Salam sejahtera di dalam kasih Yesus Kristus. Sebagai tanda rasa syukur kepada Tuhan, lewat media ini kami membagi - bagikan Firman Tuhan yaitu Firman Pengajaran yang benar yang rahasianya dibukakan.
Semoga menjadi berkat untuk kita semua. Tuhan Yesus Kristus memberkati.
IBADAH RAYA MINGGU, 12 SEPTEMBER 2021 KITAB WAHYU PASAL 13 WAHYU 13:11-18 (Seri: 14) Subtema: API
TUHAN YANG TERKAIT DUA POHON ZAITUN Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang
duduk di atas takhta kemuliaan-Nya dari sekarang sampai selama-lamanya. Kita bersyukur, kemurahan TUHAN
memungkinkan kita untuk berada di tengah Ibadah Raya Minggu yang disertai
dengan kesaksian. Harapan saya yang besar kepada TUHAN
adalah supaya TUHAN menarik jiwa-jiwa datang kepada Dia, yang berawal dimulai
dari saya, kami suami isteri, sampai kepada para imam, dan tanpa terkecuali
sampai kepada seluruh sidang jemaat, supaya senantiasa meninggikan korban
Kristus. Apabila Anak Manusia (korban-Nya) ditinggikan di bumi ini, maka TUHAN
yang akan menarik jiwa-jiwa; maka, biarlah kita datang kepada TUHAN harus
dengan penyerahan diri dengan segenap hati, segenap jiwa, akal budi, di dalam
hal memikul salibnya di tengah ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan ini. Kalau kita memang betul-betul mau memperhatikan
kehidupan orang lain, maka kita pertama-tama menghalau, menyingkirkan perasaan
manusia daging; itulah langkah pertama untuk memperhatikan orang lain.
Singkirkan terlebih dahulu perasaan manusia daging, dimulai saat mendengar
Firman TUHAN, sehingga; -kita akan menjadi kesaksian bagi isteri, -kita menjadi kesaksian bagi suami, -dan orang tua menjadi kesaksian bagi anak, -dan tidak tertutup kemungkinan, orang muda
juga bisa menjadi kesaksian, tetapi syaratnya pertama-tama ialah
singkirkan dahulu perasaan manusia daging, maka nanti, sesudah itu, TUHAN
berkuasa dan bertakhta, sebab Firman, Roh dan kasih-Nya ada di hati kita
masing-masing. Itulah syarat pertama. Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat
TUHAN di Bandung, di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa
setia untuk tekun digembalakan oleh GPT "BETANIA" Serang dan Cilegon lewat live
streaming video internet Youtube, Facebook, baik anda di dalam negeri (di tanah
air) dari Sabang sampai Merauke, maupun anda yang di luar negeri, di manca
negara, di tiap-tiap negara. Selanjutnya, kita berdoa, kita mohonkan
supaya Firman yang dibukakan itu betul-betul meneguhkan setiap kehidupan kita,
TUHAN mempersiapkan kehidupan kita untuk menantikan kedatangan-Nya kembali
sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga. Marilah kita sambut Firman Penggembalaan
untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 13, dengan perikop: “Binatang
yang keluar dari dalam bumi” Binatang yang kedua yang keluar dari dalam
bumi, itu adalah nabi-nabi palsu, sebab binatang pertama yang keluar dari dalam
laut, itu adalah antikris. Wahyu 13:13B (13:13) Dan ia mengadakan
tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi
di depan mata semua orang. Nabi-nabi palsu, guru-guru palsu atau
pemimpin-pemimpin rumah TUHAN yang palsu, mereka itu mampu menurunkan api dari
langit, mampu melakukan sesuatu yang luar biasa, yaitu menurunkan api dari
langit ke bumi. Tetapi sesungguhnya, api yang mereka turunkan bukan api dari
sorga, bukan api dari takhta Allah, melainkan api dari Setan, disebut juga
dengan api asing. Singkatnya; mereka menurunkan api asing. Mari kita lihat PEMBUKTIANNYA ketika nabi
palsu menurunkan api asing. Wahyu 13:12A (13:12) Dan seluruh kuasa
binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia
menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama, yang
luka parahnya telah sembuh. Seluruh kuasa binatang yang pertama, yakni
antikris, dijalankan oleh binatang yang kedua, yakni nabi-nabi palsu. Kemudian, adapun kuasa itu dijalankan oleh
nabi-nabi palsu persis di depan mata dari antikris, berarti; disoroti (dilihat)
dengan jelas oleh antikris. Maka, dari hal ini saya berani berkata, bahwa;
suatu kali nanti, dunia pun akan menyoroti segenap ibadah-ibadah kita ini,
percayalah. Pelan-pelan TUHAN menuntun kita; Dia
menuntun anak-anak domba dan dengan lemah lembut menuntun induk domba, sesuai
dengan nubuatan Yesaya. Pelan-pelan TUHAN akan menuntun kita dengan Firman penggembalaan
dalam ketekunan Ibadah Raya Minggu; perhatikanlah dengan seksama. Lebih rinci kita perhatikan Wahyu 13:1,
dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam laut”, itulah binatang
yang pertama. Wahyu 13:1 (13:1) Lalu aku melihat seekor
binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh;
di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya
tertulis nama-nama hujat. Binatang yang pertama, yang keluar dari
dalam laut, itulah antikris. Adapun wujudnya ialah; -bertanduk 10 (sepuluh), -berkepala 7 (tujuh), -10 (sepuluh) mahkota di atas tanduk, -pada kepalanya tertulis nama-nama hujat. Wahyu 13:2 (13:2) Binatang yang
kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang
dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya,
dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar. Antikris merupakan kombinasi dari 3 (tiga)
jenis binatang, yaitu: 1.Macan
tutul. 2.Beruang. 3.Singa. Kemudian, ular naga merah padam memberikan
kepada antikris -- kombinasi dari 3 (tiga) jenis binatang -- itu: 1.Kekuatannya. 2.Takhtanya. 3.Kekuasaannya
yang besar. Jadi, antikris memiliki kuasa yang berasal
dari Setan. Singkat kata: Nabi-nabi palsu menurunkan api asing dari langit
karena kuasa dari Setan. Jadi, itu bukanlah api dari TUHAN, melainkan karena
kuasa dari Setan. Saya tambahkan sedikit: Kepala ular naga
-- itulah antikris -- dan ekor ular naga -- itulah nabi-nabi palsu --, ternyata
bekerja sama. Kepala dan ekor ular naga merah padam -- itulah antikris dan
nabi-nabi palsu -- ternyata bekerja sama; ingatlah itu. Antikris dan kekuasaannya, suatu kali
nanti bekerja sama -- bersinergi, berkolaborasi -- dengan nabi-nabi palsu
(pemimpin-pemimpin rohani yang palsu); percayalah dengan apa yang saya
sampaikan ini. Kita bersyukur, sebab Yesus, Gembala Agung, menuntun kita dengan
langkah-langkah yang pasti, sampai kepada tujuan kelak, sesuai dengan ketetapan
Firman yang dibukakan. Kita BANDINGKAN sebuah pelayanan dengan
kuasa yang berasal dari TUHAN. Sesungguhnya, kalau kita mau melayani TUHAN,
harus dengan kuasa dari TUHAN, dan hal itu akan kita perhatikan Mazmur 104,
dengan perikop: “Kebesaran TUHAN dalam segala ciptaan-Nya” Kebesaran
TUHAN dinyatakan dalam kehidupan kita masing-masing. Mazmur 104:4 (104:4) yang membuat angin
sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Mu, Kedudukan yang benar dari seorang hamba
TUHAN, imam-imam, pelayan TUHAN, haruslah berada di dalam keadaan; -selain mengosongkan diri dan menghampakan diri seperti angin, -juga harus
giat dan bernyala-nyala di dalam hal melayani TUHAN dan melayani
pekerjaan-Nya. Tetapi, yang menjadi motor penggeraknya, tentu saja api yang berasal dari TUHAN, Roh
TUHAN, bukan api asing. Oleh sebab itu, kita pun datang menghadap
TUHAN dalam setiap pertemuan ibadah harus dengan api TUHAN, bukan semangat api
daging, jangan, supaya kita adalah milik kepunyaan TUHAN. Biasakanlah menjadi
milik kepunyaan TUHAN. Selanjutnya, kita perhatikan Injil
Yohanes 14:16-17,26, dengan perikop: “Yesus menjanjikan Penghibur”,
itulah Roh TUHAN. Yohanes 14:16-17 (14:16) Aku akan minta
kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya
Ia menyertai kamu selama-lamanya, (14:17) yaitu Roh Kebenaran. Dunia
tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia.
Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Inilah janji TUHAN, yaitu TUHAN akan
kirimkan Roh TUHAN di dalam kehidupan kita masing-masing, tentu saja yang
digunakan untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN; itu sebabnya, Roh
TUHAN itu disebut juga Penolong dan juga menyertai. Kemudian, Roh TUHAN juga disebut Roh
Kebenaran. Namun dunia tidaklah mengenal kegiatan Roh di tengah ibadah dan
pelayanan; hal ini merupakan penggenapan dari nubuatan Yusuf ketika saudara-saudara
Yusuf datang ke Mesir, di mana Yusuf berkata: Apabila Firaun memanggil kamu
dan bertanya: Apakah pekerjaanmu? maka jawablah: Hamba-hambamu ini pemelihara
ternak, sejak dari kecil sampai sekarang, baik kami maupun nenek moyang kami --
dengan maksud supaya kamu boleh diam di tanah Gosyen." -- Sebab segala
gembala kambing domba adalah suatu kekejian bagi orang Mesir. Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya
supaya mereka jangan memberitahu kepada Firaun bahwa mereka adalah gembala
kambing domba, karena itu merupakan kekejian bagi Firaun dan Mesir, kekejian
bagi Setan dan dunia. Itulah dasarnya tadi saya mengatakan, bahwa; suatu kali
nanti, dunia ini pun akan menyoroti kegiatan ibadah. Tetapi kamu mengenal Dia, kamu
yang mengenal kegiatan Roh (ibadah dan pelayanan), sebab Ia menyertai kamu
dan akan diam di dalam kamu. Jadi, fungsi dari Roh TUHAN selanjutnya adalah
menyertai. Yohanes 14:26 (14:26) tetapi Penghibur,
yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan
segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah
Kukatakan kepadamu. Kemudian, fungsi dari Roh Kudus adalah Penghibur,
kemudian mengajarkan segala sesuatu tanpa terkecuali. Maka, kalau kita
sungguh-sungguh menyerahkan diri, berada dalam kegiatan Roh, maka orang ini
menjadi bijaksana dan orang ini pun menjadi cekatan; percayalah. Saya ini orang bodoh; tidak mungkin saya
dapat menyampaikan Firman, kalau saya mengandalkan kemampuan yang terbatas ini,
tetapi Roh TUHAN yang memberi kemampuan dan yang mengajar dalam segala perkara,
percaya saja. Kalau engkau merasa dirimu bodoh, berikanlah dirimu berada dalam
kegiatan Roh dan berikanlah dirimu senantiasa dipimpin oleh Roh TUHAN, maka
engkau akan mampu untuk mengerjakan segala sesuatu, percaya saja. Hal ini saya
sampaikan berdasarkan pengalaman saya, bukan berdasarkan pengetahuan saya
semata. Fungsi Roh Kudus juga adalah mengingatkan. Hai, pelupa-pelupa,
jangan biarkan dirimu dalam kuasa daging. Izinkan dirimu untuk dipenuhkan Roh
Kudus, izinkan dirimu dipenuhkan oleh Roh TUHAN, supaya engkau jangan menjadi pelupa.
Kalau sudah tahu pelupa, berikan diri dipimpin oleh Roh TUHAN. Kita tambahkan untuk memperhatikan Injil
Yohanes 16, dengan perikop: “Pekerjaan Penghibur.” Yohanes 16:8,13 (16:8) Dan kalau Ia
datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;
(16:13) Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan
memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari
diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan
dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Adapun kuasa manfaat api Roh Kudus: 1.Penolong. 2.Menyertai. 3.Penghibur. 4.Mengajar. 5.Mengingatkan. 6.Menginsafkan. 7.Memimpin
kita dalam seluruh kebenaran. Kalau kita mengikuti perasaan daging, maka
banyak kesalahan yang terjadi, percayalah; sehingga akhirnya, tidak dapat
menyenangkan hati TUHAN. Tetapi kalau kita dipenuhkan Roh Kudus, kalau Roh
TUHAN yang memimpin kita, maka setiap pergerakan, mulai yang timbul dari hati
pikiran, semua kehidupan kita menjadi suatu kehidupan yang menyenangkan bagi
TUHAN, bukan bagi manusia. Manusia bisa saja menyenangkan hati manusia, tetapi
hati TUHAN belum tentu bisa disenangkan; itu namanya munafik. Pendeknya: Apabila seorang hamba TUHAN,
pelayan-pelayan TUHAN, imam-imam datang menghadap TUHAN, melayani TUHAN dan
pekerjaan-Nya dengan api Roh Kudus, maka sudah barang tentu ia tampil menjadi
kaki dian emas dengan 7 (tujuh) pelita menyala-nyala di atasnya. Kita harus
lebih percaya kepada Firman dari pada perasaan manusia daging. Wahyu 4:5A (4:5) Dan dari takhta
itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor
menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah. Dari takhta Allah keluar kilat dan bunyi
gurun yang menderu; ini merupakan gambaran dari seorang
hamba TUHAN yang melayani takhta Allah dengan kuasa api Roh Kudus; memiliki kuasa,
memiliki kecepatan, memiliki daya dan kuasa yang besar, karena dia melayani
Allah di takhta Allah dengan api Roh TUHAN, pendeknya; melayani TUHAN dengan
kecepatan, daya, kuasa yang besar, karena dia melayani dengan api Roh TUHAN di
hadapan takhta Allah. Penampilan yang demikian menunjukkan bahwa
ia menjadi 7 (tujuh) pelita yang menyala-nyala di takhta Allah. Pendeknya: 7
(tujuh) pelita yang menyala-nyala, itulah ketujuh Roh Allah, itulah hamba-hamba
TUHAN yang diurapi oleh api Roh TUHAN. Ditambahkan lagi di dalam Wahyu 5. Wahyu 5:6 (5:6) Maka aku melihat
di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua
itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk
tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. Sebuah takhta terdiri di sorga, kemudian
di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba, seperti telah
disembelih. Jadi, sampai akhirnya berada di dalam kemuliaan pun, tanda
penyembelihan itu harus ada. Tanda penyembelihan itu harus ada, sebab di
dalam kemuliaan pun, tanda penyembelihan itu harus ada. Maka, itulah yang saya
sampaikan di atas tadi; kita harus memberikan diri dipimpin oleh Firman step
demi step. Jangan ikuti perasaan daging; sedikit sedikit tersinggung,
tidak boleh, sebab itu bukanlah sifat dari warga Kerajaan Sorga, itu bukan tabiat
dari penduduk Kerajaan Sorga. Yang tersinggungan itu tidak bisa menjadi bagian
(penduduk) Kerajaan Sorga, karena kalau kita sudah bersuasanakan kebangkitan, maka
kita ini sama seperti malaikat (tidak ada tubuh dan darah lagi), tidak
merasakan apa-apa, tidak tersinggungan lagi. Itulah yang disampaikan oleh TUHAN Yesus
di dalam Injil Matius 22, di mana suasana kebangkitan itu seperti
malaikat, tidak ada lagi darah dan daging, tidak kawin dan mengawinkan, berarti
tidak ada rasa, tidak mudah tersinggung. -Masakan saya menyampaikan ayat Firman
TUHAN, namun ternyata ayat Firman itu kena terhadap seseorang, lalu akhirnya
tersinggung. -Nanti, dalam Ibadah Doa Penyembahan, saya
menyampaikan Firman Penggembalaan dari Kitab Kolose, namun ternyata ayat Firman
itu juga kena terhadap dirinya, lalu akhirnya tersinggung lagi. -Kemudian, dalam Ibadah Pendalaman Alkitab,
namun ternyata ayat Firman yang disampaikan juga kena terhadap dirinya, lalu
akhirnya tersinggung. Wah, rontoklah perjalanan rohani kita di
tengah jalan, tidak sampai kepada tujuan; saya yakin dengan itu. Padahal, kalau
ditanya: “Mau sorga atau neraka?”, pasti banyak orang menjawab: “Sorga”.
Kalau ditanya: “Mau menyembah Setan atau TUHAN?”, pasti banyak menjawab:
“Mau menyembah TUHAN”, tetapi pada dasarnya, banyak orang tidak mampu
mempraktekkannya. Jadi, di dalam kemuliaan pun ada tanda
penyembelihan; oleh sebab itu, di dalam kita mengikuti TUHAN, tidak usah heran
dengan korban sembelihan -- itulah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk,
yang tidak dipandang hina oleh TUHAN --. Kemudian, Anak Domba seperti telah
disembelih itu, selain bertanduk tujuh, ternyata juga bermata tujuh,
itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi, itulah kaki dian
dengan pelita menyala-nyala, itulah hamba-hamba TUHAN yang diurapi oleh api
TUHAN; dia itulah hamba TUHAN yang diutus oleh TUHAN. Kita sinkronkan dengan nubuatan Zakharia
dalam PENGLIHATAN YANG KELIMA. Jadi, Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru harus sinkron. Mari kita perhatikan Zakharia 4,
dengan perikop: “Penglihatan kelima: Kandil emas yang berhiaskan dua pohon
zaitun” Adapun penglihatan nabi Zakharia yang kelima ialah kandil emas yang
berhiaskan dua pohon zaitun. Kita akan periksa hal itu. Zakharia 4:1 (4:1) Datanglah kembali
malaikat yang berbicara dengan aku itu, lalu dibangunkannyalah aku
seperti seorang yang dibangunkan dari tidurnya. Datanglah kembali malaikat yang berbicara
dengan aku itu, lalu dibangunkannyalah aku seperti seorang yang dibangunkan
dari tidurnya. Hal ini jelas berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan dari seorang hamba TUHAN. Inilah jalan kita di atas
muka bumi ini sampai kita juga nanti dipermuliakan (setelah mati, bangkit,
dipermuliakan). Jadi, pengalaman kematian dan kebangkitan
tidak boleh dihindarkan, sebab itu adalah jalan-jalan kita di atas muka bumi
ini, dan kita harus bertekun di dalamnya sambil menantikan kedatangan TUHAN, sesudah
itulah baru dipermuliakan. Pendeknya: Mati, bangkit, dan dipermuliakan. Zakharia 4:2-3 (4:2) Maka berkatalah
ia kepadaku: "Apa yang engkau lihat?" Jawabku: "Aku melihat:
tampak sebuah kandil, dari emas seluruhnya, dan tempat minyaknya di
bagian atasnya; kandil itu ada tujuh pelitanya dan ada tujuh
corot pada masing-masing pelita yang ada di bagian atasnya itu.(4:3) Dan pohon zaitun ada terukir
padanya, satu di sebelah kanan tempat minyak itu dan satu di sebelah
kirinya." Tampak kandil atau kaki dian emas dengan 7
(tujuh) pelita menyala-nyala di atasnya. Kemudian, kandil itu berhiaskan dua
pohon zaitun yang terukir pada tempat minyak di sebelah kanan dan di sebelah
kirinya. Itulah pribadi Zakharia, sehingga ia layak
untuk mendapatkan penglihatan yang kelima tersebut, sebab pada Zakharia 4:1
berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan dari seorang hamba TUHAN,
sehingga kepadanya dipercayakan penglihatan yang kelima, itulah kaki dian emas
dengan 7 (tujuh) pelita menyala-nyala di atasnya. Zakharia 4:4-6 (4:4) Lalu berbicaralah
aku, kataku kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu: "Apakah arti
semuanya ini, tuanku?" (4:5)
Maka berbicaralah malaikat yang berbicara dengan aku itu, katanya kepadaku:
"Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku: "Tidak,
tuanku!" (4:6) Maka
berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan
dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan
dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam. Lalu berbicaralah aku, kataku kepada
malaikat yang berbicara dengan aku itu: "Apakah arti semuanya ini, tuanku?
Apa
arti penglihatan itu, di mana tampil kaki dian emas dengan tujuh pelita menyala-nyala
di atasnya?" Maka berbicaralah malaikat yang berbicara
dengan aku itu … Adalah suatu kemurahan, kalau malaikat TUHAN
menyampaikan isi hati TUHAN. Adalah suatu kemurahan yang besar, kalau malaikat
sidang jemaat, gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN dipakai untuk membukakan
Firman TUHAN (untuk menyampaikan isi hati TUHAN) kepada seluruh sidang jemaat;
itu adalah kemurahan lebih dari berkat-berkat jasmani yang seringkali
disuguhkan oleh nabi-nabi palsu. Katanya kepadaku: "Tidakkah engkau
tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku: "Tidak, tuanku!"Kalau kita tulus menyatakan diri
sebagai orang yang tidak berdaya, maka dibuktikan dengan mengangkat dua tangan sebagai
tanda penyerahan diri. Janganlah kita sudah tidak berdaya, namun tidak mau
menyerah, masih ngotot dengan kebodohan. Kalau merasa tidak berdaya,
angkat dua tangan; saat itulah TUHAN akan memberitahukan segala sesuatunya. Sama seperti ketika malaikat itu bertanya:
“Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?” Lalu Zakharia menjawab: “Tidak,
tuanku!” Ini adalah tanda penyerahan. Maka berbicaralah ia, katanya: “Inilah
firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan, bukan
dengan kemampuan manusia daging, dan bukan dengan kekuatan manusia daging, melainkan dengan
roh-Ku, dengan Roh TUHAN, itulah api Roh Kudus, seorang hamba TUHAN dipakai
untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan-Nya.” Itulah arti kandil dengan 7 (tujuh) pelita
yang menyala-nyala di atasnya, yaitu: Seorang hamba TUHAN di dalam melayani
TUHAN dan pekerjaan TUHAN bukan lagi dengan keperkasaan, bukan lagi dengan
kekuatan, bukan lagi dengan kemampuan manusia daging dan pengertian manusia
daging, tetapi oleh Roh TUHAN, api Roh Kudus. Inilah pelajaran yang benar, yang
diterima oleh seorang bupati di Yehuda, yakni Zerubabel. Lihatlah keadaan dari kandil dengan 7
(tujuh) pelita yang menyala-nyala di hadapan takhta Allah tadi, selain memiliki
kecepatan tinggi seperti kilat, juga seperti guruh menderu, yang memiliki daya
dan memiliki kuasa yang besar. Zakharia 4:7 (4:7) Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan
Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Ia akan mengangkat batu utama,
sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!" Bagian A: Siapakah engkau, gunung yang besar? Di
depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Apabila seorang hamba TUHAN datang
untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN dengan api Roh TUHAN, maka tentu
saja gunung besar menjadi tanah rata. Artinya, oleh api TUHAN, mampu melewati
segala persoalan, mampu mengalami segala pergumulan dan kesulitan yang
menghimpit sebesar apapun, sebab api Roh TUHAN yang memberi kemampuan. Tetapi kalau kita melayani tanpa Roh TUHAN, maka pekerjaan
ringan sekalipun akan terasa berat sekali. Kalau tidak ada api Roh TUHAN yang
memberi semangat luar biasa, maka pekerjaan kecil saja rasanya berat, padahal
tidak ada apa-apanya sebetulnya. Apa sulitnya memuji TUHAN dengan sukacita? Apa
sulitnya bertepuk tangan? Apa sulitnya dengan sungguh-sungguh untuk datang
mendengar Firman TUHAN? Tidak ada yang sulit di situ. Duduk diam memperhatikan
Firman TUHAN, tidak ada yang sulit di situ. Untuk tepuk tangan memuji TUHAN,
tidak ada yang sulit di situ. Tetapi hal yang ringan sekalipun bisa menjadi
sulit, kalau tidak ada api Roh TUHAN. Tetapi lihatlah Zerubabel; melayani TUHAN, melayani pekerjaan
TUHAN dengan api Roh TUHAN, maka gunung besar pun menjadi rata. Sekali lagi
saya sampaikan: Kalau melayani dengan api Roh TUHAN, maka gunung besar
sekalipun akan menjadi tanah rata, tidak ada perkara yang sulit di hadapan
TUHAN. Jadi, jangan pakai alasan ini dan itu. Bagian B: Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak:
Bagus! Bagus sekali batu itu!" Di sini kita melihat, Zerubabel
mengangkat batu utama, artinya bagi kita sekarang; seorang hamba TUHAN yang
melayani dengan api Roh Kudus juga harus meninggikan atau mengutamakan korban
Kristus, yaitu Yesus yang mati di atas kayu salib. Jangan dalam setiap ibadah; hamba-hamba Tuhan sibuk hanya mengadakan sensasi-sensasi,
sedikit-sedikit bicara berkat. Saya ini bukan arti berkat, tidak mungkin saya
anti dengan berkat; saya ini juga bukan anti mujizat (sensasi), tidak, saya
butuh mujizat. Tetapi, jangan setiap kali kita datang beribadah kepada TUHAN,
yang dikerjakan hanyalah sensasi, hanyalah mujizat, hanyalah bicara
berkat-berkat, tidak ada lebih dari pada itu. Tetapi lihatlah Zerubabel; kehidupan yang dikuasai oleh api TUHAN, dia
juga mengangkat batu utama, berarti; meninggikan korban Kristus di tengah
ibadah dan pelayanan, dengan kata lain; ibadah pelayanan itu betul-betul
dihubungkan dengan salib, tidak lagi dihubungkan dengan perkara-perkara
lahiriah di bumi ini. Dampak positif apabila seorang pemimpin rumah TUHAN, hamba TUHAN,
malaikat sidang jemaat mengutamakan korban Kristus, di sini dikatakan: Ia
akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu
itu!" Artinya, orang lain, termasuk sidang jemaat, turut mengutamakan, turut
meninggikan korban Kristus di tengah ibadah pelayanan, lebih dari
segala-galanya. Kalau kita sudah tinggikan korban, pasti lebih dari perasaan
kita, lebih dari keinginan kita, lebih dari maunya kita, lebih dari
berkat-berkat lahiriah; itulah dampak positifnya, di mana sidang jemaat juga
turut meninggikan korban Kristus, bahwasanya korban Kristus itu lebih dari
segala-galanya. Zakharia 4:8-9 (4:8) Kemudian
datanglah firman TUHAN kepadaku, demikian: (4:9) "Tangan Zerubabel
telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangannya juga akan menyelesaikannya.
Maka kamu akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku
kepadamu. TUHAN
semesta alam yang mengutus aku kepadamu … Dia adalah kaki
dian dengan 7 (tujuh) pelita yang menyala-nyala, Dialah ketujuh Roh Allah,
Dialah ketujuh mata Allah yang diutus ke seluruh bumi. Apa
buktinya? Zerubabel dapat menyelesaikan pembangunan Bait Allah (rumah TUHAN)
yang di Yerusalem di atas dasar korban Kristus; itu tanda bahwa dia adalah hamba
TUHAN yang diutus oleh TUHAN, dia adalah kaki dian dengan 7 (tujuh) pelita yang
menyala-nyala, dialah hamba TUHAN yang diurapi oleh api TUHAN dan yang diutus
untuk menyelesaikan pembangunan rumah TUHAN (Bait TUHAN) yang di Yerusalem,
yang dibangun di atas dasar korban Kristus sebagai dasar batu utama. Jadi,
dari situ kita bisa mengetahui bahwa ini adalah hamba TUHAN dengan api TUHAN,
atau kaki dian dengan 7 (tujuh) pelita menyala-nyala. Sebaliknya, kalau bukan
dengan cara yang demikian, maka kita akan mengambil kesimpulan: Oh, dia
bukan hamba TUHAN, bukan kaki dian dengan 7 (tujuh) pelita yang menyala di
atasnya, karena dalam setiap pertemuan ibadah, hari-hari hanya sibuk berbicara
berkat, sibuk bicara soal mujizat, sibuk mengadakan sensasi. Tidak
akan mungkin terwujud pembangunan rumah TUHAN, jika tidak dibangun di atas dasar
korban Kristus. Dari sinilah kita ketahui; jangan kita datang mencari ibadah sesuai
selera, jangan, tetapi harus sesuai dengan Firman. Hari-hari
ini TUHAN sedang menolong kita, bahkan kehidupan yang mati ditegakkan di atas
tanah air sorgawi sebagai milik pusaka untuk selama-lamanya. Sebetulnya,
silsilah kita sudah habis (putus) karena banyaknya dosa berhala, kejahatan,
kenajisan, seperti Rut, perempuan Moab; tetapi lihatlah, Boas rohani -- itulah
TUHAN Yesus Kristus -- mengadakan penebusan, supaya kehidupan yang mati
ditegakkan di tanah air sorgawi kelak dan menjadi milik pusaka kita untuk
selama-lamanya. Inilah baiknya TUHAN yang sedang terjadi di dalam penggembalaan
ini. Zakharia 4:10 (4:10) Sebab siapa yang memandang
hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria melihat
batu pilihan di tangan Zerubabel. Yang tujuh ini adalah mata TUHAN, yang
menjelajah seluruh bumi." Sebab
siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil,
artinya; setiap orang yang mau mengutamakan korban Kristus, yang mau
meninggikan korban Kristus lebih dari hari peristiwa-peristiwa apa pun di dunia
ini, maka mereka akan bersukacita (bersukaria) melihat batu pilihan di tangan
Zerubabel. Pendeknya: Sidang jemaat senang dan bahagia apabila melihat seorang hamba
TUHAN, gembala sidang, pemimpin rumah rohani senantiasa meninggikan korban
Kristus. Siapa
yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil,
berarti korban Kristus lebih utama dari hari peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi
di bumi ini, entah itu hari kelahiran, hari pesta nikah (perkawinan), ulang
tahun apa saja; kalau dia betul-betul sidang jemaat yang meninggikan korban
Kristus, maka dia akan bersukaria melihat batu pilihan yang di tangan
Zerubabel, dia berbahagia karena gembalanya senantiasa meninggikan korban
Kristus. Jangan
heran apabila seorang hamba Tuhan membuka jasnya, kemudian dikebaskan ke muka saudara
sampai terpental-pental; jangan bahagia, tetapi bahagialah kalau saudara
melihat gembala sidang (pemimpin rumah TUHAN) senantiasa meninggikan korban
Kristus. Ciri-ciri
meninggikan korban Kristus senantiasa memandang hina hari peristiwa-peristiwa kecil
di bumi ini. Inilah
persamaan antara Wahyu 4:5 dan Wahyu 5:6, yang akan kita perhatikan dalam Zakharia
4:10B. Zakharia 4:10B (4:10) Sebab siapa yang
memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria
melihat batu pilihan di tangan Zerubabel. Yang tujuh ini adalah mata TUHAN,
yang menjelajah seluruh bumi." Yang tujuh ini, itulah
kaki dian dengan tujuh pelita yang menyala-nyala di atasnya, itulah tujuh mata
TUHAN, yang menjelajah seluruh bumi. Dialah hamba-hamba TUHAN yang
diurapi oleh api TUHAN, yang diutus menjelajah seluruh bumi, seantero dunia,
baik Timur, Barat, Utara, Selatan, itulah hamba TUHAN yang diutus TUHAN. Kita
harus memahami hal ini, harus memiliki pengertian akan hal ini supaya
bijaksana. Kesimpulannya: Zakharia 4:10Bsama dengan Wahyu 4:5 dan Wahyu
5:6. Tadi, kita sudah memperhatikan perikop Zakharia
4 ini adalah “Penglihatan kelima: Kandil emas yang berhiaskan dua pohon
zaitun”. Selanjutnya, kita akan memperhatikan tentang “berhiaskan dua
pohon zaitun” yang terukir pada sisi kanan dan sisi kiri pada tempat minyak
itu. Zakharia 4:11-12 (4:11) Lalu berbicaralah
aku kepadanya: "Apakah arti kedua pohon zaitun yang di sebelah
kanan dan di sebelah kiri kandil ini?" (4:12) Untuk kedua kalinya berbicaralah
aku kepadanya: "Apakah arti kedua dahan pohon zaitun yang di
samping kedua pipa emas yang menyalurkan cairan emas dari atasnya itu?" (4:13)
Ia menjawab aku: "Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?"
Jawabku: "Tidak, tuanku!"(4:14) Lalu ia berkata: "Inilah kedua orang yang diurapi
yang berdiri di dekat Tuhan seluruh bumi!" Jadi, dua pohon zaitun yang terukir di
sisi kanan dan di sisi kiri tempat minyak kandil itu adalah kedua hamba TUHAN
yang luar biasa, yang diurapi oleh api TUHAN; kedua-duanya berdiri di dekat
TUHAN, kedua-duanya berpihak kepada TUHAN, yaitu TUHAN di atas seluruh bumi,
bukan tuhan (berhala). Berpihaklah kepada TUHAN, berpihaklah kepada ibadah
pelayanan, berpihaklah kepada penggembalaan, jangan berpihak kepada manusia
daging dengan tabiat-tabiatnya. Dan dua pohon zaitun itu tadi terukir pada
sisi kanan dan sisi kiri tempat minyak pada kandil. Hal ini juga menunjukkan
bahwa kedua hamba TUHAN ini juga sudah termeterai (terukir) menjadi milik
kepunyaan TUHAN. Jadi, dua orang hamba TUHAN yang melayani dengan api TUHAN,
berdiri di dekat TUHAN seluruh bumi. Mari kita melihat kebalikan dari Zakharia
4:11-14, yaitu Wahyu 11:4. Jadi, susunan ayat dalam Alkitab bukanlah
suatu kebetulan, contohnya; Yohanes 6:66, mulai dari waktu itu banyak
murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Mereka
mengundurkan diri karena Firman itu terlalu keras, itu kan antikris
namanya, 666 (enam ratus enam puluh enam). Karena tidak kuat mendengarkan
Firman, akhirnya mereka pun mengundurkan diri, pada saat kapan? Pada Yohanes
6:66, apakah itu kebetulan? Tentu tidaklah. Jadi, sama seperti Zakharia 4:11
kebalikannya adalah Wahyu 11:4, itulah kedua pohon zaitun itu; jadi, tidak
ada yang kebetulan. Mari kita perhatikan Wahyu 11:4,
yang diawali dengan ayat 3, dengan perikop: “Dua saksi Allah”,
itulah dua pohon zaitun yang terukir pada tempat minyak kandil pada sisi kanan
dan sisi kiri, tetapi lebih tepatnya (lebih jauh) kita perhatikan … Wahyu 11:3-4 (11:3) Dan Aku akan
memberi tugas kepada dua saksi-Ku, supaya mereka bernubuat sambil
berkabung, seribu dua ratus enam puluh hari lamanya. (11:4) Mereka
adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan
Tuhan semesta alam. Dan Aku akan memberi tugas kepada dua
saksi-Ku,
dua saksi Ilahi, supaya mereka bernubuat sambil berkabung, mereka
menyampaikan Firman Pengajaran yang rahasianya dibukakan disertai dengan kerendahan
hati, selama seribu dua ratus enam puluh hari lamanya, selama antikris
berkuasa di muka bumi ini; berarti, ini adalah kesempatan yang terakhir. Siapakah mereka itu? Mereka adalah
kedua pohon zaitun yang terukir di tempat minyak di sebelah kanan dan
sebelah kiri, yaitu kaki dian emas dengan ketujuh pelita yang menyala-nyala,
dialah hamba TUHAN yang diutus di seluruh bumi, dialah hamba TUHAN yang berdiri
dekat TUHAN atas alam semesta; mereka itu adalah hamba TUHAN yang diurapi oleh
api TUHAN, mereka itu diutus oleh TUHAN. Jadi, tidak semua hamba TUHAN yang berasal
dari TUHAN, tidak semua; oleh sebab itu, ikutilah Firman ini supaya mengerti. Tidak
bisa kita mengenal hamba TUHAN dengan pengetahuan manusia daging, tidak bisa. Kita
mengenal hamba TUHAN dari Firman TUHAN. Kemudian, kedua saksi Allah tersebut
berdiri berpihak kepada TUHAN atas seluruh bumi, atau berdiri di hadapan TUHAN
atas alam semesta. Jadi, dalam Zakharia pun kalimatnya sama, di Wahyu pun
kalimatnya sama, itulah Musa dan Elia. Jadi, rugilah kalau saudara
ngantuk-ngantuk saat mendengar Firman; oleh sebab itu, singkirkanlah itu
perasaan manusia dagingmu. Wahyu 11:5 (11:5) Dan jikalau ada
orang yang hendak menyakiti mereka, keluarlah api dari mulut mereka
menghanguskan semua musuh mereka. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti
mereka, maka orang itu harus mati secara itu. Jikalau ada orang yang hendak menyakiti
kedua pohon zaitun, yang juga disebut kaki dian emas dengan 7 (tujuh) pelita yang
menyala-nyala, itulah hamba TUHAN yang diutus karena diurapi oleh api TUHAN, maka
keluarlah api dari mulut mereka untuk menghanguskan semua musuh
mereka. Jadi, sudah sangat jelas, bahwa mereka melayani dengan kecepatan
tinggi dan memiliki daya kuasa yang besar. Keluarlah api dari mulut mereka
menghanguskan semua musuh mereka; jadi, betul-betul mereka melayani
dengan api TUHAN, bukan api asing. Mari kita lihat PEMBUKTIANNYA, namun
terlebih dahulu kita melihat perbandingan antara api asing dan api TUHAN. Kita perhatikan Imamat 10, dengan
perikop: “Kematian Nadab dan Abihu” Imamat 10:1 (10:1) Kemudian
anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh
api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan
demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang
tidak diperintah Dua dari empat anak Harun, itulah Nadab
dan Abihu, mengambil perbaraannya, lalu mengambil api dari Mezbah Korban
Bakaran, lalu menaruh ukupan di atas api itu, pendeknya; mereka mempersembahkan
ukupan. Selanjutnya, mereka mempersembahkan api asing yang tidak diperintahkan
TUHAN kepada mereka. Singkat kata: Nadab dan Abihu
mempersembahkan api asing di hadapan TUHAN. Definisi dari api asing ialah api
yang tidak diperintahkan oleh TUHAN untuk dipersembahkan demi kepentingan
pribadi dan demi kepentingan golongan dan kelompoknya. Kita juga datang melayani TUHAN bukan
untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk menyenangkan hati TUHAN. Saya pun tidak
boleh melayani TUHAN, terkhusus dalam pemberitaan Firman TUHAN, hanya karena
untuk kepentingan pribadi saya, tetapi saya belajar untuk melayani TUHAN,
teramat lebih dalam pemberitaan Firman untuk kepentingan kita semua, dan saya
sudah buktikan walaupun saudara tidak melihat apa yang saya kerjakan. Itulah
yang saya sampaikan di atas tadi, bahwa di tangan Zerubabel ada batu utama;
mengutamakan (meninggikan) korban, supaya mendapat pembukaan Firman. Kalau saya
bilang “saya tiga jam menyembah”, apakah saudara melihat saya? Tentu tidak. Tidak boleh melayani karena kepentingan pribadi,
golongan dan kelompoknya, sebab itu adalah api asing. Saudara datang menghadap
TUHAN lewat Ibadah Raya Minggu untuk apa? Untuk menyenangkan TUHAN atau untuk
kepentingan diri, atau karena malu kepada tetangga kalau tidak datang
beribadah? Biarlah kita jujur dan tulus saat datang menghadap TUHAN. Kalau memang begitu model pelayanan dari
pada Nadab dan Abihu, mari kita lihat ayat 2. Imamat 10:2 (10:2) Maka keluarlah
api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati
di hadapan TUHAN. Maka keluarlah api TUHAN, lalu
menghanguskan kedua anak Harun, yaitu Nadab dan Abihu, sekalipun mereka adalah
imam-imam, sehingga mati di hadapan TUHAN. Banyak hamba TUHAN yang
terlihat hidup padahal mati, persis seperti jemaat di Sardis di dalam Wahyu
3:1. Kita sudah mengerti tentang definisi api asing,
bukan? Yaitu api yang tidak diperintahkan oleh TUHAN untuk dipersembahkan demi
kepentingan pribadi dan demi kepentingan golongan dan kelompoknya. Sekarang,
kita akan melihat contoh api asing dan api TUHAN terkait dengan dua pohon
zaitun tadi. Contoh api asing dan api TUHAN terkait
dengan dua pohon zaitun, yang pertama: TERKAIT DENGAN MUSA. Mari kita perhatikan Bilangan 16, dengan
perikop: “Pemberontakan Korah, Datan dan Abiram” Bilangan 16:1-2 (16:1)Korah bin
Yizhar bin Kehat bin Lewi, beserta Datan dan Abiram, anak-anak
Eliab, dan On bin Pelet, ketiganya orang Ruben, mengajak orang-orang (16:2)
untuk memberontak melawan Musa, beserta dua ratus lima puluh orang
Israel, pemimpin-pemimpin umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh
rapat, semuanya orang-orang yang kenamaan. Korah -- yang berasal dari suku Lewi --,
beserta 3 (tiga) konconya, yaitu Datan, Abiram, dan On -- adalah orang Ruben --
mempengaruhi orang-orang untuk memberontak melawan gembala yang diutus TUHAN,
itulah Musa -- satu dari dua pohon zaitun yang terukir pada tempat minyak pada
kandil --. Mereka melawan Musa, padahal dia adalah pohon zaitun, dialah kaki
dian emas dengan tujuh pelita menyala-nyala, berarti dialah api TUHAN itu,
dialah yang diutus TUHAN itu, dialah hamba TUHAN yang berdiri di dekat TUHAN
atas alam semesta ini; dia berpihak kepada TUHAN, dia berpihak kepada
penggembalaan, dia berpihak kepada ibadah pelayanan, berpihak kepada segala
kegiatan Roh yang ada di dalamnya, maka layaklah dia menjadi pohon zaitun yang
terukir, termeterai, menjadi milik kepunyaan Allah. Biarlah kita semua dimeteraikan
oleh Allah; oleh sebab itu, hargailah kegiatan Roh ini, ibadah pelayanan ini. Kemudian, Korah ini juga mempengaruhi dua
ratus lima puluh orang Israel, siapakah mereka? Mereka adalah pemimpin
umat Israel, yakni orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang
ternama. Berarti, Korah ini mempengaruhi orang-orang yang berpengaruh untuk
mengajak demonstrasi terhadap Musa dan Harun. Bilangan 16:3 (16:3) Maka mereka
berkumpul mengerumuni Musa dan Harun, serta berkata kepada keduanya:
"Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang kudus, dan
TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu meninggi-ninggikan diri
di atas jemaah TUHAN?" Korah dan konco-konco mengata-ngatai Musa
sebagai seorang hamba TUHAN yang senantiasa meninggi-ninggikan diri di atas
jemaah TUHAN. Mendengar tuduhan itu, kita lihat sikap
dari hamba TUHAN yang dikuasai oleh api TUHAN -- itulah pohon zaitun, kaki dian
emas dengan tujuh pelita menyala-nyala --, pada ayat 4. Bilangan 16:4 (16:4) Ketika Musa
mendengar hal itu, sujudlah ia. Mendengar hal itu, secepatnya Musa sujud
di hadapan TUHAN, berarti; tidak berbantah-bantah. Jadi, sudah sangat jelas,
bahwa Musa ini adalah hamba TUHAN yang lemah lembut dan rendah hati kepada
pemberontak. Kita bersyukur, sebab TUHAN lemah lembut
dan rendah hati mau menerima pemberontakan kita sampai hari ini, bukan? Jujurlah,
maka TUHAN akan menolong kita dalam pembukaan Firman; maka menangislah, akuilah,
jangan sampai kita sia-siakan penyembahan, sebab TUHAN mau datang, jangan terus
bertahan dengan kekerasan hati. Bilangan 16:5-7 (16:5) Dan ia berkata
kepada Korah dan segenap kumpulannya: "Besok pagi TUHAN akan
memberitahukan, siapa kepunyaan-Nya, dan siapa yang kudus, dan Ia
akan memperbolehkan orang itu mendekat kepada-Nya; orang yang akan
dipilih-Nya akan diperbolehkan-Nya mendekat kepada-Nya. (16:6)
Perbuatlah begini: ambillah perbaraan-perbaraan, hai Korah, dan kamu
segenap kumpulannya, (16:7)bubuhlah api ke dalamnya dan taruhlah
ukupan di atasnya, di hadapan TUHAN pada esok hari, dan orang yang akan
dipilih TUHAN, dialah yang kudus. Cukuplah itu, hai orang-orang
Lewi!" Setelah Musa bersujud di hadapan TUHAN,
sikap berikutnya Musa berkata: Untuk mengetahui siapa hamba TUHAN yang berasal
dari TUHAN, yang kudus dan yang dipilih untuk mendekat atau berdiri dekat TUHAN
atas alam semesta, maka di sini kita melihat, Musa memerintahkan kepada Korah
dan konco-konconya untuk mempersembahkan ukupan kepada TUHAN. Dari situ nanti
ketahuan; ukupannya bau harum atau tidak? Bilangan 16:8-10 (16:8) Lalu berkatalah
Musa kepada Korah: "Cobalah dengar, hai orang-orang Lewi! (16:9)
Belum cukupkah bagimu, bahwa kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat
Israel dan diperbolehkan mendekat kepada-Nya, supaya kamu melakukan
pekerjaan pada Kemah Suci TUHAN dan bertugas bagi umat itu untuk melayani
mereka, (16:10) dan bahwa engkau diperbolehkan mendekat
bersama-sama dengan semua saudaramu bani Lewi? Dan sekarang mau pula kamu menuntut
pangkat imam lagi? Sebetulnya, Korah atau orang Lewi ini
sudah dipisahkan dari sebelas suku yang lain untuk diberi kesempatan melayani
bersama dengan imam-imam di dalam Ruangan Suci. Kemudian, di dalam Ruangan
Suci, ada 3 (tiga) alat yang harus mereka perhatikan:
1.Meja
Roti Sajian à
Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci. 2.Pelita
Emas à
Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu. Sudah diberi kesempatan untuk melayani Ibadah
Pendalaman Alkitab, melayani Ibadah Raya Minggu bersama dengan imam-imam,
bukankah itu sudah bagus? 3.Mezbah
Dupa à
Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan. Inilah yang harus diurusi oleh orang Lewi
dan imam-imam dalam Ruangan Suci. -Roti harus selalu baru. -Pelitanya harus bersih selalu; kapan
dipadamkan dan kapan dihidupkan. -Kemudian, harus memperhatikan Mezbah Dupa
dengan perbaraan, lalu di atasnya dibubuhkan dupa. Itu kan harus diperhatikan semua? Jangan saudara tidak mau tahu dengan apa
yang saya sampaikan ini, sebab miniatur sorga adalah Tabernakel; ikutilah
Firman, jangan ikuti pengertian manusia duniawi, apalagi pengertian daging ini,
jangan ikuti perasaan yang panas hati ini. Kita harus lemah lembut mengalah
kepada TUHAN. Bukan lemah lembut seperti manusia yang terlatih dengan tata
krama, itu tidaklah cukup, tetapi betul-betul manusia batiniahnya yang lemah
lembut, bukan semata-mata karena etika atau tata krama, bukan, tetapi
betul-betul kelemah-lembutan, kerendahan hati yang dikerjakan oleh Roh TUHAN,
supaya kita jangan munafik. Tiga alat dalam Ruangan Suci menunjuk
kepada ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, di mana puncaknya adalah Ibadah
Doa Penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan yang naik di hadapan TUHAN; apakah
berbau harum atau tidak. Jadi, jangan saudara tidak percaya bahwa Mezbah Dupa
adalah puncak ibadah. Jadi, tidak cukup hanya Ibadah Raya Minggu, tidak cukup
hanya Ibadah Pendalaman Alkitab, tetapi harus memuncak sampai kepada doa
penyembahan; apakah bau harum atau tidak. Dari sinilah ukurannya; jangan
pengertian manusia daging yang saudara bawa, tetapi ikutilah Firman. -Jika roti sudah menjadi daging, itu bagus. -Sudah menjadi kesaksian (Pelita Emas), itu
bagus. Tetapi dua perkara itu baru di bumi. Asap
dupa kemenyan itu sudah naik belum? Bau harum tidak ibadahnya? Memuncak tidak
ibadahnya? Ingat: Semua perkara kalau dilempar ke
atas akan jatuh ke bawah. Hanya satu perkara yang lepas dari daya tarik bumi,
yaitu asap dupa kemenyan yang berbau harum. Itulah sebabnya, Musa memerintahkan Korah
dan konco-konconya: Ayo, besok bawa perbaraanmu, taruh ukupan, lalu kita
lihat bau harum atau tidak? Kalau Ibadah Raya Minggu, itu belum bau harum,
walaupun sudah menjadi kesaksian. Kalau Firman sudah mendarah daging, itu
bagus, tetapi harus bau harum, harus memuncak sampai Doa Penyembahan. Jangan saudara tidak mau mengerti akan hal
ini. TUHAN sudah memberi pengertian, tetapi kita menolak, itu adalah kebodohan. Kemudian, perhatikan: Orang Lewi sudah
diberi kesempatan untuk melayani TUHAN, tetapi lihatlah: Dan sekarang mau
pula kamu menuntut pangkat imam lagi? Mereka masih menuntut pangkat imam. Jadi,
yang dicari dalam ibadah pelayanan adalah pangkat, bukan TUHAN Yesus. Sangat
disayangkan bila melayani, namun mencari pangkat; ini adalah suatu sikap yang
keliru dan salah kaprah di hadapan TUHAN. Bilangan 16:11 (16:11) Sebab itu, engkau
ini dengan segenap kumpulanmu, kamu bersepakat melawan TUHAN. Karena
siapakah Harun, sehingga kamu bersungut-sungut kepadanya?" Perhatikan baik-baik: Marah,
bersungut-sungut, menggerutu kepada seorang hamba TUHAN, kepada gembala sidang
yang jujur di dalam memikul salib = Melawan TUHAN. Ingatlah hal ini; kalau sudah diberi
pengertian semacam ini, jangan diulangi. Kalau dahulu bersungut-sungut melawan
hamba TUHAN karena tidak mengerti, masih dengan mudah mengampuni, tetapi kalau
sudah diberi pengertian semacam ini namun masih tetap bersungut-sungut terhadap
hamba TUHAN yang memikul salib, itu sama dengan melawan TUHAN. Jadi, kalau
sekarang sudah memiliki pengertian akan hal ini, jangan coba-coba lagi untuk
bersungut-sungut. Jangan melawan TUHAN, artinya; jangan
bersungut-sungut lagi kepada gembala sidang yang benar-benar memikul salib,
supaya jangan kena sentil TUHAN, sebab sedikit kena sentil saja, susah setengah
mati. Sedikit kesaksian: Ada seorang pemuda
remaja datang ke sini, namun dia tidak sungguh-sungguh; akhirnya dia disentil
TUHAN, bagaimana caranya? Setan membisikkan telinganya; ditiup telinga
dari kanan ke kiri. Akhirnya, takutlah dia, minta ampunlah dia, menangislah dia
sejadi-jadinya. Lalu saya sampaikan yang benar supaya dia
sungguh-sungguh. Lalu saya bertanya: Kamu mau datang ke sini, apa motifnya? Rupanya,
motifnya masih kuliah, masih mencari kerja, masih ini dan itu; rupanya, ibadah
pelayanan ini hanya batu loncatan. Akhirnya, saya sampaikan kepada mereka
supaya berdoa bersama-sama, supaya Setan itu ditengking. Lihat, sentilan sedikit saja sudah bisa
bikin takut. Dalam perjalanan, kita masih dirawat dan dilindungi, puji TUHAN,
tetapi sentilan itu adalah hajaran kepada anak yang dikasihi, bukan kepada yang
tidak dikasihi. Oleh sebab itu, orang yang di luar TUHAN, sekalipun sudah korupsi,
sudah melakukan kejahatan dan kenajisan, lalu tidak ada sentilan, itu memang karena
dia sudah berada di dalam maut; jadi, untuk apa lagi disentil. Yang disentil,
yang diajar, yang dididik hanyalah anak-anak TUHAN, orang yang dikasihi, sesuai
Ibrani 12:6. Jangan lawan TUHAN lagi mulai dari
sekarang, caranya; jangan bersungut-sungut kepada hamba TUHAN yang benar-benar
jujur memikul salib. -Begitu suami bersungut-sungut, isteri
harus mengingatkan supaya jangan bersungut-sungut. -Kalau isteri bersungut-sungut, maka suami
pun harus bertindak sebagai imam, harus mengingatkan supaya jangan
bersungut-sungut. -Kalau anak-anak bersungut-sungut, maka
orang tua harus langsung cepat-cepat didik,langsung ingatkan anak-anak supaya jangan bersungut-sungut. -Kalau orang tua bersungut-sungut, maka
anak-anak pun mengingatkan orang tua supaya jangan bersungut-sungut. Bilangan 16:12-14 (16:12) Adapun Musa telah
menyuruh orang untuk memanggil Datan dan Abiram, anak-anak Eliab,
tetapi jawab mereka: "Kami tidak mau datang. (16:13) Belum
cukupkah, bahwa engkau memimpin kami keluar dari suatu negeri yang
berlimpah-limpah susu dan madunya untuk membiarkan kami mati di padang gurun,
sehingga masih juga engkau menjadikan dirimu tuan atas kami? (16:14)
Sungguh, engkau tidak membawa kami ke negeri yang berlimpah-limpah susu dan
madunya, ataupun memberikan kepada kami ladang-ladang dan kebun-kebun anggur
sebagai milik pusaka. Masakan engkau dapat mengelabui mata orang-orang ini?
Kami tidak mau datang." Adapun Musa telah menyuruh orang untuk
memanggil Datan dan Abiram … Lihatlah tindakan Musa ini; sebetulnya,
Musa ini adalah orang yang lemah lembut, mau menerima kekurangan orang lain. Di
sini ada rencana yang mulia dari Musa untuk memanggil Datan dan Abiram untuk
berbicara dari hati ke hati. Tetapi lihatlah sikap dari Datan dan
Abiram ini, mereka berkata: “Kami tidak mau datang” Mereka tidak taat,
tidak setia, tidak dengar-dengaran. Bayangkan, imam tetapi tidak taat, imam
tetapi tidak setia, imam tetapi tidak dengar-dengaran, apakah itu benar? Masakan
seorang imam mau melayani sesuka hatinya? -Memimpin pujian, namun tidak
dengar-dengaran, sesuka hatinya saja, itu tidaklah benar. -Lalu, pembaca Firman melayani sesuka
hatinya saja, itu tidak benar. Imam-imam tidak boleh melayani dengan sesuka
hati. Kembali saya sampaikan: Datan dan Abiram
tidak taat, tidak setia, tidak dengar-dengaran. Praktek tidak taat, tidak setia, tidak
dengar-dengaran dari seorang imam (pelayan TUHAN) ialah: YANG PERTAMA: Menuduh Musa sebagai
hamba TUHAN yang mengambil rupa tuan. Mereka menuduh bahwa Musa adalah seorang
hamba TUHAN yang tinggi hati (sombong) dan mengambil rupa tuan, bukan hamba
TUHAN yang lemah lembut dan rendah hati. YANG KEDUA: Mereka tidak yakin bahwa
TUHAN mengutus Musa untuk memimpin perjalanan bangsa Israel masuk ke negeri
Kanaan yang berlimpah-limpah susu dan madu. Inilah kalau tidak taat, tidak setia,
tidak dengar-dengaran itu, maka prakteknya ialah menuduh hamba TUHAN yang
tidak-tidak; selain menuduh hamba TUHAN mengambil rupa tuan, selanjutnya mereka
menuduh hamba TUHAN bukan hamba TUHAN yang diutus TUHAN untuk membawa sidang
jemaat ke tempat perjanjian (hari perhentian, hari ketujuh, Sabatnya TUHAN
Yesus, kerajaan seribu tahun damai). YANG KETIGA: Mereka juga tidak yakin
bahwa TUHAN mengutus Musa untuk memberikan ladang-ladang penggembalaan dan
kebun-kebun anggur untuk menjadi milik pusaka mereka, singkatnya; tidak
yakin bahwa Musa diutus menjadi gembala sidang. Ingat: Ibadah pelayanan dalam ladang
penggembalaan ini asalnya adalah dari TUHAN, yang membawa kita sampai kepada tanah
air sorgawi sebagai milik pusaka kita. Percayalah. Hal ini pun menjadi tujuan
saya, sehingga saya harus rela berkorban untuk mengorbankan perasaan ini; saya
tahu siapa yang memberontak, saya tahu siapa yang melawan, saya tahu siapa yang
main belakang, namun saya harus tahan perasaan ini, karena TUHAN selalu memberi
penglihatan. Baru-baru ini TUHAN beri penglihatan; seorang pemimpin pujian
sudah duduk di kumpulan ibu-ibu yang kepalanya bertudung kerudung, ia berada
dalam pengaruh pimpinan yang lain. Apa saja yang tidak berkenan, saya tahu,
tidak ada yang tidak saya tahu; semua saya tahu, tetapi saya harus menahan
perasaan ini. YANG KEEMPAT: Bahkan, mereka menuduh bahwa
Musa mengelabui mata umat Israel, atau berlaku munafik. Orang munafik itu berdoa
dengan panjang-panjang untuk mengelabui mata orang. Kembali kita memperhatikan ayat 14
… -Sungguh, engkau tidak membawa kami ke
negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya … Mereka tidak
yakin kepada Musa untuk memimpin mereka masuk ke tanah Kanaan, tanah yang
limpah susu dan madu. -Ataupun memberikan kepada kami
ladang-ladang dan kebun-kebun anggur sebagai milik pusaka … Juga
mereka tidak yakin kepada Musa untuk memimpin keadaan mereka dibawa masuk ke
tanah perjanjian, yang disebut juga ladang-ladang penggembalaan, disebut juga
kebun-kebun anggur sebagai milik pusaka mereka --. -Masakan engkau dapat mengelabui mata
orang-orang ini? … Bahkan mereka juga menuduh bahwa Musa mengelabui
mata sidang jemaat, berarti di mata mereka, Musa ini berlaku munafik. Sadis
sekali, kejam sekali tuduhan mereka ini. Itulah praktek tidak dengar-dengaran; tuduhannya
banyak dan tidak benar. Bilangan 16:15 (16:15) Lalu sangat
marahlah Musa dan ia berkata kepada TUHAN: "Janganlah perhatikan segala
persembahan mereka. Belum pernah kuambil satu ekor keledai pun dari
mereka, dan belum pernah kulakukan yang jahat kepada seseorang pun dari
mereka." Sesungguhnya, Musa ini adalah seorang
hamba TUHAN yang lemah lembut dan rendah hati, dia bukan hamba TUHAN yang suka
merampas milik sidang jemaat. Bantu doa ya, supaya saya juga tidak suka
merampas milik sidang jemaat. Kemudian, Musa ini juga bukan seorang
hamba TUHAN yang melakukan yang jahat kepada sidang jemaat, karena dia adalah
pohon zaitun yang terukir pada kaki dian emas pada tujuh pelita yang
menyala-nyala; dia adalah hamba TUHAN yang melayani dengan api TUHAN, dialah
hamba TUHAN yang diutus TUHAN, yang berdiri di dekat TUHAN atas alam semesta. Bilangan 16:16 (16:16) Lalu berkatalah
Musa kepada Korah: "Engkau ini dengan segenap kumpulanmu harus
menghadap TUHAN, engkau dan mereka dan Harun, pada esok hari. Musa kembali berkata kepada Korah, bahwa
Korah dan konco-konco harus mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Musa,
supaya dengan demikian, mereka tahu apakah mereka hamba TUHAN yang dipilih
TUHAN, diutus oleh TUHAN, dan layak melayani TUHAN, atau tidak. Bilangan 16:17-18 (16:17) Baiklah kamu
masing-masing membawa perbaraannya membubuh ukupan di atasnya, lalu kamu
mempersembahkan masing-masing perbaraannya ke hadapan TUHAN, dua ratus
lima puluh perbaraan; juga engkau ini dan Harun masing-masing harus membawa
perbaraannya." (16:18) Maka mereka masing-masing membawa
perbaraannya, membubuh api ke dalamnya, menaruh ukupan di
atasnya, lalu berdirilah mereka di depan pintu Kemah Pertemuan, juga
Musa dan Harun. Dua ratus lima puluh pemimpin kenamaan itu
harus membawa perbaraan api, lalu membubuhkan kemenyan di atasnya, serta Harun,
masing-masing harus membawa perbaraannya. Dan selanjutnya, baik pihak konco
dari pada Korah, dua ratus lima puluh pemimpin kenamaan, maupun Musa, akhirnya
membawa perbaraan, lalu membubuhkan api ke dalamnya dan menaruh ukupan,
demikian juga Harun; lalu akhirnya mereka berdiri di depan Kemah Pertemuan,
juga Musa dan Harun. Bilangan 16:19-21 (16:19) Ketika Korah
mengumpulkan segenap umat itu melawan mereka berdua di depan pintu Kemah
Pertemuan, tampaklah kemuliaan TUHAN kepada segenap umat itu. (16:20)
Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun: (16:21) "Pisahkanlah
dirimu dari tengah-tengah umat ini, supaya Kuhancurkan mereka dalam sekejap
mata." Pada saat Korah dan konco-konco berhadapan
dengan Musa dan Harun, pada saat yang tepat tampaklah kemuliaan TUHAN tampil
sebagai Hakim yang adil dalam kemuliaan yang besar. Dalam kemuliaan, TUHAN
berfirman: “Pisahkanlah dirimu”, sebab TUHAN tidak tahan lagi melihat
kekerasan hati dari pada Korah dan konco-konco, TUHAN tidak tahan lagi melihat
sikap mereka, melihat pemberontakan mereka. Hati-hati, jangan terlanjur-lanjur dalam
memberontak. Kalau pun memberontak, cepat-cepatlah menyesal, karena TUHAN yang
benar, kita yang banyak salah. Bilangan 16:22 (16:22) Tetapi sujudlah
mereka berdua dan berkata: "Ya Allah, Allah dari roh segala makhluk! Satu
orang saja berdosa, masakan Engkau murka terhadap segenap perkumpulan
ini?" Ketika dalam kemuliaan-Nya TUHAN berfirman
untuk segera ingin menghabisi Korah dan konco-konco, lalu sujudlah mereka
berdua dan berkata: "Ya Allah, Allah dari roh segala makhluk! Satu orang
saja berdosa -- Korah saja yang berdosa dan mempengaruhi tiga orang Ruben,
mempengaruhi dua ratus lima puluh orang kenamaan --, masakan Engkau murka
terhadap segenap perkumpulan ini?" Itulah permohonan yang dinaikkan
oleh Musa. Bukankah Musa ini orang yang lemah lembut, rendah hati dan mau
menerima kekurangan orang lain? Bilangan 16:23-24 (16:23) Maka berfirmanlah
TUHAN kepada Musa: (16:24) "Katakanlah kepada umat itu: Pergilah
dari sekeliling tempat kediaman Korah, Datan dan Abiram." Dalam kemuliaan, TUHAN tetap berfirman: Pisahkan
dirimu cepat-cepat dari Korah dan konco-konco, karena TUHAN sudah tidak
tahan lagi. Bilangan 16:25 (16:25) Lalu pergilah
Musa kepada Datan dan Abiram, dan para tua-tua Israel mengikuti dia. Akhirnya, Musa dan Harun harus memisahkan
diri dari Korah dan konco-konco dan kumpulannya, dan dari keluarganya. Bilangan 16:25 (16:26) Berkatalah ia
kepada umat itu: "Baiklah kamu menjauh dari kemah orang-orang fasik
ini dan janganlah kamu kena kepada sesuatu apa pun dari kepunyaan mereka,
supaya kamu jangan mati lenyap oleh karena segala dosa mereka." (16:27)
Maka pergilah mereka dari sekeliling tempat kediaman Korah, Datan dan Abiram.
Keluarlah Datan dan Abiram, lalu berdiri di depan pintu kemah mereka
bersama-sama dengan isterinya, para anaknya dan anak-anak yang kecil. Singkat kata: Musa memerintahkan apa yang
diperintahkan oleh TUHAN, yaitu agar bangsa itu menjauhkan diri dari Korah,
Datan, Abiram dan konco-konco yang lain. Akhirnya, dia mau mengalah, sesuai
dengan apa yang TUHAN mau. Bilangan 16:28-30 (16:28) Sesudah itu
berkatalah Musa: "Dari hal inilah kamu akan tahu, bahwa aku diutus
TUHAN untuk melakukan segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari
hatiku sendiri: (16:29) jika orang-orang ini nanti mati seperti matinya
setiap manusia, dan mereka mengalami yang dialami setiap manusia,
maka aku tidak diutus TUHAN. (16:30) Tetapi, jika TUHAN akan menjadikan
sesuatu yang belum pernah terjadi, dan tanah mengangakan mulutnya
dan menelan mereka beserta segala kepunyaan mereka, sehingga mereka
hidup-hidup turun ke dunia orang mati, maka kamu akan tahu, bahwa orang-orang
ini telah menista TUHAN." Sesudah memisahkan diri, termasuk bangsa
itu memisahkan diri, selanjutnya Musa berkata kepada Korah dan konco-konco: Kamu
harus tahu, bahwa saya ini adalah pohon zaitun yang terukir pada kaki dian emas
pada tempat minyak. Kamu harus tahu bahwa saya adalah hamba TUHAN yang diurapi
oleh api TUHAN. Bagaimana caranya supaya mereka bisa tahu? -Kalau Korah dan konco-konco mati dengan
cara yang wajar, berarti Musa tidak diutus TUHAN; itulah tanda-Nya yang
dinyatakan kepada Musa, Korah dan dan konco-konco. -Sebaliknya, kalau mereka mati dengan tidak
wajar -- artinya, turun ke dunia orang mati secara hidup-hidup ditelan bumi --,
itu artinya engkau harus tahu bahwa mereka bukan berasal dari TUHAN, mereka
sedang menista TUHAN, mereka sedang melawan TUHAN, mereka sedang memberontak
kepada TUHAN. Itulah pernyataan Musa. Sekarang kita lihat KEBENARANNYA. Bilangan 16:31-33 (16:31) Baru saja ia
selesai mengucapkan segala perkataan itu, maka terbelahlah tanah yang di bawah
mereka, (16:32) dan bumi membuka mulutnya dan menelan
mereka dengan seisi rumahnya dan dengan semua orang yang ada pada Korah dan
dengan segala harta milik mereka. (16:33) Demikianlah mereka dengan
semua orang yang ada pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati;
dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah
jemaah itu. Demikian Korah, isteri, anak dan yang ada
pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati; bumi menelan mereka, sampai
binasa dari antara umat Israel. Berarti, benar-benar Musa adalah kehidupan yang
dimeteraikan oleh TUHAN, Musa adalah hamba TUHAN yang diutus TUHAN dengan api
TUHAN. Bilangan 16:34-35 (16:34) Dan semua orang
Israel yang di sekeliling mereka berlarian mendengar teriak mereka, sebab kata
mereka: "Jangan-jangan bumi menelan kita juga!" (16:35) Lagi keluarlah
api, berasal dari pada TUHAN, lalu memakan habis kedua ratus lima puluh
orang yang mempersembahkan ukupan itu. Selanjutnya, keluarlah api TUHAN memakan
habis kedua ratus lima puluh orang yang mempersembahkan ukupan, yang
mempersembahkan api asing. Jadi, jelas, mereka datang menghadap TUHAN dengan
api asing, bukan dengan api TUHAN. Sudah sangat jelas, bukan? Hal itu sudah
pernah terjadi, dan nubuatan ini akan terjadi pada masa aniaya antikris selama 3.5
(tiga setengah) tahun; apabila ada orang memberontak kepada Musa dan Elia, maka
keluar api dari mulut mereka untuk menghanguskan musuh mereka, dan itu akan terjadi
nanti. Itu sebabnya, sungguh-sungguhlah tergembala; beribadahlah dengan api
TUHAN, hormati api TUHAN, jangan dengar teriakan sungut-sungutmu, supaya jangan
juga engkau turut habis binasa dihanguskan oleh api TUHAN. Manakala suara daging (api asing) itu
mulai bersungut-sungut, mulai mempengaruhi kejiwaan, hati, pikiran, perasaan,
segera lawan, dan katakan: “Saya mau dengar Firman dengan sungguh-sungguh,
oleh api TUHAN.” Jangan tersinggungan; cengeng, seperti anak kecil itu
namanya. Rendah hati itu bukan karena etika, tetapi harus dari pekerjaan TUHAN. Bilangan 16:40 (16:40) Itu menjadi suatu
peringatan bagi orang Israel, supaya jangan tampil orang awam
yang bukan dari keturunan Harun untuk membakar ukupan di hadapan TUHAN,
dan jangan ia menjadi seperti Korah dan kumpulannya -- seperti yang
difirmankan TUHAN kepadanya dengan perantaraan Musa. Dari pelajaran ini, kita harus mau
belajar: 1.Jangan
kita datang menghadap TUHAN lewat ibadah pelayanan dengan api asing. Jangan
lagi beribadah melayani hanya untuk mencari kepentingan golongan dan
kelompoknya, jangan lagi. Ini adalah suatu pelajaran bagi kita di hari-hari
terakhir ini. 2.Jangan
menjadi orang yang suka bersungut-sungut, memberontak, menuduh gembala sidang
yang tidak-tidak. Itulah api TUHAN yang keluar dari mulut
Musa, yang menghanguskan semua musuhnya. Jangan lagi kita bersungut-sungut.
Jangan lagi kita seperti 250 (dua ratus lima puluh) orang yang membawa
perbaraan, lalu membubuhkan ukupan dari api asing, supaya kita jangan binasa.
Jangan kita datang menghadap TUHAN, jangan kita beribadah melayani dengan suara
semangat api daging, sebab itu adalah api asing; jangan karena kepentingan
pribadi, golongan dan kelompoknya. Belajarlah dari apa yang sudah kita terima
dari TUHAN. Firman yang disampaikan tidaklah asal main
comot ayat. Kita ini Firman Pengajaran, bukan hanya penginjilan semata. Tetapi
sesudah penginjilan, menerima mujizat, harus beralih kepada perkembangan berikutnya,
yaitu ajaran sehat, itulah Firman Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel,
atau saya singkat; Pengajaran Pembangunan Tubuh Kristus. Contoh api asing dan api TUHAN terkait
dengan dua pohon zaitun, yang kedua: TERKAIT DENGAN ELIA. Kita akan memperhatikan 1 Raja-Raja 18,
dengan perikop: “Elia di gunung Karmel” 1 Raja-Raja 18:20-22 (18:20) Ahab mengirim
orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel. (18:21)
Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu
berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah,
ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak
menjawabnya sepatah kata pun. (18:22) Lalu Elia berkata kepada
rakyat itu: "Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN,
padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya. Bangsa Israel sudah berlaku timpang dan bercabang
hati (mendua hati); mereka akhirnya menyembah berhala Baal pada zaman raja
Ahab, di mana isterinya adalah Izebel. Lalu, Elia berkata: “Kalau TUHAN itu
Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.” Elia sudah meluruskan
pemikiran yang keliru dan salah kaprah, tetapi rakyat itu tidak menjawabnya
sepatah kata pun, mereka bergeming, tidak mau berubah. Sementara mereka berlaku
timpang dan bercabang hati, namun mereka tidak mau diluruskan; bayangkan, keras
hatinya itu luar biasa. 1 Raja-Raja 18:23 (18:23) Namun, baiklah
diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan; biarlah mereka memilih
seekor lembu, memotong-motongnya, menaruhnya ke atas kayu api,
tetapi mereka tidak boleh menaruh api. Aku pun akan mengolah lembu
yang seekor lagi, meletakkannya ke atas kayu api dan juga tidak akan
menaruh api. Akhirnya, Elia berkata: Kalau begitu,
berikanlah kepada kami dua ekor lembu sapi untuk selanjutnya dipersembahkan
sebagai korban bakaran kepada TUHAN; satu ekor untuk empat ratus lima puluh
nabi Baal, satu ekor untuk saya (Elia) secara pribadi, lalu diolah dan dipersembahkan
di atas kayu api, tetapi tidak boleh ada pemantik, tidak boleh ada api, tidak
boleh ada korek api. Membawa korban dan persembahan, tidak boleh ada api
asing. Jangan sesekali kita melayani karena ada pemantik, jangan sesekali kita
melayani karena api asing; TUHAN tidak mau, TUHAN tidak suka. Banyak pemantik di tengah ibadah pelayanan
sebagai api asing, baik itu melayani sebagai pemain musik karena dibayar, itu
adalah pemantik (api asing), pemimpin pujian dibayar dengan alasan supaya
semangat ada ongkos; seolah-olah TUHAN tidak mampu memelihara imam-imam,
pelayan TUHAN. Semua pelayanan dibayar, itu adalah pemantik, itu adalah api
asing, dan itu tidak boleh. Korban bakaran memang terlihat hangus, tetapi itu
tidaklah murni. -Wah, dia sudah berkorban ya,
nyanyinya bagus singer itu, terlihat korban bakaran seperti hangus,
padahal ada api asing. -Wah, pemimpin pujian luar biasa dalam
memimpin pujian, eh ternyata ada api asing, pemantik asing. Kalau pengertian seperti ini disampaikan
kepada kita, apakah kita tidak bahagia? Sehingga oleh pengertian semacam ini
kita dapat menyenangkan hati TUHAN, manakala kita datang menghadap TUHAN bukan?
Sebab binasalah umat-Ku karena tidak ada pembukaan Firman. 1 Raja-Raja 18:24 (18:24) Kemudian biarlah
kamu memanggil nama allahmu dan aku pun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah
yang menjawab dengan api, dialah Allah!" Seluruh rakyat
menyahut, katanya: "Baiklah demikian!" Pada saat korban bakaran dipersembahkan, panggillah
allahmu, maka allah yang menjawab api dari langit, Dialah Allah yang hidup.
Kemudian, seluruh rakyat setuju dan pihak nabi-nabi Baal pun setuju. 1 Raja-Raja 18:25 (18:25) Kemudian Elia
berkata kepada nabi-nabi Baal itu: "Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu
dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu
tidak boleh menaruh api." Elia berkata: Pilihlah seekor lembu dan
olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama
allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api. Tidak boleh beribadah dan
melayani TUHAN, tidak boleh membawa korban dan persembahan dengan api asing. Janganlah
kita datang beribadah dengan ketersinggungan, tidak boleh, itu semua tidak ada
artinya dan dilarang TUHAN. Jangan kita datang beribadah kepada TUHAN karena
ada kepentingan pribadi, golongan dan kelompok; jangan, itu dilarang. Sekarang, kita akan memperhatikan: PRAKTEK
API ASING DI TENGAH IBADAH DAN PELAYANAN, yang akan kita perhatikan dalam 1
Raja-Raja 18:26-29. 1 Raja-Raja 18:26 (18:26) Mereka mengambil
lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari
pagi sampai tengah hari, katanya: "Ya Baal, jawablah kami!" Tetapi tidak
ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat
di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. Praktek YANG PERTAMA: Mereka
berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. Berjingkat-jingkat, berarti; berlonjak-lonjak
dalam kesukaan yang besar di dalam memuji TUHAN ketika menghadap TUHAN, ketika
beribadah dan melayani TUHAN. Tetapi kalau dia menolak Firman, tidak menghargai
Firman yang disampaikan, itu merupakan api asing. Memuji TUHAN dengan sukacita itu bagus,
tetapi manakala Firman disampaikan lalu ditolak, itu adalah api asing. Kalau
kita datang menghadap TUHAN dengan api asing, maka TUHAN tidak menjawab
doa-doa. 1 Raja-Raja 18:27 (18:27) Pada waktu tengah
hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: "Panggillah lebih keras,
bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya,
mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga." Pada waktu tengah hari,
berarti tepatnya pada jam 12 (dua belas) siang, Elia mulai mengejek mereka
dan berkata: Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Kemudian, Elia
mengejek: -Mungkin ia merenung, mungkin
ia melamun. Jangan suka melamun memikirkan hal-hal yang tidak terpikirkan;
tetapi biarlah kita memikirkan sesuatu menurut takaran iman. -Mungkin ada urusannya, selalu
sibuk sampai tinggalkan ibadah dan pelayanan dalam sebuah penggembalaan. -Mungkin ia bepergian; pergi
ke sana, pergi ke mari, pergi ke situ, pergi ke sini, kakinya tidak bisa diam,
mengembara ke mana-mana. -Barangkali ia tidur, berarti
ia adalah pemalas. -Dan belum terjaga,
berarti belum siap sedia. Kalau melayani harus siap sedia. Orang yang tidak siap
sedia, berarti dia datang melayani dengan api asing. 1 Raja-Raja 18:28 (18:28) Maka mereka
memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan
tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh
mereka. Praktek YANG KEDUA: Mereka
menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, menyakiti dan melukai, sampai
darah bercucuran. Rela berkorban, tetapi tanpa kasih Allah,
itu semua tidak ada artinya. Banyak orang Kristen yang untuk sesamanya, ia rela
korban tenaga, korban pikiran, dan waktu, bahkan di hutan sekalipun dikejar, tetapi
korban tenaga pikiran untuk TUHAN tidak ia kerjakan; itu adalah api asing. Saya banyak belajar dari Firman TUHAN;
oleh sebab itu, saya banyak memperhatikan sidang jemaat tentang bagaimana kemajuan
rohaninya, sebab masakan saya perhatikan orang di luaran sana? Oleh sebab itu,
saudara juga belajar untuk memperhatikan dan melakukan hal itu. Mulai sekarang,
harus dewasa; kita harus memiliki pengertian dari sorga, bukan lagi pengertian
dari diri sendiri. Sekali lagi saya sampaikan: Untuk orang
kita rela korban sampai jauh-jauh malam, sampai berdarah-darah, tetapi untuk
TUHAN tidak mau berkorban, itu adalah api asing. 1 Raja-Raja 18:29 (18:29) Sesudah lewat
tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban
petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda
perhatian. Praktek YANG KETIGA: Pada waktu petang,
mereka semua kerasukan setan. Singkatnya, praktek api asing di tengah
ibadah pelayanan adalah: -Pada waktu pagi; berjingkat-jingkat. -Pada waktu tengah hari; rela menderita
untuk sesama, tetapi untuk TUHAN tidak rela menderita. -Pada waktu petang; kerasukan setan. Tentang “kerasukan Setan”, mari kita
perhatikan Matius 26. Matius 26:73-74 (26:73) Tidak lama
kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata:
"Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu."
(26:74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah:
"Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam. Orang yang kerasukan Setan itu terlihat
dari bahasanya. Apa bahasa orang yang kerasukan Setan? Petrus berkata: “Aku tidak kenal orang
itu”, dan itu adalah penyangkalan Petrus yang ketiga. Tetapi sebelum
menyangkal, Petrus mengutuk dan bersumpah. -Kutuk itu sama seperti hidup di bawah
hukum Taurat, yang hanya mengeluarkan bahasa terkutuk. -Selain terkutuk, kemudian bersumpah. Itu adalah bahasa kerasukan Setan. Kalau bahasa TUHAN ialah “ya” di atas
“ya”, “tidak” di atas “tidak”, lebih dari pada itu adalah “bersumpah” = kerasukan
Setan. Jadi, tidak usah pakai sumpah. Hati-hati, kalau memang lidah tidak digerakkan
oleh Roh Kudus, itu sama dengan kerasukan Setan. Berkata “sikaraba, sikabara”,
padahal lidahnya tidak digerakkan oleh Roh Kudus, itu namanya dirasuk Setan. Kalau
memang lidah digerakkan oleh Roh api TUHAN, maka lidah itu tidak bisa ditahan. Tetapi orang yang kerasukan Setan, banyak
sekali dusta; seharusnya adalah “ya” di atas “ya”, “tidak” di atas “tidak”,
tidak usah pakai sumpah demi apa pun. Barulah sekarang kita akan memperhatikan
giliran Elia, pada 1 Raja-Raja 18. 1 Raja-Raja 18:30 (18:30) Kata Elia kepada
seluruh rakyat itu: "Datanglah dekat kepadaku!" Maka mendekatlah
seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang
telah diruntuhkan itu. Kalau kita melayani dengan api asing, maka
sama dengan merusak mezbah, tempat untuk mempersembahkan korban di tengah
ibadah dan pelayanan. Jangan rusak mezbah, sebab itu adalah tempat kita untuk
membawa korban dan persembahan kepada TUHAN. Jangan rusak ibadah dan pelayanan
ini, sebab ini merupakan mezbah TUHAN, tempat untuk meletakkan korban dan
persembahan kepada TUHAN. 1 Raja-Raja 18:36 (18:36) Kemudian pada
waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata:
"Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah
diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa
aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara
ini. Dari permohonan Elia pada ayat 36
ini, kita dapat mengetahui bahwa Elia adalah pohon zaitun yang terukir pada
tempat minyak kaki dian emas, yang berdiri dekat TUHAN alam semesta, Allah yang
hidup; berpihak kepada TUHAN, berpihak kepada ibadah pelayanan, berpihak kepada
kandang penggembalaan, tidak berpihak kepada siapa-siapa lagi. 1 Raja-Raja 18:36 (18:37) Jawablah aku, ya
TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya
TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali." (18:38)
Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api,
batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis
dijilatnya. Pada saat Elia menaikkan doa
permohonannya, turunlah api dari langit -- dari sorga, dari takhta Allah --
menjilat segala sesuatu yang ada di atas Mezbah Korban Bakaran, antara lain;
korban bakaran yang telah diolah di atas kayu api, demikian juga batu dan tanah
itu, bahkan air dalam parit habis dijilat, semuanya hangus, tabiat daging sudah
hangus, mulai dari kepala sampai ekor korban bakaran hangus. Itulah tanda kehidupan yang melayani
dengan api TUHAN; membawa korban persembahan, membawa korban bakaran,
menghanguskan segala tabiat daging, tidak ada lagi yang tersisa sedikit pun.
Jangan lagi ada buntut-buntut; di depan (kepala) seperti hangus, tetapi di
belakang (ekor) bersungut-sungut. Dari kepala sampai ekor harus hangus. Saya akui, terlalu banyak persembahan di
tempat ini, tetapi itu bukanlah untuk saya, melainkan untuk saudara juga,
karena tidak ada sesuatu pun yang saya ambil dari situ; TUHAN tahu, tidak ada
yang saya ambil dari situ. Dan saya belajar untuk tidak mendustai saudara, saya
belajar jujur di hadapan TUHAN, bukan di hadapan manusia. Jadi, sudah sangat jelas; Elia adalah pohon
zaitun yang terukir pada tempat minyak kaki dian emas dengan tujuh pelita yang
bernyala-nyala; Dialah hamba TUHAN yang diutus oleh TUHAN, yang melayani dengan
api TUHAN, berdiri di dekat TUHAN alam semesta. Lalu, melihat situasi itu, mari kita
kembali memperhatikan ayat 37 dan ayat 39. 1 Raja-Raja 18:37,39 (18:37)
Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa
Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat
kembali." (18:39) Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah
mereka serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!" Kalau melayani TUHAN dengan api TUHAN,
maka sidang jemaat pun bertobat. Dan pertobatan itu sampai kepada puncak
ibadah, yaitu doa penyembahan. Ibadah harus memuncak sampai doa penyembahan. 1 Raja-Raja 18:40 (18:40) Kata Elia kepada
mereka: "Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, seorang pun dari mereka
tidak boleh luput." Setelah ditangkap, Elia membawa mereka ke sungai Kison
dan menyembelih mereka di sana. Kalau tidak mau bertobat, maka nanti pedang
antikris memenggal setiap kepala orang yang tidak mau bertobat. Setiap orang yang
ibadahnya tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan, maka kepalanya digorok. Jadi, ibadah harus memuncak sampai kepada
doa penyembahan. Puji TUHAN sudah menjadi kesaksian -- sudah menjadi pelita
emas --, puji TUHAN kalau sudah tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab sampai
Firman mendarah daging, tetapi selanjutnya harus memuncak sampai doa
penyembahan. Kalau tidak, leher digorok oleh pedang antikris. Saudara jangan hanya simbolik datang
beribadah, tetapi harus memiliki pengertian sorgawi, supaya kita dapat menyenangkan
hati TUHAN setiap kali kita datang menghadap TUHAN. Demikian juga dengan “persepuluhan” tidak
boleh hanya sebatas simbolik. Orang Kristen harus membawa persembahan
persepuluhan, itu betul, tetapi tidak boleh simbolik, melainkan harus jujur.
Pertobatan harus memuncak sampai kepada doa penyembahan. Kalau saya menerima korban persembahan,
misalnya; saya mendapat persembahan baju, maka saya akan hitung
persepuluhannya. Saya cari di google berapa harga bajunya, lalu saya
ambil persepuluhannya; saya belajar untuk jujur. Ukupan berbau harum di hadapan TUHAN,
ibadah yang memuncak sampai doa penyembahan diawali dengan pertobatan yang
sungguh-sungguh, maka ibadahnya pasti memuncak; kalau tidak, leher digorok. Tidak terasa, pemberitaan Firman ini sudah
dua jam. Mengapa Maria duduk dekat kaki TUHAN dan terus dengan Firman? Sudah
lewat setengah jam, terus dengar Firman; sudah lewat satu jam, terus dengar
Firman; sudah lewat satu setengah jam, terus dengar Firman, karena ada daya
tarik bagi Maria; itu sebabnya dia duduk paling dekat dengan kaki TUHAN, karena
ada daya tarik, yaitu ada sebuah pengertian yang membawa kepada keselamatan. Masakan kalau kita duduk mendengar dan
menonton cerita dongeng di televisi, kita bisa duduk sabar-sabar, tetapi TUHAN
bicara dengan penuh daya tarik malah kita abaikan? Itu menunjukkan bahwa sudah
miring, sudah tidak waras lagi rohaninya. Yesaya 64:1-5 (64:1) Sekiranya Engkau
mengoyakkan langit dan Engkau turun, sehingga gunung-gunung goyang di
hadapan-Mu(64:2) -- seperti api membuat ranggas
menyala-nyala dan seperti api membuat air mendidih -- untuk membuat nama-Mu
dikenal oleh lawan-lawan-Mu, sehingga bangsa-bangsa gemetar di hadapan-Mu, (64:3)
karena Engkau melakukan kedahsyatan yang tidak kami harapkan, seperti tidak
pernah didengar orang sejak dahulu kala! (64:4) Tidak ada telinga yang
mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang allah yang bertindak bagi
orang yang menanti-nantikan dia; hanya Engkau yang berbuat demikian. (64:5)
Engkau menyongsong mereka yang melakukan yang benar dan yang mengingat jalan
yang Kautunjukkan! Sesungguhnya, Engkau ini murka, sebab kami berdosa;
terhadap Engkau kami memberontak sejak dahulu kala. TUHAN turun, gunung-gunung goyang di
hadapan TUHAN, seperti api TUHAN membuat ranggas (ranting kering) menyala-nyala. Hati-hati, jangan kita seperti ranting
kering. Mengapa menjadi kering? Karena ranting sudah tidak lagi melekat
pada pohon. Beribadah, tetapi tidak ada persekutuan dengan TUHAN, sedikit pun tidak
ada hatinya lagi dalam penggembalaan, menunjukkan bahwa ia adalah ranting
kering, yang melayani dengan api asing; maka api asing itu nanti akan dihabisi
oleh api TUHAN. Hanya TUHAN yang mampu melakukan segala
sesuatu, yang mampu menghapuskan api asing dengan api TUHAN; perbuatan-Nya
ajaib, dan itu harus diakui. Orang yang pernah sempat datang menghadap
TUHAN dengan api asing, dengan ranggas, maka ia harus mengakui kesalahannya.
Akui dosa masa lalu, bahwa kita ini pernah datang menghadap TUHAN dengan api
asing, kehidupan ranggas (ranting kering). Itulah langkah pertama, yaitu akui dosa.
Jangan sudah berdosa, namun masih menganggap biasa-biasa. Sudah berdosa, namun
masih tetap tidak hancur hati; oleh sebab itu, kalau menyembah, gunakan
kesempatan, hancurlah di situ, menangislah, akuilah bahwa “saya ini sombong,
angkuh, merasa paling benar, tidak mau ditegor.” Akui dosa bahwa kita
pernah menjadi ranggas, yang beribadah dengan api asing, bagaikan ranting
kering yang beribadah tanpa persekutuan. Yesaya 64:6 (64:6) Demikianlah kami
sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain
kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh
kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin. Demikianlah kami sekalian seperti seorang
najis … Beribadah
karena kepentingan, itulah yang menajiskan; berlaku cabul, itulah yang
menajiskan. Akui kenajisan semacam ini juga. Yesaya 64:7-8 (64:7) Tidak ada yang
memanggil nama-Mu atau yang bangkit untuk berpegang kepada-Mu; sebab Engkau
menyembunyikan wajah-Mu terhadap kami, dan menyerahkan kami ke dalam kekuasaan
dosa kami. (64:8) Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami!
Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami
sekalian adalah buatan tangan-Mu. Akui, TUHAN adalah penjunan dan kita
adalah tanah liat, kehidupan yang harus dibentuk. Akui bahwa Dia yang membentuk.
Akuilah perbuatan dua tangan TUHAN; akuilah kemurahan TUHAN. Pertolongan dua
tangan TUHAN harus diakui. Yesaya 64:9 (64:9) Ya TUHAN,
janganlah murka amat sangat dan janganlah mengingat-ingat dosa untuk
seterusnya! Sesungguhnya, pandanglah kiranya, kami sekalian adalah umat-Mu. Setelah mengakui dosa, selanjutnya jadilah
umat TUHAN, milik kepunyaan TUHAN. Yesaya 64:10 (64:10) Kota-kota-Mu yang
kudus sudah menjadi padang gurun, Sion sudah menjadi padang gurun,
Yerusalem sunyi sepi. Kota-kota-Mu yang kudus sudah menjadi
padang gurun, Sion sudah menjadi padang gurun, sudah
kering-kering rohani seperti ranggas; dan itu harus diakui. Jangan sampai
kehidupan sudah kering-kering rohani, tidak ada persekutuan dengan TUHAN,
tetapi tidak mau mengakui, itu adalah api asing. Akhirnya, Yerusalem sunyi
sepi, tidak ada sukacita. Kita datang dari rumah dengan membawa
banyak persoalan, bukan? Setelah datang ke dalam pertemuan ibadah dalam kandang
penggembalaan, maka harus lepas dari persoalan itu, karena Firman yang dibukakan
dapat menyelesaikan semua persoalan. Jangan lagi bertahan dengan kekerasan di
hati, supaya tidak kering-kering terus. Sampai kapan kita mau terus kering-kering?
Datang membawa persoalan, pulang tambah persoalan hanya karena tidak mau
berubah setelah ditegor. Yesaya 64:11 (64:11) Bait kami yang kudus dan agung,
tempat nenek moyang kami memuji-muji Engkau, sudah menjadi umpan api,
maka milik kami yang paling indah sudah menjadi reruntuhan. Akhirnya, diakui “kami ini sudah
menjadi umpan api”, sama saja dengan; datang beribadah dan melayani dengan
api asing, bukan api dari TUHAN. Yesaya 64:12 (64:12) Melihat semuanya
ini, ya TUHAN, masakan Engkau menahan diri, masakan Engkau tinggal
diam dan menindas kami amat sangat? Mulai sekarang, akui dosa, lunakkan hati
TUHAN. Jangan lagi berkeras. Malam ini adalah kesempatan yang indah bagi saya
dan saudara untuk melunakkan hati TUHAN. Akui “saya berdosa, saya
kering-kering, sehingga saya datang beribadah dengan api asing; sekarang, saya
mau terima, maka hanguskanlah tabiat dagingku dengan api TUHAN”. Lebih baik
tabiat daging ini hangus, sebelum nanti hangus untuk binasa di kemudian hari.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA,
MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
No comments:
Post a Comment