IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 01 MEI 2015
“DARI KITAB MALEAKHI”
Subtema: JANGAN
SUJUD MENYEMBAH PATUNG BERHALA
Shalom...
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih sayang
dan kasih setia Tuhan yang abadi, yang memungkinkan kita untuk melangsungkan ibadah
Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk
Ibadah Pendalafman Alkitab dari KITAB MALEAKHI.
Malam ini kita hanya memperhatikan ayat 18.
Maleakhi 3: 18
(3:18) Maka kamu akan melihat kembali perbedaan
antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah
kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya.
Kita dapat melihat perbedaan antara orang benar dan orang
fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah
kepada-Nya.
Orang benar =
orang yang beribadah kepada Allah.
Orang fasik =
orang yang tidak beribadah kepada Allah.
Saat ini kita tidak dapat mengatakan bahwa ibadah kita
lebih benar dari pada ibadah-ibadah yang lain, untuk menunjukkan perbedaan itu,
namun satu hal yang patut kita syukuri
adalah sejauh ini kita telah digembalakan oleh firman pengajaran mempelai dalam terangnya pengajaran Tabernakel, yang disebut dengan firman pengajaran yang rahasianya
dibukakan, yang berkuasa untuk mengoreksi, menyelidiki kita masing-masing dan akan
membawa kita kepada pembentukan tubuh Kristus yang sempurna/menjadi pengantin
perempuan, menjadi milik kesayangan-Nya pada hari yang disiapkan.
Sebagaimana dalam ayat
17, di mana mereka akan menjadi milik kesayangan Tuhan sendiri pada hari
yang Tuhan siapkan, yaitu mereka yang melayani dalam kesucian.
Sampai hari ini, Tuhan tidak pernah tertidur, tidak
pernah terlelap, sebab sampai hari ini Tuhan tidak berhenti bekerja, Ia sedang
menyediakan / mempersiapkan tempat sebanyak jiwa yang diselamatkan.
Mari kita lihat; PRIBADI YANG BERIBADAH KEPADA ALLAH YANG
HIDUP.
Yosua 24: 15
(24:15) Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk
beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan
beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai
Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami
akan beribadah kepada TUHAN!"
Yosua berkata kepada bangsa Israel: “Tetapi aku dan
seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”
Yosua menunjukkan sikap yang tegas kepada bangsa Israel, dalam
hal beribadah kepada Allah.
Respon bangsa Israel terhadap perkataan Yosua.
Yosua 24: 16-18
(24:16) Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada
kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!
(24:17) Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah
menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan,
dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita
sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan
di antara semua bangsa yang kita lalui,
(24:18) TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori,
penduduk negeri ini, dari depan kita. Kami
pun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita."
Bangsa Israel tidak beribadah kepada allah asing,
melainkan juga turut beribadah kepada Allah nenek moyang bangsa Israel; Allah
Abraham, Ishak, Yakub.
Kalau Yosua dan bangsa Israel harus beribadah kepada
Tuhan, itu adalah hal yang wajar, sesuai dengan alasan yang ada dalam ayat 17-18, antara lain;
1.
Allah telah menuntun bangsa Israel keluar
dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, oleh darah Anak Domba Paskah.
2.
Allah telah melakukan tanda-tanda mujizat
yang besar di depan mata mereka di tengah perjalanan.
3.
Allah telah melindungi bangsa Israel
sepanjang jalan yang mereka tempuh di antara semua bangsa yang dilalui.
4.
Allah menghalau 7 penduduk negeri tanah
Kanaan sehingga mereka boleh beribadah kepada Tuhan Allah.
Sehingga kalau kita perhatikan (Maleakhi 3:13-14), bangsa Israel menikmati semua kemurahan Tuhan; mereka
memperoleh negeri Kanaan tanpa bersusah-susah, mendiami kota-kota yang tidak didirikan, dan
menikmati kebun-kebun anggur,
menikmati kebun-kebun pohon zaitun =
menikmati segala kemurahan hati Tuhan.
Syarat beribadah kepada Tuhan.
Yosua 24: 19
(24:19) Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu:
"Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia
tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu.
Harus memperhatikan 2 hal:
1.
Dialah Allah yang kudus.
2.
Dialah Allah yang cemburu.
Kalau tidak memperhatikan 2 hal ini, maka siapapun tidak
akan sanggup beribadah kepada Allah.
Keterangan:
DIALAH ALLAH YANG CEMBURU, yang dikaitkan dengan 10 hukum Allah.
Keluaran 20: 3-5
(20:3) Jangan ada padamu allah
lain di hadapan-Ku.
(20:4) Jangan membuat bagimu
patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di
bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
(20:5) Jangan sujud
menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu,
adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya,
kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
Tuhan Allah bangsa Israel adalah Allah yang cemburu.
Kecemburuan Allah di sini bersifat prefentif, maksudnya
Allah mencegah bangsa Israel supaya jangan berbuat dosa, berbeda dengan
kecemburuan manusia daging yang adalah bodoh karena membabi-buta.
Sebagai bukti bahwa kecemburuan Allah bersifat prefentif:
YANG KETIGA: “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya” (Keluaran 20: 5).
Keluaran 32: 4-8
(32:4) Diterimanyalah
itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya
anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah
Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!"
(32:5) Ketika Harun
melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun,
katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!"
(32:6) Dan keesokan
harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban
keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian
bangunlah mereka dan bersukaria.
(32:7) Berfirmanlah
TUHAN kepada Musa: "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin
keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya.
(32:8) Segera juga
mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah
membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan
mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah
menuntun engkau keluar dari tanah Mesir."
Bangsa Israel membuat patung anak lembu emas tuangan dan
sujud menyembah kepadanya.
Sementara dalam Ulangan
20: 3-5, terkhusus ayat 5 dikatakan: “Jangan
sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya”.
Setelah dikeluarkan hukum itu, Musa menyampaikannya,
mengajarkannya kepada bangsa Israel, bahkan Allah sendiri berfirman kepada
bangsa Israel dari tengah-tengah api, ketika mereka berada di gunung Horeb (Ulangan 9: 10).
Ketika bangsa Israel sujud menyembah kepada patung anak lembu
emas tuangan, menunjukkan bahwa mereka:
-
Menyimpang dari kebenaran / melanggar hukum
yang pertama.
-
Lupa terhadap kasih setia Tuhan, yaitu kasih
karunia demi kasih karunia Tuhan yang mereka terima.
Bangsa Israel
lupa bahwa Tuhanlah yang membebaskan mereka dari Mesir.
Ada dua
sebutan Mesir, yaitu;
1.
Mesir disebut dengan rumah perbudakan.
2.
Mesir disebut dengan dapur peleburan besi, berarti sengsara tanpa akhir yang baik. Berbanding
terbalik dengan sengsara salib, dibaliknya ada kemuliaan Tuhan.
Kesimpulannya; bangsa Israel lupa kebenaran, juga lupa
kasih karunia demi kasih karunia yang diperbuat Allah kepada mereka, ini adalah
gambaran dari orang yang sombong, angkuh, lupa diri, persis seperti Lucifer. Tuhanlah
yang menciptakan para malaikat namun Lucifer lupa kepada penciptanya, sehingga
ia membuat tahta untuk menyamai takhta Allah. Pendeknya; Lucifer jatuh dalam
dosa kesombongan (keangkuhan), tetapi Lucifer tidak mendapat kesempatan untuk
diampuni. Perlu diketahui, kalau nyawa masih menyatu dengan tubuh dan darah,
dan Tuhan masih memberi waktu inilah kesempatan yang harus kita gunakan untuk bertobat.
Saya tambahkan sedikit; lupa terhadap kasih karunia dan
kebenaran, sama dengan penyangkalan terhadap Anak Manusia dan salib-Nya, sebab
dalam Injil Yohanes 1:14....”sebagai Anak Tunggal Bapa penuh kasih
karunia dan kebenaran.”
Tanda seseorang
sujud menyembah kepada berhala.
Keluaran 32: 5-6, 8
(32:5) Ketika Harun
melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun,
katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!"
(32:6) Dan keesokan
harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban
keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian
bangunlah mereka dan bersukaria.
(32:8) Segera juga
mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah
membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan
mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah
menuntun engkau keluar dari tanah Mesir."
Bangsa Israel mendirikan mezbah bagi patung anak lembu
emas tuangan selanjutnya mempersembahkan korban
bakaran dan korban keselamatan.
Keterangan: MEMPERSEMBAHKAN
KORBAN BAKARAN.
Imamat 1: 1-2, 14
(2:1) "Apabila
seseorang hendak mempersembahkan persembahan berupa korban sajian kepada TUHAN,
hendaklah persembahannya itu tepung yang terbaik dan ia harus menuangkan minyak
serta membubuhkan kemenyan ke atasnya.
(2:2) Lalu korban itu
harus dibawanya kepada anak-anak Harun, imam-imam itu. Setelah diambil dari
korban itu tepung segenggam dengan minyak beserta seluruh kemenyannya, maka
imam haruslah membakar semuanya itu di atas mezbah sebagai bagian ingat-ingatan
korban itu, sebagai korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN.
(2:14) Jikalau engkau
hendak mempersembahkan korban sajian dari hulu hasil kepada TUHAN, haruslah
engkau mempersembahkan bulir gandum yang dipanggang di atas api, emping gandum
baru, sebagai korban sajian dari hulu hasil gandummu.
Korban bakaran yang harus dipersembahkan kepada Tuhan
antara lain; lembu sapi, kambing domba yang terbaik, ataupun burung
tekukur/merpati.
Lebih jauh kita melihat tentang korban bakaran...
Imamat 6: 8-9
(6:8) TUHAN berfirman
kepada Musa:
(6:9)
"Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang korban
bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah
semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala di
atasnya.
Korban bakaran itu harus tinggal di atas perapian di atas
mezbah semalam-malaman sampai pagi, berarti sampai hangus, menunjuk pada kasih Allah.
Dalam Injil Yohanes
2: 17, ....“Cinta untuk rumah-Mu
menghanguskan Aku”.
Berarti mempersembahkan korban bakaran kepada berhala
artinya; rela berjuang, berkorban bahkan sampai hangus untuk berhala.
Sesungguhnya, berjuang, berkorban untuk berhala, untuk
sesuatu yang tidak penting, adalah suatu kebodohan dan kesia-siaan, sebagaimana
dalam perkataan Rasul Paulus.
1 Korintus 13: 1-3
(13:1) Sekalipun aku
dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika
aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang
yang gemerincing.
(13:2) Sekalipun aku
mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan
memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna
untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama
sekali tidak berguna.
(13:3) Dan sekalipun
aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku
untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada
faedahnya bagiku.
Kalau tidak mampu mengasihi Tuhan sampai hangus, maka
apapun yang kita kerjakan, apapun yang kita perbuat; tidak ada artinya,
sekalipun dengan perjuangan dan pengorbanan yang besar.
Ada 4 hal pengorbanan, perjuangan namun akhirnya menjadi
sia-sia, antara lain;
1.
Sekalipun seseorang dapat berkata-kata dengan
semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika ia tidak mempunyai kasih
= gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Gong yang
berkumandang dan canang yang gemerincing, tidak dapat mengikuti tinggi
rendahnya suatu nada dan naik turunnya suatu irama lagu = tanpa kasih, sebab
naik turun artinya; mati dan bangkit.
2.
Sekalipun seseorang mempunyai karunia untuk
bernubuat dan mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan, namun
kalau tidak ada kasih: semuanya menjadi sia-sia, ini menunjuk kepada seorang
(hamba Tuhan) pemberita firman, namun hidup tanpa kasih.
3.
Sekalipun seseorang memiliki iman yang
sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika ia tidak mempunyai kasih, ia
sama sekali tidak berguna bagi Allah = sia-sia. Berarti mujizat tanpa kasih
adalah kesia-siaan.
4.
Sekalipun seseorang membagi-bagikan segala
sesuatu yang ada padanya, bahkan menyerahkan tubuh untuk dibakar, tetapi jika
ia tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak berfaedah bagi Allah.
Kalau hanya berjuang berkorban kepada allah yang mati,
berjuang untuk sesuatu yang tidak penting, semua itu tidak berarti bagi Tuhan.
Banyak orang di luar Tuhan berjuang, berkorban untuk
sesuatu yang tidak penting, kalau sidang jemaat lebih mengutamakan pekerjaan
dari pada ibadah dan pelayanan, semua itu tidak berfaedah, tidak berguna, dan
tidak berarti bagi Tuhan. Sepertinya toleran kepada sesama, tetapi kalau tidak
ada kasih, semuanya sia-sia, tidak ada artinya.
Saya tandaskan sekali lagi: menyembah berhala dan
mempersembahkan korban bakaran kepada berhala adalah kesia-siaan.
Jangan sampai kita berjuang untuk berhala dan untuk sesuatu
yang tidak penting.
Penyetaraan dari
kesia-siaan itu.
Mazmur 127: 1-2
(127:1) Nyanyian
ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang
yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal
berjaga-jaga.
(127:2) Sia-sialah
kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang
diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya
pada waktu tidur.
Ada 3 kesia-siaan:
YANG PERTAMA: Sia-sialah orang yang membangun rumahnya
jikalau tanpa kasih Allah.
Rumah à gereja Tuhan, kehidupan pribadi lepas pribadi.
Kalau kita beribadah melayani kepada Tuhan, untuk
membangun rumah rohani (pribadi lepas pribadi), tetapi kalau kita tidak
memiliki kasih, itu semua menjadi sia-sia.
YANG KEDUA: Sia-sialah orang yang mengawal kota (pengawal
yang berjaga-jaga) jikalau tanpa kasih Tuhan.
Sehebat apapun seseorang untuk mengawal yang dijaganya,
tetapi jikalau tanpa kasih Tuhan, semuanya menjadi sia-sia.
YANG KETIGA: Sia-sialah orang yang makan roti yang
diperoleh dengan susah payah.
Susah payah = bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai
jauh malam hanya untuk mencari sesuap nasi / bangun pagi pulang malam untuk
sesuap nasi.
Bandingkan dengan orang yang memiliki kasih: Allah memberikannya
hanya kepada orang yang dicintai-Nya pada waktu tidur, mereka itulah orang yang
memiliki kasih.
Tidur artinya; satu dalam pengalaman kematian = daging
tidak bersuara lagi.
Bukan tidak boleh untuk melakukan aktifitas di atas muka
bumi ini, tetapi jikalau sesuatu hal / perkara itu membuat kita jauh dari
Tuhan, maksudnya, jauh dari ibadah dan pelayanan, itu semua adalah kesia-siaan,
karena tanpa kasih Allah.
Keterangan: MEMPERSEMBAHKAN
KORBAN KESELAMATAN.
Imamat 3: 1, 3, 7-9
(3:1) "Jikalau
persembahannya merupakan korban keselamatan, maka jikalau yang
dipersembahkannya itu dari lembu, seekor jantan atau seekor betina, haruslah ia
membawa yang tidak bercela ke hadapan TUHAN.
(3:3) Kemudian dari
korban keselamatan itu ia harus mempersembahkan lemak yang menyelubungi isi
perut, dan segala lemak yang melekat pada isi perut itu sebagai korban
api-apian bagi TUHAN,
(3:7) Jikalau ia
mempersembahkan seekor domba sebagai persembahannya, ia harus membawanya ke
hadapan TUHAN.
(3:8) Lalu ia harus
meletakkan tangannya ke atas kepala persembahannya itu dan menyembelihnya di
depan Kemah Pertemuan, lalu anak-anak Harun harus menyiramkan darahnya pada
mezbah sekelilingnya.
(3:9) Kemudian dari
korban keselamatan itu ia harus mempersembahkan lemaknya sebagai korban
api-apian bagi TUHAN, yakni segenap ekornya yang berlemak yang harus dipotong
dekat pada tulang belakang, dan lemak yang menyelubungi isi perut, dan segala
lemak yang melekat pada isi perut itu,
Mempersembahkan sebagai korban keselamatan, tidak
ditentukan jantan atau betina, baik itu dari lembu sapi atau kambing domba,
tetapi yang terpenting adalah: mempersembahkan
segala lemak sebagai korban api-apian bagi Tuhan.
Imamat 6: 12
(6:12) Api yang di
atas mezbah itu harus dijaga supaya terus menyala, jangan dibiarkan padam.
Tiap-tiap pagi imam harus menaruh kayu di atas mezbah, mengatur korban bakaran
di atasnya dan membakar segala lemak korban keselamatan di sana.
Segala lemak yang dibakar merupakan korban keselamatan
kepada Allah.
Mazmur 63: 6
(63:6) Seperti dengan
lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai
mulutku memuji-muji.
Bibir yang bersorak-sorai, mulut memuji-muji Allah =
lemak yang dipersembahkan di atas mezbah.
Oleh sebab itu, setiap kita beribadah kepada Tuhan, saat
kita bernyanyi, biarlah bibir kita betul-betul bersorak-sorai bagi Tuhan, mulut
betul-betul memuji-muji Tuhan. Jangan menahan diri saat bersorak-sorai, memuji
Tuhan.
Imamat 3: 16
(3:16) Imam harus
membakar semuanya itu di atas mezbah sebagai santapan berupa korban api-apian
menjadi bau yang menyenangkan. Segala lemak adalah kepunyaan TUHAN.
Segala lemak adalah kepunyaan Tuhan, dan itu harus
dipersembahkan sebagai korban api-apian, menjadi bau yang menyenangkan hati
Tuhan.
Imamat 7: 23-25
(7:23) "Katakanlah
kepada orang Israel: Segala lemak dari lembu, domba ataupun kambing janganlah
kamu makan.
(7:24) Lemak bangkai
atau lemak binatang yang mati diterkam boleh dipergunakan untuk segala
keperluan, tetapi jangan sekali-kali kamu memakannya.
(7:25) Karena setiap
orang yang memakan lemak dari hewan yang dipergunakan untuk mempersembahkan
korban api-apian bagi TUHAN, nyawa orang yang memakan itu, haruslah dilenyapkan
dari antara bangsanya.
Setiap orang memakan lemak dari hewan yang dipergunakan
untuk mempersembahkan korban api-apian bagi TUHAN, nyawa orang yang memakan
itu, haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya.
Saudaraku, kiranya kita dengan segala kerelaan hati mempersembahkan
lemak itu sebagai korban api-apian yang baunya menyenangkan hati Tuhan, jangan
menahan diri untuk memuji Tuhan, sebab orang yang memakan lemak yang
dipergunakan sebagai korban api-apian bagi Tuhan = memuliakan diri sendiri, dan
orang semacam ini harus dilenyapkan.
Apapun tugas di tengah-tengah pelayanan, harus turut memuji
Tuhan, tidak boleh menahan diri.
Namun yang menjadi persoalan adalah; bangsa Israel
mempersembahkan korban keselamatan kepada berhala. Berarti, mulut
membesar-besarkan allah asing, membesar-besarkan sesuatu yang tidak penting.
Aturan/hukum saat
mempersembahkan korban keselamatan.
Imamat 7: 11-13
(7:11) "Inilah
hukum tentang korban keselamatan, yang harus dipersembahkan orang kepada TUHAN.
(7:12) Jikalau ia
mempersembahkannya untuk memberi syukur, haruslah beserta korban syukur itu
dipersembahkannya roti bundar yang tidak beragi yang diolah dengan minyak, dan roti
tipis yang tidak beragi yang diolesi dengan minyak, serta roti bundar
dari tepung yang terbaik yang teraduk, yang diolah dengan minyak.
(7:13) Ia harus
mempersembahkan persembahannya itu beserta dengan roti bundar yang beragi, di
samping korban syukur yang menjadi korban keselamatannya.
Ketika mempersembahkan korban keselamatan yang disertai
dengan ucapan syukur, hukumnya adalah haruslah dipersembahkan dengan:
Yang pertama: “roti bundar yang
tidak beragi yang diolah dengan minyak.”
Artinya; mengasihi dengan kasih yang tidak
putus-putusnya.
Yang kedua: “roti tipis yang
tidak beragi yang diolesi dengan minyak.”
Artinya; harus disertai dengan kerendahan hati.
Yang ketiga: “roti bundar dari
tepung yang terbaik yang teraduk, yang diolah dengan minyak.”
Artinya; kasih yang disertai dengan perjuangan dan
pengorbanan.
Tetapi semua itu dipersembahkan hanya kepada berhala, ini
merupakan kesia-siaan.
Seringkali kita berbuat seperti ini; untuk pekerjaan, untuk
mencari sesuap nasi, untuk kesibukan-kesibukan yang ada di dunia ini, kita
berjuang dan berkorban, bahkan kita kerahkan segenap hati, pikiran, kekuatan kita, tetapi sebaliknya, untuk Tuhan, yaitu ibadah
dan pelayanan, sering kali kita kecilkan, diabaikan.
Ini adalah aturan yang salah, ini adalah hukum yang
salah.
Banyak orang ingin mengejar gelar, kedudukan, jabatan,
harta, kekayaan, mencari uang sebanyak mungkin, mereka mengasihinya dengan luar
biasa, mereka merendahkan dirinya untuk itu, tetapi mereka tidak melakukannya
untuk Tuhan, persis seperti ahli Taurat dan orang Farisi, mereka tidak adil,
berlaku curang dihadapan Tuhan.
Matius 23: 23
(23:23) Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar,
tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan
belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan
diabaikan.
Ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak berlaku adil di
hadapan Tuhan, sebab mereka mempersembahkan segala persepuluhan kepada Tuhan,
tetapi yang terpenting dari hukum Taurat diabaikan, yaitu keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan.
Seharusnya yang
satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Bagus jika seseorang mempersembahkan persepuluhan, tetapi
yang terpenting dari hukum Taurat
janganlah diabaikan, keduanya harus sama – sama dikerjakan.
Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak
mampu mengerjakannya bersama-sama karena mereka munafik.
Munafik: di luar dan di dalam tidak sama; di luar
terlihat baik, tetapi di dalamnya penuh dengan kejahatan, persis seperti
kuburan; luarnya dilabor putih, tetapi di dalamnya penuh dengan tulang belulang
yang berbau busuk.
Dampak negatif
menyembah berhala.
Keluaran 32: 7
(32:7) Berfirmanlah
TUHAN kepada Musa: "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin
keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya.
Bangsa Israel telah rusak
lakunya karena mereka membuat patung anak lembu emas tuangan, kemudian mendirikan
mezbah baginya, dan sujud menyembah kepadanya, serta mempersembahkan korban
bakaran dan korban keselamatan.
Ulangan 9: 12
(9:12) Lalu
berfirmanlah TUHAN kepadaku: Bangunlah, turunlah dengan segera dari sini, sebab
bangsamu, yang kaubawa keluar dari Mesir, telah berlaku busuk; mereka
segera menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah
membuat patung tuangan.
Di sini dikatakan: “berlaku
busuk”.
Ini sama seperti binatang yang telah mati berhari-hari
sampai akhirnya busuk. Kalau bangkai sudah busuk, maka lama kelamaan ia akan
berulat/belatung. Jadi berlaku busuk, maksudnya; hatinya sama seperti ular
gambaran Iblis/Setan.
Sehingga mereka segera menyimpang dari jalan yang
diperintahkan oleh Tuhan yang disampaikan oleh Musa dan juga oleh Allah dari tengah-tengah
api di gunung Horeb.
Bukti laku mereka
rusak/berlaku busuk.
Keluaran 32: 6
(32:6) Dan keesokan
harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban
keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian
bangunlah mereka dan bersukaria.
Duduklah bangsa itu untuk makan dan minum, kemudian bangunlah mereka dan bersukacita.
Pendeknya; bangsa Israel jatuh dalam dosa makan minum,
berarti rusak lakunya/berlaku busuk.
Matius 24: 37-38
(24:37) "Sebab
sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan
Anak Manusia.
(24:38) Sebab
sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan
mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera,
Sebagaimana halnya pada zaman Nuh, kejadian yang sama
akan terjadi di hari-hari terakhir menjelang datangnya Tuhan pada kali
yang kedua, banyak orang dikuasai dosa makan dan minum.
Dosa makan dan minum adalah; dosa merokok, narkoba,
sabu-sabu, minum-minuman keras.
Kalau seseorang dikuasai dosa makan dan minun, otomatis
akan dilanjutkan dengan dosa kawin dan
mengawinkan, itu adalah dosa kenajisan (sex bebas).
Pada zaman Nuh sebelum air bah itu terjadi, semua
anak-anak manusia kawin dan mengawinkan, mengambil siapa saja perempuan yang
dia sukai (Kejadian 6:9-22).
Hari-hari ini dosa sex bebas semakin marak, demikian
halnya sekte/ajaran setan di dalamnya terjadi sex bebas, bahkan tukar menukar
pasangan pun disahkan.
Bagi dunia, ini adalah
sesuatu yang biasa, bahkan kawin mengawinkan pun sesuatu yang biasa. Demikian
juga dengan orang yang jatuh dalam dosa yang sama, itu adalah hal yang sepele
baginya.
Oleh sebab itu, jikalau di dalam hati anak-anak Tuhan ada
keinginan sedikitpun, berarti lakunya sudah mulai rusak. Kalau ada keinginan
dalam hati, jangan dilanjutkan, supaya jangan terlanjur-lanjur/kebablasan.
Percayalah, kenikmatan sesaat (dosa makan minun, kawin-mengawinkan) menimbulkan
ratap tangis dan dukacita, itu merupakan tipu muslihat dari Iblis/Setan.
Keluaran 32: 17-18
(32:17) Ketika Yosua
mendengar suara bangsa itu bersorak, berkatalah ia kepada Musa: "Ada bunyi
sorak peperangan kedengaran di perkemahan."
(32:18) Tetapi jawab
Musa: "Bukan bunyi nyanyian kemenangan, bukan bunyi nyanyian kekalahan -- bunyi
orang menyanyi berbalas-balasan, itulah yang kudengar."
Musa mendengarkan dari atas gunung, dari perkemahan
bangsa Israel: “bunyi orang menyanyi
berbalas-balasan” = tidak ada yang menang, tidak ada yang kalah, arti
rohaninya; jatuh dalam dosa kenajisan / sex bebas (kawin-mengawinkan).
Sedangkan, Yosua mendengar ada bunyi sorak peperangan kedengaran
diperkemahan bangsa Israel, berbeda dengan apa yang didengar oleh Musa.
Dalam peperangan, pasti ada yang menang, ada yang kalah.
Kita semua adalah laskar Kristus, pejuang iman, bukan melawan darah daging,
melainkan melawan penghulu di udara yang gelap, itulah roh jahat dan roh najis.
Kalau kita berperang membawa nama Tuhan, kita akan
berkemenangan.
Tetapi Yosua mendengar
suara bangsa itu bersorak, berkatalah ia kepada Musa: "Ada bunyi sorak
peperangan kedengaran di perkemahan." Yosua salah menilai karena ia
masih minim pengalaman di tengah-tengah ibadah pelayanan, tetapi Musa, sebagai
gembala yang baik dan berpengalaman, mengajarkan Yosua hal-hal yang baik.
Di tengah-tengah kandang penggembalaan, dalam ibadah,
Tuhan mengajarkan hal-hal yang baik supaya berjuang melawan penghulu di udara. Tetapi
kalau kita berjuang, berkorban bahkan merendahkan diri untuk berhala sesuai
dengan firman di atas tadi, maka akan berujung pada dosa kenajisan.
Saya berkali-kali
berkata: tidak ada seorang pun manusia yang dapat mempertahankan kesuciannya,
jikalau ia jauh dari Tuhan. Sehebat apapun seseorang, setinggi apapun kedudukan
seseorang, itu tidak cukup membuat ia kudus di hadapan Tuhan. Sehebat apapun seorang
motivator, ia tidak akan sanggup membuat seseorang suci di hadapan Tuhan,
kecuali jika ia tergembala dalam kandang penggembalaan, karena di dalam kandang
penggembalaan, seseorang akan mendapat/menerima ajaran yang benar seperti Yosua.
Keluaran 22: 20
(22:20) Siapa yang
mempersembahkan korban kepada allah kecuali kepada TUHAN sendiri, haruslah ia
ditumpas."
Siapa yang sujud menyembah kepada allah asing, allah lain
dan mempersembahkan korban kepadanya, ia harus ditumpas habis. Inilah 1 dari 3
perbuatan keji.
Itu sebabnya kalau kita perhatikan dalam kitab Wahyu 21:8 dan Wahyu 22:15 ... sihir, penyembahan
berhala, dusta... tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga.
Itu sebabnya saya berani berkata: barangkali saat ini
kita tidak dapat menunjukkan bahwa ibadah kitalah paling benar dari ibadah
orang lain, tetapi yang bisa saya sampaikan pada malam ini adalah kita patut
bersyukur karena kita menikmati firman pengajaran mempelai yang membawa kita
menjadi pengantin Kristus (Wahyu 19:6-9).
Jadi, kalau kita membuat patung dan mendirikan mezbah
baginya, lalu sujud menyembah dan mempersembahkan korban, maka orang semacam
ini tidak akan masuk dalam Kerajaan Sorga.
Kalau seseorang
menomorsatukan hal-hal lahiriah dari pada ibadah dan pelayanan, saya yakin dan
saya pastikan ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga, sesuai dengan
pernyataan firman Allah.
Ulangan 9: 13-14
(9:13) Lagi TUHAN
berfirman kepadaku: Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah
bangsa yang tegar tengkuk.
(9:14) Biarkanlah Aku,
maka Aku akan memunahkan mereka dan menghapuskan nama mereka dari kolong
langit; tetapi dari padamu akan Kubuat suatu bangsa yang lebih berkuasa dan
lebih banyak dari pada bangsa ini.
Oleh karena penyembahan berhala, Tuhan berencana untuk
memunahkan mereka dan menghapuskan nama mereka dari kolong langit, sesuai
dengan pernyataan Tuhan dalam Keluaran
32:31-33.
Di situlah Musa memohon supaya bangsa itu jangan menjadi
cemooh bagi bangsa-bangsa lain, dan ia tidak mau membiarkan jiwa-jiwa itu jauh
dari Tuhan, apalagi namanya dihapuskan dari kitab kehidupan.
Pendeknya; sujud menyembah kepada berhala dan
mempersembahkan segala korban, akan berujung kepada kebinasaan.
Ciri-ciri rusak
lakunya.
Yang pertama.
Keluaran 32: 4, 8
(32:4) Diterimanyalah
itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya
anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah
Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!"
(32:8) Segera juga
mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah
membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan
korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau
keluar dari tanah Mesir."
Harun berkata: “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah
menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!”
Perkataan ini menunjukkan bahwa bangsa Israel menjadi bodoh,
tidak mengerti firman Allah sebab 10 hukum yang tertulis pada 2 loh batu,
terkhusus hukum yang pertama (Keluaran
20: 2), bunyinya adalah; “Akulah
Tuhan Allahmu yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir dari tempat
perbudakan.”
Kalau seseorang tidak mengerti firman, ia pasti menjadi
bodoh. Salomo memiliki hikmat dan pengertian, bagaikan pedang yang tajam, menusuk
amat dalam, untuk menyelidiki segala sesuatu yang terkandung dari apa yang
tidak dapat dilihat oleh mata manusia.
Barangkali seseorang paham tentang sesuatu perkara yang
ada di bumi, tetapi kalau ia mengabaikan firman Tuhan, maka; ia buta dan bodoh
tentang kebenaran.
Matius 13: 4, 19
(13:4) Pada waktu ia
menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya
sampai habis.
(13:19) Kepada setiap
orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya,
datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah
benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
Mendengar firman tetapi tidak sampai mengerti = bodoh à
kerohanian yang di pinggir jalan = di luar Tuhan.
Di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa, menjadi
bodoh, persis seperti bangsa Israel .
Biarlah kita mengerti setiap firman yang kita dengar,
supaya kita dapat menikmati kasih Allah.
Yang kedua.
Keluaran 32: 9
(32:9) Lagi firman
TUHAN kepada Musa: "Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka
adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk.
Bangsa Israel adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk.
Tegar tengkuk: seperti leher terbuat dari tembaga (dalam
bahasa lain) sehingga tidak dapat menundukkan kepala = tidak dapat merendahkan
diri di hadapan Tuhan.
Yesaya 48: 4-7
(48:4) Oleh karena Aku
tahu, bahwa engkau tegar tengkuk, keras kepala dan berkepala batu,
(48:5) maka Aku
memberitahukannya kepadamu dari sejak dahulu; sebelum hal itu menjadi
kenyataan, Aku mengabarkannya kepadamu, supaya jangan engkau berkata: Berhalaku
yang melakukannya, patung pahatanku dan patung tuanganku yang memerintahkannya.
(48:6) Engkau telah mendengar
semuanya itu dan sekarang engkau harus melihatnya; tidakkah kamu sendiri mau
mengakuinya? Aku mengabarkan kepadamu hal-hal yang baru dari sejak sekarang,
dan hal-hal yang tersimpan yang belum kauketahui.
(48:7) Baru sekarang
hal-hal itu diciptakan dan bukan dari sejak dahulu, dan sebelumnya engkau tidak
mendengarnya, supaya jangan engkau berkata: Memang aku telah mengetahuinya!
Bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, keras
kepala, berkepala batu, susah diubahkan, berarti tidak mau merendahkan dirinya
dihadapan Tuhan.
Keadaan orang yang
tegar tengkuk:
1.
Suka mengandalkan kekuatan sendiri, kemampuan
sendiri, apapun yang ia miliki / memberhalakan segala kelebihan-kelebihannya.
2.
Tidak mau mengakui segala kebaikan dan
kemurahan Tuhan, tidak mau mengakui kasih karunia demi kasih karunia, termasuk
pembukaan rahasia firman Tuhan.
3.
Sok tahu; lebih mengetahui sekalipun belum
diajarkan.
Itulah orang yang tidak mau merendahkan diri/tegar
tengkuk dihadapan Tuhan.
Yesaya 48: 8
(48:8) Engkau tidak
mendengarnya ataupun mengetahuinya, juga telingamu tidak terbuka dari sejak
dahulu; tetapi Aku telah mengetahui, bahwa engkau berbuat khianat
sekeji-kejinya, dan bahwa orang menyebutkan engkau: pemberontak sejak dari
kandungan.
Mengakui apa yang tidak dilakukannya = pemberontak sejak
dari kandungan.
Segala sesuatu yang kita miliki, yang kita peroleh, dan
akhirnya kita dimampukan untuk melayani Tuhan, kalau tidak diakui, itu
menunjukkan kalau ia adalah orang yang tegar tengkuk, orang yang tidak mau
merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Yang ketiga
Keluaran 32: 25
(32:25)
Ketika Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang--sebab
Harun telah melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan mereka—
Seperti kuda
terlepas dari kandang, artinya; liar tidak tergembala, karena lebih
mengikuti hawa nafsu dan keinginan daging / kekuatannya sendiri / mengandalkan
manusia daging.
Kuda adalah gambaran dari kekuatan.
Yesaya 31: 1
(31:1) Celakalah
orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda,
yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda
yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus,
Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN.
Minta tolong ke Mesir, yang mengandalkan kuda-kuda Mesir,
tetapi tidak memandang kepada Allah, tidak mencari Tuhan = liar tidak
tergembala.
Yesaya 31: 3
(31:3) Sebab orang
Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang
lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tangan-Nya,
tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya
habis binasa bersama-sama.
Kalau jauh dari Tuhan, liar tidak tergembala; suatu kali
kelak mereka akan jatuh dan tergelincir dan ujung-ujungnya binasa, sebab orang
Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang
lemah, bukan roh yang berkuasa, sedangkan Roh Allah memampukan kita untuk
beribadah dan melayani Dia, sesuai dengan bunyi firman Tuhan yang mengatakan; “bukan karena gagah hebat dan kuatnya
melainkan oleh Roh Tuhan.”
Kesimpulannya; bangsa Israel sangat terpuruk dan mereka
harus dibinasakan.
JALAN KELUARNYA....
Keluaran 32: 19
(32:19) Dan ketika ia
dekat ke perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang menari-nari,
maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan
dipecahkannya pada kaki gunung itu.
Oleh karena penyembahan berhala bangsa Israel, 2 loh batu
yang berisikan 10 hukum Allah dipecahkan di hadapan bangsa Israel.
10 hukum Allah adalah firman Allah. Yesus Kristus adalah
firman Allah yang menjadi manusia, Ia telah disalibkan berarti tubuh-Nya
diserahkan bagi kita di atas kayu salib = roti yang dipecah-pecahkan. Jadi,
oleh karena penyembahan berhala bangsa Israel, Yesus menjadi korban di atas
kayu salib.
ADA 3 KALI PEMECAHAN ROTI , yaitu;
Pemecahan roti
pertama.
Matius 14: 17-19
(14:17) Jawab mereka:
"Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan."
(14:18) Yesus berkata:
"Bawalah ke mari kepada-Ku."
(14:19) Lalu
disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti
dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu
memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu
murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.
Yesus memberi makan 5000 laki-laki dengan 5 roti dan 2
ikan.
Syaratnya: Yesus memerintahkan orang banyak itu duduk di rumput, artinya; tergembala
dengan baik dalam satu kandang penggembalaan. Rumput menunjuk kepada padang
penggembalaan.
Kalau saya dan saudara tergembala dengan baik, akan
terlihat dengan jelas 2 hal (Yohanes
10:3-4):
1.
Domba-domba mendengar suara gembala=
dengar-dengaran. Dengar-dengaran berarti tidak akan mendengar suara asing.
Sedangkan dengar-dengaran adalah gambaran dari tanah yang subur / tanah yang
baik.
2.
Mengikuti gembala.
Sejauh ini
kita telah digembalakan oleh firman pengajaran mempelai dalam terangnya
pengajaran Tabernakel yang membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh Kristus
yang sempurna / menjadi pengantin perempuan.
Matius 14: 14
(14:14) Ketika Yesus
mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah
hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang
sakit.
Pemecahan roti yang pertama adalah belas kasih Tuhan kepada kita.
Kalau kita tergembala dengan baik itu merupakan belas
kasih Tuhan. Sebaliknya, ketika seseorang jauh dari kandang penggembalaan /
liar maka ia jauh dari belas kasih Tuhan, jauh dari kemurahan Tuhan.
Persis seperti bayi Musa yang diambil dari sungai Nil
karena belas kasih. Dalam sungai Nil banyak buaya, gambaran dari Firaun. Kalau
kita jauh dari penggembalaan, mulut buaya siap menerkam, menghabisi kita semua.
Pemecahan roti kedua.
Matius 15: 34-36
(15:34) Kata Yesus
kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab
mereka, "dan ada lagi beberapa ikan kecil."
(15:35) Lalu Yesus
menyuruh orang banyak itu duduk di tanah.
(15:36) Sesudah itu Ia
mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya
dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya
pula kepada orang banyak.
Yesus memberi makan 4000 orang laki-laki, dengan 7 roti yang
dipecah-pecahkan dan beberapa ikan.
Syaratnya: Yesus memerintahkan mereka duduk di tanah, artinya; merendahkan
diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan = menyadari diri sebagai orang berdosa
/ manusia yang hina seperti debu tanah, sedangkan Dia begitu mulia.
Kalau seseorang menyadari diri sebagai orang berdosa, ia
tidak akan mau menghakimi sesamanya / orang lain dalam kesalahannya.
Misalnya; pembunuh dengan pembunuh, tidak akan saling
membuka kedok / tidak saling mempermalukan, karena sama-sama pembunuh.
Sama halnya ketika seseorang bertobat / meninggalkan
hidup lamanya, dia adalah pribadi yang sangat menyadari diri = merendahkan diri
di hadapan Tuhan, tidak mau menunjuk dosa/kesalahan orang lain
Sebaliknya, kalau seseorang tidak menyadari diri sebagai
orang berdosa / tidak merendahkan diri dihadapan Tuhan, suka melihat kesalahan
orang lain / sesamanya, tetapi biasanya orang seperti ini, tidak menyadari
kalau kesalahannya lebih besar, persis seperti Matius 7:3.... melihat selumbar di mata orang lain, sedangkan balok
di dalam matanya sendiri tidak diketahui.
Sama seperti anjing: kembali menjilat muntahnya, tetapi juga
suka menjilat borok.
Kalau kita merendahkan diri, menyadari diri sebagai orang
berdosa, gambaran dari debu tanah, itu semua karena belas kasih Tuhan.
Matius 15: 32
(15:32) Lalu Yesus
memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan
kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak
mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti
mereka pingsan di jalan."
Yesus memberi makan orang banyak karena belas kasih Tuhan
saja. Demikian juga, kalau akhirnya kita menyadari diri sebagai orang berdosa,
merendahkan diri serendah-rendahnya, itu semua karena belas kasih Tuhan,
tujuannya: supaya tidak pingsan di
jalan.
Pingsan = tidak hidup tetapi tidak mati, arti rohaninya;
tidak menyadari diri / tidak sadarkan diri.
Itu sebabnya Yesus tidak mau menyuruh orang banyak pulang
dalam keadaan lapar, nanti mereka pingsan di jalan / tidak sampai ke rumah
masing-masing.
Demikian halnya, saat ini kita sedang berjalan menuju
rumah Bapa di Surga, jangan sampai pingsan di tengah-tengah perjalanan rohani
kita.
Pemecahan roti ketiga.
Yesus disalibkan di atas kayu salib. Inilah puncak
pemecahan roti.
Ketika Yesus disalibkan di atas kayu salib, Ia
mempersembahkan tubuh-Nya bagi kita, itulah roti yang tak beragi, tanpa dosa
keburukan dan kejahatan.
Anak Domba Paskah telah disembelih, darah-Nya tercurah
atas kita, untuk menebus dan mengampuni, untuk membenarkan dan menyelamatkan
kita.
Pemecahan roti yang ketiga bukan lagi merendahkan diri,
tetapi Yesus direndahkan / dikecilkan
dari semua pihak. Sehingga dengan demikian kita mendapatkan kehidupan yang
kekal.
Keluaran 32: 20
(32:20) Sesudah itu
diambilnyalah anak lembu yang dibuat mereka itu, dibakarnya dengan api dan
digilingnya sampai halus, kemudian ditaburkannya ke atas air dan disuruhnya
diminum oleh orang Israel.
Setelah 2 loh batu yang berisikan 10 hukum Allah
dipecahkan, selanjutnya Musa mengambil patung anak lembu emas tuangan itu, kemudian
dibakar dengan api, digiling dengan halus, ditaburkan di atas air.
Ulangan 9: 21
(9:21) Tetapi hasil
perbuatanmu yang berdosa, yakni anak lembu itu, kuambil, kubakar, kuhancurkan
dan kugiling baik-baik sampai halus, menjadi abu, lalu abunya kulemparkan ke
dalam sungai yang mengalir turun dari gunung.
Musa mengambil patung anak lembu emas tuangan kemudian
dibakar dengan api, digiling dengan halus sampai menjadi abu.
Kalau patung anak lembu emas menjadi abu, berarti tidak
ada lagi harganya / tidak berharga dihadapan Tuhan.
Debu/abu adalah makanan/santapan bagi ular.
Biarlah kita kembali pada kasih yang semula supaya kita
kembali pada wujud yang semula lewat pemecahan roti yang pertama, kedua dan
yang ketiga sebagai puncaknya; Yesus disalibkan itulah Roti yang tak beragi /
roti yang dipecah-pecahkan.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment