IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 01 NOVEMBER 2022
KITAB KOLOSE
PASAL 4
(Seri: 6)
Subtema: BERJAGA-JAGA PADA
MASA PENANTIAN
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN Allah yang esa, yang sudah
memungkinkan kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan. Kita
bersyukur kepada TUHAN.
Dan selanjutnya
kita berdoa, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan hati kita, membawa
hidup kita rendah di kaki salib TUHAN, tersungkur di hadapan takhta TUHAN,
sujud menyembah kepada TUHAN, baik lahir batin, jasmani rohani, sehingga kita
dilayakkan untuk menjadi gunung Sion.
Jangan kita
berkata: “Kami ada di gunung Sion”,
tetapi;
-
wujud
penyembahannya tidak nampak,
-
kemudian,
prakteknya itulah penyerahan diri sepenuhnya juga tidak nampak,
maka semuanya
menjadi kesia-siaan. Segala sesuatu yang dikorbankan juga menjadi kesia-siaan.
Tetapi yang saya
tahu; ibadah ini mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang, maupun
masa yang akan datang.
Tidak lupa
menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, yang sedang mengikuti ibadah dan
pemberitaan Firman TUHAN, baik di dalam dan di luar negeri, lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook. Kiranya damai sejahtera Allah dan kebahagiaan dari sorga memerintah
saudara di mana pun berada, baik dalam kondisi, kedudukan dan keadaan seperti
apapun di dalam mengikuti pemberitaan Firman TUHAN. Kiranya berkat Allah dari
sorga turun di tempat-tempat di mana anda sedang mengikuti ibadah-ibadah, baik
di dalam negeri, di luar negeri, anak-anak TUHAN yang saya kasihi dalam kasih
Kristus; turunlah berkat TUHAN atas kita. Yang terpenting adalah ibadah kita
memuncak sampai kepada doa penyembahan.
Tidak lama lagi,
tahun 2022 akan berakhir, maka akan masuk pada tahun yang baru. Namun situasi
saat ini sudah semakin bergelora, keadaan dunia sudah semakin gelap.
Saudara bisa merasakan
goncangan itu saat ini. Oleh goncangan sedikit saja, namun kita sudah langsung
menyerah dan mudah digoncang; takut dengan ancaman-ancaman. Lalu, bagaimana
bila langsung berhadapan dengan pedang antikris? Oleh sebab itu, persiapkan
diri untuk bisa lepas dari masa kesesakan, disebutlah itu puncak pencobaan.
Kita berdoa,
supaya Firman itu dibukakan dan meneguhkan kehidupan kita. Sidang jemaat di
Bandung dan di Malaysia, TUHAN juga memberkati saudara di sana.
Kita akan
kembali memperhatikan KITAB KOLOSE sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah
Doa Penyembahan.
Kolose 4:2
(4:2) Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah
sambil mengucap syukur.
Bagian yang
harus kita perhatikan: Berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.
Orang yang
menanti-nantikan = Orang yang berjaga-jaga, bagaikan seorang hamba yang tidak
pernah tertidur karena sedang menantikan tuannya yang datang dari jauh.
Tentang “berjaga-jaga”
ini, terlebih dahulu kita melihat pengalaman Yesus Kristus, Anak Allah, bersama-sama
dengan murid-murid sebelum Ia ditangkap untuk diserahkan, sesuai dengan apa
yang tertulis dalam Injil Matius 26.
YANG PERTAMA, Matius 26:6-13, Yesus diurapi.
Bila dikaitkan
dengan pola Tabernakel, terkena Ruangan
Suci (Tempat Pengudusan).
Menunjuk kepada:
PENGHARAPAN. Sesuai dengan 1 Yohanes 3:3, Setiap
orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia
yang adalah suci.
Jadi, Ruangan Suci → Pengharapan.
YANG KEDUA, Matius 26:26-29, Yesus makan Paskah
atau perjamuan malam.
Bila dikaitkan
dengan pola Tabernakel, terkena pada Halaman.
Menunjuk kepada:
IMAN.
Di halaman ada 2
(dua) alat:
1.
Mezbah
Korban Bakaran, itu adalah alat yang terbesar ukurannya.
2.
Kolam
Pembasuhan.
Jelas ini
berbicara soal pengalaman Yesus dalam tanda sengsara atau kematian-Nya dan
kebangkitan-Nya pada hari ketiga. Kita dibenarkan oleh iman, itulah kematian
kebangkitan Yesus Kristus. Makan Paskah atau perjamuan malam adalah iman yang
membenarkan kita semua.
YANG KETIGA, Matius 26:36-46, Di Taman Getsemani.
Bila dikaitkan
dengan pola Tabernakel, terkena pada Ruangan
Maha Suci.
Menunjuk kepada:
KASIH.
Singkatnya:
-
Diurapi
→ Pengharapan.
-
Makan
Paskah (roti dan anggur) → Iman.
-
Di
taman Getsemani → Kasih Allah.
Mari kita lihat
“kasih Allah” dalam 1 Korintus 13.
1 Korintus 13:8
(13:8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat
akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan
akan lenyap.
Kasih tidak
berkesudahan. Sedangkan perkara lain berkesudahan, sebagaimana dengan;
-
Nubuat
akan berakhir.
-
Bahasa
Roh akan terhenti.
-
Pengetahuan
pun akan lenyap.
Jadi,
pengetahuan manusia belum sempurna untuk membawa seseorang sampai masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, pengetahuan manusia belum sempurna untuk menjangkau
sampai kepada keselamatan kekal.
Yang membawa
kita masuk dalam Kerajaan Sorga adalah kasih; oleh sebab itu, kasih tidak
berkesudahan.
Maka, pengalaman
Yesus ini harus menjadi pengalaman kita:
-
Dimulai
dari; dibenarkan oleh darah salib, itulah IMAN.
-
Kemudian
meningkat; memiliki PENGHARAPAN, berarti tekun dalam tiga macam ibadah pokok, berada
di tempat pengudusan.
-
Lalu
sampai kepada tingkat ibadah tertinggi, yaitu ada di dalam KASIH.
Jadi, kasih
itulah yang membawa kita sampai kepada kekekalan.
Kekekalan; “Penyembahan”
Kekekalan; “Penyerahan diri”
Mengapa saya
menghimbau saudara untuk kembali menyuarakan yel-yel kita? Supaya kita tahu;
bahasa Roh akan berhenti, nubuat akan berakhir, dan pengetahuan tidaklah
sempurna, tetapi yang sempurna adalah kasih yang tidak berkesudahan.
1 Korintus 13:13
(13:13) Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman,
pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya
ialah kasih.
Demikianlah
kiranya 3 (tiga) hal itu tinggal dalam diri kita, yakni iman, pengharapan dan
kasih.
Perlu untuk kita
ketahui: Yang terbesar dari ketiganya adalah KASIH.
Berarti,
pengalaman Yesus bersama dengan murid sudah harus menjadi pengalaman kita
bersama dengan Yesus di hari-hari terakhir ini. Hari-hari terakhir adalah masa
penantian untuk menyongsong Mempelai Laki-Laki Sorga.
Berbahagialah
orang yang suci hatinya karena merekalah yang melihat Allah. Berbahagialah
mereka yang berada di tempat penyucian dan pengudusan, tekun 3 (tiga) macam
ibadah pokok, sebab dari sanalah kita berangkat untuk mencapai kepada
kekekalan.
Awal dari
kesempurnaan adalah kekudusan. Kekudusan bukanlah akhir dari kesempurnaan,
tetapi awal dari pada kesempurnaan.
Kita kembali
melihat SUASANA DI TAMAN GETSEMANI dalam Matius
26, dengan perikop: “Di taman
Getsemani”
Matius 26:36-39
(26:36) Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke
suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya:
"Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." (26:37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua
anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (26:38) lalu kata-Nya kepada mereka:
"Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan
berjaga-jagalah dengan Aku." (26:39)
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku,
jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi
janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau
kehendaki."
Dari Matius 26:36-39, kita dapat menemukan
TIGA KATA.
YANG PERTAMA:
Kata “iman”, sebab murid-murid berada di taman Getsemani
bersama dengan Yesus, pada ayat 36.
Mengapa kita
datang menghadap TUHAN dalam setiap pertemuan ibadah? Itu adalah iman.
Iman adalah
motor penggerak kerohanian seseorang. Motor ibadah ini adalah iman. Jadi, kalau
kita ada di tengah ibadah, itu karena iman, bagaikan ada di taman Getsemani,
tamannya TUHAN Yesus. Janganlah kita dilemparkan dari tamannya TUHAN Yesus,
sebab itu adalah taman kesukaan; apapun harganya, bayar saja.
YANG KEDUA: Kata
“pengharapan”, sebab Yesus membawa Petrus, Yakobus, Yohanes untuk
berjaga-jaga, pada ayat 37-38.
Kalau dikaitkan
dengan 3 (tiga) alat dalam Ruangan Suci:
-
Petrus
terkena pada Pelita Emas.
-
Yakobus
terkena pada Meja Roti Sajian.
-
Yohanes
terkena pada Mezbah Dupa.
Pengudusan oleh
karena ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok adalah pengharapan.
YANG KETIGA:
Kata “kasih”, sebab Yesus maju sedikit, lalu sujud dan berdoa,
pada ayat 39.
Yesus sujud dan
berdoa, hal itu Ia lakukan terkait dengan kehendak Allah, yakni cawan Allah
yang harus diminum Yesus sebagai Anak Allah.
Jadi, jika kita
sujud menyembah, maka itu terkait dengan cawan Allah yang harus diminum,
terkait dengan kehendak Allah, bukan lagi kehendak manusia.
Dan untuk
kehendak Allah, Yesus, Anak Allah, berkata: "Ya Bapa" Jadilah anak
TUHAN yang taat, setia, dengar-dengaran; itulah yang benar.
Ketika tidak
cocok di hati, jangan langsung diam, cemberut, muka muram; hati-hati, dosa
sudah mengintip. Tetapi biarlah taat, setia, dengar-dengaran untuk minum cawan
Allah, katakan: “Ya Bapa” untuk taat
kepada kehendak Allah.
Kembali saya
sampaikan: Yesus sujud dan berdoa, hal itu Ia lakukan terkait dengan kehendak
Allah, yakni cawan Allah yang harus diminum, atau melakukan kehendak Allah
Bapa. Untuk kehendak Allah Bapa, Dia berkata: "Ya Bapa", Dia tidak bersungut-sungut dan tidak memberontak,
tidak ngomel, dan wajah pun tetap berseri.
Perlu untuk
diketahui: Tingkat ibadah yang tertinggi, disebut juga puncak ibadah, adalah
DOA PENYEMBAHAN, berarti; berjaga-jagalah.
Orang yang
menanti-nanti, pasti disebut orang yang berjaga-jaga. Kalau berjaga-jaga, pasti
matanya tidak tertutup = Tidak tertidur.
Penyembahan atau
berjaga-jaga, artinya; penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada
kehendak Allah saja, bukan taat kepada kehendak daging atau pun kehendak yang
lain. Untuk kehendak Allah inilah, Dia harus sujud berdoa, berjaga-jaga.
Lebih rinci kita
perhatikan dalam Matius 27.
Matius 27:50
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu
menyerahkan nyawa-Nya.
Yesus berseru
dengan nyaring: Eli, Eli, lama
sabakhtani?
Seruan ini
merupakan DOA PENYAHUTAN Yesus
sebagai Anak Allah dan sebagai Imam Besar Agung.
Bagaikan seorang
utusan yang diutus untuk mengerjakan sebuah pekerjaan; dan untuk pekerjaan itu,
dia harus berkata: “Ya Bapa”, itu
adalah penyahutan.
Itu berarti,
ketika Dia menyahut Sang Bapa; Ia telah membawa segala persoalan, Ia telah
membawa segala pergumulan-pergumulan, membawa segala beban hidup kita kepada
Bapa di sorga. Sebetulnya, persoalan kitalah yang Dia serukan kepada Bapa.
Kesulitan-kesulitan yang menghimpit yang kita alami saat ini, termasuk pencobaan-pencobaan
yang kita hadapi; sebetulnya itu yang Dia serukan kepada Bapa, Dia bawa kepada
Bapa.
Akan tetapi,
penyahutan Yesus ini disebut juga dengan DOA
PENYEMBAHAN Yesus sebagai Anak dan sebagai Imam Besar Agung. Penyembahan
ini disebut juga dengan berjaga-jaga.
Setelah Yesus
berseru, selanjutnya Yesus menyerahkan
nyawa-Nya.
Pendeknya:
Berjaga-jaga atau doa penyembahan, artinya; penyerahan diri sepenuhnya untuk
taat kepada kehendak Allah saja.
Yesus datang ke
dunia ini bukan karena kehendak-Nya, tetapi karena kehendak Bapa. Kehendak Bapa
adalah Yesus minum cawan berisi anggur, berarti; Yesus harus menanggung
penderitaan dan darah-Nya harus dicurahkan. Maka anggur dalam cawan harus
diminum; Dia harus menumpahkan darah-Nya di atas kayu salib, itu kehendak Allah
Bapa.
Jadi, Yesus
datang ke dunia bukan karena kehendak-Nya, juga bukan untuk wisata; demikian
juga kita datang beribadah bukan untuk kepentingan daging, bukan untuk show, bukan untuk pertunjukkan diri;
emas siapa yang lebih besar, perhiasan siapa yang lebih besar, pakaian siapa
yang lebih indah dan lebih mahal, bukan untuk itu.
Kita datang
menghadap TUHAN bukan untuk show atau
pamer, tetapi kita datang menghadap TUHAN untuk melakukan kehendak Allah Bapa.
Semakin hari,
semakin nyata pertolongan TUHAN, bukan? Semakin kita di dalam kasih-Nya,
semakin jelas kita melihat langkah-langkah yang harus kita langkahkan ke depan.
Saya tidak ragu lagi untuk mengatakan hal itu.
Kembali saya
sampaikan: Untuk kehendak Allah, yaitu mati di atas kayu salib, Yesus berkata:
“Ya Bapa” Prakteknya; Dia bawa segala
persoalan kita, “Eli, Eli, lama
sabakhtani?”
Mari kita lihat Ibrani 5.
Ibrani 5:5
(5:5) Demikian pula Kristus tidak memuliakan
diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia
yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada
hari ini", (5:6)
sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk
selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek."
Yesus, Anak
Allah, tetapi Ia juga Imam Besar Agung untuk selama-lamanya, menurut peraturan
Melkisedek.
Ibrani 5:7-9
(5:7) Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah
mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia,
yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah
didengarkan. (5:8) Dan sekalipun Ia
adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
(5:9) dan sesudah Ia mencapai
kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua
orang yang taat kepada-Nya,
Sebagai Anak, Ia
taat kepada kehendak Allah Bapa, yakni rela menderita karena sengsara salib.
Dan akhirnya,
karena Ia taat kepada kehendak Allah Bapa, Dia layak menjadi POKOK KESELAMATAN
yang abadi bagi semua orang yang tentunya juga taat kepada Dia, yang sudah
terlebih dahulu taat kepada Bapa di sorga.
Ayo, sebagai
anak-anak TUHAN, belajarlah untuk menjadi suatu kehidupan yang taat, setia,
dengar-dengaran. Walaupun tidak cocok di dalam hati, jangan cemberut, jangan bersungut-sungut,
jangan ngomel, jangan bersedih hati,
tetapi berpihaklah kepada TUHAN, dengan demikian; kita juga diselamatkan,
karena Dia adalah pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang, tentu saja
orang yang taat kepada Dia.
Kita kembali memperhatikan
Matius 26.
Matius 26:40
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu
dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah
kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
Setelah sujud
dan berdoa, Yesus kembali kepada murid-murid-Nya itu, dan mendapati mereka
sedang tidur.
Murid-murid yang
sedang menaruh pengharapan, itulah Petrus Yakobus Yohanes, akhirnya tertidur
juga. Menaruh pengharapan, tetapi tertidur. Seharusnya, tetaplah berjaga-jaga
atau berada dalam doa penyembahan, karena kita menaruh pengharapan, kita ada di
tempat pengudusan.
Sebagaimana 3
(tiga) pribadi yang menunjuk kepada 3 (tiga) alat di dalam Ruangan Suci; itu
adalah pengharapan. Tetapi kenyataannya, orang-orang yang menaruh pengharapan
justru tertidur.
Intinya: Orang
yang menaruh pengharapan itu tertidur. Seharusnya, orang yang menaruh
pengharapan tidaklah tertidur, melainkan berjaga-jaga.
Dan kalau kita
bandingkan dengan Matius 25:5, Karena mempelai itu lama tidak datang-datang
juga, mengantuklah mereka, itulah 5 (lima) gadis bodoh, tetapi termasuk
juga 5 (lima) gadis yang bijaksana.
Berarti, dari
sini kita belajar; ternyata, tidak ada yang sempurna = Masih ditandai dengan kelemahan.
Tetapi, apabila
kita melakukan kesalahan, jangan lantas kita berkata: “Belum ada yang sempurna, Om” Itu namanya berdalih. Ada lagi
berdalih yang lebih halus: “Masih
belajar, Om” Sudah 4 (empat) tahun bekerja di bagiannya itu, tetapi tetap
berkata: “Masih belajar, Om”
Memang
sepertinya “rohani” kali, tetapi nanti sedikit-sedikit melakukan kesalahan, dan
dalam kesalahan itu dia berkata: “Masih
belajar, Om” Ini namanya berdalih.
Jadi, orang yang
menaruh pengharapan masih ditandai dengan kelemahan, belum sempurna. Nanti,
apabila tiba yang sempurna itu, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap; oleh
sebab itu, kita harus berjuang, supaya ibadah kita berada pada tingkat ibadah
yang tertinggi, itulah doa penyembahan = ada dalam kedudukan kasih, dan kasih
tidak berkesudahan. Kalau kasih itu sudah ada, maka yang tidak sempurna itu
akan lenyap = Jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna akan lenyap.
Terlebih dahulu
kita melihat SUASANA TIDUR.
Amsal 6:4,6
(6:4) janganlah
membiarkan matamu tidur, dan kelopak matamu mengantuk (6:6) Hai pemalas, pergilah
kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:
-
Amsal 6:4, berbicara
tentang “tidur”.
-
Amsal 6:6, berbicara
tentang “pemalas”.
Jadi, orang yang
suka tidur, doyan tidur, disebut juga si pemalas.
Si pemalas, kalau
dikaitkan dengan Injil Matius 25,
terkait dengan talenta: Satu talenta diberikan kepada hamba yang pertama,
tetapi ia justru mengubur talentanya, itu sebabnya ia disebut hamba yang malas
dan jahat.
Jadi, “malas”
itu disebut “jahat”. Tidak ada orang malas yang luar biasa mengasihi TUHAN.
Orang malas pasti jahatnya minta ampun, karena orang malas pasti tidak mau
diusik. Kalau dia diusik, maka akan terlihat aslinya.
Jangan tertutup
matamu, jangan mengantuk kelopak matamu, karena orang yang suka tidur
disebutlah si pemalas.
Ada 12 (dua
belas) jam dalam 1 (satu) hari. Ada 24 (dua puluh empat) jam dalam 1 (satu)
hari, 1 (satu) malam. Berapa jam untuk TUHAN? Berapa jam untuk tidur? Berapa
jam untuk daging? Perhatikanlah hal itu; hitunglah hari-harimu. Hari terakhir
adalah masa penantian; seharusnya begitu, walaupun masih ditandai kelemahan.
Amsal 26:14
(26:14) Seperti pintu berputar pada engselnya,
demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.
Orang yang suka
tidur, doyan tidur, disebutlah si pemalas, sebab si pemalas seperti pintu yang
berputar pada engselnya, demikian si pemalas di tempat tidurnya.
Jadi, sudah
sangat jelas; wilayah atau zona dari pada si pemalas adalah tempat tidur.
Amsal 26:13
(26:13) Berkatalah si pemalas: "Ada singa di jalan!
Ada singa di lorong!"
Si pemalas
berkata: "Ada singa di jalan! Ada
singa di lorong!" = Suka membesar-besarkan masalah atau perkara, padahal
itu karena dia si pemalas, yang tidak suka bekerja.
Mengapa si
pemalas berkata demikian? Karena dia jahat; suka membesar-besarkan perkara dan
tidak suka bekerja. Jangankan bekerja kecil, menyembah satu jam pun tidak
mungkin.
Kalau saya sudah
melihat seseorang suka beralasan, itu menandakan bahwa dia adalah si pemalas. Pandai
mengutarakan sesuatu untuk menghindari pekerjaan, itu adalah tanda si pemalas.
Amsal 26:15
(26:15) Si pemalas mencelupkan
tangannya ke dalam pinggan, tetapi ia terlalu lelah untuk
mengembalikannya ke mulutnya.
Di tangan kita
ada pinggan berisi makanan yang diolah dengan baik menjadi makanan kegemaran; seharusnya
itu langsung kita nikmati, supaya Firman itu -- sebagai makanan rohani -- mendarah
daging, sebab kita hidup untuk menghidupi Firman, dan Firman menghidupi kita. Tetapi
bagi si pemalas; terlalu sulit bagi dia untuk melakukan Firman itu.
Berapa lama kita
sudah mengikuti TUHAN dan berapa banyak pembukaan Firman yang sudah kita terima?
Kalau dia adalah si pemalas, dia jahat, karena dia tidak akan membawa makanan
di tangannya itu ke mulut; dia tidak akan melakukan Firman yang dia dengar.
Amsal 26:16
(26:16) Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak
dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana.
Si pemalas tetap
saja menganggap dirinya lebih bijaksana dari pada 7 (tujuh) orang yang menjawab
dengan bijaksana = Masih tetap merasa lebih benar, lebih suci, lebih baik dari
pada orang yang sempurna.
Singkatnya: Si
pemalas, yang juga disebut “jahat”, tandanya adalah:
-
Ruang
lingkupnya hanyalah tempat tidur, seperti daun pintu berputar-putar pada
engsel.
-
Suka
membesarkan persoalan.
-
Suka
merasa lebih baik, lebih suci, lebih benar dari orang lain yang sempurna.
Demikianlah
orang yang suka tidur, doyan tidur, disebut si pemalas.
Amsal 24:30-31
(24:30) Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur
orang yang tidak berakal budi. (24:31)
Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan
jeruju, dan temboknya sudah roboh.
Ladang si
pemalas atau kebun anggur yang tidak berakal budi:
-
Semua
ditumbuhi onak duri.
-
Tanahnya
tertutup dengan jeruju
Artinya; Si
pemalas suka menyakiti, yang menusuk seperti duri.
Singkat kata: Si
pemalas adalah duri-duri yang suka menusuk; hanya tahu menyakiti perasaan TUHAN
saja. Jadi, sebelum ditegur, lebih dahulu dia menusuk; itulah senjata dari si
pemalas.
Amsal 24:32-33
(24:32) Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku
melihatnya dan menarik suatu pelajaran.
(24:33) "Tidur
sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar
lagi untuk tinggal berbaring,"
"Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi,
melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring," Itu saja yang
menjadi kegiatan dari pada si pemalas.
Hal ini memang
sangat mengerikan; bukan saja mengerikan bagi orang lain, tetapi itu juga
mengertikan bagi masa depannya.
Amsal 24:34
(24:34) maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu,
dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Bagian dari
orang yang suka tidur dan malas, akhirnya miskin
dan kekurangan.
Sementara ...
-
Kemiskinan
sama seperti seorang penyerbu, berarti; kemiskinan itu merupakan ancaman yang
menakutkan. Hari-harinya terus mengalami ketegangan karena memikirkan masa
depan.
-
Kekurangan
seperti orang yang bersenjata, berarti; kekurangan itu merupakan ancaman yang
menakutkan; mengancam hidup, mengancam masa depan, mengancam keselamatannya.
Oleh sebab itu,
jangan miskin, tetapi kaya dalam kebajikan, kaya dalam berbagai jenis perbuatan
baik di tengah-tengah ibadah pelayanan. Jangan malas, jangan suka tidur supaya
jangan miskin dan jangan kekurangan.
Bila ibadah kita
sudah sampai kepada doa penyembahan, maka tidak takut miskin dan tidak takut
kekurangan. Biar tidak ada beras, tetap saja tidak takut kekurangan; biar isi
kulkas tidak ada apa-apa, tetap saja tidak merasa miskin.
Tetapi kalau ibadahnya
tidak sampai kepada doa penyembahan, biar kulkasnya berisi, tetap saja merasa
kekurangan, merasa terancam, selalu dalam ketakutan, selalu dalam kekuatiran. Hal
ini menjadi pengalaman kita semua tentunya, kalau kita tidak berada dalam puncak
ibadah, itulah doa penyembahan.
Mengancam kehidupan
rohani seseorang, itulah yang terjadi kalau miskin dan kekurangan. Tetapi kalau
hidup kita sudah sampai kepada doa
penyembahan, biar tidak punya apa-apa, biar tidak punya beras, biar tidak punya
uang, itu tidak jadi soal, itu bukanlah ancaman.
Kita perhatikan 1 Tesalonika 5, dengan perikop: “Berjaga-jaga”, itulah doa penyembahan.
1 Tesalonika
5:1-2
(5:1) Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak
perlu dituliskan kepadamu, (5:2)
karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri
pada malam.
Tentang hari
kedatangan TUHAN tidak perlu dituliskan. Yang pasti, hari TUHAN seperti pencuri
di malam hari = Mendadak. Karena sifatnya mendadak, maka berjaga-jagalah, hiduplah
dalam doa penyembahan, berarti; ibadah kita harus berada pada tingkat ibadah
tertinggi.
Mengapa hari kedatangan TUHAN tidak perlu
dituliskan?
Kalau hari kedatangan TUHAN dituliskan, maka orang akan berjaga-jaga; itu
bukanlah tindakan iman. Itu setara dengan; orang yang ingin masuk Sorga, karena
takut masuk neraka, dengan lain kata; ia ingin masuk sorga bukan karena cinta
TUHAN, tetapi karena takut neraka.
Kalau hari
kedatangan TUHAN dituliskan, maka ia akan berjaga-jaga, namun itu bukanlah
tindakan iman. Demikian juga kalau ingin masuk sorga karena "takut
neraka", itu bukan karena cinta TUHAN. Tetapi biarlah kita semua merindukan
kekekalan (keabadian), merindukan Kerajaan Sorga, bahagia selama-lamanya di
sana, karena kita cinta TUHAN Yesus.
Biarlah kita
beribadah dan ibadah kita memuncak sampai kepada doa penyembahan, karena cinta
TUHAN, bukan karena takut neraka, tetapi karena takut kepada TUHAN. Takut akan
TUHAN benci kepada kejahatan, antara lain; kecongkakan, kesombongan, keangkuhan
dan penipuan. Berbahagialah kalau kita mendapat nasihat yang baik dari TUHAN Yesus.
Oleh sebab itu,
jangan kita tidur, jangan kita malas, tetapi berjaga-jagalah.
-
Orang
yang tidur; tidur waktu malam.
-
Orang
yang mabuk anggur; mabuk waktu malam.
Itu adalah
manusia gelap.
Tetapi manusia
terang (anak-anak terang) sama seperti orang-orang yang hidup pada waktu siang
hari, yaitu berjaga-jaga dan sadar.
1 Tesalonika 5:3
(5:3) Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai
dan aman — maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti
seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin —
mereka pasti tidak akan luput.
Orang yang
merasa damai, merasa aman karena terpelihara oleh gajinya, uangnya, bisnisnya,
maka suatu kali nanti akan ditimpa oleh kebinasaan = Tidak akan luput dari
kebinasaan.
Sama seperti
seorang perempuan; tidak akan luput dari penderitaan yang hebat, yaitu sakit
bersalin.
Mungkin hari ini
kita merasa aman, tetapi bagaimana dengan besok?
Saya mau
bertanya: Bilamana di antara saudara, dalam satu rumah ada orang yang merasa “aman”,
lalu ada teguran seperti ini, kepada siapa saudara akan berpihak; kepada
teguran dari TUHAN atau kepada daging yang sudah ditegur itu?
Tetapi kalau
saya, karena saya rindu seisi rumah tidak ditimpa oleh kebinasaan, maka ibadah saya
harus memuncak sampai kepada doa penyembahan, karena saya mau anak-anak saya,
saya mau orang tua saya, saya mau seisi rumah saya, saya mau keluarga saya,
tidak ditimpa dengan kebinasaan; itu kalau saya.
Ketika ada
teguran, jangan malah berpihak kepada daging; bukankah itu adalah kebodohan
yang luar biasa? Jadi, kalau kita sudah melihat yang merasa aman damai karena terpelihara
oleh berkat yang ada, langsung tegur habis. Kalau dia sudah tidak bisa ditegur,
ayo, berarti kita yang tegur diri, maksudnya; jadilah anak terang, anak siang, bawalah
hidupmu sampai ke puncak ibadah (doa penyembahan). Kiranya, moga-moga, sekitar
(seisi rumah) mengikuti contoh teladan yang baik sebagai anak terang.
Kita harus
bersyukur dengan nasihat Firman ini. Jangan justru berpihak kepada daging dan
lemas-lemas oleh daging. Bodoh sekali perbuatan ini.
1 Tesalonika
5:4-6
(5:4) Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di
dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, (5:5) karena kamu semua adalah
anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau
orang-orang kegelapan. (5:6) Sebab
itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga
dan sadar.
Orang yang suka
tidur adalah si pemalas. Si pemalas disebut juga manusia malam, yang penuh
dengan perbuatan malam, yaitu mabuk anggur dan suka tidur
Tetapi TUHAN mau
nyatakan kepada kita: Berjaga-jagalah dan
sadarlah. Jangan merasa aman, jangan tidur, jangan malas.
Tidur dan mabuk
anggur adalah pekerjaan orang gelap, orang malam. Tetapi orang siang ada dalam
pekerjaan TUHAN, puncaknya adalah berjaga-jaga, doa penyembahan.
Supaya jangan
ditimpa oleh kebinasaan, mari kita perhatikan: JALAN KELUARNYA.
Matius 26:40B-41
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu
dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah
kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan
jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."
Jalan keluarnya:
Berjaga-jaga dan berdoa.
Berjaga-jaga =
Hidup dalam doa penyembahan. Ukurannya adalah selama 1 (satu) jam.
Bicara 1 (satu),
itu berbicara tentang keesaan dari Allah; satu-satunya TUHAN dan Juruselamat,
satu-satunya yang menanggung penderitaan di atas kayu salib. Berarti,
"satu" → Kedewasaan.
Itu sebabnya,
untuk melepaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, mereka harus mempersembahkan
korban Paskah; mengambil kambing domba jantan yang berumur satu tahun, itu
berbicara soal kedewasaan.
Jadi, puncak
ibadah / menyembah / berjaga-jaga itu membawa kita sampai dewasa rohani.
Kuasa
penyembahan: Supaya jangan jatuh dalam
pencobaan, sebab roh penurut, tetapi
daging lemah.
Kita tahu yang
baik, tetapi daging ini lemah. Oleh sebab itu, supaya kita jangan jatuh dalam
penyembahan, biarlah ibadah kita memuncak sampai kepada doa penyembahan;
berjaga-jaga dan berdoalah, berjaga-jaga dan sadarlah.
Banyak di antara
kita berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, itu artinya “roh
penurut”, tetapi justru mengulangi kesalahan kembali, tanda bahwa “daging lemah”.
Kalau sadar daging itu lemah, ayo, bawalah kehidupan rohani ini sampai kepada
puncak rohani, sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, supaya
jangan jatuh dalam pencobaan.
1 Korintus 10:11
(10:11) Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh
dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu,
di mana zaman akhir telah tiba.
Masa akhir ini harus
kita jadikan sebagai MASA PENANTIAN menyongsong kedatangan Yesus sebagai Raja
dan Mempelai Laki-Laki Sorga.
Jangan lagi
sibuk berburu daging seperti bangsa Israel selama 40 (empat puluh) tahun di
padang gurun; itu adalah contoh yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat
di Korintus, supaya menjadi peringatan bagi kita semua.
1 Korintus 10:12-13
(10:12) Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh
berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh! (10:13) Pencobaan-pencobaan yang kamu
alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan
manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan
ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Jangan ada orang
yang menyangka dirinya teguh berdiri, jangan kita menyangka bahwa diri ini
hebat dan kuat tanpa TUHAN, sebab tentu saja ia akan jatuh dalam pencobaan.
Singkatnya:
Orang yang merasa diri kuat akan jatuh dalam pencobaan.
Selama kita
hidup dan tinggal di bumi ini, selama kita mendiami kemah tubuh ini, kita tidak
luput dari pencobaan, kita akan selalu berhadapan dengan banyaknya pencobaan
silih berganti; pencobaan satu selesai, muncul pencobaan yang kedua, terus
menerus pencobaan, bahkan pencobaan yang satu belum selesai kita hadapi, muncul
lagi pencobaan yang kedua. Itulah yang dialami oleh setiap orang selama ia
mendiami kemah tubuh ini.
Itu sebabnya,
jangan kita menyangka bahwa kita tetap teguh berdiri, jangan kita merasa hebat,
kuat, hanya karena kita memiliki kelebihan, entah kelebihan uang, kelebihan pekerjaan,
bisnis, kekayaan dan lain sebagainya. Jangan merasa diri kuat, karena orang
yang merasa diri kuat, suatu kali akan jatuh dalam pencobaan.
Selama kita
hidup di bumi, kita akan selalu diperhadapkan dengan banyaknya ujian atau
pencobaan silih berganti. Karena banyaknya pencobaan itumaka disebutlah “pencobaan-pencobaan”,
bahkan pencobaan itu akan sampai kepada puncak
pencobaan, tepatnya pada saat antikris menjadi raja atas seantero dunia
ini.
Saat antikris
menjadi raja; antikris akan memerintah dengan tangan besi, antikris juga akan menjalankan
kekuasaannya dengan otoriter (kekerasan), sampai memahitkan hidup orang yang
tinggal di atas muka bumi ini.
Karena pencobaan
yang kita hadapi di bumi ini kelak akan memuncak, tepatnya saat antikris
berkuasa menjadi raja, maka ibadah kita juga harus memuncak, berada pada
tingkat ibadah tertinggi, itulah doa penyembahan.
Ketika kita berada
pada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, di sini dikatakan: Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan
kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Kalau pencobaan
memuncak, maka ibadah pun harus memuncak, maka TUHAN beri jalan keluar. Camkanlah
hal ini dengan sungguh-sungguh dan jangan dianggap enteng, supaya kita jangan
dientengkan oleh TUHAN.
Jadi, saat kita
menghadapi puncak pencobaan, asal kita berada pada puncak ibadah, maka TUHAN beri
jalan keluar.
Luar biasa
pernyataan Firman TUHAN sebagai pernyataan kasih TUHAN ini. Penampilan Firman
malam ini merupakan pernyataan kasih TUHAN kepada kita. Bersyukurlah, berpihaklah
kepada TUHAN mulai dari sekarang.
Mari, kita
perhatikan Mazmur 13, dengan
perikop: “Doa kepercayaan”
Mazmur 13:1
(13:1) Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku
terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap
aku?
Mengapa dia
butuh TUHAN? Karena dia sedang menghadapi pencobaan. Kalau dia tidak menghadapi
pencobaan, maka dia tidak akan butuh TUHAN.
Tetapi dicobai
atau tidak dicobai, menghadapi pencobaan atau pun tidak menghadapi pencobaan,
kita tetap butuh TUHAN, bergantung kepada TUHAN.
Mazmur 13:3-5
(13:3) Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam
diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan
diri atasku? (13:4) Pandanglah
kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya
jangan aku tertidur dan mati, (13:5)
supaya musuhku jangan berkata: "Aku telah mengalahkan dia," dan lawan-lawanku
bersorak-sorak, apabila aku goyah.
Kita tidak boleh
tidur atau malas, tetapi kita harus berjaga-jaga dan sadar,berjaga-jaga dan
berdoa, berarti; ibadah harus memuncak sampai doa penyembahan, supaya kita bisa
luput dari cengkraman musuh, luput dari cengkraman musuh. Jangan sampai musuh
bersukacita karena kita goyah.
Sekarang, kita
perhatikan Lukas 21, dengan perikop:
“Nasihat supaya berjaga-jaga”, itulah
doa penyembahan. Inilah nasihat TUHAN supaya ibadah memuncak sampai kepada doa
penyembahan, berarti kita harus berjaga-jaga. Berjaga-jaga, berarti; menantikan
= mata tidak tertutup = tidak tidur.
Lukas 21:34-35
(21:34) "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat
oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi
dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti
suatu jerat. (21:35) Sebab ia akan
menimpa semua penduduk bumi ini.
Jangan kita
berlaku seperti orang-orang malam, orang-orang gelap yang hidup dengan pesta
pora, kemabukan, hidup dalam kedagingan.
Lukas 21:36
(21:36) Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa,
supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi
itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."
Yang membuat
kita teguh berdiri kuat menghadapi pencobaan, sampai kepada puncak pencobaan
adalah doa penyembahan. Berjaga-jagalah! Jangan malas dan jangan tidur!
Kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar. Jangan merasa diri kuat, tetapi
biarlah kita dikuatkan oleh kasih karunia-Nya, itulah doa penyembahan, sehingga
mampu menghadapi puncak pencobaan.
Lukas 21:37-38
(21:37) Pada siang hari Yesus mengajar di
Bait Allah dan pada malam hari Ia keluar dan bermalam di gunung yang bernama Bukit
Zaitun. (21:38) Dan pagi-pagi
semua orang banyak datang kepada-Nya di dalam Bait Allah untuk
mendengarkan Dia.
Pada siang hari, Yesus mengajar di Bait Allah = Belajarlah untuk melakukan Firman
yang diajarkan; itulah orang siang.
Jadilah orang
siang, jadilah anak-anak terang yang belajar untuk melakukan Firman yang
diajarkan.
Kemudian, pada waktu malam hari, keluar dan bermalam di gunung yang bernama
Bukit Zaitun.
Bukankah suasana
hari-hari terakhir ini sudah berada pada puncaknya dosa, di mana suasana sudah semakin
gelap? Bahkan tahun depan, kita tidak bisa lari, kita harus menghadapi
bahwasanya dunia mengalami kegelapan. Dalam suasana gelap semacam ini, sudah sudah
seharusnya ibadah kita berada pada puncak ibadah, itulah doa penyembahan.
Kurang apa
baiknya TUHAN kepada kita? Bodoh sekali kalau kita sedih atas nasihat Firman
karena nasihat Firman ini menegur daging ini.
Dan pagi-pagi, orang banyak datang kepada-Nya di dalam Bait Allah untuk mendengarkan
Dia.
Saat fajar
menyingsing, dengan lain kata; hidup baru, itulah kehidupan yang
dengar-dengaran, ada di dalam rumah TUHAN untuk selama-lamanya. Inilah yang menjadi
milik kepunyaan TUHAN, yaitu yang berjaga-jaga, hidup dalam doa penyembahan.
Jangan ada di
antara kita yang merasa aman damai karena berkat-berkat yang diterima. Jangan
ada orang yang merasa kuat teguh berdiri, karena orang semacam ini, suatu kali
akan jatuh dalam pencobaan. Puncak pencobaan adalah antikris, dan orang yang
merasa aman damai, merasa kuat teguh berdiri, maka ia akan binasa.
Biarlah sebagai
anak terang, kegiatan kita memuncak sampai kepada doa penyembahan.
-
Anak
terang belajar untuk melakukan setiap Firman yang diajarkan.
-
Dalam
suasana malam ini, anak terang ada dalam doa penyembahan, bermalam di bukit
Zaitun.
-
Besok
pagi, ketika fajar menyingsing, anak terang yang mengalami hidup baru ada di
rumah TUHAN selama-lamanya, menjadi milik kepunyaan TUHAN.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA
SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment