IBADAH
RAYA MINGGU, 13 JUNI 2021
KITAB
WAHYU PASAL 13
WAHYU
13:11-18
(Seri:
1)
Subtema:
TUTUR KATA DORONGAN SETAN-SETAN
Segala
puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sekarang duduk di atas takhta-Nya dalam
kemuliaan kekal.
Biarlah
kiranya kita boleh merasakan uluran dua tangan TUHAN; lewat pembukaan Firman TUHAN,
kita semua merasakan lawatan TUHAN, sehingga kehidupan kita sekaliannya
dipulihkan oleh TUHAN. Cara ibadah kita yang lama tidak lagi kita pertahankan, tetapi
kita berubah dengan cara ibadah yang baru untuk menyenangkan hati TUHAN dari
pribadi kita masing-masing.
Saya
juga tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia,
bahkan juga simpatisan yang ada di tanah air, bahkan umat ketebusan TUHAN yang
tekun memberikan dirinya untuk digembalakan GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, lewat live streaming
video internet Youtube, Facebook, baik anda yang ada di dalam negeri, maupun
anda yang ada di luar negeri, kiranya TUHAN memberkati sekaliannya.
Selanjutnya,
marilah kita berdoa, kita mohonkan segala kemurahan TUHAN, supaya TUHAN
membukakan Firman TUHAN malam ini, sekaligus meneguhkan setiap kehidupan kita
pribadi lepas pribadi.
Kita
semua harus berpihak kepada TUHAN, tidak boleh berpihak kepada hati perasaan
dari manusia daging; itulah kehidupan dari Lewi-Lewi yang
akhirnya dipercayakan untuk melayani TUHAN. Selama kita tidak pernah berpihak
kepada TUHAN, maka sampai kiamat pun TUHAN tidak akan pernah mempercayakan imamat
rajani dalam kehidupan kita masing-masing. Sementara, yang berhak masuk dalam
Kerajaan Sorga, sudah jelas; kehidupan suci dari imamat rajani.
Jadi,
jangan karena saudara bodoh karena keras hati, lalu akhirnya hilang
segala-galanya; jangan seperti itu. Dewasalah mulai dari sekarang.
Oleh
karena rahmat TUHAN, oleh karena kemurahan TUHAN yang besar, sekarang ini kita
akan memasuki berkat yang baru, itulah Wahyu 13:11. Namun, sebelum kita
membaca Wahyu 13:11, terlebih dahulu saya memberitahukan, bahwa Wahyu 13
dibagi dalam 2 (dua) bagian:
-
Bagian yang pertama, dengan perikop: “Binatang
yang keluar dari dalam laut”, itulah antikris, di mana seluruhnya ditulis
di dalam Wahyu 13:1-10.
-
Sedangkan bagian yang kedua, dengan
perikop: “Binatang yang keluar dari dalam bumi”, itulah binatang yang
kedua, di mana kisahnya itu ditulis di dalam Wahyu 13:11-18.
Tibalah
saatnya bagi kita untuk menerima berkat yang baru, setelah kita diberkati dari
perikop yang pertama, tentang: “Binatang
yang keluar dari dalam laut”, itulah antikris. Seluruhnya sudah
dijelaskan, baik wujudnya, baik penampilannya, baik juga kegiatan-kegiatannya, semuanya
sudah dijelaskan, tentu saja sesuai dengan ukuran kasih karunia yang sudah dinyatakan
kepada kita masing-masing.
Sekarang,
mari kita memperhatikan perikop yang kedua dari Wahyu 13, yaitu “binatang
yang keluar dari dalam bumi”. Kita berharap dengan harapan yang besar
kepada TUHAN, supaya kiranya uluran dua tangan TUHAN itu dinyatakan bagi kita
sekaliannya.
Wahyu
13:11
(13:11) Dan aku
melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk
dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.
Binatang
yang keluar dari dalam bumi, atau binatang yang kedua, yaitu seekor
binatang lain keluar dari dalam bumi, kemudian;
-
bertanduk dua sama seperti anak domba,
-
dan ia berbicara seperti seekor naga.
Pendeknya:
Binatang yang keluar dari dalam bumi (binatang yang kedua) à Nabi-nabi
palsu.
Jadi,
antikris ini -- itulah binatang yang pertama, yang keluar dari dalam laut --,
dia hidup selamanya. Demikian juga nabi-nabi palsu ini, dia hidup selamanya;
itulah binatang yang keluar dari dalam bumi (binatang yang kedua). Oleh sebab
itu, selama kita hidup di atas muka bumi ini, kita perlu hidup dengan segala
kewaspadaan.
Binatang
yang kedua, yang keluar dari dalam bumi itu, memang bertanduk dua, persis
seperti anak domba, tetapi kalau ia berbicara, persis seperti seekor naga.
Jadi,
kita mengambil kesimpulan: Binatang yang keluar dari dalam bumi, tidak lain -
tidak bukan, adalah nabi-nabi palsu.
Sebelum
saya lanjutkan, sedikit saya tambahkan: Orang muda tidak boleh malu rendah
hati. Kalau malu rendah hati, maka tidak usah ikut TUHAN Yesus, tetapi ikutlah ajaran-ajaran
asing yang tidak perlu memikul salibnya.
Binatang
yang keluar dari dalam bumi, itulah nabi-nabi palsu; marilah kita lihat sebagai
PEMBUKTIANNYA, di dalam Matius 7, dengan perikop: “Hal pengajaran yang sesat”.
Ayat ini memang sering kita baca, namun tidak mengapa; kiranya TUHAN bukakan
Firman-Nya selalu, sekalipun ayatnya sering kita baca.
Matius
7:15
(7:15) "Waspadalah
terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti
domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Waspadalah
terhadap nabi-nabi palsu ... Jadi, di dalam hal mengikuti TUHAN, diperlukan
kewaspadaan yang sangat besar.
Sekali
lagi saya sampaikan: Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu. Mengapa? Sebab
nabi-nabi palsu hadir di tengah-tengah sidang jemaat dalam sebuah penyamaran
yang luar biasa, sebab ia tampil sama seperti domba, tetapi
sesungguhnya, nabi-nabi palsu adalah serigala yang buas.
Singkat
kata: Serigala berbulu domba, itulah nabi-nabi palsu, mereka itu adalah
binatang, yakni serigala yang buas.
Mari
kita lihat PEMBUKTIAN bahwa nabi-nabi palsu disebut serigala atau binatang yang
buas, yang juga ayat ini seringkali kita baca, tetapi tidak mengapa, sebagai
pembuka jalan sampai nanti akhirnya terbuka jugalah rahasia Firman.
Kita
akan fokus memperhatikan Injil Yohanes 10:12, namun kita akan mengawali dari
ayat 11, dengan perikop: “Gembala yang baik”.
Yohanes
10:11
(10:11) Akulah gembala
yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi
domba-dombanya;
Akulah
gembala yang baik. TUHAN Yesus Kristus adalah Gembala yang baik. Apa
buktinya? TUHAN Yesus Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya bagi
domba-domba-Nya; Dia telah mati di atas kayu salib di bukit Golgota 2.000 (dua
ribu) tahun yang lalu. Jadilah domba yang dengar-dengaran; itu adalah hubungan
timbal baliknya.
Sekarang,
kita fokus memperhatikan ayat 12.
Namun, tadi sejenak kita perhatikan ayat 11, supaya kita dapat mengerti mana
binatang buas (serigala buas), nabi-nabi palsu, guru palsu dengan ajaran palsu,
mana Gembala yang baik.
Mari,
selanjutnya kita membaca dan memperhatikan ayat 12.
Yohanes
10:12
(10:12) sedangkan
seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu
sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu
lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan
domba-domba itu.
Gembala
upahan adalah gembala yang tidak bertanggung jawab, sehingga ketika melihat
serigala datang, ia pun lari.
Adapun
pekerjaan dari pada si serigala ialah menerkam dan mencerai-beraikan kawanan
domba, sehingga domba-domba menjadi liar, tidak tergembala. Itulah pekerjaan
dari pada si serigala.
Kembali
saya sampaikan: Pekerjaan dari si serigala adalah menerkam dan mencerai-beraikan
domba-domba, sehingga domba-domba menjadi liar, tidak tergembala, sehingga
ujung-ujungnya, domba-domba tersesat (menjadi sesat) oleh si penyesat. Berarti,
domba-domba yang liar ini, domba-domba yang tidak tergembala ini mengambil
jalannya masing-masing, menuruti apa yang menjadi kehendak di hati saja,
menuruti apa yang menjadi kehendak dagingnya saja; itu namanya tidak
dengar-dengaran = sesat, mengambil jalannya masing-masing.
Kita
lihat kembali ayat yang juga sering kita baca untuk melihat KEADAAN DOMBA YANG
LIAR TIDAK TERGEMBALA, di dalam Ayub 39. Hari-hari ini, ayat ini seringkali
kita perhatikan, tetapi tidak mengapa.
Ayub
39:8-11
(39:8) Siapakah
yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai
jalang? (39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai
tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya. (39:10)
Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si
penggiring; (39:11) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya,
dan mencari apa saja yang hijau.
Kepadanya
telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin
sebagai tempat tinggalnya. Wilayah dari kehidupan yang liar tidak
tergembala adalah wilayah tanpa kasih, tidak mengerti pekerjaan TUHAN dan tidak
mengerti melayani TUHAN.
Keadaan
kehidupan yang tidak tergembala:
YANG
PERTAMA: Ia menertawakan keramaian kota, artinya; menganggap
kecil, menganggap enteng ibadah dan pelayanan.
YANG
KEDUA: Tidak mendengarkan teriak si penggiring, artinya; tidak
mendengarkan suara gembala. Kalau tidak mendengarkan suara gembala, berarti dia
mendengarkan suara asing, itulah suara daging dan suara Setan -- yaitu roh
jahat dan roh najis --.
YANG
KETIGA: Ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, artinya; beribadah
di sembarang tempat (tidak menetap) = mengembara, tidak memiliki tempat untuk
berbaring, tidak menetap dalam sebuah penggembalaan dengan satu orang gembala.
Saya
mau tambahkan sedikit: Tergembalalah dengan sungguh-sungguh, ikutilah TUHAN dengan
segala kewaspadaan. Demikian juga yang memiliki android, di situ segala
pemberitaan Firman tersedia, tetapi saya mau pesankan; saudara tergembalalah di
tempat ini. Supaya nanti kita jangan bentrok, saudara harus mendengar suara
gembala dari tempat ini. Kalau saudara mendengar pengertian dari sana-sini,
maka yang ada; kita bentrok nanti. Hati-hati, karena itu sudah pernah terjadi
di tempat ini; dia mendengar suara asing, akhirnya bentrok selalu dengan saya,
berkali-kali dia memberontak kepada saya, tetapi untung dia insaf oleh karena
pekerjaan Roh Kudus.
YANG
KEEMPAT: Mencari apa saja yang hijau, artinya; tidak sembarang
mencari Firman di tempat yang lain. Itu sebabnya tadi saya sampaikan; kalau
saudara betul-betul tergembala di tempat ini, maka saudara hanya mencari dan
mendengar Firman di tempat ini, tidak sembarang mencari yang “hijau” di tempat
yang lain.
Kita
akan melihat tentang serigala berbulu domba lebih dalam lagi di dalam Injil
Matius 7 tadi. Tadi, kita sudah perhatikan ayat 15 berbicara tentang
serigala berbulu domba, itulah guru-guru palsu (pengajar-pengajar palsu),
disebut juga serigala yang buas. Memang, kita sudah melihat tadi di dalam Injil
Yohanes 10:12, bahwa pekerjaan dari
si serigala adalah menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba, sehingga
domba-domba menjadi liar, tidak tergembala, sehingga domba menjadi sesat,
mengambil jalannya masing-masing, menuruti keinginan di hati, tidak lagi
dengar-dengaran kepada gembala; tidak taat, tidak setia dan tidak dengar-dengaran,
akhirnya menjadi sesat, karena binatang buas tadi.
Selanjutnya,
lebih dalam lagi kita selidiki ayat 16-18.
Matius
7:16-18
(7:16) Dari
buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah
anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (7:17)
Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon
yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (7:18) Tidak
mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik,
ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
Dari
buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Serigala berbulu domba --
binatang buas, atau pengajar-pengajar palsu, guru-guru palsu -- dikenal dari
buah pelayanannya. Belajarlah untuk mengenali buah pelayanan.
-
Kalau buah pelayanan seorang hamba TUHAN
benar; bertahan di situ.
-
Tetapi kalau buah pelayanan itu sudah
tidak benar; tinggalkan, jangan pakai perasaan. Perasaan di sini, maksudnya;
karena gedungnya besar, karena hamba TUHAN itu terkenal, karena dia tidak mau
diusik, buang perasaan daging semacam ini.
Singkat
kata: Serigala berbulu domba (guru-guru palsu) dikenal dari buah pelayanan
mereka.
Perlu
untuk kita ketahui bersama-sama:
-
Setiap pohon yang baik tentu saja akan
menghasilkan buah yang baik.
-
Sedangkan pohon yang tidak baik tentu saja
akan menghasilkan buah yang tidak baik pula.
Itu
sudah pasti; itu sebabnya, kita harus berusaha untuk mengenal buah pelayanan
dari seorang hamba TUHAN, dan kita pun harus jujur untuk mengenalinya, sebab;
-
Tidak mungkin pohon yang baik menghasilkan
buah yang tidak baik.
-
Sebaliknya, pohon yang tidak baik tidak
mungkin menghasilkan buah yang baik.
Tetapi
yang pasti, pada ayat 16 dikatakan: Nabi-nabi
palsu digambarkan seperti semak duri dan rumput duri.
Artinya; buah pelayanan yang baik tidak dapat dipetik dari guru-guru palsu, tidak
dapat dipetik dari pengajar-pengajar palsu, karena semak duri dan rumput duri
tidak akan pernah menghasilkan buah apapun; dia kosong, sama seperti rumput
kering (jerami) yang kosong, tidak berisi Firman.
Maka,
tentu saja, buah pelayanan yang baik tidak mungkin dapat dipetik dari guru-guru
palsu; itu sesuatu yang tidak mungkin, karena mereka digambarkan seperti semak duri dan rumput duri, antara lain;
-
Tidak dapat menghadirkan atau tidak dapat memetik
buah anggur, yakni kesukaan sorgawi
turun di tengah-tengah sidang jemaat. Mengapa? Karena guru-guru palsu digambarkan
dengan semak duri.
-
Tidak dapat menghadirkan atau tidak dapat memetik
buah ara, yakni hal-hal yang manis
dari sorga turun di tengah-tengah sidang jemaat. Hal-hal yang manis, seperti
buah ara yang manis, tidak bisa dinikmati atau tidak mungkin berada di
tengah-tengah sidang jemaat. Mengapa? Karena guru-guru palsu digambarkan dengan
rumput duri.
Sedikit
saya tambahkan: Biarlah kita meresponi setiap Firman yang kita dengar. Kalau
kita meresponi Firman, maka nanti Firman itu akan berkuasa, karena Roh TUHAN
turut bekerja. Tetapi kalau kita, tidak meresponi Firman, maka Roh TUHAN tidak akan
bekerja kepada orang yang melempem.
Perhatikan:
Roh TUHAN bekerja kepada orang yang mau bekerja. Jangan kita bicara “Roh Kudus”
tetapi ternyata kita tidak mau bekerja.
Matius
7:20
(7:20) Jadi dari
buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
Singkat
kata: Dari buah pelayanan merekalah kita akan mengenal guru-guru palsu
(pengajar-pengajar palsu).
Mari
kita lihat BUAH PELAYANAN dari guru-guru palsu, di dalam ayat 21-23.
Mungkin, dulu kita kaget melihat ayat 21-23, karena sepintas kita melihat
perbuatan mereka itu baik; tetapi apa yang menurut kita baik bukan berarti
berkenan kepada TUHAN, belum tentu. Oleh sebab itu, mari kita melihat buah
pelayanan dari guru-guru palsu, di dalam ayat 21-23.
Matius
7:21-23
(7:21) Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk
ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang
di sorga. (7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir
setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
(7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan
berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!"
Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga.
Tidak semua orang yang menyebut nama “TUHAN” lalu mereka layak masuk dalam
Kerajaan Sorga.
Adapun
buah pelayanan dari guru-guru palsu adalah:
1.
Bernubuat atau menyampaikan Firman TUHAN
demi nama TUHAN. Sebetulnya, sepintas buah pelayanan yang pertama ini
sangat baik, indah, dan manis.
2.
Mengusir Setan demi nama TUHAN. Ini juga
tindakan yang baik, tindakan yang manis, dan hal ini seringkali terjadi di
dalam pelayanan kami pada waktu memulai perintisan, membuka pelayanan di bumi
provinsi Banten; banyak dari antara yang sakit menjadi sembuh, baik itu sakit
mata, kista, rahim tertutup, sakit kulit, kerasukan setan, banyak, saya tidak
bisa hitung dan sebutkan satu per satu. Tetapi satu pun dari antara mereka
tidak ada yang mengikuti kita di tempat ini, satu pun tidak ada, mereka hanya
mengharapkan mujizatnya saja, dan itu terjadi di awal pelayanan. Ketika saya
sibuk menginjil, di tengah penginjilan itu memang terjadi banyak mujizat, dan
kalau terjadi mujizat di tengah penginjilan, itu tidak salah; tetapi jangan
sampai ketika berada di tengah penggembalaan, dalam setiap pertemuan ibadah
selalu sibuk dengan sensasi. Bukankah itu perlu
dipertanyakan? Kalau di lapangan, di pinggir jalan, penginjilan itu perlu,
supaya yang sakit menjadi sembuh; demikianlah caranya TUHAN Yesus diperkenalkan
di atas bumi ini, tetapi itu adalah asas pokok (ajaran pertama), tetapi setelah
menerima ajaran pokok ini harus beralih kepada perkembangan berikutnya, itulah sebuah
penggembalaan.
3.
Mengadakan banyak mujizat demi nama TUHAN.
Namun
pada akhirnya, pada ayat 23, TUHAN berterus
terang dan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu!” TUHAN tidak
mengenal mereka. Bukankah ini adalah hal yang mengejutkan bagi kita? Padahal, hal
yang baik, hal yang manis seperti manisnya buah ara tadi, nampaknya seperti
itulah yang kita lihat.
Selanjutnya,
TUHAN berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Ternyata, justru, sekalipun mereka sibuk mengadakan 3 (tiga) perbuatan manis dan
ajaib, ternyata TUHAN tetap berkata bahwa mereka itu sekalian pembuat
kejahatan. Dahulu saya kaget membaca ini, tetapi TUHAN tentu punya alasan.
Mengapa
TUHAN berkata kepada mereka: “Aku tidak pernah mengenal kamu”, kemudian
TUHAN kembali berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat
kejahatan” ?
Mari
kita membaca ayat 21 untuk menemukan jawabannya.
Matius
7:21
(7:21) Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di
sorga.
Ternyata,
guru-guru palsu ini sibuk mengadakan 3 (tiga) perkara ajaib di tengah ibadah dan
pelayanan mereka, namun mereka mengabaikan hal yang terpenting, yakni tidak melakukan apa yang menjadi kehendak
Allah Bapa di sorga. Apakah yang dimaksud dengan kehendak
Bapa?
Mari,
kita akan mengenal KEHENDAK BAPA di dalam Injil Matius 26, dengan perikop: “Di
taman Getsemani”
Matius
26:42
(26:42) Lalu Ia
pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau
cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendak-Mu!"
Intinya:
Yesus harus meminum cawan Allah. artinya; Yesus harus menanggung penderitaan di
atas kayu salib di bukit Golgota, dengan demikian; jadilah kehendak Allah, dengan kata lain; kehendak Allah terlaksana hanya oleh salib di Golgota.
Jadi,
salib harus ditegakkan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan supaya kehendak
Allah terlaksana. Kehendak Allah tidak akan terlaksana hanya karena sibuk
melakukan 3 (tiga) perkara ajaib di tengah-tengah ibadah pelayanan. Biar sejuta
kali mujizat terjadi di depan mata, tetapi kalau ibadah tidak dihubungkan langsung
dengan salib, maka kehendak Allah tidak akan pernah terlaksana.
Sekali
lagi saya sampaikan: Salib Kristus harus ditegakkan di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan supaya kehendak Allah terlaksana. Mari kita lihat pembuktiannya di
dalam Injil Matius 5, dengan
perikop: “Yesus dan hukum Taurat”.
Matius
5:17-18
(5:17)
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat
atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan
untuk menggenapinya. (5:18) Karena Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik
pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi.
Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, melainkan
untuk menggenapi hukum Taurat.
Sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak
akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi, sebelum
kehendak Allah terlaksana.
Singkat
kata, di sini kita melihat: TUHAN Yesus datang ke dunia ini bukan untuk
meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapi hukum Taurat, sehingga dengan
demikian; kehendak Allah terlaksana.
Sebaliknya,
seandainya Yesus tidak menggenapi hukum Taurat -- atau ibadah ini tidak
dihubungkan dengan salib, dengan kata lain; salib tidak ditegakkan di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan --, maka yang terjadi adalah;
-
Mereka yang hidup di bawah hukum Taurat
akan mati (binasa).
-
Mereka yang berdosa karena perbuatan
kejahatan mereka juga akan mati (binasa).
-
Bangsa kafir atau orang-orang yang tidak
mengenal Allah Abraham Ishak Yakub, Allah yang hidup, juga akan binasa.
Itulah
kerugian yang terjadi kalau salib tidak ditegakkan di tengah ibadah pelayanan.
CONTOH
kalau salib tidak ditegakkan di tengah ibadah dan pelayanan, kita akan
perhatikan dalam Keluaran 32, dengan
perikop: “Anak lembu emas”.
Keluaran
32:18
(32:18) Tetapi
jawab Musa: "Bukan bunyi nyanyian kemenangan, bukan bunyi nyanyian
kekalahan -- bunyi orang menyanyi berbalas-balasan, itulah yang
kudengar."
Ketika
bangsa Israel jatuh dalam penyembahan berhala lembu emas, yang nampak adalah
terjadilah nyanyian berbalas-balasan, berarti; tidak menang dan tidak kalah,
persamaannya adalah;
1.
Tidak mati, tidak hidup =
Setengah mati pengikutan
semacam ini.
2.
Tidak dingin, tidak panas = Suam. Suam rohani adalah pengalaman
yang tidak maju rohani (rohaninya tidak maju-maju).
Inilah
yang terjadi di tengah ibadah; sama sekali salib tidak ditegakkan, justru
berhala-berhala yang dibesarkan di tengah ibadah itu, di mana hamba TUHAN
berbicara soal yang lahiriah; dan itu sebetulnya adalah penyembahan berhala,
sebab salib tidak ditegakkan di tengah ibadah tersebut hanya karena berhala.
Keluaran
32:18 ini juga sama seperti itu; akhirnya, wujud nyata yang terjadi di tengah
ibadah itu adalah adanya nyanyian berbalas-balasan, tidak menang dan tidak
kalah. Persamaan dari tidak menang dan tidak kalah adalah:
1.
Tidak mati, tidak hidup.
2.
Tidak panas, tidak dingin = Suam. Kalau suam,
maka kerohanian tidak maju-maju. Yang TUHAN mau adalah jika panas maka panas
benaran (benar-benar panas) dalam mengikuti TUHAN, jika dingin maka dingin
benaran (benar-benar dingin) di dalam mengikuti TUHAN, berarti; sungguh-sungguh
di dalam mengikuti TUHAN.
Keluaran
32:19
(32:19) Dan
ketika ia dekat ke perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang
menari-nari, maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh
itu dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu.
Ketika
Musa melihat bangsa Israel sedang menari-nari oleh karena penyembahan berhala
mereka, oleh karena menyembah lembu emas tuangan itu, akhirnya Musa melemparkan (memecahkan) dua loh batu yang berisikan 10 (sepuluh) hukum yang
ada di tangannya itu.
Kalau
sejenak kita melihat isi dari dua loh batu yang dibawa oleh Musa dalam Keluaran
20:1-5, Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah
Mesir, dari tempat perbudakan. TUHANlah yang membebaskan bangsa Israel dari
penindasan Mesir dan Firaun; oleh karenanya, hukum yang tertulis di dalam dua
loh batu mengatakan: Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan
membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau
yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan
sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya.
Kalau
hukum itu ditegakkan, sementara bangsa Israel jatuh di dalam penyembahan
berhala, maka Israel akan binasa. Tetapi, supaya bangsa Israel jangan binasa
oleh karena dosa penyembahan berhala, maka kedua loh batu
yang berisikan hukum-hukum harus dihancurkan;
itulah gambaran pribadi Yesus yang telah menghancurkan segenap hidup-Nya
di atas kayu salib, sehingga dengan demikian; hukum Taurat tergenapi, kehendak
Allah terlaksana di dalam rangka penyelamatan terhadap orang-orang, terhadap
umat yang jatuh dalam dosa, termasuk penyembahan berhala.
Kalau
salib tidak ditegakkan di tengah ibadah pelayanan, maka kehendak Allah tidak
akan terlaksana, hukum Taurat tidak akan tergenapi. Biar sejuta kali mujizat
terjadi di depan mata, namun kehendak Allah tidak akan pernah terlaksana.
Saudara harus memahami hal ini. Jadi, biarlah kita semakin dewasa, semakin bijaksana
di dalam hal mengikuti TUHAN, berarti; harus disertai dengan segala kewaspadaan.
Kiranya
saudara sudah bisa menerima; kalau salib tidak ditegakkan di tengah ibadah dan
pelayanan, maka kehendak Allah tidak akan pernah terlaksana, sehingga orang
yang berdosa tetap ada dalam dosanya, yang najis tetap ada dalam kenajisannya,
bahkan yang jahat akan semakin jahat; tetapi, di sisi lain,
yang suci akan semakin suci. Kita harus jujur kepada hati nurani. Biasakan diri
jujur kepada hati nurani, karena itu adalah tanda-tanda orang yang penuh dengan
Roh Kudus; percaya saja.
Mari
kita kembali memperhatikan Injil Matius 5.
Matius
5:17-18
(5:17)
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat
atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya. (5:18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak
akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. TUHAN
Yesus sudah menggenapinya di atas kayu salib di bukit Golgota 2021 tahun yang
lalu; bersyukurlah, sehingga kehendak Allah terlaksana, dan dosa diampuni;
itulah kasih Allah.
Lebih
dari pada itu, pada ayat 18, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum
lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan
dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Ketika
Yesus menggenapi hukum Taurat, maka nyatalah 2 (dua) hal:
1.
Satu iota
2.
Satu titik.
Satu iota dan satu titik tidak akan terhapuskan di dalam
diri kita masing-masing, berarti tetap nyata di dalam diri kita masing-masing.
Tentang:
Satu iota.
Iota
à Kumpulan
terkecil dari abjad Yunani, berarti A (a) sampai dengan I (i), dan seluruhnya
berjumlah 9 (sembilan) huruf.
Arti
rohaninya untuk kita sekarang adalah menggambarkan kehidupan yang rendah hati.
Jadilah suatu kehidupan yang rendah hati. Di dalam hal mengikuti TUHAN, biarlah
kita semakin hari semakin lemah lembut, semakin hari harus semakin rendah hati;
idealis mu harus dihilangkan, dengan demikian satu
iota akan nampak di dalam diri kita masing-masing, tidak akan terhapuskan,
sebaliknya nyata di dalam diri kita masing-masing. Kerendahan hati itu harus
nyata di dalam diri kita masing-masing, baik dalam perkataan, solah tingkah
kita masing-masing, tidak akan terhapuskan; itulah yang terjadi jika kehendak
Allah terlaksana.
Tentang:
Satu titik.
Titik
adalah tanda baca yang paling kecil dari semua huruf dan dari semua tanda baca
lainnya.
Arti
rohaninya untuk kita sekarang adalah menggambarkan suatu kehidupan yang rela
dikecilkan. Jadi, tidak hanya rendah hati, tetapi sudah rela dikecilkan.
Semua
orang bisa rendah hati kalau dipaksa oleh karena situasi kondisi dan keadaan,
apalagi dalam keadaan permohonan kepada TUHAN, semua pasti rendah hati sambil
berkata: “Mohonlah belas kasih-Mu”. Semua bisa rendah hati disertai
dengan gerakan yang rendah hati; itu bisa dilakukan kalau saat lagi butuh.
Artinya, semua orang bisa rendah hati, tetapi ketika dikecilkan, belum tentu
bisa.
Semua
orang bisa rendah hati, apalagi sesuai dengan situasi kondisi keadaan yang ada,
contohnya; ketika saudara lewat dari orang yang sepatutnya harus kita hormati, lalu
kita memberi tanda di tangan disertai badan membungkuk, itu tanda rendah hati;
tetapi kalau dikecilkan, belum tentu mau dikecilkan. Inilah yang
harus kita pelajari di hari-hari terakhir ini, dan saya pun sedang
mempelajarinya.
Itu
sebabnya, sering sekali saya sampaikan dalam pemberitaan Firman: dalam
kesusahan, anggaplah bahwa itu adalah berkat. Dan ternyata, pelajaran dari
study Yusuf itu benar; setelah Yusuf melewati bermacam-macam kesusahan,
bermacam-macam kesulitan, bermacam penderitaan yang dia derita, lalu akhirnya
dia tampil sebagai kepala pemerintahan, tampil sebagai kuasa pemerintahan di
Mesir, menjadi mangku bumi (mangku negara), istilah sekarang adalah perdana
menteri; Dialah penguasa yang menjalankan roda pemerintahan. Hanya takhta
sajalah yang menjadi pembeda dengan Firaun.
Jadi,
kesusahan itu adalah berkat yang besar, sampai akhirnya TUHAN tampilkan kita
dalam kemuliaan yang besar. Sejauh mana kita dikecilkan di bumi ini, maka
sejauh itulah TUHAN permuliakan. Pantulan itu sejauh tekanan; jadi, sejauh mana
kita dihinakan, maka sejauh itulah nanti kita dipermuliakan oleh TUHAN. Ingatlah
rumus di dalam mengikuti TUHAN ini.
Biarlah
hal itu nyata, tidak terhapuskan dalam diri kita masing-masing, dengan
demikian; kehendak Allah terlaksana.
Belum
tentu oleh karena berkat-berkat jasmani, lalu saudara menjadi kecil, apalagi
dikecilkan, itu belum tentu. Justru kadang-kadang berkat jasmani ini membuat
kita menjadi sombong, menjadi pongah di hadapan TUHAN. Apalagi jika dahulu ia
adalah seorang yang miskin, lalu tiba-tiba menjadi kaya, maka ia bisa menjadi
sombong.
Tetapi
di dalam TUHAN tidak demikian, sebab semuanya sudah tergenapi; kehendak Allah
terlaksana di dalam hidup kita, yaitu satu iota dan satu titik terlaksana dalam
hidup kita masing-masing.
Sekarang
kita akan melihat contoh lain ketika domba-domba dikuasai oleh si serigala, di
dalam Yeremia 10, dengan perikop: “Yehuda menjadi sunyi sepi”.
Yehuda
ini adalah gambaran dari imamat rajani, gambaran dari pelayan-pelayan TUHAN.
Jangan sampai kita menerima jabatan sebagai "pelayan TUHAN", tetapi
dalam hidupnya senantiasa mengalami keadaan sunyi sepi. Jangan sampai kita
mengalami sunyi sepi, tetapi biarlah kesukaan sorgawi itu terus menguasai
kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Yeremia
10:17-18
(10:17) Angkutlah
barang-barangmu dari negeri ini, hai orang-orang yang berada dalam
pengepungan! (10:18) Sebab beginilah firman TUHAN: "Sesungguhnya,
sekali ini Aku akan melemparkan penduduk negeri ini, dan Aku akan menyesakkan
mereka, supaya mereka merasakannya." --
Angkutlah
barang-barangmu, hai Yehuda, dari negeri ini ... Semua
peralatan-peralatan, semua perkara-perkara rohani;
-
Baik itu Meja Roti Sajian = Firman Allah.
-
Baik itu Pelita Emas = Roh-El Kudus.
-
Baik itu Mezbah Dupa = Doa penyembahan.
Angkutlah
itu semua sampai sunyi sepi; tidak ada ada lagi harta rohani di dalam kehidupan
mereka, sampai betul-betul sunyi sepi.
Sebab
beginilah firman TUHAN: "Sesungguhnya, sekali ini Aku akan melemparkan
penduduk negeri ini, dan Aku akan menyesakkan mereka, supaya mereka
merasakannya." --
Singkat
kata: TUHAN melemparkan penduduk Yehuda, selanjutnya TUHAN akan menyesakkan
penduduk Yehuda, tujuannya adalah supaya mereka merasakannya. Berarti, TUHAN
sedang menghajar Yehuda dengan sebuah hukuman. Hajaran TUHAN, didikan TUHAN
berlaku kepada Yehuda.
Kalau
kita mengalami didikan, tidak usah kita sampai akhirnya putus harap tinggalkan
TUHAN, tetapi harus lebih dewasa dan bijaksana menanggapi didikan TUHAN. Jangan
kita ngomel bersungut-sungut, sebab nanti rencana Allah gagal di dalam
diri kita masing-masing.
-
Coba, andaikata anak domba itu buka mulut,
andaikata anak domba itu ngomel saja, maka kita tidak akan pernah menikmati potongan-potongan daging dari pada anak domba yang dibantai
itu.
-
Coba, andaikata induk domba itu buka mulut,
andaikata induk domba itu ngomel saja, maka bulu domba tidak akan pernah
dicukur, kasih Allah tidak akan pernah kita alami, sehingga binasalah kehidupan
kita masing-masing.
Itu
sebabnya saya sampaikan; dewasalah dan bijaksanalah menyikapi didikan TUHAN.
Yeremia
10:19-21
(10:19) Celakalah
aku karena penyakitku, lukaku tidak tersembuhkan! Aku berpikir: "Ah,
inilah suatu kepedihan yang harus kutanggung!" (10:20)
Kemahku
sudah rusak, dan semua talinya sudah putus. Anak-anakku telah pergi
dari padaku, tidak ada lagi; tidak ada lagi yang mendirikan kemahku dan yang
membentangkan tendaku. -- (10:21) Sungguh, gembala-gembala sudah menjadi
bodoh, mereka tidak menanyakan petunjuk TUHAN. Sebab itu mereka tidak
berbahagia dan seluruh binatang gembalaan mereka cerai-berai.
Celakalah
aku karena penyakitku, lukaku tidak tersembuhkan! Aku berpikir: "Ah,
inilah suatu kepedihan yang harus kutanggung!" Ayat 19
ini menunjukkan bahwa mereka kurang dewasa, kurang bijaksana dalam menyikapi
didikan TUHAN. Mengapa? Karena di situ kita melihat; lukaku tidak
tersembuhkan.
Kemahku
sudah rusak, dan semua talinya sudah putus. Anak-anakku telah pergi dari
padaku, tidak ada lagi; tidak ada lagi yang mendirikan kemahku dan yang
membentangkan tendaku. Dalam ayat 20 ini pun masih kita melihat persungutan yang sifatnya
membenarkan diri, walaupun salah. Banyak di antara kita yang seperti itu,
tetapi kiranya jangan lagi terjadi seperti itu.
Tiba-tiba
ada yang datang dan berkata: “Saya tidak terima. Saya turun saja.” Bukankah
akhirnya rugi sendiri? Awalnya, TUHAN mau nyatakan rencana yang indah supaya
selamat, tetapi karena bersungut-sungut membenarkan diri, akhirnya tidak
selamat nanti. Tetapi saya berdoa, supaya kiranya imanmu jangan gugur. Jangan
sampai satu Firman itu gugur dari dalam dirimu, tetapi biarlah kita sama
seperti Samuel yang berlilitkan baju efod.
Sungguh,
gembala-gembala sudah menjadi bodoh, mereka tidak menanyakan petunjuk TUHAN.
Sebab itu mereka tidak berbahagia dan seluruh binatang gembalaan mereka cerai-berai.
Kemudian,
pada ayat 21 ini kita melihat; yang nampak
adalah kebodohan.
Dari
pembacaan Yeremia 10:19-21, kita
akan menarik kesimpulan, bahwa 3 (tiga) hal terjadi (nampak) sebagai didikan
(hajaran) dari TUHAN terhadap Yehuda:
YANG
PERTAMA, pada ayat 19, di situ dikatakan: Luka ku tidak tersembuhkan.
Hal
ini menunjukkan bahwasanya mereka menolak penyucian oleh pedang Roh, menolak
penyucian oleh Firman Allah yang benar dan murni. Seandainya mereka menerima
penyucian dari pedang Roh, penyucian dari
Firman Allah yang benar dan murni, maka pasti luka-luka akan sembuh;
sebab, Firman-Nya yang melukai untuk mengambil dosa kejahatan dan kenajisan, sesudah
itu TUHAN yang membebat, sehingga Dia yang melukai, tetapi Dia juga yang
membebat.
Inilah
kebodohan mereka, yaitu menolak penyucian Firman, sehingga luka-luka tidak
pernah sembuh.
YANG
KEDUA, pada ayat 20, di situ dikatakan: Kemahnya sudah rusak dan
semua talinya sudah putus.
Ini
adalah gambaran dari suatu kehidupan yang rusak lakunya karena terputus dari
kasih Allah. Karakternya tidak baik, lakunya rusak, karena terputus dari kasih Allah.
Jangan putus dari kasih Allah apapun yang terjadi.
Akibat
putus dari kasih Allah ialah menjadi sunyi sepi, ditinggalkan oleh
penduduknya.
YANG
KETIGA, pada ayat 21, di situ dikatakan: Gembala-gembala menjadi
bodoh.
Mengapa
hamba TUHAN yang menerima jabatan gembala menjadi bodoh? Karena mereka tidak
menanyakan petunjuk dari TUHAN, mereka mengabaikan Urim
dan Tumim yang ada di tapal dada dari Imam
Besar.
Ini
adalah gambaran dari gembala yang tidak bertanggung jawab. Kalau gembala itu
bertanggung jawab, maka tentu saja gembala itu akan mencari petunjuk dari TUHAN
untuk melayani TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN, di dalam hal mengasuh dan
merawat sidang jemaat, sebagai kawanan domba Allah.
Tidak
mungkinlah seorang gembala dapat mengasuh, merawat, dengan lain kata;
menggembalakan sidang jemaat dengan kekuatannya, dengan kemampuannya, dengan pemikirannya,
dengan kepandaiannya, dengan sekolah tingginya. Tetapi seorang gembala sidang
mengasuh dan menggembalakan sidang jemaat harus dengan mencari petunjuk dari
Allah.
Inilah
kebodohan dari gembala, sehingga akibatnya adalah, Yang Pertama: Tidak
ada kebahagiaan.
Kita
teringat dengan peristiwa di ujung masa hidup Daud, ia berpesan kepada Salomo,
anaknya: Bersikaplah seperti laki-laki, kuat dan teguh, jangan menyimpang ke
kiri dan ke kanan, supaya berhasil dan beruntung dalam pelayanannya kepada
TUHAN. Dan hal itu dipegang teguh oleh Salomo.
Oleh
sebab itu, setelah ia duduk sebagai raja di atas takhta, yang pertama kali
dikerjakan oleh Salomo hanya satu, yaitu memohon petunjuk, memohon hikmat dari
TUHAN, sehingga yang terjadi adalah kebahagiaan yang heran, kebahagiaan yang
besar terjadi atas kerajaan Israel, kebahagiaan yang besar terjadi atas 12 (dua
belas) suku Israel; semua bahagia, mulai dari pelayan-pelayan di istana raja
pun semuanya bahagia. Tanda kebahagiaan itu;
-
Dalam hal menyajikan makanan di atas meja
pun semua tersusun rapi.
-
Dalam hal duduk, semua tersusun rapi.
-
Dalam hal berkata-kata tersusun rapi.
-
Solah tingkah tersusun rapi.
inilah
kebahagiaan.
Tidak
hanya sebatas pelayan-pelayan di dalam istana raja Salomo, tetapi sampai kepada
seluruh lapisan masyarakat dari pada pemerintahan Salomo pun semuanya merasa
kebahagiaan. Apa tandanya? Oleh karena keputusan dari pada Salomo, umat Israel
menjadi suatu kehidupan yang takut dan gentar, itulah kebahagiaan. Kalau kita
takut dan gentar kepada TUHAN, tidak berani berbuat dosa, itu adalah
kebahagiaan.
Tetapi
sebaliknya, ketika Salomo mati dilanjutkan oleh Rehabeam;
dalam memulai pelayanan, Rehabeam melakukan sesuatu yang tidak benar, tidak
sama dengan Salomo, bapaknya. Rehabeam memulai
pelayanan bukan mencari petunjuk dari TUHAN, justru dia mencari petunjuk kepada
orang-orang yang muda, padahal Rasul Paulus berkata kepada Timotius: Hindarilah
nafsu orang muda, baik orang muda yang kaya, maupun orang muda yang miskin.
Hindari nafsu orang muda; jangan mencari petunjuk dari hamba TUHAN yang
memiliki nafsu orang rendah muda;
-
yang sibuk dengan dongeng-dongeng nenek
tua,
-
sama seperti Himeneus dan Filetus yang
sibuk berbicara soal kebangkitan tanpa pengalaman kematian, itu adalah ajaran
palsu yang sama seperti penyakit kanker, yang menjalar dan merusak sel-sel anggota
tubuh yang lain.
Ketika
mencari petunjuk yang bukan dari TUHAN, akibatnya adalah tidak bahagia.
Kalau
saudara betul-betul tergembala, maka dalam segala situasi, dalam segala kondisi,
dalam keadaan apapun, dalam susah maupun senang, tanya TUHAN. Kalau mau
bekerja, sampaikan: “Bantu doa, Om. Bagaimana ya baiknya?” Tidak salah
bukan jika rendah hati? Tanya TUHAN. Bukan saya gila hormat, tetapi itu
penting. Ketika saudara rendah hati mencari petunjuk dari TUHAN, maka saya akan
memberi jawaban, tetapi bukan karena saya, melainkan karena saudara, namun
dipakailah mulut saya ini untuk memberkati saudara; TUHAN yang pakai, bukan
saya, tetapi itu akan terjadi jika saudara rendah hati, bukan karena saya baik,
bukan. Carilah petunjuk dari TUHAN, bukan karena saya baik; tetapi TUHAN akan
beri kebahagiaan kalau saudara dengan rendah hati mencari petunjuk. Jadi,
jangan gengsi, jangan lihat manusianya.
Tetapi
karena gembala-gembala sudah menjadi bodoh, tidak mau mencari petunjuk dari
TUHAN, akibatnya; mereka tidak bahagia.
Inilah
kebodohan dari gembala, sehingga akibatnya adalah, Yang Kedua: Kawanan
domba menjadi tercerai-berai, liar tidak tergembala. Inilah yang terjadi
kalau tidak mencari petunjuk dari TUHAN.
Saudara
mungkin merasa dalam penggembalaan ini terlalu berat salib yang harus kita
pikul, karena banyaknya korban tenaga, pikiran, waktu, perasaan, harga diri, yang
mana semuanya itu harus dikorbankan. Tetapi ingat; sekalipun demikian, mengapa
kita bisa bertahan? Karena di tengah-tengah ibadah, kita senantiasa mencari
petunjuk Allah lewat pembukaan rahasia Firman yang dinyatakan, sehingga kita
tetap tergembala, tetapi kalau tidak, maka akan menjadi liar. Itu menurut hemat
yang saya lihat sejauh ini; mengapa bisa bertahan? Karena kita mencari
petunjuk. Tetapi kalau sudah tidak mencari petunjuk, maka menjadi liar, tidak
tergembala.
Saya
tidak mau saudara liar, sebab saya akan mengalami kerugian berkali lipat. Bukan
hanya saudara saja yang rugi, tetapi saya juga yang rugi. Sebab kita semua harus bergandengan tangan untuk membawa Pengajaran
Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, dengan lain kata; Pengajaran Pembangunan
Tabernakel harus kita bawa dari Timur sampai ke Barat.
Pujilah
TUHAN, sebab besar cinta-Nya. Pujilah TUHAN, sebab besar kasih-Nya bagi kita.
Mungkin
saudara sedang menunggu-nunggu; bagaimana ini pekerjaan dari pada si serigala
lebih dalam?
Kita
kembali memperhatikan Yeremia 10.
Yeremia
10:22
(10:22)
Terdengarlah suatu berita, bunyinya: Kegemparan besar akan datang dari
tanah sebelah utara, untuk membuat kota-kota Yehuda menjadi sunyi sepi,
menjadi tempat persembunyian serigala-serigala.
Terdengarlah
suatu berita. Apakah berita itu? Bunyinya: Kegemparan besar akan
datang dari tanah sebelah utara, itulah takhta Setan, sehingga kota-kota
Yehuda menjadi sunyi sepi. Inilah hukuman atas Yehuda di ayat 17-18 tadi,
di mana TUHAN melemparkan, TUHAN menyesakkan penduduk Yehuda, sehingga menjadi
sunyi sepi, menjadi tempat persembunyian serigala-serigala.
Ternyata,
kegemparan yang besar itu terjadi karena kota-kota Yehuda sudah menjadi sunyi
sepi.
Apa
gerangan yang menyebabkan sehingga kota-kota Yehuda menjadi sunyi sepi? Kota-kota
Yehuda sudah menjadi liangnya serigala, sudah dikuasai oleh si serigala, sudah
diterkam dan dicerai-beraikan oleh si serigala, sehingga domba-domba menjadi
liar, tidak tergembala.
Jadi,
nabi-nabi palsu adalah serigala berbulu domba, serigala yang buas, sehingga
Yehuda menjadi sunyi sepi, kota-kotanya juga menjadi sunyi sepi, semua
mengalami sunyi sepi. Ini adalah kerugian yang besar; tidak ada lagi kesukaan
di sana, yang ada hanyalah ratap tangis.
Mari
kita melihat ketika kota itu ditinggalkan, menjadi sunyi sepi, dan sudah
menjadi liangnya serigala.
Yeremia
ini selalu menceritakan keberadaan dari pada Yehuda dan Israel dengan keadaan
yang tidak taat, tidak setia, tidak dengar-dengaran, sehingga keadaan itu betul-betul
membuat Yehuda dan Israel tidak bahagia; itulah yang diceritakan oleh Yeremia. Akibatnya
adalah tidak bahagia dan banyak nanti meneteskan air mata, dan itu juga ditulis
oleh Yeremia di dalam tulisannya di dalam kitab Ratapan.
Mari
kita perhatikan Ratapan 1, dengan perikop: “Keruntuhan dan kesunyian
Yerusalem”.
Ratapan
1:1
(1:1) Ah,
betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang jandalah
ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara
kota-kota, sekarang menjadi jajahan.
Ah,
betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Dahulu ramai,
tetapi sekarang sudah menjadi sunyi sepi.
Laksana
seorang jandalah ia ... Dahulu ramai, namun akhirnya menjadi sunyi
sepi, yang digambarkan seperti seorang janda. Tidak ada orang janda yang
bahagia, biar dia kaya. Namanya “janda”, pasti sunyi sepi, percayalah dengan
apa yang saya sampaikan.
Selanjutnya,
di sini dikatakan: Yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu
ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan, karena sekarang
sudah menjadi liangnya serigala.
Ratapan
1:2
(1:2) Pada malam
hari tersedu-sedu ia menangis, air matanya bercucuran di pipi; dari
semua kekasihnya, tak ada seorang pun yang menghibur dia. Semua temannya
mengkhianatinya, mereka menjadi seterunya.
Pada
malam hari tersedu-sedu ia menangis ... Lihatlah
seorang janda; setiap hari di malam hari, dia menangis sejadi-jadinya, air mata
tidak akan bisa dibendung. Inilah yang terjadi apabila menjadi liangnya
serigala. Oleh sebab itu, harus
bijaksana dan dewasa; tempatkan Kristus sebagai Kepala.
Kemudian,
di sini dikatakan: Air matanya bercucuran di pipi, tetapi bukan air mata
kebahagiaan karena kasih dari sorga, melainkan karena kesusahan di hati, karena
sunyi sepi laksana janda. Dari semua kekasihnya, tak ada seorang pun yang
menghibur dia, tidak ada penghiburan kesukaan sorgawi. Semua temannya
mengkhianatinya, mereka menjadi seterunya. Inilah yang terjadi kalau sudah
menjadi liangnya serigala.
Ratapan
1:3
(1:3) Yehuda
telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan
yang berat; ia tinggal di tengah-tengah bangsa-bangsa, namun tidak mendapat
ketenteraman; siapa saja yang menyerang dapat memasukinya pada saat ia
terdesak.
Yehuda
telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang berat, karena
Yehuda sudah menjadi liangnya serigala. Ia tinggal di tengah-tengah
bangsa-bangsa, namun tidak mendapat ketenteraman, tidak mengalami
kebahagiaan. Siapa saja yang menyerang dapat memasukinya pada saat ia
terdesak, selalu mengalami kekalahan, tidak akan pernah mengalami
kemenangan.
Tidak
ada orang yang sunyi sepi mengalami kemenangan. Sunyi sepi itu pasti mengalami
kekalahan; pasti bisa dimasuki oleh semua musuh saat dia terdesak, saat dia
terjepit, pasti dikalahkan oleh musuh. Ada 3 (tiga)
musuh abadi:
1.
Dunia dengan
arusnya yang menghanyutkan dan menenggelamkan kerohanian anak-anak TUHAN sampai
mati rohani.
2.
Daging dengan
segala hawa nafsu dan keinginan-keinginannya yang jahat.
3.
Iblis atau
Setan, yang disebut
juga si pendurhaka, sehingga terjadilah pemberontakan-pemberontakan.
Kalau
sudah terdesak dan terjepit, pasti dikalahkan oleh 3 (tiga) musuh ini. Mengapa?
Karena sunyi sepi, tidak ada lagi pembelaan dari TUHAN; hidupnya sudah menjadi
liangnya serigala, dengan lain kata; Kristus tidak lagi menjadi Kepala atas
tubuhnya, terjadilah sunyi sepi, air mata tidak bisa dibendung.
Ratapan
1:4
(1:4)
Jalan-jalan
ke Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi
senyaplah segala pintu gerbangnya, berkeluh kesahlah imam-imamnya; bersedih
pedih dara-daranya; dan dia sendiri pilu hatinya.
Jalan-jalan
ke Sion diliputi dukacita ... Jalan-jalan ke rumah TUHAN diliputi
dukacita, dihadang oleh dukacita. Ketika kita mau datang kepada TUHAN, namun
justru dihadang oleh dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada, tidak
ada lagi kebaktian di sana.
Sunyi
senyaplah segala pintu gerbangnya, berkeluh kesahlah imam-imamnya; bersedih
pedih dara-daranya -- gereja TUHAN yang masih muda rohaninya bersedih
pedih --; dan di dalam kesendirian, pilu hatinya. Kalau ketika
hati pilu, namun masih banyak yang menghibur, itu enak; tetapi ini justru pilu
dalam kesendirian, betapa gelapnya kegelapan itu.
Waspadalah
di dalam hal pengikutan kita kepada TUHAN. Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu.
Berjaga-jagalah dan hiduplah dalam doa penyembahan, berarti ibadah harus
memuncak; itulah yang disebut waspada.
Sekarang,
kita kembali untuk membaca Wahyu 13.
Wahyu
13:11
(13:11) Dan aku
melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua
sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.
Seekor
binatang keluar dari dalam bumi (binatang yang kedua), itu
adalah nabi-nabi palsu.
Mengapa
saya katakan itu adalah nabi-nabi palsu? Sebab, wujud (tampilannya) seperti
ini;
-
Bertanduk dua, sama seperti anak domba.
Penampilan semacam ini adalah baik, penampilan yang manis. Mengapa? Karena
domba selalu terlibat dengan gembala, sehingga domba tetap dalam keadaan taat,
setia, dengar-dengaran = Menjadi suatu kehidupan yang manis dan indah.
-
Tetapi, kalau kita perhatikan pembacaan
berikutnya; ternyata, kalau ia berbicara, persis seperti seekor naga.
Berarti,
ini adalah nabi-nabi palsu. Binatang yang kedua keluar dari dalam bumi, itu
adalah nabi-nabi palsu -- kita tidak usah ragu dalam hal itu --, karena dalam
setiap tutur katanya dalam setiap pemberitaan Firman, didorong oleh Iblis atau
Setan.
Jadi,
jelas; perkataannya, tutur katanya bukan dari TUHAN Yesus, bukan dari dorongan Roh
Kudus, tetapi didorong oleh Setan itu sendiri; maka, jadilah nabi palsu.
Mengapa? Karena tampilannya manis -- bertanduk dua seperti domba --, tetapi setiap
tutur kata didorong oleh Setan; itulah nabi palsu.
Tampilan
manis itu harus, tetapi solah tingkah dan perkataan juga harus manis; jangan
ada kepalsuan. Jangan saya melihat wajah saudara manis, tetapi dorongan hati
tidak baik; itu namanya kehidupan yang palsu. Setiap perkataan dan perbuatan
biarlah didorong oleh kasih Mempelai, jangan didorong oleh Setan, sebab itu
namanya palsu.
Kiranya
kita semua bisa mengikuti pemberitaan Firman ini, sebab hal ini tidak sulit
menurut saya, asal kita rendah hati, fokus, maka pasti diberkati.
Mari
kita lihat AJARAN SETAN-SETAN di dalam 1 Timotius 4, dengan perikop: “Tugas
Timotius dalam menghadapi pengajar sesat”
1
Timotius 4:1
(4:1) Tetapi
Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad
lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan
Di
hari-hari terakhir ini, ada orang, bahkan banyak orang yang akan murtad,
mengundurkan diri dari bilangan TUHAN, lalu mengikuti roh-roh penyesat dan
ajaran setan-setan.
Roh
TUHAN yang berbicara malam ini tentang hal ini kepada kita, dan keadaan kita
sekarang ini sudah berada pada petang hari; hari-hari terakhir menjelang
kedatangan TUHAN untuk yang kedua kalinya. Artinya adalah kita harus semakin
mawas diri.
1
Timotius 4:2
(4:2) oleh tipu
daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.
Oleh
tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka, itulah
nabi-nabi palsu yang melayani dengan hati nuraninya memakai cap mereka.
Guru-guru
palsu itu melayani dengan tipu daya pendusta-pendusta, yang hati nuraninya
memakai cap mereka. Jadi, tutur kata mereka tidak didorong oleh TUHAN, tutur
kata mereka didorong olah Setan-Setan, sehingga terjadilah kepalsuan dan dusta
belaka.
Saya,
sebagai hamba TUHAN, harus juga berhati-hati di dalam melayani, berhati-hati di
dalam hal menyatakan sesuatu perkara. Ada kalanya, hamba TUHAN merasa bahwa itu
ada hadirat TUHAN, namun ternyata itu palsu. Tidak selamanya saat hamba TUHAN
mendoakan seseorang dalam keadaan menangis, bukan berarti itu adalah suasana
urapan. Mengapa saya katakan demikian?
Contoh
kasus, tanpa maksud untuk menghakimi siapapun, supaya jangan sampai ada ajaran
Setan: Suami menikah dua kali, lalu isteri kedua -- yang baru menikah satu kali
-- ini merasa menderita, merasa tersakiti, karena suami ini memang dasarnya
tidak setia -- apapun alasannya --. Lalu, datanglah hamba TUHAN mendoakan dalam
suasana tangisan yang luar biasa, sambil mempersatukan tangan dari kedua belah
pihak.
Saya
mau tanya; tangisan itu hadirat TUHAN atau bukan? Jawabnya sudah jelas “bukan”,
sebab itu adalah perasaan yang terharu.
Tidak
mungkin hamba TUHAN mendoakan suami yang menikah dua kali untuk rujuk dengan
isteri yang kedua. Yang benar adalah seorang hamba TUHAN harus mendoakan suami kembali
kepada isteri pertama.
Jadi,
saudara harus bisa bedakan mana “urapan”, mana “keharuan”. Inilah ajaran
setan-setan yang saya maksud tadi. Namun hal ini tidak disadari, karena mereka
melayani dengan hati nuraninya sudah memakai cap mereka, bukan dari Roh Kudus.
Itu
sebabnya, saya pun harus berhati-hati di dalam hal bersaksi, di dalam hal
menyampaikan Firman (kebenaran), saya harus berhati-hati, karena sedikit ragi
bisa mengkhamiri seluruh adonan. Saudara bisa menjadi khamir oleh karena roh
penyesat itu, sehingga nanti manakala saya menyampaikan pemberitaan Firman yang
murni, maka saudara akan susah untuk menerimanya, sebaliknya saudara akan
menolaknya, karena sudah tertanam ragi yang mengkhamiri seluruh adonan. Itulah
ajaran setan-setan.
Maka,
kalau kita perhatikan Wahyu 13:11, binatang itu nampaknya
bertanduk dua seperti domba, tetapi tutur kata didorong oleh setan-setan, itulah sebabnya dia disebut
nabi-nabi palsu. Dan akhirnya, banyaklah orang murtad meninggalkan TUHAN,
meninggalkan ajaran sehat, hanya karena ajaran setan-setan ini, lalu mengikuti
pendusta-pendusta.
Dan
hal ini sedang marak terjadi sebetulnya, tetapi saya tidak bisa menunjuk siapa
pendusta-pendusta ini, karena itu adalah haknya TUHAN untuk menghakimi. Kita
serahkan saja dia kepada TUHAN.
1
Timotius 4:3-4
(4:3) Mereka
itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang
diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang
percaya dan yang telah mengenal kebenaran. (4:4) Karena semua yang
diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima
dengan ucapan syukur,
Mereka
itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah
supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah
mengenal kebenaran.
Malam
ini saya mau sampaikan dengan tegas: Pengajaran Mempelai dalam Terang
Tabernakel adalah makanan sehat, sebab Pengajaran Mempelai dalam Terangnya
Tabernakel membawa kita masuk dalam pesta nikah Anak Domba. Jadi, jangan sampai
ada ajaran yang melarang orang kawin, sebab itu adalah ajaran setan-setan.
Tetapi
Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel membawa kita masuk dalam pesta
kawin Anak Domba, dan itu adalah makanan sehat yang patut untuk kita konsumsi.
Tidak boleh ajaran ini dihalangi karena sibuk mengadakan mujizat di tengah
ibadah dan pelayanan.
Oleh
sebab itu, kalau kita perhatikan pernyataan Rasul Paulus kepada Timotius pada
ayat 6-7.
1
Timotius 4:6
(4:6) Dengan
selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan
menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam
soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama
ini.
Tanda
seorang hamba TUHAN atau pelayan Kristus Yesus yang baik:
1.
Terdidik dalam
soal-soal pokok iman, asas-asas pertama tentang ajaran
Kristus, yaitu percaya, bertobat, dibaptis
air (mati dan bangkit), lalu
dipenuhkan Roh Kudus (pintu kemah).
2.
Terdidik
dalam ajaran sehat yang dia dia terima dari sang guru, itulah Rasul
Paulus.
Di
dalam 2 Korintus 11:2 dikatakan: Sebab aku cemburu kepada kamu dengan
cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki
untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
Jadi,
sudah sangat jelas, Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel adalah
ajaran sehat. Rasul Paulus adalah pekabar Mempelai, dia mengusung Pengajaran
Mempelai dalam Terangnya Tabernakel untuk membawa sidang jemaat menjadi perawan
suci, untuk selanjutnya dipertunangkan kepada satu laki-laki, sebagai mempelai
perempuan TUHAN. Itu adalah ajaran sehat, itu yang diajarkan kepada Timotius.
Inilah
perbandingan antara perkataan oleh dorongan Setan dengan perkataan oleh
dorongan Roh Allah.
Jadi,
harus terdidik dengan 2 (dua) ajaran:
1.
Terdidik dalam soal-soal pokok iman, asas-asas
pertama tentang ajaran Kristus.
2.
Terdidik dalam ajaran sehat, itulah
Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel untuk membawa kita masuk dalam
pesta nikah Anak Domba, yang dinyatakan kepada jemaat di Korintus.
1
Timotius 4:7
(4:7) Tetapi jauhilah takhayul dan
dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.
Jauhilah
tutur kata dengan dorongan Setan-Setan, itulah Firman yang ditambahkan dengan dongeng
nenek tua, takhayul-takhayul. Sebaliknya, Rasul Paulus berkata kepada Timotius:
Latihlah dirimu beribadah. Biarlah kita masing-masing berjuang untuk
memikul salibnya; oleh sebab itu, latih dirimu beribadah.
1
Timotius 4:8
(4:8) Latihan
badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal,
karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang
akan datang.
Mengapa
kita semua harus melatih diri beribadah? Karena latihan badani terbatas
gunanya.
Kalau
saudara melatih badan saudara untuk sehat, itu bagus. Tetapi kalau terus
menerus melakukan pemupukan daging, sementara tidak melatih diri untuk
beribadah, maka daging ini hanyalah sebatas takhtanya Setan; itu sebabnya, latihan
badani itu terbatas gunanya.
Memang,
latihan badani itu bagus, tetapi kalau terus menerus melakukan pemupukan daging,
namun melupakan untuk melatih diri dalam beribadah, maka otomatis daging
menjadi takhtanya Setan.
Ibadah
itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini
maupun untuk hidup yang akan datang. Latihlah dirimu beribadah, karena ibadah
itu mengandung janji, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan
datang. Lepaskan diri dari dongeng ajaran setan-setan, lepaskan diri dari tutur
kata yang didorong oleh setan-setan, itulah pemberitaan satu ayat ditambah
dengan dongeng nenek tua, takhayul-takhayul, filsafat-filsafat kosong,
cerita-cerita isapan jempol, itulah satu ayat ditambahkan dengan cerita si
kancil, si buaya, si lumba-lumba, dan lain sebagainya.
Mari
kita lihat tutur kata dengan dorongan setan-setan, di dalam 2 Timotius 4,
dengan perikop: “Penuhilan panggilan pelayananmu”.
2
Timotius 4:3
(4:3) Karena
akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat,
tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya
untuk memuaskan keinginan telinganya.
Karena
akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tidak
dapat lagi menerima Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, sebaliknya
waktu itu mereka akan mengumpulkan guru-guru palsu menurut
kehendaknya, menurut kehendak mereka sendiri, tujuannya tidak lain tidak
bukan hanya untuk memuaskan keinginan telinganya saja.
Telinga
mereka dipuaskan dengan dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul,
cerita-cerita isapan jempol, satu ayat ditambahkan dengan cerita si kancil, si
buaya, si kura-kura, si lumba-lumba, tetapi hati TUHAN tidak puas. Apalagi
hamba TUHAN itu pandai bersilat lidah, pandai dengan guyon-guyon,
seolah-olah dia yang paling benar. Dan kalau diajar dengan tegas, dia justru mempersalahkan
hamba TUHAN yang mengajar dengan tegas. Saya banyak melihat hal itu dalam
pemberitaan Firman lewat live streaming di media sosial; seolah-olah
dialah yang benar. Hati-hati dengan hamba TUHAN semacam ini. Telinga puas,
tetapi hati TUHAN tidak puas; jangan coba-coba seperti itu.
2
Timotius 4:4
(4:4) Mereka
akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi
dongeng.
Mereka
memalingkan telinga mereka dari kebenaran, dari ajaran sehat, dan membuka
telinga mereka bagi dongeng (cerita isapan jempol); satu ayat ditambah dengan
cerita si kancil, cerita si buaya, si kura-kura, si lumba-lumba. Berita Firman
semacam ini adalah tutur kata dari seorang hamba TUHAN yang hatinya didorong oleh
Setan-Setan, bukan didorong oleh Roh Kudus.
Percayalah,
tidak usah ragu, sebab tadi pun saya sudah katakan: Dia seperti hamba TUHAN,
bertanduk dua seperti anak domba, tetapi ketika berbicara, tutur katanya itu
didorong oleh Setan. Bukankah itu ajaran palsu?
Kita
perhatikan 1 Timotius 6, dengan perikop: “Mengenai penyakit bersilat
kata dan mengenai cinta uang”.
1
Timotius 6:2-5
(6:2) Ajarkanlah
dan nasihatkanlah semuanya ini. (6:3) Jika seorang mengajarkan ajaran
lain dan tidak menurut perkataan sehat -- yakni perkataan Tuhan kita Yesus
Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, (6:4)
ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa.
Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang
menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, (6:5) percekcokan antara
orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan
kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
Kalau
tutur kata karena dorongan Setan-Setan, sebetulnya ia adalah seorang yang
berlagak tahu, padahal tidak tahu apa-apa.
Penyakitnya
adalah:
1.
Mencari-cari soal-soal.
Contohnya: Di Alkitab, tidak dituliskan kisah Yesus secara lengkap dari umur 12
(dua belas) tahun sampai umur 30 (tiga puluh) tahun, sehingga hamba TUHAN
seringkali mencari-cari soal dengan bertanya: Di manakah TUHAN Yesus dari
umur 12 (dua belas) tahun sampai umur 30 (tiga puluh) tahun ? Kalau Alkitab
tidak mencatat, jangan mencari-cari soal dengan logika, tetapi sampaikanlah
sesuai dengan apa yang tertulis saja.
2.
Bersilat kata, yang menyebabkan;
dengki, cidera, fitnah, curiga, terjadi percekcokan, karena mereka tidak lagi
memiliki pikiran sehat, mereka sudah kehilangan kebenaran yang sejati yang
datangnya dari salib Kristus.
Selanjutnya,
mereka mengira ibadah itu hanyalah sumber keuntungan, mereka mengira bahwa
melayani itu untuk mencari keuntungan.
Inilah
guru-guru palsu, di mana tutur kata mereka didorong oleh Setan-Setan; akhirnya
berlagak tahu, padahal tidak tahu apa-apa. Yang penting baginya adalah telinga
jemaat puas, tetapi hati TUHAN tidak puas.
Saya
berikan contoh sederhana; dalam perjalanan di padang gurun, Musa memimpin
bangsa Israel, namun mereka bersungut-sungut, mereka menuntut Musa supaya Musa
memberikan (menyediakan) air yang banyak untuk berapa juta jemaat itu. Lalu,
Musa pun bertengkar, karena tidak mungkin dia memberikan air minum untuk
dua-tiga juta jemaat, sementara mereka berada di padang gurun; akhirnya, Musa
marah sekali. Oleh karena kemarahan itu, dia mendengar kata TUHAN, tetapi dia
pukul batu dua kali; seharusnya, tidak perlu berkali-kali, cukup satu kali.
Asal dia dengar TUHAN dengan baik, lalu dia lakukan dengan rendah hati, pasti
air itu mengalir. Memang, air itu mengalir setelah dia pukul dengan amarahnya
sebanyak dua kali, lalu air keluar; tiga juta jemaat terpuaskan, tetapi hati
TUHAN tidak puas. Itu sebabnya, Musa tidak pernah melihat tanah Kanaan.
Hamba
TUHAN tidak boleh memuaskan telinga sidang jemaat tetapi hati TUHAN tidak puas.
Tetapi ternyata rupa-rupanya, di hari-hari terakhir ini, terlalu banyak
hamba-hamba TUHAN yang hanya bisa memuaskan sidang jemaat, tetapi tidak bisa
memuaskan hati TUHAN. Mengapa? Karena tutur kata mereka sudah didorong oleh
Setan. Memang, bagian luarnya bertanduk dua seperti anak domba, tetapi tutur
katanya sudah didorong oleh Setan.
Jujurlah
terhadap hati nurani, hai jiwaku, supaya jangan ada kepalsuan dalam hidup,
dalam ibadah, dalam pelayanan, dalam nikah dan rumah tangga.
Siapa
yang harus kita puaskan? TUHAN atau telinga ini? Tentu TUHAN yang harus kita
puaskan. Belajarlah memuaskan hati TUHAN. Biarlah segala yang nampak ini
benar-benar didorong oleh TUHAN, tidak ada lagi kepalsuan.
Kita
masing-masing pasti tahu, kita pasti sadar, apakah tutur kata itu karena nenek
moyang, apakah perbuatan ini karena dosa warisan dari orang tua; kita bisa tahu
itu. Lawan saja.
Izinkan
Roh TUHAN menguasai hati kita, secara khusus imam-imam, dengan demikian
tahbisan kita hanya kepada TUHAN, dengan demikian; hati TUHAN puas. Jangan kita
pandai memuaskan manusia, tetapi tidak pandai memuaskan hati TUHAN.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment