Ibadah raya minggu 22 MEI 2016
“wahyu pasal empat”
(Seri 13 )
Subtema : IOTA DAN TITIK ADALAH
KEGENAPAN OLEH SALIB KRISTUS
Shalom...!
Selamat malam, salam sejahtera,
salam dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus, oleh karena kasih-Nya kita dapat
melangsungkan ibadah raya Minggu disertai dengan kesaksian, semua karena
kemurahan Tuhan.
Kita segera memperhatikan firman penggembalaan untuk ibadah raya minggu dari...
Wahyu 4:6
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan
kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada
empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.
Dari pembacaan ayat ke eman
ini ada dua perkara yang harus kita perhatikan di sini yaitu;
Yang Pertama: “Di hadapan takhta itu ada
lautan kaca bagaikan kristal.”
Ini berbicara tentang
baptisan air, berarti; dikuduskan sesudah dimandikan oleh air dan firman.
Kalau mandi berarti; dibutuhkan
air yang banyak supaya bersih. Air yang banyak itulah sungai air kehidupan yang
keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba.
Takhta Allah = Injil
Kerajaan.
Takhta Anak Domba Allah =
cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus.
Pendeknya, air yang
banyak antara lain; Injil kerajaan
dan cahaya Injil tentang kemuliaan
Kristus.
Kalau kita menikmati /
menerima air yang banyak maka kita akan dikuduskan sampai akhirnya bagaikan kristal,
menjadi orang yang transparan, luar dan dalam sama, tampil apa adanya, tidak
ada sesuatu yang disembunyikan.
Biasanya orang yang transparan;
tulus, polos, jujur, dan ini merupakan motor penggerak sehingga seseorang berkobar-kobar
melayani Tuhan. Pendeknya, menjadi permata Yaspis. Itu perkara yang pertama.
Kemudian, berbicara
tentang baptisan air itu juga berbicara tentang pengalaman di dalam tanda kematian
dan dalam tanda kebangkitan Yesus Kristus.
-
Kuasa kematian Yesus: Mengubur hidup lama.
-
Kuasa kebangkitan Yesus: Hidup dalam hidup yang baru.
Ini menunjuk kepada orang-orang
yang melayani dalam kesucian.
YANG KEDUA: “Di sekeliling takhta itu ada empat makhluk.”
Kita akan memperhatikan
empat makhluk lebih jauh...
Wahyu 4:7
(4:7) Adapun makhluk yang pertama sama seperti
singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga
mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti
burung nasar yang sedang terbang.
Rupa dari empat makhluk tersebut
yang dikaitkan dengan 4 Injil;
1.
Sama seperti singa,
terkena pada Injil Matius.
Injil
Matius berbicara tentang kewibawaan dan kemuliaan Yesus sebagai raja.
Ciri
penulisan dari Injil matius; diawali dengan silsilah Yesus Kristus yaitu; dari garis
keturunan raja Daud.
2.
Sama seperti anak lembu,
terkena kepada Injil Markus.
Injil
Markus berbicara tentang kebangkitan Yesus Kristus sebagai hamba. Suasana kebangkitan, melayani dalam kesucian.
Ciri
dari penulisan injil Markus adalah; diawali dengan kisah pelayanan dari Yohanes
pembaptis / nabi Yohanes.
Dalam
perjanjian lama lembu dipergunakan sebagai persembahan dan korban.
3.
Mempunyai muka seperti muka
manusia, terkena pada Injil Lukas.
Ketika
Yesus diutus ke bumi, dan menjadi manusia dia mengalami banyak sengsara, dia
banyak mengalami penderitaan.
Sedangkan
Injil Lukas berbicara tentang sengsara Yesus Kristus sebagai manusia, sebab itu
kalau kita melihat ciri dari injil lukas di situ terdapat kisah mengenai
manusia, dengan segala sengsara yang dialami, yang tidak terdapat pada Injil
lain.
Lukas 7:36-50, seorang perempuan yang
terkenal sebagai seorang berdosa, mengenai anak yang terhilang... Lukas 15:11-32, juga tentang
penderitaan Lazarus yang tidak diceritakan pada Injil yang lain... Lukas 16:19-31.
4.
Sama seperti burung nazar
yang sedang terbang.
Terbang
berarti; dapat mengatasi masalah di atas muka bumi ini. Kalau kita mampu menghadapi
masalah di atas muka bumi ini, itu merupakan keadilan dan kebenaran dari pada
Tuhan kepada kita semua.
Kalau
dikaitkan dengan empat Injil terkena kepada Injil Yohanes.
Injil
Yohanes berbicara tentang keadilan dan kebenaran Yesus sebagai Anak Allah.
Ciri
dari penulisan Injil Yohanes diawali tentang pribadi Yesus Kristus yang adalah
firman Allah yang menjadi manusia. Itu adalah keadilan dan kebenaran dari pada
Allah kepada kita semua.
Sehingga, dari empat Injil
ini kalau kita membuat suatu diagram;
-
Diagram horizontal, maka; Injil
Matius akan selaras dengan Injil
Markus = menjadi suatu kerajaan dan imam-imam bagi Allah = imamat rajani.
-
Diagram vertikal, maka; Injil
Yohanes dengan Injil Lukas,
ditarik garis lurus dari atas ke bawah. Injil Yohanes dialah Anak Allah,
kemudian turun ke bumi yang menjadi manusia itulah Injil Lukas.
Kalau diagram ini
disatukan, maka dapat diambil suatu kesimpulan menjadi; SALIB KRISTUS.
Kita lanjut
memperhatikan..
Wahyu 4:8
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing
bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan
dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus,
kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan
yang akan datang."
Kemudian, empat makhluk
itu masing-masing bersayap enam sekelilingnya berarti tubuh ditutupi oleh
sayap-sayapnya = daging dengan segala tabiat tabiatnya tidak lagi terlihat à manusia rohani = tubuh
kebangkitan.
Mari kita lihat antara manusia daging dan manusia rohani.
MANUSIA DAGING
Galatia 5:19-21
(5:19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu:
percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
(5:20) penyembahan berhala, sihir,
perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri,
percideraan, roh pemecah,
(5:21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan
sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat
dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah.
Ada 15 tabiat-tabiat daging,
yaitu;
1.
Percabulan, ini kecemaran karena
dosa kenajisan.
2.
Kecemaran berarti; dinodai oleh
segala dosa kefasikan
3.
Hawa nafsu itulah keinginan daging.
4.
Penyembahan berhala.
Berhala
adalah segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan. Apapun itu bentuknya, kalau
lebih dari Tuhan itu berhala.
5.
Sihir; terjadinya perubahan
tanpa proses.
Banyak
orang mengginakan untuk diberkati, dipakai menerima segala kemurahan tetapi
tidak mau memikul salib, itu namanya sihir, Tuhan tidak inginkan yang seperti
itu.
6.
Perseteruan / permusuhan antara satu
dengan yang lain.
7.
Perselisihan, berarti ada selisih ada
perbedaan.
Perselisihan
itu terjadi karena ada perbedaan, dan ini sebetulnya kebodohan. Perbedaan itu
harusnya disatukan, supaya terlihat tubuh kristus.
8.
Iri hati, biasanya terjadi kalau
melihat orang lain lebih dari pada dirinya.
Kalau dia tidak hidup di
dalam Tuhan, tidak memiliki kebenaran, tidak memberi diri dipimpin oleh Roh dan
tidak hidup dalam kasih hal seperti ini (iri hati) bisa terjadi.
Melihat orang maju, bisa
iri hati.
9.
Amarah, ada marah yang diijinkan
oleh Tuhan.
Orang tua diijinkan untuk
marah kepada anaknya tetapi marah tidak boleh sampai matahari terbenam.
10.
Kepentingan diri sendiri / dikuasai oleh roh egosentris
tidak peduli dengan orang lain, ibadah dan pelayanan, tidak peduli dengan kemajuan
-kemajuan yang ada di dalam kandang penggembalaan.
Orang yang dikuasai oleh
roh egosentris terkadang lebih menyakitkan dari pada orang-orang yang tidak
mengenal Tuhan.
11.
Percideraan, berarti; suka menyakiti
(menciderai), mungkin menyakiti bukan dengan senjata tajam, senjata api atau dengan
cara kekerasan atau menggunakan dua tangan untuk memukul, tetapi menyakiti
hati, pikiran dan perasaan itu juga merupakan percideraan.
Kalau hati perasaan diciderai
itu lebih sakit dari pada tubuh yang terluka.
Tubuh yang terluka masih
bisa diobati dengan segala jenis obat yang berkaitan dengan luka, tetapi kalau
hati sudah dilukai itu lebih menyakitkan.
12.
Roh pemecah, berarti; memecah belah
anggota tubuh.
13.
Kedengkian, itu sedikit sama dengan
iri hati yang disertai dengan kebencian.
14.
Mabuk = hawa nafsu, misalnya; mabuk
harta, kedudukan, jabatan. Orang mabuk biasanya tidak sadarkan diri, itu
sebabnya banyak kesalahan dan keteledoran yang terjadi.
15.
Pesta pora, ini juga keinginan daging,
Berpesta dan bersuka cita,
tetapi hanya untuk memuaskan hawa nafsunya.
Inilah 15 tabiat daging, berbanding
terbalik dengan empat makhluk tadi; enam sayap mengelilingi seluruh tubuhnya =
tabiat-tabiat daging tidak terlihat lagi.
Sekarang kita bandingkan
dengan manusia rohani.
Galatia 5:22-23
(5:22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
(5:23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak
ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Buah roh bukan buah-buah
roh. Banyak orang bahkan hamba Tuhan mengatakan buah-buah roh, barangkali dia
mengambil pengertian ini karena ada banyak buah dari roh, sehingga dia menyebut
buah-buah roh, tetapi sebetulnya bukan buah-buah roh.
Buah roh ada; sembilan,
yaitu;
(1) Kasih. (2) Sukacita.
(3) Damai Sejahtera. (4) Kesabaran. (5) Kemurahan. (6) Kebaikan. (7) Kesetiaan.
(8) Kelemahlembutan. (9) Penguasaan Diri.
Inilah sembilan buah roh
kudus.
Galatia 5:24
(5:24) Barangsiapa menjadi milik Kristus
Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Pendeknya, manusia rohani
telah menyalibkan segala hawa nafsu
dan keinginan dagingnya.
Galatia 5:25-26
(5:25) Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah
hidup kita juga dipimpin oleh Roh,
(5:26) dan janganlah kita gila hormat,
janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
Manusia rohani berarti;
memberi diri dipimpin oleh Roh.
Syarat dipimpin oleh Roh;
jangan lagi gila hormat, jangan saling
menantang dan jangan saling mendengki.
Mari kita lihat
penyaliban terhadap daging...
Matius 5:17
(5:17) "Janganlah kamu menyangka, bahwa
Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan
untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
(5:18) Karena Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu
titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Penyaliban atas daging;
menggenapi segala sesuatu yang kurang dalam kehidupan kita masing-masing supaya
apa yang kurang dalam hidup kita ini ditambahkan atau
digenapi oleh salib Kristus.
Sekali lagi saya
sampaikan, penyaliban terhadap daging adalah untuk menggenapi segala sesuatu
yang kurang dalam hidup kita, supaya kita sempurna sama seperti dia sempurna
adanya.
Jadi salib Kristus itu bukan
suatu kebodohan, salib Kristus bukan suatu batu sandungan.
Setelah penyaliban
terhadap daging, kita akan melihat dua perkara tergenapi yaitu;
Perkara yang pertama: SATU IOTA.
IOTA adalah huruf yang
kesembilan dari abjad Yunani, itulah huruf i
= kumpulan huruf kecil, yaitu; a, b, c, d, e, f, g, h, i. Arti rohaninya bagi
kita sekarang adalah; merendahkan diri dihadapkan
Tuhan.
Efesus 4:1-2
(4:1) Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku,
orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang
telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.
(4:2) Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah
lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu
dalam hal saling membantu.
Orang-orang yang telah
dipanggil berpadanan dengan panggilan itu = berpadanan dengan firman Allah / kebenaran.
Kalau orang berpadanan dengan
firman Allah akan terlihat dalam hidupnya sebagai orang yang;
1.
Rendah hati.
Rendah
hati berarti; hatinya selalu berada di bawah, tidak membawa hatinya lebih
tinggi dari orang lain, baik dalam perkataan, perbuatan, tingkah laku,
gerak-gerik dan banyak perkara, selalu di bawah.
Hati-hati,
barangsiapa meninggikan diri maka ia akan direndahkan oleh Tuhan
serendah-rendahnya.
Tidak
ada yang harus kita sombongkan, hidup kita hanya oleh karena kemurahan hati
Tuhan dan kemurahan lebih dari pada hidup (tidak dapat diukur).
2.
Lemah lembut.
Lemah
lembut berarti; tidak keras, tidak kasar, tidak kaku. Biasanya orang yang lemah
lembut mudah dibentuk oleh firman. Tidak kaku mengasihi Tuhan, tidak kasar,
tidak berdiri di atas pendiriannya sendiri, itulah orang yang lemah lembut.
3.
Sabar.
Teramat
lebih dalam kesesakan sesuai dengan penulisan rasul Paulus dalam Roma 12, sabar dalam kesesakan, dan tetaplah
berdoa.
Ketiga perkara ini
merupakan tiga serangkai yang tidak terpisahkan, sebab orang yang rendah hati
biasanya diikuti dengan kelemahlembutan dan diikuti dengan kesabaran.
Oleh sebab itu dalam 1 Petrus, jelas dikatakan biarlah kiranya
kita membawa hidup rendah dibawah tangan Tuhan yang kuat. Tetapi ketika kita
coba-coba meninggikan diri, di situlah terjadi gejolak, sebab kita melawan tangan Tuhan yang kuat, di situ terjadi gejolak yang
hebat.
Kalau saudara perhatikan,
terjadi gejolak dan hal-hal yang tidak diinginkan, terjadi pertengkaran seperti
12 murid masing-masing menginginkan menjadi yang terbesar, sehingga terjadi
pertengkaran satu dengan yang lain.
Lukas 22:24
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara
murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
Terjadi pertengkaran / gejolak diantara
murid-murid karena mereka saling membesar-besarkan diri / meninggikan diri.
Lukas 22:26
(22:26) Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan
yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan
pemimpin sebagai pelayan.
Keadaan seseorang bila
berada di bawah tangan Tuhan yang kuat;
-
Yang terbesar hendaklah
menjadi yang muda.
Muda
= minim pengalaman berarti senantiasa ingin di ajar oleh firman Tuhan bukan
mengajar, tidak menganggap enteng didikan dan tidak putus asa terhadap ajaran
Tuhan.
-
Pemimpin menjadi pelayanan.
Kalau tidak ada
kerendahan hati, kita tidak mampu menjadi hamba, tidak mampu melayani Tuhan
dengan segala kerendahan hati.
Modal untuk menjadi seorang
pemimpin adalah kerendahan hati bukan kecakapan, kepintaran, tetapi karena roh
Tuhan yang akan berkuasa atas kehidupan anak-anak Tuhan yang rendah hati.
“Bukan karena kuat, gagah hebat dan
keperkasaan namun oleh Roh Tuhan...” Zakharia
4:6.
Mari, masing-masing kita saling
merendahkan diri saja, jangan berlomba-lomba untuk meninggikan diri.
Dampak positif apabila rendah hati.
Efesus 4:3-6
(4:3) Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh
oleh ikatan damai sejahtera:
(4:4) satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana
kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,
(4:5) satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
(4:6) satu Allah dan Bapa dari semua, Allah
yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.
1.
Orang yang rendah hati berusaha memelihara kesatuan roh oleh ikatan
damai sejahtera bukan karena yang lain-lain, sehingga terlihatlah; satu tubuh, berarti; sekalipun
berbeda-beda tidak terjadi perpecahan tidak dikuasai roh egosentris (kepentingan
diri sendiri) demi tercapainya kesatuan tubuh.
2.
Kemudian, satu roh; melayani
sesuai dengan karunia-karunia dan jabatan-jabatan yang dipercayakan oleh Tuhan.
Satu roh = diberi minum
dari roh yang satu, jadi setiap orang dipercayakan karunia-karunia dan jabatan-jabatan
tidak terjadi tumpang tindih / tarik-menarik, tidak ada kompetisi / persaingan
di tengah ibadah dan pelayanan.
3.
Satu Tuhan, yaitu Allah yang hidup
di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Kita semua mempunyai satu
Tuhan itulah Allah yang hidup yaitu; Allah Abraham, Ishak dan Yakub.
4.
Satu iman, berarti; mencapai pada
kesatuan iman.
Setiap orang mungkin saja
memilki iman tetapi antara yang satu dengan yang lain belum tentu satu iman (mencapai
kesatuan iman), satu visi dan satu misi, di tengah ibadah dan pelayanan.
Jadi, satu iman berarti;
satu visi dan satu misi, berpegang teguh pada satu kepercayaan kepada Tuhan.
5.
Kemudian satu baptisan yaitu;
baptisan yang benar.
Baptisan yang benar itu
ditenggelamkan, dimandikan oleh air dan firman.
Memang ayat ini Tuhan
sudah buat untuk mengantisipasi di hari-hari terakhir ini karena Tuhan jauh
lebih tahu, ternyata banyak gereja-gereja dengan baptisan yang tidak sesuai
dengan kebenaran firman.
Setelah lahir dibaptis (anak
yang baru lahir di baptis), itu bukan baptisan sesuai dengan firman.
Biarlah kita semua satu baptisan
di dalam baptisan yang benar, berarti dimandikan, dikuduskan, dengan air dan
firman. Baptisan Yesus Kristus juga tanda dalam pengalaman kematian dan kebangkitan.
Kuasa kematian Yesus;
mengubur hidup lama.
Kuasa kebangkitan Yesus;
hidup dalam hidup yang baru.
6.
Kemudian, satu Allah.
Di atas muka bumi ini banyak
ilah-ilah asing, tetapi Allah kita adalah satu. Itulah Allah yang hidup, Allah Abraham,
Allah Ishak dan Allah Yakub.
Allah kita dan Bapa dari
semua, dan di dalam semua. Akhirnya sampai kepada satu arah.
Saudaraku, perhatikan;
Satu Allah dan Bapa dari
semua, kemudian Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua, itu
Allah yang hidup, Allah yang harus kita sembah, hanya kepada Dia kita berbakti
dan menyembah.
Inilah orang yang rendah
hati, sampai kepada satu Allah dan Bapa dari semua.
Kerendahan hati ini
dikaitkan dengan pemecahan roti..
Pemecahan roti yang pertama.
Matius 14:19
(14:16) Tetapi Yesus berkata kepada mereka:
"Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan."
(14:17) Jawab mereka: "Yang ada pada kami
di sini hanya lima roti dan dua ikan."
(14:18) Yesus berkata: "Bawalah ke mari
kepada-Ku."
(14:19) Lalu disuruh-Nya orang banyak itu
duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah
ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya
kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang
banyak.
Yesus memberi makan 5000
orang laki-laki dengan lima roti dan dua ikan, dan akhirnya sisa dua belas
bakul.
Syarat menikmati pemecahan
roti yang pertama: “Duduk di atas
rumput.”
Ini berbicara tentang penggembalaan,
berarti tergembala dengan baik dalam satu kandang dengan satu gembala.
Rumput à penggembalan.
Kalau kita kaitkan dengan
pola Tabernakel di dalamnya terdapat tiga macam alat;
1.
Meja roti sajian à ketekunan dalam ibadah pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = domba-domba
diberi makan.
2.
Pelita emas à ketekunan dalam ibadah raya minggu disertai
dengan kesaksian = domba-domba diberi minum.
3.
Mezbah dupa à
ketekunan dalam ibadah
doa penyembahan = domba-domba diberi nafas
hidup.
Itulah kalau kita tergembala
dengan baik dalam satu kandang dengan satu gembala; diberi makan, minum dan nafas hidup.
Pendeknya, Tuhan memelihara,
melindungi, membela memberkati kawanan domba dalam satu kandang penggembalaan.
Pemecahan roti yang kedua.
Matius 15:34-37
(15:34) Kata Yesus kepada mereka: "Berapa
roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi
beberapa ikan kecil."
(15:35) Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu
duduk di tanah.
(15:36) Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti
dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya
kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang
banyak.
(15:37) Dan mereka semuanya makan sampai
kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh
bakul penuh.
Pemecahan roti yang
kedua; Yesus memberi makan 4000 laki-laki dengan tujuh roti dan beberapa ikan
kecil, sampai akhirnya sisa beberapa bakul.
Syarat untuk menikmati pemecahan
roti yang kedua; “duduk di tanah.”
Artinya; merendahkan diri. Orang yang
merendahkan diri berarti; menyadari diri sebagai orang yang berdosa sama
seperti tanah liat.
Kesimpulannya; merendahkan
diri itu terjadi setelah tergembala dengan baik dalam satu kadang penggembalaan
dengan satu gembala = duduk di atas rumput.
Seseorang tidak mungkin
menjadi pribadi yang rendah hati dan mau merendahkan diri, kalau dia jauh dari
Tuhan, jauh dari penggembalaan.
Kalau pada akhirnya kita
semua dimampukan untuk menjadi orang yang rendah hati dan merendahkan diri antara yang satu
dengan yang lain di hadapan Tuhan, itu semua karena kita berada di dalam kandang
penggembalaan ini.
Dahulu sebelum kita tergembala
kita tidak mengerti dan tidak mengenal soal kerendahan hati dan merendahkan
diri.
Coba saudara perhatikan
masa-masa yang lalu dengan segala kesombongan, keangkuhan dan kecongkakan dan ketinggian
hati kita masing-masing. Namun setelah kita digembalakan oleh firman pengajaran
dalam terangnya Tabernakel kita dimampukan menjadi orang yang rendah hati dan
mau merendahkan diri.
Mari kita membaca...
Matius 14:13-14
(14:13) Setelah Yesus mendengar berita itu
menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke
tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan
mengambil jalan darat dari kota-kota mereka.
(14:14) Ketika Yesus mendarat, Ia melihat
orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan
kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
Pemecahan roti yang
pertama terjadi oleh karena belas kasih Tuhan saja.
Jadi, kalau kita
tergembala dengan baik dalam satu kandang penggembalaan dengan satu gembala bukan
semata-mata karena suatu kebetulan, tetapi karena belas kasih Tuhan.
Saya salah satu orang
yang mendapatkan belas kasih Tuhan, dahulu tidak mengenal kandang penggembalaan,
dahulu tidak mengenal firman penggembalaan yaitu firman pengajaran mempelai
dalam terangnya Tabernakel. Sekarang kita boleh tergembala dan digembalakan
oleh firman pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel karena belas kasih
Tuhan.
Musa ditarik dari sungai
Nil oleh karena belas kasih dari pada Puteri Firaun, sampai akhirnya dia didik
oleh puteri firaun dengan segala hikmat orang Mesir sehingga dia berkuasa dalam
perkataan dan perbuatan.
Sejauh ini kita telah menerima
didikan firman Tuhan dalam terangnya Tabernakel sehingga kita berkuasa dalam perkataan
dan perbuatan. Orang yang berkuasa dalam perkataan dan perbuatan; menjadi
kesaksian.
Kemudian, di tengah-tengah
belas kasih Tuhan terjadi kesembuhan.
Tuhan menyembuhkan segala luka-luka di batin, Tuhan menyembuhkan segala sakit
hati kita semua oleh karena bilur-bilur-Nya kita disembuhkan.
Tuhan menyembuhkan hati
yang pahit, kalau kepahitan ini berakar di situ terjadi pembalasan (kejahatan dibalas
dengan kejahatan) tetapi luka di hati telah dibalut dan di bebat oleh kasih
Allah, sehingga tidak terjadi kejahatan dibalas dengan kejahatan.
Matius 15:32
(15:32) Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya
dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu.
Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku
tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di
jalan."
Jadi, pemecahan roti
pertama dan kedua terjadi oleh karena belas kasih. Kemudian, di tengah belas
kasih ada dua hal terjadi yaitu selain kesembuhan, juga tidak dibiarkan mereka dalam keadaan lapar, sebab kalau orang
banyak dibiarkan dalam keadaan lapar nanti mereka pingsan di jalan.
Perjalanan rohani kita tentu
menuju rumah Bapa di sorga, Tuhan tidak menginginkan kita pingsan dalam perjalanan
rohani kita menuju rumah bapa di sorga, Tuhan tidak menghendaki itu. Tuhan
menghendaki supaya di mana Dia berada di situ kita berada, itu yang
dikehendaki-Nya.
Pingsan = tidak sadar =
tidak hidup tetapi juga tidak mati, itu orang pingsan.
Arti rohaninya; tidak
menyadari diri sebagai orang yang berdosa, kondisi yang seperti ini adalah kondisi
yang sangat memprihatinkan, tentu Tuhan tidak menghendaki kondisi yang seperti
ini.
Orang yang tidak
menyadari diri berdosa, orang yang seperti ini tidak akan sampai ke dalam kerajaan
sorga.
Dahulu sebelum kita mengerti
tentang kebenaran, setiap kali kita berbuat baik, umpamanya memberi sedekah /
sesuatu kepada yang lain, kita sudah merasakan kita sudah paling baik, paling
benar dan paling suci, orang yang seperti ini sebetulnya sedang pingsan. Bagaimana
mungkin orang yang seperti ini tiba di rumah bapa di sorga? Sebab itu menyatakan
pemecahan roti yang pertama dan yang kedua dan itu merupakan belas kasih Tuhan kepada
kita dan di dalam belas kasih itu ada dua perkara terjadi; ada kesembuhan dan kita tidak dibiarkan lapar.
Sekarang kita melihat penggenapan salib Kristus yang kedua.
Keterangan: SATU TITIK.
Titik adalah, salah satu
tanda baca, yang paling kecil dari seluruh tanda baca.
Kesimpulannya; satu titik
arti rohaninya; mau menjadi kecil dan
rela dikecilkan. Berbeda dengan IOTA satu titik tetapi ditopang dengan satu
garis di bawah, merendahkan diri tetapi masih ada embel-embel di bawahnya.
Misalnya; orang yang melayani
tetapi berkata karena saya, itu merendahkan diri tetapi masih ada
embel-embelnya (ditopang dengan satu garis).
Jadi titik (.) lebih kecil dari pada IOTA (i),
satu titik di topang dengan satu garis.
Kalau melayani tetapi dengan
ada embel-embelnya itu bukan titik, itu IOTA, sebab ada pernyataan karena saya
multimedia berjalan, karena suara saya bagus sehingga nyanyian terlihat bagus,
karena saya pemain musik, sehingga musik menjadi bagus, karena saya suka
berkorban maka semua pelayanan berjalan, itu bukan titik tetapi IOTA.
Saudaraku, merendahkan
diri semua orang bisa, mungkin saja karena ada maunya, karena ada
embel-embelnya itulah IOTA / titik ditopang satu garis. Tetapi kalau titik kecil dan
rela dikecilkan, dalam hal ini tidak banyak orang bisa.
Kita berjalan melewati di
depan orang lalu berkata; “permisi”
itu merendahkan diri dan itu wajar dan semua orang bisa.
Ketika dikecilkan,
rasanya malu sekali, tetapi itu harus diterima, resiko dari orang yang mau jadi
kecil.
Kesimpulannya; mau
menjadi kecil berarti; mau dihinakan dan dipermalukan.
Kalau seseorang biasa
mempertahankan harga diri, ketika dikecilkan rasa sakit dan malunya luar biasa,
tetapi kalau saudara siap menjadi kecil harus siap menerima resiko, yaitu dikecilkan.
Saya adalah orang yang
dahulu tidak mau dikecilkan, sombong, tidak mau merendahkan diri, padahal saya adalah orang
miskin. Dan ketika merendahkan diri sangat sukar rasanya, apalagi menjadi kecil dan dikecilkan lebih sukar sekali.
Satu titik dikaitkan dengan pemecahan roti
yang ketiga yaitu; ketika Yesus disalibkan
Matius 26:67-68
(26:67) Lalu mereka meludahi muka-Nya dan
meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia,
(26:68) dan berkata: "Cobalah katakan
kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?"
Perhatikan; di sini Yesus
dipermalukan dan di permain-mainkan = titik = kecil dan
rela dikecilkan.
Mari perhatikan ketika
Yesus dipermainkan dan dipermalukan, antara lain; “Hamba dari pada imam besar meludahi muka-Nya dan meninju-Nya;
orang-orang lain memukul Dia. dan berkata: "Cobalah katakan kepada kami,
hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?"
Perkataan ini menunjukkan
bahwa mereka mempermalukan, mempermain-mainkan Yesus tetapi sekalipun demikian
Yesus tetap berdiam diri, tidak membuka mulutnya sedikitpun.
Bayangkan kalau anak
kecil dipermain-mainkan tidak apa, tidak jadi soal, tetapi dalam hal ini Yesus
dipermain-mainkan namun tetap berdiam diri. Ini peristiwa ketika di hadapan imam besar Kayafas (mahkama Agama).
Kemudian, di hadapan Pilatus..
Matius 27:27-29
(27:27) Kemudian serdadu-serdadu wali negeri
membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul
sekeliling Yesus.
(27:28) Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan
mengenakan jubah ungu kepada-Nya.
(27:29) Mereka menganyam sebuah mahkota duri
dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan
kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia,
katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!"
Ketika dihadap Pilatus
Yesus diolok-olok, berarti dipermalukan dengan cara, mempermain mainkan Yesus
Kristus.
Cara mereka
mengolok-olok;
-
“Menanggalkan pakaian Yesus Kristus.”
Menanggalkan =
mempermalukan. Menelanjangi = mempermalukan.
-
Kemudian “mengenyam sebuah mahkota
duri”, mempermain-mainkan kewibawan dan kemuliaan Yesus sebagai raja.
-
“Memberikan sebatang buluh di
tangan kanannya.”
-
“Berlutut dihadapan-Nya dengan
maksud mengolok-olok.”
Pendeknya, Yesus mau menjadi
kecil dan dikecilkan.
Bagaimana pikiran
saudara, perasaan saudara ketika kita melihat pemecahan roti yang ketiga ini?
Apakah perkara ini dianggap biasa-biasa?
Kalau pemecahan roti yang
pertama syaratnya; harus tergembala,
pemecahan roti yang kedua; harus merendahkan
diri maka pemecahan roti yang ketiga
syaratnya; menjadi kecil dan rela dikecilkan. Mau menjadi kecil harus mau
dikecilkan. Yesus mau dikecilkan, dihinakan, diolok-olok, dipermalukan.
Kita punya Tuhan yang
besar, tetapi Dia mau menjadi kecil, Ia rela dihinakan. Kalau Tuhan yang besar
mau menjadi kecil, seharusnya kita ini juga harus. Kalau yang besar saja bisa
apalagi yang kecil seperti kita ini.
Tidak berhenti sampai di
situ, kita melihat, ketika di hadapan
Herodes.
Lukas 3:11
(3:11) Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai
dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan
barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian."
Herodes mengolok-olok
Yesus Kristus dengan cara; ia mengenakan jubahnya sendiri kepada Yesus Kristus,
mengecilkan Yesus, yang sesungguhnya Dia adalah Raja besar, tetapi Yesus tetap
berdiam diri saja.
Inilah pemecahan roti yang
ketiga, sampai pada akhirnya Yesus mati di atas kayu salib, dan Ia telah
mempersembahkan tubuh dan darah-Nya bagi kita. Tentu supaya kita juga masuk
dalam pemecahan roti yang pertama, kedua dan ketiga dan menikmatinya,
supaya kita menjadi manusia rohani, daging dengan segala tabiatnya tidak
terlihat lagi.
Matius 27:50
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara
nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Yesus menyerahkan nyawa-Nya
di atas kayu salib, berarti; menyerahkan tubuh dan darah-Nya untuk kita
nikmati, jadi mau tidak mau kita harus menikmati pemecahan roti pertama, kedua
dan pemecahan roti yang ketiga, artinya; tergembala,
merendahkan diri dan mau menjadi kecil dengan syarat rela dikecilkan. Namun
syarat untuk menikmati pemerahan roti ini mulut tidak
boleh bersuara.
Sampai pada akhirnya....
Matius 27:51
(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah
dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu
terbelah,
Tabir bait suci terbelah dua dari atas sampai ke
bawah, (perobekan terhadap daging) = penyaliban terhadap seluruh anggota daging
dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Matius 27:52-53
(27:52) dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak
orang kudus yang telah meninggal bangkit.
(27:53) Dan sesudah kebangkitan Yesus,
merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri
kepada banyak orang.
Setelah itu terjadilah gempa
bumi dan bukit-bukti batu terbelah, kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang
kudus yang telah meninggal bangkit, selanjutnya berada di tempat kudus,
menampakkan diri, menjadi kesaksian lewat ibadah dan pelayanan mereka kepada
Tuhan.
Inilah manusia rohani,
selalu berada di kota kudus, menampakkan diri kepada orang banyak berarti menjadi
kesaksian lewat ibadah dan pelayanan kepada Tuhan. Amin.
Tuhan YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI
PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman oleh;
Gembala sidang; Pdt. Daniel u. Sitohang
No comments:
Post a Comment