Ibadah kaum muda remaja, 28 mei 2016
“STUDY YUSUF”
(SERI 98)
Subtema : ORANG MUDA YANG
DENGAR-DENGARAN MEMILIKI KETEGASAN
Shalom...!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Kristus, oleh karena
kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi kita dimungkinkan untuk
melangsungkan Ibadah Kaum Muda Remaja sebagaimana biasanya di tempat ini,
sungguh itu adalah kemurahan Tuhan.
Mari kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk ibadah kaum muda
remaja itulah study Yusuf dari Kejadian 39.
Kejadian 39:12
(39:12) Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata:
"Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di
tangan perempuan itu dan lari ke luar.
Yusuf menolak dengan tegas; untuk tidur dengan
isteri Potifar.
Kehidupan muda remaja juga harus mempunyai
ketegasan, teramat lebih dalam hal menolak dosa kenajisan.
Umur dunia ini sudah tua, maka umur Setan juga
sudah tua, maka semakin mempunyai pengalaman untuk menjatuhkan kehidupan muda
remaja dalam berbagai-bagai macam dosa.
Kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, Setan
semakin merajalela, kejahatan manusia semakin bertambah-tambah yang dipicu oleh
dosa kenajisan, dan dosa itu sudah sampai memuncak dan sampai hadirat Tuhan.
Beberapa waktu lalu, ada anak gadis kecil,
terbunuh karena dosa kenajisan (diperkosa) oleh sembilan pemuda remaja, tidak
lama kemudian, di daerah yang berbeda ada juga anak remaja terbunuh oleh karena
dosa kenajisan, diperkosa oleh empat belas orang, itu tanda dosa sudah semakin
memuncak, keadaan dunia semakin suram dan gelap gulita.
Sebab itu, di atas tadi saya sudah sampaikan
pemuda remaja harus memiliki ketegasan dalam hal menolak dosa kenajisan. Kalau
saya dengan tegas mengajar sidang jemaat juga kaum muda remaja, bukan berarti
saya ini sombong dan keras.
Harus tegas menolak segala pengaruh kejahatan
terlebih kenajisan.
Kesimpulannya; Yusuf memperoleh kemenangan yang
besar. Kalau seseorang terlepas dari
dosa kenajisan itu adalah kemenangan yang besar yang diperoleh setiap orang.
Penyebab pertama seseorang menjadi gagal dan
menderita adalah karena dosa kenajisan.
Dan oleh karena kemenangan yang besar ini....
Kejadian 39:13-17
(39:13) Ketika dilihat perempuan itu, bahwa Yusuf meninggalkan bajunya
dalam tangannya dan telah lari ke luar,
(39:14) dipanggilnyalah seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka:
"Lihat, dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat
mempermainkan kita. Orang ini mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku
berteriak-teriak dengan suara keras.
(39:15) Dan ketika didengarnya bahwa aku berteriak sekeras-kerasnya,
ditinggalkannyalah bajunya padaku, lalu ia lari ke luar."
(39:16) Juga ditaruhnya baju Yusuf itu di sisinya, sampai tuan rumah
pulang.
(39:17) Perkataan itu jugalah yang diceritakan perempuan itu kepada
Potifar, katanya: "Hamba orang Ibrani yang kaubawa ke mari itu datang
kepadaku untuk mempermainkan aku.
Yusuf difitnah oleh
isteri Potifar kepada orang-orang / seisi rumah termasuk para pegawai juga difitnah
terhadap Potifar (suaminya).
Sekarang kita lihat reaksi
Potifar, sang suami...
Kejadian 39:18-19
(39:18) Tetapi ketika aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannya
bajunya padaku, lalu ia lari ke luar."
(39:19) Baru saja didengar oleh tuannya perkataan yang diceritakan isterinya
kepadanya: begini begitulah aku diperlakukan oleh hambamu itu, maka bangkitlah
amarahnya.
Oleh karena kemenangan yang besar
yang dialami oleh Yusuf bangkitlah
amarah Potifar. Setan tidak suka melihat orang memiliki ketegasan, teramat lebih
ketegasan dalam hal kenajisan.
Bandingkan dengan amarah
dari ular tua naga merah padam besar.
Wahyu 12:1-2
(12:1) Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan
berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari
dua belas bintang di atas kepalanya.
(12:2) Ia sedang
mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak
kesakitan.
Di sini kita melihat
suatu tanda besar di langit: “Seorang
perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah
mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. “
Keadaan dari perempuan tersebut; “Ia sedang mengandung dan
hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.”
Wahyu 12:3
(12:3) Maka tampaklah
suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang
besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.
(12:4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan
melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang
hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu
melahirkan-Nya.
(12:5) Maka ia melahirkan
seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi;
tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
Kemudian, tampaklah suatu tanda lain di langit
(tetapi tidak besar) yaitu; ular tua naga merah padam besar.
Ular tua naga merah padam besar adalah
gambaran dari Iblis / Setan dulu dalam kitab Kejadian awalnya disebut ular, tetapi
dalam kita Wahyu gelar atau predikatnya sudah tambah, selain ular disebut juga
ular tua, kemudian naga, kemudian merah padam, kemudian besar.
Jadi keadaan dari pada ular itu tidak sama
lagi seperti di kitab Kejadian, sudah lebih berpengalaman untuk menjatuhkan kehidupan
anak-anak Tuhan terkhusus pemuda remaja. Hati-hati ini hari-hari terakhir, jadi
jangan sombong lagi, tetap rendah hati sebab sebutannya sudah bertambah-tambah,
sama seperti orang kalau sudah punya predikat, S1, S2, S3, profesor,
pengertiannya bertambah-tambah, pengetahuannya bertambah-tambah untuk menjatuhkan
anak-anak Tuhan dalam berbagai macam dosa
Tetapi itu bukan tanda besar di langit, asal
kita rendah hati saja, tidak perlu dikuatirkan.
Kemudian,
di sini kita perhatikan; “ekornya menyeret sepertiga bintang-bintang
di langit.”
Bintang-bintang di langit à guru-guru kebenaran.
Bayangkan, sepertiga dari guru-guru kebenaran
itu diseret oleh ekor dari ular tua naga merah pada itu, begitu
dahsyatnya ekor dari pada ular naga merah padam itu.
Kalau guru-guru kebenaran bisa dijatuhkan,
siapa kita ini? Jadi tidak boleh sombong, tetap rendah hati.
Ekor naga berbicara tentang dosa kenajisan.
Jadi, bintang-bintang di langit tidak bisa
dijatuhkan oleh mulut dari pada si ular tua naga merah padam, bintang-bintang
di langit tidak bisa dijatuhkan oleh ajaran sesat (firman yang ditambahkan dan
dikurangkan), tetapi dia punya cara lain, yaitu; ekornya untuk menyeret
sepertiga bintang-bintang di langit.
“Dan ekornya menyeret
sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi.”
Daniel 8:10
(8:10) Ia menjadi besar,
bahkan sampai kepada bala tentara langit, dan dari bala tentara itu, dari
bintang-bintang, dijatuhkannya beberapa ke bumi, dan diinjak-injaknya.
Orang yang jatuh dalam dosa kenajisan, menjadi
hina seperti debu tanah yang diinjak-injak.
Guru-guru kebenaran itulah hamba-hamba Tuhan,
mereka melayani Tuhan, itu adalah suatu posisi yang sangat tinggi, menjadi
raja-raja dan imam-imam bagi Allah, tetapi kalau jatuh dalam dosa kenajisan,
menjadi hina, seperti debu tanah yang diinjak-injak.
Kita kembali memperhatikan tanda besar di langit....
Wahyu 12:6
(12:6) Perempuan itu lari
ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya
ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.
Perempuan itu dipelihara oleh Tuhan selama 3,5
tahun di padang gurun, jauh dari mata ular, inilah kemenangan yang besar.
Tadi Yusuf juga dijauhkan dari mata ular.
Wahyu 12:13-14
(12:13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas
bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.
(12:14) Kepada perempuan
itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke
tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu
selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.
Di sini pemeliharaan Tuhan itu berlaku atas perempuan
itu dimana ia dipelihara selama satu masa dan dua masa dan setengah masa, di
padang gurun, jauh dari mata ular.
Wahyu 12:15
(12:15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke
arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.
(12:16) Tetapi bumi
datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang
disemburkan naga itu dari mulutnya.
Naga itu menyemburkan dari mulutnya air sebesar
sungai ke arah perempuan itu.
Tujuannya; untuk menghanyutkan perempuan itu.
Air sebesar sungai yang disemburkan dari mulut
naga adalah tandingan dari air sungai kehidupan.
Air sebesar sungai yang keluar dari mulut naga
itulah firman yang ditambahkan dan dikurangkan sebagai tandingan dari air
sungai kehidupan dalam Wahyu 22:1.
Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ini
adalah pertanyaan besar, kok bisa bumi menolong perempuan itu?
Jawabannya...
Kejadian 2:5-6
(2:5) belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan
apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum
ada orang untuk mengusahakan tanah itu;
(2:6) tetapi ada kabut
naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu--
Kabut atau asap yang naik ke atas
dari bumi à doa penyembahan dari anak-anak Tuhan yang
naik sampai di hadirat Tuhan.
Jadi pendeknya, doa penyembahan
itulah yang menolong anak-anak Tuhan dihari-hari terakhir nanti untuk menolong
kita dari air sebesar sungai yang keluar dari mulut naga itulah firman yang
ditambahkan dan dikurangkan.
Sebab itu ibadah kita harus
memuncak sampai kepada doa penyembahan, itulah ibadah yang diukur oleh Tuhan....
Wahyu 11:1.
“Maka naiklah asap
kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu
ke hadapan Allah”.. Wahyu 8:4.
Kalau ibadah tidak memuncak
sampai kepada doa penyembahan, tidak masuk dalam ukuran Tuhan.
Mari kita lihat sejenak...
Wahyu 11:1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat
pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah
Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Ibadah yang diukur adalah ibadah yang
memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Jadi ibadah yang diukur adalah bait suci Allah dan mezbah, itu yang sanggup menolong
kehidupan kita dihari-hari terakhir. Sebab itu kita harus memiliki ketegasan
dalam pengikutan, pengiringan kita kepada Tuhan, tidak boleh asal ibadah, merasa
sudah paling benar, ibadah juga harus diukur, sudah memuncak atau belum? Kalau
ibadah hanya supaya disebut orang benar = ibadah lahiriah tidak
masuk dalam ukuran.
Sebab itu kalau sudah mengerti
kebenaran jangan lawan hati nuranimu lagi, bergumul, supaya tetap mengikuti
firman pengajaran mempelai. Doakan kalau ada yang menghalangi engkau untuk
terus mengikuti firman pengajaran mempelai. Jangan pasrah, harus berjuang,
menyerah kepada Tuhan boleh, tetapi pasrah jangan.
Bandingkan dengan
ibadah yang memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Wahyu 11:2
(11:2) Tetapi kecualikan
pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena
ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak
Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya."
Ibadah yang tidak memuncak sampai
kepada doa penyembahan akan diserahkan kepada antikris untuk dianiaya dan diinjak-injak
selama 3,5 tahun dan mereka tidak mendapat keselamatan.
Lebih baik hari ini kita menyerah
kepada Tuhan tetapi leher tidak di gorok oleh pedang antikris, dari pada hari
ini kita menolak Tuhan, tetapi nanti leher ini di gorok oleh pedang antikris.
Lebih baik hari ini kita memberi diri dikoreksi oleh pedang Roh, itulah firman
Allah, supaya lepas dari pedang antikris.
Wahyu 12:16-17
(12:16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya,
dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
(12:17) Maka marahlah
naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain,
yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.
Kemenangan yang besar yang
diperoleh perempuan itu, memicu kemarahan dari pada ular tua naga merah padam besar.
Jadi sama, kisah dan kasus yang
dialami oleh Yusuf dengan kisah yang dialami oleh gereja hujan akhir.
Kemarahan ini mari kita lihat...
Wahyu 12: 17
(12:17) Maka marahlah
naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain,
yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.
Akhirnya dia mengejar keturunan
yang lain yang hanya memiliki hukum
Allah dan kesaksian tetapi
ibadahnya tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Kesaksian à Roh Allah.
Hukum-hukum à firman Allah.
Inilah sasaran dari pada ular tua
naga merah padam, sasaran dari pada amarahnya.
Jadi kita sudah mendapat jawaban
pasti dari Tuhan, bumi dapat menolong kita semua menunjuk
kepada; doa penyembahan.
Jadi jangan bermain-main dalam mengikuti Tuhan, kalau ibadah harus
sungguh-sungguh, jangan setengah-setengah, nanti setengah mati.
Yang mau kuliah, pertimbangan dan
pikiran hati harus disucikan. Banyak kali kita membuat suatu rencana, suatu
keputusan yang salah. Kenapa? Dasarnya tidak baik, pertimbangannya tidak baik.
Tidak salah kuliah, tetapi nomor satu ibadah dan ibadah itu harus diupayakan
memuncak sampai kepada doa penyembahan. Tidak salah bekerja, untuk mendukung
ibadah kita supaya kita lebih mobile di tengah ibadah dan pelayanan ini.
Tuhan baik toh, setiap kali
beribadah Tuhan menghampiri kita, setiap kali kita beribadah, Tuhan membuka
hatinya lebar-lebar sehingga kita dapat melihat isi hati Tuhan, sehingga hati
kita dapat menyatu dengan isi hati Tuhan, dimana letak kesalahan Tuhan sehingga
kita malas beribadah?
Sebab itu tidak boleh keras hati,
bebal dan angkuh. Uangmu, uang orang tuamu, itu tidak bisa menjamin hidupmu,
hidupmu itu ada dalam tangan Tuhan, nafas hidup itu ada dalam genggaman dua
tangan Tuhan.
Kita sudah melihat perbandingan,
kemenangan sudah dialami oleh Yusuf dan kemenangan besar yang dialami oleh gereja
Tuhan.
Langkah-langkah untuk
menuju kemenangan...
Wahyu 12:10-11
(12:10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata:
"Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita,
dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa
saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah
kita.
(12:11) Dan mereka
mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka.
Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.
Langkah-langkah yang harus kita
kerjakan ada dua, yaitu;
Pertama: “MENGALAHKAN ULAR TUA NAGA MERAH PADAM OLEH
DARAH ANAK DOMBA.”
Darah Anak Domba Allah ini tidak
perlu diragukan kuasanya.
Perhatikan;
-
Bangsa Israel dibebaskan dari perbudakan Mesir selama 430 tahun oleh
darah Anak Domba paskah yang disembelih pada waktu senja. Dan oleh darah Anak
Domba mereka dibawa ke tanah perjanjian itulah tanah Kanaan yang diwariskan
kepada bangsa Israel kepada mereka, dengan satu tujuan; supaya mereka dapat
beribadah dan melayani kepada Tuhan.
Pendeknya, bangsa
Israel ditebus oleh darah Anak Domba. Kita juga dapat beribadah dan melayani
oleh karena darah Anak Domba.
-
Pada waktu bangsa Israel bebas dari Aysur, Hizkia merayakan
paskah juga menyembelih lembu sapi, kambing domba pada hari raya paskah, yang juga berkuasa membebaskan kita dari penyembahan
berhala, tidak perlu ragu mengenai darah Anak Domba. Juga Yehuda dilepaskan
dari Babel karena darah Anak Domba.
-
Pada zaman akhir.
1 Petrus 1:18-19
(1:18) Sebab kamu tahu,
bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari
nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau
emas,
(1:19) melainkan dengan
darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang
tak bernoda dan tak bercacat.
Kita sudah ditebus
dari perbuatan sia-sia itulah dosa kejahatan dan kenajisan, dan itu juga
merupakan dosa warisan tetapi bukan ditebus dengan barang fana, yaitu harta
kekayaan dan uang, juga perak dan emas, melainkan kita ditebus oleh darah yang
mahal itulah darah Anak Domba yang tidak bernoda dan bercacat cela.
Jadi darah yang sama,
berkuasa menyucikan dosa kita, darah yang sama membebaskan bangsa Israel dari
perbudakan dari Mesir, darah yang sama membawa
orang-orang dari Babel, darah
yang sama juga berkuasa menyucikan dosa kita di hari-hari terakhir ini, tanda
bahwa Tuhan itu penuh dengan kasih sayang bahkan kasih setia.
Hati saya dibebat
malam ini karena darah Anak Domba, siapa kita ini? Pada dasarnya, manusia itu sombong,
tetapi di malam ini Tuhan lawat kita.
Ciri-ciri ada tanda
darah.
Roma 8:35-36
(8:35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
(8:36) Seperti ada
tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari,
kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."
Di tengah ibadah dan pelayanan
rasul Paulus ia telah dianggap menjadi domba sembelihan berarti; tertindas, teraniaya, menanggung banyak penderitaan (berada dalam tanda
darah, itulah sengsara salib di tengah ibadah dan pelayanan).
Bagaimana dengan ibadah dan
pelayanan kita dihari-hari terakhir ini, apakah sudah berada dalam tanda darah,
atau pengikutan kita hanya asal-asalan saja?
Sebab itu jangan bersungut-sungut
untuk melayani Tuhan, tidak perlu terpaksa, bekerja untuk Tuhan tidak perlu terpaksa,
yang Tuhan minta yang wajar saja; setia dan tekun dalam tiga macam ibadah itu hal yang wajar.
Tetapi sayangnya diantara kita
banyak menghindari tanda darah, padahal darah yang menyelamatkan.
Sebab itu, orang yang berada
dalam tanda darah, tidak terpisah dari kasih Kristus, terus mengasihi Tuhan
dalam ibadah dan pelayanan ini, sekalipun harus menghadapi tujuh perkara;
1.Penindasan
|
5. Ketelanjangan
|
2.Kesesakan
|
6. Bahaya
|
3.Penganiayaan
|
7. Pedang
|
4.Kelaparan
|
|
Roma 8:37
(8:37) Tetapi dalam
semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah
mengasihi kita.
Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada
orang-orang yang menang, lebih dari pada segalanya, lebih pemenang dari pada
orang-orang yang menang, karena Tuhan tampil sebagai pembela bagi kita, Dia
mengasihi kita, mengasihi ku dan mengasihi mu, mengasihi kita semua.
Inilah langkah pertama; oleh
darah Anak Domba.
Kedua: “OLEH PERKATAAN KESAKSIAN MEREKA.”
Perkataan kesaksian = surat
pujian = surat Kristus.
Jadi, kesaksian itu tidak perlu
harus diucapkan dari mulut, cukup menjadi surat pujian, surat Kristus yang
dapat dibaca dan dikenal oleh setiap orang.
2 Korintus 3:2-3
(3:2) Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan
yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.
(3:3) Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan
dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu,
melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.
Menjadi surat pujian dan surat
Kristus itu dapat dibaca dan dikenal oleh setiap orang, perkataan dan perbuatan
kita dapat dikenal dan dibaca oleh setiap orang.
Jadi perkataan kesaksian itu
tidak perlu terucap dari mulut, cukup mejadi surat pujian surat Kristus yang
dapat dibaca dan dikenal oleh setiap orang, gerak-gerik, perkataan, perbuatan,
pikiran, sudut pandang, semua dapat dibaca dan dikenal oleh setiap orang.
Menjadi surat Kristus dan surat
pujian adalah tanda bahwa dia telah menikmati pelayanan Roh, bukan pelayanan
tubuh.
-
Pelayanan tubuh sama seperti
huruf-huruf atau hukum Allah yang tertulis dalam loh batu.
-
Pelayanan Roh adalah dimana firman
Allah telah dimeteraikan oleh Roh Kudus pada loh-loh daing, yang telah ditukik
di dalam hati.
Jadi, kalau seseorang setelah
mendengarkan firman lalu dia mencucurkan air mata, menangis dan terharu, tetapi
kalau tidak mengalami keubahan hidup = pelayanan tubuh.
Pelayanan Roh; firman yang didengar,
selanjutnya ditindaklanjuti sampai firman mendarah daging, ditulis bukan dengan
tinta melainkan dimeteraikan oleh Roh Kudus pada loh-loh dading, di tukik dalam
setiap hati kita masing-masing.
Biarkanlah firman itu mendarah
daging oleh Roh Kudus, supaya tidak ada yang dapat menghapusnya, kalau tinta
masih dapat dihapus.
Saya berharap dengan harapan
penuh kepada Tuhan, biarlah dalam setiap ibadah, firman itu mendarah daging dan
termeterai oleh Roh Kudus sebab itu menjadi tanda bahwa kita telah menikmati
pelayanan Roh bukan pelayanan tubuh. Kita menjalankan ibadah ini bukan secara
lahiriah / rutinitas tetapi mengandung janji baik untuk masa sekarang maupun untuk
masa yang akan datang.
2 Korintus 3:4-7
(3:4) Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus.
(3:5) Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan
sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah
pekerjaan Allah.
(3:6) Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu
perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh,
sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.
(3:7) Pelayanan yang
memimpin kepada kematian terukir dengan huruf pada loh-loh batu. Namun demikian
kemuliaan Allah menyertainya waktu ia diberikan. Sebab sekalipun pudar juga,
cahaya muka Musa begitu cemerlang, sehingga mata orang-orang Israel tidak tahan
menatapnya. Jika pelayanan itu datang dengan kemuliaan yang demikian
Huruf itu mati, Roh Allah yang
menghidupkannya, sehingga firman Allah yang kita hidupi itu terus berkuasa
dalam hidup kita masing-masing, tidak berlalu begitu saja.
Ada kalanya kita mendengar firman
tetapi besok lupa lagi, itu firman yang ditulis dalam dua loh batu, tetapi firman
yang mendarah daging, itulah firman yang kita hidupi, dia terus bekerja dalam hidup
kita masing-masing dimana pun kita berada.
Ini disebut juga dengan firman
iman. Firman iman itu dekat sekali tidak jauh, tempatnya tidak di langit dan
tidak di seberang laut, tempatnya di mulut dan di hati.
-
Mulut mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan.
-
Hati percaya bahwa Dia telah dibangkitkan dari antara orang mati.
Ulangan 30:11-14
(30:11) "Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari
ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh.
(30:12) Tidak di langit
tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk
mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita
melakukannya?
(30:13) Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata:
Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita
dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya?
(30:14) Tetapi firman ini
sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk
dilakukan.
Firman iman itu tidak jauh dari
kita, tempatnya tidak di langit, dan tidak di seberang laut, melainkan di mulut dan di hati à
surat pujian dan surat Kristus.
-
Mulut mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan.
-
Hati percaya bahwa Dia telah dibangkitkan dari orang mati.
Jadi tidak ada alasan bagaimana
kita harus melakukannya?
Lebih rinci mengenai surat pujian
/ surat Kristus...
Roma 10:4-8
(10:4) Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran
diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.
(10:5) Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat:
"Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya."
(10:6) Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: "Jangan
katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?", yaitu: untuk
membawa Yesus turun,
(10:7) atau: "Siapakah akan turun ke jurang maut?", yaitu:
untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati.
(10:8) Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu,
yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami
beritakan.
Jadi, firman iman itu tidak jauh,
yakni di dalam mulut dan di dalam hati.
Itulah yang disebut dengan firman
iman; kebenaran berdasarkan iman, bukan karena melakukan hukum Taurat, bukan
karena hasil usaha.
Kemudian...
Roma 10:9
(10:9) Sebab jika kamu
mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu,
bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan.
-
Firman iman; mulut mengaku bahwa
Yesus adalah Tuhan.
Kalau mulut mengaku
bahwa Yesus adalah Tuhan berarti; tidak ada lagi allah asing, terlepas dari
berhala-berhala.
Berhala adalah segala
sesuatu yang melebihi dari Tuhan bisa saja itu pekerjaan, uang, orang tua,
adik, kaka dan keluarga. Kalau hal itu melebihi dari Tuhan, dan karena hal-hal
itu kita jauh dari Tuhan, jauh dari ibadah dan pelayanan itu disebut berhala.
-
Firman iman; percaya dalam hati
bahwa Allah tela membangkitkan Yesus dari antara orang mati à suasana kebangkitan
= melayani di dalam kekudusan.
Inilah surat pujian itu, surat Kristus
itu, ada di dalam mulut untuk dilakukan, ada di dalam hati untuk dilakukan
berarti; lepas dari berhala kemudian melayani Tuhan dalam kesucian.
Ayo, kalau kita mendengar ini
bukan untuk dilupakan, dengar untuk dilakukan.
Inilah dua langkah itu untuk kita
mendapatkan kemenangan yang besar, terlepas dari ular tua naga merah padam
besar.
Syarat untuk menuju kepada
dua langkah diatas.
Wahyu 12:11
(12:11) Dan mereka
mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka.
Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.
Tidak mengasihi nyawa mereka
sampai ke dalam maut = mengikut Tuhan dengan sangkal diri dan pikul salib,
tidak takut kehilangan nyawa.
Sangkal diri = tidak bermegah, tidak merasa diri bisa dan mampu = kosong, berarti
berada di titik nol, titik terendah itulah permukaan air.
Kesimpulannya;
melayani dengan kerendahan hati adalah tanda bahwa dia melayani Tuhan dalam
urapan Roh Kudus.
Saya masih ingat
setiap pribadi lepas pribadi pada awal mula mengikuti Tuhan beribdah dan
melayani di tengah ibadah dan penggembalaan ini, betapa sombongnya minta ampun,
tetapi saya tidak ungkapkan itu.
Ada yang merasa diri
bisa, mampu, lebih hebat dari yang lain, saya tahu, saya hanya berdoa biarlah
Tuhan menolong kita semua pada akhirnya. Dulu tidak menganggap om ini adalah
gembalanya karena dia berasal dari gereja besar, mulut tidak mengaku tetapi
dari sikap dan tingkah lakunya saya tau dan saya terima. Dan banyak diantara
kita seperti itu.
Malam ini belajar
untuk sangkal diri, itu adalah syarat mutlak, tidak boleh diganggu
gugat.
Pikul salib = memikul tanggung jawab yang dipercayakan oleh Tuhan.
Engkau anak muda,
sebagai anak, apa tanggung jawabmu, apa tanggung jawab yang harus engkau pikul.
Sebagai anak tanggung
jawab yang harus dipikul adalah;
Kolose 3:20
(3:20) Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena
itulah yang indah di dalam Tuhan.
Anak-anak taat kepada
orang tua, berarti dengar-dengaran kepada firman Allah = patuh pada ajaran yang
benar.
Mari kita lihat seorang
anak yang dengar-dengaran...
1 Samuel 3:3-8
(3:3) Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam
bait suci TUHAN, tempat tabut Allah.
(3:4) Lalu TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia
menjawab: "Ya, bapa."
(3:5) Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa,
bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak
memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia tidur.
(3:6) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuelpun bangunlah, lalu
pergi mendapatkan Eli serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil
aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah
kembali."
(3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan
kepadanya.
(3:8) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya.
Iapun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa,
bukankah bapa memanggil aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang
memanggil anak itu.
Samuel mendengarkan
panggilan Allah sebanyak tiga kali à Samuel adalah seorang anak yang dengar-dengaran,
taat dan patuh pada ajaran yang benar.
Sudah waktunya kita malam
ini untuk segera introspeksi diri sebagai anak, menyesali diri atas segala
perbuatan-perbuatan yang dilakukan yaitu kesalahan karena tidak taat, tidak hormat
/ patuh kepada orang tua. Sudah waktunya malam ini kita menyesali, minta
ampun kepada Tuhan.
Kalau bisa face to face;
katakan maafkan saya pak, saya sudah lama memberontak, tidak ada waktu / kesempatan
face to face untuk berbicara karena jarak yang jauh, via telepon, engkau boleh
minta ampun kepada orang tuamu dan katakan maafkan saya ibu, bapak, sebab itu
yang indah di hadapan Tuhan.
Samuel tiga kali
mendengar panggilan.
1. Dengar-dengaran pertama; kepada
bapa jasmani, menunjukkan bahwa tubuh juga dengar-dengaran.
Kita datang kepada Tuhan
menghadap takhta kasih karunia itu bagus, menunjukkan bahwa tubuh kita
dengar-dengaran.
2. Dengar-dengaran kedua;
kepada bapa rohani, menunjukkan
bahwa jiwa juga dengar-dengaran.
Beri penghormatan dua
kali lipat kepada bapa gembala. Ini menunjukkan bahwa jiwa juga harus dengar-dengaran.
3. Dengar-dengaran ketiga;
kepada bapa di sorga. Ini
menunjukkan bahwa rohnya
dengar-dengaran.
Ada kalanya tubuh
beribadah kepada Tuhan tetapi hati dan pikiran melayang-layang, seperti orang
munafik, terlihat baik tetapi hati dan pikirannya jahat.
Ada satu yang unik yang
dapat kita lihat di sini;
1 Samuel 3:7
(3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan
kepadanya.
Sesungguhnya pada waktu
itu, Samuel belum mengenal Tuhan dan
firman Tuhan belum pernah dinyatakan
kepadanya (belum pernah menikmati pembukaan rahasia firman), tetapi yang luar
biasanya Samuel adalah seorang remaja yang dengar-dengaran.
Kalau seorang anak
dengar-dengaran kepada bapa jasmani, bapa rohani dan bapa di sorga, setelah
mengenal Tuhan dan oleh karena firman di dengarnya hal yang wajar itu wajar, tetapi Samuel belum mendengar firman Tuhan, tetapi dia sudah menjadi
pribadi yang dengar-dengaran.
Bagaimana dengan kita dengan
segala kelimpahan firman yang kita terima dalam ketekunan tiga macam ibadah pokok + kaum muda, apakah
engkau tidak malu? Kepada hati nurani juga harus malu, itulah tanggung jawab
(salibnya) orang muda; dengar-dengaran.
1 Samuel 3:1
(3:1) Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan
Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatanpun tidak
sering.
“Pada saat itu firman Tuhan jarang, dan penglihatan-penglihatanpun tidak
sering”, nah kita ini dalam
setiap ibadah seringkali menikmati firman nubuatan dan penglihatan manusia
batin, wujud nyata Allah lewat firman yang kita dengar.
Tetapi Samuel pribadi
yang unik, jarang yang seperti dia. Tuhan minta yang sewajarnya saja, setelah
dengar firman; ayo pikul salib, salibnya orang muda; dengar-dengaran saja.
1 Samuel 3:19
(3:19) Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada
satupun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur.
Samuel yang masih muda
semakin besar; “penyertaan Tuhan akan
semakin terlihat.”
Kita butuh penyertaan
Tuhan, bukan hanya penyertaan Tuhan tetapi;
“tidak ada satupun dari firman-Nya dibiarkan gugur”, jadi firman itu tidak
dibiarkan berlalu begitu saja, dia hidup oleh firman.
1 Samuel 3:20
(3:20) Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa
kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi TUHAN.
Pada akhirnya Tuhan
memberikan jabatan nabi kepada Samuel, jabatan yang paling indah.
Dan kita bisa melihat,
dialah yang mengangkat raja atas Israel, dia juga yang mengurapi Daud dan Saul.
Besar kekuasaan seorang
nabi, tidak segan-segan menunjuk dosa, itulah kekuasaan dari seorang nabi.
1 Samuel 3:21
(3:21) Dan TUHAN selanjutnya menampakkan diri di Silo, sebab Ia
menyatakan diri di Silo kepada Samuel dengan perantaraan firman-Nya.
Dan akhirnya Tuhan
menyatakan dirinya seutuhnya kepada Samuel.
Dihari-hari ini saya bisa
merasakannya Tuhan menyatakan diri-Nya kepada kita seutuhnya
lewat pembukaan rahasia firman Tuhan.
Siapakah kita, bukankah
kita ini awalnya orang yang bodoh, karena banyak perbuatan salah? Tetapi yang
mulia dari sorga menghampiri bumi yang hina karena dosa kenajisan tadi.
Jadi jangan anggap enteng
kaum muda remaja yang digembalakan oleh firman pengajaran mempelai dalam
kandang penggembalaan GPT “BETANIA” tidak boleh anggap
enteng.
Tuhan menyatakan dirinya
seutuhnya kepada kita, tidak ada yang berani melawan orang-orang yang dikasihi,
Tuhan di pihak kita.
Kolose 3:20
(3:20) Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena
itulah yang indah di dalam Tuhan.
Masa depan kita indah di
dalam Tuhan.
Tuhan menghiasi hati kita
oleh kasih-Nya sehingga hidup kita menjadi indah, hidup muda remaja kita
menjadi berarti bagi Tuhan, berarti bagi sesama di tengah ibadah dan pelayanan
kita di atas muka bumi ini, di atas segalanya nama Tuhan dipermuliakan. Amin.
Tuhan yesus kritsus kepala gereja dan
mempelai pria sorga memberkati
pemberita firman oleh;
Gembala sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment