IBADAH
RAYA MINGGU, 13 DESEMBER 2015
JEMAAT
DI LAODIKIA
(SERI 27 )
Subtema : HENDAKLAH MENDENGAR
APA YANG DIKATAKAN ROH
Shalom...!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Kristus, dengan kasih
sayang dan kasih setia-Nya yang abadi kita dimungkinkan untuk melangsungkan
Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk
Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu
3:14-22.
Wahyu 3:21
(3:21) Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan
bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan
duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.
Kita terlebih dahulu memperhatikan kalimat: “Barangsiapa menang.”
Ini mengandung arti dua
hal, yaitu:
Yang Pertama: Jemaat di Laodikia masih
terdapat kekurangan / kelemahan. = Kalah terhadap dosa.
Kelemahan yang mendasar
dari sidang jemaat di Laodikia adalah tidak
dingin dan tidak panas = suam-suam.
Suam-suam artinya; tidak sepenuh hati mengasihi Tuhan = tidak sungguh-sungguh beribadah, melayani dan menyerahkan hidupnya kepada
Tuhan.
Penyebabnya; jemaat di Laodikia bergantung pada harta
dan kekayaan (Wahyu 3:17).
Kalau bergantung pada harta dan kekayaan = Tidak bergantung kepada kemurahan hati Tuhan = Jauh dari ibadah dan pelayanan = Jauh dari kasih karunia. Hal itu telah saya sampaikan beberapa minggu yang lalu.
Sekarang kita akan perhatikan arti....
YANG Kedua:
Tuhan
menjanjikan sesuatu perkara kepada sidang jemaat di laodikia.
Adapun janji itu adalah: “Duduk
bersama-sama dengan Dia di atas takhta-Nya.”
Dia menang maka kitapun pasti menang. Ia duduk
bersama-sama dengan Bapa-Nya
diatas takhta Bapa-Nya,
maka kitapun duduk bersama-sama dengan Dia di atas takhta-Nya.
Ini merupakan teladan yang sempurna bagi gereja Tuhan, kita patut bersyukur.
Berkat yang diterima jemaat di Laodikia ini adalah berkat yang lebih besar, oleh
karena akumulasi dari semua berkat-berkat yang
diterima oleh enam sidang jemaat sebelumnya, di mulai dari sidang jemaat di Efesus,
di Smirna sampai jemaat di Filadelfia (dari
enam sidang jemaat sebelumnya yang ada di Asia kecil), karena pada akhirnya semua mereka yang menang; akan duduk di atas takhta.
Mari kita lihat: barang siapa menang.
Wahyu 12:10
(12:10)
Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: "Sekarang telah
tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang
diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita,
yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.
Dia telah menang terhadap si pendakwa itulah; Iblis Setan (roh jahat dan roh najis), sehingga Ia memerintah
dan berkuasa.
Memerintah dan berkuasa; adalah tanda
kemenangan. Jadi
berkuasa tetapi tidak memerintah itu bukan kemenangan, bisa saja berkuasa karena ada ini dan itu.
Wahyu 12:11
(12:11) Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba,
dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka
sampai ke dalam maut.
Kalau Yesus menang maka kitapun menang.
Tadi saya sudah awali di Wahyu 3:21 tadi;
Dia menang maka kita juga menang, Dia
duduk di atas takhta Bapa-Nya
maka kita juga duduk di atas tahta-Nya. Suatu teladan yang sempurna dari Yesus Kristus.
Karena Yesus menang maka kitapun sebagai pengikut dan
sebagai orang percaya juga menang.
Kemenangan
ini kita peroleh dari:
Pertama: “Oleh darah Anak Domba.”
Jadi kemenangan seseorang itu tidak bisa lewat
kepintaran seseorang, kekayaan seseorang,
melainkan karena darah Anak Domba, karena pengorbanan-Nya, Dia telah mati di
atas kayu salib menjadi domba sembelihan.
Kalaupun kita harus menjadi tawanan roh, terikat dengan pelayanan dalam kandang penggembalaan ini dan juga banyak melakukan kegiatan-kegiatan di dalamnya, dan oleh karena semua ibadah dan pelayanan ini kita banyak
menanggung penderitaan, itu membuat kita berkemenangan, justru
ketika kita berhenti berjuang maka
kita akan kalah. Satu kali Daud tidak berjuang dia jatuh dalam dosa kenajisan.
Itu sebabnya dalam Injil Lukas di situ jelas sekali dikatakan: “Menyangkal
diri dan pikul salibnya
setiap hari”,
tidak dikatakan sangkal diri dan pikul salib tiga hari
sekali, melainkan setiap hari, supaya kita setiap hari
mengalami kemenangan.
Kedua: “Perkataan kesaksian mereka.”
Perkataan kesaksian bukan saja perkataan yang keluar dari mulut, tetapi
kesaksian hidup,
itu juga merupakan perkataan yang lebih
berkuasa.
Mari kita lihat perkataan kesaksian mereka.
2 Korintus 3:1-3
(3:1)
Adakah kami mulai lagi memujikan diri kami? Atau perlukah kami seperti
orang-orang lain menunjukkan surat pujian kepada kamu atau dari kamu?
(3:2)
Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal
dan yang dapat dibaca oleh semua orang.
(3:3)
Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh
pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang
hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam
hati manusia.
Ketika firman Allah
dimeteraikan oleh Roh Kudus
di dalam loh-loh daging , ditukik di dalam
hati, itu menunjukkan bahwa seseorang menjadi surat pujian, surat Kristus yang
dapat dibaca dan yang dapat dikenal
oleh setiap orang =
perkataan kesaksian.
Sidang jemaat di Korintus menjadi kesaksian, surat Kristus, surat pujian yang dapat dibaca dan yang dikenal oleh
setiap orang karena mereka telah
menerima pelayanan Roh.
Jemaat di Korintus telah menerima pelayanan roh bukan
pelayanan tubuh.
2 Korintus 3:4-5
(3:4)
Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus.
(3:5) Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup
untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak,
kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. mematikan, tetapi Roh menghidupkan.
Jemaat di Korintus menjadi kesaksian, karena telah menerima
pelayanan Roh, bukan pelayanan tubuh.
Pelayanan Roh = firman Allah yang kita
terima itu didengar untuk selanjutnya
dilakukan / dipraktekkan sampai mendarah daging.
Kalau pelayanan tubuh; mendengar firman Tuhan kemudian terharu dan akhirnya menangis /
sampai mencucurkan air mata, tetapi kalau tidak mengalami keubahan hidup = pelayanan tubuh.
Biarlah kiranya setiap ketekunan dalam tiga macam
ibadah pokok sesuai dengan pola kerajaan sorga
ini, kita senantiasa menikmati pelayanan Roh, supaya menjadi surat
pujian, surat
Kristus yang dapat dikenal, dibaca oleh setiap orang, baik dalam perkataan, sikap, tingkah laku dan
gerak-gerik.
2 Korintus 3:7-8
(3:7) Pelayanan yang
memimpin kepada kematian terukir dengan huruf pada loh-loh batu. Namun demikian
kemuliaan Allah menyertainya waktu ia diberikan. Sebab sekalipun pudar juga,
cahaya muka Musa begitu cemerlang, sehingga mata orang-orang Israel tidak tahan
menatapnya. Jika pelayanan itu datang dengan kemuliaan yang demikian
(3:8) betapa lebih besarnya lagi kemuliaan yang menyertai
pelayanan Roh!
Kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh itu sifatnya
kekal dan lebih besar dari pada
pelayanan tubuh.
Kalau beribadah dan
melayani dijalankan secara lahiriah saja terlihat
kemuliaannya, lebih lagi kalau kita
menjalankan ibadah dan pelayanan ini dengan
pelayanan Roh.
Coba saudara lihat, orang yang menjalankan ibadah secara
lahiriah lalu berjalan dengan orang yang tidak beribadah, pasti terlihat
kemuliaan pada orang yang menjalankan ibadah sekalipun ia menjalankan ibadah
itu secara lahiriah. Tetapi saya tidak mengajarkan sidang
jemaat untuk menjalankan ibadah dan pelayanan secara lahiriah saja, sebab kemuliaannya
hanya sebentar saja.
Yesaya 49:1-3
(49:1)
Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh!
TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari
perut ibuku.
(49:2) Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam
dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku
menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya.
(49:3) Ia berfirman kepadaku: "Engkau adalah
hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku."
Hamba Tuhan sebagai terang / kesaksian di
tengah-tengah segala bangsa
untuk menyatakan kemuliaan dan keagungan Allah. Seorang hamba Tuhan, hamba
kebenaran menjadi kesaksian;
dia telah dipanggil dari sejak
kandungan ibunya,
Keadaan
dari seorang hamba Tuhan:
-
“Ia telah membuat mulutku
sebagai pedang yang tajam.”
Jadi, perkataan-perkataan dari mulut seorang hamba Tuhan betul-betul firman, betul-betul kebenaran,
tidak bercampur-baur dengan lahiriah, dengan
yang sifatnya berbau daging.
Sesuai
dengan 1 Korintus 14 firman
nubuatan / firman yang keluar dari mulut nabi, berkuasa; membangun, menasihati dan menghibur.
Jaminannya: Berlindung dalam naungan
tangan Tuhan (dua tangan Tuhan).
Jadi
hamba Tuhan kalau
menjadi kesaksian / terang, menjadi surat Kristus,
tidak perlu takut masa depan dan segala sesuatu, jaminannya dua tangan Tuhan.
Kita
perhatikan dalam 1 Petrus 4, di situ ditulis dengan jelas: “Merendahkan
diri
di bawah
tangan Tuhan yang kuat. Kalau kita merendahkan
diri di bawah tangan Tuhan yang kuat maka dua tangan Tuhan itulah
yang menjadi jaminannya. Hamba Tuhan harus
rendah hati.
Saudaraku, seorang anak kecil
tidak berdaya dan
tidak mengerti apa-apa;
orang yang
merendahkan diri hanya menaruh harapannya
kepada Tuhan, mengandalkan dua tangan Tuhan = berada dalam
gendongan dua tangan Tuhan.
-
“Ia telah membuat aku menjadi
anak panah yang runcing.”
Anak-anak
panah -> ayat-ayat firman Allah,
berarti firman Allah itu akan mendarah daging / dimeteraikan pada loh-loh daging, ditukik
dalam hati yang membaca dan mengenal surat pujian dan surat Kristus.
Jaminannya: Menyembunyikan aku dalam
tabung panah-Nya.
Tabung -> urapan Roh Kudus.
Kehidupan yang diurapi menjadi
kesaksian dan terang, sama
seperti dalam Wahyu 5:6; tujuh mata Allah itulah tujuh Roh
Allah, yang diutus ke seluruh bumi.
Untuk menjadi kesaksian jaminannya adalah kuasa Roh Kudus,
itu sebabnya dalam kitab
Zakharia 4 dikatakan; “Bukan karena gagah hebat
dan keperkasaan namun oleh Roh-Mu Tuhan”, sehingga kita menjadi anak panah yang
runcing dapat dibaca dan dikenal, itulah kesaksian perkataan.
Inilah sebabnya yang membuat saya berani untuk
melayani Tuhan,
ada jaminan dari dua tangan Tuhan. Saya berani melayani
Tuhan, menjadi terang, Roh Kudus juga menjadi jaminannya.
Kalau ditinjau dari sudut pengetahuan, saya ini tidak
ada apa-apanya, dari awal saya menolak
panggilan itu karena saya tidak fasih lidah dan tidak pandai bicara, tetapi karena Roh Tuhan, saya berani melayani Tuhan, itulah
jaminannya.
Jadi tidak ada kata-kata saya tidak mengerti, saya tidak bisa, saya tidak
tahu, tidak ada kata-kata seperti itu,
hanya kata: Mau
menyerah atau tidak?
Kata menyerah ini
tidak mudah, ada kaitannya daging, di dalam daging ada hati perasaan dan ada harga diri, di situlah persoalannya.
Jadi tidak ada kata-kata tidak bisa, tidak mampu, semua tergantung kepada penyerahan kita kepada Tuhan.
Kita memperhatikan syarat
untuk berkemenangan:
Wahyu 12:11
(12:11)
Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian
mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.
“Tidak mengasihi nyawa
mereka sampai ke dalam maut.”
Matius 16:24
(16:24) Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku.
Syarat mengikuti dan
melayani Tuhan:
-
Sangkal
diri.
Artinya; tidak merasa bisa, tidak merasa diri mampu. Ini
penyangkalan terhadap diri.
-
Pikul
salibnya.
Salib
adalah suatu tanggung jawab yang harus
kita pikul di atas pundak kita masing-masing.
Sebagai
suami harus
bertanggungjawab kepada keluarganya.
Sebagai isteri bertanggungjawab menjadi isteri yang baik.
Sebagai anak bertanggungjawab, hormat pada orangtua.
Sebagai
hamba-hamba tunduk kepada tuannya.
Sebagai
imam-imam yang melayani di tengah-tengah ibadah
dan pelayanan di tempat ini, harus mempertanggungjawabkan segala pelayanannya
dihadapan Tuhan.
Kalau kita perhatikan Filipi 2: Anak
Allah di utus ke bumi memikul tanggung jawab yang begitu besar yang dibebankan di atas
pundak-Nya.
Sebagai
hamba-hamba mari kita memikul
salib kita masing-masing.
Salah
satu dosa terbesar adalah kalau meninggalkan kasih semula seperti jemaat di Efesus, mereka meninggalkan kasih semula, untuk
perkara lahiriah nomor satu, untuk perkara ibadah dan
pelayanan nomor
dua, tetapi ketika ada tanda darah / ada
pertobatan di situlah kita rela untuk melayani Tuhan.
Pertobatan membuat kita kembali bergairah
melayani Tuhan.
Matius 16:25
(16:25) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia
akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia
akan memperolehnya.
Perhatikan kalimat: “Barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya” artinya;
Barangsiapa tidak menyangkal dirinya dan memikul
salibnya maka ia akan kehilangan nyawanya= binasa menuju kematian, sebaliknya barangsiapa
kehilangan nyawa karena Aku,
maka ia akan memperolehnya kembali =
sangkal diri dan pikul salib.
Sebab itu ketika kita telah dipanggil, selanjutnya dipilih untuk melayani Tuhan, tidak boleh pura-pura
tidak tahu.
Saudaraku, pura-pura tidak tahu itu
penyangkalan Petrus yang pertama
terhadap salib Kristus, jangan
dipertahankan hal seperti ini.
Itu sebabnya pada Matius 16:21–22, Yesus harus pergi ke Yerusalem untuk menanggung
banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala, dan
ahli-ahli Taurat, Dia ditolak.
Jadi yang pertama-tama menanggung banyak penderitaan
adalah; mereka
yang mengambil bagian dalam pelayanan.
Kembali kita memperhatikan...
Wahyu 12:12
(12:12) Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu
sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis
telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa
waktunya sudah singkat."
Bersukacitalah
karena ibadah dan pelayanan walaupun susah
dan berat, tetap sangkal
diri dan pikul salib.
Sukacita besar akan kita peroleh kelak, tetapi “celakalah
bumi”,
manusia lahiriah yang pikirannya secara duniawi tidak memikirkan perkara di
atas, kemudian “celakalah, karena Iblis telah turun kepadamu.”
Jadi celaka ini menimpa manusia duniawi yang hanya
memikirkan perkara lahiriah, sebab Iblis berkuasa terhadap dia.
Saudaraku, manusia duniawi sama seperti debu tanah,
menjadi sasaran / makanan empuk dari pada Setan, maka adalah suatu kekeliruan kalau
seseorang jauh dari
ibadah apalagi jauh dari
pelayanan, ia akan mengalami celaka besar.
Sebab itu, sebagai seorang
gembala yang bertanggungjawab dihadapan
Tuhan, saya selalu menghimbau; tekun dalam tiga macam ibadah
pokok dan melayani Tuhan, kepada keluarga saya dan
kepada siapapun saya himbau itu,
supaya kita mengalami sukacita besar, lepas dari
celaka yang besar.
Selanjutnya kita melihat kembali keadaan dari penunggang kuda putih..
Wahyu 19:11-12
(19:11)
Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia
yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia
menghakimi dan berperang dengan adil.
(19:12)
Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota
dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali
Ia sendiri.
“Ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya
bernama: "Yang Setia dan Yang Benar" di atas kepala-Nya ada banyak
mahkota = berkemenangan itulah pribadi Yesus Kristus,
Dialah penunggang kuda putih.
Kita selidiki
dulu penunggang kuda putih ini, bernama: “YANG
SETIA.”
Dalam Amsal dikatakan; “Banyak orang mengaku diri baik tetapi orang setia siapa
yang menemukannya?” Artinya; untuk
menjadi orang yang setia itu sangat sulit.
Untuk berbuat
baik banyak orang bisa, tetapi untuk setia sampai mati,
belum tentu, banyak orang tidak bisa.
Filipi 2:5-8
(2:5)
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus,
(2:6)
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan,
(2:7)
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
(2:8)
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat
sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Hendaklah dalam hidup bersama menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus Yesus, supaya kita juga tidak hanya mementingkan diri
sendiri = terlepas dari roh egosentris.
Mari kita lihat perasaan dan pikiran yang terdapat dalam Kristus Yesus: “Tidak
mempertahankan rupa Allah.”
Berarti meninggalkan seisi sorga.
Kemudian pada saat turun ke bumi...
-
“Ia mengosongkan diri-Nya sendiri”, berarti tidak
bermegah, tidak merasa diri mampu, tidak merasa diri hebat, dan
ini menunjukkan jati diri seorang hamba Tuhan yang diurapi.
Roh
kudus itu mengalir mencari tempat yang rendah, bukan
mencari tempat yang tinggi. Kalau kita perhatikan Kejadian
1:1-2
“Roh Allah
melayang-layang di atas permukaan air.” Permukaan air adalah titik terendah, titik
nol, di situlah Roh Kudus berkuasa.
Kalau
ada seorang merasa diri bisa, merasa diri hebat, merasa diri mampu, itu tandanya dia ini adalah seorang hamba Tuhan yang
tidak urapi oleh Tuhan, sebab itu saat dengar firman Tuhan tunjukkan bahwa
engkau diurapi Roh Kudus, karena engkau kosong dan butuh firman.
Saya masih ingat ketika sekolah Alkitab, setelah beberapa
bulan, akhirnya mulai mengerti firman, tetapi saya tetap
bertanya kepada rekan siswa / siswi.
Pengurapan itu penting, bukan masalah bisa atau tidak.
-
“Mengambil rupa seorang hamba”
berarti tidak mengambil rupa seorang tuan.
Dalam
bahasa Yunani,
hamba itu dulos artinya;
tidak berhak atas diri sendiri
selain tuannya.
Sebagai contoh: Yusuf, setelah
Potifar membeli Yusuf dari saudagar-saudagar dari Midian,
maka
Yusuf menjadi hak Potifar dan Yusuf
mengabdi kepada Potifar, dia melakukan tugas-tugas
yang dipercayakan kepadanya, dia mengatur seisi rumah, sehingga
Potifar tidak perlu direpotkan untuk mengatur seisi rumahnya, kecuali mengatur makanannya sendiri, inilah seorang hamba, inilah dulos.
- a .“Menjadi manusia yang rendah
hati.”
Biarlah
kita saling merendahkan diri, satu
dengan yang lain berlomba-lomba untuk saling mendahului
memberi hormat, tidak usah gengsi
untuk merendahkan diri.
Untuk
memikul salib tidak usah gengsi, melayani tidak usah gengsi, kalau memang harus
memberi pertanggungjawaban kepada Tuhan, tidak usah gengsi.
Saudaraku, kerendahan hati Yesus Kristus
sebagai Anak Allah Ia turun ke bumi dan berada di bumi yang paling rendah, kemudian,
mengalami banyak sengsara..
Anak Allah turun ke bumi yang paling rendah....Efesus 4.
Di Injil Lukas,
Dia mengalami sengsara, itu kerendahan hati. Pengalaman kematian itu kerendahan
hati, yang diawali dengan sengsara salib.
Pada Injil Matius, sebagai seorang Rajapun Dia tetap rendah hati, alasan Dia disalib adalah
karena Dia Raja, Dia menghadapi Herodes juga bukan dengan kekuatan, itu
merupakan kerendahan hati seorang Raja.
Pada Injil Markus,
kerendahan hati
sebagai seorang hamba, telah Ia tunjukkan dengan membasuh kaki murid-murid.
Bukti
seorang hamba merendahkan diri dan memberi teladan yang baik, sesuai dengan Injil Lukas 22..
Kalau
bangsa-bangsa dan raja-raja
menguasai dunia ini, tetapi hamba
Tuhan tidak
seperti pemimpin-pemimpin dunia; “yang terbesar hendaklah menjadi yang paling muda”, minim pengalaman mau
diajar, kemudian, “pemimpin
melayani Tuhan.” Sebab
itu Yesus berkata; “bukankah Aku
berada di tengah-tengah
kamu, melayani kamu,
memberi makan dan
minum”, ini teladan hamba yang
rendah.
Banyak hamba-hamba Tuhan
tetapi tidak berlomba-lomba untuk saling
merendahkan diri.
Jadi
melayani Tuhan harus merendahkan diri. Apabila
dalam pelayanan ini ada kecongkakan, kesombongan di hati,
malam ini saya himbau mari kita saling menyadari diri,
semua itu adalah kesia-siaan, tidak
ada artinya.
b.“ Sebagai manusia yang taat.”
Taat artinya; patuh
pada ajaran yang benar.
Ketaatan
itu terlihat seperti Sarah, tunduk kepada Abraham sampai
menyebutkan suaminya Abraham itu tuan. Di dalam
ketaatan terlihat ketundukan, sebab orang yang taat patuh pada
ajaran yang benar.
Ketundukan
seorang isteri kepada suami digambarkan seperti seorang perempuan yang berambut panjang, jadi bukan terlihat
dari perhiasan secara lahiriah; rambut dikepang-kepang.
Ketika
kita tunduk, itu sangat penting sekali bagi Tuhan mengingat
para Malaikat Sorga melayani Tuhan.
Jangan sampai melayani tetapi tidak ada ketundukkan,
nanti kalah
terhadap Malaikat.
1
Korintus 11:3
(11:3) Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari
tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan
Kepala dari Kristus ialah Allah
Kepala dari tiap laki-laki adalah Kristus, kepala dari
perempuan ialah suami, kepala dari Kristus adalah Allah, ini harus kita ketahui
dengan baik, supaya kita tahu menempatkan kepala. Selama ini kita telah membuat
banyak kepala-kepala asing dalam kehidupan kita.
1
Korintus 11:4-10
(11:4) Tiap-tiap laki-laki
yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya.
(11:5) Tetapi tiap-tiap
perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung,
menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.
(11:6) Sebab jika perempuan
tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya.
Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau
dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya.
(11:7) Sebab laki-laki tidak
perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi
perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.
(11:8) Sebab laki-laki tidak
berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki.
(11:9) Dan laki-laki tidak
diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki.
(11:10) Sebab itu, perempuan
harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.
Perempuan harus memakai tanda wibawa dikepalanya
berhubung karena para Malaikat, jangan sampai para Malaikat lebih taat dari
pada pelayan-pelayan Tuhan / imam-imam. Ketundukan itu harus kita tunjukkan
kepada kepala.
Tuhan mau ajar kita supaya semakin taat dan tunduk kepada
kepala, itu tanda wibawa. Wibawa itu bukan karena seorang hamba Tuhan mengerti firman dan menunjukkan kelebihannya
itu, justru kalau seperti itu engkau kecil dimata Tuhan.
1
Korintus 12:11-13
(11:11) Namun demikian,
dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan.
(11:12) Sebab sama seperti
perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh
perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.
(11:13) Pertimbangkanlah
sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak
bertudung?
Perempuan
tidak dapat berdoa kepada Tuhan tanpa kepala yang
bertudung. Tanpa ketundukan doa seorang isteri tidak ada artinya.
Tanpa ketundukan kita kepada Tuhan, doa-doa kita kepada
Tuhan tidak ada artinya, engkau hanya tunduk kepada Tuhan, tetapi
tidak tunduk kepada kepala di bumi, tidak mungkin, itu yang
menghalangi doa.
Maka satu sisi
saya sedih dan kasihan kalau sidang jemaat tidak memiliki kepala, harusnya dia menunjukkan ketundukkan kepada kepala tetapi dia tidak mau
karena gengsi, malu, harga diri tinggi, ini adalah perbuatan yang sia-sia roh ini, harus dipatahkan.
1 Petrus 3:1-6
(3:1) Demikian juga kamu,
hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka
yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh
kelakuan isterinya,
(3:2) jika mereka melihat,
bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.
(3:3) Perhiasanmu janganlah
secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas
atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,
(3:4) tetapi perhiasanmu
ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang
berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata
Allah.
(3:5) Sebab demikianlah
caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan
yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,
(3:6) sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan
kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.
Dalam ketaatan seseorang akan terlihat ketundukkan, sama seperti Sara tunduk
kepada suaminya, itu perhiasan rohani yang paling berharga dimata Tuhan, sumbernya
dari roh yang lemah lembut dan tenteram, tidak keras kepala, tidak keras hati, tidak
sombong dan tidak suka memberontak.
Jadi kalau taat berarti terlihat ketundukkan, taat =
patuh pada ajaran yang benar, barulah doa itu didengar oleh Tuhan, maka
ketundukan sangat penting (rambut pajang),
berhubung para Malaikat.
Semakin hari saya semakin
diberi pengertian oleh pengajaran mempelai maka saya tidak mau
melepaskannya. Saya kasihan kepada mereka yang
tidak mengerti karena menolak pengajaran mempelai dalam terangnya
Tabernakel,
itulah cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, supaya kita
kembali pada wujud yang semula, sebab cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus adalah gambar Allah, maka mereka yang melepaskan pengajaran
mempelai karena
tidak mau menerima didikan dan diajar
oleh Firman Pengajaran
Mempelai, saya sangat kasihan.
Jangan
sampai kita menjalankan ibadah tetapi tidak sesuai dengan pola.
Ibadah tidak berpola banyak sekali dikerjakan oleh gereja-gereja di hari-hari ini, dengan sebutan ibadah ini dan itu, tetapi tidak sesuai dengan pola, itu bukan gambaran dan bayangan dari apa yang terdapat dalam
kerajaan sorga..... Ibrani 8:5 dan Wahyu 22:3-4.
Itu sebabnya untuk yang kesekian kali saya tidak lelah
dan capek mengatakan; saya bersyukur, semakin saya mengenal pengajaran
mempelai, semakin saya diteguhkan, seperti rembang di tengah hari, semua
semakin jelas, kerajaan sorga semakin jelas, mengingat umur dunia tidak lama
lagi, tinggal sebentar lagi, kalau kita kaitkan dengan
umur Yesus selama Dia ada di bumi ini, ini tahun 2015, berarti tinggal
18 tahun lagi.
Tetapi
saya tidak katakan itu kata Alkitab, saya hanya kaitkan dengan umur Yesus ketika di bumi, dan sudah terlihat
tanda-tanda zaman, kemudian uang itu sudah mulai mengatur kita, patung itu sudah mulai
berbicara.
Kalau
tidak dari sekarang kita lepaskan, kita lawan
suara patung bagaimana dengan kita? Kalau sudah terjadi pasar bebas, maka yang mengatur
juga uang, dan mata uang juga menjadi tunggal,
satu, tidak dua dan dia akan
berbicara sedemikan rupa.... Wahyu 13.
Kita kembali memperhatikan...
Filipi 2:8
(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan
taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Puncak dari ketaatan: “Taat sampai mati
bahkan sampai mati di atas kayu salib” = setia.
Jadi pelayanan Yesus Kristus bukan hanya sampai pada
tanda-tanda heran / mujizat, menyembuhkan yang sakit, memberikan lima roti dan
dua ikan kepada 5000 orang, tetapi taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas
kayu salib, itu puncaknya, itu klimaksnya.
Filipi 2:9
(2:9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan
Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
Itulah alasan Allah meninggikan Yesus sebagai Anak Tunggal Allah dan mengaruniakan kepada-Nya
nama di atas segala nama. Nama Yesus nama yang berkuasa.
Kita selidiki
dulu penunggang kuda putih ini, selain bernama yang setia juga bernama: “YANG
BENAR.”
Yohanes 1:1
(1:1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Kalimat pertama: “Pada mulanya adalah Firman”, kalimat
kedua: “Firman itu bersama-sama dengan Allah”, seolah-olah di sini ada dua oknum, kalimat
ketiga: “Firman
itu adalah Allah.”
Jadi rupanya satu kesatuan tidak dua dan
tiga.
Yohanes 1:14
(1:14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam
di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang
diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan
kebenaran.
Kalau firman Allah yang kita dengar kita melakuan
sampai mendarah daging, maka kita penuh dengan kebenaran.
Firman itu telah menjadi manusia / mendarah daging, itu menunjuk pribadi Yesus Kristus, Anak Tunggal Bapa.
Kita tentu harus mengetahui, banyak kebenaran di atas bumi ini, tetapi
sekarang kita melihat kebenaran yang dimaksud.
Yohanes 1:16-17
(1:16)
Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih
karunia;
(1:17)
sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran
datang oleh Yesus Kristus.
Kasih karunia dan kebenaran
datang lewat salib Kristus.
Kita dibenarkan lewat salib Kristus, berarti kebenaran
yang sejati terletak pada salib Kristus,
di luar salib tidak ada lagi kebenaran.
Kebenaran datang dari salib Kristus,
sedangkan hukum Taurat datang dari Musa.
Jadi salib Kristus adalah kebenaran yang sejati, di luar salib tidak
ada lagi kebenaran.
Berarti setiap
orang yang berada di bawah hukum Taurat menjalankan hidupnya dan pelayanannya hanya secara lahiriah, ini
bukan kebenaran.
Kita periksa lebih dalam kebenaran yang sejati
itu dalam...
1 Petrus
2:19
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang
karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia
tanggung.
Kebenaran yang sejati
adalah menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung. Kebenaran yang sejati adalah kasih karunia.
Kita sadar, betul-betul
sadar beribadah dan melayani Tuhan, dan kita melakukan segala aktifitas dan kegiatan-kegiatan
didalamnya harus dalam kesadaran penuh, sehingga ketika kita menanggung penderitaan juga harus di dalam
kesadaran.
Jangan seperti orang-orang bodoh di luaran sana,
banyak berkorban untuk hal-hal
yang tidak penting,
itu di luar kesadaran, kalau di dalam Tuhan pasti
kita sadar betul apa yang kita kerjakan.
Orang sadar hidup di dalam Tuhan, orang
yang tidak sadar; banyak berkorban
untuk hal yang tidak penting, coba
separuh pengorbanan di luar Tuhan itu dia lakukan untuk Tuhan.
Inilah kebenaran, jadi nama-Nya sesuai
dengan tabiat-Nya.
Kesimpulannya: Nama
dari penunggang kuda itu sesuai dengan tabiat-Nya, Dia setia, namanya disebut Yang Setia, Dia Yang benar karena Dia
hidup dalam kebenaran yang sejati, supaya nama Tuhan dikuduskan di bumi seperti di sorga dan kalau
kita juga berbuat baik dan benar menjaga
kekudusan pasti disebut anak-anak Tuhan.
Yesus Kristus disebut
juga Imam Besar, tugas-Nya memperdamaikan dosa. Yesus Kristus disebut Yehova Jireh sebab
di atas gunung Tuhan, Allah menyediakan, jadi nama sesuai dengan perbuatan-Nya.
Kemudian…
Wahyu 19:13
(19:13)
Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah:
"Firman Allah."
Penunggang kuda putih itu memakai jubah
yang telah dicelup dalam darah.
Imam-imam yang
melayani Tuhan mereka memakai pakaian
putih, yang disebut juga lenan
halus,
itulah perbuatan- perbuatan benar dari orang-orang
kudus (Wahyu
19:8, Keluaran
28:1-4)
Mereka itu hanya melayani di Ruangan
Suci untuk mengatur perabotan-perabotan yang ada di Ruangan Suci
dan membersihkannya,
tetapi imam besar, bukan hanya memakai dasar dari pakaiannya itulah
pakaian putih, tetapi juga memakai jubah ungu dan baju Efod dengan
lima warna.
Jubah
ungu inilah yang telah dicelupkan dalam darah,
menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Imam
Besar.
Tugas Imam
Besar.
Imamat 16:2-3
(16:2)
Firman TUHAN kepadanya: "Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia
jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan
tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku
menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian.
(16:3)
Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa
seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan
untuk korban bakaran.
Seorang imam besar harus membawa darah lembu jantan muda à korban penghapus dosa / dosa kita dihapuskan.
Kemudian membawa darah seekor
domba jantan kegunaannya; untuk korban bakaran.
Korban bakaran itu kasih kepada Allah, kasih kepada Allah
itu sampai menghanguskan tabiat daging, persis seperti potongan-potongan daging dari
korban bakaran itu diletakkan di atas mezbah korban bakaran sampai pagi,
sampai hangus.
Imamat 16:14-15
(16:14)
Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya
dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup
pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh
kali.
(16:15)
Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa
bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah
diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu
jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan
tutup pendamaian itu.
Pekerjaan dari seorang imam
besar: Membawa darah anak lembu jantan, kemudian
mengadakan tujuh kali percikan di atas tutup pendamaian dan
di depan tutup pendamaian, baik dengan darah lembu
jantan muda, baik dengan darah domba jantan muda, untuk korban penghapus dosa.
Kesimpulannya, tugas dari seorang imam
besar adalah untuk memperdamaikan dosa manusia = menjadi pendamaian antara Allah dengan
manusia di atas kayu salib.
Jadi, betul
sekali jubahnya telah dicelup dalam darah, supaya
kita akhirnya berkemenangan.
Saudaraku, Musa juga memerciki semua peralatan
yang ada di Tabernakel, pengalaman
percikan ini tidak enak, orang lain yang berbuat salah, tetapi
kita yang harus menanggungnya, kita
yang banyak menanggung penderitaan.
Kalau misalnya dalam kebenaran kita
teraniaya lalu kita mempertahankan kebenaran
itu,
berarti belum mengalami percikan darah, itu
kebenaran yang datang-Nya
dari Musa, apalagi pandai mencari alasan-alasan untuk
membenarkan diri.
Tujuh kali percikan darah di atas tutup pendamaian
itulah sengsara yang dialami Yesus Kristus, untuk menebus
dosa manusia. Sedangkan tujuh
kali percikan di depan tabut perjanjian itulah sengsara
yang dialami gereja Tuhan untuk dibawa ke
dalam kesempurnaan, untuk menjadi mempelai wanita Tuhan.
Jadi, percikan darah ini harus kita alami walau sakit bagi daging, sebab tanpa
percikan darah tidak akan mengalami kesempurnaan.
Ibrani 9:10-12
(9:10)
karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan,
hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai
tibanya waktu pembaharuan.
(9:11)
Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang
akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna,
yang bukan dibuat oleh tangan manusia, --artinya yang tidak termasuk ciptaan
ini, --
(9:12) dan Ia telah masuk satu kali untuk
selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba
jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan
dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.
Yesus adalah Imam Besar Agung, Dia telah
melintasi kemah yang lebih besar dan sempurna di atas
kayu salib, Dia banyak menanggung penderitaan untuk mendapatkan
kelepasan.
Yesus Kristus tidak membawa darah lembu jantan dan darah
domba jantan, tetapi mempersembahkan hidup-Nya di
atas kayu salib, untuk menghapus dosa
manusia.
Betapa hebatnya
darah Yesus Kristus, betapa luar biasanya pengorbanan Yesus Kristus, maka
kalau saudara tidak mengerti firman, tidak disentuh, saya
tidak mengerti, bagaimana cara saudara mendengar firman,
dan menghormati korban Kristus?
Jadi tugas
dari imam besar hanya untuk memperdamaikan dosa manusia, cukup hanya satu kali saja mempersembahkan tubuh-Nya di atas kayu salib.
Ibrani 9:13-14
(9:13)
Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu
muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,
(9:14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh
Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai
persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari
perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang
hidup.
Dia telah mempersembahkan darah-Nya, darah yang tidak bercacat cela, berkuasa; untuk
menyucikan hati nurani kita yang jahat dan menyucikan dari
perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dosa warisan, dosa
turunan.
Tujuannya: Supaya
kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.
Kalau bukan tanpa penumpahan darah kita tidak dapat beribadah kepada
Allah, tetapi puji Tuhan cukup satu kali Ia mempersembahkan tubuh-Nya, supaya kita beribadah dan melayani Tuhan, semua karena darah dan kemurahan Tuhan, jadi tidak boleh lagi kita bermegah. Suatu kedudukan yang sangat tinggi diberikan kepada kita oleh karena darah, bukan
karena pintar, fasih lidah, cakap dan lain sebagainya. Kita juga mengerti
firman oleh karena darah, maka mendengar firman harus sampai mengerti =
menghargai darah Anak Domba, menghargai korban pendamaian.
Ibrani 10:19-21
(10:19)
Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat
masuk ke dalam tempat kudus,
(10:20)
karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir,
yaitu diri-Nya sendiri,
(10:21)
dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
Pada saat Yesus mempersembahkan diri-Nya di atas kayu salib, Dia telah membuka jalan supaya kita
dapat beribadah, tekun dalam tiga macam ibadah pokok.
Ibrani 10:22
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah
dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati
kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh
dengan air yang murni.
Kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan dibasuh dari segala perbuatan yang sia-sia, itulah dosa warisan, tujuannya;
supaya saat beribadah dan melayani dengan keadaan
dua hal:
-
Tulus ikhlas.
Beribadah dan melayani dengan tulus ikhlas,
segala sesuatu tulus ikhlas, tidak pura-pura dan tidak munafik.
-
Memiliki keyakinan iman yang teguh.
Iman yang teguh berarti imannya tidak bergeser oleh situasi, keadaan dan kondisi, imannya tidak bergeser oleh karena kedudukan, uang dan jabatan, inilah keadaan
kita saat menghadap takhta kasih karunia.
Tuhan telah membuka jalan yang baru lewat kematian-Nya di atas kayu salib, supaya kita dapat beribadah dan melayani
dengan tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh.
Saya tambahkan satu lagi, Tuhan membuka jalan bagi kita, berarti Tuhan memberi masa depan
yang cerah, pendeknya Tuhan memberi
jaminan hidup.
Ketika kita berada di gunung Tuhan, beribadah
dan melayani Dia semuanya tersedia.
Tuhan telah menang maka kita
harus menang, kemudian Dia duduk
di atas takhta-Nya, kitapun duduk bersama dengan Dia
di atas takhta-Nya, ini suatu teladan yang sempurna, akumulasi dari semua
berkat yang diterima oleh enam sidang jemaat yang sebelumnya, ini adalah
sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan kita.
Selanjutnya, kita akan akhiri...
Wahyu 3:22
(3:22) Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."
“Siapa bertelinga”, kita semua
mempunyai sepasang telinga, dipergunakan untuk mendengarkan apa yang dikatakan
oleh Roh.
Jadi kita bersyukur punya sepasang telinga, kalau hanya satu telinga,
kita hanya mendengar suara itu dengan samar-samar.
Saudaraku, kita semua bertelinga, hendaklah
mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh itu sendiri.
Saat ini adalah hari-hari
terakhir, waktu yang tersisa
berarti tinggal sedikit dan singkat sekali untuk menantikan kedatangan Yesus Kristus sebagai Raja dan Mempelai Pria
Sorga.
Pada zaman hukum Taurat Allah berbicara kepada umat-Nya
lewat 10 hukum Allah, suara itu terdengar dengan jelas, firman Allah diberikan
kepada Musa.
Ketika Musa menggembalakan kambing domba ayahnya, sekali ketika dia digiring ke gunung Horeb di
situlah dia berjumpa dengan Allah, dan bukti bahwa dia
diutus oleh Tuhan adalah; dia akan kembali beribadah di gunung Sinai. Pada saat
mereka beribadah di gunung Sinai, Allah berfirman
dan suara itu terdengar dengan jelas oleh bangsa Israel.
Pada
zaman Anak Allah yang
berbicara langsung kepada 12 murid adalah Anak Allah sendiri,
dan kisah yang terakhir sekali
dalam Injil Yohanes pada saat Dia dibangkitkan, Dia pergi ke danau Tiberias dan
bertemu dengan murid-murid-Nya yang telah kembali kepada pekerjaan
semula, lalu Yesus berkata-kata /
bicara kepada murid-murid, “adakah
makanan padamu?” Tidak ada,
kami tidak menemukan ikan, lalu
Yesus berkata;
“tebarkan jalamu”
Yang paling efektif
mencari ikan adalah pada waktu
malam hari, terlebih tidak pada saat cahaya bulan purnama / dalam keadaan gelap sekali, maka nanti perahu itu membawa pelita, sehingga ikan-ikan mendatangi terang yang bercahaya itu, sehingga mudah sekali ikan–ikan ditangkap, tetapi
Yesus berkata
pada waktu pagi hari menjelang siang, “tebarkan jalamu” namun Petrus
masih menggunakan logika.
Saudaraku, yang Tuhan mau supaya dua belas murid ini dengar-dengaran,
tidak usah gunakan logika dan pengetahuan manusia, dengar saja perkataan
Allah.
Lalu benarlah, setelah ia menebarkan jalanya, ia
mendapatkan sejumlah besar ikan yang banyak. Karena perahunya hampir tenggelam
maka ia memanggil, Yakobus, Andreas dan Filipus supaya ikannya dapat
dibagi-bagi ke yang lain. Kalau kita dengar-dengaran maka kita akan memperoleh
upah yang besar.
Pada zaman Allah Roh Kudus, yang berkata-kata
adalah Roh Kudus.
Dihari-hari terakhir ini yang memegang
peran penting dalam gereja Tuhan adalah Roh Kudus, maka kita harus
mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh Kudus.
1 Timotius 4:1-2
(4:1)
Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang
yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan
(4:2)
oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.
Dihari-hari terakhir Roh dengan jelas
mengatakan bahwa banyak orang akan murtad mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran Setan-Setan. Jadi, ajaran-ajaran Setan ini
datangnya dari nabi-nabi palsu.
Hamba-hamba Tuhan
adalah perpanjangan mulut bibir lidah Tuhan, sedangkan pada zaman Allah Anak yang berbicara pada dua belas
murid adalah
Yesus Kristus.
Kita harus berhati-hati karena dihari-hari terakhir ini,
roh – roh penyesat itulah nabi-nabi palsu akan menyesatkan banyak orang dengan
ajaran setan-setan.
Ajaran setan-setan, antara lain:
Pertama: Firman yang
ditambahkan.
Firman yang ditambahkan artinya; pemberitaan firman
tentang salib diganti dengan dongeng-dongeng nenek tua, takhayul-takhayul,
silsilah-silsilah yang tiada putus-putusnya dan filsafat-filsafat kosong.
Maka, jangan terlalu dengan filsafat-filsafat manusia,
tidak salah misalnya Albert Einsten berkata ini dan itu, tidak salah, tetapi
jangan gunakan filsafat-filsafat dalam hal menyampaikan firman, terlalu banyak
ayat di Alkitab. Saya tidak sempat untuk menyampaikan perkataan si A, B dan C.
Sebab itu tadi saya sudah katakan hamba Tuhan hanyalah
perpanjangan mulut lidah Tuhan.
Kedua: FIRMAN YANG DIKURANGKAN.
Artinya; pemberitaan tentang salib diganti dengan dua
hal.
-
Teori kemakmuran.
Artinya; orang Kristen tidak boleh miskin harus kaya.
Biasanya
hamba Tuhan yang
seperti ini (berpegang kepada teori kemakmuran) meninabobokan sidang jemaat
yang dilayani, supaya orang kaya
tidak tersakiti hatinya, mereka tetap bertahan.
-
Tandah-tanda heran dan lain sebagainya.
Pelayanan seperti ini tidak
sampai memuncak kepada salib Kristus.
Dengan tegas roh Tuhan
sudah memberitahukan ini lewat
Firman Pengajaran Mempelai. Ayo
sidang jemaat dengarkan ini, apa yang sudah disampaikan oleh Roh
dengarkan kata Roh.
Pekerjaan
Roh Kudus sekilas tidak bisa kita lihat dengan kaca mata manusia, hanya
bisa dirasakan oleh anak-anak Tuhan. Oleh sebab itu
dengarkan saja apa yang dikatakan Roh, himbauan Roh Kudus begitu keras, supaya
kita cepat-cepat menyadari diri.
Yohanes 3:1-3
(3:1)
Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi.
(3:2)
Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu,
bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun
yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak
menyertainya."
(3:3)
Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang
tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."
Saudaraku Nikodemus melihat Yesus Anak Allah karena
tanda-tanda heran / mujizat, tetapi Yesus tidak meresponi apa yang dikatakan
oleh Nikodemus, tidak menindaklanjuti.
Setelah mendengar perkataan Nikodemus, Yesus berkata: Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak
dapat melihat Kerajaan Allah."
Yang terpenting adalah lahir baru (kelahiran kembali), bukan
soal tanda – tanda heran / mujizat-mujizat.
Yohanes 3:4
(3:4)
Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau
ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan
lagi?"
Kalimat yang mengatakan: "Bagaimanakah mungkin
seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam
rahim ibunya dan dilahirkan lagi?"
Pernyataan ini menunjukkan Nikodemus adalah manusia duniawi,
yang tidak mengandalkan Tuhan, karena manusia dunia mengandalkan logika /
pengertian secara manusia.
Kalau kita mengikuti Tuhan dengan logika, tidak paham apa
yang Tuhan maksud, terlebih soal lahir baru.
Yohanes 3:5
(3:5) Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat
masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Yang Tuhan mau, seseorang dlahirkan kembali, dilahirkan
dari air dan Roh.
-
Air à Baptisan tanda dalam kematian dan kebangkitan-Nya.
Kuasa kematian Yesus : Mengubur hidup lama.
Kuasa kebangkitan Yesus: Hidup dalam hidup yang baru.
-
Roh.
Saudaraku Roh dalam pola Tabernakel terkena kepada pintu
kemah.
Jadi anak-anak Tuhan yang dibaptis oleh Roh Kudus
tandanya adalah ada bahasa lidah, bahasa asing, berlogat ganjil. Dengan logat
ganjil inilah maka kita mengetahui adanya hubungan intim, sehingga ada
kata-kata baru yang tidak dapat dimengerti dan diucapkan oleh siapapun selain
oleh orang itu sendiri.
Maka kalau hubungan suami isteri itu intim ada kata-kata
baru yang tidak diketahui oleh siapaun, bahkan anak sekalipun.
Seperti 144000 yang berdiri di bukit Sion bersama dengan
Anak Allah, mereka menyanyikan nyanyian baru yang tidak dapat dimengerti oleh
siapapun selain mereka sendiri. Perkataan baru, maka sikap baru, perkataan dan
perbuatan baru iniah kehidupan yang dilahirkan oleh Roh Kudus.
Fungsi pintu kemah; memisahkan halaman dengan Ruangan
Suci.
Sehingga ketika kita berada di Ruangan Suci, tekun dalam
tiga macam ibadah pokok, kita melayani Tuhan tidak lagi bercampur dengan
daging.
Maka saya menghimbau biasakan diri dipimpin oleh Roh,
jangan biasakan diri dipimpin dengan kekerasan hati. Tetapi ada juga orang yang
berbahasa lidah tetapi keras hati, yang mana yang benar?
Jadi tidak seperti pemahaman Nikodemus, pemimpin rumah
ibadat tetapi tidak mengerti kebenaran tidak mengerti tentang kelahiran
kembali.
Yohanes 3:6
(3:6)
Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari
Roh, adalah roh.
“Apa
yang dilahirkan dari Roh, adalah roh” biarlah kita lahir oleh Roh supaya kita menjadi manusia rohani.
Yohanes 3:7-8
(3:7)
Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan
kembali.
(3:8)
Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau
tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan
tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."
Kita tidak bisa melihat pekerjaan Roh Kudus, kita hanya
bisa merasakannya.
“Siapa yang bertelinga hendaklah mendengar apa yang dikatakan oleh Roh” jangan keraskan hati lagi, tidak baik. Biasakan dipimpin oleh Roh dalam
tutur sapa, tingkah laku, sudut pandang, berpikir yang tidak dapat dilihat oleh
manusia, tetap dalam pimpinan Roh Kudus, nanti akan terlihat sikap yang baru,
hidup baru, semua baru.
Kalau melayani dari hari ke hari dengan sikap yang lama,
perbuatan yang lama, dengar firman dengan cara yang lama, berarti belum lahir
kembali, dua telinga belum dipergunakan untuk mendengarkan apa yang dikatakan
oleh Roh.
Hari – hari ini kita mengalami kegerakan yang besar dari
Roh Kudus hujan akhir, guncangan hebat, supaya ktia dibawa ke dalam suatu
rencana yang besar; menjadi pengantin perempuan duduk di atas dua belas takhta
menghakimi dua belas suku Israel.
Hamba Tuhan adalah perpanjangan lidah Tuhan, tetapi harus
peka terhadap roh-roh penyesat.
Yohanes 3:9-11
(3:9) Nikodemus menjawab,
katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?"
(3:10) Jawab Yesus:
"Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?
(3:11) Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi
tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami.
Yesus Kristus telah menyatakan kesaksian itu kepada
Nikodemus, dan malam ini Roh Tuhan berkata-kata dengan kesaksian Yesus Kristus
kepada Nikodemus, dan pada akhirnya Nikodemus menerima pelayanan Roh dan juga
mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh.
Setelah Yesus mati di atas kayu salib, Nikodemus dan
Yusuf Arimatea menurunkan mayat Yesus dari salib... Yohanes 19:38-40. Dia menerima pelayanan Roh dan apa yang dikatakan
Roh Tuhan, dia terbeban dengan salib Kristus, dia memberi pengharum-pengharum
(balsam) / minyak urapan yang sudah digiling, itulah persembahannya kepada
Tuhan, dia sudah menerima pelayanan Roh Tuhan.
Saat ini kita sudah mendengarkan apa yang dikatakan oleh
Roh dan menerima kesaksian dari Tuhan Yesus Kristus, biarlah kita bertanggung
jawab terhadap salib Kristus, dan mempersembahkan apa yang bisa kita persembahkan, menjadi persembahan yang berbau harum dihadapan Tuhan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA
MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment