IBADAH RAYA MINGGU, 18 DESEMBER 2016
“WAHYU PASAL ENAM”
(Seri 07)
Subtema: MAKHLUK YANG KEDUA.
Shalom...!
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih Tuhan
kita Yesus Kristus, oleh karena kasih-Nya kita dapat melangsungkan Ibadah Raya
Minggu disertai dengan kesaksian.
Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu
dari kitab Wahyu 6.
Wahyu 6:3-4
(6:3) Dan ketika Anak Domba itu
membuka meterai yang kedua, aku mendengar makhluk yang kedua berkata:
"Mari!"
(6:4) Dan majulah seekor kuda lain, seekor kuda merah padam dan orang
yang menungganginya dikaruniakan kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari
atas bumi, sehingga mereka saling membunuh, dan kepadanya dikaruniakan sebilah
pedang yang besar.
Di sini kita
melihat Anak Domba itu membuka meterai yang kedua, maka majulah seekor kuda
merah padam.
Pada saat Anak
Domba itu membuka meterai yang kedua disertai dengan makhluk yang kedua sebagai
saksi, sehingga kita dapat melihat sifat dari penghukuman itu sendiri.
Mari kita
melihat makhluk yang kedua...
Wahyu 4:7
(4:7 )Adapun makhluk yang pertama
sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan
makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang
keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.
Makhluk yang kedua
sama seperti anak lembu, atau disebut dengan lembu jantan muda. Ini menunjukkan
kepada sifat/tabiat Yesus Kristus, yaitu, Anak Domba yang akan tampil dengan
sifat seekor anak lembu atau lembu jantan muda.
Ibrani 9:12-14
(9:12) dan Ia telah masuk satu
kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah
domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan
dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.
(9:13) Sebab, jika darah domba
jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka
yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,
(9:14) betapa lebihnya darah
Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada
Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita
dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah
yang hidup.
Yesus Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk memperdamaikan dosa
manusia, menjadi pengantara antara Allah dengan manusia. Pendeknya; menjadi
korban pendamaian. Inilah keadaan/sifat dari lembu jantan muda.
Ibrani 9:15
(9:15) Karena itu Ia adalah Pengantara
dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat
menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus
pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.
Pengantara antara Allah dengan manusia dan menjadi pengantara dari suatu
Perjanjian yang baru.
Sedangkan dalam Perjanjian yang lama atau pada masa hukum Taurat,
seorang imam besar membawa/mempersembahkan lembu jantan muda saja.
Pengantara Perjanjian baru menunjukkan
suatu kelayakan-Nya sebagai Imam Besar dalam memperdamaikan dosa manusia.
Bukti kelayakan yang pertama
:
Ibrani 12:24
(12:24) dan kepada Yesus,
Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih
kuat dari pada darah Habel.
Yesus Kristus, sebagai pengantara Perjanjian baru, darah-Nya lebih kuat
dari pada darah Habel.
Kalau kita perhatikan darah Habel itu berteriak kepada Allah dari tanah
(Kejadain 4), memberitahukan
sesungguhnya apa yang terjadi, termasuk sebab dan akibat kenapa Habel mengalami
kematian.
Sebetulnya darah Habel ini juga termasuk hebat, tetapi darah Yesus tetap
lebih kuat dari pada darah Habel.
Bukti kelayakan yang kedua:
Ibrani 7:24-25
(7:24) Tetapi, karena Ia tetap
selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain.
(7:25) Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan
dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup
senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.
Di sini kita perhatikan bahwa, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada
orang lain; dan Dia sendiri tidak mewakilkan tugas pendamaian itu kepada orang
lain, karena hanya Dia yang sanggup membawa semua orang kepada Allah dengan
sempurna.
Ibrani 7:27-28
(7:27) yang tidak seperti
imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk
dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah
dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan
diri-Nya sendiri sebagai korban.
(7:28) Sebab hukum Taurat menetapkan orang-orang
yang diliputi kelemahan menjadi Imam Besar, tetapi sumpah, yang diucapkan
kemudian dari pada hukum Taurat, menetapkan Anak, yang telah menjadi sempurna
sampai selama-lamanya.
Yesus Kristus, Dia sempurna, sehingga dengan demikian Dia dapat membawa
semua orang kepada Allah dengan sempurna. Berbanding terbalik dengan seorang
imam besar pada masa hukum Taurat, banyak terdapat kelemahan-kelemahan di
sana-sini sehingga, tidak mampu membawa semua orang kepada Allah dengan
sempurna.
Ciri-ciri Yesus di dalam kelayakan-Nya
sebagai Imam Besar.
YANG PERTAMA:
Ibrani 4:15
(4:15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak
dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia
telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
“Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”
Salah satu contohnya...
Matius 4:1-10
(4:1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
(4:2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam,
akhirnya laparlah Yesus.
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika
Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
(4:4 )Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan
dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
(4:5 ) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di
bubungan Bait Allah,
(4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah
diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan
malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya
kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
(4:7) Yesus berkata kepadanya:
"Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula
ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua
kerajaan dunia dengan kemegahannya,
(4:9) dan berkata kepada-Nya:
"Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah
aku."
(4:10 ) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab
ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia
sajalah engkau berbakti!"
Di sini kita melihat, Yesus
mengalami 3 macam pencobaan dari si pencoba/pendakwa, itulah Iblis/Setan.
1.
Cobaan yang pertama, soal makanan -> batu dijadikan roti.
Tetapi jawaban Yesus : “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang
keluar dari mulut Allah" -> Yesus tidak sanggup dicobai.
2.
Cobaan yang
kedua, Yesus dibawa ke bubungan Bait Allah tempat yang tinggi, tujuannya, supaya
Ia menjatuhkan diri-Nya dengan alasan malaikat akan menatang-Nya, tetapi Yesus
menjawab: “Janganlah engkau mencobai
Tuhan, Allahmu!", menunjukkan bahwa Yesus menang terhadap cobaan itu.
Banyak orang
Kristen menjatuhkan diri dalam berkali-kali dosa, hanya karena mencari tempat
yang tinggi.
3.
Cobaan yang ketiga, Iblis/Setan menunjukkan kerajaan dunia dan kemegahannya
kepada Yesus dengan syarat harus menyembah kepada Setan, tetapi jawab Yesus: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah
engkau berbakti!" Jawaban
yang ketiga ini menunjukkan bahwa Yesus bebas dari ujian dan cobaan.
Bagi manusia yang hidup secara duniawi, tiga cobaan ini adalah cobaan
yang sangat berat karena sangat menggiurkan.
Hanya karena perkara makanan/perut sesama bisa saling membunuh. Dan tempat
yang tinggi/kedudukan yang sangat tinggi ini juga suatu perkara yang besar,
karena orang hanya untuk mengejar cita-cita setinggi langit, rela meninggalkan
ibadah dan pelayanannya, ini bukan ujian yang ringan. Termasuk kerajaan dunia
dengan segala kemegahannya, ini bukan
suatu perkara yang ringan. Tetapi di sini kita melihat tiga ujian ini dilewati
oleh Yesus, Dia dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Bagi kita, jangankan tiga cobaan di atas tadi, terkadang pada saat
dikecilkan dan direndahkan saja kita tidak bisa terima, dan menjadi panas hati.
Ibrani 2:18
(2:18 )Sebab oleh karena Ia
sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang
dicobai.
“Karena
Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang
dicobai,” ini kelayakan yang
pertama.
Ciri-ciri Yesus di
dalam kelayakan sebagai Imam Besar.
YANG KEDUA:
Ibrani 2:17
(2:17) Itulah sebabnya, maka
dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia
menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia
kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.
Dia harus sama dengan manusia supaya Ia menjadi Imam
Besar, yang harus menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk
memperdamaikan dosa.
Di dalam Injil Matius
ada 4 kali Yesus tergerak oleh belas kasihan, yaitu:
Yang pertama:
Matius 9:35-38.
(9:35) Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar
dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta
melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
(9:36) Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas
kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang
tidak bergembala.
(9:37) Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak,
tetapi pekerja sedikit.
(9:38) Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia
mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."
Belas kasihan Yesus kepada orang banyak di sini adalah: Tuhan mengirimkan
pekerja-pekerja, termasuk seorang gembala untuk memperhatikan kawanan domba-Nya, sehingga kawanan domba
itu tergembala dengan baik berarti, dipelihara, dilindungi dan dibela.
Saat ini kita berada dalam kandang penggembalaan, digembalakan oleh firman
Pengajaran Mempelai dalam terang-Nya Tabernakel, itu karena belas kasihan
Tuhan, bukan semata-mata karena gagah dan kuat kita dan sebaliknya, bukan karena
suatu kebetulan saudara ada di sini, tetapi karena belas kasihan Tuhan.
Sebaliknya, kalau domba-domba tidak tergembala maka domba-domba akan lelah dan terlantar.
-
Lelah ->
beban dosa yang masih menguasai kehidupan seseorang.
-
Terlantar
-> tanpa perhatian dari Tuhan.
Di dalam kandang penggembalaan ini kita banyak mendapat perhatian dari
Tuhan, sehingga hidup rohani kita tidak telantar.
Orang yang tidak mendapat perhatian dari Tuhan adalah orang yang tidak ada
harganya/nilainya. Sama seperti seorang anak, ketika orang tuanya masih ada,
perhatian ada dari orang lain, dan kalau orang tuanya tidak ada, anak itu
bagaikan terlantar dan orang lain tidak akan memperhatikan dia.
Yesus Kristus, Dialah Gembala, Dia Ibu dan Bapak bagi kita, sehingga kita
tidak terlantar.
Banyak orang di luar sana terlantar, kehidupan rohaninya terlantar.
Sekalipun seperti terlihat kaya raya, memiliki kedudukan dan jabatan yang
tinggi, memiliki uang, harta dan sebagainya, tetapi hidup rohaninya terlantar,
jauh dari perhatian Tuhan.
Jadi kita bersyukur, kalau Tuhan kirimkan gembala untuk menggembalakan
domba, itu karena belas kasihan Tuhan.
Yang kedua:
Matius 14:14-19.
(14:14) Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar
jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia
menyembuhkan mereka yang sakit.
(14:15) Menjelang malam,
murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari
sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli
makanan di desa-desa."
(14:16) Tetapi Yesus berkata
kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka
makan."
(14:17) Jawab mereka: "Yang
ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan."
(14:18) Yesus berkata:
"Bawalah ke mari kepada-Ku."
(14:19) Lalu disuruh-Nya orang
banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu,
Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu
dan memberikannya kepada murid-murid
Tergeraklah hati Yesus oleh belas
kasihan kepada orang banyak dengan jumlah yang sangat besar.
Tanda belas kasihan Yesus:
1.
Menyembuhkan orang yang sakit.
2.
Memberi makan lima ribu orang
dengan 5 roti 2 ikan.
- Roti adalah firman
Allah. Yesus adalah roti hidup, roti yang turun dari sorga untuk memberi hidup
kepada dunia, sebab roti yang dipecah-pecahkan itulah pribadi Yesus yang
dipersembahkan di atas kayu salib.
Syarat
menikmati roti; mereka harus duduk di atas rumput. Rumput -> firman
penggembalaan.
-
Ikan adalah
gambaran dari Roh El Kudus. Berarti memberi diri
dipimpin oleh Roh Kudus, persis seperti ikan yang berkeriapan di dalam air.
Hidup dalam roh
baiklah memberi diri dipimpin oleh roh seperti ikan berkeriapan di dalam air.
Kalau seseorang berada di dalam air, ia tidak akan bisa melangkah selain
berenang di kedalaman air.
Yang ketiga:
Matius 15:32-38
(15:32 ) Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan
berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu.
Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku
tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di
jalan."
(15:33) Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi
ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar
jumlahnya?"
(15:34) Kata Yesus kepada mereka:
"Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan
ada lagi beberapa ikan
kecil."
(15:35) Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah.
(15:36) Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu,
mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya,
lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak.
(15:37) Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang
mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh.
(15:38) Yang ikut makan ialah empat ribu laki-laki,
tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
Pingsan = tidak mati tetapi
tidak hidup = tidak sadarkan diri.
Banyak orang tidak menyadari dirinya,
bahwa ia hidup karena belas kasihan, diberi nafas karena belas kasihan, diberi pekerjaan
karena belas kasihan, diberikan ibadah dan dipercaya suatu pelayanan itu karena
belas kasihan, banyak orang tidak menyadari, dan itu disebut dengan pingsan
rohani.
Kalau seseorang meyadari bahwa hidup karena
kemurahan/belas kasih Tuhan itu menunjukkan bahwa dia sadar.
Tanda belas kasihan Yesus:
1. Yesus tidak menyuruh
mereka pulang dengan lapar.
Alasannya: nanti mereka pingsan di jalan.
Alasannya: nanti mereka pingsan di jalan.
2.
Yesus memberi mereka makan (orang banyak) dengan tujuh roti dan beberapa ikan.
Jumlah mereka itu adalah 4000 orang laki-laki, tidak
terhitung perempuan dan anak-anak.
Syarat mereka menikmati makan roti yang dipecah-pecahkan:
duduk di tanah -> kerendahan hati.
Orang yang rendah hati adalah orang yang menyadari diri, bahwa hidup hanya karena
belas kasihan Tuhan.
Yang keempat:
Matius 20:29-34.
(20:29) Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya keluar dari Yerikho, orang
banyak berbondong-bondong mengikuti Dia.
(20:30) Ada dua orang buta yang duduk di pinggir jalan mendengar,
bahwa Yesus lewat, lalu mereka berseru: "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah
kami!"
(20:31) Tetapi orang banyak itu menegor mereka supaya mereka diam. Namun
mereka makin keras berseru, katanya: "Tuhan, Anak Daud, kasihanilah
kami!"
(20:32) Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka. Ia berkata: "Apa
yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"
(20:33) Jawab mereka: "Tuhan, supaya mata kami dapat melihat."
(20:34) Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia
menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia.
Yesus menyembuhkan dua orang buta karena belas kasihan.
Proses kesembuhan...
Dari pihak orang buta: ada suatu kerinduan yang luar
biasa supaya mata mereka dapat melihat, berarti tidak merindukan yang lain-lain; tidak merindukan
supaya menjadi kaya, supaya menjadi orang
yang hebat dan lain sebagainya.
Kerinduan yang paling mendalam dari orang buta ini hanya
satu, yaitu supaya dapat melihat.
Praktek kerinduan: mereka berseru dengan seruan: "Tuhan,
Anak Daud, kasihanilah kami!," namun orang banyak menegur supaya mereka berdiam. Tetapi semakin dilarang, semakin
keras berseru dengan seruan yang sama.
Kerinduan mereka bukan berarti
semakin surut, tetapi semakin menggebu-gebu.
Adakalanya, kita rasakan suatu
larangan, penolakan dari sana-sini dalam hidup kita, akhirnya menjadi lemah.
Tetapi di sini kita melihat, semakin dilarang, kedua orang buta tersebut semakin
berseru dengan seruan yang keras.
Dari pihak Yesus: “Lalu Ia
menjamah mata mereka.”
Saat ini kita telah merasakan
jamahan Tuhan, lewat firman Allah yang dinyatakan bagi kita,.
Kuasa jamahan Tuhan: “Seketika itu juga mereka melihat,” berarti
mata rohani telah dicelikkan.
Saudaraku, 2016 tahun yang lalu
Yesus telah datang dengan membawa
gulungan kitab yang terbuka di atas kayu salib, sehingga kita dapat melihat
tulisan sebelah dalam dan tulisan sebelah luarnya.
- Melihat
tulisan sebelah dalam berarti, melihat isi hati Tuhan yang paling
terdalam, lewat pembukaan rahasia firman. Ketika rahasia firman dibukakan, maka
segala rahasia yang terkandung di dalam hati juga disingkapkan, dosa dibongkar
tuntas = hati bertemu dengan hati.
Saat ini
kita belum bisa melihat Tuhan dengan secara jelas, saat ini kita hanya dapat
merasakan hati bertemu dengan hati. Tetapi apabila hati bertemu dengan hati,
suatu kali kelak kita akan melihat, asal kita bisa merasakan jamahan Tuhan.
-
Melihat
tulisan sebelah luarnya berarti, melihat seutuhnya pribadi Yesus dari
ujung rambut sampai ujung kaki = dapat melihat karya Allah yang terbesar,
itulah salib di Golgota dengan dua tangan terpaku dan dua kaki terpaku. Juga
kita bisa melihat satu tusukan di lambung, dan mahkota duri di atas kepala, dan
juga 40 cambukan yang disebut bilur-bilur-Nya yang berkuasa memberi kesembuhan.
Ketika
kita mengalami kesembuhan berarti, kita sudah melihat bagian sebelah luar pribadi
Yesus secara utuh dari atas/ujung rambut sampai ujung kaki.
Saat ini saya bersyukur kepada
Tuhan, karena Tuhan memberikan kesembuhan/memulihkan perut saya ini, saya
mengetahuinya itu kira-kira satu bulan yang lalu. Saya mencoba memakan cabe
sedikit, tidak ada masalah, saya tambahkan porsinya, juga tidak ada masalah,
lalu saya tambahkan juga porsinya, tidak ada masalah. Puji Tuhan. Saya sudah
melihat bagian luar dari pribadi Yesus,
bilur-bilur-Nya (40 cambuk di tubuh-Nya) memberi kesembuhan terhadap saya.
Tanda seseorang telah melihat/mata rohaninya dicelikkan:
Matius 20:34
(20:34) Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas
kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat
lalu mengikuti Dia.
Kedua orang buta yang disembuhkan, selanjutnya mengikuti
Yesus.
Syarat mengikuti dan melayani Yesus: sangkal diri dan pikul
salib...Lukas 9:22-23.
Kalau harus kehilangan nyawa, aniaya karena firman, karena
memikul salib, maka dia hidup. Tetapi kalau ia tidak mau sangkal diri pikul
salib, maka dia akan kehilangan nyawanya.
Melayani Tuhan dengan syarat; sangkal diri, pikul salib,
tentu kita sudah melihat Dia.
Sebaliknya, kalau mata tidak tercelik, tidak mungkin kita
mengikuti Dia. Hanya orang bodoh mengikuti sekalipun tidak melihat.
Matius 23:23
(23:23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan
jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan,
yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan
yang lain jangan diabaikan.
Yang terpenting
dalam hukum Taurat adalah; keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan.
Perlu untuk diketahui, orang
yang mengenal belas kasihan juga
mengerti tentang mengembalikan/membayar persepuluhan sebagai miliknya Tuhan.
Jadi jangan sering-sering untuk
menunda membayar atau mengembalikan persepuluhan.
Orang yang sudah merasakan belas
kasihan Tuhan itu bisa dilihat dari kesetiannya untuk membayar/mengembalikan
persepuluhan. Karena itu adalah miliknya Tuhan.
Kalau seseorang belum mengerti
untuk membayar/mengembalikan persepuluhan berarti, dia belum mengenal belas
kasihan Tuhan.
Sebetulnya, persepuluhan ini
bukan suatu aturan/perintah di dalam gereja, tetapi kaitannya adalah belas
kasih.
Kalau kita betul-betul merasakan
belas kasih Tuhan maka pasti kita mengerti mengembalikan persepuluhan. Jadi
tidak ada istilah terpaksa, tidak ada istilah suatu aturan gereja, tetapi
karena kita sudah mengenal, mengerti bahkan merasakan belas kasih Tuhan. Tadi
urutannya sudah saya sampaikan.
Bernafas saja itu karena belas
kasih, tergembala, semua karena belas kasihan Tuhan.
Pertanyaannya; siapa yang membayar/mengembalikan
persepuluhan? Apakah hanya untuk orang yang bekerja? Apakah hanya untuk orang
kaya yang sudah berlebihan?
Jawabnya adalah: kepada semua
orang yang sudah mengenal, merasakan dan melihat belas kasihan Tuhan. Besar,
kecil, tua, muda, bukan hanya oang yang sudah bekerja atau kelebihan, tetapi
semua orang yang sudah merasakan, mengenal dan melihat belas kasih Tuhan. Jadi
orang yang menganggur juga dapat
mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan.
Setiap kali kita menikmati belas
kasih Tuhan dan kemurahan Tuhan, hitung berapa jumlahnya dan kembalikan pada
saat tiba waktu untuk mengembalikannya.
Misalnya, saya mendapat keripik,
saya hitung, atau harus tahu harganya, supaya tahu jumlah persepuluhannya, karena
mendapat kripik juga belas kasih. Saat sebelum ada sidang jemaat saya hitung semua, karena saya sudah
merasakan belas kasih Tuhan, apalagi yang sudah betul-betul merasakan belas
kasih Tuhan.
Ciri-ciri Yesus
dalam kelayakan sebagai Imam Besar.
YANG KETIGA:
Ibrani 7:26
(7:26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu
yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan
lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga,
Sebagai Imam Besar, Dia hidup dalam kesalehan, berarti; tanpa salah, tanpa noda, yang
terpisah dari orang-orang berdosa, itu yang disebut dengan hidup
dalam kesalehan. Jangan sampai menyatu
dengan tabiat-tabiat orang berdosa, terkhusus seorang imam (pelayan).
Sejenak kita melihat tentang kesalehan.
Ibrani 5:6-8
(5:6) sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain:
"Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan
Melkisedek."
(5:7) Dalam hidup-Nya sebagai
manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan
keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena
kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
(5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah
belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
Kesalehan Yesus sebagai Imam Besar menurut peraturan Melkisedek, Ia taat dari apa
yang telah diderita-Nya, sekalipun Ia adalah Anak.
Dan kita telah melihat jelas dalam Injil Matius 26:42, sebagai Anak Yesus berkata: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin
lalu, kecuali apabila Aku meminumnya jadilah kehendak-Mu!"
Yesus
harus meminum cawan Allah, sehingga dengan demikian kehendak Allah terlaksana.
Meminum
cawan Allah berarti, menanggung
penderitaan yang tidak harus Ia tanggung di atas kayu salib.
Kuasanya;
kehendak Allah terlaksana.
Jadi, orang saleh itu taat kepada Bapa, tidak ada penolakan. Taat,
berarti patuh pada ajaran yang benar, sehingga terpisah dari dosa orang-orang
yang berdosa.
Kesalehan seorang isteri -> gereja Tuhan.
1 Petrus 3:1-2
(3:1) Demikian juga kamu, hai isteri-isteri,
tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat
kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
(3:2) jika mereka melihat,
bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.
Seorang isteri yang saleh berarti, taat kepada firman,
dengan taat kepada firman maka orang lain juga dimenangkan tanpa perkataan,
melainkan oleh kelakuaan isteri yang saleh karena taat kepada firman.
Di dalam nikah itu harus sehati, sepikir, seiya sekata, seiring dan sejalan, satu visi dan satu misi. Suami
membangun, isteri juga harus membangun, sebaliknya isteri mebangun, suami juga
harus membangun, jangan justru merusak.
Kita melihat di sini, dengan kesalehan seorang isteri
maka dapat memenangkan jiwa-jiwa, orang lain tanpa perkataan, tetapi dengan sikap
dan perbuatannya orang lain dimenangkan.
Jangan kira, kalau seseorang sudah ada di gereja, dia
sudah dimenangkan, belum tentu! Karena yang dimenangkan ialah manusia batin,
bukan manusia tubuh, sebab tubuh
(daging dan darah)
tidak mewarisi kerajaan sorga.
Isteri yang saleh berarti, taat kepada firman = tunduk
kepada suamimnya. Sehingga dengan ketundukkan inilah dia dapat memenangkan jiwa-jiwa
bukan dengan perkataan, tetapi dengan kesalehan dan ketaatannya kepada firman
Tuhan.
Ini kunci rahasia bagi yang belum menikah, seorang suami
akan bisa berdiri tegap, percaya diri dalam hidup, dalam ibadah dan dalam
pelayananya kalau isterinya saleh, itu mahkota di kepalanya, sedangkan isteri
yang cantik itu tipuan... Amsal.
Saya tidak akan bisa percaya diri, kalau isteri saya dan sidang
jemaat tidak hidup dalam kesalehan, tidak taat kepada firman, tidak menempatkan
Kristus sebagai Kepala.
1 Petrus 3:3-4
(3:3) Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu
dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan
pakaian yang indah-indah,
(3:4) tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah
yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang
lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
(3:5) Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu
berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah;
mereka tunduk kepada suaminya,
Perhiasan rohani gereja Tuhan adalah; manusia batiniah,
yaitu, seperti seorang isteri tunduk kepada suaminya. Dengan tunduk kepada
Kristus sebagai Kepala, itu merupakan perhiasan rohani dari gereja Tuhan.
Sumber perhiasan rohani ini adalah: berasal dari roh yang
lemah lembut dan tenteram.
Jadi, sebaiknya seorang perempuan harus lemah lembut dan tenteram.
Contohnya:
1 Petrus 3:6
(3:6) sama seperti Sara taat kepada Abraham dan
menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan
tidak takut akan ancaman.
Seperti Sarah taat kepada Abraham, bahkan menamai
suaminya itu tuannya. Berarti,
di dalam ketaatannya
itu dia mengambil rupa sebagai seorang hamba.
Kalau menamai suaminya sebagai tuannya, berarti di dalam
ketaatannya ia mengambil rupa sebagai hamba.
Kuasa kesalehan
seorang Imam Besar.
Ibrani 5:7
(5:7) Dalam hidup-Nya sebagai
manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan
keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena
kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
Sebagai Imam Besar, Yesus Kristus
menaikkan doa dan permohonan yang disertai ratap tangis dan keluhan-keluhan.
Oleh karena kesalehan-Nya Ia didengar.
Kalau melayani di dalam kesalehan
(taat) maka saat kita merintih, menagis, dengan segala permohonan, maka doa akan didengar.
Ibrani 5:8-9
(5:8) Dan sekalipun Ia adalah
Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
(5:9 ) dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok
keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,
Sampai pada akhirnya Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang
yang taat kepada Dia.
Saudaraku, Yesus adalah Pokok dan kitalah carang-carang-Nya, kalau kita
juga taat kepada Dia.
Kita lihat praktek ketaatan...
2 Korintus 5:18-19
(5:18 ) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan
perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah
mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
(5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan
tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita
pendamaian itu kepada kami.
Dosa sudah diperdamaikan dengan
Allah dan sudah merasakan kuasa pendamaian itu, kepadanya dipercayakan berita
pendamaian itu.
Selama tiga hari (dari tanggal 13-15) kami suami-isteri dan dan
anak-anak kami bersama dengan empat orang jemaat sebagai tim kecil dipercayakan
membawa berita pendamaian di Makassar dalam 5 kali sesi pemberitaan firman,
kita mendapat bagian pada sesi yang kedua (dihari yang kedua) pada pagi menjelang siang hari, disertai
dengan perjamuan suci. Perjamuan suci pada siang hari, rabu dan kamis, malamnya KKR.
2
Korintus 5:20-21
(5:20) Jadi kami ini adalah
utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan
kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan
dengan Allah.
(5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya
menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
“Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan
Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta
kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
Dia yang tidak mengenal dosa
telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh
Allah.”
Inilah tugas dari seorang yang membawa berita pendamaian. Orang lain
akan merasakan nasihat-nasihat firman Allah dari berita pendamaian yang kita
bawa di mana saja kita diutus.
Kalau kita sudah diperdamaikan, kita juga harus memberi diri diutus
untuk membawa berita pendamaian, supaya orang lain juga diperdamaikan juga
kepada Allah.
Dipercayakan berita pendamaian itu..
Keluaran 29:10-11
(29:10) Kemudian haruslah kaubawa lembu jantan itu ke depan Kemah
Pertemuan, lalu haruslah Harun dan anak-anaknya meletakkan tangannya ke atas
kepala lembu jantan itu.
(29:11) Haruslah kausembelih lembu jantan itu di hadapan TUHAN di depan
pintu Kemah Pertemuan.
Terlebih dahulu membawa lembu jantan itu, ke depan kemah pertemuan, lalu
Harun dan empat anak-anaknya meletakkan
tangannya ke atas kepala lembu jantan itu. Kemudian lembu jantan itu disembelih di hadapan Tuhan, di depan
pintu kemah pertemuan.
Jadi dua hal ini harus dialami oleh mereka yang sudah menerima berita
pendamaian, yaitu:
-
Meletakan kedua tangan ke atas kepala lembu jantan
itu, menunjukkan:
persekutuan dengan Kristus sebagai Kepala.
-
Disembelih -> pengalaman kematian.
Inilah orang yang sudah menerima berita pendamaian sekaligus dipercayakan
kepadanya untuk membawakan berita pendamaian sebagai utusan-utusan Allah.
Keluaran 29:12
(29:12) Haruslah kauambil sedikit dari darah lembu
jantan itu dan kaububuh dengan jarimu pada tanduk-tanduk mezbah, dan segala
darah selebihnya haruslah kaucurahkan pada bagian bawah mezbah.
Selanjutnya, darah lembu jantan itu dibubuhkan pada
tanduk-tanduk mezbah
-> suasana kebangkitan.
Suasana kebangkitan, berarti hidup dalam hidup yang baru.
Suasana kebangkitan harus dialami oleh seorang hamba Tuhan.
Seorang utusan yang membawa berita damai jangan melayani dengan cara yang lama.
Kemudian darah selebihnya itu dicurahkan pada bagian bawah
mezbah -> penebusan terhadap dosa.
Apakah kuasa penebusan ini sudah kita alami? Supaya kita
mengalami suasana kebangkitan (hidup baru), tidak lagi melayani Tuhan dengan cara yang lama.
Layanilah Tuhan dengan suasana kebangkitan, karena sudah
merasakan korban penebusan oleh darah Yesus.
Biarlah kita memenangkan jiwa bukan dengan perkataan,
tetapi dengan perbuatan, oleh
karena kesalehan
hidup kita.
Perhatikanlah firman ini, sesudah diperdamaikan selanjutnya
berilah dirimu diutus
untuk membawa berita pendamaian.
Harun dan anak-anaknya ada persekutuan dengan Kristus
sebagai Kepala. Kemudian menyembelih lembu jantan itu lalu darahnya dibubuhkan
kepada tanduk dan selebihnya dicurahkan pada bagian bawah mezbah itu, itu korban penebus dosa.
Sudah mengalami penebusan terhadap dosa, sehingga
mengalami suasana kebangkitan, melayani dalam hidup yang baru, itulah darah
pada tanduk-tanduk mezbah. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment