IBADAH RAYA
MINGGU 18 FEBRUARI 2018
(Seri
44)
“KITAB WAHYU”
Tema: GONCANGAN
DI SEGALA BIDANG AKAN TERJADI.
Shalom saudaraku…
Selamat malam, salam sejahtera
bagi kita sekaliannya, salam di dalam kasih-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan
kita diperkenankan melangsungkan ibadah raya minggu disertai dengan kesaksian.
Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk ibadah raya minggu dari Wahyu
8, dan sekarang kita akan memperhatikan ayat yang kelima.
Wahyu 8:5
(8:5) Lalu
malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan
melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan
gempa bumi.
Seharusnya di dalam cawan emas ini
adalah ukupan, kemenyan yang dibakar lalu asapnya naik ke atas, mengepul, itulah doa penyembahan, doa yang berbau harum.
Tetapi di sini kita melihat suatu
kali nanti bila sudah tiba waktunya pedupaan, diisi dengan api dari mezbah akan
dilemparkan ke bumi, maka meledaklah bunyi guruh disertai dengan halilintar dan
gempa bumi.
Berarti terjadi goncangan yang
dahsyat dan keributan-keributan yang sangat luar biasa di segala bidang, baik
dalam bidang ekonomi, politik, di dalam pemerintahan dalam suatu negara, bahkan
dalam nikah rumah tangga, suatu kehancuran yang sangat hebat. Inilah
penghukuman dari meterai yang ketujuh sebelum terjadi penghukuman dari ketujuh
sangkakala, yang akan ditiup oleh tujuh malaikat. Dalam Wahyu 8 :6-13.
Inilah yang akan terjadi dan menimpa
bumi, bertolak belakang dengan suasana di sorga. Jadi suatu kali
nanti, bumi akan mengalami suatu goncangan yang begitu hebat, bertolak belakang
dengan suasana di sorga.
Coba lihat dulu bagaimana SUASANA
DI SORGA.
Wahyu 8 : 1
(8:1) Dan
ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di
sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
“Sunyi senyaplah di sorga” à hari
perhentian penuh ketenangan dan kedamaian yang luar biasa. Sementara di
bumi terjadi goncangan dan keributan, suara guruh dan halilintar, yang dahsyat
terdengar.
Dengan demikian terlihatlah dua
keadaan yang sangat berbeda, kontradiksi. Keadaan di bumi dan keadaan di sorga
sangat bertolak belakang, keadaan yang sangat berbeda, suasana di sorga sunyi
senyap, ini menunjukkan hari perhentian penuh ketenangan dan kedamaian yang
luar bisa, sementara di bumi terjadi goncangan, dan keributan, suara guruh dan
halilintar yang dahsyat terdengar.
Dengan demikian terlihatlah dua
keadaan yang sangat berbeda antara di sorga dengan di bumi.
-
Sorga à manusia
rohani, yang senantiasa memandang perkara-perkara rohani.
-
Bumi à manusia
duniawi, yang hidup secara manusiawi = terikat dengan perkara-perkara lahiriah atau
perkara-perkara di bawah bumi.
Dua perbedaan ini kita lihat di dalam
Injil Matius 4:3-10.
Matius 4:3-10
(4:3) Lalu
datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah,
perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
(4:4) Tetapi
Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi
dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
(4:5)
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait
Allah,
(4:6) lalu
berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah,
sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya
dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan
terantuk kepada batu."
(4:7) Yesus
berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan,
Allahmu!"
(4:8) Dan
Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan
kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
(4:9) dan
berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud
menyembah aku."
(4:10) Maka
berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau
harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti!"
Menurut pandangan rohani, seharusnya
batu berubah menjadi keturunan Abraham, bukan untuk roti.
Kita akan melihat antara MANUSIA
ROHANI (di sorga) dengan MANUSIA DAGING (di bumi):
YANG PERTAMA.
Manusia rohani: hidup
dalam setiap firman yang keluar dari mulut Allah.
Manusia duniawi: hidup
dari roti dan makanan saja.
YANG KEDUA.
Manusia rohani: hidup di
dalam kesucian.
Berarti berada di tempat yang tinggi,
tidak menjatuhkan diri dalam berbagai-bagai pencobaan.
Orang yang mempertahankan kesucian
tidak akan menjatuhkan diri kedalam berbagai-bagai pencobaan.
Manusia duniawi: mengabaikan
kesucian sehingga menjatuhkan diri kedalam berbagai-bagai pencobaan. Pencobaan
di dalam dunia ini banyak, bisa datang dari pekerjaan, atau kedudukan, jabatan
yang tinggi, atau karena harta dan kekayaan, atau karena memburu uang. Itu
semua bisa menjadi pencobaan.
Oleh karena semua perkara itu,
bisa mengabaikan kesuciannya sampai akhirnya jatuh dalam berbagai-bagai pencobaan.
1 Timotius 6:8-9
(6:8) Asal
ada makanan dan pakaian, cukuplah.
(6:9) Tetapi
mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam
berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan
manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
Mereka yang ingin kaya jatuh ke dalam
pencobaan, ke dalam jerat, dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa.
Saudaraku, pencobaan = jerat
= nafsu yang hampa, yang sifatnya mencelakakan, yang menenggelamkan
manusia dalam keruntuhan dan kebinasaan.
YANG KETIGA.
Manusia rohani: hidup di
dalam penyembahan, atau terikat di dalam penyembahan.
Manusia duniawi: terikat
dengan segala kerajaan dunia, dengan segala kemegahannya.
1 Yohanes 2:15-16
(2:15)
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang
mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
(2:16) Sebab
semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta
keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
Saudaraku, mengasihi dunia dengan
apa yang ada di dalamnya, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging, keinginan
mata, dan keangkuhan hidup.
-
Keinginan daging, berarti
segala sesuatu yang berada di dalam dunia ini bertentangan dengan keinginan roh.
-
Keinginan mata, berarti hanya
untuk kepuasan daging saja.
-
Keangkuhan hidup, berarti
segala yang ada di dunia ini menjadi pemicu sehingga seseorang menjadi sombong
atau angkuh.
1 Yohanes 2:17
(2:17) Dan
dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan
kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Dunia ini akan lenyap dengan
keinginannya, manusia duniawi suatu saat akan lenyap dengan keinginannya,
tetapi manusia rohani yaitu; orang-orang yang melakukan kehendak Allah tetap
hidup selama-lamanya.
Wahyu 22:9-11
(22:9) Tetapi
ia berkata kepadaku: "Jangan berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama
seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi dan semua mereka yang menuruti
segala perkataan kitab ini. Sembahlah Allah!"
(22:10) Lalu
ia berkata kepadaku: "Jangan memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari
kitab ini, sebab waktunya sudah dekat.
(22:11)
Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa
yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia
terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan
dirinya!"
Manusia rohani itu berarti penghuni
sorgawi antara lain para
malaikat, para rasul, para nabi. Mereka itu hidup berdasarkan
firman Allah dan yang menyembah Allah yang hidup. Itu manusia rohani, berada di
sorga.
Kita butuh pembukaan rahasia
firman dihari-hari terakhir ini karena waktu kedatangan Tuhan kembali untuk
yang kedua kali sudah tidak lama lagi, waktu-Nya sudah dekat.
Untuk tetap menjadi MANUSIA ROHANI:
-
Barangsiapa benar hendaklah ia
berbuat kebenaran.
-
Barangsiapa kudus biarlah ia terus
menguduskan dirinya.
Sedangkan, MANUSIA DAGING YANG
BERSIFAT DUNIAWI:
-
Yang jahat terus berbuat jahat.
-
Yang cemar terus mencemarkan
dirinya.
Di atas tadi kita bisa melihat perbedaan
antara manusia duniawi bersifat daging (di bumi) dan manusia rohani (di sorga).
Dan di sinilah kita melihat
perbedaan antara suasana di Bumi dan suasana di sorga.
Di bumi terjadi lemparan api dari
cawan, sehingga terjadi goncangan yang hebat di segala bidang, mulai dari
bidang ekonomi, politik, pemerintahan dalam suatu negara, sampai nanti
goncangan dalam nikah-nikah rumah tangga, ada terdengar suatu suara halilintar
dan guruh yang dahsyat suatu kali nanti.
Kita sudah melihat ternyata keadaan
di bumi betul-betul, yang jahat terus berbuat jahat, yang cemar terus
mencemarkan dirinya, berbeda dengan makhluk sorga, makhluk roh (para malaikat,
para rasul, para nabi), mereka menuruti firman dan menyembah Allah
yang hidup. Mereka akan berada pada hari perhentian, suatu kali nanti. Penuh
dengan ketenangan dan kedamaian yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Wahyu 22:12
(22:12)
"Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan
kepada setiap orang menurut perbuatannya.
Namun pada saat Tuhan datang, Ia
akan membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.
Ini kiranya dapat diperhatikan
dengan sungguh-sungguh. Kondisi rohani kita seperti apa di hari-hari terakhir
ini, apa terikat dengan perkara di bumi, atau sudah sama seperti makhluk Roh.
Hidup rohani yang semakin
meningkat bukan semakin mencemarkan diri.
Saya berharap kepada semua sidang
jemaat teramat lebih pelayan-pelayan Tuhan hari demi hari, kerohanian harus
semakin meningkat, maka yang suci akan semakin suci, yang benar semakin benar,
itu harapan saya sebagai bapa rohani, gembala sidang di dalam penggembalaan ini,
berharap supaya suatu kali nanti kita berada di hari perhentian yang kekal,
penuh dengan kedamaian dan ketenangan yang tidak bisa digambarkan atau
dilukiskan dengan kata-kata.
JALAN KELUARNYA...
Wahyu 8:1-4
(8:1) Dan
ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di
sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
(8:2) Lalu
aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka
diberikan tujuh sangkakala.
(8:3) Maka
datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan
sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas
di hadapan takhta itu.
(8:4) Maka
naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan
malaikat itu ke hadapan Allah.
Ketika Anak Domba membuka meterai
yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga kira-kira setengah jam lamanya.
Sunyi senyap adalah hari perhentian di dalam Tuhan.
Pada hari perhentian itu
terlihatlah dua perkara besar untuk menolong kita pada saat keributan dan goncangan
yang dahsyat itu terjadi.
Adapun dua perkara tersebut,
adalah:
1. Tujuh sangkakala
yang diberikan kepada tujuh malaikat untuk ditiup atau diperdengarkan.
2. Kepada seorang
malaikat diberikan kemenyan untuk dipersembahkan di atas mezbah di hadapan
takhta itu.
Inilah dua perkara besar tersebut,
mari kita ikuti satu-persatu.
YANG PERTAMA: tujuh sangkakala yang diberikan kepada tujuh malaikat untuk
ditiup atau diperdengarkan.
Artinya; firman Allah harus
diberitakan atau disampaikan dengan terang, dijelaskan dengan baik.
1 Korintus 14:8
(14:8) Atau,
jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri
untuk berperang?
Firman Allah harus diperdengarkan
dengan terang, dijelaskan dengan baik, sehingga semua pihak mempersiapkan
dirinya di hadapan Tuhan, baik juga saya sebagai gembala sidang juga
harus mempersiapkan diri, untuk menjadi seorang hamba, seorang gembala yang
baik di hadapan Tuhan.
Imam-imam melayani
berdasarkan karunia Roh Kudus juga harus mempersiapkan dirinya di tengah ibadah
dan pelayanan yang Tuhan percayakan.
Apabila Firman itu disampaikan
dengan terang, dijelaskan dengan baik, maka kita harus segera mempersiapkan
diri, tidak boleh diabaikan begitu saja.
Firman tidak boleh berlalu begitu
saja, semua pihak harus segera mempersiapkan diri dengan baik, dengan benar
di hadapan Tuhan.
Dua nafiri pernah memimpin
perjalanan bangsa Israel selama 40 tahun di Padang Gurun...Bilangan 2:10-36.
Setiap kali nafiri ditiup, maka
semua pihak mempersiapkan dirinya di hadapan Tuhan, baik umat Tuhan,
maupun para pemimpin pasukan, serta laskar-laskar atau tentara
Tuhan.
Nafiri ditiup dengan atau tanpa
semboyan telah menuntun bangsa Israel hingga tiba di tanah perjanjian.
Dua nafiri yang ditempa dari perak
bukan tiga, bukan satu, itulah firman Allah yang disampaikan dengan jelas,
dengan terang, dalam perjanjian lama dan perjanjian baru.
Maka umat yang mendengarkan
firman mempersiapkan dirinya, juga kepala pasukan (pemimpin-pemimpin), juga
laskar-laskar (tentara Tuhan) juga mempersiapkan dirinya, sebagaimana
mestinya, sebagaimana yang diharapkan oleh Tuhan.
Tidak boleh bertahan pada posisi
yang tidak baik, supaya Roh Tuhan itu terus menuntun dalam setiap pergerakan
rohani kita, sampai nanti kita tiba pada hari perhentian itu. Kiranya dapat
dipahami dengan baik.
Kita lihat:
Imamat 23:23-24
(23:23) TUHAN
berfirman kepada Musa:
(23:24)
"Katakanlah kepada orang Israel, begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada
tanggal satu bulan itu, kamu harus mengadakan hari perhentian penuh yang
diperingati dengan meniup serunai, yakni hari pertemuan kudus.
Pada hari perhentian penuh, harus
ditandai atau harus diperingati dengan meniup serunai, artinya; firman Allah
harus disampaikan pada hari perhentian penuh. Tidak ada artinya kita berada
pada hari perhentian atau hari perhentian tanpa firman Allah, atau ibadah tanpa
firman Allah itu bukan ibadah yang menyukakan hati Tuhan, bukan ibadah yang
sesuai dengan maunya Tuhan, itu ibadah buatan tangan manusia.
Kalau umat Tuhan
mendengarkan suara nafiri, maka dia akan diarahkan kepada panggilan itu,
berarti menghargai korban Kristus. Kalau kepala Pasukan atau para
pemimpin mendengarkan Firman Tuhan, maka ia harus peka di tengah-tengah ibadah
dan pelayanannya di hadapan Tuhan.
Seorang pemimpin atau
pelayan-pelayan atau para imam harus peka untuk melakukan pekerjaan sesuai
dengan apa maunya Tuhan, tidak perlu diperintah-perintah.
Juga laskar-laskar atau
tentara-tentara Tuhan, harus yakin dengan Firman di dalam peperangan. Di
dalam peperangan ada kemenangan, maka seorang tentara tidak perlu memusingkan
dirinya soal penghidupan, supaya dia dapat menyenangkan Tuhan sebagai pemimpin
perang yang tertinggi.
Jadi, umat Tuhan diarahkan untuk
menghargai korban Kristus. Pemimpin harus peka, dalam mengerjakan pekerjaannya,
tidak perlu diatur-atur. Tentara Tuhan juga, tidak boleh memusingkan dirinya
dengan soal penghidupan, untuk menyenangkan hati Tuhan sebagai pemimpin perang
yang tertinggi...Lukas 8:18a.
Saya berharap setelah dengar
Firman, dari detik ini sampai seterusnya segera mempersiapkan diri sebagaimana
mestinya sesuai dengan maunya Tuhan, jangan bertahan di situ, jangan bertahan
sesuai dengan kemauan sendiri, supaya hati Tuhan senang. Perhatikanlah cara
kamu mendengarkan firman.
Jadi kesimpulannya, sangkakala
ditiup berkaitan dengan tahun Yobel, tahun pembebasan.
Yohanes 5:1-5
(5:1) Sesudah
itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem.
(5:2) Di
Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani
disebut Betesda; ada lima serambinya
(5:3) dan di
serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang
buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang
menantikan goncangan air kolam itu.
(5:4) Sebab
sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu;
barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi
sembuh, apa pun juga penyakitnya.
(5:5) Di situ
ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.
Jadi, di serambi itu berbaring
sejumlah besar orang sakit, orang-orang buta, orang-orang timpang, dan
orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu.
Sebab sewaktu-waktu turun malaikat
Tuhan ke kolam itu, dan menggoncangkan air itu, barangsiapa yang terdahulu
masuk ke dalamnya, sesudah gocangan air itu akan sembuh apapun penyakitnya. Ini
Yobel yang pertama.
Terjadi kegerakan, orang timpang,
orang buta, orang-orang sakit apapun disembuhkan. Tetapi peristiwa itu hanya,
sewaktu-waktu, tidak selamanya, sehingga tidak semua orang yang sakit mengalami
kesembuhan.
Oleh sebab itu di sini kita
melihat kembali.
Yohanes 5:6-7
(5:6) Ketika Yesus melihat orang
itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan
itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?"
(5:7) Jawab orang sakit itu
kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu
apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain
sudah turun mendahului aku."
Kita sekarang berada di dalam
Yobel terakhir. Tuhan mencari orang yang paling menderita dan yang belum
terjangkau di antara orang-orang sakit di kolam Betesda tersebut.
Saya mau kembali katakan, tadi
kesembuhan itu tidak semua mengalami kesembuhan, kita sekarang hidup di dalam
Yobel terakhir, Tuhan mencari orang yang paling menderita dan yang tidak
terjangkau di antara orang sakit di serambi kolam Betesda. Lalu Yesus datang melawat
dan berkata; "Maukah engkau sembuh?"
Setelah pernyataan Tuhan, orang
lumpuh tersebut menjawab: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke
dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam
itu, orang lain sudah turun mendahului aku."
-
Dari pengakuan ini ternyata tidak
semua orang terjangkau dan tertolong dalam kegerakan Yobel pertama.
-
Kemudian, dari pengakuan ini,
orang lumpuh tersebut menaruh harap kepada Tuhan Yesus Kristus.
Yohanes 5:8-9
(5:8) Kata
Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah."
(5:9) Dan
pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan
berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat.
Di sini kita melihat kesembuhan
terjadi, lewat kegerakan pembukaan rahasia Firman.
Kegerakan rahasia Firman itu bisa
terjadi dalam setiap kita menyelenggarakan kebaktian-kebaktian dalam tiga macam
ibadah pokok, baik dalam ibadah pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan
suci, baik dalam ibadah Raya Minggu disertai dengan
kesaksian, baik dalam ibadah Doa Penyembahan, termasuk lewat persekutuan-persekutuan
ataupun KKR.
Kegerakan lewat pembukaan rahasia
firman sangat efektif menjangkau yang tidak terjangkau, maka di Yobel yang
terakhir ini kita sangat membutuhkan pembukaan rahasia Firman.
Banyak gereja akhir-akhir ini
membutuhkan kegerakan dari malaikat, tapi itu sifatnya sewaktu-waktu dan tidak
maksimal untuk menjangkau jiwa-jiwa yang paling menderita. Tetapi di sini kita
melihat, di Yobel terakhir kita mendengarkan suara sangkakala ditiupkan
menjangkau yang tidak terjangkau. Yesus menghampiri orang lumpuh tersebut.
Ayat 7, dia menceritakan ketika air
digoncang, dia menuju air, tetapi orang sudah mendahuluinya, jadi tidak sempat.
Di Yobel terakhir ini, Tuhan
meniupkan sangkakala, menghampiri orang yang paling menderita, karena tidak
terjangkau, lewat pembukaan rahasia Firman Tuhan. Ini Yobel terakhir, tahun
pembebasan, tahun terakhir bagi kita, sebab mengingat kedatangan Tuhan sudah
tidak lama lagi, kita butuh pembukaan rahasia Firman Tuhan.
Maka dalam setiap kebaktian, terkhusus
dalam tiga macam ibadah pokok, dalam penggembalaan ini, di situ terjadi
kegerakan, untuk menyembuhkan, menyehatkan hidup rohani kita yang sakit, sakit
lumpuh, yang buta, yang timpang, dan lain sebagainya.
Di sini kita melihat Yesus menjangkau
yang paling menderita yaitu orang lumpuh, ketika terjadi goncangan hebat oleh
malaikat Tuhan turun, ia tidak dapat tertolong karena ia lumpuh.
Lumpuh Rohani itu membuat kita stuck,
tidak maju rohani. Banyak hal yang membuat lumpuh rohani, entah itu kenajisan
dan kejahatan, entah itu terikat dengan perkara yang di bawah dan lain
sebagainya.
Ini kehidupan yang paling
menderita, ini harus disehatkan, tetapi di sini kita melihat Yesus menjangkau yang
paling menderita itu, Yesus meniupkan sangkakala lewat pembukaan rahasia
Firman, itulah Yobel yang terakhir ini.
Kita butuh pembukaan Rahasia
Firman untuk menyehatkan rohani kita.
Di sini orang lumpuh mengalami kelumpuhan
itu selama 38 tahun.
Tahun Yobel berarti 50 x 38 = 1900,
lahirnya Gereja Tuhan. Tetapi di 50 tahun pertama terjadi kemerosotan pada
gereja Tuhan, sebab Romawi menjajah Israel, tetapi setelah 50 yang kedua (Yobel
yang kedua) di situ kebangkitan Gereja, Tuhan Yesus tampil sebagai pembebas.
Kita butuh kegerakan Yobel yang kedua ini.
Untuk menjangkau yang tidak
terjangkau yang paling menderita, yaitu, sakit lumpuh. Banyak hal yang
menyebabkan rohani lumpuh, Tuhan menjangkau, dari kegerakan lewat pembukaan
rahasia Firman. Tadi kita sudah melihat, goncangan air Betesda itu tidak
maksimal menjangkau yang paling menderita.
Yohanes 5:10
(5:10) Karena itu orang-orang Yahudi
berkata kepada orang yang baru sembuh itu: "Hari ini hari Sabat dan tidak
boleh engkau memikul tilammu."
Kesembuhan itu terjadi justru pada
hari sabat, pada hari perhentian.
Kita membutuhkan hari perhentian rohani,
bukan sabat jasmani, supaya tidak terikat kepada perkara lahiriah dan
aturan-aturan buatan manusia.
Yohanes 5:17
(5:17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai
sekarang, maka Aku pun bekerja juga."
Tuhan bekerja sampai hari ini, maka
sebagai anak Yesus juga harus bekerja sampai hari ini, Yesus meniupkan
sangkakala pada Yobel yang terakhir, untuk menolong orang yang paling menderita
dari orang yang sakit itu seperti orang yang lumpuh selama 38 tahun. Banyak orang-orang
melayani Tuhan mungkin terlihat seperti rohaniawan, tetapi sebetulnya Tuhan
dapat melihat lubuk hati yang paling dalam. Bisa saja sudah mengalami
kelumpuhan rohani, orang semacam ini butuh pertolongan dari Tuhan, mengingat
hari-hari ini, hari-hari terakhir, Yobel terakhir, kita butuh tiupan sangkakala
itu. Untuk mengadakan pembebasan menyehatkan hidup rohani kita seluruhnya.
Saya tidak bisa menuduh dan
menunjuk apa yang menyebabkan lumpuh rohani terhadap kehidupan kita
masing-masing, tetapi kita semua mengerti, kita tau seperti apa keadaan kita,
hati kita seperti apa di hadapan Tuhan.
Dengar suara sangkakala, supaya
kita segera mempersiapkan diri sesuai dengan maunya Tuhan, lepas dari
kelumpuhan rohani.
Sekarang kita melihat, Matius
24:31...
Matius 24:31
(24:31) Dan
Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang
dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari
keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.
Sampai pada akhirnya, dengan
tiupan sangkakala yang besar, tiupan sangkakala yang dahsyat, mempersekutukan anggota-anggota
tubuh yang berbeda-beda, kafir dan Israel dipersekutukan.
Saudaraku, sangkakala pernah
ditiup pada saat Yosua memerangi Yerikho, sehingga tembok Yerikho runtuh, tidak
berhenti sampai di situ, pada saat raja Salomo dinobatkan sekaligus
mentahbiskan Bait Suci Allah, sangkakala
ditiup.
Saudaraku, banyak momen-momen pada
saat sangkakala ditiup, tadi pada saat tahun Yobel, kemudian pada hari
perhentian penuh, tembok Yerikho dirobohkan oleh sangkakala.
Kita dapat menarik suatu
kesimpulan; bahwa kabar dari sangkakala ini, begitu besar dan luar biasa, kabar
yang semacam ini kita butuhkan, kabar ini sangat menggembirakan hati kita
seluruhnya, untuk membebaskan kita di hari-hari terakhir ini.
Itu perkara yang pertama,
supaya kita tidak mengalami kegoncangan yang hebat yang dahsyat nanti.
YANG
KEDUA: kepada seorang malaikat diberikan kemenyan untuk dipersembahkan diatas
mezbah di hadapan takhta itu.
Tentang kemenyan yang harus
dipersembahkan salah satu malaikat di atas pedupaan Emas, kita kembali membaca Wahyu
8:3.
Wahyu 8:3
(8:3) Maka
datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan
sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk
dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas
di hadapan takhta itu.
Kepada malaikat itu diberikan
banyak kemenyan, untuk dipersembahkan di atas mezbah emas di hadapan takhta
itu, maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus.
Menerima bayak kemenyan, berarti
di hari-hari terakhir ini, kita harus hidup di dalam Doa Penyembahan yang
besar, jadilah mezbah dupa besar untuk menghadapi situasi, kondisi, keadaan
yang begitu keras.
Hari-hari terakhir ini adalah
hari-hari yang jahat, untuk mampu menghadapi situasi yang begitu jahat ini,
maka terimalah kemenyan yang banyak, lalu persembahkan di atas mezbah, sebagai
doa penyembahan yang besar di hadapan Tuhan untuk menghadapi situasi keadaan
dunia sudah tidak menentu, gocangan-goncangan di mana-mana, ekonomi digoncang,
politik digoncang, pemerintahan dalam suatu negara digoncang, nikah-nikah semua
digoncang.
Untuk menghadapi suasana seperti ini,
kita harus hidup di dalam doa penyembahan yang besar (mezbah dupa yang besar),
menerima banyak kemenyan menghasilkan asap kemenyan yang banyak dan besar.
Sehingga dengan demikian kita
mampu menghadapi antara lain; ular naga merah padam.
Yang kedua mampu menghadapi
pengaruh antikris.
Yang ketiga mampu menghadapi
dunia dengan segala pengaruh dan arusnya yang begitu keras sekali.
Hidup di dalam doa penyembahan
yang besar berarti ditandai dengan segala pengorbanan yang besar, sebagaimana
Imam Besar Harun, Tuhan perintahkan untuk masuk ke dalam Ruangan Maha Suci satu
tahun satu kali, dengan membawa dua bokor.
Dengan bokor pertama berisi
ukupan kemenyan sebagai dupa yang berbau harum, bokor yang kedua berisi
dengan darah, itulah pengorbanan yang besar di hadapan Tuhan.
Untuk nanti kita masuk ke dalam
kerajaan Sorga, memang mau tidak mau, kita harus hidup di dalam doa penyembahan
yang besar.
Saudara kita bisa melihat di dalam
Wahyu 11:2...
Wahyu 11:2
(11:2) Tetapi kecualikan pelataran
Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah
diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci
empat puluh dua bulan lamanya."
Lihat yang masuk dalam ukuran
Tuhan:
-
BAIT SUCI ALLAH = hidup di dalam
kesucian.
Kalau
dikaitkan pada Pengajaran Tabernakel, terkena pada Ruangan Suci.
Bait Suci
Allah semuanya dilapisi dengan emas murni, baik papan-papan jenangnya, baik
tiang kiri pada pintu kemah, tiang pada pintu tirai, baik pada tiga alat yang
berada dalam Ruangan Suci, meja roti yang terbuat dari tembaga, namun telah
dilapisi dengan emas murni, sedangkan pelita emas terbuat dari emas murni, emas
tempaan, kemudian mezbah dupa emas terbuat dari kayu penaga namun telah
dilapisi dengan emas.
Jadi hidup di
dalam kesucian, itu juga merupakan kemurnian Ilahi, kesucian dan kemurnian
Ilahi.
-
MEZBAH.
Mezbah ->
pengorbanan.
Ketika Yesus
dikorbankan, itu adalah bukti kasih Allah kepada kita semua dan juga di dalam
mengikuti Tuhan dibutuhkan pengorbanan sebagai bukti, bahwa kita mengasihi
Tuhan, dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, akal budi dan dengan segenap
kekuatan kita, lebih dari yang lain.
-
MEREKA YANG BERIBADAH DI DALAMNYA
-> doa penyembahan.
Ini yang
dimaksud dengan ukuran, sementara Bait Suci yang di sebelah luar itulah halaman
telah diserahkan kepada antikris untuk dianiaya diinjak-injak selama tiga tahun
setengah (3,5 tahun = 42 bulan) lamanya.
Itu sebabnya kalau kita kembali
memperhatikan Tabernakel, mezbah dupa itu lebih dekat dengan tirai.
Rempah-rempah itu digiling dengan
halus, artinya daging ini juga harus digiling sampai hancur tidak ada bentuknya
otomatis tidak ada lagi keinginannya.
Inilah pembuka jalan untuk berada
di Takhta Allah (Tabut Perjanjian), hari perhentian yang abadi. Kiranya dapat
dipahami dengan baik.
Saudaraku, hati-hati hari-hari
ini, adalah hari-hari terakhir, fenomena bulan menjadi darah sudah terjadi beberapa
minggu lalu, berarti kedudukan gereja sudah berada di dalam Wahyu 6:12-17.
Kedatangan Tuhan sudah tidak lama
lagi, beberapa hari yang lalu juga, saudari kita Grace bermimpi bahwa bulan
sudah menjadi darah. Bukan suatu kebetulan mimpi yang terjadi, tetapi Tuhan mau
memberitahukan, bahwa keadaan dunia ini, betul-betul berada di detik-detik terakhir
kedatangan Tuhan dan perjalanan rohani kita persis pada mil-mil yang terakhir.
Terimalah kemenyan yang banyak
supaya menjadi mezbah dupa yang besar, hidup di dalam doa penyembahan yang
besar untuk mampu menghadapi dunia dengan arusnya, terlepas dari aniaya
antikris, terlepas dari si ular tua merah padam.
Perempuan yang berselubungkan matahari,
bulan di bawah kaki, dan bermahkotakan dua belas bintang di atas
kepala dipelihara selama 3,5 tahun, sebab kepadanya diberikan dua sayap burung
nazar yang besar, sehingga ia luput dari mata ular naga merah padam. Ketika
ular itu menyemburkan dari mulutnya air sebesar sungai dengan satu tujuan untuk
menghanyutkan perempuan itu, tapi bumi datang untuk menolong perempuan itu.
Bumi -> Doa Penyembahan sesuai
dengan Kejadian 2:6.
Tetapi malah naga itu marah, mencari
keturunannya yang lain yang hanya memiliki hukum-hukum Allah dan kesaksian
(firman dan Roh Kudus) tetapi ibadahnya tidak memuncak sampai kepada
doa penyembahan, itu yang menjadi sasaran Setan.
Itu sebabnya pelataran itu sudah
diserahkan kepada antikris untuk diinjak-injak selama tiga tahun setengah.
Bagaimana dengan kondisi rohani
kita sekaliannya? Sudah berada dimana? Apakah
masih jalan di tempat karena penyakit lumpuh?
Banyak di antara kita terlihat
rohaniawan karena sudah melayani, tetapi sebetulnya jauh di dalam lubuk hatinya
yang paling dalam Tuhan koreksi, ternyata masih mengalami sakit rohani yang
paling hebat, kelumpuhan seperti penyakit lumpuh yang sudah 38 tahun ini.
Tuhan menjangkau kita, tapi tidak
berhenti hanya mendengar firman, tidak berhenti hanya mendengarkan tiupan
sangkakala yang ditiup oleh 7 malaikat, harus juga mempraktekkannya, hidup di
dalam doa penyembahan yang besar, berarti mempersiapkan diri kita di hadapan
Tuhan sebagai mana mestinya sesuai dengan maunya Tuhan.
Saya sebagai gembala sidang
mempersiapkan diri dalam melayani Tuhan, sebagai imam, sebagai umat, setelah
dengar firman, segera persiapkan diri sesuai dengan apa maunya Tuhan, tidak
cukup hanya dengar harus segera lakukan inilah doa penyembahan.
Betapa baiknya Tuhan pada mil-mil
terakhir perjalanan rohani kita, itulah Yobel terakhir, Yesus meniupkan
sangkakala-Nya untuk membebaskan rohani kita dari sakit penyakit, untuk
menyehatkan rohani kita semua terkhusus dari kelumpuhan rohani.
Tuhan begitu rupa berbicara kepada
kita semua, dan Tuhan berbicara dengan berbagai cara untuk menjangkau yang
tak terjangkau, menyampaikan Pengajaran
dengan segala kesabaran, menyampaikan pengajaran dengan kasih sayang dan kasih
setia-Nya, menyampaikan pengajaran dengan segala kemurahan hati-Nya, untuk kita
bisa merasakan tahun rahmat dan tahun pembebasan dari Tuhan.
Masihkah kita tetap mempertahankan
diri, tidak segera mempersiapkan diri sebagaimana mestinya maunya Tuhan? Bukankah
itu sama dengan membunuh diri sendiri? Tuhan telah memberikan kesempatan bagi
kita untuk mengusahakan dan memeliharakan ibadah dan pelayanan ini, kemudian di
tengah-tengah perkumpulan ini diberikan kesempatan bagi kita untuk melayani
Tuhan, terkhusus Imam-imam melayani sesuai karunia Roh Kudus, masihkah
bermain-main? Tidakkah mau mempersiapkan dirinya sebagaimana maunya Tuhan? Hanya
dengar tetapi tidak mau lakukan, dua perkara besar; 7 sangkakala dan mezbah dupa
besar untuk menolong dari kegoncangan yang besar sesuai dengan Wahyu 8:5,
itu baru akhir dari penghukuman dari meterai yang ketujuh, tetapi awal untuk
memasuki penghukuman dari 7 sangkakala.
Kita berdoa kita juga akan melihat
7 sangkakala yang lain sebagai penghukuman-penghukuman, sebab itu dengar,
persiapkan diri, lakukan apa yang didengar, sampai hidup di dalam penyembahan
yang besar, kita terlepas dari gempa bumi, suara halilintar yang dahsyat, bunyi
guruh yang hebat, dunia ini akan digoncang, ekonomi, politik, pemerintahan
dalam suatu negara, suatu kerajaan semuanya boleh goncang, tapi kalau kita mau
memperhatikan dua perkara ini; bunyi sangkakala
yang diberikan kepada 7 malaikat yang akan ditiup, kemudian memperhatikan
perkara yang kedua limpah dupa yang besar, menerima kemenyan yang banyak untuk
menjadi hidup dalam doa penyembahan yang besar. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment