IBADAH RAYA MINGGU, 18 AGUSTUS 2013
TEMA: JEMAAT SMIRNA (dari Wahyu 2: 8-11)
(Seri 04)
Subtema: ORANG-ORANG YANG MENANG ADALAH ORANG-ORANG YANG BERANI PERCAYA
PADA
HARI PENGHAKIMAN
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan
Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita boleh berada di dalam rumah
Tuhan, beribadah melayani kepada Tuhan, tentu kita berbahagia, ketika kita
beribadah melayani, kita dapat mempersembahkan korban, sebab kalau kita berada
di luaran sana, tidak ada kesempatan bagi kita untuk mempersembahkan korban
kepada Tuhan, yang membuat kita berarti di hadapan Tuhan.
Jadikanlah diri kita berarti di hadapan Tuhan, sebab yang
dipakai dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir adalah manusia emas, yang teruji
oleh nyala api; semakin teruji, semakin murni.
Kembali kita memperhatikan firman penggembalaan untuk
Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 2: 8-11, mengenai sidang jemaat di Smirna, namun
terlebih dahulu kita membaca ayat 8-10.
Wahyu 2: 8-10
(2:8) "Dan tuliskanlah
kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang
telah mati dan hidup kembali:
(2:9) Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu -- namun engkau kaya -- dan
fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak
demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis.
(2:10) Jangan takut terhadap apa
yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang
dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh
kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan
mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Yesus tampil
sebagai firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali
= Yesus tampil sebagai firman dalam bentuk kekekalan, untuk memeriksa,
mengoreksi, menyucikan dosa-dosa dari sidang jemaat di Smirna.
Memang, kalau
kita perhatikan di sini, tidak terlihat dengan jelas kesalahan / kelemahan yang
begitu fatal, yang diperbuat oleh sidang jemaat di Smirna ini, namun kalau kita
perhatikan ayat 8, Tuhan berkata: “Aku tahu kesusahanmu”, berarti Tuhan mengerti, Tuhan peduli dalam keadaan
susah, dalam keadaan berbeban berat, dalam kondisi apa pun.
Yang
menyebabkan sidang jemaat di Smirna mengalami kesusahan yang besar adalah
karena sidang jemaat di Smirna menghadapi ujian / cobaan yang datangnya dari
orang Yahudi, yang merupakan jemaah iblis, tetapi Tuhan berkata: “Aku tahu
kesusahanmu” , artinya
dalam segala perkara Tuhan beserta dengan kita.
Itu sebabnya
dalam 1 Korintus 10: 13 dikatakan: “Pencobaan-pencobaan
yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa”, artinya; pencobaan-pencobaan
yang kita alami adalah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan
manusia.
Dan juga dikatakan:
“Sebab Allah setia ...” Bentuk kesetiaan
Tuhan terlihat dalam dua hal, yaitu;
-
Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui
kekuatanmu
-
Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan
ke luar
inilah bukti
bahwa Tuhan setia dalam kesusahan kita.
Kemudian, oleh
karena ujian / cobaan, sidang jemaat di Smirna mengalami kesusahan, bahkan mengalami
ketakutan, itu sebabnya Allah kembali berfirman: “Jangan takut”
Perkataan “jangan takut” menunjukkan bahwa Tuhan
memback-up, menopang kita, sehingga
kita memiliki keberanian untuk bertindak, tidak ada rasa kuatir, tidak ada rasa
takut, terlebih di tengah-tengah ibadah pelayanan kita kepada Tuhan.
Kalau saja
seseorang yang kuat berkata kepada sesamanya yang lemah: “jangan takut”, maka orang yang lemah ini akan memiliki keberanian
untuk bertindak, lebih lagi kalau Tuhan yang berkata: “jangan takut” kepada kita semua, tentu kita akan lebih berani lagi
untuk bertindak di hadapan Tuhan.
Saudaraku, Firman
Allah yang kita baca dan saya sampaikan malam hari ini, itu bukanlah sebuah
slogan yang kita dengar malam hari ini, tetapi benar-benar itu adalah
pernyataan dari Seorang pribadi yang setia, ketika kita mengalami kesusahan.
Kalau ujian /
cobaan menimpa seseorang itu terjadi atas seijin Tuhan dengan maksud yang baik,
yaitu; apakah kita tahan uji seperti emas, atau kayu.
-
Kalau bangunan
itu terbuat dari emas, ketika diuji oleh nyala api, ia tidak akan terbakar dan
tidak akan berubah; emas tetaplah emas.
-
Sebaliknya,
kalau bangunan itu terbuat dari kayu, ketika diuji oleh nyala api, maka kayu
akan terbakar dan berubah menjadi abu.
Abu adalah gambaran dari manusia yang hina karena dosa, sedangkan dalam
kitab Kejadian dikatakan; abu adalah santapan yang lezat / nikmat bagi ular.
Jadi, kayu adalah
sifat dari daging, yang mudah sekali berubah bahkan menjadi abu, sehingga
disaat menghadapi ujian, manusia daging / manusia kayu akan berubah, bukan
malah maju, melainkan mundur.
Tetapi manusia
emas adalah manusia rohani; semakin dibakar oleh nyala api, ia semakin murni,
semakin terbakar, ia akan semakin teruji di hadapan Tuhan, persis seperti Ayub.
Oleh sebab itu dalam Ayub 23: 10 dikatakan: “... seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.”
Dalam kegerakan
Roh Kudus hujan akhir, Tuhan mau memakai manusia emas. Dan kalau kita
perhatikan ruangan suci, manusia kayu tidak terlihat lagi, melainkan disalut
dengan emas, yang adalah gambaran dari sifat Ilahi.
Saudaraku,
pemakaian Tuhan dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir, kalau kita kaitkan dengan
Yohanes Pembaptis dan pribadi Yesus Kristus; dalam injil Matius 3: 11 dikatakan
bahwa Yohanes membaptis dengan air, tetapi Yesus membaptis dengan Roh dan api.
-
YOHANES
PEMBAPTIS adalah gambaran dari kegerakan Roh Kudus hujan awal, namun kalau kita
perhatikan perjalanan rohaninya, ketika ia berada di dalam penjara, Yohanes
Pembaptis mengalami keragu-raguan, itu sebabnya ia memerintahkan murid-muridnya
untuk bertanya kepada Yesus, dengan pertanyaan: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang
lain?” (Matius 11: 3). Pertanyaan Yohanes Pembaptis ini menunjukkan bahwa
ia mengalami keragu-raguan, tanda di mana ia mulai berubah.
Bukankah Yohanes Pembaptis adalah satu-satunya hamba Tuhan yang membaptis
Yesus, dan ia juga merupakan sepupu dari Yesus? Tetapi ketika ia berada di
dalam penjara, ia mulai goyah, dan akhirnya ia mati di dalam penjara, Tuhan tidak
memakai dia dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir.
-
Tetapi kalau
kita perhatikan PRIBADI YESUS, yang adalah gambaran dari kegerakan Roh Kudus
hujan akhir, ketika Dia disakiti, diserahkan untuk disalibkan, sedikit pun
mulut-Nya tidak terbuka, Ia taat sampai mati bahkan sampai mati di atas kayu
salib.
Yesus datang ke dunia ini, tidak hanya sebatas menyembuhkan orang sakit,
tidak hanya sebatas memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan, tidak
hanya sebatas mengadakan mujizat-mujizat, tetapi Ia diutus ke dunia ini untuk
menyatakan kebenaran, dan kebenaran itu tidak hanya berhenti di tengah jalan,
tetapi Ia taat sampai mati bahkan sampai mati di atas kayu salib, ini adalah
kehidupan yang dipakai dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir.
Lalu bagaimana
dengan kita di hadapan Tuhan, bagaimana ibadah pelayanan kita di hari-hari
terakhir, apakah kita layak menjadi hamba Tuhan, apakah kita layak melayani
Tuhan, apakah kita layak untuk menjadi bagian dalam kegerakan Roh Kudus hujan
akhir?
Kalau ada masalah,
lalu kita berubah, bagaimana Tuhan mau pakai kita?
Kalau kita
mudah berubah, seperti manusia kayu, lalu kita melayani, itu bukan karena Tuhan
yang pakai, tetapi itu karena keinginan sendiri.
Oleh sebab itu,
satu permintaan Tuhan kepada sidang jemaat di Smirna: “HENDAKLAH SETIA SAMPAI MATI”
Barangkali
ujian / cobaan yang kita hadapi silih berganti, ujian yang satu belum selesai,
ujian yang kedua muncul, dan seterusnya, tetapi hendaknya kita setia sampai
mati, sama seperti Yesus yang taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu
salib.
Untuk setia
sampai mati, maka tidak mempertahankan hak sebagai milik yang harus
dipertahankan, aplikasinya adalah;
-
Langkah pertama;
MENGOSONGKAN DIRI.
Malam ini kita memulai hidup baru di hadapan Tuhan, memulai dari nol. Nol
berarti tidak merasa berisi, tidak merasa diri bisa, tidak merasa diri mampu
dari yang lain, itu terlihat dari cara berpikir, sudut pandang, perkataan,
gerak-gerik.
-
Langkah kedua; MENGAMBIL
RUPA SEBAGAI HAMBA.
Layanilah Tuhan dengan sungguh-sungguh, tanpa memikirkan soal penghidupan,
berarti melayani Tuhan tanpa berpikir dua kali, tetapi layanilah Tuhan dengan
sungguh-sungguh.
Untuk melayani Tuhan, tidak perlu melihat status, jabatan, golongan mana,
tetapi layani saja tanpa berpikir dua kali.
-
Langkah ketiga;
MERENDAHKAN DIRI DI TENGAH-TENGAH PELAYANAN.
Kita adalah hamba, oleh sebab itu, biarlah kita merendahkan diri satu
dengan yang lain. jangan mempertahankan harga diri, jangan pertahankan
ketinggian hati, jangan pertahankan zona kenyamanan, sebab barangsiapa
merendahkan diri, maka akan ditinggikan Tuhan.
Cepat atau lambat, orang-orang yang merendahkan diri akan ditinggikan oleh
Tuhan.
Kita sudah
melihat rencana Allah yang besar terhadap sidang jemaat di Smirna, dan tentu
rencana Allah yang besar ini berlaku bagi kita sekalian.
Sekarang, tiba
saatnya kita memperhatikan ayat 11 ...
Wahyu 2: 11
(2:11) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa
yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan
menderita apa-apa oleh kematian yang kedua."
Ayat 11 dibagi
menjadi dua bagian;
BAGIAN PERTAMA: “Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat”
Apa yang
dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat, itu adalah firman Allah yang rahasianya
dibukakan = ayat yang satu menjelaskan ayat yang lain sampai rahasianya terbuka,
itulah firman Allah yang diurapi.
Kalau rahasia
firman tersingkap, maka segala sesuatu yang terselubung dalam hati akan
tersingkap, tidak ada lagi sesuatu noda / kotoran yang bercokol dalam hati.
BAGIAN KEDUA: “Barangsiapa menang”
Barangsiapa
menang, artinya; kemenangan itu harus menjadi bagian kita.
Kemenangan yang
dimaksud dapat kita lihat dari sidang jemaat di Smirna; setelah dikoreksi oleh firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah
mati dan hidup kembali, maka terlihatlah keadaan dari sidang jemaat di
Smirna, yang tidak terdapat kelemahan-kelemahan yang sifatnya fatal, tetapi
kita bisa melihat dari apa yang Tuhan nyatakan dalam ayat 10, yaitu: “Jangan takut”
Berarti,
kelemahan dari sidang jemaat di Smirna adalah ketakutan, walaupun kelemahan ini
tidak terlalu fatal.
(Berbeda
dengan kelemahan dari sidang jemaat di efesus yang kesalahannya sangat fatal,
yaitu meninggalkan kasih yang semula, dan itu merupakan kejatuhan yang amat
sangat dalam.)
1
Yohanes 4: 18
(4:18) Di dalam kasih
tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam
kasih.
Barangsiapa
takut, ia tidak sempurna dalam kasih, sebab ketakutan itu mengandung hukuman.
1
Yohanes 4: 17
(4:17) Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari
penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.
Kalau
kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, di sini kita melihat
bahwa kasih Allah sempurna di dalam hidup kita pribadi lepas pribadi.
Mari
kita lihat; PRIBADI YANG MEMPUNYAI KEBERANIAN PERCAYA PADA HARI PENGHAKIMAN.
Matius
25: 31-32
(25:31) "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan
semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia
akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
(25:32) Lalu semua bangsa
akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan
memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan
domba dari kambing,
Pada
penghakiman terakhir, Yesus akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya, lalu
semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya untuk diadakan pemisahan seorang
dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing.
Matius
25: 33-34
(25:33) dan Ia akan
menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya
dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
(25:34) Dan Raja itu akan
berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati
oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia
dijadikan.
Kemudian,
Ia menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya, sedangkan kambing-kambing
ditempatkan di sebelah kiri-Nya.
Lalu
Ia berkata kepada domba-domba yang ditempatkan di sebelah kanan: “...hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku,
terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan”
Kesimpulannya:
yang mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman adalah domba-domba yang
ditempatkan di sebelah kanan.
Matius
10: 16
(10:16) "Lihat, Aku
mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah
serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti
merpati.
Seorang
utusan yang diutus oleh Tuhan sama seperti domba di tengah-tengah serigala.
Matius
10: 17
(10:17) Tetapi waspadalah
terhadap semua orang; karena ada yang akan
menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah
ibadatnya.
Di
sini dikatakan: “ada yang akan
menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah
ibadatnya”
Domba
yang berada di tengah-tengah serigala akan menerima penderitaan karena mereka
akan disesah, sekalipun ia berada di tengah-tengah serigala, sekalipun serigala
itu harus menyesah, tetapi domba mempunyai nyali / keberanian untuk itu, kalau
tidak, seorang utusan tidak akan berani diutus seperti domba di tengah-tengah
serigala.
1
Yohanes 4: 17
(4:17) Dalam hal inilah
kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian
percaya pada hari penghakiman, karena sama
seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.
Sama seperti Yesus
Kristus, Dia diutus ke dunia ini untuk menyaksikan kebenaran.
Kita lihat
peristiwa itu, di mana Yesus diutus ke dunia ini seperti domba di tengah-tengah
serigala.
Yohanes 8: 40-42
(8:40) Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran
yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh
Abraham.
(8:41) Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri."
Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu
Allah."
(8:42) Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah
adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah.
Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.
Yesus diutus ke
dunia ini untuk menyaksikan kebenaran Allah, seperti domba di tengah-tengah
serigala. Sekalipun Ia tidak diterima, tetapi Yesus mempunyai nyali, mempunyai
keberanian untuk ditolak, bahkan mempunyai keberanian untuk disesah dan
ditindas.
Kesimpulannya;
orang yang memiliki keberanian percaya pada hari penghakiman adalah DOMBA DI
TENGAH-TENGAH SERIGALA.
Keberadaan
seseorang apabila ia ditolak adalah keadaan yang tidak menyenangkan. Kalau
hanya ditolak, itu tidak mengapa, tetapi domba di tengah-tengah serigala, harus
berani menanggung resiko, harus memiliki keberanian untuk percaya pada hari
penghakiman.
Berbeda jika
seseorang memiliki keberanian untuk berselisih / untuk bertengkar, seolah-olah
ia ingin menunjukkan kebenaran, tetapi bukan itu yang Tuhan maksud.
Mungkin hari
ini seseorang memiliki keberanian untuk menunjukkan kebenaran dengan sisi
kekuatan, tetapi ia sama seperti kambing, dan suatu saat nanti, di hari
penghakiman, ia ditempatkan di sebelah kiri, tidak menerima Kerajaan yang telah
disediakan sejak dunia dijadikan.
Mari kita
lihat; KETIKA DOMBA DI TENGAH-TENGAH SERIGALA.
Yesaya 53: 7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas
dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;
seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia
tidak membuka mulutnya.
Ketika domba berada
di tengah-tengah serigala, ia menjadi domba sembelihan; dia dianiaya tetapi dia
membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya.
Digambarkan
dalam dua hal;
-
Seperti anak
domba yang dibawa ke pembantaian untuk dibantai
-
Seperti induk
domba yang kelu (mulutnya tertutup) di depan orang-orang yang menggunting
bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
Itulah domba di
tengah-tengah serigala menjadi domba sembelihan.
Untuk menjadi
domba sembelihan tentu dibutuhkan keberanian, harus mempunyai nyali. Keberanian
yang kita peroleh berasal dari KASIH ALLAH.
Tanpa kasih, kita
tidak akan memperoleh keberanian untuk menjadi domba sembelihan, kalau tidak
ada kasih Allah, seorang utusan tidak akan mungkin berani berada di
tengah-tengah serigala.
Saudaraku,
inilah yang harus kita pertimbangkan malam hari ini; apakah kita memiliki
keberanian untuk percaya pada hari penghakiman, di mana yang menjadi motor
penggeraknya adalah kasih Allah? atau apakah kita memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dengan emosional, dengan kekuatan, bahkan sampai adu
mulut?
Firman Allah
adalah cerminan untuk melihat kondisi rohani kita. Firman Allah tidak boleh
digunakan menjadi kaca spion, supaya kita tidak melihat kekurangan orang lain.
Kiranya kita
semua memiliki keberanian untuk percaya pada hari penghakiman, di mana motornya
adalah kasih Allah yang sempurna, bukan emosional, bukan luapan hati yang
sumbernya dari daging.
Melayani jangan
karena luapan daging, walaupun kelihatannya seperti berkobar-kobar, sebab yang
terlihat adalah pemanis, tetapi biarlah Roh Tuhan yang membuat kita meluap,
berkobar-kobar melayani, sehingga terlihat kuasa Allah.
Kemudian, kalau
kita melihat tadi; yang menyesah itu justru bukan orang dunia, ia dibawa ke
majelis agama dan ia disesah di dalam gereja, dengan kata lain yang menyesah
adalah orang dalam, itulah musuh yang terbesar.
Yesus diutus ke
dunia menjadi domba sembelihan karena Ia menghadapi musuh dalam selimut yaitu
orang-orang Yahudi sendiri, sebab yang menyerahkan Yesus untuk disalibkan adalah
tua-tua, imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dari bangsa Israel, bukan bangsa Romawi.
Barangkali ada
kesalahan-kesalahan di masa-masa yang lalu, sekarang perhatikanlah firman
Tuhan, kiranya itu jangan terulang lagi, apa pun itu, secara khusus kita semua
yang ada di dalam kandang penggembalaan ini, supaya jangan menjadi batu
sandungan.
Roma 8: 35-37
(8:35) Siapakah yang akan
memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan
atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan
atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
(8:36) Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau
kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."
Di
tengah-tengah pelayanannya, Rasul Paulus telah dianggap sebagai domba
sembelihan, sebab ia tidak memiliki rasa takut untuk menghadapi beberapa
perkara, antara lain; penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan,
ketelanjangan, bahaya, atau pedang, karena motornya adalah kasih Allah yang
sempurna, buktinya dalam ayat 35 dikatakan: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus”, Rasul
Paulus tidak mau terpisah dari kasih Allah apa pun resikonya, ia tidak
menyelamatkan jiwanya dengan cara-cara pemanis, sekalipun harus menghadapi
banyak perkara.
Bagaimana
dengan kita, apakah kita melayani dengan kasih Allah yang sempurna sebagai
motor penggerak, atau ada yang lain?
Roma 8: 37
(8:37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari
pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Akhirnya, Rasul
Paulus berkata: “Tetapi dalam semuanya
itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi
kita” = menjadi pemenang karena kita percaya pada hari penghakiman, namun
tentunya semua karena kasih Allah yang sempurna.
Hasilnya.
Wahyu 2: 11
(2:11) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa
yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang
kedua."
Barangsiapa menang, IA TIDAK AKAN MENDERITA APA-APA OLEH
KEMATIAN YANG KEDUA, inilah hasilnya
yang diterima oleh orang-orang yang memiliki keberanian untuk percaya pada hari
penghakiman, itulah domba-domba yang ditempatkan di tengah-tengah serigala, dan
menjadi domba sembelihan.
Wahyu 20: 4-6
(20:4) Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang
yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku
juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian
tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan
patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka;
dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan
Kristus untuk masa seribu tahun.
(20:5) Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit
sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu.
Inilah kebangkitan pertama.
(20:6) Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian
dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang
kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam
Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan
Dia, seribu tahun lamanya.
Mereka yang
rela menderita dipenggal kepalanya oleh karena kebenaran firman, oleh karena
kesaksian kristus, tetapi di sini kita melihat, pada kebangkitan pertama mereka
semua dibangkitkan dan akhirnya menjadi imam dan raja bersama-sama dengan
Kristus, maka dengan itu, kematian yang kedua tidak berlaku, itulah api neraka,
di mana di dalamnya bangkai dan ulat-ulatnya tidak mati.
Saudaraku,
kiranya penderitaan yang sesaat ini oleh karena kesaksian dan kebenaran firman,
melepaskan kita dari kematian yang kedua, itulah api neraka, dan untuk itu,
kita harus memiliki keberanian percaya pada hari penghakiman.
Tuhan mengajari
kita untuk memiliki keberanian percaya pada hari penghakiman, dan untuk itu,
tidak ada salahnya kita mengalami penderitaan yang sesaat selama di bumi.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment