IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 28 JANUARI 2015
Tema: DARI KITAB KOLOSE
(Seri 29)
Subtema: BERKUASA DALAM PERKATAAN KARENA DIDIKAN TUHAN
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Kristus
dengan kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan masih
memberi kesempatan pada kita untuk melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan, semua
karena kemurahan Tuhan.
Biarlah kita giat menyembah kepada Tuhan supaya kita
terbebas dari segala penyembahan berhala di atas muka bumi ini.
Kembali kita memperhatikan firman penggembalaan untuk
Ibadah Doa Penyembahan dari kitab yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat di
KOLOSE.
Kolose 1: 18A
(1:18) Ialah
kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari
antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
Bagian dari ayat 18 yang harus kita perhatikan adalah: “Ialah
kepala tubuh, yaitu jemaat”
Kita akan melihat KEPALA TUBUH lebih jauh ...
Efesus 5: 23
(5:23) karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.
Dialah yang menyelamatkan tubuh.
Kristus adalah kepala jemaat, Dialah yang menyelamatkan
tubuh.
Pendeknya: Kristus adalah penyelamat tubuh.
Efesus 5: 25
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus
telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya
Kristus telah mengasihi jemaat, dan Ia telah menyerahkan
diri-Nya, Ia telah berkorban bagi jemaat, dengan tujuan: untuk menyelamatkan
tubuh-Nya, saya dan saudara.
Penyelamatan itu dengan jalan;
Yang Pertama
Efesus 5: 26
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya
dengan memandikannya dengan
air dan firman,
Dikuduskan, disucikan sesudah memandikan dengan air dan
firman. Pada minggu yang lalu telah saya sampaikan.
Yang Kedua
Efesus 5: 28-29
(5:28)
Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri:
Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
(5:29)
Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan
merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
Mengasuh dan merawati tubuh-Nya, yaitu jemaat.
Keterangan: MENGASUH.
Kisah Para Rasul 7: 21-22
(7:21)
Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya
seperti anaknya sendiri.
(7:22) Dan
Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan
dan perbuatannya.
Musa diasuh oleh puteri Firaun, ia dididik dengan segala
hikmat orang Mesir.
1 Korintus 11: 32
(11:32)
Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik,
supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
Kalau kita menerima hukuman/hajaran/ganjaran dari Tuhan
oleh karena kesalahan, itu menunjukkan bahwa kita dididik. Maksud semua itu,
supaya kita tidak bersama-sama dihukum dengan dunia = tidak binasa dengan
dunia.
Memang setiap orang yang melakukan kesalahan tidak luput
dari ganjaran.
Tuhan memang mengampuni setiap dosa yang kita akui,
tetapi ganjaran/hajaran yang merupakan didikan dari Tuhan, itu tetap
berlangsung, konsekuensi dari sebuah tindakan.
Sama halnya dengan kesaksian Daud dalam ...
2 Samuel 12: 9-11
(12:9)
Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya?
Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil
menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani
Amon.
(12:10)
Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai
selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang
Het itu, untuk menjadi isterimu.
(12:11)
Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang
datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di
depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur
dengan isteri-isterimu di siang hari.
Kita melihat kesalahan dari Daud, antara lain:
1.
Uria, orang Het itu
dibiarkan tewas dengan pedang dalam sebuah peperangan melawan Amon, dia
ditempatkan di barisan paling depan, kemudian tentara Israel diperintahkan
untuk mundur, sehingga dia tinggal sendiri di depan, dan akhirnya tewas, itu
adalah siasat jahat Daud.
2.
Batsyeba, isteri Uria,
orang Het, diambil menjadi isterinya, ini merupakan perzinahan/dosa kenajisan.
Oleh karena kesalahan yang diperbuat Daud, maka Tuhan
menghukum, mengganjar, menyesah Daud dengan 3 perkara:
1.
Pedang tidak akan
menyingkir dari keturunan Daud sampai selama-lamanya.
Pedang
adalah alat/senjata perang.
2.
Malapetaka ditimpakan
atas Daud, sedangkan malapetaka itu datang dari kaum keluarganya sendiri, dan
itu kita ketahui: Absalom berusaha mengambil kerajaan secara paksa, Absalom
membunuh Amnon juga karena Tamar diperkosa oleh Amnon.
3.
Atas seijin Tuhan,
isteri-isterinya diserahkan di depan matanya kepada orang lain, sehingga orang
itu tidur dengan isteri-isteri Daud di siang hari.
Saya tidak bisa membayangkan betapa stressnya seorang suami,
bila seorang isteri berlaku demikian.
Tetapi hukuman itu harus terjadi kepada Daud, sebagai ganjaran yang
merupakan didikan dari Tuhan oleh karena kesalahannya sendiri.
Biasanya orang belajar dari
pengalaman, sehingga disebutlah pengalaman adalah guru yang terbaik.
Setiap orang memiliki
pengalaman masa lalu, tetapi saya menghimbau: jangan mengulangi dosa masa lalu,
terlebih dalam hal kenajisan.
2 Samuel 12:12-13
(12:12) Sebab engkau telah melakukannya secara
tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara
terang-terangan."
(12:13)
Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN."
Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau
tidak akan mati.
Kelebihan dari pada Daud
adalah dengan mudah sekali mengakui kesalahannya, karena dia memang adalah
seorang yang tulus hati, sehingga dia dengan setia melakukan firman Tuhan.
Itu menunjukkan bahwa dia
tidak menolak hukuman/ganjaran yang harus ia terima, konsekuensi dari sebuah
tindakan yang salah.
Kita perhatikan ...
Ibrani 12: 5-6
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara
kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap
enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau
diperingatkan-Nya;
(12:6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya,
dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Oleh sebab itu, JANGAN ANGGAP
ENTENG DIDIKAN TUHAN dan JANGAN PUTUS ASA apabila Tuhan mengajar, menghajar dan
menghukum yang merupakan peringatan dari Tuhan.
Kalau seseorang putus asa,
putus pengharapan, ia adalah orang yang tidak mau maju. Orang yang mau maju
adalah orang yang mau berubah, baik cara berpikir, sudut pandang, segala
sesuatu berubah.
Kalau kita putus asa, itu
menunjukkan seolah-olah kita yang benar, Tuhan yang salah, seolah-olah kita
tidak punya kesalahan.
Perlu diketahui:
- Tuhan menghajar orang yang dikasihi,
- dan menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.
Ibrani 12: 7-8
(12:7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah
memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak
dihajar oleh ayahnya?
(12:8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang
harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak
gampang.
Jikalau seseorang harus
menanggung ganjaran, hukuman, berarti Allah memperlakukan ia sebagai anak,
sebab anak tidak lepas dari hajaran ayahnya.
Sebaliknya, jika seseorang
bebas dari hajaran/ganjaran yang harus ia derita, maka ia bukanlah anak, tetapi
anak-anak gampang, anak yang lahir di luar nikah.
Sebelum menjadi isteri Daud, Batsyeba
telah mengandung dari hasil perzinahan, lalu lahirlah anak laki-laki, tetapi
akhirnya anak itu mati.
Jadi, istilah lain
ganjaran/hukuman ini adalah hasil hubungan intim dengan Tuhan.
Dampak positif menerima didikan Tuhan.
1 Korintus 1: 23-24
(1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang
disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk
orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
(1:24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang
Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat
Allah.
Hikmat Allah diperoleh lewat
salib Kristus yang merupakan didikan dari Tuhan.
2 Timotius 3: 15
(3:15) Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal
Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada
keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
Di sini semakin dipertegas
bahwa pemberitaan firman tentang salib Kristus itu memberikan hikmat,
sebagaimana Rasul Paulus menyatakannya kepada anak yang dikasihinya, yaitu
Timotius.
2 Timotius 3: 16
(3:16) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Segala tulisan yang diilhamkan
Allah, bermanfaat: untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan, untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Jadi, kita tidak perlu
berkecil hati ketika kita menerima didikan Tuhan, tidak perlu putus asa, dan
jangan anggap enteng didikan Tuhan.
2 Timotius 3: 17
(3:17) Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi
untuk setiap perbuatan baik.
Sehingga anak-anak Tuhan
diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik, antara lain;
Ibrani 12: 10-11
(12:10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang
pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita
untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
(12:11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan
tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan
buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
- Dia menghajar kita untuk
kebaikan kita supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
- Memberikan damai kepada mereka
yang dilatih oleh Tuhan, yaitu mereka yang menerima ganjaran dari Tuhan.
Hasil menerima didikan Tuhan.
Kisah Para Rasul 7: 21-22
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya
dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir,
dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
Musa berkuasa dalam
perkataannya, ini menunjukkan bahwa Musa berpegang teguh pada 10 hukum Allah
dan secara khusus memperhatikan hukum yang ketiga.
Keluaran 20: 7
(20:7) Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan
sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut
nama-Nya dengan sembarangan.
Hukum yang ketiga adalah “Jangan
menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan”, sebab Tuhan memandang
bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Orang yang menyebut nama Tuhan
dengan sembarangan, menunjukkan bahwa dirinya tidak berkuasa dalam perkataan. Sama
halnya dengan orang yang asal berbicara, asal melontarkan kata-kata dari mulut,
dan itu tidak ada faedahnya, tidak ada kebenaran di dalamnya, walaupun perkataan
itu dikemas sedemikian rupa.
Lebih jauh kita melihat ...
Imamat 19: 12
(19:12) Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku,
supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.
Dengan jelas di sini dikatakan
bahwa “Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku”, untuk memperhatikan
betapa kudusnya hidup.
Jadi, kudusnya kehidupan
terlihat dari perkataannya, sebab jika seseorang tidak salah dalam perkataan,
ia sempurna dalam hidupnya.
Kalau seseorang tidak menjaga
hati dalam kesucian, pasti perkataannya tidak berkuasa, sebab apa yang keluar
dari mulut, itu berasal dari hati.
Matius 5: 33-36
(5:33) Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada
nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di
depan Tuhan.
(5:34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali
bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
(5:35) maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan
kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
(5:36) janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu,
karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah
sumpahmu di hadapan Tuhan.
Janganlah bersumpah palsu secara khusus;
1. Baik demi langit karena langit adalah takhta Allah.
2. Baik demi bumi karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya.
3. Baik demi Yerusalem karena Yerusalem adalah kota Raja Besar, kota mempelai.
4. Baik demi kepala karena Kristuslah kepala yang berkuasa atas tubuh.
Matius 5: 37
(5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika
tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal
dari si jahat.
Jika ya hendaklah katakan ya,
jika tidak hendaklah katakan tidak.
Jadi, ya di atas ya, tidak di
atas tidak, lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Ya di atas ya, tidak di atas
tidak = berpegang teguh pada kebenaran di depan Tuhan.
Sekarang, kita kembali
memperhatikan ...
Imamat 19: 12
(19:12) Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku,
supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.
Pertanyaannya: Mengapa jangan bersumpah dusta demi nama Tuhan?
Jawabnya; supaya jangan
melanggar kekudusan nama Allah.
Saudaraku, kita harus
memperhatikan kekudusan nama Allah. Jangankan memperhatikan kekudusan nama
Allah, menjaga nama baik juga penting.
Demikian juga dalam hal berdoa,
yang pertama-tama yang harus diucapkan adalah “dikuduskanlah nama-Mu.”
Matius 6: 9
(6:9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga,
Dikuduskanlah nama-Mu,
(6:10) datanglah Kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Doa yang benar diawali dengan:
“Dikuduskanlah nama-Mu”, ini berbicara tentang 2 hal.
1.
Berbicara tentang kerajaan
Allah
Dalam surat Paulus yang ditulis pada jemaat di Roma 14: 17-18, dikatakan di sana: Kerajaan Sorga bukan soal makan,
minum, bukan soal apa yang dipakai, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan
sukacita, dan ketiganya dikerjakan oleh Roh Kudus.
Kalau kita mencari Kerajaan Sorga, pasti nama Tuhan dikuduskan.
Berarti, mencari kerajaan Sorga = menguduskan nama Tuhan.
Oleh sebab itu, biarlah kita betul-betul mencari Kerajaan Sorga, di
dalamnya tercipta kebenaran, tercipta sukacita, tercipta damai sejahtera yang
ketiganya dikerjakan oleh Roh Kudus.
Saudaraku, jika seseorang dikuasai roh lain, maka ia dapat merusak damai
sejahtera, sekalipun ia tidak berbicara dan berbuat, hanya sebatas duduk dan
berdiri. Sebaliknya, jika seseorang sungguh-sungguh mencari Kerajaan Sorga, ia
dapat menciptakan damai sejahtera.
Banyak orang yang mencari sukacita di luaran sana, yang berasal dari
daging untuk memuaskan hawa nafsunya, tetapi itu sifatnya semu.
2.
Berbicara tentang kehendak
Allah.
Di dalam injil Matius 26: 42,
Yesus mengatakan bahwa Dia harus meminum cawan Allah, supaya kehendak Allah
jadi. Minum cawan Allah, berarti menanggung penderitaan yang tidak harus Ia
tanggung di atas kayu salib.
Jadi oleh karena kehendak Allah, nama Tuhan dikuduskan. Setiap orang
yang melakukan kehendak Allah = menguduskan nama Tuhan.
Saudaraku, biarlah kita
memperhatikan 2 hal ini , supaya kita sekaliannya menguduskan nama Tuhan di
dalam diri kita masing-masing lewat ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan.
Pendeknya; kita mencari
Kerajaan Sorga dan melakukan kehendak Allah Bapa supaya NAMA TUHAN DIKUDUSKAN.
Sekarang kita melihat ...
2 Korintus 12: 6
(12:6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku
bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan
diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada
yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.
Rasul Paulus menahan diri
dalam perkataan, ia tidak bermegah atas dirinya, supaya jangan ada orang yang memperhitungkan
kepadanya lebih dari pada yang mereka lihat, lebih dari pada apa yang mereka
dengar dari Rasul Paulus.
Berarti, Rasul Paulus berkuasa
dalam perkataan.
Sebetulnya, kalau Rasul Paulus
hendak bermegah, ada alasan baginya untuk bermegah, yaitu ia diangkat ke
tingkat yang ketiga (Firdaus), ia mendengarkan perkataan-perkataan yang tak terucapkan yang tidak boleh diucapkan, tetapi sekalipun demikian, ia
tidak bermegah.
Pendeknya; jangan membesar-besarkan diri, jangan
berkata-kata lebih dari perbuatan-perbuatan.
Kisah Para Rasul 22: 1-3
(22:1) "Hai saudara-saudara dan bapa-bapa,
dengarkanlah, apa yang hendak kukatakan kepadamu sebagai pembelaan diri."
(22:2) Ketika orang banyak itu mendengar ia berbicara
dalam bahasa Ibrani, makin tenanglah mereka. Ia berkata:
(22:3) "Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di
tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di
bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi
seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu
ini.
Rasul Paulus dididik sesuai dengan
hukum Taurat, di bawah pimpinan Gamaliel, sehingga Rasul Paulus seorang yang giat
bekerja, giat melayani untuk Tuhan, bukan terpaksa. Tidak boleh terpaksa, tidak
boleh merasa dibutuhkan, tidak boleh merasa diri berjasa, tidak boleh merasa
diri mampu, karena kita bekerja hanya untuk Tuhan, dari Tuhan dan oleh Tuhan.
Kaitan DIDIK di sini, sama
halnya dengan 2 Korintus 12 tadi.
Kisah Para Rasul 22: 5
(22:5) Tentang hal itu baik Imam Besar maupun Majelis
Tua-tua dapat memberi kesaksian. Dari mereka aku telah membawa surat-surat
untuk saudara-saudara di Damsyik dan aku telah pergi ke sana untuk menangkap
penganut-penganut Jalan Tuhan, yang terdapat juga di situ dan membawa mereka ke
Yerusalem untuk dihukum.
Paulus yang tadinya adalah
seorang pembunuh, seorang yang dikuasai dosa kejahatan, sehingga oleh karena kejahatannya
Tuhan mendidik dia.
Kisah Para Rasul 22: 6-9
(22:6) Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika aku
sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tiba-tiba memancarlah cahaya
yang menyilaukan dari langit mengelilingi aku.
(22:7) Maka rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar
suatu suara yang berkata kepadaku: Saulus, Saulus, mengapakah engkau
menganiaya Aku?
(22:8) Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah
Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu.
(22:9) Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat
cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.
Cahaya yang menyilaukan dari
langit mengelilingi Rasul Paulus. Kemudian, suara yang berkata kepadanya: “Saulus,
Saulus”, itu adalah firman pengajaran, firman yang mendidik.
Jadi, saat dia diangkat ke
tingkat yang ketiga dari Sorga, yang disebut juga Firdaus, itulah didikan Tuhan
yang berasal dari cahaya yang menyilaukan dari langit dan suara yang
berseru-seru, itulah firman Allah yang mendidik.
Andaikata Rasul Paulus tidak
menerima ganjaran/didikan dari Tuhan, ia tidak mengerti untuk giat melayani
Tuhan, tetapi oleh karena didikan itu, ia mengerti untuk giat melayani Tuhan.
Ada kesamaan antara Musa dan
Rasul Paulus: Musa mendirikan Tabernakel, rumah secara fisik, sedangkan Rasul
Paulus mengusung firman pengajaran mempelai dalam pola terang Tabernakel =
membangun rumah rohani untuk menjadi pengantin perempuan.
Biarlah kita memiliki kuasa
dalam perkataan, tidak asal bicara. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang