IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 21 OKTOBER 2021
KITAB RUT PASAL 4
(Seri: 9)
Subtema: UTAMAKAN HAL YANG ROHANI MELEBIHI PERKARA
LAHIRIAH
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang telah
memungkinkan kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai dengan perjamuan suci. Biarlah kiranya damai sejahtera Kristus
memerintah di hidup kita masing-masing, pribadi lepas pribadi, di dalam hal
menikmati sabda Allah.
Selanjutnya, marilah kita sambut
firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari Study Rut.
Kita masih berada pada Rut 4:1-6, dengan perikop: “Rut menjadi isteri Boas.”
Rut 4:1-6
(4:1) Boas
telah pergi ke pintu gerbang dan duduk di sana. Kebetulan lewatlah penebus yang
disebutkan Boas itu. Lalu berkatalah Boas: "Hai saudara, datanglah dahulu
ke mari, duduklah di sini." Maka datanglah ia, lalu duduk. (4:2) Kemudian dipilihnyalah sepuluh
orang dari para tua-tua kota itu, dan berkata: "Duduklah kamu di
sini." Maka duduklah mereka. (4:3)
Lalu berkatalah ia kepada penebus itu: "Tanah milik kepunyaan saudara kita
Elimelekh hendak dijual oleh Naomi, yang telah pulang dari daerah Moab. (4:4) Jadi pikirku: baik juga hal itu
kusampaikan kepadamu sebagai berikut: Belilah tanah itu di depan orang-orang
yang duduk di sini dan di depan para tua-tua bangsa kita. Jika engkau mau
menebusnya, tebuslah; tetapi jika engkau tidak mau menebusnya, beritahukanlah
kepadaku, supaya aku tahu, sebab tidak ada orang yang dapat menebusnya kecuali
engkau, dan sesudah engkau: aku." Lalu berkatalah ia: "Aku akan
menebusnya." (4:5) Tetapi
kata Boas: "Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi, engkau memperoleh
Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu, untuk
menegakkan nama orang itu di atas milik pusakanya." (4:6) Lalu berkatalah penebus itu: "Jika demikian, aku ini
tidak dapat menebusnya, sebab aku akan merusakkan milik pusakaku sendiri. Aku
mengharap engkau menebus apa yang seharusnya aku tebus, sebab aku tidak dapat
menebusnya."
Boaslah yang menjadi penebus yang
sesungguhnya atau menjadi penebus sejati, sebab penebusan atas tanah milik
pusaka Elimelekh pada akhirnya jatuh ke tangan Boas. Tetapi di dalam hal
penebusan atas tanah itu, Boas juga turut memperoleh Rut, perempuan Moab itu,
menantu Naomi, yang sudah menjadi janda.
Pertanyaannya: MENGAPA RUT,
PEREMPUAN MOAB ITU, TURUT DITEBUS?
Rut 4:5
(4:5) Tetapi
kata Boas: "Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi, engkau memperoleh
Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu, untuk menegakkan
nama orang itu di atas milik pusakanya."
Rut turut ditebus oleh Boas dengan
maksud untuk menegakkan nama Mahlon -- dia adalah anak sulung yang dilahirkan
Naomi bagi Elimelekh, suami Rut yang sudah mati itu -- di atas tanah milik
pusakanya.
Berarti, oleh penebusan yang
dikerjakan oleh Boas, maka silsilah Elimelekh dan juga silsilah Mahlon -- anak
laki-lakinya -- tidak terputus.
Dengan demikian, janji Firman TUHAN
tergenapi yakni kehidupan yang hina, dina, papah, serta kehidupan yang masih
ditandai kelemahan-kelemahan mendapat kesempatan untuk memperoleh tanah air
Sorgawi sebagai milik pusakanya untuk selama-lamanya. Ini adalah suatu
kemurahan yang dialamatkan kepada kehidupan yang papah, hina -- itulah bangsa
kafir -- dan juga kehidupan yang masih ditandai banyaknya kelemahan.
Namun, terkait tanah yang menjadi
milik pusaka, dikatakan pada ayat 6;
penebus pertama tidak siap untuk menjadi penebus atas tanah milik Elimelekh
serta menebus Rut, perempuan Moab itu. Alasan yang kuat bagi penebus pertama
adalah dia tidak mau merusakkan tanah milik pusakanya sendiri, dengan kata
lain; dia tetap mempertahankan tanah yang menjadi milik pusakanya sendiri.
Berarti, bagi kita pun milik pusaka
itu sudah harus sangat berharga, sebagaimana dengan Nabot; dia tetap
mempertahankan tanah yang menjadi milik pusakanya. Jadi, ibadah ini jauh lebih
berharga dari perkara lahiriah, ibadah ini harus kita pertahankan, ibadah ini
sudah harus menjadi prioritas utama dari segala perkara-perkara yang ada di
atas dunia ini, sebagaimana dengan Nabot.
Kembali kita pelajari tentang
PRIBADI NABOT, di dalam 1 Raja-Raja 21,
dengan perikop: “Kebun anggur Nabot.”
1 Raja-Raja 21:1
(21:1) Sesudah
itu terjadilah hal yang berikut. Nabot, orang Yizreel, mempunyai kebun
anggur di Yizreel, di samping istana Ahab, raja Samaria.
Nabot, orang Yizreel, mempunyai
kebun anggur di Yizreel, persis seperti di samping istana Ahab, raja Samaria.
Dan itu merupakan tanah warisan yang menjadi milik pusaka dari pada Nabot, yang
dijadikan sebagai kebun anggur. Kedudukan kebun anggur itu persis di samping
istana Ahab.
1 Raja-Raja 21:2-3
(21:2)
Berkatalah Ahab kepada Nabot: "Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu,
supaya kujadikan kebun sayur, sebab letaknya dekat rumahku. Aku akan memberikan
kepadamu kebun anggur yang lebih baik dari pada itu sebagai gantinya, atau
jikalau engkau lebih suka, aku akan membayar harganya kepadamu dengan uang."
(21:3) Jawab Nabot kepada Ahab: "Kiranya
TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku
kepadamu!"
Pendeknya: Nabot tetap
mempertahankan tanah yang diwariskan sebagai milik pusakanya, sesuai dengan
pernyataan Nabot pada ayat 3: "Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari
pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!"
Nabot tetap mempertahankan tanah
milik pusakanya, sekalipun ada tawaran yang menggiurkan dari Ahab, antara lain:
-
Diganti dengan kebun anggur yang lebih baik. Untuk perkara ini kita harus yakin, bahwa;
tanah air Sorgawi adalah warisan kita dan milik pusaka kita untuk
selama-lamanya, tidak ada yang melebihi dari itu. Apa saja yang disodorkan
dunia ini tidak akan lebih baik, tidak akan lebih menarik, tidak akan lebih
suci, tidak akan lebih mulia dari tanah air Sorgawi sebagai milik pusaka kita; oleh
sebab itu, pertahankan.
-
Bayaran uang dengan harga yang tinggi. Jadi, seberapa besar bayaran uang tetap saja
Nabot menolaknya karena tanah air Sorgawi sebagai milik pusaka yang diwariskan
kepada kita jauh lebih menarik, jauh lebih mahal, dan nilainya lebih tinggi
dari pada seberapa besar uang yang dijanjikan dunia ini.
Sebagaimana pernyataan Yesus kepada
dua belas murid di dalam Injil Matius
16:24-25.
Matius 16:24-25
(16:24) Lalu
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku,
ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
(16:25) Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Syarat untuk mengikut TUHAN:
1.
Menyangkal diri, berarti;
menyangkal segala kelebihan-kelebihan yang ada di dalam diri, termasuk harta
kekayaan, kedudukan jabatan, dan kemampuan-kemampuan yang ada.
2.
Memikul salibnya, jelas
ini menunjuk kepada; orang yang memikul tanggung jawab di tengah ibadah dan
pelayanan.
3.
Mengikut TUHAN.
Kita semua harus tetap menyangkal
diri dan memikul salib supaya memperoleh hidup kekal, itulah Kerajaan Sorga.
Matius 16:26
(16:26) Apa
gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan
apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, kerajaan
dunia dan kemegahannya tetapi kehilangan nyawanya? Jadi, berangkat dari ayat inilah; kita harus mempertahankan
tanah yang diwariskan, itulah tanah air Sorgawi yang menjadi milik pusaka kita
untuk selama-lamanya.
Demikian halnya dengan Nabot;
sekalipun dengan bayaran uang yang banyak, namun dia tetap mempertahankan tanah
warisan, itulah gambaran dan bayangan dari tanah air Sorgawi sebagai milik
pusaka kita masing-masing.
Kemudian, sebetulnya, tujuan Ahab
menginginkan kebun anggur Nabot adalah untuk dijadikan sebagai kebun sayur.
Persamaan dari kebun anggur menjadi kebun sayur,
yaitu; yang rohani diganti menjadi yang
lahiriah. Hal ini disebut juga dengan KEMEROSOTAN ROHANI.
Sama seperti seorang pemuda dari
Yerusalem turun ke Yerikho, itu merupakan kemerosotan rohani dan akibatnya
fatal, sebab akhirnya;
-
dia ditangkap oleh
penyamun-penyamun,
-
dipukuli sampai setengah
mati,
-
tidak berhenti sampai di
situ, harta rohaninya juga dirampas habis oleh pada penyamun-penyamun.
Itulah yang terjadi kalau merosot
rohani. Tidak ada orang yang merosot rohaninya lalu bahagia selama-lamanya,
sebab yang disuguhkan oleh dunia ini sifatnya kamuflase.
Berbeda dengan Rasul Paulus di dalam
pengalamannya, pada 2 Korintus 4:16
dikatakan: Kehidupan yang mengalami pembaharuan rohani tidak tawar hati
sekalipun manusia lahiriahnya semakin merosot, sebab yang terpenting adalah
manusia batiniahnya dibaharui dari sehari ke sehari. Bagi Rasul Paulus; yang
rohani lebih berharga dari pada yang lahiriah, dan itu juga diungkapkan dalam Filipi 3.
Mari kita lihat kemerosotan rohani
juga dinyatakan dalam Injil Matius 23,
dengan perikop: “Yesus mengecam ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi.”
Matius 23:1-2, 16-22
(23:1) Maka
berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: (23:2) "Ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. (23:16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah
demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait
Suci, sumpah itu mengikat. (23:17)
Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting,
emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? (23:18) Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi
bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. (23:19) Hai kamu orang-orang buta,
apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan
itu? (23:20) Karena itu barangsiapa
bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu
yang terletak di atasnya. (23:21)
Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga
demi Dia, yang diam di situ. (23:22) Dan
barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi
Dia, yang bersemayam di atasnya.
Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi
menduduki kursi Musa; menjadi pemimpin-pemimpin palsu.
Pelayanan dari ahli-hali Taurat dan
orang-orang Farisi yang disebut juga dengan pemimpin-pemimpin palsu dapat
dilihat dari perkataan mereka:
-
Yang pertama: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak
sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat.
-
Yang kedua: Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah;
tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat.
Pendeknya: Ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi beribadah di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi terikat
dengan perkara lahiriah, karena ahli Taurat dan orang Farisi menolak yang rohani demi yang lahiriah.
Menolak yang rohani demi yang lahiriah = terikat dengan lahiriah. Ini berbicara
soal kemerosotan rohani.
Jadi, ada dua hal yang rohani yang
ditolak oleh mereka demi yang lahiriah:
1.
Mezbah. Ketika mereka menolak mezbah, mereka terikat dengan persembahan
yang ada di atas mezbah.
2.
Bait Suci. Ketika menolak Bait Suci, mereka terikat dengan emas yang ada di
Bait Suci.
Jadi, jelas mereka melayani tetapi
terikat dengan perkara lahiriah = menolak yang rohani demi yang lahiriah.
Selanjutnya, mari kita mengikuti
penjelasan dari kedua hal di atas, yang pertama tentang: MEZBAH.
Ini berbicara tentang mezbah yang
ada di Halaman, yaitu Mezbah Korban Bakaran.
Mezbah Korban Bakaran adalah
gambaran dan bayangan dari Salib, tempat Yesus dikorbankan atau disalibkan.
Jadi, Salib adalah tempat di mana Anak Domba disembelih.
Kita lihat Yesaya 53, dengan perikop: “Hamba
TUHAN yang menderita.”
Yesaya 53:6
(53:6) Kita
sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya
sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Kehidupan yang sesat (terhilang)
dari TUHAN, prakteknya ialah mengambil jalannya masing-masing, berarti;
1.
Tidak mau dengar suara gembala.
2.
Kemudian, hanya menuruti keinginan
hati, dengan lain kata; menolak untuk menuruti keinginan hati TUHAN.
Jika kehidupan seseorang mengambil
jalannya masing-masing, itulah yang disebut “sesat” dan “terhilang”.
Kita semua adalah ciptaan TUHAN, dan
perlu untuk kita perhatikan: Kita diciptakan TUHAN bukan untuk hilang dan
binasa.
Yesaya 53:7
(53:7) Dia
dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti
anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di
depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian à
Salib. Jadi, salib adalah tempat Yesus dikorbankan (dibantai) habis-habisan.
Mezbah Korban Bakaran adalah
bayangan dari salib; tempat Yesus dibantai (dikorbankan).
Kita harus menghubungkan diri dengan
korban Kristus, berarti secepatnya menyatu dengan korban Kristus supaya ada
persembahan-persembahan yang harus dipersembahkan di atas mezbah. Kalau tidak
menyatu dengan korban Kristus, maka tidak ada persembahan yang dapat kita
persembahkan.
Itu sebabnya, kehidupan anak TUHAN
yang tergembala disebut “kawanan domba”, tidak disebut “kawanan singa”. Memang,
jika menurut logika, lebih baik disebut “kawanan singa”, yang terlihat hebat
dan sangar, tetapi kehidupan yang tergembala disebut dengan “kawanan domba”
yang secepatnya harus menyatu dengan korban, supaya ada persembahan.
Jika seseorang berbuat sesuatu
tetapi dengan tujuan (motivasi) supaya menjadi pahlawan, maka perbuatan baik
semacam ini berbeda dengan kehidupan yang menyatu dengan korban, kenapa? Karena kehidupan yang menyatu
dengan korban ada persembahan untuk TUHAN.
Contoh sikap seseorang yang suka
memberi tetapi untuk dipuji: Tiba-tiba membeli baju, tetapi tidak memberi
korban untuk persembahan kepada TUHAN = Tiba-tiba berkorban untuk perkara
lahiriah, tetapi tidak mau korban untuk pekerjaan TUHAN. Jangan pertahankan hal
yang demikian, sebab itu bukan persembahan yang berkenan kepada TUHAN. Yang
TUHAN mau adalah supaya secepatnya kita menyatu dengan korban Kristus, sehingga
ada persembahan yang dipersembahkan di atas mezbah untuk hormat kemuliaan nama
TUHAN.
Lebih jauh kita melihat di dalam Yohanes 3.
Yohanes 3:14-15
(3:14) Dan sama
seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak
Manusia harus ditinggikan, (3:15)
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, yaitu ular tembaga, itulah ular yang dibuat dari tembaga.
Jadi, yang dimaksud di sini bukanlah meninggikan ularnya. Tembaga itu berbicara
tentang hukuman untuk menebus.
Singkat kata: Salib merupakan tempat
Yesus ditinggikan untuk menyelamatkan dan menarik banyak orang datang kepada
Bapa, sehingga banyak orang beroleh hidup kekal.
PERSAMAANNYA di dalam Yohanes 12.
Yohanes 12:32
(12:32) dan Aku,
apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang
kepada-Ku."
Salib adalah tempat Yesus
ditinggikan untuk menarik banyak jiwa kepada Bapa, untuk beroleh hidup kekal. Kalau
kita tinggikan Salib, maka kita ditarik sampai kepada hidup kekal, itulah
burung puyuh yang bersayap à
korban Kristus.
Jadi, keselamatan itu bukanlah soal
mujizat, bukan soal berkat, tetapi soal burung puyuh yang bersayap, berarti;
ditarik kepada Allah Bapa untuk beroleh hidup kekal, karena meninggikan salib
Kristus.
Mezbah Korban Bakaran à Baptisan darah. Mengapa saya sebut Mezbah Korban Bakaran ini juga menunjuk kepada baptisan darah?
Karena jika kita lihat; kehidupan yang berdarah-darah atau kehidupan yang dibaptis
oleh darah, pasti ia menyatu dengan korban Kristus sampai berdarah-darah.
Mari kita lihat kehidupan yang berdarah-darah, dalam Wahyu 1.
Wahyu 1:5B
(1:5) dan dari
Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati
dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan
yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya --
Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita
dari dosa kita oleh darah-Nya. Dalam
ejaan lama dituliskan: Maka bagi Dia yang
mengasihi kita, dan yang sudah melepaskan kita daripada segala dosa dengan
darah-Nya.
Berarti, dilepaskan (dihapuskan)
dari segala dosa oleh darah-Nya; ini adalah baptisan darah.
Bilamana kehidupan yang tergembala
-- itulah yang disebut kawanan domba -- menyatu dengan korban Kristus sampai
berdarah-darah, itu adalah bayangan dari baptisan darah untuk melepaskan (menghapuskan)
kita dari segala dosa-dosa. Tetapi bagi orang yang belum paham hal ini, mereka
akan mengira bahwa hal-hal yang saya sampaikan adalah ajaran sesat.
Singkat kata: Baptisan darah ialah kehidupan
seseorang yang betul-betul berdarah-darah supaya dilepaskan (dihapuskan) dari
semua dosa.
Mari kita baca kembali Wahyu 5.
Wahyu 5:8-9
(5:8) Ketika Ia
mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh
empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi
dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. (5:9) Dan mereka menyanyikan suatu
nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan
membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau
telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan
bangsa.
Engkau telah membeli mereka, berarti ditebus oleh darah Anak Domba yang telah disembelih.
Ini adalah bayangan dari baptisan darah, yaitu untuk menebus (menghapus) dosa
kita semua.
Mezbah Korban Bakaran adalah
bayangan dari Salib. Salib merupakan tempat Yesus dibantai (dikorbankan) supaya
ada persembahan yang sifatnya menyukakan hati TUHAN, juga merupakan tempat yang
tinggi untuk menarik banyak jiwa sampai kepada hidup kekal.
Mezbah Korban Bakaran à Baptisan darah.
Sedangkan, baptisan darah à Pertobatan.
Pada Pola Tabernakel, setelah
percaya -- menunjuk kepada; Pintu Gerbang --, barulah berada di HALAMAN.
Di dalam Halaman, alat pertama yang
ditemukan adalah Mezbah Korban Bakaran, artinya; setelah percaya, lanjut dengan
baptisan darah, yaitu pertobatan.
Setelah percaya harus bertobat. Kita
semua harus bertobat; baik itu hamba TUHAN, gembala sidang, imam-imam, sampai
kepada seluruh sidang jemaat, setiap hari harus mengalami pertobatan. Hal itu
tidak dapat dihindarkan lagi, dan sudah harus menjadi harga mati.
Itulah mezbah (hal yang rohani) yang
ditolak oleh ahli Taurat dan orang-orang Farisi, tetapi justru yang menginginkan
persembahan yang ada di atas mezbah.
Kita kembali memperhatikan Matius 23.
Matius 23:18-19
(23:18) Bersumpah
demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi
persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. (23:19) Hai kamu orang-orang buta,
apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang
menguduskan persembahan itu?
Bersumpah demi mezbah, mereka katakan: “Sumpah itu tidak sah.” Tetapi bersumpah demi persembahan yang ada
di atasnya -- itulah korban-korban yang ada di atas mezbah --, mereka katakan: “Sumpah itu mengikat.” Tetapi, nanti kita
akan lihat; mana yang lebih penting?
Di sini dikatakan: Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih
penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?
Orang-orang buta, itulah
orang yang tidak bisa melihat kebenaran, kesucian dan kesempurnaan Allah.
Mana yang lebih penting; persembahan
atau Mezbah Korban Bakaran yang menguduskan persembahan yang di atasnya? Apakah
kita bisa hidup suci tanpa Salib, tanpa darah salib? Tidak mungkin.
Jadi, hal yang rohani semacam ini
ditolak demi persembahan yang ada di atas mezbah, berarti; melayani tetapi
terikat dengan perkara lahiriah = Menolak rohani demi yang lahiriah.
Kita harus melihat dengan “mata
terbuka” bahwa karya yang terbesar adalah salib di Golgota, itulah yang
berkuasa mengampuni, menyucikan dan menyempurnakan kita. Kita datang beribadah
harus dengan mata terbuka, berart; tidak boleh menjalankan ibadah Taurat, sebab
ada selaput daging menutupinya.
Baptisan darah à Pertobatan. Sekarang, kita akan melihat WUJUD ORANG-ORANG
YANG SUDAH BERTOBAT.
Kisah Para Rasul 2:36-40
(2:36) Jadi
seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus,
yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." (2:37) Ketika mereka mendengar hal itu
hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul
yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" (2:38) Jawab Petrus kepada mereka:
"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis
dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima
karunia Roh Kudus. (2:39) Sebab
bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh,
yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." (2:40) Dan dengan banyak perkataan lain
lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan
menasihati mereka, katanya: "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan
yang jahat ini."
Yesus yang disalibkan menjadi TUHAN
dan Kristus à
Pintu Gerbang. Berarti, percaya
bahwa Yesus adalah Pintu Gerbang Sorga.
Kemudian, di sini kita perhatikan: Mereka
yang percaya kepada Yesus yang disalibkan sebagai TUHAN dan Kristus,
selanjutnya …
-
Bertobatlah, berarti; dibaptis darah.
-
Kemudian, dibaptis air à Kolam Pembasuhan
Tembaga.
-
Selanjutnya; menerima karunia Roh Kudus atau dibaptis
Roh Kudus, terkena kepada Pintu Kemah.
Yang saya mau sampaikan saat ini adalah
SOAL PERTOBATAN dari orang-orang yang bertobat, itulah Mezbah Korban Bakaran
atau baptisan darah. Untuk itu, mari kita perhatikan ayat 41-42.
Kisah Para Rasul 2:41-42
(2:41)
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan
pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
Di sini kita perhatikan: Mereka yang
memberi diri dibaptis bertambah kira-kira
tiga ribu jiwa.
Kisah Para Rasul 2:36-40
jelas itu berbicara tentang orang-orang yang bertobat.
Kemudian, orang yang bertobat itu …
-
Dimulai dari percaya à Pintu Gerbang.
-
Barulah bertobat, yaitu baptisan darah.
-
Setelah bertobat,
selanjutnya dibaptis air à Kolam Pembasuhan.
-
Sesudah dibaptis air, lanjut
dibaptis Roh à Pintu Kemah.
Jadi, pertobatan dari orang-orang
yang bertobat itu berbicara soal yang rohani, yang jauh lebih mulia dari
perkara-perkara dunia atau persembahan-persembahan yang ada di atas mezbah itu.
Sekarang kita akan melihat penjelasan,
tentang: BAIT SUCI.
Untuk mengetahui tentang Bait Suci,
maka kita harus kaitkan dengan Pola Tabernakel. Bait Suci atau kemah suci
dimulai dari Ruangan Suci sampai dengan Ruangan Maha Suci.
Tanah air Sorgawi yang diwariskan
kepada kita sebagai milik pusaka harus menjadi prioritas kita dari pada perkara
lahiriah yang ada di dunia ini. Saudara harus terima dan harus praktekkan Firman
sampai menjadi daging, sebab ada polanya sehingga nanti tepat pada sasaran.
Mari kita lihat tentang KEMAH SUCI di
dalam Keluaran 26, dengan perikop: “Mengenai Kemah Suci”
Keluaran 26:15-16
(26:15) Haruslah
engkau membuat untuk Kemah Suci papan dari kayu penaga yang berdiri
tegak, (26:16) sepuluh hasta
panjangnya satu papan dan satu setengah hasta lebarnya tiap-tiap
papan.
Haruslah engkau membuat untuk Kemah
Suci papan dari kayu penaga yang berdiri tegak. Jadi, yang menjadi patokan sehingga kita dapat mengetahui
ukuran dari Kemah Suci atau Bait Suci -- dimulai dari Ruangan Suci sampai
Ruangan Maha Suci -- adalah papan-papan kayu jenang yang terbuat dari kayu
penaga. Adapun ukurannya masing-masing tiap-tiap papan antara lain:
-
Panjang = 10 (sepuluh)
hasta.
-
Lebar = 1.5 (satu
setengah) hasta.
Keluaran 26:18-20
(26:18) Haruslah
engkau membuat papan-papan untuk Kemah Suci, dua puluh papan pada sebelah
selatan. (26:19) Dan haruslah
kaubuat empat puluh alas perak di bawah kedua puluh papan itu, dua alas di
bawah satu papan untuk kedua pasaknya, dan seterusnya dua alas di bawah setiap
papan untuk kedua pasaknya. (26:20)
Juga untuk sisi yang kedua dari Kemah Suci, pada sebelah utara,
kaubuatlah dua puluh papan
Papan-papan jenang pada Bait Suci
terdiri dari:
-
Dua puluh papan di sebelah selatan.
-
Dua puluh papan di sebelah utara.
Berarti, panjang dari Bait Suci ada 30
(tiga puluh) hasta. Sebab, lebar dari tiap-tiap papan jenang adalah 10 (sepuluh)
hasta; jadi, kalau disatukan, maka panjang dari pada Kemah Suci ada 30 (tiga
puluh) hasta, dengan rumus perhitungan: 20 (dua puluh) x 1.5 (satu setengah) = 30
(tiga puluh) hasta.
Panjang dari Kemah Suci dimulai dari
Ruangan Suci sampai Ruangan Maha Suci, seluruhnya adalah 30 (tiga puluh) hasta.
Mengapa bisa tahu tiga puluh hasta? Karena berpatokan
dengan papan-papan jenang.
Secara khusus ukuran dari Bait Suci
tidak ada ceritanya dan tidak ditulis, tetapi untuk mengetahui ukurannya kita
berpatokan pada papan-papan jenang yang terbuat dari kayu penaga.
-
Panjangnya tadi sepuluh
hasta, namun akhirnya tegak berdiri.
-
Kemudian lebar dari tiap
papan jenang adalah satu setengah hasta.
Jadi, papan jenang untuk:
-
Sisi sebelah Selatan ada
dua puluh papan jenang.
-
Sisi sebelah utara ada
dua puluh papan jenang.
Kesimpulannya: Panjang dari kemah
suci ada 30 (tiga puluh) hasta.
Kalau saudara membaca tentang ukuran
Bait Suci, maka saudara tidak akan menemukan secara khusus ukuran dari Bait
Suci. Tetapi dengan berpatokan dari papan jenang ini, kita dapat mengetahui
panjang dari papan jenang adalah tiga puluh hasta.
Keluaran 26:30
(26:30) Kemudian
haruslah kaudirikan Kemah Suci sesuai dengan rancangan yang telah
ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.
Bait Suci itu harus didirikan sesuai
dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh TUHAN Allah kepada Musa di atas
gunung Sinai, selama dua kali empat puluh hari empat puluh malam. Artinya; untuk
mendirikan ibadah dan pelayanan ini di hadapan TUHAN tidak boleh sesuka hati
dan tidak boleh dikerjakan sesuai dengan rancangan manusia.
-
Melayani tetapi tidak mau
dengar-dengaran, melayani dengan sesuka hati,
-
berkorban sesuai dengan kehendak
hati,
-
apa saja sesuai kehendak hati,
itu tidak boleh seperti itu, tetapi
harus ikuti aturan.
Belajar mengikuti aturan, sebab
tidak boleh mendirikan Tabernakel sesuai dengan kehendak sendiri, tetapi
perintah TUHAN adalah haruslah kaudirikan
Kemah Suci sesuai dengan rancangan yang telah ditunjukkan kepadamu di atas
gunung itu, gunung TUHAN, gunung Horeb, gunung Sinai.
Persembahan di atas mezbah disukai,
maksudnya; pelayanan disukai tetapi hal dengar-dengaran tidak disukai, hal yang
rohani tidak disukai, itu tidak boleh. Sebab itu kita mendirikan ibadah
pelayanan di atas muka bumi ini harus sesuai petunjuk TUHAN dan tidak boleh
dikerjakan sesuai rancangan manusia.
Jangan buat rancangan-rancangan
manusia di tengah ibadah dan pelayanan ini, jangan atur ibadah pelayanan sesuai
rancangan manusia.
-
Terlihat rajin tetapi rancangan
sendiri, itu tidak boleh.
-
Terlihat baik tetapi sesuai
rancangan sendiri, itu tidak boleh.
Jika saudara menggunakan rancangan
manusia di tengah ibadah pelayanan ini, maka saudara nanti akan berhadapan dengan petunjuk-petunjuk
TUHAN, dan saudara akan rugi sendiri.
Kita akan mengalami kerugian kalau
menjalankan ibadah sesuai rancangan manusia. Memang awalnya seperti leluasa
saat kita melakukannya dan sepertinya diberkati, tetapi lihat; hari pembalasan
ada. Jadi, kita akan berhadapan dengan hukum tabur tuai.
Keluaran 26:31-35
(26:31) Haruslah kaubuat
tabir dari kain ungu tua, dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus
yang dipintal benangnya; haruslah dibuat dengan ada kerubnya, buatan ahli
tenun. (26:32) Haruslah engkau menggantungkannya
pada empat tiang dari kayu penaga, yang disalut dengan emas, dengan ada
kaitannya dari emas, berdasarkan empat alas perak. (26:33) Haruslah tabir itu kaugantungkan pada kaitan penyambung
tenda itu dan haruslah kaubawa tabut hukum ke sana, ke belakang tabir itu,
sehingga tabir itu menjadi pemisah bagimu antara tempat kudus dan tempat
maha kudus. (26:34) Tutup
pendamaian itu haruslah kauletakkan di atas tabut hukum di dalam tempat maha
kudus. (26:35) Meja itu haruslah
kautaruh di depan tabir itu, dan kandil itu berhadapan dengan meja itu pada
sisi selatan dari Kemah Suci, dan meja itu haruslah kautempatkan pada sisi
utara.
Setelah kita menemukan ukuran dari
pada Kemah Suci yang dimulai dari Ruangan Suci sampai Ruangan Maha Suci, maka
pada akhirnya kita dapat melihat: Harus
ada tabir digantungkan pada empat tiang yang juga terbuat dari kayu penaga,
itu adalah pemisah antara Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci.
Sebelum kita melihat arti rohani
dari “pemisah”, pada Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci terdapat
perabotan-perabotan di dalamnya.
Pada RUANGAN SUCI terdapat tiga
macam alat, yaitu:
1. Meja Roti Sajian Emas. Kedudukannya berada di
sebelah utara.
2. Kandil atau kaki dian dengan tujuh pelita
menyala di atasnya. Kedudukannya berada di sebelah selatan.
3. Mezbah Dupa.
Tetapi dari ayat yang kita baca
tidak diceritakan ada Mezbah Dupa. Pada ayat
35 hanya ada;
-
Yang Pertama: Meja Roti
Sajian, yang berkedudukan di sebelah utara.
-
Yang Kedua: Kandil atau
kaki dian emas dengan tujuh pelita di atasnya, yang berkedudukan di sebelah
selatan.
Dan posisi keduanya saling
berhadap-hadapan.
Sedangkan yang ketiga itulah Mezbah
Dupa tidak ada (tidak terulis) di situ, lalu
di mana? Kita membaca Keluaran 30:6,
dengan perikop: “Mengenai Mezbah
Pembakaran Ukupan”
Keluaran 30:6
(30:6) Haruslah
kautaruh tempat pembakaran itu di depan tabir penutup tabut
hukum, di depan tutup pendamaian yang di atas loh hukum, di mana Aku akan
bertemu dengan engkau.
Alat yang ketiga adalah Mezbah Dupa
Emas. Mezbah Dupa terletak di depan Tabut Perjanjian yang berada di balik tabir
Bait Suci (tirai).
Itulah kedudukan dari Mezbah Dupa;
sudah dekat dengan Tabut Perjanjian, yaitu dibalik tirai, yang merupakan
pemisah antara Ruangan Suci dan Maha Suci. Jadi, kedudukannya dekat sekali dengan
Tabir Bait Suci, atau disebut juga dengan tirai.
Tadi kita sudah membaca: “Tabir”
digantungkan pada keempat tiang, dan itu menjadi pemisah antara Ruangan Suci
dan Ruangan Maha Suci.
Kemudian, di dalam Ruangan Maha Suci
terdapat satu alat yang sangat penting -- atau alat terutama dari semua
perabotan yang ada di dalamnya -- itulah Tabut Hukum atau Tabut Perjanjian.
Mari kita melihat arti rohani dari
peralatan-peralatan yang ada di Ruangan Suci dan di dalam Ruangan Maha Suci.
Di dalam Ruangan Suci terdapat tiga
alat di dalamnya, yaitu:
1.
Meja Roti Sajian Emas
2.
Kandil.
3.
Mezbah Dupa.
Untuk melihat arti rohani dari
ketiga alat yang ada di dalam Ruangan Suci, kita hubungkan kembali dengan Kisah Para Rasul 2, dengan perikop: “Cara hidup jemaat yang pertama.”
Kisah Para Rasul 2:41
(2:41) Orang-orang
yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari
itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
Orang-orang yang menerima perkataan
rasul memberi diri dibaptis dan jumlah mereka yang sudah bertobat adalah 3000 (tiga
ribu) jiwa. Sedangkan, arti rohani dari 3000 (tiga ribu) ialah:
-
1000 (seribu) à Ruangan Maha Suci, dengan ukuran; panjangnya 10
hasta, lebarnya 10 hasta, tingginya 10 hasta. Jadi, 10 (sepuluh) x 10 (sepuluh)
x 10 (sepuluh) = 1000 (seribu) hasta.
-
2000 (dua ribu) à Ruangan Suci, dengan ukuran; 20 (dua puluh) x
10 (sepuluh) x 10 (sepuluh) = 2000 (dua
ribu) hasta.
Apakah 3000 (TIGA RIBU) orang ini
terkait dengan Bait Suci Allah? Jawabnya: Bisa. Mari kita perhatikan ayat 42.
Kisah Para Rasul 2:42
(2:42) Mereka bertekun
dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu
berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul; jadi, 12 (dua belas) rasul hujan awal memimpin gereja TUHAN
untuk keluar dari kesesakan.
Demikian juga dua belas rasul hujan
akhir memimpin gereja TUHAN keluar dari kesesakan yang besar (keluar dari
puncak kesesakan), yaitu pada saat antikris berkuasa dan memerintah di atas
dunia ini selama tiga tahun setengah. Berarti,
kita harus menerima pengajaran rasul-rasul yang akan menuntun kita sampai
kepada kebenaran yang sejati.
Adapun pengajaran rasul-rasul yakni:
1.
Tekun dalam persekutuan. Kalau dikaitkan dengan tiga macam alat yang
ada di Ruangan Suci terkena kepada Kaki
Dian Emas dengan tujuh pelita menyala di atasnya à Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh.
2.
Memecahkan roti. Kalau dikaitkan dengan tiga macam alat yang ada
di Ruangan Suci terkena kepada Meja Roti
Sajian Emas à Ketekunan dalam Ibadah
Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
3.
Berdoa. Kalau dikaitkan dengan tiga macam alat yang ada di Ruangan Suci
terkena kepada Mezbah Dupa à Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan
Inilah Bait Suci yang dimulai dari
Ruangan Suci -- dengan ukuran yaitu: 20 (dua puluh) x 10 (sepuluh) x 10 (sepuluh) = 2000 (dua ribu) hasta --, yang
di dalamnya terdapat 3 (tiga) macam alat yang seluruhnya berbicara tentang
ibadah di hadapan TUHAN -- berarti terkait dengan hal yang rohani --.
Lebih rinci soal TIGA MACAM IBADAH
POKOK tadi juga ditulis dalam Ibrani 10,
dengan perikop: “Ketekunan” Ini
merupakan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
Ibrani 10:19
(10:19) Jadi,
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat
masuk ke dalam tempat kudus,
Kemah Suci itu dimulai dari Ruangan
Suci sampai Ruangan Maha Suci. Jadi, dimulai dari pertobatan yaitu darah Anak
Domba.
Ibrani 10:22-24
(10:22) Karena
itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman
yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat
dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan
kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling
mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Terkait dengan ketekunan dalam tiga
macam ibadah pokok, pada Ibrani 10:22-24
ditemukan tiga kata:
1.
Iman. Dalam pengajaran rasul-rasul terkena kepada
tekun dalam pemecahan roti. Jika dikaitkan dengan tiga macam alat yang ada
pada Ruangan Suci terkena pada Meja Roti
Sajian à Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai dengan perjamuan suci,
2.
Pengharapan.
Dalam pengajaran
rasul-rasul berbicara tentang ketekunan di dalam persekutuan Roh. Jika dikaitkan dengan tiga alat yang ada di
Ruangan Suci terkena kepada Pelita Emas
à Ketekunan dalam Ibadah
Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh.
3.
Kasih. Dalam pengajaran rasul-rasul terkena kepada
tekun dalam berdoa. Kalau dikaitkan
pada tiga macam alat dalam Ruangan Suci terkena kepada Mezbah Dupa Emas à Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Ibrani 10:25
(10:25) Janganlah
kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti
dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan
semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan
ibadah kita, berarti harus setia untuk tekun
dalam tiga macam ibadah pokok.
Banyak orang Kristen hanya tahu
tentang “ibadah umum”, yaitu hari Minggu. Kemudian, nanti ada tambahan lagi
ibadah padang, ibadah family altar,
ibadah kaum bapa, kaum ibu, ibadah kaum wanita, ibadah pemuda remaja, dan masih
banyak lagi sebutan-sebutan ibadah.
-
Kalau ibadah Kaum Muda
Remaja = Ibadah umumnya
Kaum Muda.
-
Kalau ibadah Kaum Bapa =
Ibadah umumnya Kaum Bapa.
-
Kalau ibadah Kaum Wanita
= Ibadah umumnya
Kaum Wanita, dan seterusnya.
Jadi, kebanyakan orang hanya tahu “ibadah
umum”, dan tidak tahu “soal ketekunan”, secara rinci soal tiga macam ibadah
pokok.
Kita bersyukur, malam ini TUHAN
memberikan suatu pengertian, sehingga dengan pengertian ini kita dapat
menyenangkan hati TUHAN setiap kali kita menghadap TUHAN, karena kita
memperoleh pengertian soal tiga macam ibadah pokok. Selain itu, kita juga dapat
mengetahui, bahwa; puncak dari ibadah bukanlah Ibadah Raya Minggu, tetapi puncak
ibadah adalah Mezbah Dupa, yang sudah sangat dekat dengan Tabir Bait Suci, itulah
tirai yang menjadi pemisah antara Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci.
Itu juga yang dilihat oleh Rasul
Paulus ketika dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari Sorga atau disebut juga
Firdaus; pada saat itu, dia mendengar penyataan-penyataan dan melihat suatu
penglihatan yang hebat, di mana Mezbah Dupa atau cawan ukupan emas itu sudah
berada di Ruangan Maha Suci.
Jadi, sudah sangat jelas; puncak
dari ibadah bukan soal Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian roh dan sensasi
mujizat, tetapi doa penyembahan yang disertai penyerahan diri sepenuhnya.
Itulah soal ketekunan dalam tiga
macam ibadah pokok, di mana puncak dari ibadah adalah doa penyembahan, berarti;
sudah dekat dengan tirai atau tabir bait suci. Tabir, itulah tubuh Yesus yang sudah dirobek di atas kayu salib.
Pada saat kapan tabir itu robek dari atas sampai ke bawah? Jawabnya: Pada saat Yesus menyerahkan nyawa-Nya. Dan pada
saat itulah Dia mengadakan doa penyahutan, itulah doa penyembahan-Nya kepada
TUHAN: "Eli, Eli, lama sabakhtani?",
barulah tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Jadi, puncak
ibadah adalah doa penyembahan. Kita memang harus tekun dalam tiga macam ibadah
pokok, tetapi puncak ibadah adalah doa penyembahan.
Hal inilah yang dinyatakan
(diceritakan) oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus setelah 14 (empat
belas) tahun melayani, seperti yang tertulis di dalam 2 Korintus 2:1-4, yang juga dituliskan kepada orang Ibrani, di dalam
Ibrani 9:4. Jadi, kita tidak perlu
ragu akan hal ini.
Itulah soal 2000 (dua ribu). Tetapi
hal itu belum sempurna kalau kita belum melihat Ruangan Maha Suci, sebab jika
terkait dengan orang yang bertobat, jumlahnya adalah 3000 (tiga ribu). Inilah
soal rohani yang harus kita utamakan.
Setelah kita melihat Ruangan Suci
yang sama dengan dua ribu hasta, maka selanjutnya kita akan memasuki Ruangan
Maha Suci; tetapi tentu saja terlebih dahulu harus melewati Tabir, itulah tirai
yang menjadi pemisah antara Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci.
Kita kembali membaca Matius 27, dengan perikop: “Yesus mati”
Matius 27:50
(27:50) Yesus berseru
pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Yesus berseru dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?", itulah
doa penyahutan atau penyembahan Yesus sebagai Anak Allah, Dia Imam Besar yang
kita akui dan Rasul yang kita akui.
Kenapa kita akui Yesus sebagai Rasul? Jawabnya: Karena tugas rasul adalah menceritakan hal-hal
yang akan datang, yaitu menceritakan tentang Kerajaan Sorga dan kemuliaan-Nya.
Sesudah berseru -- sebagai
penyahutan Anak kepada Bapa, yang juga merupakan doa penyembahan --, selanjutnya
Ia menyerahkan nyawa-Nya. Menyerahkan
nyawa = penyerahan diri. Berarti;
-
Kalau kita tekun dalam tiga macam
ibadah pokok yang memuncak sampai doa penyembahan, itu sejauh penyerahan diri
kita.
-
Dan kalau ibadah kita atau hidup
rohani kita dibawa sampai puncak dari pada ibadah kita, itu juga sejauh
penyerahan diri.
Tidak mungkin seseorang berada pada
kedudukan yang tertinggi --itulah puncak ibadah yaitu doa penyembahan -- kalau
tidak ada penyerahan diri.
Kalau setiap hari seseorang suka
berasalan, maka ia tidak akan bisa berada pada puncak ibadah, sebab untuk
berada pada puncak ibadah itu sejauh penyerahan diri. Misalnya saat ditanya: Kenapa tidak beribadah? Lalu ia menjawab
dengan alasan: “Ini Om …”, “Soalnya Om
…”, “Habisnya Om …”
-
Jika terus beralasan “soalnya”, maka akhirnya terlalu banyak
persoalan yang tidak diselesaikan karena banyaknya alasan.
-
Jika terus beralasan “habisnya”, maka habislah nanti semua
yang ada ini, termasuk kerohanian ini habis digerogoti sampai tidak terpancar
kemuliaan Allah dari wajah ini, karena terus berasalan “habisnya”. Jika yang rohani habis, maka yang jasmani juga akan habis.
Sementara orang yang beribadah (yang
menghargai perkara rohani) saja banyak persoalannya, apalagi orang yang tidak
beribadah pasti banyak persoalannya. Tetapi yang menjadi kelebihan dari orang
yang beribadah (yang di dalam TUHAN) dengan orang yang tidak beribadah (di luar
TUHAN) adalah masalah boleh ada, tetapi masalah itu dapat terselesaikan, dan
Roh TUHAN yang memberi kekuatan sehingga kita mampu memikul salib-Nya.
Jadi, kalau kedudukan kita berada sampai
puncak ibadah (doa penyembahan) itu sejauh penyerahan; oleh sebab itu, menyerah
saja.
Matius 27:51
(27:51) Dan
lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan
terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
Oleh karena penyerahan diri, barulah
tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, itulah tirai yang
menjadi pemisah antara Ruangan Suci dengan Ruangan Maha Suci. Jadi, Mezbah Dupa
sudah dekat dengan Tabir; terbelah dua dari atas sampai ke bawah, dan sesudah
itulah jalan terbuka bagi kita untuk berada di tempat kudus.
Tabir terbelah dua dari atas sampai
ke bawah, berarti bukan terbelah dua secara horizontal. Kalau tirai terbelah
dua secara horizontal; memang tabir itu terbelah dua, tetapi tidak akan bisa
dilewati karena masih ada penghalang, sebab tirai itu masih tersisa di bagian
atas dan di bagian bawah, sehingga kepalanya mentok dan kakinya juga mentok.
Jadi, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, sehingga terbuka
jalan lebar untuk berada di tempat kudus.
Kita baca Ibrani 10.
Ibrani 10:19-20
(10:19) Jadi,
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke
dalam tempat kudus, (10:20) karena Ia
telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir,
yaitu diri-Nya sendiri,
Jika seseorang hidup dalam doa
penyembahan, itu sudah pasti ada perobekan daging.
Saya pun untuk menantikan Firman
TUHAN dari TUHAN harus mengalami perobekan daging, yaitu datang di ujung kaki
salib; terkadang bisa tiga jam dan bisa juga empat jam. Kalau saya mengatakan
tiga jam, itu benar tiga jam; kalau saya katakan empat jam, itu juga benar
empat jam; saya tidak akan mengatakan “saya
menyembah dua jam” padahal saya menyembah satu jam.
Jadi, doa penyembahan itu sejauh
penyerahan diri, dan itu dekat sekali dengan perobekan daging. Kalau tidak mengalami perobekan daging, maka
baru menyembah 10 (sepuluh) menit saja kakinya langsung kebas, atau menyembah
setengah jam pun sudah kesemutan.
Ibrani 10:21
(10:21) dan kita mempunyai
seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
Kita mempunyai seorang Imam Besar, Yesus Kristus Anak Allah,
Dialah yang memimpin ibadah kita sampai kepada puncak tertinggi, itulah doa penyembahan
sejauh penyerahan diri, sehingga terjadi perobekan daging. Dia juga kepala Rumah TUHAN yang memimpin ibadah
kita, yang juga disebut Rasul yang
harus kita akui, yang menyatakan hal-hal kerajaan Sorga. Itulah tugas Rasul
yang harus kita akui.
Setelah melewati pintu Tirai atau
Tabir terbelah dua dari atas sampai ke bawah, sekarang kita akan memasuki
Ruangan Maha Suci, ukurannya: 10 (sepuluh) hasta x 10 (sepuluh) hasta x 10 (sepuluh)
hasta = 1000 (seribu), berarti;
-
Ruangan Suci = 2000 (dua
ribu) hasta.
-
Ruangan Maha Suci = 1000
(seribu) hasta.
Totalnya: 2000 (dua ribu) hasta +
1000 (seribu) hasta = 3000 (tiga ribu) hasta, itulah Bait Suci Allah.
Di dalam Ruangan Maha Suci terdapat
satu alat yang terpenting dan yang terutama dari semua alat yang ada di
Tabernakel, itulah Tabut Perjanjian.
Tabut Perjanjian terdiri dari dua
bagian, yaitu:
YANG PERTAMA: Tabut atau Peti dari Tabut Perjanjian à Takhta Allah = Ibadah dan pelayanan.
YANG KEDUA: Tutupan Grafirat dengan dua kerub di atasnya à Allah Trinitas yaitu TUHAN Yesus Kristus. Seluruhnya dibuat
dari emas murni -- bukan terbuat dari kayu penaga -- dan diletakkan di atas
tabut hukum itu sendiri.
-
Tutupan Grafirat à Pribadi Yesus Anak Allah.
-
Kerub pertama (sebelah kanan) à Allah Bapa.
-
Kerub kedua (sebelah
kiri) à Allah Roh El Kudus.
Jadi; peti perjanjian dengan Tutupan
Grafirat itu berbicara tentang hubungan nikah yang berdasarkan kasih mempelai.
Inilah tiga ribu hasta, yaitu
Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci, dan inilah hal-hal yang rohani yang harus
kita prioritaskan lebih dari apa yang ada di dunia ini.
Tetapi tadi kita melihat: Nabot mempertahankan
kebun anggurnya dan tidak mau menjual kebun anggurnya = Memprioritaskan ibadah
dan pelayanan = Memprioritaskan hal-hal yang rohani lebih dari hal-hal yang
lahiriah sekalipun ada tawaran yang menggiurkan. Adapun tawaran yang
menggiurkan yang datang dari Ahab, yaitu:
1.
Kebun anggur Nabot akan diganti kebun anggur yang lebih baik. Ingat:
Tidak ada yang lebih baik dari kerajaan Sorga, tiada sesuatu yang lebih indah
dari kasih mempelai dari Sorga dari Allah.
2.
Diganti dengan bayaran uang yang nominalnya tinggi. Perhatikan: Tidak ada
artinya kita memiliki seisi dunia ini kalau harus kehilangan nyawa.
Ahab menginginkan kebur anggur Nabot
untuk dijadikan kebun sayur, berarti yang rohani diganti dengan yang lahiriah.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Mari
kita lihat dalam Matius 23.
Matius 23:16-17
(23:16) Celakalah
kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci,
sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu
mengikat. (23:17) Hai kamu orang-orang
bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci
yang menguduskan emas itu? (23:18)
Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan
yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. (23:19)
Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah
yang menguduskan persembahan itu?
Yang rohani diganti dengan yang
lahiriah, mengapa hal itu dapat terjadi?
Karena ternyata ahli Taurat dan orang Farisi adalah pemimpin-pemimpin palsu,
mereka adalah orang-orang bodoh dan orang-orang buta.
Jadi, kalau menolak yang rohani
karena yang lahiriah, itu menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang bodoh dan
orang-orang buta.
-
Kalau tidak bodoh, maka tentu saja
mengutamakan (memprioritaskan) yang rohani.
-
Kalau tidak buta, maka pasti dapat
melihat mana yang rohani dan mana yang tidak rohani, mana yang baik dan mana
yang tidak baik. Tetapi karena mereka adalah pemimpin buta, maka mereka tidak
dapat melihat mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang rohani dan
mana yang tidak rohani, mana yang suci dan mana yang jahat, yang najis.
Inilah yang membuat akhirnya Ahab menginginkan
kebun anggur Nabot untuk selanjutnya dijadikan kebun sayur. Dan kalau kita
membaca Ulangan 11 …
Ulangan 11:10
(11:10) Sebab
negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti
tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus
kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur.
Tanah Kanaan tidak sama seperti
tanah Mesir. Tanah Mesir itu digambarkan seperti “setelah ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah,
seakan-akan kebun sayur”. Kalau
menolak yang rohani dan menginginkan yang lahiriah, maka orang semacam ini akan
banyak berjuang dan berjerih lelah.
Ulangan 11:11
(11:11) Tetapi
negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung
dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari
langit;
-
Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah
negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, itu berbicara tentang; pengalaman Yesus dalam tanda kematian
dan kebangkitan-Nya
-
Yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit, berarti; hidup dalam kemurahan, sebab tidak mungkin mengairi
kebun anggur dengan mengambil air ke lembah, lalu diangkat ke atas.
Kalau menginginkan yang rohani, maka
seseorang hidup di dalam kemurahan, berarti; tidak mengandalkan kekuatan, tidak
mengandalkan jerih lelah dan tidak berjerih lelah dalam hidup ini = Semua dalam
kemurahan.
Coba saudara bayangkan: Tidak
sedikit orang yang bergaji banyak, namun selalu merasa kurang. Tetapi lihatlah
kehidupan yang rohani; sekalipun memperoleh gaji kecil (gaji sedikit), namun
dicukupkan oleh TUHAN, karena TUHAN menyatakan kemurahan-Nya, dengan lain kata;
mendapat air sebanyak hujan turun dari langit. Itu adalah kemurahan.
Kalau kita membaca Rut 4:6, ada kesan bahwa penebus
pertama seolah-olah tidak menghargai soal penebusan, tetapi sebetulnya, dia
memiliki alasan yang masuk akal, yaitu dia tidak mau merusakkan milik
pusakanya. Kita juga harus sama seperti itu.
Tetapi lihatlah pemimpin buta tidak
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Kemudian, lihatlah
pemimpin bodoh; menolak yang rohani karena mengutamakan yang lahiriah.
Apa yang kita terima malam ini
mungkin pernah kita terima pada waktu-waktu yang lalu, tetapi kitab Ulangan ini
harus disampaikan berulang-ulang supaya kita jangan secepatnya melupakan apa
yang bersifat rohani, jangan kita menolak yang rohani hanya karena perkara
lahiriah. Kalau mengutamakan yang rohani, maka hidup di dalam kelimpahan kasih
karunia, tetapi kalau tidak hidup di dalam kelimpahan kasih karunia maka gaji
besar akan kurang, kurang dan kurang.
Ada beberapa di antara kita yang
memang gajinya tidak seberapa, tetapi tetap dapat mengirim (memberikan) kepada
orang tua. Sedangkan kalau dibandingkan dengan orang yang di luar TUHAN, itulah
mereka yang tidak mengutamakan perkara rohani; sekalipun memperoleh gaji besar,
tetap tetap kurang dan pasti habis, sebab TUHAN punya cara sendiri untuk
menghabisinya.
Jangan sampai kita dihabisi oleh
karena kesalahan sendiri; oleh sebab itu, serahkan hidup rohanimu untuk
dipimpin sampai puncaknya, itulah doa penyembahan, berarti; sejauh penyerahan
diri supaya kita hidup dalam kelimpahan kasih karunia. Ini harus menjadi
pelajaran supaya yang kita punya jangan sampai dihabiskan oleh seizin TUHAN.
Jadi, pertanyaan selama ini sekarang
sudah dapat terjawab: Mengapa TUHAN, kok
semuanya terhabisi, sementara saya di tengah ibadah? Ini jawabannya: Sekarang,
utamakan yang rohani lebih dari yang lahiriah dan prioritaskan ibadah dan
pelayanan. Tanah air Sorgawi yang diwariskan itu harus menjadi milik pusaka
kita, di mana wujudnya adalah
mengutamakan ibadah dan pelayanan mulai dari sekarang.
Minggu yang akan datang kita akan
melihat tentang “kasut” supaya penebusan itu dianggap sah. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment