi dosa kegelapan, sudah dipuaskan.
Perbandingan antara yang menunda
pekerjaan dengan orang yang menghargai kesempatan.
2 Petrus 2: 12-13
(2:12) Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak
berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan
dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh
perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar,
(2:13) dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai
upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan.
Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka
duduk makan minum bersama-sama dengan kamu.
Orang-orang yang hidup di dalam
hawa nafsu disebutlah orang-orang malam atau kegelapan sebab mereka itu
berfoya-foya pada siang hari = memboroskan harta rohani mereka, itulah orang
yang menunda-nunda pekerjaannya dan tidak menghargai kesempatan.
Nabi-nabi palsu mereka mabuk
dalam hawa nafsu, mereka itu kotoran dan noda, tidak menggunakan kesempatan
yang ada, sebab pada siang hari mereka berfoya-foya, memboroskan harta rohani,
harta sorgawi. Seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan, dia melayani sesuai
dengan karunia-karunia Roh Kudus dan jabatan-jabatan yang diberikan Tuhan. Saat
kapan hamba-hamba Tuhan, pelayan-pelayan Tuhan bekerja? Jawabnya; Waktu ini,
hari ini, artinya selagi ada kesempatan atau selagi hari masih siang.
Tetapi kita lihat di sini,
mereka justru berfoya-foya pada siang hari, memboroskan harta rohani, kekayaan
sorgawi, sebab mereka mabuk dalam hawa nafsu daging.
Jadi, semua tabiat daging dilakukan,
itu noda, itu kotoran, sebab itu adalah perbuatan malam. Maka ketika mereka
melakukan itu di siang hari = memboroskan harta sorgawi, harta rohani,
karunia-karunia Roh Kudus dan jabatan-jabatan yang dipercayakan oleh Tuhan.
Kalau kita perhatikan 2
Petrus 2: 1-3, mereka itu memasukkan pengajaran sesat yang membinasakan,
bahkan menyangkal Penguasa yang menebus mereka. Kemudian banyak orang akan
mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai oleh hawa nafsu (perbuatan malam).
Lalu pada ayat ketiga; “Karena
serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan
cerita-cerita isapan jempol mereka”; menyampaikan dua tiga ayat, lalu
ditambahkan dengan cerita-cerita isapan jempol, ditambahkan tentang cerita si
kancil, si kura-kura, si buaya, ditambahkan dengan cerita-cerita apa saja, seolah-olah si kancil,
si buaya bisa melengkapi ayat firman Tuhan untuk menguduskan sidang jemaat yang
dengar firman. Manusia tidak bisa dikuduskan oleh cerita isapan jempol, manusia
hanya bisa dikuduskan oleh firman yang limpah, tetapi karena mereka mabuk dalam
hawa nafsu, mau tidak mau mereka mencari untung dari sidang jemaat dengan
cerita-cerita isapan jempol, menyampaikan dua tiga ayat, lalu ditambah dengan
cerita-cerita si A, si B, cerita dunia, semua buku-buku, cerita-cerita,
filsafat dihafalkan untuk menambahkan dua tiga ayat ini. Itu ciri hamba Tuhan
yang sedang berfoya-foya pada siang hari, memboroskan hartanya, menunda-nunda
pekerjaan yang dipercayakan, tidak menghargai kesempatan, sementara kesempatan
hanya datang satu kali, tidak dua kali.
Untuk yang kesekian kali saya
sampaikan; Esau sibuk berburu daging akhirnya dia kehilangan hak kesulungan dan
berkat dari hak kesulungan. Ketika dia kembali mencari hak kesulungan, dia
ditolak, karena dia tidak menghargai kesempatan yang ada.
1 Tesalonika 5: 5-8
(5:5) karena kamu semua adalah anak-anak terang dan
anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan.
(5:6) Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti
orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.
(5:7) Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan
mereka yang mabuk, mabuk waktu malam.
(5:8) Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang,
baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan
pengharapan keselamatan.
Mabuk dalam hawa nafsu itu
adalah perbuatan kegelapan di waktu malam, tetapi tadi kita sudah lihat;
hamba-hamba Tuhan (nabi-nabi
palsu) berfoya-foya pada siang hari, memboroskan harta
rohani, harta sorgawi, yaitu; karunia-karunia Roh Kudus dan jabatan-jabatan
yang dipercayakan Tuhan.
Jangan sia-siakan kasih
karunia. Bukankah kita melayani karena kemurahan Tuhan? Bukankah kita
memperoleh karunia-karunia Roh Kudus dan dipercayakan jabatan-jabatan karena
kasih karunia? Dia yang telah naik, Dia juga yang telah turun ke dunia orang
mati untuk memberikan jabatan-jabatan dan karunia-karunia = kasih karunia.
Kesimpulannya,
ini gambaran dari pelayan-pelayan Tuhan yang tidak memanfaatkan kesempatan. Di waktu siang
hari mereka berfoya-foya sebab mereka melakukan perbuatan malam (kegelapan), yaitu; hidup dalam hawa nafsu. Ini adalah noda dan kotoran di
tengah-tengah kegiatan
Roh.
Lukas 21: 34-35
(21:34) "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan
sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan
supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu
jerat.
(21:35) Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.
Sarat oleh pesta pora,
kemabukan (hawa nafsu), serta kepentingan-kepentingan duniawi, itu adalah
perbuatan kegelapan dari orang-orang malam.
Perlu untuk diketahui;
janganlah berusaha untuk melepaskan diri dari Tuhan hanya untuk menginginkan
kebebasan dunia, sebab kebebasan dunia adalah jerat. Bersyukur saja kalau
sampai sejauh ini kita masih terikat dengan Tuhan, terikat dengan ibadah,
terikat dengan pelayanan, berarti terlepas dari dunia dan
kepentingan-kepentingan di dalamnya. Tetapi kalau melepaskan diri hanya untuk
menginginkan kepentingan dunia, itu jerat bagi setiap orang, itu perangkap
Setan. Saya senang sekali apabila ada hamba Tuhan yang memberitakan hal yang
demikian kepada umat Tuhan. Tidak hanya sibuk dengan perkara lahiriah, tidak sibuk
membicarakan soal pelipatgandaan uang di dalam gereja, supaya
tidak mengecilkan salib = menghujat Allah.
Yesus Kristus adalah; jalan kebenaran
dan hidup. Uang tidak pernah berkata; akulah jalan, kebenaran dan hidup. Harta,
jabatan, kekayaan ijazah yang tinggi tidak pernah berkata; akulah jalan
kebenaran dan hidup.
Jalan kebenaran dan hidup
hanyalah salib
Kristus. Oleh sebab itu jangan mengecilkan salib (menghujat
Allah). Siapa yang menghujat Allah? Yaitu mereka yang hidup dalam kegelapan,
sibuk dalam pesta pora, kemabukan, serta kepentingan-kepentingan duniawi.
Kalau ada di antara kita di
dalam hatinya mulai tersirat keinginan untuk melepaskan diri dari
Tuhan, malam ini bertobat dan minta ampun kepada Tuhan, sebab masih ada
kesempatan.
Lukas 21: 36
(21:36) Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa,
supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan
supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."
Berjaga-jagalah senantiasa
sambil berdoa, ini adalah perbuatan-perbuatan terang dari orang-orang siang.
Lihat, kita kaitkan dengan ...
1 Tesalonika 5: 5-6
(5:5) karena kamu semua adalah anak-anak terang dan
anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan.
(5:6) Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti
orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.
Berjaga-jaga adalah pekerjaan
dari orang-orang yang tidak menunda-nunda pekerjaan yang dipercayakan oleh
Tuhan.
Kita lihat lebih jauh tentang
berjaga-jaga.
Matius 26: 36, 40-41
(26:36) Maka sampailah Yesus bersama-sama
murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada
murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk
berdoa."
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya
itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus:
"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
(26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu
jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."
Berjaga-jaga dan
berdoa, berarti menyembah selama satu jam bersama dengan
Tuhan.
Yang sudah melayani Tuhan,
tetap berjaga-jaga bersama dengan Tuhan. Doa dan penyembahan.
Berjaga-jaga selama satu jam
kepada Tuhan itu adalah tanda penyerahan diri kepada Tuhan.
Kemudian, berjaga-jaga, juga
disertai dengan sadar.
Dalam pemecahan roti yang
kedua, Yesus memberi makan 4000 orang dengan 7 roti dan beberapa ikan, dengan
satu tujuan supaya mereka jangan pingsan di jalan, berarti supaya tetap sadar.
Tuhan pecah-pecahkan roti, Tuhan bagi-bagikan segenap hidup-Nya, itulah firman
Tuhan yang kita terima saat ini, ayat demi ayat, pasal demi pasal yang telah
dipecah-pecahkan, itulah segenap hidup Tuhan yang Tuhan berikan kepada kita
supaya kita tetap sadar.
Banyak orang Kristen tidak
sadar, sudah melakukan kesalahan tetapi tetap merasa diri lebih benar dan lebih
baik = tidak sadar.
Ukuran baik itu di mata Tuhan
atau di mata manusia? Tentu ukuran baik di mata Tuhan, bukan di mata manusia.
Kalau ukuran baik di mata manusia, banyak orang tidak sadar. Tetapi Tuhan pada
kesempatan dalam pemecahan roti yang kedua, Tuhan membagi-bagikan 7 roti dan
beberapa ikan kepada 4000 orang laki-laki, tujuannya supaya mereka
tidak pingsan di jalan.
Pingsan = tidak hidup, tetapi
tidak mati = tidak sadarkan diri.
Tetapi kalau orang itu berbuat
baik di hadapan Tuhan, pasti sadar. Inilah keadaan orang yang berjaga-jaga,
keadaan orang yang selalu menyerahkan dirinya sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan.
Jadi, selain berjaga-jaga disertai dengan doa, juga berjaga-jaga disertai
dengan sadar, inilah perbuatan-perbuatan terang dari orang-orang siang. Maka
manfaatkanlah kesempatan yang Tuhan percayakan, itulah panjang sabar Tuhan.
Kedatangan Tuhan tidak lama
lagi, tinggal sedikit waktu lagi, lebih lama waktu kita memulai percaya kepada
Dia. Kerjalah selagi hari masing siang, nanti malam akan datang pada saat langit dan bumi bergeser, matahari, bulan
dan bintang tidak bersinar lagi, itu waktu malam, tidak ada lagi kesempatan
untuk bekerja.
Bersyukurlah, kalau Tuhan masih
memberi kesempatan kepada kita untuk beribadah dan melayani Tuhan, mengusahakan
dan mengerjakan pekerjaan yang Tuhan percayakan kepada kita. Jika memang harus
sakit, terima saja, karena memang harus sangkal diri dan pikul salib. Tetapi
tetaplah mengucap syukur.
1 Tesalonika 5: 6-8
(5:6) Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti
orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.
(5:7) Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan
mereka yang mabuk, mabuk waktu malam.
(5:8) Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang,
baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan
pengharapan keselamatan.
Sadar berarti berbajuzirahkan
iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan.
Jadi, sadar itu BERBAJU ZIRAH
yaitu: iman dan kasih, itu pada bagian tubuh.
Kemudian BERKETOPONGKAN yaitu: pengharapan keselamatan,
itu pada
bagian kepala.
Jadi, baju zirah itu pakaian
pada tubuh; iman dan kasih.
Iman itu berarti percaya walaupun tidak melihat,
dibenarkan oleh salib, bukan lagi karena hukum taurat.
Sedangkan kasih,
kegunaannya menutupi banyak sekali dosa, kemudian, berguna sebagai pengikat
yang mempersatukan dan menyempurnakan anggota-anggota tubuh.
Pengharapan keselamatan, itu pada bagian kepala. Di dalam kepala ini penuh dengan pemikiran-pemikiran.
Pemikiran ini harus diselamatkan dengan berketopongkan pengharapan.
Itu sebabnya berjaga-jaga itu
selain disertai dengan doa, harus disertai dengan sadar.
Saya bangga memiliki Tuhan
Yesus Kristus, betapa kasih-Nya membebat hati kita. Firman Allah yang kita
terima lebih tajam dari pedang bermata dua manapun, hidup dan kuat, sehingga
menusuk amat dalam memisahkan jiwa dan roh, sumsum dan sendi-sendi dan dapat
membedakan pertimbangan dan pikiran hati = menyucikan dosa yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia.
Ketika dosa yang tidak dapat
dilihat mata itu dikoreksi, selain sakit bagi daging rasanya malu karena dosa kita ditelanjangi. Tetapi ketika selesai operasi dijalankan
oleh pedang tajam bermata dua, Tuhan membalut luka-luka di hati. Dia
menyembuhkan, Dia menyelesaikan segala permasalahan yang kita alami.
Dari awal kita menerima
pembukaan rahasia firman, itu sudah menyayat hati serta perasaan dan rasanya
sakit sekali, tetapi ingat; Tuhan yang membalut hati kita masing-masing.
Sekarang kita sudah melihat orang-orang malam yang menunda-nunda
pekerjaan Tuhan, dan orang-orang siang yang mengerjakan pekerjaan Tuhan,
memanfaatkan kesempatan yang dipercayakan oleh Tuhan.
Tanda orang-orang yang
berjaga-jaga/menghargai kesempatan.
Lukas 21: 37-38
(21:37) Pada siang hari Yesus mengajar di Bait Allah
dan pada malam hari Ia keluar dan bermalam di gunung yang bernama Bukit Zaitun.
(21:38) Dan pagi-pagi semua orang banyak datang
kepada-Nya di dalam Bait Allah untuk mendengarkan Dia.
Yesus adalah pohon kehidupan
yang tidak menunda-nunda pekerjaan Allah Bapa sehingga tiga situasi di dalam
satu hari satu malam akan terlihat, yaitu;
-
Siang hari; Ia mengajar di bait Suci
Allah = penuh dengan firman Allah.
- Malam hari; bermalam di gunung atau di bukit zaitun, menunjukkan Yesus penuh
dengan Roh Kudus.
-
Pagi hari; pada fajar menyingsing, semua
orang datang kepada-Nya.
Bukankah ini menunjukkan bahwa
Yesus adalah hamba Tuhan. Yesus menjadi alat kemuliaan bagi Allah untuk
melakukan tiga hal di atas tadi.
Roh Kudus juga digambarkan
segumpal asap yang disertai dengan api untuk menerangi kegelapan. Jadi, walaupun
di malam hari, namun
malam gelap tidak menguasai Yesus Kristus karena Dia
bermalam di gunung, bukit Zaitun. Tetapi apa yang terjadi, begitu fajar terbit,
semua orang datang. Inilah tugas dari hamba Tuhan tadi.
Begitu muncul hari yang baru,
jiwa bertambah. Hari yang baru; jiwa datang kepada Tuhan.
Inilah yang menjadi kerinduan
Tuhan. Andai saja pekerjaan Allah tertunda, itu tidak mungkin terwujud. Tetapi
karena Dia melakukan pekerjaan Allah dengan setia, maka pada saat fajar terbit,
banyak orang datang kepada Tuhan.
Saudaraku, saya rindu, kiranya
firman ini nyata (mendarah daging) dalam kehidupan kita. Tidakkah saudara memikirkan orang lain
yang belum mengenal Pengajaran Mempelai. Soal ibadah saja belum paham apalagi
soal-soal yang lebih dalam lagi, sehingga tidak mengerti mana yang lebih
penting; salib atau berkat.
Oleh sebab itu, inilah tanggung
jawab kita kepada Tuhan untuk sesama. Kerjakanlah itu selagi hari masih siang, selagi
Tuhan masih memberi kesempatan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment