KEBAKTIAN PASKAH PERSEKUTUAN PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL
(PPT) KABANJAHE, 18 APRIL 2024 (SESI 3)
Tema: ORANG-ORANG YANG BERSUNAT
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN oleh karena rahmatNya kita dihimpunkan pada sesi ketiga, sesi terakhir sebagaimana TUHAN sudah menolong kita pada sesi pertama pada hari Rabu kemarin. kemudian TUHAN juga sudah tolong kita pada sesi yang kedua. Dan kiranya TUHAN juga tolong kita pada sesi yang ketiga ini karena pertolongan hanya datang dari TUHAN.
Terimakasih buat hamba-hamba TUHAN yang sudah berjelih lelah, terimakasih buat perhatiannya, terimakasih buat dukungannya, biar kita tetap bergandengan tangan sampai TUHAN datang pada kali yang kedua.
Puji nama TUHAN, saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN yang sedang bergabung dengan paska PPT sesi ke tiga ini lewat live streaming, YouTube, Facebook, baik di dalam negeri, maupun di luar negeri dimanapun anda berada. Selanjutnya tetaplah berdoa dalam Roh, kita mohon kepada TUHAN supaya firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap kehidupan kita masing-masing pribadi lepas pribadi.
Kita kembali untuk memperhatikan tema yang ada yaitu; ORANG-ORANG YANG BERSUNAT.
Kembali kita membaca…
Filipi 3:1B-2 dengan perikop: “Kebenaran yang sejati”
(3:1) Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu. (3:1) Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. (3:2) Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu,
Firman Allah yang disampaikan secara berulang-ulang memberi kepastian disebut juga dengan iman teguh, berarti;
Tidak mudah goyah:
Terhadap Ujian dan cobaan.
Terhadap hal-hal yang tak suci yang disebabkan oleh si seteru, yaitu;
Daging dengan segala hawa nafsu dan keinginan-keinginannya yang jahat.
Dunia dengan arusnya yang memang menghanyutkan dan menenggelamkan hidup rohani manusia sampai ke dasar keterpurukan.
Iblis setan yang disebut juga si pendurhaka dengan segala tipu daya jahatnya.
Tanda iman teguh: Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, yakni; pelayan-pelayan atau pekerja-pekerja yang jahat karena mereka adalah penyunat-penyunat palsu.
Filipi 3:3
(3:3) karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.
Sesungguhnya, yang disebut sebagai orang-orang yang bersunat adalah;
Beribadah oleh Roh Allah.
Bermegah dalam Kristus Yesus.
Tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah = tidak percaya dengan perkara dibawah (perkara duniawi), berarti; lebih percaya kepada perkara di atas, perkara rohani itulah ibadah dan pelayan yang dihubungkan dengan salib di Golgota.
Ibadah harus dihubungkan dengan darah Yesus di Golgota, Ibadah tidak hanya dihubungkan dengan mukjizat, tanda ajaib, soal berkat-keberkatan. Jadi di tengah-tengh ibadah ini harus berdarah-darah kita, itu yang lebih benar.
Tidak salah diberkati, bahkan tidak usah doa berkat pasti diberkati asalkan cari dahulu kerajaan Sorga. Di dalam kerajaan sorga itu ada pribadi yang benar, yaitu pengajaran Tabernakel; Yesus Tabernakel sejati.
Singkat kata, kita telah menemukan serta mengenali orang-orang yang bersunat dan orang-orang yang tidak bersunat.
Orang-orang yang bersunat → orang-orang yang memiliki kepastian disebut juga dengan iman teguh.
Orang-orang yang tidak bersunat → anjing-anjing atau pekerja-pekerja palsu.
Kemudian pada ayat 2 dikatakan; Hati-hati terhadap anjing-anjing.
Hati-hati = waspada, itu berarti; dibutuhkan perjuangan di dalam menghadapi anjing-anjing dan pekerjaannya.
Dalam kesempatan ini, kita akan melihat kembali perjuangan Daud di dalam menghadapi anjing dan pekerjaannya (tabiatnya). Kembali kita memeriksa kisah itu dalam…
1 Samuel 12:36, 43
(17:36) Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (17:43) Orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?" Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud.
Orang-orang Filistin dan Goliat adalah orang-orang yang tidak bersunat, disebut juga dengan anjing.
Pendeknya, anjing adalah gambaran dan bayangan dari orang-orang yang tidak bersunat.
Anjing → orang yang tidak bersunat.
Pekerjaan atau tabiat anjing:
Menjilat borok = menyukai kelemahan. Ayat referensi; Lukas 16:20-21.
Menjilat muntah = kembali kepada dosa masa lalu, secara khusus dosa kenajisan dan pecabulan. Ayat referensi; 2 Petrus 2:22.
Anjing hutan → guru-guru palsu (pemimpin-pemimpin palsu, pekerjaannya; menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba dalam satu penggembalaan. Ayat referensi; Yohanes 10:12.
1 Samuel 17:10 Perikop: “Goliat menantang tentara Israel”
(17:10) Pula kata orang Filistin itu: "Aku menantang hari ini barisan Israel; berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan seorang."
Merasa di atas angin, merasa lebih hebat, akhirnya Goliat tampil menantang barisan tentara Israel, yaitu secara khusus seorang lawan seorang.
1 Samuel 17:11
(17:11) Ketika Saul dan segenap orang Israel mendengar perkataan orang Filistin itu, maka cemaslah hati mereka dan sangat ketakutan.
Mendengar tantangan itu, Raja Saul sampai kepada seluruh tentara dan rakyatnya akhirnya cemas hati dan sangat ketakutan., menunjukkan bahwa mereka tidak bersunat hati dan tidak bersunat telinga. Hal ini sudah diterangkan, hanya mengulang sebagai jembatannya.
1 Samuel 17:12-39 dengan perikop: “Daud tiba di medan pertempuran”
Kapan dia tiba di medan pertempuran?
1 Samuel 17:16
(17:16) Orang Filistin itu maju mendekat pada pagi hari dan pada petang hari. Demikianlah ia tampil ke depan empat puluh hari lamanya.
Rupanya Goliat setiap hari mendekat tepatnya pada pagi hari juga petang hari kepada barisan tentara Israel. Dan itu rupa-rupanya berlangsung selama empat puluh hari. Pada sesi kedua kita sudah melihat hal itu sebagai jalan keluar, dimana sampai tamat daging ini lewat pemurnian, kita banyak diuji.
Ketika kita menghadapi ujian yang tidak kunjung selesai bahkan silih berganti, kita merasa kok seorang diri melawan musuh, seperti satu lawan satu, tapi memang seperti itu tidak ada yang tau.
Sebab itu seringkali manusia bersungut-sungut dan berkata; kalau ada orang yang sama saya , kalau tidak ada orang tidak mendekat sama saya, berarti saat bergumul pasti seperti satu lawan satu.
1 Samuel 17:23-24
(17:23) Sedang ia berbicara dengan mereka, tampillah maju pendekar itu. Namanya Goliat, orang Filistin dari Gat, dari barisan orang Filistin. Ia mengucapkan kata-kata yang tadi juga, dan Daud mendengarnya. (17:24) Ketika semua orang Israel melihat orang itu, larilah mereka dari padanya dengan sangat ketakutan.
Singkat kata goliat kembali menantang barisan tentara Israel secara khusus seorang lawan seorang. Perkataan ini didengar langsung oleh Daud karena Daud sudah datang pada hari keempat puluh.
Kemudian terhadap tantangan itu larilah orang Israel dengan sangat ketakutan. Sebelumnya di ayat 11 Israel hanya cemas hati dan ketakutan, tetapi tantangan untuk yang kedua larilah mereka dari padanya dengan sangat ketakutan.
Mari kita lihat “Orang lari ketakutan terhadap Goliat”
1 Samuel 17:25
(17:25) Berkatalah orang-orang Israel itu: "Sudahkah kamu lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan yang besar, raja akan memberikan anaknya yang perempuan kepadanya dan kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel."
Sementara orang-orang Israel melarikan diri sekaligus memberitahukan kepada Daud upah bagi orang yang mengalahkan Goliat antara lain;
Dianugerahi raja Saul kekayaan yang besar kepada dia.
Raja akan memberikan anaknya yang perempuan kepadanya
Kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel."
Jadi singkat kata, orang Israel hanya bisa bicara tanpa ada tindakan.. Itulah orang yang; melarikan diri dari Goliat karena ketakutan, akhirnya mereka hanya bisa bicara (hanya bisa omong saja) tetapi tidak ada tindakan, tindakannya; mereka hanya berharap kepada Daud saja.
Yakobus 2:17 dengan perikop: “Iman tanpa perbuatan hakekatnya mati”
(2:17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati, tidak ada artinya. Jadi hamba TUHAN yang hanya bisa bicara tapi tanpa ada contoh teladan yang diteladani jemaat, tidak ada artinya khotbah itu.
Yakobus 2:18-19
(2:18) Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." (2:19) Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
Iman tidak boleh dipisahkan dari perbuatan, seperti orang Israel yang lari ketakutan lari terbirit-birit sambil memberitahukan 3 hal sebagai upah kalau orang itu bisa bertindak dan mengalahkan goliat. Jadi rupanyan bagi dia iman, bagi orang lain tindakan (perbuatan iman), itu tidak mungkin. Iman tidak boleh terpisah dengan perbuatan.
Jadi saudara, kami datang dari Banten itu iman dan perbuatan, dari Sibolga, dari Medan, dari Toba, dari Riau dari Sidikalang, dari Paropo, dari Humbalus ada disini karena iman dan perbuatan, tidak mungkin iman di sana, perbuatan disini.
Iman dan perbuatan adalah sejoli (pasangan), bagaikan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Jadi keliru pemikiran mereka kalau tidak bersunat hati, tidak bersunat telinga, begitu jadinya; iman disana, perbuatan disini.
Iman dan perbuatan itu joli (pasangan) bagaikan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, itulah pedang tajam pedang bermata dua, sisi satu: Pengajaran Mempelai itulah 2 loh batu, sisi yang satu lagi itulah: Pola Tabenakel; pengajaran Tabernakel.
Tabernakel itu rumah TUHAN; hidup kita dan Yesus Tabernakel sejati. Untuk apa Tabernakel tanpa Pengajaran Mempelai (dua loh batu). Sebaliknya untuk apa dua loh batu (Pengajaran Mempelai) tanpa pengajaran Tabernakel, tidak bisa, tumpul (ketajamannya kurang sempurna) pedang kalau satu sisi saja tajamnya. Tapi sayangnya orang hanya tau 2 loh batu, padahal kisah dua loh batu hanya dua pasal dalam kitab Keluaran, sementara Tabernakel pelajarannya banyaknya minta ampun mulai dari pasal 25-40, itu sebabnya Musa lama di gunung Sinai menerima petunjuk dari Allah untuk mendirikan Tabernakel.
Tidak ada artinya Tabernakel kalau tidak ada Pengajaran Mempelai (dua loh batu). Mungkin kita bertanya-tanya kok dua loh batu adalah Pengajaran Mempelai? yang pasti dasar nikah adalah kasih.
Sementara inti dari sepuluh hukum hanya satu itulah kasih:
Kasih kepada TUHAN → Loh batu pertama.
Kalau kita mengasihi TUHAN dengan segenap hati segenap jiwa, akal budi, kekuatan itu tanda kesulungan.
Kasih kepada sesama → Loh batu kedua.
Mengasihi sesama seperti diri sendiri itu tanda kesulungan juga.
Jadi dimana tempatnya Pengajaran Mempelai? ya di Tabernakel. Untuk apa dibangun Tabernakel, ya untuk Pengajaran Mempelai (dua loh batu) disimpan di hati ini (di Tabernakel ini).
Jadi saudara jangan lagi bingung, lalu berkata: Tabenakel ini, rumit. Tidak ada yang rumit, bagi TUHAN tidak ada yang mustahil, ini soal joli (pasangan) tadi.
Sesuai dengan Amsal Salomo jalan TUHAN ada 4:
Jalan rajawali di udara → Yesus Raja di atas segala raja, dan oleh pengurapan kita menjadi imamat rajani di bumi ini.
Jalan ular di cadas → sengsara Yesus.
Jalan kapal ditengah laut → Yesus sebagai hamba
Jalan laki-laki dengan seorang gadis → Perjamuan malam pesta kawin Anak Domba (Wahyu 19:6-9)
Jadi sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan di atas muka bumi ini atau perjalanan akhir dari Gereja TUHAN yang panjang ini adalah perjamuan malam pesta kawin Anak Domba.
Jadi Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel tidak aneh. Yang aneh itu kalau ibadah dan pelayanan sasarannya hanya mukjizat semata, dan berkat-berkat lahiriah.
Ending (akhir) dari pelayanan ini kemana, apakah hanya berkat atau mukjizat saja? tidak, endingnya adalah pesta nikah; jalan laki-laki bersama dengan gadis. Ini soal joli (pasangan) tadi, iman jolinya adalah perbuatan. Pengajaran Mempelai pasangannya adalah Pengajaran Tabernakel, supaya kita nanti masuk dalam pesta nikah.
Kita kembali untuk membaca…
1 Samuel 17:26
(17:26) Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: "Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?"
Intinya: Daud berani melawan Goliat orang Filistin yang tidak bersunat.
Kemudian pada 1 Samuel 17:28: Eliab (kakak Daud yang tertua) ketika mendengar perkataan Daud, ia penuh amarah disertai dengan tuduhan-tuduhan yang bukan bukan.
Pada ayat 1 Samuel 17:31-33: Perkataan dan keberanian Daud sampai kepada Saul.
Setelah Daud sampai, ia dipanggil, kemudian setelah dipanggil dia kesempatan berbicara kepada Saul.
1 Samuel 17:31-32
(17:31) Terdengarlah kepada orang perkataan yang diucapkan oleh Daud, lalu diberitahukanlah kepada Saul. Dan Saul menyuruh memanggil dia. (17:32) Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu."
Begitu berhadapan secara face to face, Daud berkata kepada Saul; “Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu”
Kemudian…
1 Samuel 17:33
(17:33) Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."
Tetapi pada ayat ini kita melihat Saul tidak yakin dan tidak percaya kepada perkataan Daud, alasannya; Daud masih muda, sedangkan Goliat sarat dengan pengalaman. Jadi intinya Daud dianggap rendah karena masih muda.
Sejenak kita membaca….
1 Timotius 4:12
(4:12) Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Singkat kata, supaya jangan dianggap rendah karena muda (muda di sini bukan hanya soal usia, tetapi mungkin umur pelayanan masih seumur jagung padahal sudah tua umur, tidak papa juga), maka jadilah teladan, supaya jemaat dapat meneladani teladan dari hamba TUHAN.
Jadi biarpun seumur jagung pelayanan kita jadilah teladan supaya jemaat dapat meneladani teladan dari hamba TUHAN yang masih muda dalam pelayanan.
Teladan dalam hal apa?
Teladan dalam perkataan.
Memang, dalam berkata-kata ini penting juga diperhatikan. Mungkin kita datang dari sekolah Alkitab, kemudian kurang fasih menggunakan bahasa tinggi seperti mereka yang terkait dengan politik. Tetapi paling tidak perkataan itu tertata dengan baik, jangan asal bicara, jangan asal bunyi, jangan asal nyeletuk. Sederhana saja tetapi kita gunakan dengan baik perkataan itu. Tidak harus pandai berkata-berkata, tetapi kita gunakan kata-kata itu dengan baik sekiranya itu dalam pimpinan Roh TUHAN, bukan hawa nafsu.
Teladan dalam tingkah laku ( solah tingkah atau perbuatan)
Sedikit bercerita pengalaman soal tingkah laku ini; waktu lulus sekolah Alkitab LempinEl, saya menjadi pengerja di Gereja Pantekosta Tabernakel di Jawa Timur. Sang gembala sudah meninggal dilanjutkan oleh anaknya, menjadi gembala saya juga.
Satu kali saya angkat kaki (bersilang), tiba-tiba datang pengerja perempuan berkata; brur kakinya ada oma itu. Kemudian saya jawab; oh salah ya, kemudian ia berkata; ia tidak boleh, tabhisan loh.
Pada waktu itu saya belum paham soal tahbisan ini, walaupun guru saya sudah mengajar tahbisan.
Lalu disuruh turunkan, kemudian saya turunkan, itu tingkah laku juga.
Teguran itu didikan bagi saya, karena saya mau trus dipakai TUHAN jadi teladan bagi jemaat. Ini bukan untuk bersombong-sombongan, dijauhkan TUHAN itu, ini hanya bicara soal pengalaman saja.
Teladan dalam kasih.
Hendaknya kasih itu jangan pura-pura. Ketika salaman atau pelukan itu bisa terasa ini pura-pura atau tidak. Tetapi kita ini tidak pura-pura ya saudara. Memandang saya juga dengan kasih, itu namanya pandangan kasih yang tulus seperti merpati.
Teladan dalam kesetiaan.
Saya sering kali menyampaikan kepada sidang jemaat yang melayani di multimedia; sampai mati di situ. Jangan sampai; belum mati sudah ditinggalkan, harus sampai mati, itu namanya setia; taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib.
Baik juga kepada pemimpin pujian (imam-imam yang lain) saya sampaikan; sampai mati disitu, jangan sebentar naik, sebentar turun.
Teladan dalam kesucian.
Saya kira ini juga penting. Apa yang Nampak dari luar itu berasal dari dalam. Kalau terjadi penyunatan dalam hati pasti tampak itu keluar.
Dengan demikian tidak dianggap rendah walaupun masih muda; asal ada 5 teladan itu.
Daud merasa ada teladan, maka ia berani menghadap raja Saul face to face dan berkata; jangan tawar hati kepada orang yang bersunat, tetapi kita tadi melihat Saul tidak percaya karena dia masih muda.
Tapi percayalah walaupun kita masih muda, asal ada teladan pasti tidak dianggap enteng. Masih muda pelayanan kita, mungkin umur tua, ditambah lagi domba hanya satu, dua, tiga, tidak jadi soal.
Teladan itu tidak hanya kepada gembala yang jemaatnya 1000, teladan itu juga dimiliki gembala yang jemaatnya hanya satu dua, tiga ekor domba yang dipercayakan Isai kepada Daud anaknya. Dengan demikian kita tidak perlu minder dengan gembala dengan jemaat seribu, atau lima ratus, atau dua ratus. Tetapi harus rendah hati, jangan asal ngomong aja, tenang saja. Tenang itu bukan berarti kita minder.
1 Samuel 17:34
(17:34) Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya,
Kalau ada teladan pasti percaya diri, walaupun satu, dua tiga domba (jemaat) tidak jadi soal.
Kita tidak mungkin jadi satu kehidupan, satu gembala yang percaya diri kalau tidak ada teladan. Kalau masih urakan tidak mungkin percaya diri. Tapi kalau ada teladan pasti percaya diri, kemudian dalam percaya diri berkata: Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya.
Kalau memiliki teladan maka teladan itu yang akan mendorong kita semakin percaya diri, walaupun kita sebenarnya bukan orang yang berani-beranian, tetapi teladan yang datang dari TUHAN itu yang mendorong, sehingga kita percaya diri untuk berbicara, tetapi dengan rendah hati disertai dengan kasih dan penuh kesucian.
Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya.
Kata “biasa” artinya; Daud → satu kehidupan yang tergembala dengan sungguh-sungguh dihadapan TUHAN; TUHAN Abraham, Ishak, Yakub.
Soal “Daud tergembala” apakah benar terbukti?
1 Samuel 17:12-14 perikop: “Daud tiba di medan pertempuran”
(17:12) Daud adalah anak seorang dari Efrata, dari Betlehem-Yehuda, yang bernama Isai. Isai mempunyai delapan anak laki-laki. Pada zaman Saul orang itu telah tua dan lanjut usianya. (17:13) Ketiga anak Isai yang besar-besar telah pergi berperang mengikuti Saul; nama ketiga anaknya yang pergi berperang itu ialah Eliab, anak sulung, anak yang kedua ialah Abinadab, dan anak yang ketiga adalah Syama. (17:14) Daudlah yang bungsu. Jadi ketiga anak yang besar-besar itu pergi mengikuti Saul.
Singkat kata, Isai mempunyai delapan anak laki-laki. Lebih banyak anak memang lebih bagus; satu jadi pemimpin pujian, satu pembaca firman, pemain musik minimal lima, satu singer. Tetapi kalau satupun tidak usah kecil hati. Satu atau delapan sama, karena TUHAN yang lebih tahu.
Kepada nikah kami diberikan dua anak, masih kecil-kecil, sebab saya menikah hampir 35 tahun terkait dengan pelayanan; belum ada beras dan tempat tinggal, saya tidak mau menikah. Pada waktu itu hanya ada satu jemaat langsung rumah, agak lumayan juga, barulah saya berani untuk menikah.
Begitu tiba di Semarang di Semarang kota telogo sari (rumah istri saya) saya tidak pulang, percaya diri seperti Daud tadi, tidur langsung di rumahnya.
Mungkin calon bapak mertua, dan ibu mertua berpikir; opo iki, hamba TUHAN kok gak pulang-pulang. Saya menyembah disitu dan berkata; TUHAN inilah tulang rusukku. Rupanya betul, setelah tiga hari barulah saya pulang, setelah tiba di Serang lalu saya telpon istri saya: Tiga bulan lagi kita nikah, isteri saya kaget. Namanya orang jawa kaget-kaget dengan bahasa orang batak, padahal waktu itu belum ada uang. Nekat loh menikah tidak ada uang, hanya modal beras darn rumah itupun rumah jemaat.
Kemudian tiga anak laki-laki Isai yang terbesar; Eliab, Abinadab, Syama selalu mengikuti Saul berperang; kemana Saul pergi kesitulah ketiga anak laki-laki Isai yang terbesar pergi untuk berperang.
Tetapi lihatlah…
1 Samuel 17:15-17
(17:15) Tetapi Daud selalu pulang dari pada Saul untuk menggembalakan domba ayahnya di Betlehem
Daud selalu pulang dari pada saul untuk menggembalakan domba ayahnya di Betlehem, artinya; sesibuk-sibuknya Daud di istana Saul dia selalu ingat kandang penggembalaan, itu sebabnya dia berani berkata kepada Sau:l hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba.
Jadi sesibuk-sibuknya anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN, teramat lebih gembala sidang harus ingat kandang penggembalaan, jangan terlena dengan segala kesibukan-kesibukan di bumi ini.
Tidak salah ada kesibukan, tetapi jangan terlena, karena kewargaan kita bukan dari bumi, kewargaan kita datang dari Sorga. Sesibuk-sibuknya kita di bumi ini harus ingat kandang penggembalaan, itu namanya tergembala.
TANDA KALAU TERGEMBALA.
Mari kita lihat ayat yang lazim dalam Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel
Yohanes 10:3-4
(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
Tanda domba tergembala dalam satu kandang dengan satu gembala yang benar:
Mendengar suara gembala = dengar-dengaran. (ayat 3)
Soal dengar-dengaran saya sangat diberkati dengan pribadi Samuel yang sangat muda, jarang ada penglihatan, firman pun belum dibukakan oleh imam Eli, tetapi dia dengar-dengaran. Dengar-dengaran itu penting karena disitu letak keberhasilan dari seorang hamba TUHAN.
Domba-domba mengikuti gembala, yakni; Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Kalau kita digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel maka tentu saja domba-domba akan dibawa naik ke Gunung Sion. Tetapi kalau digembalakan oleh yang lain tidak akan sampai ke gunung Sion walaupun bernyanyi 7 kali setiap hari dengan nyanyian ku mendaki ke gunung Sion.
Saya merasakan tadi puji-pujian itu arahnya kepada pemujaan, walaupun itu bukan doa penyembahan. Jangan salah kaprah, seringkali Gereja merasa setiap kali bernyanyi itu penyembahan.
Pujian itu memang pemujaan, itu betul, tetapi penyembahan yang sesungguhnya adalah penyerahan diri sepenuh hanya kepada kehendak Allah, tetapi tidak salah menaikkan puji-pujian pemujaan kepada TUHAN.
Jadi kalau kita digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, maka kita akan terus dipimpin sampai ke gunung Sion.
Kita sudah melihat jembatan-jembatan yaitu ayat-ayat yang sudah diterangkan. Setelah melewati jembatan, baru kita membaca Wahyu 14:1-3.
Wahyu 14:1 Perikop: “Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya”
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. Tidak tertulis nama Yerusalem Baru, kenapa? karena mereka sudah Mempelai TUHAN (Yerusalem baru)
Tetapi kepada jemaat di Filadelfia hanya janji, maka supaya mereka menjadi mempelai ada tertulis di dahi mereka nama Bapa, nama Anak dan nama Kota Kudus; Yerusalem yang baru. Wahyu 3:12: Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.
Jadi pada ayat 1 tidak perlu ditulis Yerusalem baru, karena mereka sudah menjadi gunung Sion, sudah menjadi mempelai TUHAN, milik kepunyaan TUHAN.
Wahyu 14:2-3
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
Ingat perikopnya; Anak domba dan pengikutnya. Dia gembala, pengikutNya ya domba-domba. Kalau Pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel menggembalakan domba-domba dalam satu kandang penggembalaan maka domba-domba akan dibawa sampai ke gunung Sion.
Lalu pada (ayat 2) ada penyembahan yaitu: Ada bunyi pemain kecapi yang memetik kecapi, itu doa penyembahan.
Lalu pada (ayat 3) ada nyanyian baru, berarti penyembahan dalam bahasa lidah tidak dapat dipelajari siapapun.
Itu kalau Pengajaran Mempelai menggembalakan domba dalam penggembalaan pasti menjadi gunung Sion. Sedangkan wujud dari gunung Sion adalah doa penyembahan, tersungkur di kaki salib.
Itulah wujud gunung sion; doa penyembahan disertai dengan bahasa lidah, tidak bisa dipelajari oleh siapapun, kecuali orang yang sedang melangsungkan hubungan intim dengan Mempelai laki-laki. Maka apa yang dikatakan Daud tadi; "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya, ini harus kita tangkap, jangan sampai ada dalam satu kandang penggembalaan, tetapi tidak dibawa sampai ke gunung Sion, ini sesuatu kekeliruan menurut saya.
Jad jangan lupa, Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel itulah yang harus menggembalakan kehidupan kita sebagai kawanan domba dalam satu kandang penggembalaan, karena itu yang membawa kita sampai kepada gunung Sion; wujudnya Doa penyembahan.
Maka kalau kita lihat tadi Daud mantap berkata; biasa menggembalakan kambing domba, teladan itu mendorong dia menjadi satu kehidupan yang berani, bukan pengecut.
Dulu saya suka tidak percaya diri, tapi setelah TUHAN panggil, ada rasa percaya diri tapi bukan karena berani-berani, tetapi keberanian itu dorongan dari TUHAN. Dan kalau kita biasa tergembala dan mantap tergembala, itu memang Roh mempelai.
Kalau Pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel yang menggembalakan kita, maka kita akan dibawa menjadi mempelai wujudnya Doa penyembahan.
Jadi hanya 2 klimaks yang dinantikan oleh TUHAN Yesus Kristus Mempelai laki-laki, yaitu:
Gunung Sion (mempelai TUHAN).
Doa penyembahan bagaikan tabut perjanjian di dalam Ruangan Maha Suci, dan satu kali setahun imam besar, masuk ruangan Maha Suci, kemudian disitulah asap dupa kemenyan penuh dalam ruanagan maha suci.
Yang ada di dalam ruangan Maha Suci ialah Tabut Perjanjian dan Asap Dupa Kemenyan, dua itu saja jadi jangan keliru (Imamat 16:13), jangan pakai metode-metode dengan otak, salah kaprah, harus kembali kepada firman yang benar. Tapi kita juga terus sama-sama belajar.
Jadi Pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel membawa kita menjadi mempelai. Tidak mungkin menjadi mempelai kalau digembalakan oleh yang lain-lain, apalagi hanya logika; ibadah buatan tangan manusia. Itu sebabnya kalau kita perhatikan mempelai TUHAN di dalam Kidung Agung 1:6-7.
Kidung Agung 1:6-7 Perikop: “Mempelai perempuan dan puteri-puteri Yerusalem
(1:6) Janganlah kamu perhatikan bahwa aku hitam, karena terik matahari membakar aku. Putera-putera ibuku marah kepadaku, aku dijadikan mereka penjaga kebun-kebun anggur; kebun anggurku sendiri tak kujaga. (1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
Kalau kita mengasihi TUHAN sampai habis raga; terik matahari membakar;sampai kita terhina.
Puteri Sion di tandai dengan korban Kristus sampai tidak peduli dengan dirinya sendiri karena kasih TUHAN membebat hidupnya. Terik matahari telah menyaluti kehidupannya sehingga diapun berdiri di atas bulan; mahkota dengan dua belas bintang di atas kepala.
Putri Sion (mempelai TUHAN) berkata kepada mempelai laki-laki sorga: Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba. di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
Jadi satu kehidupan yang mantap tergembala di dalam satu kandang dengan satu gembala, digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel itu adalah Roh mempelai, merindukan tempat untuk berbaring, yaitu kandang penggembalaan.
Jadi Daud adalah mempelai perempuan TUHAN; dia dikuasai oleh roh mempelai, dia berkata: Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku. Bukankah Yesus Mempelai Laki-Laki yang adalah jantung hati kita? Dan bukankah TUHAN sudah menceritakan soal tempat pembaringan bagi kita malam ini? sudah diceritakan.
di mana kakanda menggembalakan domba.
Kita sudah digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel,
dimanakah kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari.
Apalagi hari-hari ini adalah petang hari sudah senja berarti tinggal gelap malam, dimana antikris berkuasa atas seantero dunia. Maka untuk menghadapi puncak kegelapan malam dimana antikris menjadi raja, sudah seharusnya kita ini mantap untuk berbaring dalam satu kandang penggembalaan.
Tidak mungkin kita sanggup menghadapi si kulit khatan besar yaitu Goliat, antikris yang sama dengan beruang dan singa kalau tidak mantap tergembala dalam satu kandang penggembalaan. Jangan coba-coba menghadapi antikris dengan kekuatan, dengan pengetahuan, dengan kemampuan.
Tentara antikris digambarkan seperti belalang, berarti berbaris teratur walaupun tidak ada pemimpin. Siapa yang dapat menembusi barisan ini, tidak ada yang bisa, jangan coba-coba kalau tidak tergembala.
Kemudian antikris digambarkan dengan tiga jenis (Wahyu 13:2)
Macan tutul; bicara soal kecepatan.
Antikris itu mempunyai kecepatan tinggi, maka kita dalam kandang penggembalaan tidak boleh berlambat-lambat, tidak boleh menunda-nunda pekerjaan TUHAN.
Saya selalu diingatkan bapak pendeta Gultom, ayo pak, maju terus.
Kemudian saya berkata; tidak ada uang.
Lalu beliau berkata; maju saja terus, TUHAN sudah mau datang, kita di depan.
Rupanya TUHAN punya maksud yang indah, supaya kita boleh mantap berbaring di dalam satu penggmbalaan, karena kita tidak mungkin sanggup menghadapi antikris yang sama seperti kombinasi dari tiga jenis binatang dengan kekuatan, dengan pengetahuan.
Revolusi tidak bisa dihadapi dengan revolusi. Kemajuan zaman dan teknologi yang semakin berkembang, canggih mutahir, tidak bisa dihadapi dengan pengetahuan, kekuatan manusia.
Kemajuan Zaman dan perkembangan teknologi yang begitu pesat itu nanti arahnya kepada antikris, kita tidak bisa hadapi dengan kekuatan yang kita punya, itu harus diperhatikan dengan baik-baik.
Jadi kita harus belajar dari Daud; hambaMu ini biasa menggembalakan kambing domba, berarti tergembala, dan itu Roh mempelai.
Dasar kita untuk tergembala adalah berdarah-darah, disalut oleh matahari; aku hitam tapi bukan karena dosa, aku hitam karena disaut oleh matahari demi saudaraku.
Beruang.
Kalau dia berdiri dengan kaki belakang maka kaki depan akan mencekram, dan jika sudah dicengkram, tidak ada
yang bisa melepaskan dari cengkraman itu. Dan dia memiliki pukulan yang besar, satu kali pukul rubuh; tidak ada
yang bisa bertahan.
3. Singa, mulutnya mengaung mencari orang lemah yang dapat ditelan.
Kemudian kenapa Gunung Sion (mempelai TUHAN) harus mencari tempat berbaring pada petang hari? karena habis petang tibalah gelap malam antikris menjadi raja. Puncak gelap malam adalah pada saat antikris menjadi raja. Yang pasti sekarang ini sudah petang.
Saya sudah sampaikan tanda petang; gempa bumi terjadi mengguncang seluruh dunia, bukan hanya satu negara.
Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
Mengembara berarti nomaden atau berpindah-pindah. Jemaat tidak boleh berpindah-pindah atau kita semua kawanan domba tidak boleh berpindah-pindah.
Kalau saya sebagai gembala, tahbisan sebagai seorang gembala; melayani TUHAN dalam kasih. Tahbisan hamba TUHAN; menggembalakan domba-domba dalam kasih.
Petrus belum dengan kasih, TUHAN tuntut Petrus: Petrus apakah engkau mengasihi ku,
Petrus menjawab; sudah, padahal masih dengan kasih Fileo (kasih urusan daging). Oh belum jujur ini.
Kemudian Yesus bertanya lagi: Petrus apakah engkau mengasihi Aku,
jawab petrus: benar TUHAN, tetapi masih kasih eros; kenajisan percabulan, tinggalkan ibadah dan pelayanan demi semangkok sop kacang merah.
Yesus bertanya untuk yang ketiga kali: Apakah engkau mengasihi aku. Menagislah Petrus dan berkata: Engkau tau TUHAN ternyata tahbisan dari seorang hamba TUHAN menggembalakan domba-domba dengan kasih yang tulus dan murni.
Jadi gembala tidak boleh tinggalkan kawanan domba, sebab domba bergantung kepada gembala. Kecuali kalau TUHAN yang suruh seperti malam ini. Tetapi kalau cari uang itu eros, kalau hubungan daging itu Fileo.
Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
Dia tidak mau mengembara, dia harus mantap berbaring dalam satu kandang penggembalaan dengan satu gembala. Jangan ganti-ganti mimbar terus.
SIAPA YANG MENJADI PENGEMBARA?
Mempelai TUHAN berkata: Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
Pendeknya yang menjadi pengembara disitu adalah teman-teman.
Setelah saya mendapatkan ini, saya selalu berkata sahabatku, jadi kita sahabat saja. Mungkin tahun depan kita adakan persekutuan seperti ini, kita tetap berkata; sahabatku. Pemimpin pujian sedikit dirubah dari rekan-rekan atau teman-teman jadi sahabat-sahabatku, karena kalau teman pada Matius 26:48-50…
Matius 26:48-50
(26:48) Orang yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: "Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia." (26:49) Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: "Salam Rabi," lalu mencium Dia. (26:50) Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Hai teman, untuk itukah engkau datang?" Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya.
Kalau mengembara, dia hanya domba sekedar teman. Kita melayani saling melengkapi bukan sekedar teman tetapi harus menjadi sahabat. Kalau hanya sekedar teman satu kali bisa berhenti di tengah jalan seperti Yudas.
"Hai teman, untuk itukah engkau datang?
Ternyata Yudas hanya teman seperjalan, karena satu kali berhenti di tengah jalan seperti Orpa. Rugi sudah, padahal sudah banyak perjuangan di tengah-tengah perjalanan itu.
Saya tambahkan lagi…
Matius 11:16-17
(11:16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (11:17) Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
Ada anak-anak di pasar, lalu memanggil teman-teman. Lalu anak-anak kerajaan sorga ini meniup seruling tetapi teman-teman tidak menari, mereka menyanyikan kidung duka, tetapi teman-teman tidak mau berkabung. Biar firman kasih karunia (perjanjian baru) disampaikan, tidak mau berubah, biar firman perjanjian lama disampaikan tidak mau berubah, itu teman-teman, tidak suka penggembalaan. Tetapi kita bukan teman, tapi sahabat.
Jadi kita belajar dari Daud ini; biasa menggembalakan kambing domba ayahnya.
Jadi sudah tau siapa yang mengembara? ternyata yang mengembara adalah hanya sebatas teman seperjalanan saja, tapi tidak sampai tujuan.
Yeremia 50:6
(50:6) Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya.
Banyak hal yang terjadi sehingga domba-domba sesat walaupun nampaknya beribadah.
Domba pekerjaannya mungkin rentenir, jual rokok, minuman keras, tetapi diangkat menjadi sintua itu sudah sesat, siapa yang membuat sesat? gembalanya, dibiarkan karena jemaat adalah orang kaya.
Yeremia 50:7
(50:7) Siapa pun yang menjumpai mereka, memakan habis mereka, dan lawan-lawan mereka berkata: Kami tidak bersalah! Karena mereka telah berdosa kepada TUHAN, tempat kebenaran, TUHAN, pengharapan nenek moyang mereka!
Domba-domba dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka berjalan dari gunung ke bukit; semua gereja-gereja dimasuki, mungkin penginjilan, dibiarkan gembalanya menginjil, tetapi tidak menjadi domba yang tergembala, lupa tempat pembaringan (kandang penggembalaan).
Siapa pun yang menjumpai mereka, memakan habis mereka, dan lawan-lawan mereka berkata: Kami tidak bersalah! Karena mereka telah berdosa kepada TUHAN = ibadahnya hanya Ibadah pelita (Ibadah Raya Minggu) dan ibadah PA (pendalaman Alkitab) tetapi tidak memuncak sampai kepada gunung sion, yang wujudnya doa penyembahan.
Jadi ibadah itu harus sampai kepada dua klimaks, yaitu;
Gunung Sion.
Doa penyembahan.
GUNUNG SION = PEMBAWA KABAR BAIK.
GUNUNG SION = ROH MEMPELAI.
Jadi kalau tidak tergembala; tidak digembalakan oleh pengajaran mempelai, tidak dibawa sampai kepada puncak ibadah doa penyembahan tidak ada artinya ibadah itu, percayalah. Maka itu yang saya katakan tadi gembala itu justru yang menyesatkan, domba tidak diajar, tidak digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Penggembalaan itu terkena pada Ruangan Suci.
Kalau kita gunakan Tabernakel sejati itulah Yesus Kristus sebagai pola di tengah ibadah pelayanan maka dalam penggembalaan itu ada tiga macam alat:
Meja roti sajian → Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci
Pelita emas → Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh
Mezbah Dupa → ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan
Tidak mungkin sampai kepada puncak Ibadah doa penyembahan kalau tidak tekun dalam tiga macam ibadah pokok, itu mustahil. Biar jungkir balik ibadah tiap hari tapi kalau tidak tekun tiga macam ibadah pokok maka tidak akan sampai kepada Doa penyembahan, saya berani mengatakan itu.
Lukas 17:34-36
(17:34) Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. (17:35) Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan." (17:36) [Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.] (17:37) Kata mereka kepada Yesus: "Di mana, Tuhan?" Kata-Nya kepada mereka: "Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar."
Ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan → Ibadah Doa penyembahan.
Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan." → Ibadah pendalaman Alkitab.
Ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. → Ibadah Raya Minggu.
Artinya: Untuk sampai kepada doa penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan yang diangkat, harus tekun dalam ketekunan tiga macam ibadah pokok, itu kekuatan kita, tidak ada cara lain untuk sampai kepada dua klimaks gunung sion wujudnya doa penyembahan.
Biar metode dari korea supaya dapat jemaat 10.000, biar metode dari Surabaya supaya dapat jemaat 20.000, biar metode dari Afrika Selatan jemaatnya 300.000 tidak ada artinya kalau tidak sampai kepada dua klimaks. Bukan saya sedang menghibur diri, memang itu faktanya.
Saudara mungkin bertanya-tanya kok bisa, ya bisa, sebagai bukti…
Wahyu 12:1: Berbicara soal mempelai perempuan TUHAN. Tergembala itu Roh mempelai, dasarnya korban Kristus; hitam karena disalut matahari.
Wahyu 12:13: kepadanya diberikan sayap burung nazar supaya diterbangkan ke padang gurun.
Wahyu 12:15: ular naga menyemburkan dari mulutnya air sebesar sungai. Ini tandingan dari air sungai kehidupan yang keluar dari takhta Allah (takhta Anak Domba). Jadi jangan ada tandingan-tandingan; tidak boleh. Dan jangan berkata aku, aku, aku; itu perkataan lucifer (setan). Saya sampaikan ini dengan kasih, kita banyak belajar dari firman saja, kembali kepada Alkitab jangan kembali kepada jasa.
Untuk apa dibuat tandingan sebesar sungai; air disemburkan ke arah mempelai TUHAN? Supaya ia dihanyutkan oleh sungai itu, tetapi mempelai TUHAN tidak hanyut sebab pada Wahyu 12:16 bumi datang menolong, itu penyembahan.
Wahyu 12:17: marahlah naga itu kepada perempuan itu, pelampiasan amarahnya pergi memerangi keturunan yang lain, karena memang sudah ada anak laki-laki di ayat 5 – masih ada keturunan yang lain.
Siapa keturunan yang lain? mereka adalah:
orang yang hanya menuruti firman (pendalaman Alkitab → meja roti sajian)
Dan memiliki kesaksian Roh; pelita emas (Raya minggu).
Tetapi masih ada yang kurang itulah mezbah dupa (Doa penyembahan) inilah yang menjadi sasaran antikris. Dan Daud sadar betul terkait dengan ini. Dia bisa menolong domba, merampas domba dari mulut singa dan beruang, itu karena tiga macam ibadah pokok yang sudah dibawa sampai kepada doa penyembahan; digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Tidak mungkin kita dapat merampas domba dari mulut singa dan beruang kalau tidak digembalakan oleh Pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel, kalau hanya Pelita Emas → ibadah Raya minggu, kalau hanya Ibadah Pendalaman Alkitab (hukum-hukum Allah), tetapi belum sampai kepada puncak ibadah.
Pengertian ini terlalu mantap bagi saya, itu sebabnya ada yel-yel. Tetapi yel-yel itu ada bukan karena terlihat hebat, tetapi karena memang ini sasaran kita.
Roh mempelai rindu tempat berbaring, ia tidak mau mengembara seperti teman-teman. Kita bukan sekedar teman. Kalau hanya sekedar teman, besok bisa saja berhenti. Kalau teman hanya uang saja, tidak fokus kepada tujuan.
Jadi yang bisa merampas kita dari bumi adalah doa penyembahan. Seringkali saya sampaikan; di tangan saya ada benda kalau saya lempar pasti jatuh ke bawah. Baik, saya cari yang ringan, misalnya pulpen kalau saya lempar ke atas pasti jatuh kebawah, kenapa? karena ada daya tarik bumi; perkara lahiriah, perkara di bawah; puncak penyembahan dari setan tritunggal.
Saya ambil lagi benda yang lebih ringan (tisu), kalau saya lempar ke atas pada akhirnya akan tetap jatuh kebawah karena ada daya tarik bumi. Hanya satu perkara yang bebas dari daya tarik bumi itulah asap dupa kemenyan naik di hadirat Allah menembusi tahta Allah, itulah yang merampas kita dari bumi.
Wahyu 12:5
(12:5) Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
Jadi yang merampas kita dari daya tarik bumi adalah doa penyembahan. Sementara keturunan yang lain; hanya Pelita Emas dan Pendalaman Alkitab itu yang menjadi sasaran setan tritunggal (naga, antikris, dan nabi palsu).
Seringkali saya sampaikan..
Wahyu 8:3
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
Jadi hanya satu perkara yang bebas dari daya tarik bumi, itulah asap dupa kemenyan; doa penyembahan; itu yang merampas kita dari bumi.
Jadi jangan sibuk dengan metode-metode soal perkara di bumi, sibuklah dengan metode yang dapat menembusi takhta Allah. Jangan alergi dengan sesuatu yang sifatnya membawa kita untuk menembusi takhta Allah. Sedangkan soal makan dan minum, hamba TUHAN pasti dipelihara TUHAN.
Jadi Yesus Kristus, Imam Besar Agung; menurut peraturan Melkisedek Dia memimpin ibadah-ibadah di bumi untuk sampai kepada puncak ibadah itulah doa penyembahan, bagaikan Asap Dupa Kemenyan naik di hadirat Allah menembusi takhta Allah, itulah yang menolong kita semua.
Jadi pada saat antikris (binatang yang keluar dari dalam laut) itu tampil menjadi raja, kepada mempelai perempuan diberikan sayap burung nasar yang besar; doa penyembahan; kepadanya layak diberikan sayap burung. Kalau hanya pelita emas (ibadah Raya minggu) tidak layak.
Kembali kita membaca…
1 Samuel 17:34-35
(17:34) Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, (17:35) maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya.
Hanya doa penyembahan yang sanggup menyelamatkan kita dari aniaya antikris, tidak ada cara lain.
Revolusi jangan dihadapi dengan revolusi, tidak mampu kita, harus dengan doa penyembahan. Sebab itu kalau kita memang mengasihi TUHAN dan sesama, ayo kita dan domba-domba yang TUHAN percayakan ada satu, ada dua domba kita terapkan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel; tiga macam ibadah pokok. Jangan biarkan domba sesat ke sana kemari di semua gunung-gunung ada, tetapi biarlah domba-domba tetap ada di atas gunung Sion; Pengajaran Mempelai; si pemberita kabar mempelai.
Ayub 39:29
(39:29) Oleh pengertianmukah burung elang terbang, mengembangkan sayapnya menuju ke selatan?
Kalau kita akhirnya menerima dua sayap yang besar itu bukan karena pengertian dan pengetahuan kita, tetapi karena tiga macam ibadah pokok, lalu kita digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel membawa kita sampai kepada 2 klimaks itulah gunung sion (mempelai perempuan TUHAN) wujudnya doa penyembahan, bukan karena pengertian kita.
Jadi kalau Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel menggembalakan suatu kandang penggembalaan, itu karena kemurahan TUHAN, bukan karena pengertian kita.
Ayub 39:30
(39:30) Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi?
Puncak ibadah adalah doa penyembahan, itu karena TUHAN, karena kakandan jantung hati menceritakan soal kandang penggembalaan, bukan karena pengertian kita, sampai membuat sarangnya di bukit yang paling tinggi, tidak bisa dijangkau ular naga (antikris)
Ayub 39:31
(39:31) Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi.
Hanya doa penyembahan yang sanggup melepaskan kita dari daya tarik bumi, termasuk pada masa puncak kesesakan tepatnya pada saat antikris menjadi raja.
Ayub 39:32
(39:32) Dari sana ia mengintai mencari mangsa, dari jauh matanya mengamat-amati;
Burung elang, burung rajawali mempunyai pandangan yang jauh ke depan (pandangan yang tajam) mempunyai pandangan nubuatan, tidak pendek berpikir.
Ayub 39:33
(39:33) anak-anaknya menghirup darah, dan di mana ada yang tewas, di situlah dia."
Pengalaman kematian persis seperti doa penyembahan, kalau itu kita nikmati di situlah sayap burung nasar yang besar diserahkan kepada kita untuk menerbangkann kita, tetapi bukan karena pengertian kita; semua oleh karena kemurahan TUHAN; kita dijadikan jantung hati TUHAN karena Dia jantung hati kita, Dia sudah menceritakan lewat surat cintanya kepada kita semua.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment