IBADAH RAYA MINGGU, 24 MEI 2015
Tema : JEMAAT DI
LAODIKIA (dari Wahyu 3: 14-22)
(Seri 06)
Subtema: MISKIN, BUTA DAN TELANJANG
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Kristus
dengan kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi, kita boleh melangsungkan
Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian, yang menghasilkan pengharapan, dan
berguna untuk mempertajam karunia-karunia yang diperoleh tiap-tiap orang.
Biarlah kita tidak lalai mempergunakan karunia-karunia
yang telah kita peroleh dari Tuhan.
Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk
Ibadah Raya Minggu dari SIDANG JEMAAT DI LAODIKIA, pada Wahyu 3: 14-22.
Saat ini kita memperhatikan ayat 17-18
Wahyu 3: 17
(3:17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan
diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu,
bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,
Jemaat di Laodikia berkata: “Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan
apa-apa.”
Di sini kita melihat, jemaat di Laodikia, bergantung pada
harta dan kekayaannya karena jemaat di Laodikia mengumpulkan harta di bumi bagi
mereka, memperkaya diri mereka sampai tidak kekurangan.
Saya tandaskan; tidak salah kalau anak-anak Tuhan kaya, tetapi
jangan salah mengerti dengan harta, kekayaan yang diperoleh itu, bahwa kita
hidup tidak tergantung pada kekayaan.
Pada minggu yang lalu telah saya sampaikan;
mengenai orang kaya yang bodoh, dimana ia bergantung pada harta dan kekayaannya, sehingga kalau kita perhatikan
orang kaya itu tidak mau lagi bertanya kepada Tuhan soal harta dan kekayaannya.
Kalau memperkaya diri, mengumpulkan harta di bumi, tidak
mengumpulkan harta di sorga, orang semacam ini hatinya jauh dari Tuhan, ia
tidak akan pernah bertanya kepada Tuhan soal penghidupannya.
Kita telah dipanggil dari kegelapan, selanjutnya dipilih
untuk melayani Tuhan
dan golongan yang dipilih adalah golongan yang berpakaian
pesta, pakaian baru, hidup dalam hidup yang baru, yang lama sudah berlalu.
Sekarang kita melihat ...
1 Petrus 2: 9
(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar
dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
Dipanggil keluar dari kegelapan selanjutnya dipilih
menjadi umat kesayangan Allah untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar
dari Allah, bagaikan bangsa Israel dibebaskan dari Mesir, dari rumah
perbudakan, dari api peleburan besi, selanjutnya dibawa ke tanah Kanaan, tanah
yang dijanjikan oleh Allah kepada nenek moyang bangsa Israel dengan tujuan
menjadi harta kesayangan, menjadi milik kesayangan Allah untuk memberitakan
perbuatan-perbuatan besar dari Allah / beribadah dan melayani Tuhan.
Tetapi kita melihat, bahwa jemaat di Laodikia betul-betul
bergantung pada harta kekayaan, bergantung pada sesuatu yang tidak memberi
jaminan hidup kekal.
Ulangan 11: 9-11
(11:9) dan supaya lanjut umurmu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan
sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka dan kepada
keturunan mereka, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
(11:10) Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah
negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan
benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur.
(11:11) Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri
yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan
yang turun dari langit;
Tanah Kanaan itu bergunung-gunung dan berlembah-lembah
yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit, artinya; bergantung
pada kemurahan Tuhan (kasih karunia).
Bergunung-gunung dan berlembah-lembah menunjuk kuasa
kematian dan kebangkitan Yesus Kristus = kasih karunia / kemurahan Tuhan.
Orang yang masuk dalam pengalaman kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus, hanya bergantung pada kemurahan Tuhan saja, sama
seperti bangsa Israel di tanah Kanaan; mendapat air sebanyak hujan yang turun
dari langit.
Berbanding terbalik dengan mereka yang berada di Mesir, setelah
ditabur dengan benih, harus diairi dengan jerih payah / harus mengandalkan
kekuatan manusia. Pendeknya tanah Kanaan tidak sama dengan tanah Mesir.
Jadi, pengalaman kematian itu harus benar, supaya
kebangkitannya juga benar. Kalau kebangkitannya benar, maka kemuliaannya benar.
Sebab ada kebangkitan palsu.
Amsal 13: 7
(13:7) Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa, ada
pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak.
“Ada orang yang
berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa” = miskin. Mengapa? karena
kematiannya tidak benar.
Sekali lagi saya katakan, kalau kematiannya benar, pasti
kebangkitannya benar. Kalau kebangkitannya benar, pasti kemuliaannya benar.
Apa itu pengalaman kematian? Berarti daging tidak lagi
bersuara, dan sebetulnya pengalaman kematian adalah kasih karunia. Kalau daging
tidak lagi bersuara, pasti suatu kali kelak, kebangkitannya juga benar.
Itu sebabnya, dalam kandang penggembalaan ini kita diajar
untuk masuk dalam pengalaman kematian untuk memperoleh kasih karunia.
Jangan lagi kita mengandalkan kekuatan dan pikiran kita, seperti
orang-orang dunia, sebab kekuatan kita terbatas dan pikiran kita tidaklah mampu
memikirkan segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini.
Kita kembali melihat ...
Wahyu 3: 17
(3:17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku
dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau
melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,
Jemaat di Laodikia memperkaya diri dan tidak kekurangan
apa-apa; itu menurut pemikiran mereka.
Tetapi tanpa disadari, di hadapan Tuhan, sesungguhnya
mereka:
-
Yang pertama: melarat, dan malang, miskin.
-
Yang kedua: buta.
-
Yang ketiga: telanjang.
Sidang jemaat tidak perlu silau melihat harta kekayaan
dan jangan minder melihat orang kaya, yaitu; mereka yang mengumpulkan harta di
bumi tetapi tidak mengumpulkan harta di sorga.
Kalau masuk dalam pengalaman kematian berarti; hidup oleh
karena kemurahan hati Tuhan, kaya rohani dan berharga di mata Tuhan.
Bangsa Israel dibebaskan dari Mesir, dibawa masuk ke
tanah Kanaan, selanjutnya mereka memperoleh negeri tanpa
bersusah-susah
kemudian
mendiami kota yang tidak didirikan, selanjutnya menikmati
buah pohon anggur dan buah pohon ara (Yosua
25:12-14).
Jadi, umat pilihan, yang beribadah dan melayani Tuhan;
menikmati kasih karunia demi kasih karunia / bergantung kepada kemurahan hati Tuhan.
Saya datang ke provinsi Banten dengan tidak membawa
apa-apa, hanya bermodalkan / membawa Alkitab. Tetapi apa yang tidak saya
pikirkan, itu yang Tuhan berikan. Bahkan sampai hari ini kita dapat beribadah,
tergembala di dalam kandang penggembalaan ini, itu semua karena kemurahan
Tuhan, kasih karunia Tuhan dan lewat penggembalaan ini kita menerima kekayaan
rohani / kekayaan sorgawi.
Jadi, tidak perlu minder melihat orang kaya, jangan
terpengaruh dengan cara-cara dunia.
Sekarang kita akan melihat jemaat di Laodikia...
Yang pertama: melarat, dan malang, miskin.
Galatia 4: 8-9
(4:8) Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri
kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah.
(4:9) Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah
kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah
dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?
Menghambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya
bukan Allah yang hidup = menghambakan diri kepada roh-roh yang ada di dunia.
Sementara roh-roh yang ada di dunia: LEMAH dan MISKIN.
Menghambakan diri kepada roh-roh yang ada di dunia,
misalnya; pekerjaan, harta, uang, kekayaan, dan sebagainya, itu semua lemah dan
miskin.
Lemah = tidak memberi kekuatan bagi hidup kita. Miskin =
tidak memiliki apa-apa, tidak memiliki kekayaan rohani.
Galatia 4: 10-11
(4:10) Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan,
masa-masa yang tetap dan tahun-tahun.
(4:11) Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia.
Orang yang menghambakan diri kepada allah-allah, itulah
roh-roh dunia: memelihara hari-hari
tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. Bukankah ini
adalah perbuatan yang sia-sia?
Menurut dia harinya bagus, barulah ia beribadah.
Pendeknya, hidup ditentukan oleh; hari, bulan, masa dan tahun-tahun. Ini adalah
perbuatan bodoh dan sia-sia.
Bukankah lebih baik memperhatikan firman dan diteliti
dengan seksama sehingga hidup tidak ditentukan oleh hari-hari ?
Amsal 28: 19
(28:19) Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan, tetapi
siapa mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinan.
Kalau menghambakan diri kepada roh-roh di dunia ini dan
mengejar barang yang sia-sia; akan kenyang dengan kemiskinan. Sebaliknya, siapa
mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan.
Tanah à hati. Kalau hati kita terus digarap, dikerjakan oleh firman, maka hati kita akan
dipuaskan, dikenyangkan oleh kebenaran firman Tuhan.
Saudaraku, jangan salah mengerti dari apa yang saya
katakan, sekali lagi saya katakan: Bukan berarti saya dan saudara tidak boleh
kaya. Tentu itu diperbolehkan, dan itu adalah kerinduan kita.
Tetapi biarlah kita mengerjakan tanah, supaya kita
dikenyangkan oleh kebenaran, berikan hati dikerjakan, digarap oleh firman
Tuhan.
Amsal 13: 18
(13:18) Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan didikan,
tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati.
“... siapa
mengindahkan teguran, ia dihormati.”, artinya; bila seseorang mengindahkan
nasihat firman, maka ia dihormati.
Sebaliknya, kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang
mengabaikan didikan.
Ayat firman Tuhan mengatakan: lebih baik menjadi orang
miskin tetapi berakal budi, dari pada kaya tetapi tidak berakal budi. Akal budi
adalah hikmat. Hikmat adalah kekayaan, seperti hikmat Salomo adalah kekayaan
baginya.
Kaya tetapi mengabaikan didikan, sehingga ia hidup sesuai
kebenaran diri sendiri, tidak sesuai dengan kebenaran salib, maka akan
mendatangkan kemiskinan dan cemooh.
Lebih jauh kita melihat ...
Amsal 6: 9-11
(6:9) Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan
bangun dari tidurmu?
(6:10) "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan
sebentar lagi untuk tinggal berbaring"
(6:11) maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan
kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Si pemalas itu; Tidur
sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk
tinggal berbaring.
Demikianlah hari-harinya tanpa ada kegiatan secara
rohani.
Kegiatan rohani/pelayanan di tengah-tengah ibadah-ibadah
dalam kandang penggembalaan adalah untuk memperoleh
kekayaan sorgawi.
Setiap orang yang bekerja, akan memperoleh
upah. Jadi, setiap orang tidak
boleh malas, masing-masing harus menggarap
dan mengerjakan tanah/ladang rohaninya, supaya ia akan kenyang dengan
makanan.
Oleh sebab itu, janganlah kerajinan itu
menjadi kendor, layanilah Tuhan dengan roh yang menyala-nyala. Semakin banyak
kita bekerja untuk Tuhan, semakin banyak upah yang akan kita terima.
Oleh karena kemalasan (ayat 11), maka datanglah;
-
Kemiskinan kepadamu seperti
seorang penyerbu.
Ketika musuh
menyerbu, apa yang kita perbuat? Tentu lari, sebab kalau kita mempertahankan
diri, kita akan mati.
Orang yang lari
meninggalkan Tuhan, tidak akan mendapat apa-apa,
semuanya menjadi sia-sia. Apa yang dahulu ia miliki, ia tinggalkan, semua
menjadi sia-sia.
-
Kekurangan seperti
orang yang bersenjata.
-Kalau musuh datang membawa senjata, apa yang harus kita perbuat selain
menyerah sesuai kehendak musuh = jatuh di tangan musuh. Maka, hidup seseorang
tidak lagi berarti di hadapan Tuhan, sekalipun ia kaya dan memperkaya diri dan
tidak kekurangan apa-apa.
Selain melarat, malang, miskin....
Yang kedua; BUTA.
Matius 6: 22-23
(6:22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh
tubuhmu;
(6:23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang
ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Mata adalah pelita tubuh. Jika mata baik, teranglah
seluruh tubuh. Sebaliknya, jika mata jahat, maka gelaplah seluruh tubuh.
Itulah yang dialami jemaat di Laodikia, mata mereka
menjadi jahat, berarti buta rohani, maka gelaplah seluruh tubuh.
Dalam suratan 1
Yohanes 5: 19, “Kita tahu, bahwa kita
berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.”
Mata jahat, berarti: pandangannya tidak baik = mata tertuju
pada perkara lahiriah, perkara di bawah / dunia ini, sementara dunia ini berada di bawah kuasa si jahat.
Berarti mata yang baik; memiliki pandangan nubuatan,
memandang jauh ke depan.
Tujuan akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini
adalah supaya kita menjadi pengantin perempuan, menjadi mempelai dari Anak
Domba Allah, kelak masuk dalam perjamuan kawin Anak Domba. Dan kalau hal itu
tertanam dalam kehidupan kita, berarti dengan kata lain kita memiliki pandangan
nubuatan, memandang jauh ke depan.
Orang yang memiliki pandangan nubuatan: tidak mudah
tersandung dengan segala sandungan yang ada, tidak mudah digoyahkan oleh pengaruh-pengaruh
yang tidak suci, demi akhir tujuan hidup, biarlah kita rindu menjadi pengantin
perempuan, kelak masuk dalam pesta nikah Anak Domba, bersanding dengan
Dia.
Betapa dalamnya jemaat di Laodikia dikuasai oleh
kegelapan itu, karena mereka sudah menjadi buta, mereka tidak lagi memiliki
pelita tubuh, itulah mata.
Yang ketiga: TELANJANG.
Telanjang berarti tidak berpakaian, sehingga terlihatlah
segala kekurangan dan kesalahan yang memalukan.
Adam dan isterinya menjadi telanjang karena mereka
melanggar hukum Allah. Pelanggaran hukum Allah adalah dosa, dan oleh karena dosa
inilah yang menyebabkan Adam dan isterinya menjadi telanjang.
Pada saat mereka telanjang, mereka menjadi takut, malu
dan menyembunyikan diri dibalik pepohonan di taman Eden = moralnya rusak dan tidak
memiliki mental yang kuat (mental tempe).
Melarat, malang, miskin, kemudian buta, dan telanjang,
ketiga perkara tersebut menimpa jemaat di Laodikia.
Ada orang melarat, malang, miskin, tetapi tidak buta.
Sebaliknya, ada orang buta tetapi tidak telanjang.
Tetapi jemaat di Laodikia ini, selain melarat, malang,
miskin juga buta dan telanjang, berarti, dapat kita simpulkan; betapa dalamnya
mereka berada di dalam sumur penderitaan itu, tidak dapat dibayangkan lagi.
Itulah kondisi rohani dari sidang jemaat di Laodikia.
Harta apa yang saudara miliki? Jangan bergantung
kepadanya, sebab itu yang membuat seseorang menjadi bodoh, hati jauh dari Tuhan.
Tragis sekali keadaan dari jemaat di Laodikia ini di
hadapan Tuhan? Jangan sampai hal ini menimpa kita.
Saya bersyukur kepada Tuhan, seperti yang disampaikan
oleh orang tua kami berkali-kali, lewat kesaksiannya. Dalam hal ini saya juga bersyukur karena sekalipun tidak memiliki harta kekayaan, seperti orang kaya di luaran sana, tetapi saya dipanggil dan dipilih untuk menjadi milik kesayangan-Nya,
untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Allah. Tetapi selanjutnya
kita juga harus setia sampai mati, sampai Ia datang pada kali yang kedua.
Untuk apa seseorang memiliki harta kekayaan, bahkan dunia
ini, kalau ia harus kehilangan nyawanya? Dengan apakah ia menggantikan nyawanya itu? Dapatkah nyawanya diganti dengan harta dan kekayaan?
Tetapi kalau kita harus kehilangan nyawa karena sangkal
diri dan pikul salib di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, Tuhan yang
menggantikannya, kita akan memperolehnya kembali, sebab ibadah ini mengandung
janji.
1 Timotius 4:7-8
(4:7) Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng
nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.
(4:8) Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah
itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini
maupun untuk hidup yang akan datang.
“Ibadah itu berguna dalam
segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup
yang akan datang.”
Lukas
18:29-30
(18:29) Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan
rumahnya, isterinya atau saudaranya, orang tuanya atau anak-anaknya,
(18:30) akan menerima
kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang ia akan
menerima hidup yang kekal."
Ibadah itu mengandung janji;
-
Pada masa ini akan menerima
kembali berlipat-lipat ganda.
-
Pada zaman yang akan datang, ia
akan menerima hidup yang kekal = bahagia bersama dengan Allah dalam hidup yang
kekal.
Dengan syarat, dengan rela meninggalkan:
Rumahnya, isterinya atau saudaranya,
orang tuanya atau anak-anaknya = terlepas dari ikatan
daging dan perkara-perkara lahiriah.
Ibrani 9:15
(9:15) Karena itu Ia adalah
Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil
dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus
pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan
selama perjanjian yang pertama.
Akan menerima berkat berlipat-lipat ganda untuk masa
sekarang dan untuk masa yang akan datang bahagia bersama dengan Allah di dalam kehidupan yang kekal,
dengan syarat; terlepas dari ibadah
Taurat = ibadah lahiriah.
Hukum Taurat; tangan ganti tangan, mata ganti mata, gigi
ganti gigi, artinya; kejahatan dibalas dengan kejahatan, kemudian mengasihi
sesama tetapi membenci musuh, pendeknya tidak sempurna dalam kasih.
Amsal 23:4
(23:4) Jangan bersusah
payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini.
Jangan
bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niat seperti itu = jangan ambisi
untuk menjadi kaya tetapi hati jauh dari Tuhan
Amsal
23:5
(23:5) Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah
ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali.
Kekayaan
itu tiba-tiba akan lenyap, sebab kekayaan itu bersayap, seperti itulah jadinya
bila seseorang menginginkan kekayaan dan yang hatinya jauh dari Tuhan.
Wahyu 3: 18
(3:18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku
emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian
putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang
memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Nasihat firman Tuhan kepada jemaat di Laodikia, supaya
membeli 3 hal dari Tuhan.
Yang pertama: Emas yang telah
dimurnikan dalam api.
Tujuannya; agar jemaat di Laodikia menjadi kaya.
Yang kedua: Pakaian putih.
Tujuannya; supaya mereka memakainya, agar jangan
kelihatan ketelanjangan yang
memalukan itu.
Yang ketiga: Minyak.
Tujuannya: untuk melumas mata, supaya jemaat di Laodikia
dapat melihat, tidak lagi buta.
Minggu yang akan datang kita akan kembali memperhatikan Wahyu 3:17-18, secara khusus ayat 18
ini, supaya kita hidup di dalam kasih karunia demi kasih karunia.
Biarlah setiap orang mengerjakan tanahnya dengan baik supaya menjadi tanah yang subur, berarti mengijinkan hati kita
digarap, dikerjakan oleh firman Tuhan, supaya benih yang ditaburkan itu
bertumbuh, berakar dan menghasilkan buah yang baik.
Buah yang kita peroleh juga merupakan kekayaan rohani /
harta sorgawi.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang