IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 08 NOVEMBER 2022
KITAB KOLOSE
PASAL 4
(Seri: 7)
Subtema:
MENGUCAP
SYUKUR DALAM KRISTUS YESUS
Selamat
malam, salam sejahtera dan bahagia di dalam kita menikmati sabda Allah.
Saya
tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia, bahkan
umat ketebusan TUHAN yang senantiasa setia dan tekun untuk digembalakan oleh
GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten,
Indonesia, lewat online atau live streaming video internet Youtube,
Facebook di mana pun anda berada. Biarlah kiranya sejahtera bahagia memimpin
saudara di sana, di tengah-tengah Ibadah Doa Penyembahan yang sedang kita ikuti
malam ini.
Kita
semua adalah anggota tubuh. Walaupun terpisah oleh ruang dan waktu, dipisahkan oleh
jarak yang begitu jauh, tetapi kasih Mempelai, kasih Kristus tetap
mempersatukan kita.
Selanjutnya
kita berdoa, kita mohon kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu
meneguhkan hati kita dan membawa kita rendah di kaki salib, sujud menyembah kepada
Dia, karena doa penyembahan merupakan puncak ibadah. Dan penyembahan merupakan
penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, tidak lagi kepada
kehendak-kehendak yang lain.
Mari,
kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari KITAB KOLOSE
atau surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose. Kita masih
berada pada Kolose 4.
Kolose 4:2
(4:2) Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah
sambil mengucap syukur.
Bagian yang
harus kita perhatikan: Berjaga-jagalah
sambil mengucap syukur.
Tentang
“berjaga-jaga”, ada juga ayat yang mengatakan:
-
Matius 26:41, Berjaga-jagalah dan berdoa, tujuannya;
supaya kita jangan jatuh dalam pencobaan. Sebab roh memang penurut, tetapi
daging lemah. Oleh sebab itu, jangan ada satu pun di antara kita yang menganggap
dirinya dapat berdiri teguh, jangan ada di antara kita yang merasa diri kuat
supaya jangan jatuh dalam pencobaan-pencobaan.
-
1 Tesalonika 5:6, Berjaga-jaga dan sadar. Mengapa saat
berjaga-jaga harus disertai dengan sadar? Supaya kita jangan hidup seperti
orang malam, dengan lain kata; supaya jangan hidup dalam kegelapan. Perbuatan malam itu ialah tidur dan mabuk
anggur (hidup dalam hawa nafsu daging). Oleh sebab itu, saat berjaga-jaga, kita
juga harus sadar; jangan kita hidup dalam segala perbuatan malam. Tetapi biarlah kita disebut sebagai anak-anak
siang (orang-orang terang), berarti; tidak ada lagi dosa yang disembunyikan,
tidak hidup dalam perbuatan malam.
Hal ini hanya
sebagai penambahan saja, supaya menambah pengetahuan dan pengertian kita akan
Firman TUHAN. Kita kaya dengan Firman, berarti kaya dengan kebajikan, limpah
kasih karunia, kaya dalam segala perbuatan baik.
Malam ini, kita
hanya memperhatikan tentang: Berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. Namun, dalam
berjaga-jaga itu, penekanannya terletak pada “MENGUCAP SYUKUR”.
Mari kita
belajar untuk mengerti MENGUCAP SYUKUR, yang dihubungkan dalam 1 Tesalonika 5.
1 Tesalonika
5:18
(5:18) Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab
itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Mengucap
syukurlah dalam segala hal, berarti; dalam segala perkara, kita harus mengucap
syukur, antara lain;
-
baik
dalam duka maupun dalam suka, tetap mengucap syukur,
-
baik
dalam susah maupun dalam senang, tetap mengucap syukur,
- baik
dalam keadaan tidak punya maupun dalam keadaan punya, bahkan sampai
berkelimpahan, juga tetap mengucap syukur.
Banyak orang
Kristen mengucap syukur saat menerima berkat dan saat keberuntungan itu
berpihak kepada dia; itu tidak salah, tetapi ucapan syukur yang demikian belum
sempurna.
-
Jangan
kita mengucap syukur hanya saat suka saja; tetapi dalam duka, kita tidak
mengucap syukur.
-
Jangan
kita mengucap syukur hanya saat senang saja; tetapi dalam susah, kita tidak
mengucap syukur.
-
Jangan
kita mengucap syukur hanya saat mempunyai dalam segala kelimpahan saja; tetapi
dalam keadaan tidak punya, kita mengucap syukur.
Tetapi biarlah
kita senantiasa mengucap syukur dalam keadaan; tidak punya, maupun dalam keadaan
punya, bahkan sampai berkelimpahan pun tetap mengucap syukur.
Kemudian, saat
mengucap syukur itu bukan sekedar mengucap syukur, tetapi mengucap syukur
haruslah di dalam Kristus Yesus, Pribadi yang telah disalibkan itu, sebab
itulah yang dikehendaki Allah.
Sebaliknya,
tanpa mengucap syukur di dalam Kristus Yesus, hal itu tentu saja tidak
dikehendaki oleh Allah, karena hal itu mengandung resiko besar, resiko yang
tinggi.
RESIKO YANG PERTAMA tanpa mengucap syukur dalam Kristus Yesus: Seseorang akan mudah berputus asa dan mudah patah semangat, apabila ia di dalam duka, dalam susah dan dalam keadaan tidak punya atau dalam keadaan berbeban berat.
Oleh sebab itu,
dalam mengucap syukur, pandang saja salib di Golgota, sehingga dalam keadaan susah,
duka, dan dalam keadaan tidak punya tetap mengucap syukur, tidak putus asa.
Matius 7:26-27
(7:26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini
dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan
rumahnya di atas pasir. (7:27)
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin
melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah
kerusakannya."
Setiap orang
yang mendengar Firman dan tidak melakukannya, maka ia sama dengan orang yang
bodoh, yang mendirikan rumah di atas pasir.
Rumah yang
didirikan di atas dasar pasir, suatu kali akan rubuh. Dan kalau rumah itu
rubuh, maka hebatlah kerusakannya. Mengapa? Karena rumah itu tidak kuat
menghadapi pujian.
Adapun 3 (tiga) ujian tersebut, antara lain:
1.
Turunlah hujan → Ujian dari
atas, yakni naga merah padam dengan tipu muslihatnya. Ayat referensi: Wahyu 12:1-17.
2.
Datanglah banjir → Ujian dari
kepala ular, yakni antikris dengan kenajisan percabulannya. Dahulu, pada zaman
Nuh, banjir jahanam pernah melanda dunia ini, itu berbicara tentang kenajisan
percabulan. Apabila antikris menjadi raja atas seantero dunia, pasti dunia ini
akan dilanda banjir hebat (air yang banyak), dilanda kenajisan percabulan. Ayat
referensi: Wahyu 17, Wahyu 18, Wahyu
13:1-10.
3.
Angin melanda
rumah itu
→ Ujian dari ekor ular, yakni nabi-nabi palsu dengan angin-angin pengajaran
palsunya yang menyesatkan. Ayat referensi: Wahyu
13:11-16, 1 Timotius 4:1-3.
Rumah
yang didirikan di atas pasir, suatu kali akan rubuh dan hebatlah kerusakannya,
karena rumah itu tidak kuat menghadapi ujian.
Pasir → Manusia
daging yang hidup menurut hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat,
sama artinya; orang yang tanpa mengucap syukur dalam Kristus Yesus yang
disalibkan.
Berbeda jika
rumah dibangun di atas batu, dia akan kuat sekalipun menghadapi 3 (tiga) jenis
ujian = Mengucap syukur di dalam Kristus Yesus yang disalibkan. Jika dasarnya
korban Kristus atau Kristus yang disalibkan, pasti kuat.
Tetapi rumah
yang dibangun di atas dasar pasir tidak kuat menghadapi ujian, ia sama saja
dengan orang yang putus asa, tanpa semangat, mengapa? Karena rumah itu dibangun di atas dasar pasir, dia hanya
hidup dalam hawa nafsu dan keinginannya = Tanpa mengucap syukur dalam Kristus
Yesus. Jika demikian, rumah itu pasti rubuh, dan apabila rumah itu rubuh pasti
hebat kerusakannya; inilah gambaran orang mudah putus asa dan mudah patah
semangat saat menghadapi ujian.
Kelanjutan dari Matius 7:26-27 ada dalam Yesaya 9.
Yesaya 9:12
(9:12) Tetapi bangsa itu tidak kembali kepada Dia
yang menghajarnya, dan mereka tidak mencari TUHAN semesta alam.
Yesaya 9:12 berbicara tentang keadaan orang-orang
yang tidak menghargai dan tidak meninggikan korban Kristus (salib Kristus) =
Manusia daging yang tanpa mengucap syukur dalam Kristus Yesus.
Salib Kristus
adalah hajaran yang diizinkan terjadi oleh TUHAN, dan itu adalah didikan,
tetapi orang itu tidak mau berbalik, sebab manusia daging tidak mengerti
mengucap syukur dalam Kristus Yesus, pribadi yang disalibkan dan dikorbankan.
Yesaya 9:13-14
(9:13) Maka TUHAN mengerat dari Israel kepala
dan ekor, batang dan ranting pada satu hari juga. (9:14) Tua-tua dan orang yang terpandang, itulah kepala, dan
nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor.
Satu kali nanti,
TUHAN akan mengerat atau memotong dari Israel kepala dan ekor.
-
Tua-tua
dan orang-orang yang terpandang, disebut juga cendikiawan di dunia ini, itulah
yang nanti akan menjadi kepala dari
ular naga merah padam = Antikris
-
Nabi
yang mengajarkan dusta, itulah ekor =
Nabi-nabi palsu.
Singkat kata:
Tri Tunggal Setan itulah ...
1.
Naga.
2.
Antikris.
3.
Nabi-nabi
palsu.
Yesaya 9:15
(9:15) Sebab orang-orang yang mengendalikan bangsa ini
adalah penyesat, dan orang-orang yang dikendalikan mereka menjadi kacau.
Apabila Setan
Tri Tunggal kelak menjadi raja atas dunia, maka orang-orang yang dikendalikan
menjadi kacau = Rubuh dan hebatlah kerusakannya → Orang-orang yang putus asa
dan patah semangat.
Karena tidak
sanggup menghadapi kesulitan, akhirnya ia putus asa dan patah semangat = Rubuh.
Dan apabila rumah itu rubuh, maka
hebatlah kerusakannya. Hati-hati, jangan putus asa dan jangan patah
semangat dalam menghadapi persoalan; maka, di atas tadi kita diajar untuk mengucap
syukur di dalam segala hal. Tetapi kita pun mengucap syukur harus di dalam
Kristus Yesus, Pribadi yang disalibkan itu, sebab itulah yang dikehendaki Allah.
Kalau tidak
demikian, maka akan mengandung resiko yang sangat tinggi, yang pertama ialah
patah semangat, bagaikan rumah yang rubuh. Apabila ia rubuh, maka hebatlah kerusakannya;
itulah kehidupan yang sudah dikacaukan oleh Setan Tri Tunggal.
Baru menghadapi
situasi kondisi yang sedikit bergoncang saja sudah rubuh, patah semangat, tidak
sanggup berbuat apa-apa, menyerah kepada keadaan; menjadi bodoh karena takut
tidak makan, takut miskin, takut tidak mempunyai apa-apa, takut, takut dan takut. Itu
baru “sedikit”, lalu bagaimana bila menghadapi puncaknya nanti? Hati-hati.
Maka, kita semua
harus bangga digembalakan oleh TUHAN dalam penggembalaan ini, di mana kita diajar
untuk mengucap syukur dalam Kristus Yesus, mengucap syukur karena Yesus Kristus
yang disalibkan, karena kita diajar untuk memikul salib, supaya kita kuat,
tidak putus asa, sekalipun menghadapi kesulitan.
Banyak orang
mengucap syukur bilamana ia terberkati, bilamana keuntungan berpihak kepada
dia, tetapi bila dalam duka, dalam susah, dalam keadaan tidak punya, banyak
orang Kristen tidak tahu mengucap syukur. Itu sebabnya, kita diajar untuk
mengucap syukur dengan senantiasa mengarahkan pandangan kepada salib di Golgota.
Malam ini, kita
mendapatkan suatu pelajaran, kita diajar untuk mengucap syukur senantiasa dalam
Kristus Yesus, karena itulah yang dikehendaki Allah.
Kita
bandingkan dengan Matius 11.
Matius 11:28-29
(11:28) Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (11:29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
TUHAN Yesus
Kristus, pribadi yang disalibkan itu memberi kelegaan dan memberi jalan
keluar kepada orang yang letih lesu dan berbeban berat dan yang dihimpit
oleh kesulitan. Tetapi syaratnya: Pikullah kuk, yakni salib Kristus.
Walaupun
dihimpit kesulitan, kita akan mendapat kelegaan, akan ada jalan keluar,
syaratnya; mengucap syukur dalam Kristus Yesus, Pribadi yang disalibkan. Pikul saja
kuk, pikul saja salibmu, pasti ada jalan keluar, ada kelegaan dari kesulitan
yang menghimpit. Junjung tinggi korban Kristus, itu adalah kekuatan kita.
Matius 12:18
(12:18) "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih,
yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke
atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.
Yesus Kristus
adalah hamba Allah, Ia dipilih sebelum dunia dijadikan. Kemudian, Ia diutus ke
dalam dunia ini untuk memaklumkan, untuk menyatakan hukum Allah, untuk
menyampaikan Firman Allah kepada semua bangsa di bumi; itulah tugas dari
seorang hamba.
Sebetulnya, dari
sini kita sudah melihat ada tanda-tanda bahwasanya seorang hamba TUHAN di dalam
pengutusannya haruslah menyangkal dirinya dan memikul salibnya. Tetapi tanda
itu akan semakin nampak dan jelas pada Matius
12:19.
Matius 12:19
(12:19) Ia tidak akan berbantah dan tidak
akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di
jalan-jalan.
Di tengah-tengah
pengutusan seorang hamba yang diurapi, di sini dikatakan:
-
Ia
tidak berbantah.
-
Ia
tidak berteriak saat menyangkal diri dan memikul salibnya.
-
Dan
orang tidak akan mendengar suara dagingnya di jalan-jalan TUHAN.
Singkat kata: Hamba TUHAN di tengah-tengah pengutusannya, tujuannya hanyalah untuk melakukan kehendak Allah, yakni menyangkal diri dan memikul salibnya.
Saat
dipercayakan suatu tugas, jangan berbantah-bantah, jangan berteriak, dan daging
jangan bersuara; itulah pribadi Yesus yang disalibkan itu.
Mari
kita lihat; kalau rumah dibangun di atas dasar batu, dengan lain kata; mengucap
syukur dalam pribadi Yesus Kristus yang disalibkan itu, pada ayat 20.
Matius 12:20
(12:20) Buluh yang patah terkulai tidak akan
diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya,
sampai Ia menjadikan hukum itu menang.
Di sini
dikatakan:
-
Buluh
yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya.
-
Sumbu
yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya.
Artinya; Orang
yang senantiasa mengucap syukur di dalam pribadi Yesus Kristus yang disalibkan
itu …
-
Tidak
mudah putus asa.
-
Tidak
akan patah semangatnya.
Singkat kata: Saat
menghadapi 3 (tiga) jenis ujian, rumah itu tidak akan rubuh; dia tetap kuat.
Dasar dari
pengajaran Firman yang disampaikan oleh seorang hamba TUHAN yang diutus oleh
TUHAN adalah salib di Golgota, sehingga ketika ia membangun dengan dasar korban
Kristus, maka ia kuat menghadapi ujian. Senantiasa mengucap syukur dalam Kristus
Yesus yang disalibkan itu, maka tidak mudah putus asa, tidak mudah patah
semangat = Tetap kuat walaupun dihimpit banyak kesulitan, dalam keadaan duka, dalam
keadaan susah, dan dalam keadaan tidak punya.
Oleh sebab itu, tetaplah mengucap syukur, tetapi harus di dalam Kristus Yesus, sebab itulah yang dikehendaki Allah. Jika mengucap syukur tanpa di dalam Kristus Yesus, itu tidak dikehendaki Allah, mengapa? Karena mengandung resiko yang sangat tinggi.
Dalam Habakuk 3:17-18 dikatakan: Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon
anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang
tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak
ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN,
beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
Sekalipun tidak
mempunyai apa-apa, bahkan sampai berada pada titik nol, namun tetap bersukacita,
tetap beria-ria dalam Kristus Yesus, sebab salib di Golgota adalah jalan
keselamatan dan hidup kekal. Oleh sebab itu, biarlah kita tetap mengucap syukur
dalam pribadi Yesus yang disalibkan, sebab itulah yang dikehendaki Allah;
jangan malah putus asa dan kecewa.
Marilah
kita ikuti terus pemberitaan Firman ini supaya nanti kita hancur di kaki salib
saat menyembah Dia. Bukankah itu yang kita tunggu-tunggu? Kalau beribadah namun
kering-kering, apa yang didapat di situ? Tidak ada.
Itu
sebabnya, Mazmur 56:9 mengatakan:
Sengsaraku Engkaulah yang
menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Air mata kita
ada di hati TUHAN; oleh sebab itu, jangan kering-kering dalam beribadah, tetapi
persiapkanlah diri di dalam beribadah kepada TUHAN.
RESIKO YANG KEDUA tanpa mengucap syukur dalam
Kristus Yesus: Seseorang akan menjadi
angkuh, sombong, tinggi hati, apabila ia dalam suka, dalam senang dan dalam
keadaan mempunyai dengan limpah.
1 Timotius 6:17
(6:17) Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini
agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu
yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam
kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.
Orang yang
senantiasa mengucap syukur dalam Kristus Yesus, sekalipun ia dalam suka, dalam
senang dan dalam keadaan mempunyai, ia tidak akan tinggi hati, ia tidak akan
menjadi sombong, ia tidak akan pernah menjadi angkuh.
Sekarang, bandingkan
dengan orang yang dalam keadaan suka, senang, dan dalam keadaan limpah, namun tidak
mengucap syukur dalam Kristus Yesus.
Mazmur 10:2-3
(10:2) Karena congkak orang fasik giat memburu
orang yang tertindas; mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka
rancangkan. (10:3) Karena orang
fasik memuji-muji keinginan hatinya, dan orang yang loba mengutuki dan
menista TUHAN.
Orang fasik
disebut juga dengan orang yang loba, berarti; cinta uang, serakah, tamak dan
menginginkan kekayaan.
Orang yang
semacam ini akan mengutuki TUHAN dan menista TUHAN, sama saja dengan; tanpa
mengucap syukur dalam Kristus Yesus, akhirnya menjadi sombong, angkuh dan
tinggi hati.
Kaya tanpa
mengucap syukur, maka menjadi congkak; itulah orang fasik. Itu sebabnya,
haruslah kita mengucap syukur dalam segala hal;
-
baik
dalam duka maupun dalam suka,
-
baik
dalam susah maupun dalam senang,
-
baik
dalam keadaan tidak punya maupun dalam keadaan punya, bahkan berlimpah-limpah.
Jika sudah
diberi umur panjang, biarlah kita mengucap syukur. Jika sudah diberi nafas hidup,
diberi kesehatan, biarlah kita mengucap syukur. Walaupun keadaan atau keuangan
pas-pasan, kita harus tetap mengucap syukur.
Itulah sebabnya
lebih baik satu hari dalam rumah TUHAN dari pada beribu-ribu kali bekerja untuk
menghasilkan uang, beribu-ribu kali mengusahakan usahanya untuk menghasilkan
uang, beribu-ribu kali berbisnis dan menghasilkan uang banyak di tempat lain, tetapi
menjadikan orang itu menjadi fasik. Itulah sebabnya lebih baik satu hari dalam rumah
TUHAN dan senantiasa mengucap syukur dalam segala perkara di dalam Kristus Yesus,
sebab itulah yang dikehendaki Allah.
Diberi umur
panjang, diberi nafas kehidupan, diberi kesehatan, itu sudah lebih dari syukur.
Untuk apa dalam kelimpahan, namun mengalami sakit penyakit, itu tidak ada
artinya. Jangan sampai sakit dulu karena sudah terlalu lelah bekerja di luar
sana, baru tahu mengucap syukur.
Singkatnya: Tanpa
ucapan syukur, maka orang fasik menjadi angkuh, congkak, tinggi hati.
Amsal 16:18
(16:18) Kecongkakan mendahului kehancuran,
dan tinggi hati mendahului kejatuhan.
Kehancuran
didahului oleh kecongkakan; demikian juga, kejatuhan didahului oleh ketinggian
hati.
Lihat: Orang
congkak pasti suatu kali akan hancur dan orang tinggi hati suatu kali pasti
akan jatuh
Oleh sebab itu,
tetaplah mengucap syukur. Jangan merasa terpelihara karena diberkati, karena
gaji, karena pekerjaan; hati-hati, itu adalah kecongkakan, itu adalah
kesombongan, awal dari kejatuhan dan kehancuran.
Baik antikris,
maupun dunia, juga orang-orang yang dikendalikan, kelak akan kacau, rubuh; dan
apabila rubuh, maka hebatlah kerusakannya.
Hati-hati,
jangan lupa dengan yang sudah memberikan segala sesuatu. Jangan sombong, sebab itu
adalah awal dari kehancuran. Kalau sudah diberi kesehatan, umur panjang,
pekerjaan, hati-hati, jangan lupa TUHAN.
Biarlah kita
sekaliannya saling mendoakan. Doakan seisi rumah; yang nampaknya sudah terlihat
dengan kesombongan ini, lupa dengan sang Khalik yang sudah mengaruniakan segala
sesuatu, ini adalah awal dari kejatuhan, awal dari kehancuran.
Untuk lebih
meyakinkan lagi, kita perhatikan Amsal 18.
Amsal 18:12
(18:12) Tinggi hati mendahului kehancuran,
tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.
Tinggi hati
mendahului kehancuran, sebaliknya kerendahan di hati mendahului kehormatan.
Pilih mana;
kehancuran atau kehormatan? Kalau tidak mau hancur, maka jangan sombong, jangan
lupa TUHAN; tetap satu hari di rumah TUHAN.
Kalau mau
dihormati, maka rendah hati di rumah TUHAN, berarti; sangkal diri dan pikul
salib, itulah orang yang beribadah kepada TUHAN. Jadi, awal dari penghormatan itu
adalah sangkal diri dan pikul salib, maka suatu kali akan dipermuliakan.
Percayalah
kepada Firman, jangan percaya kepada pikiran perasaan manusia daging. Perkara daging
sifatnya sementara saja, jangan kita bodoh dan jangan kita mau ditipu.
Mazmur 10:2
(10:2) Karena congkak orang fasik giat memburu orang yang
tertindas; mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka
rancangkan.
Orang congkak, angkuh, terjebak dalam tipu daya yang mereka rancangkan.
Karena congkak
orang fasik giat memburu orang yang tertindas, tetapi mereka sendiri nanti terjebak
dalam tipu daya yang mereka rancangkan itu.
Suatu kali nanti antikris akan menjadi raja memerintah atas seantero dunia, menjalankan
kekuasaan dengan kekerasan, banyak orang akan tertindas hanya karena soal uang,
yang membuat mereka lupa TUHAN dan sombong. Tetapi ingat; kesombongan semacam ini
adalah awal dari kejatuhan, karena pada akhirnya, mereka terjebak dalam tipu
daya yang mereka rancangkan.
Jadi, sudah jelas:
Kesombongan, keangkuhan, tinggi hati adalah awal dari kejatuhan, awal dari
kehancuran.
Oleh sebab itu, jangan
lupa TUHAN. Jangan seperti antikris yang lupa TUHAN karena loba. Jangan lupa
Sang Pencipta yang memberi nafas hidup, kesehatan, yang memberi pekerjaan;
jangan sombong, itu adalah awal dari kejatuhan.
Sebelum jatuh,
dia sudah jatuh. Kalau tidak cepat-cepat bertobat dari kesombongan, akhirnya
langsung terealisasi kejatuhan itu. Itu sebabnya di atas tadi saya katakan:
Resikonya tinggi bila tanpa mengucap syukur dalam Kristus Yesus.
Antikris congkak,
fasik hanya karena uang; mereka loba. Lalu, mereka pun memburu orang yang
tertindas. Tetapi lihatlah; mereka sendiri terjebak dalam tipu daya yang mereka
rancangkan. Mereka membuat suatu skenario tetapi mereka sendiri terjebak dalam
skenario itu. Ayat referensi: Yesaya
11:4, 2 Tesalonika 2:8, Daniel 9:27.
Mereka terjebak
sendiri dalam rancangan itu, maka jelas; kesombongan adalah awal dari
kejatuhan.
Mau tidak mau,
kita harus mengucap syukur dalam Kristus Yesus, dalam Pribadi yang disalibkan
itu. Tinggikan saja salibnya sebagai awal dihormati dan dipermuliakan.
Sebelum Daud
duduk di atas takhta dan berada di istana, dia sudah diurapi menjadi raja,
walaupun Saul masih menjadi raja. Kalau kita tetap setia dan tekun sangkal
diri dan pikul salib, mengucap syukur dalam Kristus Yesus, maka suatu kali
nanti dia akan duduk menjadi raja menggantikan Saul sebelum lengser. Jadi,
sebelum Daud menjadi raja, dia sudah menjadi raja, tetapi dia tetap
menggembalakan dua tiga ekor kambing domba ayahnya, Isai.
Orang yang
menyangkal diri dan memikul salib adalah awal dihormati dan dipermuliakan.
Sebaliknya, kesombongan adalah awal dari kejatuhan dan kehancuran. Jadi, jangan
lupa TUHAN hanya karena uang, sebab itu adalah awal dari kejatuhan.
Tetap
saja sangkal diri dan pikul salib dalam penggembalaan ini. Tetaplah mengucap
syukur dalam segala hal, dalam Kristus Yesus, itu yang dikehendaki Allah;
percayalah dengan Firman, jangan percaya dengan pengertian manusia. Dengan
percaya kepada Firman, maka itulah yang menyehatkanmu dan menyembuhkanmu.
Sebagaimana
dalam Amsal 3:7-8, Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak,
takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan, jangan sombong, ingat TUHAN; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan
menyegarkan tulang-tulangmu, sehingga tidak takut dan tidak kuatir.
Bersandarlah kepada
TUHAN, pasti tidak kuatir. Bersandarlah kepada Firman.
Roma 7:25
(7:25) Syukur kepada Allah! oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita.
Harus ada ucapan
syukur, yaitu mengucap syukur dalam Kristus Yesus, Pribadi yang disalibkan itu.
Roma 7:26
(7:26) Jadi dengan akal budiku aku melayani
hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.
Kehidupan yang
sudah mengucap syukur dalam Kristus Yesus, Pribadi yang disalibkan itu, maka;
-
Akal budi
(manusia dalam) melayani hukum Allah. Manusia batin melayani TUHAN karena
Firman sudah mendapat tempat di dalam hati
-
Tubuh jasmani
melayani hukum dosa (hukum Taurat). Yesus dengan tubuh-Nya mengeksekusi 10
(sepuluh) hukum Taurat; satu per satu selesai digenapi.
Itulah kehidupan
yang senantiasa mengucap syukur dalam Kristus Yesus yang disalibkan itu.
Kalau Firman itu
telah berkuasa di dalam loh daging, di hati kita, di akal budi kita, maka kita
pasti berjuang menghadapi hukum dosa, berjuang terhadap hukum Taurat. Mengapa? Karena kita mengucap syukur
dalam Kristus Yesus.
Seperti Yesus
berjuang di atas kayu salib untuk mengeksekusi 10 (sepuluh) hukum; demikian
juga kita sedang berjuang sangkal diri pikul salib. Inilah orang yang mengucap
syukur dalam Kristus Yesus.
Biarlah kita
melayani TUHAN karena hati sudah menjadi tempatnya Firman. Biarlah kita juga
berjuang menyangkal diri dan memikul salib, seperti Yesus sudah mempersembahkan
tubuh-Nya sehingga 10 (sepuluh) hukum tereksekusi.
Kalau
kita perhatikan kembali Roma 7,
dengan perikop: “Perjuangan hukum Taurat
dan dosa”
Roma 7:14
(7:14) Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani,
tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.
Walaupun hukum
Taurat itu rohani, tetapi kalau seseorang masih hidup menurut hawa nafsu
keinginan daging dan berada di bawah hukum Taurat, pasti manusia semacam ini
terjual di bawah kuasa dosa = Menjadi hamba dosa.
Roma 7:22-23
(7:22) Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum
Allah, (7:23) tetapi di dalam
anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal
budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam
anggota-anggota tubuhku.
Hati ini ingin
melakukan yang baik, tetapi kenyataannya; tubuh ini berbuat dosa. Oleh sebab
itu, jangan lupa mengucap syukur dalam segala perkara di dalam Kristus Yesus; inilah
yang dikehendaki Allah, supaya kita melayani TUHAN dengan manusia batin dan
tubuh jasmani tetap sangkal diri memikul salib, maka pasti berkemenangan.
Inilah hebatnya
mengucap syukur. Jadi, jangan kita pikir bahwa mengucap syukur itu hanya sepele
saja. Ucapan memang sepele, tetapi setelah diterangkan dan kita mendapat sebuah
pemahaman yang begitu agung dan mulia, barulah kita mengerti kuasa dari ucapan
syukur yang begitu luar biasa.
1 Korintus 15:57
(15:57) Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan
kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
Dahulu kita terjual
menjadi hamba dosa, tetapi oleh karena Yesus telah mati dan kita mengucap
syukur dalam pribadi Yesus Kristus yang mati di kayu salib, di mana Dia sudah
mengeksekusi hukum Taurat dengan mempersembahkan tubuh-Nya, maka kita
berkemenangan.
1 Korintus
15:54-55
(15:54) Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang
tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati,
maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan
dalam kemenangan. (15:55) Hai
maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
Oleh perjuangan
Yesus dengan mempersembahkan tubuh-Nya di atas kayu salib, kita berkemenangan
dan maut telah dikalahkan. Oleh sengsara dan kematian Yesus di atas kayu salib,
kemudian bangkit pada hari ketiga, kita berkemenangan, sebab maut telah
dikalahkan.
2 Korintus 9:11
(9:11) kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan
hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.
Kematian Yesus
di atas kayu salib, itu adalah kemurahan hati TUHAN, itu adalah kasih karunia.
Lalu kasih karunia itu membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami. Jadi,
mengucap syukurlah dalam Kristus Yesus yang disalibkan itu.
2 Korintus 9:15
(9:15) Syukur kepada Allah karena karunia-Nya
yang tak terkatakan itu!
Syukur kepada
Allah karena Yesus telah mati dan bangkit, itu adalah kasih karunia yang tak
terkatakan; itulah yang memberi kemenangan kepada kita.
1 Timotius 1:12
(1:12) Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan
aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan
mempercayakan pelayanan ini kepadaku --
Dengan mengucap
syukur dalam segala hal dalam Kristus Yesus yang mati dan bangkit, itulah yang
menguatkan kita semua. Oleh sebab itu, setialah sampai kesudahan dunia ini,
maka kita pasti berkemenangan, karena kita selalu mengucap syukur dalam segala
hal dalam Kristus Yesus, Pribadi yang disalibkan itu.
Mazmur 50:14
(50:14) Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada
Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi!
Biarlah kiranya
kita senantiasa mengucap syukur dalam Kristus Yesus yang disalibkan itu. Dan sampai
pada akhirnya, syukur kita kepada TUHAN bagaikan asap dupa kemenyan yang berbau
harum, yang naik di hadirat TUHAN.
Lihat: Ketika
syukur bagaikan doa penyembahan, di situlah kita mendapat dua sayap burung
nazar yang besar dari TUHAN.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment