IBADAH RAYA MINGGU, 03 NOVEMBER
2013
Tema: JEMAAT
DI TIATIRA (Wahyu 2: 18-29)
(Seri
03)
Subtema: KAKI-NYA
BAGAIKAN TEMBAGA
Shalom!
Selamat
malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh
karena kemurahan-Nya kita dapat beribadah melayani di tempat yang Tuhan pilih,
sekaligus mempersembahkan korban kepada Tuhan. Sungguh, ini adalah kemurahan
Tuhan bagi kita semua.
Bairlah
kiranya dua tangan Tuhan menyentuh setiap hati kita pada malam hari ini, kita
boleh menikmati janji-janji Tuhan sampai janji-Nya itu tergenapi, janji-Nya itu
memulihkan kita semuanya, di atas segalanya nama Tuhan ditegakkan.
Kita
kembali memperhatikan sidang jemaat di Tiatira dari kitab Wahyu 2: 18-29, namun
terlebih dahulu kita memperhatikan ayat 18.
Wahyu
2: 18-20
(2:18) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira:
Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan
kaki-Nya bagaikan tembaga:
(2:19) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu
maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu
yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.
(2:20) Tetapi Aku
mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut
dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah
dan makan persembahan-persembahan berhala.
Saya akan
sedikit mengulangi ayat 18-20;
Yesus tampil
sebagai Anak Allah “yang mata-Nya
bagaikan nyala api” dan “kaki-Nya
bagaikan tembaga.”
Keterangan: “YANG
MATANYA BAGAIKAN NYALA API”
Tujuannya;
untuk menyelidiki, mengoreksi, sampai menyucikan dosa sidang jemaat di Tiatira.
Itu sebabnya
pada ayat 19, Tuhan berkata: “Aku tahu”
sebanyak dua kali.
- YANG PERTAMA: Aku tahu
segala pekerjaanmu
Tuhan
tahu apa yang dikerjakan oleh sidang jemaat di Tiatira, itu sebabnya pada ayat
23 dikatakan: “Akulah yang menguji batin
dan hati orang”
Adapun
pekerjaan yang dimaksud di sini;
·
baik kasihmu maupun imanmu.
Kasih
itu diawali dengan iman, sedangkan iman itu harus disertai dengan tindakan / perbuatan,
inilah pekerjaan.
·
baik
pelayananmu maupun ketekunanmu
Pelayanan
itupun harus disertai ketekunan. Tanpa ketekunan, seorang pelayan tidak bisa
melayani Tuhan, dan tanpa ketekunan, seorang sidang jemaat tidak bisa beribadah
kepada Tuhan, sesuai dengan Ibrani 10.
- YANG KEDUA: Aku tahu,
bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama
Ini
menunjuk kepada kualitas rohani. Kalau kualitas rohani semakin hari semakin
naik / semakin berkualitas, maka pekerjaan yang terakhir akan lebih banyak dari
pekerjaan yang pertama, sebab tidak mungkin kerohanian yang masih kanak-kanak
dapat mengerjakan pekerjaan yang banyak.
Kemudian, pada
ayat 20, Tuhan berkata: “... Aku
mencela engkau ...”
Berarti Tuhan
melihat kekurangan dari sidang jemaat di
Tiatira. Cacat cela merupakan kekurangan, kelemahan.
Adapun cacat
cela dari sidang jemaat di Tiatira; MEMBIARKAN WANITA IZEBEL MENGAJAR dan MENYESATKAN
SIDANG JEMAAT DI TIATIRA.
Dengan jelas
dalam 1 Timotius, Tuhan melarang wanita memerintah dan mengajar laki-laki
(kepala / suami) dalam setiap pertemuan ibadah. Kemudian dalam ayat itu juga
dikatakan; “Seharusnyalah perempuan
berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh”.
Biarlah kiranya
kita semua menerima ajaran dengan patuh. Kalau tidak menerima ajaran dengan
patuh, maka akan menerima konsekuensinya.
Saudara,
peganglah ini: kalau saudara menghargai seorang nabi, maka memperoleh upah
nabi. Biarlah kita menempatkan posisi kita di hadapan Tuhan, sesuai dengan
tatanan yang Tuhan tentukan.
Biarlah keberadaan
kita sekaliannya saat beribadah melayani di rumah Tuhan (gereja) seperti
malaikat, juga di luar ibadah pelayanan (gereja) keberadaan kita seperti
malaikat, artinya; tidak ada rasa terhadap pengaruh-pengaruh yang tidak suci.
Kita adalah tubuh
Kristus, hendaknya kita menerima ajaran dengan patuh, sebab Dialah Kepala,
Dialah Mempelai Pria Sorga.
Akibat menerima
ajaran-ajaran Izebel.
YANG PERTAMA: HAMBA-HAMBA TUHAN DI TIATIRA BERBUAT ZINAH.
Kalau kita
telusuri kisahnya dalam kitab Raja-Raja; Ahab, raja Israel, dan 450 nabi-nabi, akhirnya
menyembah berhala, menyembah Baal, allah dari Izebel, karena perzinahan = menduakan
hati Tuhan.
Kalau menduakan
hati Tuhan lalu beralih kepada berhala-berhala, itu merupakan perzinahan.
Kemudian lebih
dari pada itu, Ahab juga mendirikan patung Asyera, dan 400 nabi-nabi bagi
patung Asyera, juga mendirikan mezbah untuk Baal. Mezbah adalah tempat untuk korban
persembahan.
Kita seringkali
berkorban untuk berhala-berhala. Berhala
adalah segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan.
Kalau untuk berhala kita
mempersembahkan segala korban, mengapa untuk Tuhan kita tidak bisa
mempersembahkan segala korban, mengapa kita tidak mendirikan mezbah dan
sekaligus menaruh korban di atasnya?
Oleh
karena menuntut ilmu, banyak orang mengorbankan diri dan berjuang. Saudaraku,
menuntut ilmu tidaklah salah, tetapi kalau memang kita menyembah Allah yang
hidup (Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub), seharusnya kita juga
mempersembahkan korban kepada Allah, mulai dari korban bakaran, korban
sembelihan, korban sajian, dan mempersembahkan
korban-korban yang lain.
Tetapi gereja
Tuhan di hari-hari terakhir ini tidak menyadari hal itu; banyak gereja Tuhan
yang berkorban untuk hal-hal lahiriah, tetapi dia tidak tidak mempersembahkan korban
untuk Tuhan.
Itu sebabnya
pada kitab Raja-Raja dikatakan; perbuatan Raja Ahab lebih jahat dari perbuatan
raja-raja yang mendahului dia.
Akibat menerima
ajaran-ajaran Izebel.
YANG KEDUA: HAMBA-HAMBA TUHAN MAKAN
PERSEMBAHAN-PERSEMBAHAN BERHALA.
Firman Allah
adalah makanan rohani kita, tetapi kalau menikmati makanan yang dipersembahkan
kepada berhala, itu bukanlah kebenaran.
Kebenaran itu
adalah firman Allah, dan firman Allah itu adalah makanan rohani kita, sedangkan
berhala adalah segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan.
Tidak ada kebenaran
yang berasal dari berhala, tetapi banyak orang menikmati makanan (kebenaran)
dari berhala-berhala. Ingat; kebenaran tidak pernah berasal dari berhala.
Itu sebabnya
dalam injil Matius 25, hamba-hamba yang mengerjakan talenta yang dipercayakan oleh
tuannya turut dan masuk di dalam kebahagiaan tuannya.
Malam ini Tuhan
undang kita masuk untuk menikmati perjamuan, itulah firman Allah sebagai
makanan rohani, di mana di dalamnya terdapat kebenaran.
Cara wanita
Izebel mengajar dan menyesatkan:
Wahyu
2: 20
(2:20) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah,
mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan
persembahan-persembahan berhala.
Wanita
Izebel menyebut dirinya nabiah, mengaku bahwa dirinya adalah seorang nabi.
Saudaraku,
di hari-hari terakhir ini, banyak orang mengaku dirinya nabi, banyak orang
mengaku dirinya mesias, tetapi dalam hal ini kita harus peka. Jangan setiap
kali ada ajaran baru diterima begitu saja.
Berapa
banyak ajaran yang masuk ke Indonesia ini, mulai dari ketawa dalam roh,
muntah-muntah, rubuh-rubuh, dan masih banyak lagi, tetapi semua ajaran itu
tidak bertahan lama.
Di
sini kita harus melihat, sekalipun ia mengaku nabi, tetapi uji rohnya lewat
pelayanan, jangan asal terima begitu saja.
Oleh karena perbuatan
dari pada wanita Izebel ini, maka 450 nabi-nabi Baal dan 400 nabi-nabi Asyera
berbuat zinah dan makan persembahan berhala, sehingga membuat sakit hati Tuhan.
Wahyu 2: 21
(2:21) Dan Aku telah
memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya.
Di sini kita
melihat bahwa Tuhan telah memberikan kesempatan kepada perempuan Izebel supaya
ia segera bertobat.
Bertobat itu;
berhenti berbuat dosa dan jangan mengulanginya lagi.
Sehingga ...
Wahyu 2: 22
(2:22) Lihatlah, Aku akan melemparkan
dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia
akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar,
jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu.
Kalau tidak
bertobat, tidak mau menggunakan kesempatan / kemurahan hati Tuhan, maka bagi mereka
yang berbuat zinah dengan wanita Izebel, akan DILEMPARKAN KE DALAM KESUKARAN
YANG BESAR.
Segala sesuatu
yang tidak baik, segala sesuatu yang tidak benar, segala sesuatu yang tidak
suci akan menghasilkan / berujung pada kepahitan / kesukaran.
Kesukaran yang
terjadi adalah hasil dari perbuatan yang tidak baik.
Untuk Izebel,
kalau ia tidak bertobat, maka Tuhan akan MELEMPARKAN DIA KE ATAS RANJANG ORANG
SAKIT.
Ranjang =
tempat tidur, arti rohaninya; hanyut dan tenggelam di dalam kasih Allah, lewat doa
penyembahan.
Kalau seseorang
menyembah Allah, maka sudah pasti ia hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah.
Dalam ejaan
lama, tempat tidur adalah “peraduan”.
Memang kalau
kita menyembah kepada Allah itu artinya kita sedang mengadu kepada Allah atau
berada di dalam kasih Allah.
Tetapi di sini
kita perhatikan, wanita Izebel dilemparkan ke atas RANJANG ORANG SAKIT.
Berarti; ia
tidak dapat menikmati kasih Allah, selain penderitaan oleh karena
persundalannya, sama halnya dengan perempuan Babel yang menunggangi seekor binatang,
pada akhirnya ia akan ditinggalkan dan dirubuhkan, sehingga menjadi sunyi sepi.
Tuhan
memberikan kesempatan untuk bertobat, tetapi wanita Izebel dan hamba-hamba
Tuhan yang berbuat zinah dengan dia tidak juga bertobat.
Sehingga ...
Wahyu 2: 18
(2:18) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di
Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga:
Yesus tampil
sebagai Anak Allah, mata-Nya bagaikan nyala api, dan kakinya bagaikan tembaga.
Keterangan: “YANG
KAKI-NYA BAGAIKAN TEMBAGA”
Tembaga à penghukuman, artinya; setiap orang yang melakukan dosa
dan orang yang tidak mau bertobat akan dihukum.
Kalau
kita kaitkan dengan pola Tabernakel, segala perkakas dan peralatan yang digunakan
dari tembaga.
YANG PERTAMA: MEZBAH KORBAN BAKARAN.
Mezbah korban
bakaran terbuat dari kayu penaga. Kemudian, kayu penaga ini disalut dengan
tembaga, luar maupun dalamnya.
Keluaran 27: 1
(27:1) "Haruslah engkau membuat mezbah dari kayu penaga, lima hasta panjangnya dan lima
hasta lebarnya, sehingga mezbah itu empat persegi, tetapi tiga hasta tingginya.
Mezbah korban
bakaran terbuat dari kayu penaga, warnanya coklat kehitam-hitaman.
Kayu penaga à manusia daging yang penuh dengan kelemahan (dosa),
sedangkan warnanya menggambarkan dosa manusia. Kemudian, kayu penaga itu keras à kekerasan hati manusia.
Bilangan 16: 39
(16:39) Maka imam Eleazar mengambil perbaraan-perbaraan tembaga yang telah dibawa oleh orang-orang
yang terbakar itu, lalu ditempa menjadi salut mezbah.
Mezbah korban
bakaran harus disalut dari tembaga bagian luar maupun dalam, termasuk seluruh
perkakas yang berkaitan dengan mezbah korban bakaran.
Mezbah korban
bakaran à salib, dan yang menjadi korban-Nya adalah Kristus.
Berarti, kayu penaga
yang telah disalut dengan tembaga, baik luar maupun dalamnya, menunjukkan bahwa
Yesus telah menerima penghukuman karena
dosa manusia.
Yesaya 53: 7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas
dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;
seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia
tidak membuka mulutnya.
Yesus menjadi
korban sembelihan, Dialah Anak Domba Allah yang dikorbankan di atas kayu salib.
Yesaya 53: 5-6
(53:5) Tetapi dia
tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia
diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran
yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
(53:6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing
kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya
kejahatan kita sekalian.
Yesus menerima
hukuman di atas kayu salib karena dosa manusia.
-
Dia tertikam
oleh karena pemberontakan kita,
-
Dia diremukkan
oleh karena kejahatan kita,
-
ganjaran yang
mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya,
-
dan tidak
berhenti sampai di situ, bilur-bilur pada sekujur tubuh Yesus menyembuhkan yang
sakit.
Kalau
kita kaitkan dengan pola Tabernakel, segala perkakas dan peralatan yang digunakan
dari tembaga.
YANG KEDUA: KOLAM PEMBASUHAN.
Bejana pembasuhan
ini semuanya murni terbuat dari tembaga.
Keluaran 30: 18
(30:18) "Haruslah engkau membuat bejana dan juga
alasnya dari tembaga, untuk pembasuhan, dan kautempatkanlah itu antara Kemah
Pertemuan dan mezbah, dan kautaruhlah air ke dalamnya.
Keluaran 38: 8
(38:8) Dibuatnyalah bejana pembasuhan dan juga alasnya
dari tembaga, dari cermin-cermin para pelayan perempuan yang melayani di depan
pintu Kemah Pertemuan.
Bejana
pembasuhan maupun alasnya terbuat dari tembaga.
Sebelum
imam-imam masuk ke dalam ruangan suci terlebih dahulu kaki dan tangan mereka
dibasuh dalam kolam / bejana pembasuhan supaya mereka layak di hadapan Tuhan.
Bejanan
pembasuhan à baptisan air, berarti; satu di dalam kematian dan kebangkitan
Kristus.
-
Kuasa kematian
Yesus; mengubur hidup yang lama.
-
Kuasa
kebangkitan Yesus; hidup dalam hidup yang baru.
Jadi kesimpulannya;
Mezbah korban bakaran
yang disalut dengan tembaga dan bejana pembasuhan terbuat dari tembaga,
artinya; Yesus rela menerima penghukuman karena dosa manusia, Ia rela menderita
bahkan mati di atas kayu salib.
Tentu kita
bersyukur, karena ganjaran yang mendatangkan keselamatan ditimpakan kepada
Yesus.
Biarlah kiranya
pertobatan itu nyata dalam kehidupan kita, bagaikan dua tangan, dua kaki yang
terpaku, tidak dapat lagi melakukan dosa. Itu adalah tanda pertobatan, dan dari
sanalah darah mengalir.
Kalau
kita kaitkan dengan pola Tabernakel, segala perkakas dan peralatan yang
digunakan dari tembaga.
YANG KETIGA: PAKU / PATOK.
Keluaran 27: 19
(27:19) Adapun segala perabotan untuk seluruh
perlengkapan Kemah Suci, dan juga segala patoknya dan segala patok pelataran: semuanya harus dari tembaga."
Keluaran 38: 30
(38:30) Dari padanya dibuatnyalah alas-alas pintu Kemah
Pertemuan, dan mezbah tembaga dengan kisi-kisi tembaganya, segala perkakas
mezbah itu,
Segala patok
kemah suci, sekelilingnya berasal dari tembaga, dan patok itu telah digunakan untuk
memakukan dua tangan dan dua kaki Yesus Kristus.
Tuhan menerima
penghukuman karena dosa manusia. Tetapi kalau tidak mau bertobat juga, tentu
itu sangat disayangkan. Sesungguhnya Tuhan sudah memberi kesempatan kepada
Izebel dan kepada mereka yang menerima ajaran Izebel supaya bertobat.
Kalau tidak
menggunakan kesempatan yang Tuhan berikan, maka Tuhan akan menghukum, sebab
kaki-Nya bagaikan tembaga, dan kaki Yesus pernah menghukum, tumit-Nya pernah
menginjak-injak / meremukkan kepala ular, sesuai dengan 1 Korintus 15: 25-27, “Karena Ia harus memegang pemerintahan
sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah
maut. Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya ...”
Orang yang
tidak mau bertobat adalah gambaran dari iblis setan, yang diinjak oleh kaki
Yesus.
Sekarang kita
melihat; KEMURAHAN HATI TUHAN
Bilangan 21:
4-6
(21:4) Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan
ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat
lagi menahan hati di tengah jalan.
(21:5) Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa:
"Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang
gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan
hambar ini kami telah muak."
(21:6) Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara
bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati.
Kalau seseorang
tidak mau juga bertobat, maka ia digambarkan seperti iblis setan.
Gambaran dari
iblis setan adalah mereka yang dipagut oleh ular, yang sudah pasti binasa.
Bilangan 21: 7-9
(21:7) Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan
berkata: "Kami telah berdosa, sebab
kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya
dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa
itu.
(21:8) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah
ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang
terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup."
(21:9) Lalu Musa membuat ular
tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang;
maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu,
tetaplah ia hidup.
Orang yang
bertobat adalah orang yang mau memandang salib Kristus, meninggikan salib
Kristus.
Ular tembaga à salib Kristus.
Itu sebabnya
apabila orang-orang yang dipagut ular itu segera mengaku dosanya dan
selanjutnya memandang kepada ular tembaga yang ditaruh pada sebuah tiang, maka
ia tetaplah hidup.
Dipagut ular,
berarti; telah dikuasai oleh dosa, yaitu dosa kejahatan dan dosa kenajisan.
Biarlah kiranya
kita sekalian memandang salib Kristus, jangan suka bermegah dan meninggikan diri,
bukankah kita semua telah dipagut oleh ular, artinya telah dikuasai roh jahat
dan roh najis?
Mari kita lihat
lebih jauh ...
Yohanes 3: 14-15
(3:14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
(3:15) supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Kalau kita
memandang salib Kristus, berarti meninggikan korban Kristus.
Kalau kita
selalu meninggikan korban Kristus, maka ia akan memperoleh hidup yang kekal,
tidak binasa.
Memang setiap
orang harus meninggikan korban Kristus, itu adalah kebenaran yang sejati.
Kalau kita
perhatikan kembali dalam kitab Raja-Raja ...
1 Raja-Raja 9:
8, 10, 24-25, 33
(9:8) Dan segenap keluarga Ahab akan binasa; dan Aku akan
melenyapkan dari pada Ahab setiap orang laki-laki, baik yang tinggi maupun yang
rendah kedudukannya di Israel.
(9:10) Izebel akan dimakan anjing di kebun di luar
Yizreel dengan tidak ada orang yang menguburkannya." Kemudian nabi itu
membuka pintu, lalu lari.
(9:24) Tetapi Yehu menarik busurnya dengan sepenuh
kekuatannya, lalu memanah Yoram di antara kedua bahunya, sehingga anak panah
itu menembus jantungnya, maka rebahlah ia di dalam keretanya.
(9:25) Kemudian berkatalah Yehu kepada Bidkar,
perwiranya: "Angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun Nabot, orang
Yizreel itu, sebab ketahuilah, bahwa pada waktu aku dan engkau berdampingan
menunggang kuda mengikuti Ahab, ayahnya, maka TUHAN telah mengucapkan terhadap
dia hukuman ini:
(9:33) ia berseru: "Jatuhkanlah dia!" Mereka
menjatuhkan dia, sehingga darahnya memercik ke dinding dan ke kuda; mayatnya
pun terinjak-injak.
Pada akhirnya
Izebel dan Raja Ahab, suaminya, serta anak dari Izebel, akhirnya mati dengan
sia-sia / binasa.
Ayo, selamatkan
nikah rumah tangga, jangan ada perzinahan, jangan ada percabulan. Perhatikan
anak cucu, perhatikan keluarga. Tinggikan salib Kristus supaya kita tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Yohanes 12:
32-33
(12:32) dan Aku, apabila Aku
ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik
semua orang datang kepada-Ku."
(12:33) Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana
caranya Ia akan mati.
Kalau Ia
ditinggikan, maka Ia akan menarik jiwa sebanyak-banyaknya dari bumi.
Mulai dari
kami, suami isteri sebagai gembala biarlah kiranya senantiasa meninggikan salib
Kristus supaya banyak jiwa-jiwa diselamatkan, juga imam-imam biarlah
meninggikan salib Kristus supaya dapat menyelamatkan banyak jiwa, bertanggung
jawab atas jiwa-jiwa yang Tuhan percayakan, siapapun di antara kita, biarlah kita
meninggikan salib Kristus sampai akhirnya dari timur sampai ke barat mengenal
pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel, seperti kilat yang memancar,
yang melontarkan cahayanya dari timur sampai ke barat.
Kalau
kita kaitkan dengan pola Tabernakel, segala perkakas dan peralatan yang
digunakan dari tembaga.
YANG KEMPAT: ALAS DARI TIANG-TIANG TABERNAKEL SISI UTARA
DAN SELATAN.
Keluaran 27: 10
(27:10) Tiang-tiangnya harus ada dua puluh, dan alas-alas tiang itu harus dua puluh, dari tembaga, tetapi kaitan-kaitan tiang itu dan
penyambung-penyambungnya harus dari perak.
Alas-alas dari
tiang-tiang Tabernakel, baik sisi sebelah utara maupun sebelah selatan, masing-masing
berjumlah dua puluh tiang, terbuat dari tembaga.
Artinya; setiap
orang harus berdiri di atas korban Kristus, terlebih imam-imam mengalaskan tahbisannya
di atas korban Kristus, bagaikan rumah yang didirikan di atas dasar batu.
Matius 7: 24-25
(7:24) "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini
dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
(7:25) Kemudian turunlah
hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu
tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
Orang yang mendirikan
rumahnya di atas batu akan memperoleh kekuatan sekalipun ada ujian;
-
Dari atas = turunlah
hujan à tipu daya dari pada iblis setan.
-
Dari bawah =
datanglah banjir à dosa kenajisan yang sedang melanda muka bumi.
-
Angin melanda
rumah itu à angin-angin pengajaran palsu.
Rumah = Bait
Allah = rumah Tuhan = gereja Tuhan = tubuh Kristus.
Batu à korban Kristus.
Jadi
kesimpulannya; korban Kristus adalah dasar yang teguh untuk menghadapi segala
ujian.
Barangkali
pemberitaan firman yang singkat malam hari ini mampu menggugah hati kita
sehingga kita betul-betul mau memandang dan meninggikan salib Kristus.
Kita yang
berdosa, kita yang melakukan kesalahan, tetapi Dia yang menanggung penghukuman.
Tetapi kalau kita tidak mau menyadari diri, sesungguhnya ia telah dipagut ular,
maka ia akan menerima penghukuman itu, seperti langit yang menjadi tembaga di
atas kepala, seperti yang tertulis dalam Ulangan 28: 22-23, “TUHAN akan menghajar engkau dengan batuk
kering, demam, demam kepialu, sakit radang, kekeringan, hama dan penyakit
gandum; semuanya itu akan memburu engkau sampai engkau binasa. Juga langit yang
di atas kepalamu akan menjadi tembaga dan tanah yang di bawah pun menjadi besi.”
Selagi Tuhan
masih memberi kesempatan, memberi waktu untuk bertobat, segeralah bertobat,
hargailah kebaikan dan kemurahan hati Tuhan, biarlah kiranya kita senantiasa
memandang korban Kristus, berarti senantiasa meninggikan salib Kristus di dalam
segala perkara, supaya Tuhan dipermuliakan, dengan demikian ia akan menarik
jiwa-jiwa datang kepada-Nya. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment