IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 12 JUNI 2015
“DARI KITAB MALEAKHI”
Subtema: APAKAH IBADAHMU MENGANDUNG JANJI? SUDAHKAH IBADAHMU
BERKENAN KEPADA ALLAH?
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih sayang
dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk
melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab, disertai perjamuan suci.
Kita memperhatikan firman penggembalaan untuk IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB dari KITAB MALEAKHI.
Maleakhi 3: 18
(3:18) Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar
dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang
yang tidak beribadah kepada-Nya.
Kita dapat melihat perbedaan antara orang benar dan orang
fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah
kepada-Nya.
Orang benar = orang yang beribadah kepada Allah.
Orang fasik = orang yang tidak beribadah kepada-Nya.
Saat ini kita tidak dapat menunjukkan bahwa ibadah yang
kita jalankan adalah ibadah yang lebih benar dari pada ibadah-ibadah yang
dijalankan orang lain, tetapi satu hal yang patut kita syukuri adalah,
bahwasanya sejauh ini kita telah digembalakan oleh firman pengajaran mempelai
dalam terangnya Tabernakel, yang disebut juga firman pengajaran yang rahasianya
dibukakan, untuk membangun, menghibur, menasihati kita masing-masing, menyelidiki
segala sesuatu yang terselubung, pendeknya; untuk membawa kita masuk dalam
pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi pengantin perempuan, sebagai
sasaran akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini, menjadi milik
kesayangan-Nya, harta kesayangan-Nya, sesuai ayat 17: mereka akan menjadi milik kesayangan Tuhan pada hari yang
disiapkan-Nya.
Sampai hari ini Tuhan tidak berhenti bekerja, Ia tidak
tertidur, Ia tidak terlelap, Ia sedang menyediakan/menyiapkan tempat sebanyak
jiwa yang akan diselamatkan.
Berkaitan dengan IBADAH ...
1 Timotius 4: 7
(4:7) Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah
dirimu beribadah.
“Latihlah dirimu beribadah” adalah pesan dari
Rasul Paulus kepada Timotius, anak yang dikasihinya.
Tentu ini adalah pesan Tuhan kepada Kita, supaya kita
melatih diri beribadah kepada Tuhan.
Syarat melatih diri beribadah kepada Tuhan: Menjauhkan
diri dari takhayul- takhayul dan dongeng
nenek-nenek tua = menjauhkan diri dari pemberitaan firman yang ditambahkan.
Ditambahkan, artinya; pemberitaan firman yang disertai
dengan dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul, filsafat-filsafat.
Menjauhkan diri, berarti tidak menerima pemberitaan
firman yang ditambahkan.
1 Timotius 1: 3-4
(1:3) Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku
telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan
orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain
(1:4) ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya,
yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan
yang diberikan Allah dalam iman.
Rasul Paulus mendesak Timotius supaya ia tinggal di Efesus
dan menasihatkan pengajar-pengajar agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain,
yaitu sibuk dengan dongeng dan silsilah
yang tiada putus-putusnya, serta sibuk dengan cerita isapan jempol,
takhayul, dan sebagainya.
Pemberitaan firman yang ditambahkan hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan,
dengan kata lain tidak memberi jaminan keselamatan.
2 Timotius 4: 1-2
(4:1) Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang
hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi
penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:
(4:2) Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah
apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan
pengajaran.
Rasul Paulus kembali berpesan dengan sungguh-sungguh kepada
Timotius, anak rohani yang dikasihinya, supaya memberitakan firman Tuhan, baik
atau tidak baik waktunya.
Artinya; nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan
nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
Banyak hamba-hamba Tuhan menyampaikan firman Tuhan dengan
melihat situasi, kondisi dan waktu, dengan kata lain tidak berani menegor dan
menyatakan kesalahan.
Alasan Rasul Paulus mendesak / berpesan kepada Timotius
dengan sungguh-sungguh.
2 Timotius 4: 3-4
(4:3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran
sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk
memuaskan keinginan telinganya.
(4:4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya
bagi dongeng.
Karena di hari-hari terakhir ini, orang tidak dapat lagi menerima
ajaran sehat, mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya, untuk
memuaskan keinginan telinga mereka masing-masing, mereka akan memalingkan
telinga dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng nenek-nenek tua dan
silsilah-silsilah yang tidak putus-putusnya.
Biarlah kiranya kita melatih diri beribadah kepada Tuhan,
dengan syarat; menjauhkan diri dari pemberitaan firman yang ditambahkan.
1 Timotius 4: 8
(4:8) Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna
dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk
hidup yang akan datang.
Latihan badani (olah raga) terbatas gunanya, hanya sebatas
memberi kesehatan bagi tubuh, tetapi tidak dalam hal yang rohani.
Sebaliknya, melatih diri dalam ibadah berguna dalam segala
hal, dalam segala sesuatu, dalam hal jasmani, terlebih dalam hal rohani.
Kegunaan melatih diri dalam hal beribadah (Bagian 1)
Roma 5: 2-3
(5:2) Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia
ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam
pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
(5:3) Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam
kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan
ketekunan,
Oleh karena kasih karunia, saat ini kita berdiri
menghadap takhta Allah, beribadah & melayani Dia, namun di tengah-tengah ibadah
& pelayanan kepada Tuhan kita mengalami sengsara, itulah yang disebut
sengsara salib, aniaya karena firman.
Tetapi biarlah kita bermegah oleh karena sengsara di
tengah-tengah ibadah pelayanan kita kepada Tuhan, tidak perlu mengeluh, sebab
lewat sengsara akan menimbulkan ketekunan.
Jadi, ketekunan timbul lewat sengsara di tengah-tengah
ibadah & pelayanan kepada Tuhan.
Mari kita perhatikan BAGIAN DARI KETEKUNAN ...
Ibrani 10: 22-24
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus
ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan
dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
(10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan
kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
(10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong
dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
-
KEYAKINAN IMAN timbul lewat ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab
disertai perjamuan suci.
-
PENGHARAPAN timbul lewat ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu
disertai kesaksian.
-
KASIH timbul lewat ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Roma 5: 4
(5:4) dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan
pengharapan.
Selanjutnya, oleh karena ketekunan itu akan menimbulkan
TAHAN UJI.
1 Petrus 4: 12-14
(4:12) Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api
siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar
biasa terjadi atas kamu.
(4:13) Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat
dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita
pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.
(4:14) Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh
kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.
Oleh sebab itu, tidak perlu heran akan nyala api siksaan
yang datang kepada setiap orang sebagai ujian, dan tidak perlu
membesar-besarkannya.
Memang, setiap orang yang tekun beribadah melayani kepada
Tuhan, akan menimbulkan tahan uji.
Untuk apa Tuhan menimbulkan tahan uji kepada seseorang?
Supaya kita tidak membesar-besarkan apabila kita menghadapi nyala api siksaan
sebagai ujian, karena ujian itu terjadi atas seijin Tuhan.
Justru kita harus bersukacita,
sesuai dengan bagian yang kita dapat
dalam penderitaan Kristus. Bagian yang kita dapat dalam penderitaan Kristus
adalah ibadah dan pelayanan.
Berarti oleh karena ibadah dan pelayanan kita harus
menanggung penderitaan dan menjadi tawanan Roh (terikat dengan pelayanan), dan
oleh karena itu kita harus menanggung penderitaan, namun tetaplah bersukacita,
supaya kita juga bersukacita pada saat Ia menyatakan kemuliaan-Nya, ketika Ia
datang pada kali yang kedua menjadi Raja dan Mempelai Pria Sorga. Selanjutnya,
Roh kemuliaan itu menjadi bagian hidup kita.
Roma 5: 4
(5:4) dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan
pengharapan.
Selanjutnya, tahan uji menimbulkan PENGHARAPAN, sebagai
jenjang yang ketiga ketika kita melatih diri beribadah kepada Tuhan.
1 Yohanes 3: 3
(3:3) Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri
sama seperti Dia yang adalah suci.
Perlu diketahui; setiap orang yang menaruh pengharapan
kepada Allah menyucikan dirinya, sama seperti Dia yang adalah suci.
Roma 5: 5
(5:5) Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah
dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada
kita.
Kemudian pengharapan itu tidak mengecewakan, sebab kasih
Allah dicurahkan di dalam hati kita masing-masing dan Roh Kudus dikaruniakan
kepada kita masing-masing.
Ayat yang lain juga mengatakan; pengharapan itu bagaikan
sauh yang kuat, yang dilabuhkan orang sampai ke belakang tabir (Ruangan Maha
Suci).
Kegunaan melatih diri dalam hal beribadah (Bagian 2)
1 Timotius 4: 8
(4:8) Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam
segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup
yang akan datang.
Ibadah itu mengandung janji, baik untuk hidup ini (masa
sekarang) maupun untuk hidup yang akan datang.
Ket: IBADAH MENGANDUNG JANJI UNTUK HIDUP INI (MASA SEKARANG).
Dalam Matius 6: 33
dikatakan dengan jelas; carilah dahulu Kerajaan Allah, di mana kebenaran terdapat
di dalamnya, maka semuanya ditambahkan.
Tuhan pelihara, Tuhan bela, Tuhan lindungi, Tuhan
cukupkan segala sesuatunya, persis seperti kehidupan yang tergembala dengan
baik dalam satu kandang penggembalaan, dituangkan oleh raja Daud dalam Mazmur 23; Daud berkata Yesus adalah
gembalaku, selanjutnya Daud berkata takkan kekurangan aku.
Tuhan tidak pernah membiarkan kita dalam kekurangan,
sampai kepada anak cucu, bahkan sampai tapal batas, yaitu pada masa aniaya
antikris, selama 3,5 tahun, Tuhan tetap pelihara.
Ket: IBADAH MENGANDUNG JANJI UNTUK HIDUP YANG AKAN DATANG.
Bahagia bersama dengan Dia dalam Kerajaan yang kekal/kerajaan
yang tak tergoncangkan.
Ibrani 12: 28
(12:28) Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan,
marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara
yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.
Karena kita menerima kerajaan yang tak tergoncangkan
(kekal), marilah kita mengucap syukur senantiasa kepada Tuhan dalam segala
sesuatu, dalam susah maupun senang.
Tidak berhenti sampai di situ, juga beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan.
Roma 12: 1
(12:1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan
kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati.
Mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada
Allah, itu adalah ibadah yang sejati.
Ayat yang sama ...
1 Petrus 2: 5
(2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk
pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk
mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada
Allah.
Perhatikan bagian dari ayat ini: “... sebagai batu hidup ... suatu imamat kudus ... Yesus Kristus
berkenan kepada Allah.” Dengan demikian ada persamaan antara Roma 12: 1
dengan 1 Petrus 2 : 5.
1 Petrus 2: 5 dibagi menjadi dua bagian.
BAGIAN PERTAMA: BATU
HIDUP.
Hidup berarti ada pertumbuhan rohani yang sehat, yaitu
menjadi dewasa rohani, meninggalkan kerohanian yang kanak-kanak. Mudah tertawa
kalau ada sesuatu yang lucu, mudah menangis kalau ada yang menyedihkan, mudah
marah kalau ada sesuatu yang tidak menyenangkan hati, itulah kanak-kanak.
Yesus adalah batu penjuru, Dia adalah batu yang mahal,
yang diletakkan di gunung Sion. Sekali waktu, Dia disebut batu sentuhan, sekali
waktu batu penjuru itu bisa menjadi batu sandungan, tergantung dari sudut mana
seseorang memandang batu penjuru itu, tergantung dari sudut mana seseorang
memandang korban Kristus.
Kalau kita memandang kasih Allah (korban Kristus) dari
sudut pandang rohani, maka batu penjuru menjadi batu sentuhan; kasih Allah
lewat salib Kristus menyentuh/membebat hati kita.
Sedangkan bagi kerohanian yang tidak bertumbuh, batu
penjuru (salib Kristus) menjadi batu sandungan bagi mereka, karena menolak
salib Kristus, sama halnya ketika seseorang menolak firman para nabi yang
mengoreksi & menyelidiki hati akan menjadi batu sandungan.
Tujuan batu hidup: Untuk
pembangunan suatu rumah rohani.
Firman pengajaran mempelai membawa kita masuk dalam pembangunan
tubuh Kristus yang sempurna, menjadi mempelai wanita Tuhan. Itu sebabnya karena
kita menaruh pengharapan pada kerajaan yang tak tergoncangkan/kerajaan kekal,
marilah kita beribadah kepada Tuhan dengan cara yang berkenan.
1 Petrus 2: 5 dibagi menjadi dua bagian.
BAGIAN KEDUA: SUATU
IMAMAT KUDUS.
Kita telah dipanggil, dilepaskan dari kegelapan dosa,
dari segala ikatan kejahatan dan kenajisan, selanjutnya Dia membuat kita
raja-raja, imam-imam bagi Allah untuk memerintah di atas muka bumi ini (melayani
Allah), itulah imamat kudus, sesuai dengan 1 Petrus 2: 9, “... kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang
rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri ...”
Tujuannya: Supaya memberitakan perbuatan-perbuatan Allah
yang besar, untuk mempersembahkan persembahan rohani.
Yesus Kristus sudah melakukan dua hal tersebut; Dialah
batu penjuru (batu hidup), Dialah imam besar Agung (imamat kudus).
Selanjutnya, di sini ada perkataan: “...karena Yesus
Kristus berkenan kepada Allah.”
Sebelum kita melihat Yesus Kristus berkenan kepada Allah, terlebih dahulu
kita perhatikan ...
Ibrani 10: 5-8
(10:5) Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan
persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh
bagiku --.
(10:6) Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak
berkenan.
(10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada
tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
(10:8) Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan
korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan
kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.
Korban dan persembahan, yaitu korban bakaran dan korban
penghapus dosa, tidak Allah kehendaki dan Allah tidak berkenan kepadanya,
meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat, sebab itu adalah ibadah lahiriah,
ibadah liturgis.
Meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat, artinya;
-
Sekalipun membawa darah lembu jantan untuk korban penghapus
dosa, Allah tidak berkenan, sebab Allah tidak menghendakinya.
- Dan sekalipun membawa darah domba jantan sebagai korban bakaran,
Allah tidak menghendakinya, sebab Allah tidak berkenan.
Sebab itu sama dengan ibadah lahiriah, yang adalah ibadah
Taurat.
Matius 15: 7-9
(15:7) Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu:
(15:8) Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari
pada-Ku.
(15:9) Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka
ajarkan ialah perintah manusia."
Memuliakan Tuhan dengan bibir padahal hatinya jauh dari
Tuhan = mempersembahkan tubuh jasmani kepada Tuhan, tetapi tidak
mempersembahkan manusia batiniah (hati) kepada Tuhan. Ini adalah ibadah
lahiriah, ibadah orang-orang munafik, menjalankan perintah manusia saja; taat
kepada aturan secara lahiriah saja, tetapi tidak taat kepada firman Allah.
Untuk apa kita beribadah secara lahiriah, tetapi hati
tidak kita persembahkan kepada Tuhan, itu tidak ada artinya.
Ibadah lahiriah dikaitkan dengan Ibrani ...
Ibrani 12: 25-26
(12:25) Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab
jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak
luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?
(12:26) Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia
memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi
saja, melainkan langit juga."
Ketika bangsa Israel beribadah kepada Allah di gunung Sinai,
pada saat itulah Allah berfirman/menyampaikan 10 hukum Taurat, ini adalah
gambaran dari ibadah lahiriah.
Selanjutnya, pada ayat 26 dikatakan: “Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi”,
berarti kalau menjalankan ibadah secara lahiriah; tidak ada kepastian di
dalamnya/tidak mengandung janji, justru menggoncangkan jiwa, tidak memberi
ketenangan, dan terkesan menakut-nakuti.
Seharusnya kalau seseorang beribadah dengan cara yang
benar kepada Tuhan (tidak beribadah secara lahiriah), justru memberi ketenangan
jiwa, bukan membuat seseorang menjadi takut, karena firman Allah adalah janji
Allah.
Keluaran 20: 18-19
(20:18) Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat
sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap.
Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh.
(20:19) Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami,
maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami,
nanti kami mati."
Ketika bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan
gunung berasap, sesuai dengan Keluaran
19: 15-21.
Sehingga bangsa itu takut dan gemetar, dan mereka berdiri
jauh-jauh. Ini adalah suasana kalau seseorang menjalankan ibadah secara
lahiriah; penuh dengan ketakutan, karena merasa menggoncangkan jiwa, tidak
memberi ketenangan, bahkan hati jauh dari Tuhan sekalipun ia beribadah kepada
Tuhan.
Kemudian dalam Keluaran
20: 1-17, Allah berfirman/menyampaikan 10 hukum Allah kepada bangsa itu.
Pendeknya; menjalankan ibadah secara lahiriah tidak
mengandung janji, karena tidak ada kepastian di dalamnya.
Sementara setiap orang yang menaruh pengharapan kepada
Allah; berucap syukur dan beribadah dengan cara yang berkenan, sebab kita
menaruh pengharapan pada kerajaan yang kekal, yang tak tergoncangkan.
Kita kembali memperhatikan ...
Ibrani 12: 18-21
(12:18) Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh
dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai,
(12:19) kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang
mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka,
(12:20) sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini: "Bahkan jika
binatang pun yang menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan batu."
(12:21) Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata:
"Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar."
Ibadah lahiriah tidak mengandung janji = datang ke gunung
yang dapat digoncangkan, menjadi habis dan lenyap.
Sampai pada akhirnya Musa sendiri ketakutan, bukan hanya
bangsa Israel. Sidang jemaat akan mengalami rasa takut kalau menjalani ibadah
lahiriah, hidupnya tidak menentu. Bahkan hamba Tuhan pun akan mengalami rasa
takut yang hebat jika menjalani ibadah lahiriah.
Mari kita lihat ibadah lahiriah (Ibrani 12:18-21).
YANG PERTAMA: “Kamu
tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh.”
Artinya; menjalankan ibadah lahiriah mudah sekali
disentuh oleh dosa dan mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tak suci.
YANG KEDUA: “Api yang menyala-nyala.”
Artinya; menjalankan ibadah lahiriah, persis seperti
ranting yang menjadi kering, tidak melekat pada pokok anggur yang benar, tidak
menghasilkan buah, sehingga dikumpulkan selanjutnya dilemparkan orang ke dalam
api yang menyala-nyala.
YANG KETIGA: “Kekelaman.”
Artinya; ibadah lahiriah tidak memberi jaminan masa depan
yang cerah, melainkan masa depan suram.
YANG KEEMPAT: “Kegelapan.”
Berarti, berada dalam kegelapan dan dikuasai kegelapan.
Dalam Matius 6: 22-23, mata adalah
pelita tubuh. Kalau matamu baik, maka teranglah seluruh anggota tubuh. Kalau
mata jahat, maka gelaplah seluruh anggota tubuh, itulah mata yang tidak
memiliki pandangan nubuatan, tidak memandang jauh ke depan.
YANG KELIMA: “Angin badai.”
Artinya: menjalankan ibadah lahiriah, mudah sekali
dipengaruhi oleh pengajaran palsu, itulah firman yang ditambahkan dan
dikurangkan. Angin badai = pengajaran palsu.
YANG KEENAM: “Bunyi sangkakala dan bunyi suara yang
membuat mereka yang mendengarnya memohon.”
Artinya; jika menjalankan ibadah lahiriah, maka
pemberitaan firman tidak menjanjikan untuk memberi keselamatan yang kekal.
Saya dan saudara adalah orang yang bersyukur karena kita
mendengar suara Tuhan, itulah firman pengajaran mempelai, memberi jaminan
keselamatan yang membuat kita diteguhkan kembali, bukan untuk memohon. Ibadah
yang benar itu menjanjikan, memberi jalan keluar.
YANG KETUJUH: “Mereka tidak tahan mendengar perintah ini”,
itulah 10 hukum Allah.
artinya; menjalankan ibadah lahiriah, maka 10 hukum
Taurat justru merangsang dosa. Sebab dalam 10 hukum Taurat diawali dengan kata
“jangan”. Ketika firman Allah berbunyi jangan, justru bangsa Israel melanggar
10 hukum Allah.
YANG KEDELAPAN: "Bahkan jika binatang pun yang
menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan batu."
Artinya; menjalankan ibadah lahiriah akan terjadi
kejahatan dibalas kejahatan.
Binatang gambaran dari bangsa kafir, yang seharusnya
mendapat kesempatan, kemurahan-kemurahan dari Tuhan.
Tetapi kalau menjalankan ibadah secara lahiriah; tidak
mendapatkan kesempatan, tidak mendapat kemurahan Tuhan.
YANG KESEMBILAN: “... sangat mengerikan pemandangan itu ...”
Artinya; kalau menjalankan ibadah lahiriah, akan terlihat
banyak hal yang sangat mengerikan di dalamnya.
Seperti yang pernah saya saksikan; saya melihat dalam
suatu gereja yang beribadah dengan cara-cara lahiriah dan itu sangat mengerikan
sekali, dan pada saat itulah untuk yang pertama kalinya saya meneteskan air
mata karena melihat ibadah lahiriah tersebut, karena berupaya mencari jiwa
dengan cara-cara duniawi.
Ibadah lahiriah yang lain; dengan bebas laki-laki dan
perempuan bergandengan tangan, gembala sidang memperbolehkan sidang jemaat berjabat
tangan minimal dengan 10 orang sehingga suasana ibadah tidak tertib, ditambah
lagi berpakaian yang tidak sesuai dengan tahbisan yang benar, yaitu mini,
ketat dan sexy. Pemandangan dalam suasana ibadah tersebut sangat mengerikan.
Galatia 4: 21-25
(4:21) Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat,
tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat?
(4:22) Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang
dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka?
(4:23) Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan
menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji.
(4:24) Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua
ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak
perhambaan, itulah Hagar --
(4:25) Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab -- dan ia sama dengan
Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya.
Kalau menjalankan ibadah secara lahiriah, mempersembahkan
tubuh jasmani, tetapi tidak mempersembahkan manusia rohani (manusia batiniah);
menjadi hamba dosa, persis seperti bangsa Israel ketika menjalankan ibadah di gunung
Sinai.
Itu sebabnya Hagar digambarkan seperti gunung Sinai (yang
sekarang ada di tanah Arab, Yerusalem secara lahirah).
Itulah ibadah lahiriah; tidak mengandung janji, justru
menjadi hamba dosa.
Kalau sekiranya saja kita tidak hanya mempersembahkan
tubuh lahiriah, namun juga mempersembahkan manusia batiniah, maka manusia
batiniah kita akan dibaharui dari sehari ke sehari terjadi pembaharuan manusia
batiniah.
Sebaliknya, kalau menjalankan ibadah secara lahiriah, justru
menjadi hamba dosa.
Galatia 4: 1-3
(4:1) Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig,
sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan
dari segala sesuatu;
(4:2) tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat
yang telah ditentukan oleh bapanya.
(4:3) Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga
kepada roh-roh dunia.
Hamba dosa, berarti tidak akil balig, tidak sampai pada
kedewasaan rohani, dan hamba dosa tidak akan mewarisi Kerajaan Sorga, karena
hamba dosa takluk kepada roh-roh dunia.
Persis seperti bangsa Israel, membangkitkan kecemburuan Allah
dan menyakitkan hati Allah karena penyembahan berhala mereka, selanjutnya mereka mempersembahkan persembahan
kepada roh-roh jahat dan kepada roh-roh najis (Ulangan 32: 16-17).
Jalan keluarnya.
Ibrani 10: 7
(10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada
tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
Karena Tuhan tidak berkenan dan tidak menghendaki ibadah
yang dijalankan secara lahiriah, maka Allah menyediakan tubuh bagi kita, itulah
PRIBADI YESUS KRISTUS, Dia datang ke dunia dan mempersembahkan tubuh-Nya di
atas kayu salib untuk melakukan kehendak Allah Bapa, sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan
kepada Allah.
Matius 26: 42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya
Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya,
jadilah kehendak-Mu!"
Yesus harus meminum cawan Allah, berarti Ia harus menanggung
penderitaan di atas kayu salib, sehingga dengan demikian jadilah kehendak
Allah. Kehendak Allah terlaksana ketika Yesus menanggung penderitaan yang tidak
harus Ia tanggung di atas kayu salib.
Ketika menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung,
memang tidak enak, sakit rasanya bagi daging, sebagaimana dalam ayat 39, “... jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini
lalu dari pada-Ku ...”, menunjukkan betapa sakitkan ketika seseorang
menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
Tetapi sekalipun demikian, Yesus harus tetap meminum
cawan Allah, Dia harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung di
atas kayu salib, artinya; kehendak Allah yang jadi.
Kalau pun sakit dan susah di tengah-tengah ibadah
pelayanan, biarlah kehendak Allah yang jadi. Biarlah kita mengesampingkan
egosentris kita masing-masing, supaya jangan menjadi batu sandungan dengan
orang yang ada di sekitar kita, dengan demikian kita beribadah dengan cara yang
berkenan kepada Allah.
Galatia 4: 29
(4:29) Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging,
menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini.
“...dia, yang
diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian
juga sekarang ini,” artinya; orang yang beribadah dengan cara yang berkenan
kepada Allah akan mengalami aniaya karena firman (sengsara salib), menanggung
penderitaan yang tidak harus ia tanggung, seperti yang dialami oleh Ishak.
Ishak adalah anak janji, gambaran dari Allah Anak,
sedangkan Abraham gambaran dari Allah Bapa, dan Yakub gambaran Allah Roh Kudus.
Ibrani 12: 22-24
(12:22) Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang
hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan
yang meriah,
(12:23) dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar
di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh
orang-orang benar yang telah menjadi sempurna,
(12:24) dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah
pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.
Hasil menjalankan ibadah dengan cara yang berkenan.
YANG PERTAMA: “Datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang
hidup, Yerusalem sorgawi”, itulah kumpulan yang meriah.
Berarti, menjadi pengantin perempuan/mempelai wanita.
Wahyu 19: 6-9
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak,
seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya:
"Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!
Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap
sedia.
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang
berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka
yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku:
"Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."
Kumpulan besar orang banyak inilah yang menjadi pengantin
perempuan, mereka itu dikaruniakan kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan
yang putih bersih.
Lenan halus: perbuatan-perbuatan benar dari orang-orang
kudus.
Hasil menjalankan ibadah dengan cara yang berkenan.
YANG KEDUA: “Jemaat anak-anak sulung.”
Wahyu 14: 1, 4
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan
bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka
tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka
adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka
ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi
Anak Domba itu.
Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah
dan bagi Anak Domba itu, yaitu;
-
Orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan.
Artinya; tidak mencemarkan
diri dengan segala hawa nafsu dan keinginan daging. Sebab mereka itu murni sama
seperti perawan, tidak terkhamiri dengan ragi keburukan dan kejahatan, berarti
suci di atas suci.
-
Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia
pergi.
Berarti,
tergembala dengan baik dalam satu kandang dengan satu gembala.
Kalau
domba-domba tergembala dengan baik dalam satu kandang dengan satu gembala;
domba-domba mendengar suara gembala (dengar-dengaran) dan mengikuti gembala ke
mana saja Ia pergi.
Yesus Kristus
adalah Gembala Agung, biarlah kita mengikuti kemana saja Ia pergi. Kemana Ia
berada, di situ juga kita berada.
Kalau Tuhan
ijinkan, tahun 2016, kita akan melayani persekutuan Paskah di pulau Nias,
diawali di kota Gunung Sitoli dan lanjut ke kabupaten Nias Tengah. Setelah itu,
kita akan melayani di beberapa tempat di Medan. Biarlah kita terus mengikuti
geraknya firman pengajaran mempelai. Mungkin tubuh tidak bisa mengikuti
gembala, tetapi apa yang kita punya dapat kita persembahkan, juga doa kepada
Tuhan dapat kita persembahkan.
Kita kembali memperhatikan Ibrani 12: 23 ...
Kelebihan yang lain dari jemaat anak-anak sulung, yaitu: “Jemaat anak-anak sulung, yang namanya
terdaftar di sorga”, berarti namanya tertulis dalam kitab kehidupan Anak
Domba.
Hasil menjalankan ibadah dengan cara yang berkenan.
YANG KETIGA: “Kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru,
dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.”
Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung =
mengalami percikan darah, sebagaimana Imam Besar membawa darah lembu jantan dan
domba jantan sampai ke Ruangan Maha Suci, dan mengadakan 7 kali percikan di
atas tutup pendamaian dan 7 kali percikan di depan tabut perjanjian.
- 7 kali percikan di depan tabut perjanjian, itulah sengsara yang dialami gereja Tuhan untuk menyucikan dan
menyempurnakan gereja Tuhan.
-
7 kali percikan di atas tutup pendamaian, itulah sengsara yang dialami Yesus Kristus karena dosa manusia.
7 kali percikan darah memperoleh jaminan hidup yang
kekal, lebih kuat dari darah Habel, itulah yang membuat kita menjadi lebih
berharga di mata Tuhan.
Kita berharga karena kita menjalankan ibadah bukan dengan
cara lahiriah, melainkan dengan cara yang berkenan.
Ibrani 12: 25-27
(12:25) Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab
jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak
luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?
(12:26) Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia
memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi
saja, melainkan langit juga."
(12:27) Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada
apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang
tidak tergoncangkan.
Kalau kita menjalankan ibadah dengan cara yang benar,
maka firman yang kita terima memberikan janji, sama seperti Ishak menjadi ahli
waris, sebab dia adalah anak janji.
Galatia 4: 27-29
(4:27) Karena ada tertulis: "Bersukacitalah, hai si mandul yang tidak
pernah melahirkan! Bergembira dan bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak
pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan
mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami."
(4:28) Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak
janji.
(4:29) Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging,
menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini.
Ishak adalah anak janji, anak yang dilahirkan oleh
perempuan yang merdeka, itulah Sara, gambaran dari Yerusalem sorgawi, kerajaan
Sorga yang tak tergoncangkan.
Perlu diketahui; dia yang diperanakkan menurut daging,
menganiaya yang diperanakkan menurut roh.
Ketika menjalankan ibadah dengan cara yang berkenan
kepada Allah, di situ kita mengalami aniaya (sengsara salib), yaitu melakukan
apa yang menjadi kehendak Allah.
Abraham gambaran dari Allah Bapa. Ishak gambaran dari
Allah Anak. Yakub gambaran dari Allah Roh Kudus.
Tetapi akhirnya Ishak menjadi ahli waris, karena ia
adalah anak janji.
Ibrani 12: 26-27
(12:26) Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia
memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi
saja, melainkan langit juga."
(12:27) Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada
apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang
tidak tergoncangkan.
Kalimat yang mengatakan: “Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan
langit juga.”
Ungkapan satu kali lagi menunjukkan pada perubahan, sebab
langit yang pertama dan bumi yang pertama akan berlalu, bahkan laut pun tidak
akan ada lagi, dan itulah yang menjadi bagian kita kalau kita menjalankan
ibadah dengan cara yang berkenan kepada Tuhan, semua akan digoncangkan, supaya
tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan, yaitu kota kudus, Yerusalem yang
baru.
Wahyu 21: 1-3
(21:1) Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit
yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.
(21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari
sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan
untuk suaminya.
(21:3) Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata:
"Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam
bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi
Allah mereka.
Setelah langit yang pertama dan bumi yang pertama
berlalu, bahkan laut tidak ada lagi, maka terlihatlah kota yang kudus, Yerusalem
yang baru, yang turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin
perempuan yang berdandan untuk suaminya. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman Tuhan:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment