IBADAH DOA
PENYEMBAHAN, 26 OKTOBER 2021
KITAB
KOLOSE
Subtema: PANDANGLAH IMAM BESAR DAN RASUL
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang layak untuk
disembah, diagungkan, yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa di tempat
yang Mahatinggi.
Kita bersyukur, berterima kasih kepada Tuhan karena rahmat-Nya
yang luar biasa, kita dimungkinkan untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah
Doa Penyembahan untuk selanjutnya tersungkur di hadapan takhta TUHAN, sujud
menyembah kepada Dia; tentu saja ini adalah suatu kegiatan yang memuncak. Dan
apabila kita sudah berada pada puncak kegiatan seperti ini, berarti kita adalah
milik kepunyaan Allah sendiri, dengan demikian; pemeliharaan TUHAN juga nyata
dalam setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Sekali lagi saya sampaikan syukur dan terima kasih kepada TUHAN
karena kita semua ada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan sebagai
puncak ibadah di bumi ini, maka pertolongan TUHAN nyata bagi kita pribadi lepas
pribadi.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN di Bandung, di
Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa setia untuk tekun
digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia. Bahagia kiranya
memerintah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan malam ini dalam hal menikmati
sabda Allah.
Segera saja kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah
Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada Jemaat di
Kolose, yaitu KOLOSE 3.
Oleh karena rahmat TUHAN, kita masih berada di ayat 19. Sudah dua tahun kurang lebih
kita diberkati oleh ayat 19 ini;
bukan karena kita hebat, bukan karena kecakapan kita atau kelebihan yang kita
punya, tetapi karena kasih dan kemurahan hati Tuhan yang melimpah atas kita
sekaliannya.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah
berlaku kasar terhadap dia.
Seorang suami harus tahu untuk mengasihi isterinya dengan
benar, dan seorang suami dilarang untuk berlaku kasar terhadap isterinya.
Tentang hal ini, lebih rinci kita akan temukan lagi di dalam
1 Petrus 3:7.
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana
dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai
teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan
terhalang.
Seorang suami haruslah berlaku
bijaksana terhadap isterinya. Yesus Kristus adalah Kepala gereja, sekaligus
Mempelai Laki-laki Sorga, namun Dia juga adalah Suami di dalam kebenaran dan Suami
dalam keadilan = Suami yang bijaksana. Dia berlaku bijaksana dalam kehidupan
kita pribadi lepas pribadi.
Tentang HAL KEBIJAKSANAAN, kita urutkan sampai Daniel 12:3.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti
cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran
seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Orang-orang bijaksana sama seperti bintang-bintang yang
bercahaya di cakrawala, berarti; bersinar terang dalam kegelapan.
Adapun tugas dari orang-orang bijaksana ialah menuntun banyak orang kepada kebenaran.
Sama seperti ketika Yesus lahir; Bintang Timur menuntun perjalanan orang majus
sampai tiba di tujuan, dan akhirnya mereka berlutut sujud menyembah Raja di atas
segala raja, itulah Yesus yang baru dilahirkan itu.
1 Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah
penyembahan berhala! (10:15.) Aku
berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah
sendiri apa yang aku katakan!
Sebagai seorang hamba TUHAN yang bijaksana, Rasul Paulus
berusaha menuntun sidang jemaat di Korintus kepada kebenaran.
Mari kita hubungkan perkataan Rasul Paulus pada ayat 14-15 dengan ayat 19-20.
1 Korintus 10:19
(10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan
berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan
ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat,
bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan
roh-roh jahat.
Maksud perkataan Rasul Paulus pada ayat 14-15 adalah Rasul Paulus melarang sidang jemaat di Korintus
bersekutu dengan roh-roh jahat, seperti bangsa Israel dalam perjalanan mereka
selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun.
Sekalipun bangsa Israel menjadi suatu barisan yang dipimpin
oleh Musa atau menjadi rombongan yang nampaknya beribadah kepada Tuhan di
padang gurun, namun kenyataannya persembahan mereka adalah persembahan kepada
roh-roh jahat bukan kepada Allah; itu sebabnya Rasul Paulus memerintahkan
dengan tegas supaya Jemaat di Korintus jangan bersekutu dengan roh-roh jahat.
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari
cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan
Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
Pendeknya:
-
Pengorbanan kepada TUHAN dan
pengorbanan kepada Setan tidak dapat dikerjakan secara bersama-sama.
-
Kehendak Allah dan kehendak dari
roh-roh jahat tidak dapat juga dikerjakan secara bersama-sama.
Oleh sebab itu, kalau memang kita mau mengikut TUHAN,
ikutlah TUHAN dengan sungguh-sungguh; kalau tidak, ikutlah roh-roh yang lain,
supaya jangan mengalami kerugian dua kali lipat.
1 Korintus 10:6-10
(10:6.) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita
untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang
jahat seperti yang telah mereka perbuat.(10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah
berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis:
"Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka
dan bersukaria." (10:8) Janganlah
kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai
Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga
mereka mati dipagut ular. (10:10)
Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa
orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Perjalanan bangsa Israel di padang gurun selama 40 (empat
puluh) tahun merupakan contoh dan
peringatan bagi kita di hari-hari terakhir ini supaya jangan kita mengikuti
apa yang dikerjakan oleh mereka.
Bangsa Israel bersekutu dengan roh-roh jahat, dan oleh
karena persekutuan yang keliru itu persembahan mereka bukan kepada Allah
melainkan kepada roh-roh jahat. Tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, kita sudah
melihat pribadi Rasul Paulus sebagai seorang yang bijaksana, yang berjuang
untuk menuntun sidang jemaat di Korintus sampai kepada kebenaran, seperti
Bintang Timur menuntun perjalanan orang-orang majus sampai kepada Yesus, Raja
di atas segala raja yang baru dilahirkan itu.
Adapun persekutuan bangsa Israel dengan roh-roh jahat selama
40 (empat puluh) tahun di padang gurun:
1.
Pada ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.
Pada ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.
Pada ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.
Pada ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.
Pada ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut.
Bagian yang pertama dan yang kedua telah disampaikan dan
minggu lalu telah berakhir tentang penyembahan berhala lembu emas dari bangsa
Israel.
Sekarang kita akan memasuki berkat yang baru, yaitu penjelasan
dari hal yang ketiga yakni: BANGSA
ISRAEL MELAKUKAN PERCABULAN.
Adapun kisah tersebut dengan jelas ditulis dalam kitab Musa
yang keempat, yakni kitab Bilangan,
secara khusus ditulis dalam Bilangan
25:1-18.
Bilangan 25 erat kaitannya dengan Bilangan
22-24, sebab Bilangan 22-25
mengemukakan tentang kejayaan dan kejatuhan bangsa Israel.
Seharusnya, di dalam TUHAN; kalau kita sungguh-sungguh, maka
sekali jaya akan tetap jaya. Namun kenyataannya, kejayaan bangsa Israel
diakhiri dengan kejatuhan; sangat
disayangkan.
Bilangan
22-25 jika dikaitkan dengan pola terang
Tabernakel terkena pada Mezbah Dupa → ibadah yang tertinggi, itulah doa penyembahan.
Maka, sudah seharusnya ibadah dan hidup rohani kita berada sampai pada
puncaknya, itulah doa penyembahan. Tetapi kita tidak akan sampai kepada puncak
ibadah kalau tidak ada seorang Imam Besar memimpin ibadah itu sampai pada
puncaknya.
Ibrani 3:1-2
(3:1) Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus,
yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan
Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, (3:2) yang setia kepada Dia yang
telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musapun setia dalam segenap rumah-Nya.
Saudara-saudara yang sudah menerima harta yang kudus itulah
firman Allah, saudara-saudara yang sudah berada di tengah-tengah kegiatan Roh
Kudus (ibadah dan pelayanan), itu yang disebut orang-orang kudus. Ternyata,
saudara-saudara yang kudus disamakan dengan orang-orang yang mendapat panggilan
sorgawi.
Sikap yang harus ditunjukkan oleh orang-orang yang mendapat
bagian dalam panggilan sorgawi ialah mereka harus memandang kepada Rasul dan
Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus
Kristus, TUHAN dan Juruselamat kita.
Adapun tugas dari seorang rasul adalah menceritakan tentang
hal-hal yang akan datang; oleh sebab itu, kita wajib untuk memandang Yesus, Dia
adalah Rasul.
Untuk membuktikan hal itu kita baca Wahyu 1.
Wahyu 1:1,9
(1:1) Inilah wahyu
Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya
ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan
oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya
Yohanes. (1:9) Aku, Yohanes, saudara
dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan
Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan
kesaksian yang diberikan oleh Yesus.
Demi wahyu yang akan diterima dari Allah, Yohanes rela
dibuang ke pulau Patmos, yang sekarang bagian dari negara Turki. Yohanes
merupakan gambaran dari seorang hamba TUHAN yang sungguh-sungguh memperhatikan
umat TUHAN. Demi masa yang akan datang yang harus diceritakan kepada umat TUHAN,
dia rela dibuang ke pulau Patmos.
Kalau pun kita terbuang dari dunia ini demi masa yang akan
datang, kita tidak perlu kecil hati, karena masa yang akan datang jauh lebih
indah dan lebih mulia dari masa yang sekarang ini.
Wahyu 1:19
(1:19)
Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang
maupun yang akan terjadi sesudah ini.
Kalau kita bisa melihat
yang terjadi sekarang, besok, lusa, dan yang akan datang, itu karena kemurahan
hati TUHAN.
TUHAN sudah mengutus
seorang hamba TUHAN yang rela berkorban, rela dibuang ke pulau yang bernama
Patmos; jadi, kita juga harus rela untuk dibuang, harus rela tersingkir, kalau
memang itu perlu, supaya orang lain tertolong.
Adapun tugas dari
seorang Rasul:
-
Menceritakan
tentang apa yang akan terjadi di masa
yang akan datang.
-
Menceritakan
tentang kemuliaan dan keagungan dari
Kerajaan Sorga.
Wahyu 4:1-3
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya,
sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar,
berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku
akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. (4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan
lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
(4:3) Dan Dia yang duduk di takhta
itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi
melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.
Roh TUHAN memimpin dan
memperlihatkan Kerajaan Sorga kepada Rasul Yohanes, dan di dalam Kerajaan Sorga
itu sebuah takhta terdiri di dalamnya. Berarti, seindah-indahnya sorga,
semegah-megahnya sorga tidak akan berarti apabila sebuah takhta tidak ada di
dalamnya, dengan lain kata; kalau TUHAN tidak bertakhta di dalam Kerajaan Sorga
maka sorga tidak ada artinya.
Kehidupan manusia pun
tidak akan berarti sekalipun ia memiliki kelebihan yang banyak; memiliki harta,
kekayaan, uang yang banyak, memiliki kedudukan, jabatan, pangkat yang tinggi,
atau sederet gelar yang tinggi di pundaknya, tidak akan menjadi indah dan tidak
akan menjadi berarti kalau Allah tidak bertakhta di dalam kehidupan orang itu.
Oleh sebab itu, kita
bersyukur di malam ini; oleh karena kemurahan TUHAN, kita semua berada di tengah-tengah
takhta Allah, berada di dalam Ibadah Doa Penyembahan, supaya kehidupan kita
menjadi kehidupan yang berarti, menjadi suatu kehidupan yang indah di hadapan
Tuhan, kehidupan yang dapat menyenangkan hati Tuhan. Ini yang TUHAN harapkan
dan dambakan.
Jadi, yang TUHAN dambakan
bukan kelebihan harta kekayaan, kecakapan, tetapi TUHAN mengharapkan dan
mendambakan hati kita. Oleh sebab itu, mari kita bersama-sama dengan hati
terbuka lebar-lebar mengizinkan TUHAN bertakhta di dalam hati kita. Jangan ada
lagi yang bermegah karena kelebihan, karena kecakapan; itu adalah kebodohan di
zaman jahiliah waktu belum mengerti apa-apa.
Wahyu 4:4-5
(4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat
takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang
memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. (4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu,
dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada
lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di
sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di
sebelah belakang.
Pada ayat 4-6, kita temukan perabotan yang
ada di Tabernakel sorgawi, antara lain:
YANG PERTAMA: Di
takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua.
Kalau kita bandingkan
dengan Tabernakel di bumi yang dibangun oleh Musa, terkena pada Meja Roti Sajian dengan dua belas ketul
roti di atasnya. Dua belas ketul roti di atas Meja Roti Sajian menggambarkan
dua belas rasul hujan awal dan dua belas rasul hujan akhir yang memimpin gereja
TUHAN keluar dari masa kesesakan.
YANG KEDUA: Tujuh
obor menyala-nyala di hadapan takhta itu.
Persamaannya dengan Tabernakel
di bumi yang dibangun oleh Musa, terkena pada Kaki Dian Emas dengan tujuh
pelita bernyala-nyala di
atasnya.
YANG KETIGA: Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal.
Persamaannya dengan Tabernakel di bumi yang dibangun
oleh Musa, terkena pada Kolam Pembasuhan
Tembaga yang berbicara tentang baptisan air, juga berbicara tentang
pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya.
Namun, untuk Mezbah
Dupa tidak diceritakan pada Wahyu 4
ini, tetapi hal itu diceritakan dalam Wahyu
8:3-4 dan Wahyu 15:2. Tentu saja
ada maksud dan tujuan Allah sehingga Rasul Yohanes hanya menuliskan dua alat
yang ada di Ruangan Suci pada Tabernakel sorgawi di dalam Wahyu 4 ini.
Jadi, sudah sangat
jelas bahwa tugas dari seorang hamba TUHAN yang menerima jabatan Rasul adalah menceritakan hal-hal yang akan datang dan menceritakan kemuliaan dari Kerajaan
Sorga. Jadi, orang-orang kudus yang mendapat panggilan Kerajaan Sorga, pandanglah
kepada Rasul, Dialah Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat yang kita cintai.
Sangat penting bagi
kita untuk memahami ini semua, sehingga dengan pengertian ini kita dapat
menyenangkan hati TUHAN setiap kali kita menghadap TUHAN dalam
pertemuan-pertemuan ibadah kita di bumi ini.
Selain memandang kepada
Rasul, yang mendapat panggilan sorgawi juga hendaklah memandang kepada IMAM BESAR AGUNG.
Adapun tugas Imam Besar
Agung:
-
Melayani
orang berdosa.
-
Berdoa
untuk orang berdosa.
-
Memperdamaikan
orang-orang yang berdosa kepada Allah.
Dalam Perjanjian Lama, seorang
imam besar sekali setahun harus masuk ke dalam Ruangan Maha Suci dengan membawa
darah lembu jantan untuk memperdamaikan dosa sesamanya kepada Allah. Jadi,
tugas dari imam besar adalah pengantara
antara Allah dengan manusia.
Mari kita memperhatikan
1 Yohanes 2, dengan perikop: “Kristus pengantara kita” Kristus yang menjadi pengantara kita
dengan Allah Bapa. Tiadalah mungkin kita sampai ke dalam Kerajaan Sorga apabila
tidak ada pengantara; oleh sebab itu, pandanglah kepada Yesus, sebab Dia Imam
besar, Dialah yang menjadi pengantara Allah dengan manusia, Dia harus menjadi
korban.
1 Yohanes 2:1-2
(2:1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya
kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai
seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2:2) Dan Ia adalah pendamaian
untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa
seluruh dunia.
Tugas dari seorang Imam
besar adalah menjadi pendamaian untuk
semua dosa dunia.
Jadi, kita patut
memandang Yesus, sebab Dia Imam Besar Agung yang rela mengorbankan diri-Nya
untuk menjadi pengantara, menjadi pendamaian terhadap dosa dunia.
Apa yang ditulis oleh Rasul
Yohanes juga ditulis di dalam Lukas 22.
Lukas 22:24-26
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara
murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara
mereka. (22:25) Yesus berkata kepada
mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan
orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
(22:26) Tetapi kamu tidaklah
demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi
sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
Di sini kita melihat: Terjadi
pertengkaran di antara murid-murid Yesus, sebab mereka berlomba-lomba menjadi
yang terbesar.
Kalau berlomba-lomba
untuk menjadi yang terbesar, berlomba-lomba untuk menonjolkan diri, maka di situ
pasti terjadi pertengkaran, di situ pasti terjadi perselisihan, di situ pasti terjadi
keributan, tidak akan ada damai antara yang satu dengan yang lain.
Jadi, dalam hal
beribadah dan melayani Tuhan, dalam hal mengikuti TUHAN kita tidak perlu
menonjolkan diri kita masing-masing. Jangan meributkan siapa yang terbesar,
jangan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar dengan cara pemikiran manusia
duniawi.
Oleh karena kebodohan
yang terjadi terhadap murid-murid ini, maka TUHAN angkat bicara untuk
meluruskan pemikiran mereka yang salah dengan memberi dua contoh kepemimpinan.
Kepemimpinan YANG
PERTAMA adalah kepemimpinan dunia: “Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat
mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut
pelindung-pelindung.”
Tuhan tidak
menginginkan kepemimpinan dunia; oleh sebab itu, sebab itu TUHAN memberi contoh
kepemimpinan YANG KEDUA adalah kepemimpinan
di dalam TUHAN, yaitu: “Yang terbesar
di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai
pelayan.”
Jadi, pemimpin di dalam
TUHAN itu bukan karena ia memiliki kelebihan, bukan karena ia orang pintar,
orang hebat, memiliki kecakapan, pandai, tetapi pemimpin di dalam TUHAN ialah:
-
Hendaklah
menjadi yang termuda, artinya; mengakui diri belum berpengalaman, dengan lain
kata; menyadari dirinya bukan siapa-siapa, masih minim pengalaman, menyadari
diri belum berpengalaman.
-
Kemudian
yang disebut pemimpin di dalam TUHAN, berarti; harus menjadi pelayan.
Pemimpin di luaran sana
berbeda dengan pemimpin di dalam Tuhan. Oleh sebab itu, hati-hati;
-
Jangan
kita datang beribadah dan melayani untuk mencari pujian dan hormat.
-
Jangan
datang beribadah karena ambisi.
Kalau itu tujuan kita
datang beribadah, maka TUHAN tidak akan membawa kita sampai kepada tujuan
sekalipun Allah sudah memerintahkan Rasul Yohanes untuk memperlihatkan Kerajaan
Sorga.
Mari kita memperhatikan
ayat selanjutnya.
Lukas 22:27
(22:27) Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk
makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada
di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
Yesus tampil di
tengah-tengah dua belas murid sebagai pelayan, menunjukan bahwa Dia adalah
pemimpin sejati, pemimpin terbesar di sepanjang zaman, yang menjadi PELAYAN.
Lukas 22:28-30
(22:28) Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan
Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. (22:29) Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama
seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, (22:30)
bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku
dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku
Israel.
Terkait dengan
pelayanan yang dikerjakan oleh Yesus ini, maka kita harus tetap bersama dengan TUHAN
dalam berbagai pencobaan, mengapa harus
demikian? Karena TUHAN Yesus sebagai Imam Besar menentukan hak-hak kerajaan
bagi kita kelak, dan kita akan duduk makan dan minum sehidangan dengan Dia;
duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Lukas 22:31-33
(22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi
kamu seperti gandum, (22:32) tetapi
Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan
engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." (22:33) Jawab Petrus: "Tuhan, aku
bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!"
Iblis menuntut untuk
menampi Simon seperti gandum terpisah dengan sekam.
-
Sekam dikumpulkan untuk
dibakar oleh api di dalam neraka.
-
Sedangkan
gandum dikumpulkan di dalam lumbung
Allah untuk dibawa ke dalam Kerajaan Sorga.
Hari-hari ini adalah
hari-hari penampian. Kalau kita menghadapi ujian pencobaan, itu adalah cara TUHAN
supaya kita masuk ke dalam penampian dan menjadi gandum yang dikumpulkan ke
dalam lumbung kelak dibawa masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Usia bumi ini semakin
tua, maka tentu saja ujian akan semakin bertambah-tambah. Ujian merupakan
penampian untuk memisahkan gandum dari sekam untuk dikumpulkan ke dalam lumbung
Kerajaan Sorga. Biarlah kita menjadi gandum, dengan lain kata; penuh dengan
Firman Allah, karena sudah terlebih dahulu melewati ujian pencobaan.
Di sini kita melihat
Yesus sebagai Imam Besar berkata kepada murid-murid: “Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur.” Sebagai
Imam Besar, Yesus BERDOA untuk
orang berdosa secara khusus kepada murid-murid, secara khusus kepada Simon
Petrus supaya imannya jangan gugur.
Janganlah kiranya ada
iman yang gugur di antara kita dalam perjalanan rohani kita menuju Yerusalem
baru yang dipimpin oleh dua belas rasul hujan akhir ini.
Selanjutnya, Yesus berkata: “Dan
engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." Terkait
dengan penyangkalan Petrus, TUHAN Yesus meminta kepadanya supaya ia menguatkan
orang lain apabila ia sudah insaf.
Jadi, sudah sangat
jelas; dua belas rasul hujan akhir dipakai TUHAN untuk memimpin gereja hujan
akhir untuk keluar dari masa kesesakan ini. Dan kalau kita sudah insaf, maka selanjutnya
kita harus menguatkan orang lain.
Tetapi di sini kita
perhatikan, Petrus justru berkata: “Tuhan,
aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” Jangan
kita merasa hebat, jangan merasa diri benar dan jangan merasa diri kuat ketika
menghadapi ujian sebagai penampian yang dituntut oleh Setan.
Selanjutnya, mari kita
membaca ayat 37-38.
Lukas 22:37-38
(22:37) Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci
ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara
pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang
digenapi." (22:38) Kata mereka:
"Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup."
Murid-murid berkata: "Tuhan,
ini dua pedang." Pernyataan murid-murid ini menunjukkan bahwa
tidak ada damai di dalam diri murid-murid, sebab mereka masih mau mengajak
Yesus berperang dengan orang-orang yang akan menyalibkan-Nya.
Tetapi di sini kita melihat,
Yesus menjawab: "Sudah cukup." Yesus
sudah mati di atas kayu salib dan menyerahkan nyawa-Nya. Sebelum Yesus
menyerahkan nyawa-Nya Ia berkata: “Sudah selesai”, dengan demikian; Yesus
tampil sebagai Imam Besar mengadakan PENDAMAIAN
terhadap dosa.
Jadi, dari kisah ini
kita dapat menyimpulkan, bahwa; Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung, di mana
tugas-Nya adalah:
-
Melayani
orang berdosa.
-
Berdoa
untuk orang berdosa.
-
Memperdamaikan
dosa manusia.
Oleh sebab itu, orang-orang
kudus yang mendapat panggilan sorga:
-
Pandanglah
kepada Yesus sebab Ia adalah Rasul.
-
Pandanglah
kepada Yesus sebab Ia adalah Imam Besar Agung
yang sangat mencintai nyawa kita.
Kita tidak meminta hal
ini semua, tetapi Yesus yang menyatakan diri-Nya untuk menjadi pendamaian bagi
dosa kita, berarti Ia menyelami hati manusia, menyelami hati kita semua. Imam-imam
harus bisa menyelami hati sesama, tidak boleh mengambil jalan masing-masing,
tidak boleh egois, tidak boleh mencari pujian di dalam melayani TUHAN.
Wahyu 8:3
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia
pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan
banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua
orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
Datanglah seorang malaikat lain … Malaikat lain, jelas
itu adalah pribadi Yesus Kristus yang sedang menuntun dan memimpin perjalanan
hidup rohani gereja TUHAN sampai tujuannya.
Di sini kita melihat: Malaikat
lain itu berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Jadi, tugas malaikat lain ini adalah untuk menuntun dan
memimpin perjalanan gereja TUHAN sampai pada puncaknya, sampai kepada tujuan
rohani kita di atas muka bumi ini, apa
buktinya? Ia berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas di tangannya.
Jadi, sebagai seorang
yang bijaksana, Yesus yang adalah Imam Besar Agung, Dialah malaikat lain yang kuat memimpin, menuntun perjalanan hidup rohani
gereja TUHAN sampai puncaknya, itulah doa penyembahan.
Wahyu 8:4
(8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama
dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan
Allah.
Tugas dari seorang Imam
Besar ialah memimpin ibadah-ibadah di atas muka bumi ini sampai kepada doa
penyembahan, bagaikan asap dupa emas kemenyan yang naik ke hadirat TUHAN, menembusi
takhta Allah.
Setelah memperdamaikan
dosa manusia, selanjutnya Imam Besar Agung memimpin hidup rohani gereja TUHAN sampai
kepada doa penyembahan, sehingga kita selamat. Itu juga pesan Allah kepada
Musa: “Tuntunlah
bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu; akan berjalan malaikat-Ku
di depanmu.” Sebenarnya, malaikat
yang menuntun itu adalah TUHAN sendiri.
Yesus adalah Imam Besar
Agung; oleh sebab itu, pandanglah kepada Dia. Tidak usah memandang perkara
lahiriah dan membesar-besarkannya supaya kita jangan susah hati.
Kalau kita
membanding-bandingkan gaji kita yang kecil dengan gaji sesama yang besar, maka
hati kita nanti akan susah; oleh sebab itu, pandang saja kepada Imam Besar
Agung. Kalau kita lihat rumah kita lebih kecil dari rumah orang maka hati kita
nanti jadi susah; oleh sebab itu, pandang saja Yesus, Dia Imam Besar Agung
memimpin kita sampai kepada kemuliaan kekal, bagaikan asap dupa kemenyan naik
ke hadirat Allah, menembusi takhta Allah supaya kita kelak bersama-sama dengan
Dia dalam kemuliaan kekal.
MENGAPA IBADAH DI BUMI
HARUS MEMUNCAK SAMPAI PADA DOA PENYEMBAHAN?
Mari kita lihat
jawabannya di dalam Wahyu 17.
Wahyu 17:1
(17:1) Lalu datanglah seorang dari ketujuh malaikat, yang
membawa ketujuh cawan itu dan berkata kepadaku: "Mari ke sini, aku akan
menunjukkan kepadamu putusan atas pelacur besar, yang duduk di tempat
yang banyak airnya.
"Mari ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu
putusan atas pelacur besar, yang duduk di tempat yang banyak airnya.
Perempuan Babel disebut
juga pelacur besar, dia duduk di tempat yang banyak airnya (lautan dunia)
sedangkan binatang pertama yang keluar dari dalam laut itu adalah Antikris.
Wahyu 17:2
(17:2) Dengan dia raja-raja di bumi telah berbuat cabul,
dan penghuni-penghuni bumi telah mabuk oleh anggur percabulannya."
Perempuan Babel disebut
pelacur besar, mengapa?
-
Karena
kepada raja-raja -- imamat yang berkerajaan, pelayan TUHAN -- di bumi, dia
berbuat cabul.
-
Dan
kepada penduduk bumi, ia juga berbuat cabul.
Itu sebabnya perempuan
Babel disebut pelacur besar.
Semakin dunia ini tua,
maka gereja-gereja semakin banyak melacur dan berlaku cabul di hadapan TUHAN sebagaimana
dengan perjalanan bangsa Israel di padang gurun; mereka bersekutu dengan
roh-roh jahat sehingga persembahan mereka bukan kepada Allah, tetapi justru
kepada roh-roh jahat, yang salah satunya disebabkan oleh percabulan mereka,
yang ditulis dengan lengkap di dalam Bilangan
25. Sedangkan Bilangan 22-25
kalau dikaitkan dengan pola terang Tabernakel terkena kepada Mezbah Dupa → doa
penyembahan.
Wahyu 17:3
(17:3) Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku
melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah
ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai
tujuh kepala dan sepuluh tanduk.
Seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis
dengan nama-nama hujat, kemudian binatang
itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk, jelas ini adalah antikris.
Binatang pertama yang
keluar dari dalam laut berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, kemudian di atas
kepalanya tertulis nama-nama hujat, itu adalah antikris, sesuai dengan Wahyu 13:1-2.
Wahyu 17:4
(17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi
yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu
cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan
percabulannya.
Di tangan perempuan Babel
ini ada sebuah cawan emas. Ini tandingan
dari malaikat lain (malaikat yang kuat), itulah Tuhan Yesus sebagai Imam Besar,
yang juga di tangan-Nya ada cawan emas.
Itulah tujuannya mengapa
ibadah ini harus dipimpin oleh malaikat yang kuat, itulah Tuhan Yesus Kristus
Imam Besar Agung yang harus kita pandang yang memimpin ibadah sampai kepada doa
penyembahan, yaitu supaya kita terlepas dari percabulan perempuan Babel (antikris).
Jadi, jangan kita menganggap
enteng setiap pertemuan ibadah, apalagi menganggap enteng Ibadah Doa
Penyembahan. Jangan sampai kita jauh dari ibadah, sebelum menyesal pada
akhirnya.
Kembali kita
memperhatikan: Di tangan malaikat yang kuat, itulah Tuhan Yesus Kristus (Imam
besar Agung) ada sebuah cawan emas, tetapi kepada-Nya diberi banyak kemenyan
supaya dibakar, dan asapnya naik membumbung sampai ke hadirat Allah. Tetapi
perempuan Babel yang menunggangi antikris, di tangannya juga ada cawan emas
yang isinya adalah kekejian dan kenajisan percabulan.
Jadi apabila ibadah
kita tidak dipimpin sampai puncaknya, maka kita akan berhadapan dengan perempuan
Babel (pelacur besar), di mana di tangannya ada sebuah cawan emas, yang selain
berisi kekejian juga berisi kenajisan percabulan. Apabila ibadah tidak memuncak
sampai kepada doa penyembahan, maka tidak tertutup kemungkinan dia juga akan
seperti bangsa Israel yang berlaku cabul, seperti yang tertulis di dalam Bilangan 25.
Tadi di perjalanan
menuju ke gereja, saya berbincang-bincang dengan ibu rohani: Untuk kesekian
kali saya berkata pada ibu rohani bahwa penggembalaan GPT “BETANIA” ini cukup diperhatikan TUHAN. Saya bertanggung
jawab mengatakan itu karena saya punya hati, punya telinga, punya mata dan
pikiran.
Oleh sebab itu, dengan
amat sangat saya mohon kepada umat ketebusan TUHAN di mana pun anda berada: Perhatikanlah
pemberitaan Firman malam ini. Hidup rohani kita harus sampai pada puncaknya,
yaitu doa penyembahan; kalau tidak, maka kita juga akan berlaku cabul karena
perempuan Babel dan dikuasai binatang pertama yang keluar dari dalam laut yang
sudah ditunggangi oleh roh cabul (antikris).
Mari kita lihat: GAMBARAN
GEREJA TUHAN YANG BERLAKU CABUL SECARA ROHANI.
Ibrani 12:16
(12:16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang
mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya
untuk sepiring makanan.
Esau adalah gambaran dari
gereja TUHAN yang dikuasai oleh roh percabulan. Sedangkan roh percabulan =
nafsu rendah yang begitu hina di hadapan TUHAN.
Jadi, kalau kita
beribadah tetapi dikuasai roh percabulan, dengan lain kata; beribadah untuk
mencari keuntungan, loba, serakah, tamak, cinta uang, itu adalah nafsu rendah,
begitu hina di hadapan TUHAN.
Menjual hak kesulungan,
meninggalkan (menjual) ibadah dan pelayanan demi semangkuk sop kacang merah =
berlaku cabul = nafsu rendah = kehidupan yang murahan; seolah-olah TUHAN tidak
sanggup memelihara kehidupan kita. Jangan kita jadikan TUHAN murahan.
Oleh sebab itu, di
hari-hari terakhir ini, kita harus sungguh-sungguh, sebab dua belas rasul hujan
akhir telah memimpin gereja hujan akhir untuk keluar dari masa kesesakan yang
besar ini.
Ibrani 12:17
(12:17) Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak
menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan
untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan
air mata.
Di kemudian hari,
apabila orang yang berlaku cabul mencari berkat, ia akan ditolak, sebab ia
tidak mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kelakuannya. Tetapi bagi kita,
terbuka lebar-lebar dan terbuka luas kesempatan yang TUHAN berikan untuk
memperbaiki kelakuan kita yang jahat.
Kesempatan hanya datang
satu kali seumur hidup, tidak dua kali. Oleh sebab itu, selagi hayat masih dikandung
badan, selagi nafas ini masih ada di dalam hidup ini, biarlah kita manfaatkan
kesempatan yang ada ini. Yesus telah menyerahkan nyawa-Nya supaya kita hidup;
oleh sebab itu, mari kita tinggikan korban Kristus, berarti; jangan berlaku cabul.
Kalau seseorang berniat
meninggalkan ibadah dan pelayanan untuk berlaku cabul supaya memperoleh
kedamaian dan keselamatan; itu adalah pikiran picik dan bodoh. Ingat: Kesempatan
hanya datang satu kali seumur hidup. TUHAN Yesus sudah menumpahkan darah-Nya
supaya kita bernyawa (hidup).
Inilah yang terjadi
ketika bangsa Israel berkemah di Sitim, di mana laki-laki dari bangsa Israel
telah berzinah dengan perempuan Midian. Kemudian mereka berlaku cabul, lalu mereka
membawa persembahan kepada Baal-Peor, mereka menduakan hati TUHAN, meninggalkan
TUHAN demi semangkok sop kacang merah.
Peristiwa dalam Bilangan 25:1-2 merupakan bayangan dari
gereja TUHAN yang juga berlaku cabul sama seperti gereja Esau.
Ayo, kesempatan hanya
datang satu kali seumur hidup. Jangan sampai kita ditolak di kemudian hari;
walau menangis darah, namun tidak akan ada artinya karena sudah terlambat.
Waktu Esau ditolak oleh
Ishak, ia menangis sejadi-jadinya, tetapi itu semua tidak ada artinya sekalipun
disertai dengan air mata darah, karena kesempatan hanya datang satu kali.Selagi
hayat masih dikandung badan, selagi masih ada nafas dalam hidup, selagi TUHAN masih
beri kesempatan hidup, lakukanlah apa yang TUHAN mau.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment