IBADAH PENDALAMAN
ALKITAB, 22 NOVEMBER 2013
“DARI KITAB MALEAKHI”
Subtema: YESUS DATANG DALAM GULUNGAN KITAB UNTUK MELAKUKAN
KEHENDAK ALLAH
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih
Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, kita boleh berada
di dalam rumah Tuhan, beribadah melayani kepada Tuhan.
Segera kita memperhatikan Maleakhi 2: 10-11
Maleakhi 2: 10-11
(2:10) Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa?
Bukankah satu Allah menciptakan kita? Lalu mengapa kita berkhianat satu sama lain dan dengan
demikian menajiskan perjanjian nenek moyang kita?
(2:11) Yehuda berkhianat, dan perbuatan keji dilakukan
di Israel dan di Yerusalem, sebab Yehuda telah menajiskan tempat kudus yang
dikasihi TUHAN dan telah menjadi suami anak
perempuan allah asing.
Yehuda telah
menjadi suami anak perempuan allah asing = kawin campur = menjadi pasangan yang
tidak seimbang.
Oleh karena
perbuatan orang-orang Yehuda ini, maka terjadi pengkhianatan, bangsa Israel
menajasikan perjanjian nenek moyang mereka. Perbuatan keji itu dilakukan di
Yerusalem dan di Israel.
Sekalipun
mereka satu bapa, itulah bapa Abraham, satu Allah yang menciptakan langit dan
bumi, namun mereka tetap berkhianat satu sama lain oleh karena perkawinan
campur.
Kalau kita
melihat Ezra 9 dan Nehemia 13, juga dalam kitab-kitab yang lain, bahwa ternyata
setelah bangsa Israel menduduki negeri yang dijanjikan oleh Allah, mereka menajiskan
perjanjian nenek moyang mereka, mereka tidak memisahkan diri dengan tujuh
penduduk negeri, sampai akhirnya mereka mengambil anak-anak perempuan allah
asing sebagai isteri mereka, sehingga terjadi pengkhianatan.
Ironisnya, perbuatan
keji itu terlebih dahulu dilakukan oleh para pemuka-pemuka dan
penguasa-penguasa.
Pemuka-pemuka
dan penguasa-penguasa adalah gambaran dari tua-tua. Kalau tua-tua melakukan hal
yang demikian, maka otomatis tidak menjadi kesaksian baik di antara sesama
(Israel), maupun di tengah-tengah ibadah pelayanan (Yerusalem).
Juga di dalam kitab
Ezra, ayat yang lain dikatakan; oleh karena perkawinan campur ini;
-
keturunan mereka tidak dapat menggunakan bahasa Yahudi (bahasa nenek moyang mereka).
Kalau kita kaitkan dengan penyangkalan Simon Petrus; dia tidak mengakui
bahwa ia adalah orang Yahudi, bahkan tidak mengakui bahwa dirinya adalah salah
satu dari antara 12 murid Yesus.
Orang-orang tahu bahwa Simon Petrus adalah salah satu dari 12 murid Yesus sebab
itu nyata dari bahasanya, tetapi karena ia tidak mengakuinya, sehingga
perkataan yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata/bahasa kutuk dan sumpah.
Yesus adalah Raja orang Yahudi, bahasa-Nya adalah bahasa kasih. Itu
terlihat ketika Dia diperhadapkan di hadapan Mahkamah Agama, juga Herodes,
serta Pilatus, Dia menggunakan bahasa kasih; tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan.
-
Bahkan terjadi
juga perceraian oleh karena kawin
campur.
Kalau kita perhatikan dalam injil Matius 5; laki-laki akan bersatu dengan
isterinya, sehingga mereka menjadi satu daging, dan tidak akan bisa dipisahkan
oleh apapun kecuali maut.
Jadi,
betul-betul perkawinan campur (pasangan yang tidak seimbang) adalah perbuatan
keji di hadapan Tuhan.
Oleh sebab itu,
mari kita perhatikan ayat 12 ...
Maleakhi 2: 12
(2:12) Biarlah TUHAN
melenyapkan dari kemah-kemah Yakub segenap
keturunan orang yang berbuat demikian, sekalipun ia membawa persembahan
kepada TUHAN semesta alam!
“TUHAN melenyapkan dari kemah-kemah Yakub segenap
keturunan orang yang berbuat demikian”
Jadi, sekalipun
berada di kemah Yakub / rumah Allah Yakub, tetap saja dilenyapkan.
Kita tahu,
ketika kita berada di dalam kemah Yakub, rumah Allah Yakub, di sebut juga
gunung Sion, di dalamnya kita beribadah dan melayani Tuhan, sekaligus
mempersembahkan segala korban, tetapi Tuhan tetap saja melenyapkan mereka yang
melakukan kawin campur dari kemah-kemah Yakub, tidak ada toleransinya.
Ibrani 10: 5-7
(10:5) Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata:
"Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah
menyediakan tubuh bagiku --.
(10:6) Kepada korban
bakaran dan korban penghapus dosa
Engkau tidak berkenan.
(10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam
gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan
kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
Allah tidak menghendaki
korban dan persembahan, tidak menghendaki korban bakaran dan korban penghapus
dosa, namun yang Tuhan mau adalah supaya saya dan saudara MELAKUKAN KEHENDAK
ALLAH.
1 Samuel 15:
1-3
(15:1) Berkatalah Samuel kepada Saul: "Aku telah
diutus oleh TUHAN untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya;
oleh sebab itu, dengarkanlah bunyi firman TUHAN.
(15:2) Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan
membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang
Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.
(15:3) Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan
janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun
perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta
maupun keledai."
Firman Tuhan
semesta alam kepada Saul; supaya MENUMPAS HABIS orang Amalek, mulai dari Agag,
raja Amalek, sampai kepada seluruh rakyatnya, termasuk juga segala hewan yang
ada pada orang Amalek.
Sekarang kita
perhatikan ayat 19 ...
1 Samuel 15: 19-21
(15:19) Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN?
Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata
TUHAN?"
(15:20) Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku memang
mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku
dan aku membawa Agag, raja orang Amalek,
tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas.
(15:21) Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik
dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada
TUHAN, Allahmu, di Gilgal."
Saul membiarkan
Agag, raja Amalek, hidup dan juga mengambil jarahan yaitu kambing domba,
lembu-lembu yang terbaik.
Dalam hal ini,
Saul tidak mendengarkan firman Tuhan = melangkahi titah Tuhan = tidak melakukan
apa yang menjadi kehendak Allah.
-
Agag adalah
gambaran dari iblis setan, yaitu roh jahat dan roh najis.
Saudaraku, kita disebut laskar Kristus yang maju berperang melayani Tuhan,
tetapi apa artinya seseorang melayani Tuhan bila dikuasai roh jahat dan roh najis.
-
Kambing domba
dan lembu-lembu yang terbaik à hawa nafsu dan
keinginan daging.
Demikian juga, kita disebut laskar Kristus yang maju berperang melayani
Tuhan, tetapi apa artinya pelayanan di mata Tuhan kalau masih tetap hidup
menurut hawa nafsu dan keinginan daging.
Namun kalau
kita perhatikan pada ayat 22 ...
1 Samuel 15: 22
(15:22) Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu
berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada
mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan
lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan
lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
Dengan tegas Samuel berkata kepada Saul, bahwa:
-
Mendengar firman
Tuhan lebih baik dari korban sembelihan.
-
Memperhatikan firman
Tuhan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
1 Samuel 15: 23
(15:23) Sebab pendurhakaan
adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah
berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah
menolak engkau sebagai raja."
Melangkahi
firman Tuhan / tidak melakukan kehendak Allah, itu merupakan DOSA PENDURHAKAAN dan
DOSA KEDEGILAN.
-
Dosa pendurhakaan.
Pendurhakaan itu seperti seorang anak yang memberontak kepada ayahnya.
Kita sekaliannya disebut anak-anak Tuhan. kalau anak-anak Tuhan suka
memberontak / membantah, maka ia disebut pendurhaka.
Kemudian dosa pendurhakaan = dosa bertenung.
1 Samuel 28: 6-8
(28:6) Dan Saul
bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik
dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi.
(28:7) Lalu berkatalah
Saul kepada para pegawainya: "Carilah bagiku seorang perempuan yang
sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk
kepadanya." Para pegawainya menjawab dia: "Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah."
(28:8) Lalu
menyamarlah Saul, ia mengenakan pakaian lain dan pergilah ia dengan dua orang.
Ketika mereka pada waktu malam sampai kepada perempuan itu, berkatalah Saul:
"Cobalah engkau menenung bagiku dengan perantaraan arwah, dan panggillah
supaya muncul kepadaku orang yang akan kusebut kepadamu."
Saul pergi kepada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah-arwah
dengan tujuan untuk meminta petunjuk-petunjuk, sebab Allah telah meninggalkan
dia, Allah tidak lagi menjawab Saul, baik lewat nabi maupun lewat mimpi.
Meminta petunjuk kepada arwah-arwah adalah dosa bertenung.
-
Dosa kedegilan.
Kedegilan itu adalah kekerasan hati seseorang, yang digambarkan seperti tanah yang berbatu-batu / tanah yang tipis, tanahnya sedikit.
Kerugian bila mempertahankan kekerasan hati: apabila benih itu ditaburkan di atas tanah yang berbatu-batu, benih itu segera tumbuh tetapi tidak bertahan lama, karena benih itu tidak berakar, demikian juga dengan orang yang keras hati, pada saat firman Tuhan disampaikan dia menerimanya dengan gembira, tetapi ketika penganiayaan datang dia segera murtad ( tidak tahan uji).
Itu sebabnya Samuel berkata kepada Saul bahwa: kedegilan itu adalah dosa penyembahan berhala.
1 Samuel 15: 23
(15:23) Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa
bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim.
Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia
telah menolak engkau sebagai raja."
Karena Saul
menolak firman Tuhan, dengan kata lain tidak melakukan apa yang menjadi
kehendak Allah, maka Tuhan menolak Saul menjadi raja.
Demikian juga
seorang imam, kalau menolak firman Tuhan, tidak melakukan apa yang menjadi kehendak
Allah, sekalipun ia melayani Tuhan, sesungguhnya ia sedang ditolak.
Kalau kita perhatikan pasal 15 ini, Saul ditolak menjadi
raja. Kemudian pada pasal 16, Daud telah diurapi menjadi raja, namun Saul masih
tetap duduk di atas takhta kerajaan. Sampai pada pasal 17-18, Saul masih tetap
menjadi raja atas Israel, tetapi sesungguhnya ia telah ditolak oleh Tuhan.
Demikian juga dengan anak-anak Tuhan, sekalipun bertahun-bertahun
melayani Tuhan, kalau ia tidak melakukan kehendak Allah, sesungguhnya ia telah
ditolak sebagai imamat yang rajani. Bukankah ini adalah kerugian yang besar?
Apa artinya kita melayani namun tidak melakukan apa yang
baik, tidak melakukan kehendak Allah? tentu itu semua tidak berkenan di hadapan
Tuhan.
Kita kembali
memperhatikan ....
Ibrani 10: 7
(10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku
untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
Di sini kita
melihat, Yesus datang ke dunia ini dalam gulungan kitab untuk melakukan
kehendak Allah.
Jadi, Yesus
datang ke dunia ini bukan untuk melakukan kehendak-Nya sendiri, melainkan untuk
melakukan kehendak Allah.
Ibrani 10: 8-9
(10:8) Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak
Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun
dipersembahkan menurut hukum Taurat --.
(10:9) Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang
untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan
yang kedua.
Saya tegaskan;
bahwa Tuhan tidak berkenan kepada korban dan persembahan, mulai dari korban
bakaran dan korban penghapus dosa, seperti yang dikatakan di atas tadi. Itu
sebabnya Yesus datang ke dunia ini dalam gulungan kitab untuk melakukan
kehendak Allah.
Dia Imam Besar
Agung, Dia taat, Dia patuh, “dan
sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah
diderita-Nya”, inilah pelayanan yang berkenan kepada Tuhan.
Matius 26: 42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa,
kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini
tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendak-Mu!"
Yesus harus
meminum cawan Allah untuk melakukan kehendak Allah.
Itu sebabnya
Yesus berkata: “cawan ini tidak mungkin
lalu, kecuali apabila Aku meminumnya”, sehingga dengan demikian jadilah
kehendak Allah.
Meminum cawan
Allah, artinya; menanggung penderitaan di atas kayu salib, itulah kehendak
Allah di dalam diri Yesus Kristus.
Lebih rinci
kita lihat; KETIKA YESUS MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH.
Yesaya 53: 10
(53:10) Tetapi TUHAN
berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya
sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan
lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana
olehnya.
Yesus harus menanggung
penderitaan di atas kayu salib, Ia diremukkan dengan kesakitan, sehingga dengan
demikian, kehendak Tuhan terlaksana, itulah kehendak Tuhan di dalam diri Yesus
Kristus (kehendak Allah terlaksana oleh-Nya).
Itu sebabnya dalam
Ibrani 10 dikatakan; Yesus datang ke
dunia ini dalam gulungan kitab untuk melakukan kehendak Allah.
Mari kita
perhatikan; GULUNGAN KITAB.
Wahyu 10: 8-9
(10:8) Dan suara yang telah kudengar dari langit itu,
berkata pula kepadaku, katanya: "Pergilah, ambillah gulungan kitab yang
terbuka di tangan malaikat, yang berdiri di atas laut dan di atas bumi
itu."
(10:9) Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta
kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku:
"Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat
perutmu terasa pahit, tetapi di dalam
mulutmu ia akan terasa manis seperti madu."
Ketika gulungan
kitab dimakan; di mulut terasa manis, tetapi di perut terasa pahit.
Keluaran 12: 8
(12:8) Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu
juga; yang dipanggang mereka harus makan dengan
roti yang tidak beragi beserta sayur pahit.
Roti yang tidak
beragi, itulah tubuh Yesus yang dipecah-pecahkan di atas kayu salib.
Kemudian, roti
itu dimakan beserta sayur pahit.
Kalau makan
roti tidak beragi tanpa sayur pahit = ahli Taurat; mengerti firman Tuhan tetapi
tidak mau melakukannya, tidak mau menanggung penderitaan (rasa pahit).
Ketika
seseorang menanggung penderitaan, rasanya pahit, itulah gulungan kitab.
Memang ketika
menanggung penderitaan rasanya pahit / tidak enak, tetapi sekalipun demikian,
itu harus kita lakukan, itu adalah suatu keharusan bagi kita sekalian.
Banyak
kesaksian-kesaksian yang kita alami bersama, termasuk saya sendiri; banyak
menanggung penderitaan bukan karena kesalahan sendiri.
Baru-baru ini
ada seseorang menyapa saya, dia mengirim SMS dengan kata-kata: “Hai, anjing.” Menurut akal sehat,
seharusnya dia tidak perlu mengirim SMS dengan kata-kata kasar, tetapi sekalipun
pahit, hal itu harus saya tanggung, sebab makan roti tidak beragi itu harus
beserta sayur pahit. Kalau tidak, maka sama dengan ahli Taurat; mengerti firman
Tuhan tetapi tidak mau menjadi pelaku firman.
Keluaran 15: 23-25
(15:23) Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak
dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit
rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.
(15:24) Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa,
kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"
(15:25) Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN
menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa
melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu
menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan
peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,
Setelah tiga
hari perjalanan di padang gurun Syur, tibalah bangsa Israel di Mara dalam
keadaan haus, tetapi mereka tidak dapat meminum air itu karena rasanya pahit.
Musa
melemparkan sepotong kayu ke dalam air itu (sesuai dengan perintah Tuhan), lalu air yang di Mara itu berubah
menjadi manis.
Sepotong kayu à salib Kristus.
Kalau kita mau
menanggung penderitaan, segala yang pahit akan berubah menjadi manis.
Sebaliknya, kalau
seseorang tidak menanggung penderitaan, menolak salib, tidak mau menerima apa yang pahit, maka segala yang manis akan berubah menjadi pahit.
Bangsa Israel
bersungut-sungut, mereka mengomel, berbantah-bantah kepada Musa, tidak ada
ucapan syukur dari mulut / bibir mereka. Berarti, persungutan-persungutan yang keluar
dari mulut menandakan bahwa di dalam mulut mereka terasa pahit.
Kalau kita
perhatikan sebelumnya; sesungguhnya mereka telah melihat apa yang baik, melihat
apa yang Tuhan lakukan kepada mereka; Tuhan membelah laut Teberau sehingga
mereka dapat berjalan di tanah yang kering, sekaligus melepaskan mereka dari Firaun dan orang-orang Mesir. Kemudian, Tuhan memelihara mereka selama tiga hari perjalanan di padang gurun Syur, namun mereka tetap saja bersungut-sungut, itu menandakan bahwa mulut mereka rasanya pahit.
Seharusnya
kalau melakukan kehendak Allah, makan gulungan kitab; di perut terasa pahit, di
mulut terasa manis.
Sekarang kita
melihat ...
Bentuk
gulungan kitab.
Zakharia 5: 1-2
(5:1) Aku melayangkan mataku pula, maka aku melihat:
tampak sebuah gulungan kitab yang terbang.
(5:2) Berkatalah ia kepadaku: "Apa yang engkau
lihat?" Jawabku: "Aku melihat sebuah gulungan kitab yang terbang; panjangnya dua puluh hasta dan lebarnya sepuluh hasta."
Sesuai dengan
penglihatan nabi Zakharia; gulungan kitab panjangnya 20 hasta, lebarnya 10
hasta.
Kalau dikaitkan
dengan pola Tabernakel, terkena pada ruangan suci = kandang penggembalaan =
tempat pengudusan.
Di dalam
ruangan suci terdapat 3 macam alat, artinya ketekunan dalam tiga macam ibadah
utama;
-
Alat yang pertama: MEJA ROTI SAJIAN.
Artinya; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab, disertai dengan
perjamuan suci = domba-domba diberi makan, sehingga menghasilkan IMAN.
-
Alat yang kedua: PELITA EMAS.
Artinya; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian =
domba-domba diberi minum, sehingga menghasilkan HARAP.
Zakharia 3: 8-9
(3:8) Dengarkanlah,
hai imam besar Yosua! Engkau dan teman-temanmu yang duduk di hadapanmu --
sungguh kamu merupakan suatu lambang. Sebab, sesungguhnya Aku akan mendatangkan
hamba-Ku, yakni Sang Tunas.
(3:9) Sebab
sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan kepada Yosua -- satu permata yang bermata tujuh -- sesungguhnya Aku akan mengukirkan
ukiran di atasnya, demikianlah firman TUHAN semesta alam, dan Aku akan
menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja.
Satu permata bermata tujuh, itulah pribadi Yesus Kristus dengan tujuh Roh
Allah, sama seperti tujuh sidang jemaat yang ada di Asia kecil; setelah
disucikan, menjadi kesaksian, menjadi kaki dian / menjadi terang di
tengah-tengah dunia ini.
-
Alat yang ketiga: MEZBAH DUPA.
Artinya; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan = domba-domba diberi nafas
hidup, sehingga menghasilkan KASIH.
Wahyu 11: 1
(11:1) Kemudian
diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan
kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Ada tiga hal yang masuk dalam ukuran; Bait Suci Allah, MEZBAH dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Satu dari tiga yang diukur adalah mezbah à doa penyembahan.
Ibrani 9: 3-4
(9:3) Di belakang
tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus.
(9:4) Di situ terdapat
mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan
tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut
perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah
bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
Di belakang tirai yang kedua (ruangan maha suci) terdapat mezbah pembakaran
ukupan dari emas.
Sepintas, kitab yang ditulis Rasul Paulus kepada orang Ibrani seolah-olah
bertolak belakang dengan petunjuk-pentunjuk Allah yang diterima oleh Musa di
atas gunung Sinai untuk mendirikan Tabernakel / rumah Allah.
Sesungguhnya, mezbah dupa itu berada di ruangan suci, dekat dengan tabir /
tirai, sesuai dengan petunjuk Allah yang diterima oleh Musa di atas gunung
Sinai, sedangkan penulisan Rasul Paulus dalam kitab Ibrani; mezbah pembakaran
ukupan dari emas itu berada di dalam ruangan maha suci.
Kita tidak perlu bingung oleh karena penulisan ini, sehingga akhirnya
terjadi perbantahan.
Sesungguhnya, darah dan daging tidak mewarisi Kerajaan Sorga. Orang yang
suka berbantah-bantah menunjukkan bahwa ia adalah manusia daging / manusia
lahiriah, bukan manusia rohani, seperti 24 tua-tua dan 4 makhluk yang ada di hadapan
takhta Anak Domba.
Mari kita lihat; KEKUATAN DARI PENULISAN RASUL PAULUS tentang MEZBAH
PEMBAKARAN UKUPAN.
2 Korintus 12: 1-4
(12:1) Aku harus
bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku
hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang
kuterima dari Tuhan.
(12:2) Aku tahu tentang
seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku
tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya --
orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang
ketiga dari sorga.
(12:3) Aku juga tahu
tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu,
Allah yang mengetahuinya --
(12:4) ia tiba-tiba
diangkat ke Firdaus dan ia mendengar
kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga, itulah ruangan maha suci /
Firdaus.
Panjang x lebar x tinggi ruangan maha suci = 10 x 10 x 10 = 1000 hasta,
itulah ruangan maha suci, Yerusalem yang baru = tingkat tiga / Firdaus.
Lewat pengalaman itulah (diangkat ke tingkat tiga), Rasul Paulus
memberanikan diri untuk menuliskan bahwa mezbah pembakaran ukupan itu berada di
dalam ruangan maha suci.
Wahyu 8: 3-4
(8:3) Maka datanglah
seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan
emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya
bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta
itu.
(8:4) Maka naiklah
asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan
malaikat itu ke hadapan Allah.
Asap kemenyan yang naik di hadapan Allah dari dupa emas yang di tangan
malaikat, itu adalah doa orang-orang kudus.
Lebih jauh kita lihat mengenai posisi mereka.
Wahyu 5: 8
(5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh
empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu
kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang
kudus.
4 makhluk dan 24 tua-tua tersungkur di hadapan takha Anak Domba.
Jadi, doa penyembahan membawa kita sampai ke tingkat yang ketiga, itulah
ruangan maha suci, sebab posisi mereka, yaitu keempat makhluk dan 24 tua-tua
itu berada di hadapan (takhta) Anak Domba.
Biarlah kita semua lebih sungguh-sungguh menyembah, menjadi kehidupan doa
kepada Tuhan.
Gulungan kitab = PENYERAHAN HIDUP SECARA TOTALITAS.
Kalau kita melakukan kehendak Allah Bapa, maka kita menyerahkan diri
sepenuhnya, menyerahkan diri secara totalitas.
Berbeda dengan Kain; ia hanya mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya,
sehingga Tuhan tidak mengindahkan Kain dan korban persembahannya.
Perlu saya sampaikan; Rasul Paulus telah menerima penglihatan-penglihatan,
pernyataan-pernyataan yang luar biasa dari Allah, sehingga kalau kita kaitkan
dengan pola Tabernakel, berarti pengajaran mempelai dan pengajaran Tabernakel
ini membuat kita luar biasa dan ajaib di hadapan Tuhan.
Tidak perlu ragu terhadap pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel,
sebab itulah yang membuat kita menjadi luar biasa seperti Rasul Paulus di
tengah-tengah pelayanannya.
Kita telah
melihat bentuk gulungan kitab itu, sekarang kita memperhatikan ...
Ibrani 9: 11
(9:11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar
untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia
telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan
dibuat oleh tangan manusia, -- artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, --
Tuhan telah
melintasi kemah yang lebih besar, yang bukan buatan tangan manusia.
Ini menunjukkan
bahwa Yesus datang ke dunia ini dalam gulungan kitab, dan di dalam gulungan
kitab itu tertulis; “... dalam gulungan
kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku” (Ibrani
10: 7).
Sekarang, kita
lihat PERSAMAANNYA.
Ibrani 10: 19-20
(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita
sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
(10:20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya
sendiri,
Yesus telah
membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya
sendiri.
Matius 27: 50-51
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu
menyerahkan nyawa-Nya.
(27:51) Dan lihatlah, tabir
Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi,
dan bukit-bukit batu terbelah,
Yesus menyerahkan
nyawa-Nya di atas kayu salib. Pada saat itulah, tabir Bait Suci terbelah dua
dari atas sampai ke bawah.
Penyerahan diri
/ hidup dalam doa penyembahan, membuka jalan yang baru bagi kita untuk membawa
kita pada perobekan daging, sehingga kita berada di tempat yang maha kudus,
itulah tingkat yang ketiga, disebut juga Firdaus.
Jadi, doa
penyembahan adalah jalan keluar untuk merobek / menyalibkan daging sepenuhnya.
Syarat-syarat
dalam doa penyembahan.
Keluaran 30: 1,
7-8
(30:1) "Haruslah kaubuat mezbah, tempat pembakaran
ukupan; haruslah kaubuat itu dari kayu penaga;
(30:7) Di atasnya haruslah Harun membakar ukupan dari
wangi-wangian; tiap-tiap pagi, apabila ia
membersihkan lampu-lampu, haruslah ia membakarnya.
(30:8) Juga apabila Harun memasang lampu-lampu itu pada waktu senja, haruslah ia membakarnya
sebagai ukupan yang tetap di hadapan TUHAN di antara kamu turun-temurun.
-
Membakar ukupan dari wangi-wangian tiap-tiap pagi.
Artinya; doa penyembahan di waktu pagi untuk sepanjang hari.
-
Membakar ukupan pada waktu senja.
Artinya; doa penyembahan untuk sepanjang malam.
Berarti, doa
penyembahan itu harus terus menerus dinaikkan kepada Tuhan, siang dan malam.
Kemudian, tiap-tiap
pagi, apabila ia membersihkan lampu-lampu, haruslah ia membakarnya, juga pada
waktu senja haruslah ia membakarnya, apabila memasang lampu-lampu, artinya; kehidupan
dalam doa penyembahan akan menjadi terang, untuk sepanjang hari / siang dan untuk
sepanjang malam.
Hal-hal
yang harus diperhatikan ketika kehidupan di dalam doa penyembahan.
Keluaran 30: 9
(30:9) Di atas mezbah itu janganlah
kamu persembahkan ukupan yang lain ataupun korban
bakaran ataupun korban sajian, juga korban curahan janganlah kamu curahkan
di atasnya.
-
Di atas mezbah itu, janganlah mempersembahkan ukupan yang
lain.
Artinya;
·
menyembah Tuhan
tidak boleh ada api asing, itulah hawa nafsu daging.
·
menyembah Tuhan
tidak boleh karena kepentingan-kepentingan.
·
menyembah Tuhan
tidak boleh supaya terlihat lebih hebat.
·
menyembah Tuhan
tidak boleh karena motivasi-motivasi lain.
Kalau menyembah Tuhan karena motivasi, ujung-ujungnya karena ingin dilihat
orang lain, karena ingin terlihat dewasa, dan yang lebih parah lagi suara
penyembahan dibuat-buat.
Api asing akan melenyapkan doa penyembahan kita kepada Tuhan.
- Di atas mezbah itu, jangan dipersembahkan korban bakaran,
korban sajian, juga korban curahan.
Artinya; ketika menyembah Tuhan harus terlepas dari ketentuan-ketentuan
dasar hukum Taurat, sebab kalau masih mempersembahkan korban bakaran, korban
sajian, korban curahan, berarti masih terikat dengan hukum Taurat dengan segala
aturan-aturannya.
Tetapi doa penyembahan yang benar; harus terlepas dari ketentuan-ketentuan
dasar hukum Taurat, tidak boleh diatur-atur, tidak boleh dipaksa, melainkan menyembah Tuhan harus dengan segala kerelaan hati.
Biarlah kita
melakukan kehendak Allah sebagaimana Yesus datang ke dunia ini dalam gulungan
kitab untuk melakukan kehendak Allah, sebab untuk apa kita mempersembahkan
korban tetapi tidak melakukan kehendak Allah.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment