IBADAH
TUTUP TAHUN, 31 DESEMBER 2016
Nasihat firman.
Shalom…
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah penutupan tahun 2016.
Kita sudah bersaksi tadi, untuk menyaksikan segala
kemurahan-kemurahan yang sudah kita alami sepanjang tahun 2016, dan kita berada
di penghujung 2016, itu tentu karena kemurahan Tuhan, dan banyak hal yang sudah
kita alami. Pasang surut dalam hidup rohani, juga berkat jasmani rohani kita
sudah alami, juga kepercayaan Tuhan sudah kita alami, banyak perkara yang sudah
kita alami tentu karena kemurahan Tuhan.
Diawali dari kesaksian dari bunda, kalau bunda terbiasa
bersaksi sekaligus memberi semacam nasihat atau wejangan.
Semua kita sama, menyaksikan kemurahan Tuhan. Saya
sudah dengar kesaksian demi kesaksian, ternyata saya ambil suatu kesimpulan; memang
harus ada kesaksian untuk saling membangun, saling mengingatkan. Walaupun
teguran itu tidak secara langsung, rupanya kesaksian itu juga merupakan teguran
yang sifatnya membangun. Itulah kesimpulan yang saya ambil tadi.
Inilah tahun pertama kali kita bersaksi secara komplit
walaupun yang hadir hanyalah sebagian. Tahun lalu ada kesaksian, tetapi masih
kurang sempurna, masih bersifat lahiriah, masih ada bau daging, dan sebagainya.
Tetapi di sini saya melihat tadi, betul-betul sesuai dengan apa yang kita
alami, rasakan, dan yang sudah kita lihat dari Tuhan, itulah yang kita
ceritakan. Puji Tuhan.
Banyak hal yang sudah kita capai dalam satu tahun ini, tidak
bisa kita
pungkiri kepercayaan Tuhan, termasuk di dalam
pembukaan rahasia firman Tuhan, termasuk di dalam penyerahan diri kita kepada
Tuhan, itu semua pencapaian-pencapaian. Namun di sisi lain, ada juga yang
terlihat kekurangan, kelemahan, tetapi tidak menjadi membuat hati kita surut
untuk terus melayani Tuhan, dan kita tidak boleh mengecilkan satu dengan yang
lain, dari antara kesaksian saya perhatikan, semuanya harus saling melengkapi,
satu dengan yang lain harus saling membangun, tidak boleh saling mengungkit,
menyalahkan, menekan dan meniadakan. Kita harus saling melengkapi. Jangankan
satu anggota, satu jempol saja putus, itu adalah cela, menjadi tidak
sempurna, sehingga tidak ada tempat untuk meletakkan kepala,
kemuliaan tidak terlihat di situ. Jadi betul-betul, ini bukan slogan seperti
slogan di luaran sana yang tidak mengandung kuasa. Tetapi moto, slogan yang
kita punya ini betul-betul mengandung kuasa, yaitu; satu, sempurna, mulia. Dan kemuliaan Tuhan betul sudah dinyatakan
di kandang penggembalaan ini. Tinggal kita akan melihat lagi, lebih lagi, dari
kasih karunia yang satu, dibawa kepada kasih karunia yang lain.
Saya juga bersyukur, berterimakasih kepada Tuhan, atas
dukungan para imam, sidang jemaat, sehingga penggembalaan ini terus berjalan, kita
lalui bersama-sama dalam suka maupun duka, kita boleh merasakan bersama-sama
bergandengan tangan, itu sebabnya sampai pada penghujung tahun ini kita boleh berada
sebagaimana ada karena kemurahan Tuhan. Jangan sampai kesatuan hati ini terganggu
oleh karena satu dan lain hal, tetapi biarlah kesatuan hati kita tercipta
sampai sempurna dan kemuliaan Tuhan nyata lebih lagi di tahun 2017.
Dan saya banyak belajar juga, apa yang kita capai itu
ternyata tergantung penyerahan diri. Semakin kita menyerah,
semakin Tuhan percayakan banyak hal. Natal persekutuan Pengajara Tabernakel,
pada tanggal 28 Desember kemarin, saya melihat kemuliaan
Tuhan dinyatakan, sebab kita boleh mengadakan persekutuan yang indah
bersama-sama dengan hamba-hamba Tuhan suami isteri. Berarti betul, kesatuan
hati bukan semata-mata hanya slogan. Kesatuan hati itu benar-benar Tuhan lihat
dan Tuhan jawab. Rata-rata hamba Tuhan yang datang suami isteri. Tidak ada
hamba Tuhan yang tidak membawa isterinya. Kesatuan hati inilah ternyata yang
menjadi kekuatan kita. Saya dengan ibu gembala harus ada kesatuan hati, tidak bisa
melihat kekurangan seperti tadi saya saksikan; kalau saya melihat kekurangan,
saya stress. Tidak bisa saya seperti itu. Dan saya banyak belajar. Dan
pengalaman-pengalaman adalah guru. Seperti yang sudah saya ceritakan, sejak
tahun pertama bahkan tahun keempat dalam nikah kami banyak terjadi perselisihan
dan lain sebagainya. Tetapi kalau kita setia, Tuhan akan lewatkan semuanya.
Semua badai akan berlalu, asal kita setia. Jangan putus asa, jangan putus harap,
jangan putus pengharapan, karena kalau putus asa, akhirnya menginginkan
kematian. Tadi saya mendengar banyak kesaksian, hampir-hampir arahnya ke sana;
membiarkan putus asa, putus pengharapan, akhirnya yang diinginkannya bukan
terang, benda penerang yang ada di cakrawala, justru kegelapan, kematian,
kebinasaan.
Tetapi puji Tuhan, saat kita menginginkan kematian,
Tuhan tolong kita, Tuhan jawab, lewat kuasa firman
Allah, sekalipun saya secara pribadi tidak mengetahui apa yang dialami oleh si
Flo, bukan hanya si Flo, semua kita, tetapi Tuhan lewat firman-Nya selalu
melawat, selalu menjamah, selalu menjangkau kehidupan kita, sampai akhirnya
kita boleh tegak berdiri sampai hari ini.
Yang sudah merasakan kemurahan Tuhan tetap bersyukur,
yang sudah mengalami atau melewati badai tetap bersyukur, yang sudah mengalami
berkat-berkat dan pemakaian Tuhan tetap bersyukur, jangan diabaikan, jangan
disepelekan, jangan diangap kecil, dengan kata lain jangan bermain-main lagi
untuk melayani Tuhan. Kita hargai kemurahan Tuhan.
Juga saya lewat kesempatan ini tetap berterimakasih
karena sidang jemaat juga mau menerima kekurangan saya. Banyak kekurangan saya.
Saya adalah hamba Tuhan yang masih banyak kesalahan di sana sini, masih kurang
sabar dalam hal menggembalakan sidang jemaat, masih banyak amarahnya, masih
banyak kesalahan yang di luar sepengetahuan saya, mohon dimaafkan. Apapun
keberadaan kami suami isteri sebagai bapa ibu gembala saudara, karena kami
suami isteri, serta anak kami Isai dan Mark Mikha yang mungkin menjadi beban,
mohon dimaafkan. Bantu doa terus supaya Tuhan tetap pakai saya,
menjadi pendamaian, dan memberi teladan yang baik, bukan untuk menyesatkan.
Dan saya melihat juga keluarga Pak Barita, semakin
menyerah, semakin diberkati dan semakin kuat. Semakin memberi bukan semakin
miskin, sebaliknya semakin bertambah.
Juga kesaksian saudara Timotius, awalnya memang dia
suka panas hati saat mendengarkan setiap firman yang sifatnya mengoreksi
teramat lebih tentang kenajisan, juga soal berkorban, agak menggerutu, tetapi
saat menyerah, justru semakin diberkati.
Jadi memang dalam melayani Tuhan, tidak harus
menggunakan perasaan, tetapi biarlah kita sangkal diri dan pikul salib supaya
kita memperoleh kembali, bukan hanya hidup, tetapi yang hilang juga akan
memperolehnya kembali.
Yang belum bekerja jangan kecil hati, nanti indah pada
waktunya. Dalam nikah yang belum seperti yang dirindukan, jangan langsung putus
asa, tetap bersabar. Itu pengalaman saya. Tetap bersabar, pasti Tuhan tolong.
Kalau kita langsung menghakimi, hari itu puas, tetapi
besok tidak tercapai apa yang menjadi kerinduan. Hari itu terlampiaskan, tetapi
besok hari kesaksian kita tidak bagus. Itu yang saya maksud.
Tetapi kesalahan cukup satu kali, jangan dua kali, satu
kali jangan diulangi lagi. Dan apa yang sudah kita capai ini di luar dugaan
semua. Dari tahun 2013 kita dipercaya untuk melayani persekutuan di Nias, juga
di gereja-gereja lokal dalam persekutuan, itu sebetulnya pencapaian yang luar
biasa kalau ditinjau dari sudut waktu pelayanan dan penggembalaan belum layak,
kemudian kalau ditinjau dari sudut tenaga, pikiran, keuangan, belum layak.
Tetapi dalam ketidaklayakan inilah Tuhan percayakan banyak perkara, supaya terlihatlah
mujizat yang luar biasa yang boleh kita rasakan, bahwa betul-betul Tuhan ajaib
dalam kehidupan kita semua.
2013, 2014, 2015, 2016, terus tidak berhenti
kepercayaan Tuhan untuk melayani Tuhan baik di gereja lokal, baik dimana saja,
baik juga melayani persekutuan hamba-hamba Tuhan.
Saya juga bersyukur punya isteri yang baik, mau
menolong pelayanan ini, tetapi Tuhan saja yang baik.
Bantu selalu dalam doa supaya kami suami isteri menjadi
teladan yang baik. Kalaupun ada kekurangan saya, kekurangan isteri saya, jangan
dimanfaatkan lagi. Kami sebagai gembala, juga sebagai orangtua rohani, hormati
nikah orangtua rohani. Usia saya mungkin memang lebih muda dari beberapa sidang
jemaat, tetapi hormati nikah orangtua, bapak ibu rohani, supaya nanti
betul-betul menjadi anak sulung. Ruben pernah melihat kekurangan ibunya,
akhirnya tidak dihargai menjadi anak sulung. Ham tidak menghargai bapanya,
akhirnya diinjak, itulah tanah Kanaan. Ini pelajaran supaya di tahun 2017 kita
jauh lebih baik lagi semua, sehingga gap
tidak ada lagi. Yang membuat gap
adalah penghambat, apa yang menghambat? Adalah dosa kenajisan.
Jangan sampai hal-hal pengakuan dosa karena dilihat
mata, tetapi apa yang sudah menjadi teguran Tuhan segera diakui, karena kalau
saya langsung tunjuk, belum tentu saudara mengakui. Padahal saya tahu apa yang
saya lihat, saya tahu apa yang saya rasakan. Saya adalah seorang hamba Tuhan memiliki
pertimbangan.
Oleh sebab itu, kita banyak belajar dari firman, Tuhan saja yang benar. Maka kalau
kita mau menyerah, nanti Tuhan yang membenarkan, salib-Nya yang membenarkan, dengan syarat mau memikul salib-Nya.
Roti hidup, roti yang turun dari sorga telah kita lihat
lewat kelahiran Yesus yang dibaringkan di dalam palungan, berarti Dia makanan,
Dia minuman, karena Dia roti yang turun dari sorga, prosesnya
adalah salib.
Tetapi proses inilah yang harus kita hargai. Roti
hidup, roti yang turun dari sorga adalah perbekalan
yang berlimpah-limpah yang tidak berkesudahan, yaitu: gandum dari langit dan roti malaikat.
Gandum dari
langit
berbicara pengalaman kematian, tandanya dikuliti, nanti baru dia berbuah.
Roti hidup, roti yang turun dari sorga, itulah roti malaikat, firman
penggembalaan, menggembalakan kehidupan kita, dia memberitahukan segala sesuatu
apa yang terjadi hari ini, besok, lusa, sampai Tuhan datang pada kali yang
kedua, supaya kita bisa mengantisipasi segala sesuatunya. Pertolongan Tuhan
tepat pada waktunya.
Siapa yang bisa melihat tanda zaman kalau kita tidak
menikmati firman penggembalaan, wahyu yang kita terima dari Tuhan. Kita tidak
bisa melihat keadaan dunia kalau tidak mendapatkan wahyu.
Apa yang didapatkan Rasul Yohanes di pulau Patmos ditulis
semua lalu dikirim kepada tujuh sidang jemaat. Yang pertama menerima Wahyu
adalah malaikat sidang jemaat, itulah gembala sidang, lalu dilanjutkan kepada
sidang jemaat. Semua yang dilihat hari ini, besok, lusa, semua bisa kita lihat.
Itulah hebatnya pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Saya tetap berucap syukur, saya tetap berterimakasih
kepada Tuhan, sidang jemaat, saya rasakan sidang jemaat turut berdoa dalam
pembukaan rahasia firman. Terlebih dalam ibadah natal tahun ini, saya rasakan
karena doa dan kemurahan Tuhan. Kita telah berpuasa untuk pemberitaan firman Allah, kita berdoa untuk tema, walaupun
secara lahiriah saya susah sekali, sepertinya lama saya mendapatkannya. Tetapi
setelah saya mulai terdesak, Tuhan tunjukkan, injil Lukas 2: 7. Ternyata itu hasil doa.
Pada akhirnya Tuhan tolong.
Yang luar biasanya lagi, firman Allah
untuk natal
di Makassar belum ketemu. Sementara saya harus menyiapkan firman Allah untuk ibadah doa, ibadah pendalaman alkitab, ibadah
kaum muda, ibadah raya minggu di dalam kandang penggembalaan, situasi yang sama
dari minggu ke minggu. Tetapi saya kembali ke firman; kesusahan hari ini untuk
hari ini.
Saya kembali kepada firman: kesusahan hari ini untuk
hari ini, besok mempunyai kesusahannya sendiri.
Ayo kita kembali kepada kebenaran firman. Itu betul-betul saya praktekkan.
Dan sekali lagi yang belum mendapat pekerjaan, sabar
ya. Cepat mati, cepat bangkit. Kalau benih itu belum mati dan jatuh ke tanah,
ia tetap satu, tetapi kalau dia sudah mati dan jatuh ke tanah, hari ketiga dia
akan bangkit dan berbuah-buah. Kita tidak bisa berkata salah apa saya Tuhan? Sesungguhnya
kita sudah banyak berbuat salah. Jangan lagi tanya Tuhan Yesus, salah apa saya?
Jangan lagi.
Yang harus kita pertanyakan adalah bagaimana cara saya
Tuhan, supaya lebih baik lagi.
Lewat kesaksian tadi, semua kerinduan sudah
Tuhan dengar, pasti Tuhan jawab. Semoga orangtua dari Polma
dan Mita ada bersama-sama dengan kita. Seperti kerinduan Timotius dan Yosua,
orangtuanya, ibu Girsang ada di sini, semua karena kemurahan Tuhan, tidak usah
dipaksa. Tuhan tidak bisa dipaksa, yang harus dipaksa adalah penyerahan ini.
Jadi, doa dikabulkan sejauh penyerahan. Maka dalam Amsal 28:9 dikatakan, “Siapa memalingkan telinganya untuk tidak
mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.”
Jangan sampai doa kita menjadi kekejian. Ingin berdoa, memohonkan
sesuatu perkara, menaikkan permohonan, tetapi tidak mau mendengar firman,
justru itu adalah kekejian. Jangan seperti itu.
Kevin jangan kecil hati. Pengalaman jadikan guru. Jangan
lagi mendengar suara asing, kembali kepada suara gembala. Saya dan kita semua
dengar suara gembala, firman pengajaran yang sudah menggembalakan kita semua.
Tadi mama Nissi seringkali tidak dengar-dengaran sampai
akhirnya tidak mau bertanya Tuhan Yesus. Saya bukan Tuhan Yesus, saya hanya
utusan, karena saya sudah menerima berita pendamaian untuk membawa berita
pendamaian itu. Berilah diri untuk diutus/menjadi pendamaian.
Namun kesempatan ini tetap kita akan menerima firman
Tuhan ...
Lukas 2: 7
(2:7) dan ia
melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya
dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat
bagi mereka di rumah penginapan.
Dari tema ini, diambil juga subtemanya. Tetapi rupanya
dalam lima kali ibadah natal, kita mendapatkan empat subtema.
Subtema yang pertama: “Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki.”
Persamaan kalimat ini, Yohanes 1: 1, firman menjadi
manusia atau firman menjadi daging. Tetapi prosesnya adalah kelahiran.
Dilahirkan kembali. Seperti apa yang dinyatakan Yesus kepada Nikodemus. Awalnya
Nikodemus tidak mengerti tetapi Tuhan memberi pemahaman, supaya dia bisa
melihat Kerajaan Sorga. Akhirnya dia mengerti tentang kelahiran kembali oleh
darah, air dan Roh karena Yesus juga datang ke bumi
dengan darah, dengan air dan dengan Roh. Dan di sorga juga ada tiga kesaksian; Bapa, firman dan Roh.
Kemudian, subtema yang kedua dari tema yang ada: “Anak-Nya
yang sulung.”
Kesulungan Yesus ini pada akhirnya membawa kita
segambar serupa dengan Allah. Dan berkat di sini walaupaun sederhana dan pendek
pemberitaannya, tetapi saya kira, kita cukup diberkati pada saat itu, sesuai
dengan kondisi Ibadah Natal Sekolah Minggu dan PAK.
Kemudian subtema yang ketiga adalah: “Lalu dibungkusnya
dengan lampin.”
saya teringat dibungkus dengan lampin berarti dua hal
terlihat di situ yang akan dirasakan bayi mungil Yesus, yaitu;
1. Tidak
terlihat lagi ketelanjangannya
2. Mengalami
kehangatan
Kita menarik suatu kesimpulan, dibungkus dengan lampin
menunjuk kepada KASIH.
Kasih itu menutupi banyak sekali dosa. Kemudian kasih
itu berguna sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan
kita. Jadi kehangatan kasih itu yang membuat kita melebur, menyatukan diri
dengan anggota-anggota tubuh yang lain, dengan kesatuan ini nanti sampai
sempurna. Betul-betul lampin tidak lain tidak bukan adalah kasih.
Lalu subtema yang keempat: “Dibaringkannya di dalam palungan.”
Palungan itu adalah tempat makan dan minum domba-domba.
Berarti kalau Yesus dibaringkan di dalam palungan, menunjukkan bahwa Yesus adalah benar-benar makanan dan benar-benar
minuman bagi kita semua, sebab memang Dia adalah roti hidup, roti yang turun
dari sorga.
Prosesnya supaya Dia benar-benar makanan dan darah-Nya
benar-benar minuman adalah salib Kristus, di situlah Dia mempersembahkan hidup-Nya
seutuhnya kepada kita. Tubuh-Nya yang tercabik-cabik itulah roti yang
dipecah-pecahkan. Darah-Nya yang tercurah, itulah minuman bagi kita
sekaliannya.
Itulah roti hidup, roti yang turun dari sorga, yang
diserahkan-Nya kepada akitab, yang disebut juga dengan gandum yang turun dari
langit, dan roti
malaikat
sebagai perbekalan yang berlimpah-limpah. Di sini saya terharu sekali dengan
kemurahan Tuhan. Seandainya tidak ada perbekalan yang berlimpah-limpah ini, maka
kita dapat dipastikan kekurangan bekal dalam perjalanan rohani kita menuju ke
rumah Bapa di sorga, resikonya pingsan di jalan, tidak sampai ke rumah Bapa di
sorga, sebagaimana peristiwa pemecahan roti yang kedua, Dia tidak membiarkan
orang banyak pulang dalam keadaan lapar, nanti pingsan di jalan, tidak sampai
ke rumah masing-masing. Perbekalan yang berlimpah-limpah inilah yang membuat
hati saya terharu. Biarpun saya yang menyampaikan firman, tetap saya merasakan
lawatan, kemurahan dan jamahan Tuhan. Di situ saya sangat terharu sekali.
Pertama kali disampaikan dalam Ibadah Raya Minggu, di situ saya lebih terharu
lagi, saya tidak bisa menahan pengucapan syukur dan berkata; Haleluya kepada
Tuhan. Dan perbekalan yang melimpah-limpah inilah yang membekali kita sampai di
penghujung tahun 2016 ini.
Barulah baca kembali ...
Lukas 2: 7
(2:7) dan ia
melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya
dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat
bagi mereka di rumah penginapan.
Kalau pada akhirnya Yesus dibaringkan di dalam
palungan, penyebabnya adalah: karena
tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Andaikata ada tempat bagi mereka di rumah penginapan,
tidak mungkin Yesus dilahirkan di dalam kandang domba, dan tidak mungkin Yesus
dibaringkan di dalam palungan.
Berarti peristiwa ketika Yesus dilahirkan di kandang
domba, itu adalah kemurahan bagi kita semua.
Dan berada di kandang penggembalaan GPT Betania Serang
& Cilegon adalah kemurahan Tuhan.
Peristiwa ini bukan suatu kebetulan, tetapi supaya kita
boleh tergembala dengan baik dalam satu kandang dengan satu gembala, itu
kemurahan Tuhan. Lanjutlah dalam kandang penggembalaan ini, kita boleh
menikmati tubuh dan darah Yesus. Tubuh Yesus benar-benar makanan, darah Yesus
benar-benar minuman, yang adalah kasih karunia, kemurahan Tuhan bagi kita
semua.
Jadi jangan sampai saudara berkata, aku di sini karena
kebetulan. Tergembala itu karena kemurahan. Lalu kita menikmati tubuh darah Yesus
sebagai makanan dan minuman.
Yohanes 10: 16
(10:16) Ada
lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu
harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan
menjadi satu kawanan dengan satu gembala.
Yesus berkata: Ada
lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu
harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan
menjadi satu kawanan dengan satu gembala.
Ini adalah kemurahan. Kalau kita tergembala itu adalah
kemurahan. Kalau kita menikmati tubuh dan darah Yesus adalah kemurahan Tuhan.
Pertama-tama firman ini ditujukan kepada bangsa Israel.
Kelebihan bangsa Israel adalah (1) sunat, (2) firman, kepada merekalah itu.
Tetapi kalau pada akhirnya kita boleh menikmati tubuh dan darah Yesus, itu
karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Seharusnya, Yesus lahir di rumah penginapan, di rumah persalinan,
tetapi karena tidak ada tempat, mau tidak mau Yesus
dilahirkan di dalam kandang domba, dan dibaringkan di
dalam palungan.
Roma 3: 1-2
(3:1) Jika
demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat?
(3:2) Banyak
sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah
dipercayakan firman Allah.
Kelebihan orang Yahudi, adalah: kepada mereka
dipercayakan firman Allah dan sunat.
Berarti, ketika Yesus lahir di kandang domba adalah
kemurahan Tuhan bagi kita bangsa kafir.
pada akhirnya kita boleh menikmati firman Allah, yaitu;
tubuh dan darah Yesus, itu adalah kemurahan Tuhan.
Yohanes 10: 17-18
(10:17) Bapa
mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.
(10:18) Tidak
seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut
kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya
kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."
Kalau pada akhirnya kita menjadi domba-domba, itu
karena Yesus adalah roti hidup, Ia telah menyerahkan diri-Nya di atas kayu
salib. Jadi jelas karena kemurahan Tuhan.
Kita ini jadi kawanan domba Allah,
karena Dia telah menyerahkan diri-Nya
di atas kayu salib, sebab Dia adalah roti hidup, roti
yang turun dari sorga. Tidak ada satupun yang bisa mengambil kalau bukan
kehendak Dia.
Barulah pikiran kita semakin terbuka sebab menjadi
kawanan domba Allah, karena kehendak-Nya.
Bersyukurlah selalu, karenaTuhan Yesus baik bagi kita.
Kita sudah merasakan kemurahan yang besar luar biasa.
Ingat; pertama-tama sunat dan firman diberikan kepada
bangsa Israel, tetapi karena tidak ada tempat penginapan
bagi mereka, dengan demikian bangsa kafir mendapat
kemurahan dan menjadi kawanan domba.
Tergembala itu karena kemurahan. Menikmati tubuh dan
darah Yesus karena kemurahan Tuhan. Dan akhirnya lewat menikmati tubuh dan
darah Yesus tergalilah potensi, itulah harta yang indah, perhiasan rohani, yang
berasal dari Roh Kudus, itu adalah kemurahan Tuhan. Sampai kita menikmati kasih
yang sempurna, menjadi mempelai wanita Tuhan, itu adalah kemurahan Tuhan.
Jadi apa yang sudah kita kerjakan, apa yang sudah kita
persembahkan selama ini, ternyata tidak sebanding dengan kemurahan Tuhan. Itu
harus ada dalam pikiran ini. Jangan sampai nanti mengukur Yesus hanya sebagai
anak tukang kayu. Itu adalah ukuran manusia lahiriah, menurut kebenaran diri
sendiri. Akhirnya pada saat berkorban, bersungut-sungut. Kalau kita melihat
Yesus dalam ukuran rohani, kita tidak ada apa-apanya.
Bangsa Israel sudah diberi kesempatan dalam masa
kesabaran, diulang lagi untuk yang kedua
kali berkata; Aku roti hidup, respon orang-orang Yahudi justru bertengkar, berarti
terjadi perpecahan, antara sesama Yahudi bertengkar = perpecahan anggota tubuh.
Saya masih ingat sekali diawal kita
tergembala, seorang
pun tidak bisa berbuat ap-a-apa. Tidak tahu main
musik, tidak tahu ketik khotbah, tidak tahu apa-apa, tetapi sekarang bisa
ketik, bisa main musik, bisa semuanya. Juga pa Barita, tidak mengerti untuk menaikan
doa-doanya, berdoa saja belepotan. Juga si Debora tidak mengerti, semua tidak
tahu.
Kalau akhirnya dipercayakan karunia-karunia dan
jabatan, dan kita melayani sesuai dengan karunia yang kita peroleh, itu karena
kemurahan Tuhan.
Diberikan pekerjaan yang bagus, itu karena kita memberi
hati untuk tergembala dengan sungguh-sungguh.
Penggembalaan ini kasih karunia.
Untung Yesus lahir di kandang domba. Kalau tidak, kita
tidak menjadi kawanan domba Allah, maka hanya bangsa Israel saja yang diselamatkan. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
No comments:
Post a Comment