IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 23 APRIL 2024
SURAT YUDAS
(Seri: 06)
Subtema: IMAN & PERBUATAN TANPA LOGIKA.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN oleh karena rahmatNya kita dimungkinkan untuk berada di tengah-tengah ibadah doa penyembahan. Dan sebentar kita akan tersungkur di kaki salib TUHAN, namun biarlah terlebih dahulu kita memperhatikan firman Allah yang akan kita terima pada malam hari ini.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN yang sedang mengikuti ibadah pemberitaan firman lewat live streaming, Youtube, Facebook, baik di dalam negeri maupun diluar negeri, dimanapun berada.
Maari kita sambut surat Yudas sebagai firman penggembalaan untuk ibadah doa penyembahan. Namun tetaplah dalam doa, kita mohon supaya firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita masing-masing.
Mari kita sambut Yudas 1:3.
Yudas 1:3 : "Hukuman atas guru-guru palsu"
(1:3) Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.
Yudas merasa terdorong untuk menulis surat kepada orang-orang yang terpanggil. Dalam surat itu, Yudas mendapat kesempatan untuk menasehati mereka.
Tujuan dari nasihat Firman ialah: Supaya orang-orang yang terpanggil tetap berjuang untuk mempertahankan iman. Pendeknya; supaya orang-orang yang terpanggil mencapai iman yang sempurna.
Yakobus 2:17 Perikop: Iman tanpa perbuatan, pada hakekatnya mati
(2:17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
Iman tanpa perbuatan, pada hakekatnya; mati.
Yakobus 2:18
(2:18) Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
Iman tidak dapat dipisahkan dari tindakan atau perbuatan, jadi kalau ada perbuatan (tindakan) jelas karena iman.
Singkat kata, joli dari iman adalah tindakan (perbuatan) dengan lain kata; iman dan perbuatan adalah sejoli (sepasang).
Yakobus 2:19-20
(2:19) Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. (2:20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
Iman tanpa perbuatan adalah kosong = nol, jelas iman itu datang dari setan yang dihidupi oleh orang-orang bebal.
Tetapi kita bersyukur kepada TUHAN; kita diajar untuk menghargai nasihat firman supaya iman itu mencapai kesempurnaannya, maka iman itu harus disertai dengan perbuatan, itulah sebabnya oleh kemurahan TUHAN kita dibawa oleh TUHAN dan dihimpunkan di atas gunung TUHAN yang kudus supaya kita mengerjakan semuanya ini dengan iman karena TUHAN tidak menghendaki kita mengerjakan ini semua seperti orang bebal, karena iman orang bebal itu datang dari setan-setan.
Mari kita lihat supaya orang yang terpanggil mencapai iman yang sempurna .
Yakobus 2:21
(2:21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
Iman Abraham dibenarkan karena perbuatannya yakni; mempersembahkan Ishak (anaknya) di atas mezbah. Sekarang kita akan melihat kisah itu di dalam Kejadian 22:1-4.
Kejadian 22:1-4 dengan perikop: "Kepercayaan Abraham diuji"
(22:1) Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." (22:2) Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (22:3) Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. (22:4) Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh.
Abraham mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran pada Tuhan. Jadi yang dipersembahkan Abraham kepada Tuhan adalah sesuai dengan apa yang didengar oleh Abraham dari Allah.
Pendeknya, tindakan iman harus sesuai dengan apa yang kita dengar dari Allah.
Jangan sampai bertindak tetapi tidak sesuai dengan apa yang Tuhan mau (di dorong oleh karena kepentingan daging).
Banyak orang bekerja hanya sesuai dengan keinginannya, pengetahuannya, pengertiannya, itu bukan iman dan tindakan iman yang benar dari TUHAN, tetapi tindakan iman yang benar harus sesuai dengan apa yang kita dengar dari firman ALLAH.
Jadi jangan sampai banyak bekerja tapi tidak sesuai dengan apa yang datang dari firman TUHAN, iman semacam ini sia-sia. Jadi tindakan iman ini juga harus disertai dengan kerendahan hati supaya sesuai dengan firman TUHAN Allah, kalau tidak ya sulit juga.
Kadang-kadang memang daging ini ingin selalu menampilkan egonya, ego ini harus ditepis supaya tindakan iman itu sempurna. Jangan sampai iman disertai tindakan yang didorong oleh kepentingan daging, tidak ada artinya itu dan tidak berkenan kepada TUHAN.
Jadi tindakan iman yang benar harus sesuai dengan apa yang kita dengar dari firman ALLAH, sebab kita membawa korban persembahan bukan untuk dilihat orang, tetapi semuanya itu untuk dipersembahkan kepada TUHAN.
Jadi tindakan iman yang benar harus sesuai dengan apa yang didengar dari firman Allah, antara lain: Tempat untuk mempersembahkan korban Tuhan yang menentuka, itu berarti; Abraham tidak boleh pilih-pilih tempat untuk mempersembahkan korban.
Jangan karena disana tempatnya lebih mewah, lebih indah, lebih banyak orang kaya maka pergi kesana untuk membawa korban dan mempersembahkannya, lalu di tempat ini hanya adalah orang-orang yang sederhana lalu sedikit, lalu kita harus tinggalkan, tidak seperti itu.
Jadi tempat untuk mempersembahkan korban TUHAN yang menentukan, itu berarti Abraham tidak boleh pilih-pilih tempat untuk mempersembahkan korban.
Adapun tempat yang ditentukan Allah untuk mempersembahkan korban ialah: Gunung Moria. Dan tempat itu ditempuh selama tiga hari perjalanan, berarti cukup jauh dan melelahkan dalam menempuhnya. Tetapi sekalipun jauh dan melelahkan Abraham harus menempuh jalan itu, ia tidak boleh mengambil jalan singkat (jalan pintas).
Jenis korban yang harus dipersembahkan oleh Abraham juga Tuhan yang menentukan, yaitu; Ishak.
Jadi, walaupun hanya satu (Ishak), yang penting benar (sesuai dengan kehendak Allah).
Jangan sampai terlihat banyak korban yang dipersembahkan dan kerja banyak, tetapi tidak sesuai dengan kehendak Allah (tidak berkenan), itu sia-sia. Iman dan tindakan iman ini kita harus perhatikan dengan sungguh-sungguh.
Sebenarnya Abraham masih mempunyai anak dari gundik-gundik yang lain:
Dari Ketura ada 6 orang anak (Kejadian 25:1)
Dai Hagar ada 1 orang anak (Kejadian 16:1-4)
Artinya bagi kita sekarang Abraham bisa saja mempersembahkan lebih dari satu orang anak, Abraham bisa saja mempersembahkan lebih banyak korban bakaran kepada TUHAN tetapi yang dikehendaki oleh TUHAN adalah Ishak. Yang ditunjuk untuk dipersembahkan sebagai korban bakaran kepada TUHAN hanya satu itulah Ishak; berkenan sesuai kehendak TUHAN.
Kejadian 22:1
(22:1) Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan."
Terhadap Firman Allah (iman dan perbuatan yang harus ditunjukkan kepada Tuhan), Abraham menyahut: “YA TUHAN”, jadi tidak ada kata-kata penolakan dan tanpa pertimbangan-pertimbangan.
Kebanyakan orang kalau terlalu sulit untuk melayani TUHAN, terlalu sulit untuk membawa korban dan persembahan; pertimbangan besar, sehingga dia menggunakan banyak alasan, dengan berkata; tetapi begini, kalau begini nanti begitu. Tetapi Abraham untuk tindakan iman yang benar Abraham berkata : “Ya Tuhan” tidak ada pertimbangan-pertimbangan, padahal:
- Ishak adalah anak tunggal yang dikasihi Abraham.
- Gunung Moria jarak tempuhnya tiga hari perjalanan (sangat jauh dan melelahkan)
Lanjut kita baca…
Kejadian 22:5
(22:5) Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."
Abraham dan Ishak berada di atas gunung Moria untuk sembahyang = berada pada tingkat ibadah yang tertinggi (berada pada puncak ibadah), yaitu; doa penyembahan.
Memang kalau anak-anak Tuhan sudah berada pada tingkat ibadah yang tertinggi itulah doa penyembahan, maka; apa yang didengar dari Tuhan itu yang akan dilakukan, tanpa pertimbangan-pertimbangan manusiawi.
Memang ternyata Abraham ini sudah berada pada tingkat ibadah yang tertinggi yaitu; Doa penyembahan, sehingga baginya tidak ada pertimbangan-pertimbangan manusiawi terhadap firman Allah yang harus dilakukan, walaupun tidak masuk akal manusia.
Kejadian 22:9-10
(22:9) Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. (22:10) Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
Coba kalau adegan ini dipertontonkan kepada seorang ibu betapa sakitnya hati seorang ibu. Itu berarti tindakan iman yang ditunjukan oleh Abraham kepada TUHAN tidak masuk di akal, tidak logis. Tetapi sekalipun demikian Abraham tetap melakukannya, itulah iman dan tindakan iman dari Abraham di hadapan TUHAN.
Kita bersyukur ternyata kita semua adalah keturunan Abraham. Kalau memang Abraham adalah bapa kita maka kita harus hidup dari iman Abraham, jangan dengan logis (logika manusia daging), jangan menuruti perasaan manusia daging lagi, biarlah kita semakin dewasa.
Singkat kata sampailah Abraham dan Ishak di gunung Moria sesuai dengan perkataan Allah. Selanjutnya:
- Abraham mendirikan mezbah.
- Disusunnyalah kayu api untuk korban bakaran.
- Diikatnya Ishak.
- Lalu diletakkan Ishak sebagai korban bakaran di mezbah di atas kayu api.
- Langkah terakhir; mengambil pisau untuk menyembelih anaknya (Ishak).
Setelah sampai di gunung Moria, selanjutnya Abraham bertindak dengan langkah-langkah tersebut, artinya iman dan tindakan iman yang ditunjukan Abraham kepada TUHAN ditunjukan tanpa ragu.
Kalau kita sudah mengambil keputusan ikut TUHAN, ikutlah TUHAN dengan sungguh-sungguh, jangan disertai dengan rasa ragu lagi, berarti jangan lagi ikut sertakan logika manusia, jangan sertakan lagi perasaan pikiran manusia daging termasuk nanti saat membawa korban dan mempersembahkannya kepada TUHAN.
Banyak orang kristen dalam mengambil keputusan masih tetap saja disertakan dengan logika, bahkan disertakan dengan pikiran dan dan perasaan manusia daging. Sebetulnya ini sangat menghambat pertumbuhan rohani dan menghambat iman.
Seharusnya iman itu dipertahankan sampai sempurna, tetapi karena ada pikiran dan perasaan manusia daging, disertakan lagi logika, iman ini terhambat, tetapi tidak dengan Abraham, kalau kita lihat semua langkah-langkah Abraham.
Tadi akhirnya Abraham mengambil pisau untuk menyembelih Ishak sebagai korban bakaran yang harus dipersembahkan kepada TUHAN, dan TUHAN sudah melihat (memperhatikan) itu dari sorga TUHAN, lalu ayat 11…
Kejadian 22:11-12
(22:11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." (22:12) Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."
Dari langkah-langkah sebagai tindakan iman Abraham yang telah ditunjukan kepada TUHAN kita dapat melihat bahwa Abraham benar-benar takut akan Tuhan, sebab ia tidak segan-segan mempersembahkan Ishak, anaknya yang tunggal (satu) yang sangat dikasihi kepada Tuhan sebagai korban bakaran. Pendeknya untuk TUHAN Abraham tidak segan-segan untuk mempersembahkan Ishak, sekalipun Ishak berharga dan mulia.
Saudara kita berdoa supaya TUHAN kuatkan hati kita dalam tindakan iman ini supaya pada akhirnya iman kita sempurna, sebab itu kita harus berjuang untuk menghadapi pikiran perasaan manusia daging.
Jadi Abraham benar-benar takut akan TUHAN sebab ia tidak segan-segan untuk menyerahkan anaknya Ishak yang tunggal itu sebagai korban bakaran kepada TUHAN, sekalipun berharga dan mulia, sekalipun satu dan tunggal dan sangat dikasihi, ia tidak segan-segan.
Memang kalau kita perhatikan…
Imamat 6:8-9
(6:8) TUHAN berfirman kepada Musa: (6:9) "Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala di atasnya.
Kalau potongan daging dari korban bakaran itu dibiarkan di atas Mezbah semalam-malaman dengan api yang tidak padam-padam berarti potongan daging dari korban bakaran yang dipersembahkan kepada TUHAN itu sampai betul-betul hangus. Demikianlah Abraham mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, ia takut akan TUHAN, tandanya tidak segan-segan mempersembahkan Ishak anak tunggal sebagai korban bakaran kepada TUHAN sampai hangus.
Jangan sampai potongan daging dari binatang itu hangus bagian kepala atau bagian daging (badan tubuh), tapi ekornya tidak hangus; karena saya, pekerjaan yang paling berat karena saya, bahkan saya dijadikan budak, inikan perkataan yang belum dewasa sebetulnya, itu sebabnya logika daging, perasaan daging, itu tidak boleh diikutsertakan, sampai hangus, apainya tidak boleh padam.
Kalau potongan daging dibiarkan di atas api mezbah korban bakaran semalam-malaman, nanti potongan daging itu pasti hangus. Hanya saja TUHAN tau, Tuhan sudah melihat bahwa Abraham takut akan TUHAN, sehingga ia tidak segan-segan untuk menyembelih Ishak, sebab itu TUHAN berkata; Abraham, Abraham, lalu sahut Abraham “Ya TUHAN”, lalu Allah berfirman “Jangan bunuh anak itu, jangan kau apa-apakan dia, sebab telah ku ketahui sekarang bahwa engkau takut akan Allah dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada ku.
Kita banyak belajar dari sini, orang tua banyak belajar, jangan terbawa perasaan anak. Terkadang anak bisa mengacaukan seluruh keluarga, dan itu bisa saya lihat sendiri.
Tetapi Abraham ini contoh Bapa yang baik, dia tidak terpengaruh dengan perasaan sendiri, perasaan istri, perasaan anak-anaknya.
Mulai sekarang kita harus akui kalau kita terlalu banyak salah, jangan dikambing hitamkan perasaan daging orang lain, kita harus belajar berubah mulai dari diri sendiri, belajar dari Abraham ini.
Jadi korban bakaran harus sampai hangus. Coba kita perhatikan dalam nikah rumah tangga masing-masing; karena perasaan daging manusia semua jadi rusak. Jadi kita harus banyak belajar dari firman TUHAN. Tujuan dari nasihat firman supaya iman itu mencapai kesempurnaan, jangan seperti iman orang bebal, dimana iman itu datang dari setan-setan. Tapi kita belajar supaya iman itu mencapai kesempurnaan; kita belajar dari Abraham.
Coba kita selidiki kembali dengan seksama dalam Yakobus 2:21-22.
Yakobus 2:21-22
(2:21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (2:22) Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
Iman bekerjasama dengan perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan; iman menjadi sempurna. Jadi iman itu harus disertai dengan perbuatan supaya iman itu menjadi sempurna, artinya iman tidak boleh terpisah dari perbuatan. Jadi joli dari iman adalah perbuatan (tindakan) sampai akhirnya oleh perbuatan itu iman menjadi sempurna.
Kalau hanya iman tanpa perbuatan = iman orang bebal yang datang dari setan-setan, karena setan-setan juga tau kalau Allah itu Esa, bahkan gemetar tetapi tidak ada perbuatan.
Penjelmaan dari setan adalah ular, kalau ular bertindak ia menjalar dengan perutnya. Jadi iman tanpa perbuatan tidak punya kaki dan tangan = iman tanpa perbuatan, itulah iman orang bebal. Tetapi Abraham disini kita melihat dalam Yakobus 2:22: Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
Jadi supaya iman mencapai kesempurnaan harus disertakan dengan perbuatan-perbuatan (tindakan-tindakan). Jadi jangan pasif di tengah ibadah dan pelayanan, harus terbeban dan mengambil bagian di dalamnya, supaya iman itu sempurna, itulah tujuan dari nasihat Yudas kepada orang yang terpanggil.
Saudara, surat Yakobus dalam susunan pola Tabernakel terkena kepada tenda Tabernakel, berarti itu lapisan pertama.
Ruangan Maha suci terdiri dari 4 tudung. Tudung pertama adalah tudung Tabernakel (lenan halus).
Kenapa tudung yang terbuat dari lenan halus ini disebut tudung Tabernakel? karena dia langsung kena mengena dengan alat-alat yang ada di Tabernakel, tudung ini berbicara soal iman.
Keluaran 26:1-4 Perikop: Mengenai kemah suci.
(26:1) "Kemah Suci itu haruslah kaubuat dari sepuluh tenda dari lenan halus yang dipintal benangnya dan dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi; dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun, haruslah kaubuat semuanya itu. (26:2) Panjang tiap-tiap tenda haruslah dua puluh delapan hasta dan lebar tiap-tiap tenda empat hasta: segala tenda itu harus sama ukurannya. (26:3) Lima dari tenda itu haruslah dirangkap menjadi satu, dan yang lima lagi juga harus dirangkap menjadi satu. (26:4) Pada rangkapan yang pertama, di tepi satu tenda yang di ujung, haruslah engkau membuat sosok-sosok kain ungu tua dan demikian juga di tepi satu tenda yang paling ujung pada rangkapan yang kedua.
Kemah suci dari Ruangan suci sampai Ruangan Maha suci dibuat dari sepuluh tenda yang dibagi menjadi dua rangkap, itu berarti setiap satu rangkap masing-masing lima helai tenda.
Kemudian lebar dari tiap-tiap tenda ialah empat hasta. Jadi lima helai tenda pada rangkap yang pertama x empat hasta lebar dari tiap-tiap helai tenda = 20 hasta. 20 hasta menunjuk panjang ruangan suci, inilah rangkap pertama menutupi seluruh Ruangan Suci.
Demikian juga rangkap kedua seluruhnya ada dua puluh hasta dengan perhitungan yang sama bukan? lima helai tenda x lebar empat hasta = 20 hasta.
Ruangan Maha suci ini panjangnya hanya sepuluh hasta, tetapi rangkap kedua ini panjangnya sampai menutupi dinding belakang ruangan Maha Suci, sehingga tepatlah 20 hasta.
Kita baca lagi..
Keluaran 26:5-6
(26:5) Lima puluh sosok harus kaubuat pada tenda yang satu dan lima puluh sosok pada tenda yang di ujung pada rangkapan yang kedua, sehingga sosok-sosok itu tepat berhadapan satu sama lain. (26:6) Dan haruslah engkau membuat lima puluh kaitan emas dan menyambung tenda-tenda Kemah Suci yang satu dengan yang lain dengan memakai kaitan itu, sehingga menjadi satu.
Rangkap pertama dan rangkap kedua dihubungkan dengan menggunakan 50 kaitan emas, lalu di bawah kaitan emas tersebut di gantungkanlah pintu tirai, arti rohaninya; rangkap pertama dan rangkap kedua ialah iman dan tindakan (perbuatan) iman, itulah yang disebut dengan iman yang sempurna.
Ruangan maha suci itu = iman yang sempurna, itulah dua rangkapan yang terdiri dari dua helai tenda, masing-masing lebarnya 4 hasta x 5 tenda = 20 hasta, rangkap pertama berbicara iman, dan rangkap kedua itulah iman yang sempurna.
Jadi iman itu tidak boleh dipisahkan dari perbuatan; iman itu harus disertakan dengan perbuatan supaya iman itu menjadi sempurna.
Malam ini kita sudah dibekali oleh TUHAN supaya iman kita ini betul-betul sampai sempurna, maka kalau kita mengerjakan semua ini dengan iman, tujuannya; supaya iman itu sempurna, bukan maksud TUHAN untuk menindas Abraham, bukan maksud TUHAN untuk menginjak-injak saya dan saudara, supaya kita melarat, supaya kita miskin, supaya kita terpuruk, bukan, tetapi supaya iman itu mencapai kesempurnaan.
CIRI-CIRI IMAN YANG DISERTAI DENGAN PERBUATAN.
Kembali kita baca…
Kejadian 22:6-8
(22:6) Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. (22:7) Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (22:8) Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?"
Bagaimana kita mendengar bahasa ini? padahal Abraham sudah ada niat untuk menyembelih Ishak.
Disini kita melihat Abraham betul-betul tidak terbawa perasaan daging (tidak terpengaruh dengan ucapan Ishak), logika manusianya tidak dilibatkan, sehingga suara perasaan itu dijawab (ditepis) dengan perkataan; "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Artinya Abraham percaya sepenuhnya kepada TUHAN bahwa TUHAN tidak akan pernah menyakiti Abraham, TUHAN tidak akan pernah membuat Abraham rugi, bahkan terpuruk. Beginilah cara Abraham menepis suara dan perasaan daging, dan akhirnya apa yang dikatakan Abraham itu terwujud sebagaimana pada Kejadian 22:13.
Kejadian 22:13
(22:13) Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
Jadi jawaban dari Abraham terbukti TUHAN yang menyediakan Anak domba untuk korban bakaran bagi TUHAN, sebab di belakang Abraham seekor Anak Domba yang tanduknya tersangkut dalam belukar.
Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah, Dia tersangkut paut dengan dosa manusia. Jadi kalau kita membawa korban dan persembahan sejatinya TUHAN menggantikannya di atas kayu salib.
Kejadian 22:14
(22:14) Dan Abraham menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan."
"Di atas gunung TUHAN, akan disediakan." di atas orang beribadah TUHAN akan sediakan segala sesuatu. Atau kalau kita beribadah dengan sungguh-sungguh; iman disertai dengan perbuatan, maka TUHAN akan sediakan segala sesuatu, sebab TUHAN adalah Yehova jireh, artinya: Allah menyediakan segala sesuatu asal kita beribadah, di atas ibadah itu TUHAN menyediakan segala sesuatu, jadi jangan takut.
Jadi kalau kita mempersembahkan korban, termasuk korban bakaran sejatinya TUHAN sudah menyediakannya, TUHAN sudah menyediakan segala sesuatu, korban Kristus sudah menggantinya.
Kiranya firman ini kita terima dengan hati yang tulus, supaya kita dan iman kita nanti mencapai kesempurnaan seperti dua rangkap tenda Tabernakel. Lima helai tenda rangkap pertama, dan lima helai tenda rangkap kedua → Iman karena tindakan, sampai iman mencapai kesempurnaan.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment