IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 15 JUNI
2021
KITAB KOLOSE
(Seri:147)
Subtema:
DARI PADA MATI, LEBIH BAIK DITEBUS
Segala
puji, segala hormat hanya bagi Dia yang duduk di atas takhta-Nya dalam
kemuliaan kekal.
Kita
akan datang menghadap Dia lewat Ibadah Doa Penyembahan, dan sebentar kita akan
tersungkur di hadapan takhta TUHAN, sujud menyembah Allah yang hidup, Allah
Abraham Ishak Yakub, Allah Israel, Allah yang berkuasa, TUHAN dan Juruselamat,
Dialah Allah yang layak untuk disembah, sehingga dengan demikian, kita lepas
(bebas) dari segala jenis penyembahan berhala di atas muka bumi ini.
Saya
juga tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN di Bandung dan di Malaysia, bahkan
para simpatisan di dalam negeri maupun di luar negeri, bahkan umat TUHAN yang
senantiasa setia untuk tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon dalam Ibadah Doa
Penyembahan, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di
mana pun anda berada.
Selanjutnya,
mari kita berdoa, dan dalam doa itu kita mohonkan dengan sangat, supaya lewat
pembukaan rahasia Firman TUHAN, hati kita diteguhkan, membawa kita kepada
kesatuan tubuh, itulah tubuh Mempelai, yang disebut juga gunung Sion, wujudnya
adalah doa penyembahan, dan akhirnya sebentar kita tersungkur di kaki salib
TUHAN, itulah puncak ibadah yang menyelamatkan kita dari atas muka bumi ini.
Sekalipun
kita menghadapi puncak gelap malam pada saat aniaya antikris terjadi, namun
kita tertolong, laksana di bawah kepak sayap Allah sebagai tudung perlindungan
dan tempat perteduhan kita, sehingga terlepas dari aniaya antikris, itulah
binatang buas yang ganas sekali, yang akan membinasakan. Tetapi TUHAN tetap
berkemurahan bagi anak-anak TUHAN; umat pilihan TUHAN senantiasa mendapat
pembelaan, pemeliharaan, perlindungan dari TUHAN. Oleh sebab itu, kita harus
betul-betul dengan sungguh-sungguh menyerahkan diri untuk digembalakan di
hari-hari terakhir ini, artinya; perhatian kita sudah lepas, sudah bebas dari
berhala dunia ini.
Seharusnya,
pada detik-detik perjalanan, pada mil-mil terakhir ini, sudah seharusnya pandangan
kita terarah kepada Dia, tertuju kepada salib Kristus yang akan menyelamatkan
kita semuanya. TUHAN Yesus kiranya menyatakan rahmat, menyatakan kemurahan-Nya
bagi kita tanpa terkecuali; siapapun di antara kita, semuanya diselamatkan oleh
TUHAN, tidak ada yang binasa.
Demikian
juga saudara, anda yang sedang mengikuti pemberitaan Firman lewat live
streaming ini, perhatikan jiwa saudara, perhatikan jiwa keluarga saudara, perhatikan
orang-orang yang di sekitar saudara, jangan terlena di dunia ini, sebab dunia
ini hanya sementara. Jangan sampai saudara tidak memperhatikan apa yang saya
sampaikan ini.
Dunia
hendak berlalu; di depan mata, antikris sudah menanti. Sesudah pendurhaka
lewat, barulah TUHAN datang pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria
Sorga, sesuai dengan 2 Tesalonika 2. Jadi, terlebih dahulu pendurhaka itu
datang, pembinasa keji itu datang, menganggap dirinya sebagai allah yang harus
disembah. Tetapi hari ini, kita harus mempunyai prinsip; kita harus tetap
menyembah Allah yang hidup, Allah Abraham Ishak Yakub, Allah Israel.
Segera
kita memperhatikan Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat
yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose 3, sekarang kita
masih memperhatikan ayat 19.
Kolose
3:19
(3:19) Hai suami-suami,
kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Seorang suami harus tahu untuk mengasihi isterinya
dengan benar. Kemudian, sikap dari seorang suami di dalam hal mengasihi
isterinya ialah janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Terkait dengan kalimat “janganlah
berlaku kasar terhadap dia”, kita hubungkan langsung dengan 1 Petrus 3, dengan perikop: “Hidup bersama suami isteri”.
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga
kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum
yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia,
yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Di sini dikatakan: Seorang suami harus berlaku
bijaksana terhadap isterinya.
Yesus Kristus adalah Kepala Gereja dan Mempelai Pria
Sorgawi, Dialah Suami dalam keadilan dan kebenaran = Suami yang bijaksana.
Terkait dengan “suami yang bijaksana”, segera
kita melihat Daniel 12.
Daniel 12:3
(12:3)
Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala,
dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti
bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Orang-orang bijaksana sama
seperti bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala, yang menuntun banyak orang
kepada kebenaran. Demikian halnya dengan Rasul Paulus terhadap sidang jemaat di
Korintus; ia berusaha dan berjuang untuk menuntun sidang jemaat di Korintus
kepada kebenaran.
Mari kita lihat ayatnya di
dalam 1 Korintus 10.
1 Korintus 10:14-15
(10:14)
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!
(10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai
orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
Di sini kita melihat: Rasul
Paulus menghimbau sidang jemaat di Korintus supaya mereka dengan
sungguh-sungguh menjauhi penyembahan berhala. Dengan demikian, sebagai seorang
hamba TUHAN yang bijaksana, Rasul Paulus berusaha dan berjuang keras untuk
menuntun sidang jemaat di Korintus kepada kebenaran.
1 Korintus 10:19-20
(10:19)
Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah
sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang
kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada
roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu
dengan roh-roh jahat.
Pada ayat 14, Rasul
Paulus berkata kepada jemaat di Korintus: “Jauhilah
penyembahan berhala.” Maksudnya di sini ialah agar sidang jemaat di
Korintus ini jangan bersekutu dengan roh-roh jahat, sama seperti perjalanan bangsa
Israel di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun; mereka betul-betul
bersekutu dengan roh-roh jahat. Sekalipun mereka menjadi barisan yang dipimpin
oleh Musa, atau menjadi rombongan jemaat yang nampaknya beribadah kepada TUHAN;
namun sesungguhnya, persembahan mereka atau persembahan dari umat itu adalah
persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah.
Oleh sebab itu,
perhatikanlah ayat 21.
1 Korintus 10:21
(10:21)
Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh
jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan
juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
Singkatnya: Kita tidak
boleh bersekutu dengan TUHAN, atau kita tidak boleh datang menghadap TUHAN dan beribadah
kepada Dia, namun dalam kesempatan yang lain, bersekutu juga dengan roh-roh
jahat. Mengapa? Supaya segala sesuatu yang kita persembahkan kepada TUHAN, bukan lagi
kepada roh-roh jahat, tetapi betul-betul korban dan persembahan itu sampai
kepada TUHAN kita, Yesus Kristus, karena di luar ibadah atau kesempatan yang
lain, kita tidak bersekutu lagi dengan roh-roh jahat.
Oleh sebab itu, hati-hati
dengan android. Perhatikanlah nasihat Firman. Kalau saya memberi suatu
pemahaman, bukan berarti saya memfitnah, bukan berarti saya cemburu, bukan
karena orang lain bisa lalu saya iri, tidak, sedikit pun saya tidak ada iri di
situ. Saya tahu apa yang saya ucapkan; supaya saudara bisa fokus menyerahkan
diri, fokus beribadah kepada TUHAN, sehingga persembahan itu semuanya
betul-betul terarah kepada Dia, bukan lagi kepada roh-roh jahat.
Kalau kita datang menghadap
TUHAN, beribadah kepada TUHAN, tetapi dalam kesempatan yang lain, kita
bersekutu dengan roh-roh jahat, maka tentu saja persembahan yang kita
persembahkan, yang seharusnya kepada TUHAN, justru kepada roh-roh jahat. Hal
ini harus dicamkan. Jangan saudara lupa dengan apa yang kita terima dari TUHAN
malam ini.
Selanjutnya, marilah kita
melihat PERSEKUTUAN BANGSA ISRAEL KEPADA ROH-ROH JAHAT, yang dituliskan dengan
lengkap di dalam 1 Korintus 10.
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini
telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan
kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7)
dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti
beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa
itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8)
Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh
beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga
ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti
yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut
ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang
dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan
oleh malaikat maut.
Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita
untuk memperingatkan kita. Jadi, apa yang dialami dan yang
diperbuat oleh bangsa Israel selama perjalanan 40 (empat puluh) tahun di padang
gurun, itu contoh bagi kita untuk memperingatkan hidup kita di zaman akhir ini.
Jangan sampai kita menolak peringatan dan nasihat Firman yang indah ini.
Singkat kata: Adapun persekutuan bangsa Israel dengan
roh-roh jahat, antara lain:
1.
Pada
ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.
Pada
ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.
Pada
ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.
Pada
ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.
Pada
ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut di hadapan TUHAN.
Kita masih mengikuti penjelasan dari hal yang kedua.
Keterangan: BANGSA ISRAEL MENYEMBAH BERHALA.
Adapun peristiwa tersebut
ditulis dengan jelas di dalam kitab Musa yang kedua, yakni Keluaran 32:1-35, menurut pembagiannya, antara lain:
A.
Ayat 1-6 tentang lembu
emas.
B.
Ayat 7-14 tentang murka
Allah kepada bangsa Israel.
C.
Ayat 15-20 tentang 2 (dua)
loh batu yang dipecahkan.
D.
Ayat 21-29 tentang Musa
marah kepada Harun, abangnya.
E.
Ayat 30-35 tentang Musa
berdoa untuk bangsa Israel.
Pada minggu yang lalu, kita sudah mengikuti penjelasan
tentang “dua loh batu” pada ayat 15-20, bukan? Tentu saja kita sangat
diberkati. Dan jangan kita lupakan apa yang sudah kita terima dari TUHAN,
itulah berkat pada minggu yang lalu. Namun, malam ini kita akan kembali
mengikuti penjelasan tentang “dua loh batu”.
Tentang:
DUA LOH BATU YANG DIPECAHKAN (KELUARAN 32:15-20)
Keluaran
32:17-18
(32:17) Ketika
Yosua mendengar suara bangsa itu bersorak, berkatalah ia kepada Musa: "Ada
bunyi sorak peperangan kedengaran di perkemahan." (32:18) Tetapi
jawab Musa: "Bukan bunyi nyanyian kemenangan, bukan bunyi
nyanyian kekalahan -- bunyi orang menyanyi berbalas-balasan,
itulah yang kudengar."
Oleh
karena berhala lembu emas itu, terdengarlah bunyi nyanyian berbalas-balasan di
perkemahan bangsa Israel.
Pendeknya:
Kondisi dari bangsa Israel pada saat ini berada dalam keadaan “tidak
menang” dan “tidak kalah.”
Seandainya,
jika bunyi sorak peperangan kedengaran di perkemahan bangsa Israel, seperti
yang diutarakan oleh abdi Musa, itulah Yosua, maka sebagai bangsa pilihan
Allah, sudah barang tentu atau seyogianya mereka pasti berkemenangan, karena
mereka adalah umat pilihan. Tetapi Musa berkata kepada abdinya itu: Bukan
bunyi nyanyian kemenangan, bukan bunyi nyanyian kekalahan -- bunyi orang
menyanyi berbalas-balasan, itulah
yang kudengar.
Mari
kita bandingkan dengan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di
Roma, dalam Roma 8, dengan perikop: “Keyakinan iman”.
Roma
8:31
(8:31) Sebab itu
apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita,
siapakah yang akan melawan kita?
Jika
Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Inilah yang
menjadi keyakinan iman kita.
Roma
8:32
(8:32) Ia, yang
tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita
semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita
bersama-sama dengan Dia?
Singkat
kata: Allah telah menyerahkan anak-Nya bagi kita, dengan demikian, Ia telah
mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Kristus, termasuk
Allah pasti mengaruniakan kemenangan atas musuh-musuh kita. Karena Allah sudah menyerahkan
Anak-Nya yang tunggal, maka tentu saja Allah sudah mengaruniakan segala sesuatu
kepada kita, termasuk kemenangan bersama-sama dengan Kristus. Mengapa?
Tetapi
jangan kalah juga dengan uang. Jangan “amin” di sini, tetapi di rumah “aman”,
karena kalah kepada uang, sehingga diaturlah persembahan-persembahan, akhirnya
walaupun terjadi kegerakan, sudah dua ribu dari rumah namun tetap dua ribu; itu
adalah berhala, dan itu adalah kekerasan di hati, tidak mau berubah hatinya.
Roma
8:33-34
(8:33) Siapakah
yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan
mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? (8:34) Kristus Yesus, yang
telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah
kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
Singkat
kata: TUHAN menjadi Pembela bagi orang-orang pilihan Allah, maka otomatis TUHAN
mengaruniakan termasuk kemenangan, kalau memang bunyi sorak kemenangan yang terjadi
(terdengar) di perkemahan bangsa Israel itu sendiri. Tetapi kenyataannya, bukan
bunyi sorak kemenangan yang terdengar.
Itu
sebabnya, kita harus bersyukur; sebagai hamba-hamba TUHAN, imam-imam, pelayan
TUHAN, sidang jemaat yang disebut juga hamba kebenaran, harusnya bersyukur kalau
kita digembalakan oleh Gembala yang sarat dengan pengalaman, yang sarat dengan
pengalaman kematian kebangkitan Yesus Kristus, yang sarat dengan pengertian
sorga lewat pembukaan Firman, sehingga pada saat itulah Musa meluruskan pengertian
dari pada Yosua, abdinya itu.
Kita
kembali membaca Keluaran 32 untuk melihat perkataan Musa kepada abdinya.
Keluaran
32:18
(32:18) Tetapi
jawab Musa: "Bukan bunyi nyanyian kemenangan, bukan bunyi nyanyian kekalahan
-- bunyi orang menyanyi berbalas-balasan, itulah yang kudengar."
Musa
berkata kepada Yosua: "Bukan bunyi nyanyian kemenangan, bukan bunyi
nyanyian kekalahan--bunyi orang menyanyi berbalas-balasan, itulah yang kudengar."
Dalam hal ini, Musa meluruskan abdinya itu, meluruskan Yosua.
Oleh
sebab itu, kita bersyukur; kalau TUHAN bukakan firman-Nya, itulah yang memberi
pengertian kepada kita semua. Kita yang belum berpengalaman ini akan memperoleh
pengertian kalau kita menikmati pembukaan rahasia Firman.
Singkat
kata: Setelah diluruskan, ternyata, kondisi bangsa Israel pada saat itu; tidak
menang dan tidak kalah. Sebenarnya, kondisi semacam ini adalah kondisi
yang sangat memprihatinkan dan mencemaskan sekali.
Persamaan
dari tidak menang dan tidak kalah:
Yang
Pertama: Tidak hidup dan tidak mati = Setengah mati. Orang yang
setengah mati à Orang-orang
yang tidak sadarkan diri. Lihatlah orang yang tidak sadar; tidak hidup, tetapi
tidak mati = Tidak sadarkan diri. Jadi, orang yang setengah mati, orang yang
hidupnya mengalami setengah mati, jelas itu menunjuk kepada; orang yang tidak
sadarkan diri bahwasanya hidup ini hanyalah oleh karena
kasih karunia, hidup ini hanyalah karena kemurahan TUHAN.
-
Saudara
punya rumah; ingat, bagaimana prosesnya punya rumah.
-
Saudara
punya kendaraan; ingat, bagaimana prosesnya punya kendaraan.
-
Saudara
punya pekerjaan; ingat, bagaimana prosesnya mendapat pekerjaan.
-
Saudara
punya gaji; ingat, bagaimana prosesnya mendapat gaji.
Semuanya
karena kemurahan. Tetapi terkadang, banyak yang tidak sadarkan diri, akhirnya hidup rohaninya setengah mati.
Tidak
hidup, tidak mati = Setengah mati à Orang yang tidak sadarkan diri. Memang, orang yang
tidak sadar diri itu setengah mati di dalam mengikuti TUHAN; seolah-olah apa
yang dia miliki adalah karena kekuatannya, akhirnya setengah mati. Inilah orang
yang tidak sadarkan diri.
Jangan
kita setengah mati di dalam mengikuti TUHAN, tetapi bahagialah oleh karena
kelimpahan kasih karunia; sadarlah di situ. Jangan sampai tidak sadar.
Yang
Kedua: Tidak panas dan tidak dingin = suam.
Kerohanian
yang suam à Kehidupan
(pribadi) tidak bisa maju di dalam hal yang rohani, bahkan tidak berhasil di
dalam pelayanan, sesuai ukuran Firman TUHAN, yang walaupun nampaknya berhasil dan
telah memperkayakan diri karena hartanya banyak seperti jemaat di Laodikia,
tetapi sebaliknya, di mata TUHAN;
1.
Jemaat di Laodikia melarat, malang dan miskin.
2.
Jemaat di Laodikia buta.
3.
Jemaat di Laodikia telanjang.
Jadi,
dia menganggap diri kaya, dia menganggap sudah punya harta, dia menganggap
berhasil, tetapi di mata TUHAN, dia tidak berhasil.
Ukuran
keberhasilan adalah Firman TUHAN Yesus Kristus, bukan pengertian manusia
daging. Manusia daging, segala yang ada ini akan berlalu; jadi, ukurannya harus
Firman TUHAN Yesus yang sifatnya kekal. Rumput kering, bunga nya pun kering,
demikian juga kemuliaan manusia akan kering kalau rumput sudah kering.
Pendeknya:
Kondisi setengah mati dan suam, berarti ia tidak maju dan tidak
berhasil dalam pelayanan, sesuai dengan ukuran Firman TUHAN Yesus Kristus.
Tentang
hal yang demikian, itulah keadaan yang setengah mati dan suam, justru terjadi
di akhir zaman atau hari-hari terakhir, yang akan saya buktikan di dalam Wahyu 13.
Sedikit
saya tambahkan: Orang muda kiranya rendah hati dalam mendengar Firman, sebab bagaimana
jika engkau tua nanti? Pasti akan lebih keras lagi jika tidak belajar rendah
hati dari sejak sekarang. Oleh sebab itu, patahkan kutuk nenek moyang; harus
mengalah kepada Firman. Kalahkan dagingmu dan perasaan yang ada di dalam
dagingmu supaya engkau menang; itulah orang pilihan, maka nyatalah nanti
pembelaan TUHAN.
Sekarang,
kita akan memperhatikan Wahyu 13,
dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam laut” Jelas ini adalah
akhir zaman.
Wahyu
13:1-2
(13:1) Lalu aku
melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan
berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada
kepalanya tertulis nama-nama hujat. (13:2) Binatang yang kulihat itu
serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya
seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan
takhtanya dan kekuasaannya yang besar.
Singkat
kata: Binatang yang keluar dari dalam laut à Antikris.
Wujudnya adalah;
-
bertanduk
10 (sepuluh),
-
berkepala
7 (tujuh),
-
10 (sepuluh)
mahkota di atas tanduk-tanduknya,
-
pada
kepalanya tertulis nama-nama hujat.
Kemudian,
antikris ini merupakan kombinasi dari 3 (tiga) jenis binatang, antara lain;
1.
Macan tutul.
2.
Beruang.
3.
Singa.
Dan
yang luar biasanya lagi, kepada binatang yang pertama, itulah binatang yang
keluar dari dalam laut, naga itu memberikan
1.
kekuatannya
yang besar,
2.
takhtanya
yang besar,
3.
kekuasaannya
yang besar.
Sungguh
luar biasa; dan hal ini terjadi pada hari-hari terakhir (akhir zaman).
Wahyu
13:3
(13:3) Maka
tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang
membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh.
Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu.
Satu
dari antara ketujuh kepalanya itu seperti kena luka yang membahayakan hidupnya,
tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh.
Yang
sebenarnya; luka, sengsara dan derita adalah sebuah sarana untuk selanjutnya membawa
kita kepada pengalaman kematian. Tetapi di sini kita melihat; justru luka
parah, sengsara berat akhirnya sembuh. Inilah yang disebut pengalaman setengah
mati.
Kembali
saya sampaikan: Sebetulnya, sudah mengalami sengsara, sudah mengalami derita
oleh karena luka yang membahayakan, tetapi luka itu tidak membawa dia masuk
dalam pengalaman kematian. Sebaliknya, justru luka yang membahayakan hidupnya
itu sembuh. Jadi, hanya mengalami setengah
mati. Inilah yang disebut dengan pengalaman setengah mati.
Mengapa
hal itu bisa terjadi? Karena tujuan dari antikris untuk melayani adalah supaya
seluruh dunia heran, lalu mengikuti antikris tersebut lewat mujizat kesembuhan
yang terjadi yang mereka perbuat di hadapan seluruh dunia; itu tujuan mereka.
Jadi, hanya setengah mati saja.
Sudah
menderita, sudah mengalami sengsara oleh karena luka-luka yang membahayakan,
tetapi lihatlah; luka itu justru sembuh, mujizat terjadi, dunia heran, lalu
mengikuti. Dan memang, itulah tujuan mereka, itulah sasaran mereka melayani.
Tujuan mereka bukan sorga, tujuan mereka bukan untuk menyenangkan hati TUHAN,
tetapi hanya untuk memuaskan hati, memuaskan keinginan sendiri. Akhirnya,
inilah yang disebut pengikutan setengah mati.
Berbanding
terbalik dengan luka-luka Yesus, derita sengsara yang dialami Yesus; oleh
karena derita luka-luka di sekujur tubuh-Nya justru membawa Ia masuk sampai
kepada pengalaman kematian. Sengsara salib membawa Yesus sampai kepada
pengalaman kematian. Sebaliknya, sengsara antikris oleh karena luka
yang membahayakan tidak membawa kepada kematian, justru mengadakan mujizat
kesembuhan; justru dengan sensasi itu, dunia heran, lalu mengikuti mereka,
bukan lagi mengikuti TUHAN, bukan lagi menyembah TUHAN.
Dan
kalau kita perhatikan Wahyu 13:4, Pengikut-pengikut
yang heran oleh karena sensasi mujizat itu, mereka menyembah naga, kemudian menyembah
binatang yang pertama, itulah antikris.
Akhirnya,
yang terheran-heran oleh karena sensasi, terheran-heran oleh karena mujizat
kesembuhan, mereka itu bukan menyembah TUHAN, tetapi sebaliknya,
justru menyembah Setan, dan menyembah binatang yang pertama, yang keluar dari
dalam laut, itulah antikris.
Kalau
sekarang saya tanya anak-anak TUHAN di atas muka bumi ini: Anda menyembah
TUHAN atau menyembah Setan? Pasti dengan waras, mereka berkata: “Saya
menyembah TUHAN ”, tetapi prakteknya sudah menyembah Setan. Mengapa? Karena
pengikutan mereka suam, tidak 100% (seratus persen), pengikutan mereka setengah
mati (tidak hidup, tidak mati).
Coba
saudara tanya anak TUHAN di atas muka bumi, di mana saja, coba saudara tanya
anak TUHAN yang beribadah di gereja besar, tanya saja: Saudara menyembah
TUHAN atau menyembah Setan? Pasti dia berkata: Saya menyembah TUHAN,
tidak menyembah Setan, tetapi prakteknya, dalam pengikutannya kepada TUHAN;
dia dalam keadaan setengah mati (suam), itu menunjukkan bahwa dia sudah
menyembah Setan.
Perhatikanlah
nasihat (wejangan) Firman ini baik-baik: Kalau kita sudah melihat, kita sudah
menemukan pribadi Yesus Kristus, Anak Domba Allah, yang telah disembelih 2021
tahun yang lalu, maka kita harus bersegera masuk dalam tubuh Anak Domba Allah yang
tersembelih itu, supaya kita satu di dalam kematian yang benar, sehingga nanti
masuk dalam pengalaman kebangkitan yang benar juga, sampai akhirnya menerima
kemuliaan kekal. Itulah jalan-jalan kita
di atas muka bumi, yaitu mati bangkit; tidak boleh lari dari situ.
Itu
sebabnya, bukan tanpa alasan saya katakan di atas tadi: Suam dan setengah
mati itu adalah kehidupan yang tidak maju rohaninya dan tidak berhasil
dalam pelayanan.
Demikian
juga Rasul Petrus, bukankah lakunya rusak? Ia tegar tengkuk, dalam pengikutan
TUHAN ia setengah mati dan suam, akhirnya perasaannya, hatinya, pikirannya sama
seperti Iblis. Oleh sebab itu, Yesus mengusir Iblis dari dalam dirinya, dengan
berkata: Enyahlah kau, Iblis, di dalam Injil Matius 16:23.
Saudara
harus memahami hal ini dengan sungguh-sungguh; jangan saudara anggap enteng hal
ini. Kesempatan yang ada tinggal sedikit; perjalanan kita ini jelas-jelas pada
mil-mil yang terakhir, jangan sibuk dengan yang ada ini, jangan terlena, itu
tidak ada artinya; jangan menyesal di kemudian hari.
Hari
ini saudara bisa saja mengabaikan apa yang saya sampaikan, tetapi akhirnya
perjalanan saudara berujung kepada maut, lalu saudara menyesal; itu tidak ada
artinya. Penyesalan itu hari ini, selagi masih ada kesempatan, dan itu adalah
kemurahan TUHAN bagi kita semua.
Kita
kembali untuk membaca Keluaran 32.
Keluaran
32:19
(32:19) Dan
ketika ia dekat ke perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang
menari-nari, maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari
tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu.
Setelah
melihat kondisi bangsa Israel yang berbalas-balasan -- dengan kata lain, tidak
menang dan tidak kalah = keadaan yang setengah mati dan suam, yang akhirnya
nanti tidak berhasil dalam pelayanan, tidak maju rohaninya, yang tentu saja
keadaan semacam ini akan berujung kepada kebinasaan --, di sini kita
perhatikan:
1.
Musa melihat anak
lembu,
itulah berhala bangsa Israel.
2.
Kemudian, Musa melihat orang-orang menari-nari
karena anak lembu emas itu juga.
Melihat
kondisi yang setengah mati, kondisi yang suam ini, maka bangkitlah amarah musa,
lalu dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya, dan dipecahkannyalah pada
kaki gunung itu.
Dari
peristiwa ini, kita dapat memetik atau menarik suatu pelajaran yang menarik,
bahwa; untuk merubah rencana Allah yang akan membinasakan bangsa Israel --
sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh TUHAN Allah kepada Musa pada Keluaran 32:6-15, bahwa TUHAN akan
membinasakan mereka --, maka hanya ada satu cara, yaitu lewat penebusan.
Itu
sebabnya, Musa datang dengan membawa dua loh batu yang berisikan sepuluh hukum
Allah di tangannya, namun jika itu ditegakkan, jika itu dipertahankan, jika
hukum yang tertulis pada dua loh batu ditegakkan (dipertahankan), maka tentu
saja bangsa Israel binasa. Mengapa demikian? Karena hukum yang tertulis pada
dua loh batu ialah;
-
Yang pertama: Jangan
mendirikan patung apapun wujudnya.
-
Yang kedua: Jangan
menyembah kepada berhala.
Kalau
ini dipertahankan, sementara bangsa Israel sudah jatuh di dalam dosa, dan upah
dosa adalah maut -- dan TUHAN hendak membinasakan --, maka mau tidak mau, sepuluh
hukum yang tertulis pada dua loh batu itu harus dilemparkan, harus dibanting di
kaki gunung TUHAN, harus dipecahkan.
Sekali
lagi saya tandaskan: Hanya ada satu cara; dua loh batu yang berisikan sepuluh
hukum harus pecah. Hanya ada satu cara untuk menyelamatkan bangsa Israel dari
kebinasaan, yaitu bangsa Israel harus mengalami penebusan.
Oleh
sebab itu, dari pada Israel binasa, maka dua loh batu harus dipecahkan = Dari
pada mati, lebih baik ditebus; dari pada binasa, lebih baik menerima penebusan.
Itu sebabnya saya katakan di atas tadi: Kalau kita sudah menemukan dan melihat
Anak Domba Allah yang tersembelih di atas kayu salib, maka segeralah kita
menyatukan diri dalam sengsara itu, untuk selanjutnya masuk dalam pengalaman
kematian yang benar. Kalau kematiannya benar, pasti kebangkitannya juga benar;
itulah perjalanan kita di atas muka bumi ini sampai menantikan kemuliaan kekal.
Dari
pada mati, lebih baik ditebus, jelas itu menunjuk; pribadi Yesus
yang telah mengerjakan penebusan di atas kayu salib, di bukit Golgota, 2021
tahun yang lalu; Ia telah memecahkan segenap hidup-Nya untuk menebus dosa
manusia, termasuk dosa oleh karena penyembahan berhala, yaitu kekerasan di
hati. Itulah jalan satu-satunya sebagai jalan kebenaran dan kesempurnaan
(hidup), tidak ada jalan yang lain.
Jadi,
andaikata dia adalah hamba TUHAN, karena dia adalah ilmuan, memiliki gelar
tinggi (doktor, profesor), lalu dia mau mengubah jalan dengan daya tarik,
seperti daya tarik yang dilakukan oleh antikris, itu namanya suam (setengah
mati).
Bukankah
kita sudah melihat dan menemukan Anak Domba Allah yang tersembelih? Gabungkan
diri dan menyatu secepatnya, sampai kita betul-betul dibawa masuk dalam
pengalaman kematian yang benar.
Kita
ini sudah menemukan Anak Domba Allah yang tersembelih sebetulnya, tetapi
berhala, itulah kekerasan di hati -- dengan lain kata; hati menebal --,
sehingga;
-
Punya mata, tetapi
tidak melihat.
-
Punya telinga, tetapi
tidak mendengar.
Ini
sangat disayangkan.
Hari
ini saudara bisa saja dengan cepat berkata “Amin” dan menangis -- karena memang
harus menangis, tanda kerendahan hati setelah mendengar Firman; kita langsung
tersungkur di kaki salib --, tetapi air mata jangan sia-sia. Maksudnya; Firman
Allah yang kita terima bukan hanya sekedar terharu dan menangis, tetapi
selanjutnya harus di follow-up, harus ditindak-lanjuti, dipraktekkan menjadi praktek
sehari-hari (Firman menjadi daging), itu namanya menikmati pelayanan Roh, bukan
pelayanan tubuh, di mana huruf yang mati bukan ditulis pada dua loh batu atau
pada setiap lembaran-lembaran gulungan kitab, tetapi
huruf-huruf itu sudah hidup karena Firman sudah dituliskan, dimeteraikan pada
dua loh daging dan ditukik di dalam hati kita masing-masing. Jadi, hanya ada
satu cara, hanya ada satu jalan, itulah kebenaran, itulah kesempurnaan hidup.
Tugas
saya adalah berjuang keras, mulai dari dalam diri saya berjuang keras,
disiplin, tegas untuk diri sendiri, berjuang keras untuk menuntun kawanan domba
Allah kepada kebenaran; inilah tugas saya. Itulah pribadi Nuh, si pemberita
kebenaran, tetapi banyak orang mengabaikannya, karena mereka sibuk makan minum,
kawin dan mengawinkan, sampai Nuh masuk dalam bahtera, mereka tidak sadar,
akhirnya tsunami besar-besaran menghabisi mereka. Air bah membinasakan mereka,
dosa kenajisan itulah yang membinasakan mereka, sebab upah dosa adalah maut.
Walaupun
banyak orang tidak mau memperhatikan Pengajaran Pembangunan Tabernakel, tetapi
tetap tugas saya adalah menuntun banyak orang kepada kebenaran. Kalau ikut ya
puji TUHAN, kalau tidak ya mau bilang apa lagi. Tetapi saya berdoa;
kiranya saudara mau dituntun dan harus mau tergembala dengan sungguh-sungguh. Jangan
lagi mengambil jalannya masing-masing.
Mari
kita lihat Injil Yohanes 14.
Terlebih
dahulu kita akan memperhatikan Yohanes
14:4, perhatikan 144, lihatlah ayat ini bukan suatu kebetulan.
Yohanes
14:4
(14:4) Dan ke
mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ."
TUHAN
Yesus berkata dengan jujur, karena Dia adalah pribadi yang jujur, tidak
jarkoni, tidak omdo.
Setelah
mendengar perkataan yang jujur dan tulus dan murni, lihatlah respon dari
murid-murid yang diwakilkan oleh Tomas.
Yohanes
14:5-6
(14:5) Kata
Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi
bagaimana kami tahu jalan ke situ?" (14:6) Kata Yesus kepadanya:
" Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Tomas
berkata: Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami
tahu jalan ke situ?
Lalu
Yesus menjawab: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun
yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Hanya
ada satu cara, hanya ada satu jalan kebenaran sampai sempurna (hidup kekal),
tidak ada yang lain: Yesus-lah memang jalan kebenaran itu untuk membawa kita sampai
sempurna (hidup kekal), tidak ada cara lain.
Jangan ikuti cara yang suam seperti
jemaat di Laodikia. Jangan ikuti cara setengah mati seperti antikris. Jangan
ikuti cara nabi-nabi palsu dengan kepandaian, kelicikan mereka berucap
kata-kata yang menghipnotis jiwamu, yang hari-hari hanya sibuk dengan sensasi, sehingga Firman tidak
diajarkan, salib tidak ditegakkan.
Sementara,
yang menghubungkan langit sampai ke bumi itu hanyalah salib, bukan mujizat
kesembuhan, bukan harta yang banyak, bukan mujizat kesembuhan yang dilakukan
oleh antikris, bukan harta yang banyak yang dimiliki oleh jemaat di Laodikia,
tetapi benar-benar salib; Dialah jalan,
Dialah kebenaran, Dialah hidup.
Jadi,
dari pada mati lebih baik ditebus; dari pada binasa, Yesus harus mati di kayu
salib. Dia memecah-mecahkan segenap hidup-Nya untuk menebus dosa manusia. Jadi,
jelas; Dialah jalan, Dialah kebenaran, Dialah hidup; itu sebabnya, di ayat 4 dikatakan: ke mana Aku pergi,
kamu tahu jalan ke situ.
Kalau
kita sudah melihat, kalau kita sudah menemukan Anak Domba Allah telah
disembelih 2021 tahun yang lalu di atas kayu salib, di bukit Golgota, maka mari
kita gabungkan diri dengan Anak Domba yang disembelih itu, karena itu
satu-satunya sarana untuk membawa kita masuk dalam pengalaman kematian, tidak
ada jalan lain; bertekunlah dengan jalan itu selama di bumi ini, sampai nanti
kelak dipermuliakan bersama dengan Dia (hidup kekal).
Saya
ini tidak sedang menyindir hamba TUHAN yang menyepelekan soal penderitaan,
tetapi ingat; masing-masing kita semua akan menghadapi takhta putih, di situ
nanti TUHAN Yesus membuka kitab kehidupan Anak Domba yang telah disembelih.
Kalau nanti nama anda tidak ada di situ, itulah hukumnya nanti.
Lihat,
Dialah jalan, tidak ada lagi cara lain; hanya Dialah jalan, kebenaran, dan hidup
di dalam Ibrani 10, dengan perikop: “Ketekunan”.
Ibrani
10:19-20
(10:19) Jadi,
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk
ke dalam tempat kudus, (10:20) karena Ia telah membuka jalan yang
baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya
sendiri,
Yesus
telah mengalami perobekan daging di atas kayu salib, dengan demikian; Ia telah
membuka jalan yang baru dan memberi hidup kekal dalam kesempurnaan yang abadi.
Tidak ada cara lain.
Selanjutnya,
kita memperhatikan Ibrani 9, dengan
perikop: “Kristus adalah pengantara dari perjanjian yang baru”
Ibrani
9:11-12
(9:11) Tetapi
Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan
datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih
sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, -- artinya yang tidak termasuk
ciptaan ini, -- (9:12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya
ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah
anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia
telah mendapat kelepasan yang kekal.
Tetapi
Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan
datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang
bukan dibuat oleh tangan manusia, bukan kemah Musa, bukan Tabernakel
Musa, artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, bukan Tabernakel lahiriah.
Yesus
adalah Jalan, kebenaran, dan Hidup. Yesus telah mengerjakan penebusan dan pendamaian
itu di atas kayu salib, di bukit Golgota 2021 tahun yang lalu, sehingga dengan
demikian; kita boleh mengalami kelepasan dari atas bumi ini. Bersyukurlah,
tidak ada cara lain. Jangan mau lagi ditipu oleh kefasihan lidah hamba-hamba
TUHAN.
Tetapi
yang pasti, Yesus Kristus telah datang sebagai Imam Besar. Intinya: Hanya Dia
yang bisa menembusi takhta Allah. Mengapa? Karena Dia sudah mengalami perobekan
daging; tabir Bait Suci telah terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Dia sudah
membuka jalan yang baru dan hidup kekal; sempurna, sebab Dia Imam Besar, Dialah
pembuka jalan bagi kita.
Mari
kita lihat WUJUDNYA dalam kehidupan sehari-hari.
Wahyu
8:3-4
(8:3) Maka
datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah
dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah
emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan
bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke
hadapan Allah.
Maka
datanglah seorang malaikat lain ... Ini tidak lain, tidak bukan adalah pribadi
Yesus Kristus, Dia juga Imam Besar. Jadi, saudara tidak perlu ragu.
Mengapa
saya katakan ini adalah pribadi Yesus Kristus dan Imam Besar Agung? Perhatikan:
Ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas, lalu kepadanya
diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua
orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. Maka naiklah asap
kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu
ke hadapan Allah.
Jadi,
sudah sangat jelas sekali: Satu malaikat, itulah pribadi Yesus Kristus.
Mengapa? Karena Dia adalah Imam Besar yang melayani, berdoa, memperdamaikan
dosa kita, yang memimpin ibadah dari orang-orang kudus di bumi ini, sampai kepada
puncaknya, itulah doa penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan yang naik di
hadirat Allah, menembusi takhta Allah, itulah doa penyembahan.
Itulah
yang terjadi 2021 tahun yang lalu di atas kayu salib; Dia sudah mengalami perobekan
daging, Dia sudah membuka jalan yang baru, supaya ibadah kita berada sampai
pada puncaknya, itulah doa penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan yang naik
di hadirat TUHAN, menembusi takhta Allah. Itulah yang membawa kita sampai
kepada kemuliaan yang kekal; jadi, dari pada binasa, lebih baik ditebus.
Dari pada binasa, maka dua loh batu harus dipecahkan.
Dua
loh batu yang pertama, yang dipecahkan, yang berisikan sepuluh hukum Allah, itulah
Pribadi Yesus yang telah mengorbankan atau memecahkan segenap hidup-Nya di atas
kayu salib, 2021 tahun yang lalu.
Tetapi
dua loh batu yang kedua, akhirnya nanti dipahat oleh Musa, sesuai dengan dua
loh batu yang pertama yang diukir oleh TUHAN Yesus, artinya sekarang ini adalah;
kita harus betul-betul menikmati pelayanan Roh, Firman itu harus mendarah
daging dalam kehidupan kita masing-masing.
Biarlah
oleh Firman itu, ibadah kita dituntun sampai kepada puncaknya, itulah doa
penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan yang naik di hadirat TUHAN, menembusi takhta
Allah, itulah yang dikerjakan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib, 2021 tahun
yang lalu; mengalami perobekan daging, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas
sampai ke bawah, di dalam Injil Matius 27:50-51. Dia sudah mengadakan doa
penyahutan: Eli, Eli, lama sabakhtani?” Yesus menyahut apa yang
dikehendaki oleh Allah Bapa -- itulah minum cawan -- di atas kayu salib, dan
doa penyahutan itu naik 2021 tahun yang lalu. Tetapi puji TUHAN, doa penyahutan
yang naik ke langit dipantulkan kembali ke bumi ini 2021 tahun kemudian, supaya
ibadah kita dibawa sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan.
Yesus
berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah,
tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, itulah perobekan
daging Yesus, sehingga terbukalah jalan baru.
Maka
sekarang, kita harus benar-benar berada pada puncak ibadah, yaitu doa
penyembahan, itulah penyerahan diri. Penyembahan, itulah penyerahan diri,
seperti penyerahan diri Yesus di atas kayu salib. Tidak ada cara lain. Hanya
ada satu cara, karena Yesus adalah Jalan, Kebenaran, dan sempurna (hidup
kekal).
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment