IBADAH
KAUM MUDA REMAJA, 18 JUNI 2016
“STUDY
YUSUF”
(SERI
99)
Subtema : CENTRAL DARI RENCANA
ALLAH
Shalom...!
Selamat malam,
salam sejahtera, salam dalam kasih Kristus, oleh karena kasih sayang dan kasih
setia Tuhan yang abadi kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Kaum Muda
Remaja sebagaimana biasanya di tempat ini, sungguh itu adalah kemurahan Tuhan,
karena Tuhan masih memberi kita kesempatan untuk menikmati firman dari study
Yusuf.
Sekarang kita memasuki pasal
40.
Kita bersyukur kita telah menikmati
study Yusuf dari Kejadian pasal 37, 39 dan sekarang berada di pasal 40 dalam
kurun waktu ± 4 tahun, kalau saya tidak salah, semua karena kemurahan Tuhan.
Kejadian 40:1-4
(40:1) Sesudah semuanya itu terjadilah, bahwa juru minuman raja Mesir
dan juru rotinya membuat kesalahan terhadap tuannya, raja Mesir itu,
(40:2) maka murkalah Firaun kepada kedua pegawai istananya, kepala juru
minuman dan kepala juru roti itu.
(40:3) Ia menahan mereka dalam rumah kepala pengawal raja, dalam penjara
tempat Yusuf dikurung.
(40:4) Kepala pengawal raja menempatkan Yusuf bersama-sama dengan mereka
untuk melayani mereka. Demikianlah mereka ditahan beberapa waktu lamanya.
Di sini kita melihat juru
minuman dan juru roti raja, membuat kesalahan kepada tuannya firaun, maka
murkalah firaun kepada mereka sehinga mereka di masukkan ke dalam penjara.
Kita perhatikan kalimat: “Kepala
pengawal raja (Potifar) menempatkan Yusuf bersama-sama dengan juru minuman dan
juru roti untuk melayani mereka.” Menunjukkan segala sesuatu yang terjadi menimpa atas Yusuf semuanya
adalah di dalam rencana Allah.
Untuk menguatkan ayat ini kita lihat kalimat
berikutnya; “Demikianlah mereka ditahan beberapa waktu lamanya.” Berarti bersifat
sementara, bahkan hanya tiga hari saja (ayat
13).
Ini juga menguatkan kita
bahwa Yusuf betul-betul berada di dalam rencana Allah.
Sedikit kesaksian:
Waktu saya memperoleh
rumah/ tempat tinggal (pastory) betul-betul itu dari Tuhan dan sesuai dengan
rencana Tuhan, karena seorang hamba Tuhan tidak mudah memperoleh rumah yang
sifatnya KPR BTN. Karena untuk mengambil rumah itu syaratnya; slip gaji minimal
tiga bulan terakhir. Tetapi Tuhan punya cara tersendiri supaya saya memiliki
tempat tinggal (pastory) dengan dikirimkan-Nyalah seorang pemimpin kepala
cabang di BTN Cilegon untuk mempermudahkan segala sesuatunya.
Diawali dari perkenalan
saya dengan seorang assistant manager marketing di perum perumnas Cilegon, dia
adalah orang tua dari murid (agama Kristen) saya. Namun tidak lama kemudian pimpinan cabang
bank BTN Cilegon pindah tugas. Juga orang tua murid yang
saya didik pindah ke surabaya. Jadi mereka ada hanya untuk mempermudah saya
mendapatkan rumah.
Kisah para rasul 2:23-24
(2:23) Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah
kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.
(2:24) Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari
sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.
“Yesus diserahkan Allah Bapa menurut maksud dan rencana-Nya.”
Jadi segala sesuatu yang
telah dikerjakan oleh Yesus Kristus selama 33,5 tahun di atas muka bumi itu
menurut maksud dan rencana Allah.
Rencana Allah di dalam
diri Yesus: Yesus harus mati terbunuh di atas kayu salib dan pada hari yang ketiga
Ia dibangkitkan = maut telah dikalahkan otomatis lepas dari sengsara
maut.
Saudaraku maut adalah
musuh yang terakhir sesuai dengan 1
Korintus 15, bangkit berarti; lepas dari sengsara maut.
Mari kita lihat sengsara maut.
1 Korintus 15:26, 54-56
(15:26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
(15:54) Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat
binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan
genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
(15:55) Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah
sengatmu?"
(15:56) Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
Sengsara maut = sengat
maut, itulah dosa.
Jadi dosalah yang
menimbulkan derita dan sengsara sampai memahitkan hati seseorang à orang yang tertindas.
Sedangkan kuasa dosa /
hasil dari perbuatan dosa ialah: hukum
Taurat.
Hukum Taurat berarti; “mata ganti mata gigi ganti gigi.”
Arti rohaninya; kejahatan
dibalas dengan kejahatan = orang yang berdosa / bersalah tidak luput dari
penghukuman.
Kalau orang mencuri maka
tangan akan dipotong, kalau mengulangi lagi dosa yang sama, tangan akan
dipotong terus menerus sampai bertangan kudung. Demikian juga kalau lidah
berdusta akan di potong, kalau diulangi
akan dipotong lagi sampai tidak mempunyai lidah.
Pendeknya orang yang
berada di bawah hukum taurat menderita dan binasa, itulah sengsara
maut.
Kebangkitan Yesus
melepaskan kita dari maut, itulah maksud dan rencana Allah terhadap anak-anak
Tuhan terlebih kaum muda remaja Cilegon; lepas dari sengsara maut.
Jadi kalaupun mengalami
sedikit masalah, jangan keburu tersinggung, jangan cepat-cepat / buru-buru
mengambil keputusan menurut akal dan pikiran manusia.
Yusuf sabar diperlakukan
semena-mena oleh saudara-saudaranya, di jual kepada saudagar dari Midian,
kemudian dibawa ke Mesir di jual kepada Potifar (pengawal istana), kemudian di
situ juga ia difitnah oleh isteri Potifar sampai ia masuk ke dalam penjara
bersama dengan juru minuman dan juru roti.
Rencana Tuhan kepada Daud.
Kisah para rasul 2: 27-28
(2:27) sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan
tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
(2:28) Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan
melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.
Rencana Tuhan terhadap
anak-anak Tuhan / dilihat dari sisi
pengakuan Daud, yaitu;
Pertama:“Allah tidak menyerahkan anak-anak Tuhan
kepada dunia orang mati” = lepas dari sengsara maut = tidak membiarkan
orang-orang kudus melihat kebinasaan.
Kedua:
Allah memberitahukan kepada anak-anak Tuhan (kaum muda remaja) jalan kehidupan.
Kalau seseorang berjalan
tanpa mengetahui jalan yang dia lalui maka tersesatlah dia di tengah
perjalanannya.
Tetapi di sini kita
perhatikan; Allah memberitahukan jalan untuk menuju kepada kehidupan.
Tuhan membawa kita sampai sejauh ini dengan tujuan; Ia mau menunjukkan jalan
menuju kehidupan.
Waktu Tuhan adalah waktu
manusia, tetapi rancana manusia bukan rencana Tuhan.
Mari kita lihat...
Yohanes 14:4-10
(14:4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ."
(14:5) Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana
Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?"
(14:6) Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
(14:7) Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku.
Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."
(14:8) Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu
kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."
(14:9) Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama
kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku,
ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada
kami.
(14:10) Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku
sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan
pekerjaan-Nya.
Ketika kita belum
mengetahui jalan menuju kehidupan persis seperti dua pribadi, yaitu; Tomas dan Filipus.
Tomas
tidak tahu jalan kebenaran menuju kehidupan (rumah bapa di sorga), sedangkan Filipus tidak mengenal bapa di sorga,
padahal dia sudah melihat pribadi Yesus Kristus.
Berbanding terbalik dengan pribadi Daud, ia tahu jalan (kebenaran) menuju kehidupan, karena
Tuhan telah memberitahukan kepada Daud.
Ketiga:
“Allah akan melimpahi anak-anak Tuhan
dengan sukacita dihadapan-Nya.”
Saudaraku, sukacita di
bumi ini banyak, tetapi persis seperti sumur Yakub, kepuasan yang diberikan sifatnya
sementara.
Barangsiapa minum dari sumur Yakub ia akan haus lagi seperti yang
dialami oleh perempuan Samaria. Bukti dia haus; tidak cukup memiliki satu
laki-laki.
Jadi sukacita yang
berasal dari dunia hanya bersifat sementara, bahkan sifatnya kamuflase / bayangan saja (tidak
nyata), sedangkan sukacita yang dari Allah sifatnya kekal à sukacita mempelai.
Yohanes 3:29-30
(3:29) Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi
sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya,
sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku,
dan sekarang sukacitaku itu penuh.
(3:30) Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.
Sukacita penuh menunjuk
kepada sukacita mempelai,
berarti;
kekal. Sebab itu firman
pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel memberi sukacita penuh.
Keadaan setelah berada di
dalam rencana Allah:
YANG PERTAMA
Kisah para rasul 2:25-26
(2:25) Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada
Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
(2:26) Sebab itu hatiku
bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan
tenteram,
“Aku senantiasa memandang kepada Tuhan.”
Alasan
Daud memandang kepada Tuhan; “karena Ia
berdiri disebelah kanan-Nya.”
Roma
8:31-34
(8:31) Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu?
Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
(8:32) Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang
menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan
segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
(8:33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang
membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?
(8:34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah
bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela
bagi kita?
Yesus
berdiri disebelah kanan artinya; Yesus tampil sebagai pembela.
Kalau
Tuhan di pihak kita tidak ada orang yang menggugat dan menghukum
sebab Dia yang telah mati
dan bangkit, duduk disebelah kanan Allah Bapa, tampil sebagai pembela. Jadi
betul-betul rencana Allah itu terhadap anak-anak Tuhan real, benar-benar nyata.
Kisah
para rasul 2:25
(2:25) Sebab Daud berkata
tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di
sebelah kananku, aku tidak goyah.
Kalau
Tuhan tampil sebagai pembela kita tidak akan goyah, satu langkahpun tidak akan
mundur dalam pengikutan dan pengiringan kita kepada Tuhan.
Tidak
goyah à pendirian yang kuat.
1
Korintus 15:57-58
(15:57) Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita
kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
(15:58) Karena itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah
selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan
Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
Berdiri teguh jangan goyah = giatlah selalu dalam pekerjaan
Tuhan, selangkahpun tidak mundur.
Ada orang berkata; aku tidak akan goyah, tetapi tidak
giat bahkan tidak mau melayani Tuhan, itu namanya salah kaprah. Yang dimaksud
dengan tidak akan goyah; giat selalu dalam pekerjaan Tuhan.
Dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payah kita tidak
sia-sia. Semua jerih paya tidak sia-sia, semua diperhitungkan
oleh Tuhan. Semakin giat bekerja, semakin kita diperhitungkan.
YANG KEDUA
“Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,”
Hati =
batin = manusia rohani bersukacita, jiwa
bersorak-sorak, tubuh akan diam
dengan tentram, itu menunjukkan bahwa tubuh,
jiwa dan Roh dipelihara oleh Tuhan.
Tubuh
akan diam dan tentram = tenang seperti Yakub, beda dengan Esau kakaknya /
abangnya, sibuk memburu daging. Tinggalnya; di padang, menunjukkan
bahwa Esau adalah seorang yang tidak
tenang,
sehingga Esau menjadi seorang yang lelah = tubuh tidak terpelihara. Pada saat dia pulang dari padang dia lelah / tidak
tenang, tidak tentram.
Kalau
jiwa tidak dipelihara seseorang menjadi
stress, kalau dibiarkan ujung-ujungnya gila. Kalau hati / batin = manusia roh,
tidak dipelihara yang terjadi timbul akar pahit, hidupnya pahit.
Kita
patut bersyukur kepada Tuhan kita ada di dalam rencana Tuhan, sehingga tubuh,
jiwa dan roh kita dipelihara.
Kita masuk lebih dalam, pada
intinya
Central dari semua rencana Allah (titik
pusat).
Kisah para rasul 2:21-23
(2:22) Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku
maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan
yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan
tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah
kamu, seperti yang kamu tahu.
(2:23) Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah
kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.
Rencana Tuhan kepada manusia;
ditentukan di dalam pribadi Yesus Kristus; Dia mati terbunuh di atas kayu salib
dan bangkit pada hari ketiga.
Kesimpulannya, central dari rencana Allah terletak pada
salib, Yesus tidak akan mati terbunuh dan bangkit pada hari ketiga kalau Ia tidak disalibkan.
Jadi jangan lari dari salib,
kalau kenyataannya kita harus memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan
jangan lari dari sana, hadapi sampai nanti firman itu tergenapi dalam kehidupan
kita.
Di dalam kesetiaan Yesus
sebagai Anak Allah terangkum seluruh kehendak Allah. Kalau Yesus tidak setia,
kehendak Allah tidak terlaksana oleh-Nya,.
Jadi apapun adanya keadaan kita
di tengah ibadah dan pelayanan, kalau harus pikul salib, pikul saja, jangan
lari dari kenyataan, jangan jadi pecundang, kita harus menjadi aktor intelektual,
aktor utama dalam rencana Allah, dia sudah atur seperti apa kita berlakon di
hadapan Tuhan. Dia sutradara di atas sutradara, Allah telah mengatur segala
sesuatunya.
Matius 16:21
(16:21) Sejak waktu itu
Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem
dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Yesus harus pergi ke Yerusalem
untuk menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam -imam kepala dan
ahli-ahli Taurat lalu mati terbunuh di atas kayu salib dan pada hari yang
ketiga Ia akan dibangkitkan, inilah pemberitahuan yang pertama kepada
murid-murid-Nya.
Jadi betul-betul central dari
pada rencana Allah letaknya pada salib, semua orang harus tahu.
Yerusalem à pusat kota kerajaan damai = tempat kita beribadah dan
melayani.
Kalau kita banyak mengalami
sengsara salib di tengah ibadah dan pelayanan, berarti; kita sudah berada pada
titik pusatnya, sudah berada di dalam centralnya rencana Allah, itu posisi yang
sudah tepat sekali, tidak usah ragu lagi.
Itu sebabnya Yesus
memberitahukan penderitaan-Nya kepada murid-murid supaya mereka berada pada
centralnya rencana Allah.
Tua-tua, imam-imam kepala dan
ahli-ahli taurat à tukang-tukang (ahli-ahli) bangunan.
Jangan lagi bersedih hati di
saat memikul salib, sebab kita sedang berada pada posisi yang tepat (berada
dalam rencana Allah. Jangan menyesal, cabut penyesalan di masa yang lalu sampai
akar-akarnya.
1 Petrus 2:5-6
(2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk
pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan
persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku
meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal,
dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
Perhatikan; Allah telah
meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal.
Batu penjuru à pribadi Yesus
yang disalibkan = Korban Kristus.
Sion
itulah pusat kerajaan damai à kota
mempelai, ibadah dan pelayanan.
1 Petrus 2:7
(2:7) Karena itu bagi
kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu
yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru,
juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."
Batu
yang telah dibuang oleh tukang-tukang telah menjadi batu penjuru à pribadi Yesus Kristus
yang disalibkan = korban Kristus. Tukang-tukang bangunan adalah tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat.
Perhatikan
kalimat ini; “batu penjuru telah menjadi
batu sentuhan dan batu sandungan”, artinya; korban Kristus, bisa menjadi suatu batu
sentuhan dan suatu batu sandungan,
tergantung dari sudut mana seseorang melihatnya, dari kacamata mana ia
memandang batu penjuru itu. Ini perlu diperhatikan
Kita
memandang salib Kristus dari sudut pandang mana? Kalau bagi orang Yunani salib
Kristus adalah suatu kebodohan, sebab yang mereka kehendaki adalah hikmat.
Mengerti
hikmat = mengerti firman tetapi tidak menjadi pelaku sama seperti ahli Taurat,
sedangkan orang Yahudi bagi mereka pemberitaan firman tentang salib itu menjadi
batu sandungan karena yang mereka kehendaki adalah tanda-tanda heran, hanya
mujizat-mujizat semata, orientasi pelayanan mereka adalah mujizat dan berkat,
kalau tidak tercapai, salib menjadi sandungan, mereka tersandung terhadap
salib. Jadi tergantung dari sudut mana kita melihat batu penjuru ini.
Dulu
awal mula tergembala kita sering kaget-kagetan, hampir tersandung dalam setiap
ibadah, oleh karena pemberitaan firman
tentang salib Kristus. Sesungguhnya, pemberitaan firman tentang salib Kristus
bukan suatu kekejian atau kekejaman, melainkan didikan Tuhan bagi kita. Justru
saya ingin apa yang telah saya alami, kaum
muda juga alami, sebab saliblah yang menjadi kekuatan saya sampai hari ini.
Latar belakang saya dari keturunan broken home, bukan orang kaya, kalau bisa
bertahan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini, semua karena darah salib
Kristus.
Bidikan itu harus tepat pada
sasaran (titik fokus) / central. Kita sedang membidik kehidupan yang kekal,
berada di dalam rencana Allah, centralnya adalah; salib.
Kalau bidikan tidak fokus, maka arahnya akan melenceng, kalau kita tidak ada dalam centralnya rencana Allah
sasarannya adalah pembangunan tubuh Babel, bukan pembangunan tubuh Kristus.
Mari
kita lihat....
batu
sentuhaan.
Lukas
20:17-19
(20:17) Tetapi Yesus memandang mereka dan berkata: "Jika demikian
apakah arti nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah
menjadi batu penjuru?
(20:18) Barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur, dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk."
(20:19) Lalu ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala berusaha menangkap
Dia pada saat itu juga, sebab mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya
dengan perumpamaan itu, tetapi mereka takut kepada orang banyak.
Perhatikan; “batu yang dibuang oleh tukang-tukang
bangunan telah menjadi batu penjuru.”
Keadaan ketika jatuh ke atas batu penjuru; ia akan hancur berkeping-keping.
Kemudian, barangsiapa
ditimpa batu itu ia akan: remuk.
Inilah yang dialami oleh
orang-orang yang menghargai batu yang mahal yang telah diletakkan di atas
gunung Sion; rela menjadi hancur dan remuk.
Rela hancur dan remuk à dia telah memandang batu
penjuru menjadi batu sentuhan.
Sesungguhnya pemberitaan firman tentang salib mampu menyentuh setiap
hati kita, sehingga rela hancur dan remuk, rela menjadi korban
sembelihan, sebab itu tergantung dari sudut mana kita memandang salib Kristus.
Kalau rela hancur dan remuk berarti batu penjuru telah menjadi batu sentuhan.
Malam ini kita telah
dilawat oleh Tuhan, hati kita disentuh dengan kasih yang sempurna, hati kita
telah dihiasi oleh kasih Allah sampai hati kita hancur dan remuk. Kita pandang
batu penjuru sebagai batu sentuhan, kita pandang ibadah dan pelayanan ini
sebagai sentuhan kasih sayang dan kasih setia Tuhan, lawatan Tuhan kepada kita,
jangan keliru lagi, kadang pemikiran kita ini keliru.
BATU SANDUNGAN
1 Petrus 2:7
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka
yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan,
telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu
sandungan."
Batu
penjuru juga menjadi batu sentuhan tetapi juga bisa menjadi batu sandungan, tergantung dari sudut
mana seseorang memandang salib Kristus.
Matius
16:22-23
(16:22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya:
"Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan
menimpa Engkau."
(16:23) Maka Yesus
berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu
sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,
melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Petrus, segera menarik
dan menegor Yesus katanya; “Tuhan,
kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa
Engkau."
Sikap
dari Simon Petrus, menunjukkan bahwa ia sedang menggunakan akal pikiran dan
perasaan manusia daging.
Orang
yang menghindari salib adalah orang yang sedang menggunakan akal pikiran
manusia daging.
Pikiran manusia daging,
sumbernya dari mana?
Matius
16: 23
(16:23) Maka Yesus
berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu
sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,
melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Menolak
salib Kristus berarti; salib menjadi batu sandungan.
Bagi
orang Yahudi; salib menjadi batu sandungan, mereka tersandung karena mereka hanya menghendaki tanda-tanda heran, mujizat-muzjiat semata.
Saudaraku,
orang yang tersandung terhadap salib berarti tidak memikirkan apa yang
dipikirkan oleh Allah. Sesungguhnya, di dalam seluruh pemikiran Allah adalah
supaya manusia berdosa diselamatkan, tentu lewat salib. Tetapi ahli-ahli
bangunan tidak menghargai batu penjuru, justru membuang batu yang mahal yang
dipilih itu, mereka tersandung. Berarti; tidak memikirkan apa yang dipikirkan
oleh Allah melainkan memikirkan apa yang dipikirkan manusia daging.
Kalau
kita melayani tidak berlandaskan korban Kristus kita tidak ada kekuatan,
bagaikan sebuah bangunan yang indah tetapi rapuh. Kalau melayani tanpa di
dasari oleh korban Kristus, tanpa memandang korban Kristus, tidak ada kekuatan,
itu hanya kamuflase saja, pelayanan hanya bersifat bayangan saja, bukan pada
hakikatnya.
Matius
16:24
(16:24) Lalu Yesus
berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Sesungguhnya
setiap orang yang mengikuti dan melayani Tuhan syaratnya adalah; menghargai
batu penjuru, batu yang mahal yang telah dipilih oleh Allah, yang telah
diletakkan di gunung Sion.
Menghargai
batu penjuru artinya; menyangkal diri
dan memikul salib.
Inilah
syarat mutlak mengikut dan melayani Tuhan sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Sudah sangat jelas dalam Matius 26
Yesus berkata; cawan ini tidak mungkin berlalu apabila Aku tidak meminumnya.
Jadi
sangkal diri dan pikul salib tidak boleh ditawar-tawar lagi, itu syarat mutlak
untuk ikut dan layani Tuhan (Matius
26:42). Apapun yang dipercayakan oleh Tuhan untuk dikerjakan, kerjakan,
jangan tawar menawar dan berkata; tapi om, soalnya, aku kurang tidur dan lain
sebagainya.
Keterangan:
-
Sangkal diri berarti menyangkal segala
sesuatu yang ada di dalam dirinya termasuk kelebihan-kelebihan yang dia miliki
= tidak bermegah.
2 Korintus 12:1-4
(12:1) Aku harus
bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku
hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan
yang kuterima dari Tuhan.
(12:2) Aku tahu tentang
seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak
tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu
tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.
(12:3) Aku juga tahu
tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu,
Allah yang mengetahuinya--
(12:4) ia tiba-tiba
diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak
boleh diucapkan manusia
(12:5) Atas orang itu aku
hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain
atas kelemahan-kelemahanku.
Rasul Paulus ketika diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga disebut
juga Firdaus di situ ia menerima dua hal, yaitu;
·
Penglihatan-penglihatan.
·
Penyataan-penyataan yang hebat dari Tuhan.
·
Ia mendengarkan kata-kata yang tak terkatakan yang
tidak boleh diucapkan manusia.
Ini adalah suatu kelebihan yang luar biasa, yang tidak diterima /
diperoleh orang lain. Tetapi, sekalipun demikian dia tidak bermegah atas
kelebihan-kelebihan yang dimiliki itu, ia tidak lantas menyombongkan diri,
rasul Paulus tidak merasa diri hebat dan benar, tidak merasa diri besar, dia
dapat menahan diri, tanpa penonjolan diri.
2 Korintus 12:6
(12:6) Sebab sekiranya
aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan
kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang
menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang
mereka dengar dari padaku.
Rasul Paulus tidak mau bermegah karena dia bukan orang bodoh lagi.
Kalau orang suka menonjolkan diri itu adalah tanda, bahwa dia adalah orang bodoh, sebab itu rasul
Paulus tidak bermegah, ia menahan diri, supaya tidak ada orang memperhitungkan
kepadanya lebih dari pada apa yang dilihat dan lebih dari pada apa yang mereka
dengar. Kalau perkataan dan perbuatan tidak sama itu bisa diperhitungkan kepada
orang itu.
Sebetulnya ada dasar untuk bermegah karena semua yang dia ceritakan itu
adalah pengalaman hidupnya, tetapi sekalipun demikian ia tidak mau bermegah,
dia sangkal diri, dia berusaha untuk menahan diri karena orang yang merasa diri
bisa, mampu dan lain sebagainya itu adalah suatu kebodohan.
Kalaupun kita memiliki ini itu, dikaruniakan karunia-karunia Roh dan
jabatan-jabatan, termasuk pernyataan dan penglihatan tidak perlu bermegah,
teramat lebih dalam perkara lahiriah, tidak perlu bermegah.
2 Korintus 12:6
(12:7) Dan supaya aku
jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka
aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk
menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
Justru atas seijin Tuhan, diberi suatu duri di dalam daging rasul Paulus
yaitu; seorang utusan Iblis untuk menggocoh dia. Duri dalam daging menggocoh / mengalami banyak sengsara, tujuannya
hanya satu; supaya ia jangan meninggikan diri.
2 Korintus 12:8
(12:8) Tentang hal itu
aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari
padaku.
Dalam hal ini rasul Paulus memohon sebanyak tiga kali supaya duri dalam
daging itu dilepaskan dari dalam dirinya.
Tetapi lihat jawaban Tuhan terhadap permohonan sebanyak tiga kali.
2 Korintus 12:9
(12:9) Tetapi jawab Tuhan
kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam
kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku
bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Rasul Paulus terlebih suka bermegah atas kelemahan, atas sengsara salib,
supaya kuasa Kristus turun menaungi dia sebab duri dalam daging (sengsara
salib) itu adalah kasih karunia.
Menanggung penderitaan yang tidak harus di tanggung itu adalah kasih karunia...
1 Petrus 2:19.
Jadi rasul Paulus bermegah atas kelemahan, atas sengsara salib, dia
tidak bermegah atas kelebihan yang dia miliki, supaya dia hidup oleh karena kasih karunia.
Sengsara salib itu kasih karunia karena sengsara salib adalah central dari
pada seluruh rencana Allah, dalam kebodohan kita sering kali menyesali diri
meratapi diri, menyalahkan Tuhan dan orang lain karena sengsara salib. sekarang
Tuhan telah menerangi hati dan pikiran kita tentunya, supaya kita berada di
dalam rencana Allah yang indah.
2 Korintus 12:10
(12:10) Karena itu aku
senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di
dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Perhatikan; “rasul Paulus senang
dan rela di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan
kesesakan oleh karena Kristus.”
Alasan bermegah di dalam kelemahan; sebab jika aku lemah maka aku kuat,
tetapi sebaliknya kalau seseorang merasa diri kuat, di situ dia lemah.
Seharusnya dalam setiap pergantian tahun raja-raja akan memimpin pasukan
perangnya tetapi pada hari itu Daud ada di atas sotoh istana kerajaan, ia tidak
berperang (tidak berjuang), pada saat
itulah dia jatuh dalam dosa = lemah.
-
Pikul salib berarti; memikul
tanggung jawab yang Tuhan percayakan.
Tuhan percayakan tanggungjawab dalam perkara kecil, baik dalam peraka
besar, pikul saja.
Matius 25:15-18
(25:15) Yang seorang
diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi
satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
(25:16) Segera pergilah
hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba
lima talenta.
(25:17) Hamba yang
menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
(25:18) Tetapi hamba yang
menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu
menyembunyikan uang tuannya.
Di sini kita perhatikan tuan dari hamba-hamba itu mempercayakan talenta
kepada hamba-hambanya.
Tuan dari hamba-hamba Tuhan, ialah; Tuhan Yesus Kristus.
Kepada hamba yang pertama dipercayakan lima talenta, kemudian hamba itu
mengusahakannya lalu memperoleh laba lima talenta. Hamba yang kedua dipercaya
dua talenta dan mengusahakannya lalu ia memperoleh laba dua talenta pula. Hamba
yang pertama dan kedua memikul
tanggungjawab sesuai dengan apa yang dipercayakan oleh tuannya.
Sedangkan hamba yang ketiga dipercayakan satu talenta, lebih kecil dari
pada hamba yang pertama dan kedua, tetapi
di sini kita melihat; “ia pergi dan
menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.”
Pendeknya, hamba yang ketiga mengubur talenta.
Berarti hamba yang ketiga tidak memikul tanggungjawab yang dipercayakan
oleh tuannya
Mengubur talenta arti rohaninya;
·
Mengubur masa depan = masa depan suram.
·
Binasa sebelum hari penghakiman.
Mengubur talenta yang dipercayakan; binasa sebelum hari penghakiman,
binasa sebelum Yesus tampil sebagai Raja yang berkuasa untuk menghakimi.
Yang malas-malas, ini adalah suatu peringatan besar kepada kita, masa
depan kita ada di tangan Tuhan. Masa depan yang indah penuh bahagia ada di
tangan Tuhan, talenta jangan dikubur, apapun yang dipercayakan Tuhan pikul
saja.
Matius 25:20-23
(25:20) Hamba yang
menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya:
Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima
talenta.
(25:21) Maka kata tuannya
itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
(25:22) Lalu datanglah
hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan
kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
(25:23) Maka kata tuannya
itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia,
engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan
memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan
turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Karena setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil maka; hamba
yang pertama dan hamba yang kedua ini disebut hamba yang baik dan setia.
Bila setia memikul tanggungjawab dalam perkara kecil; maka Tuhan akan
mempercayakan tanggungjawab dalam perkara yang besar.
Jadi tidak cukup hanya sebutan baik, tetapi juga harus setia. Banyak
orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya? Amsal 20:6. Taat sampai mati bahkan
sampai mati di atas kayu salib = setia. Yesus setia, sebagai Anak Dia setia.
Belajar untuk menjadi hamba yang taat, setia, dengar-dengaran.
Dampak positif setia
dalam perkara kecil: “masuk dan turut
dalam kebahagiaan tuannya.”
Kebahagiaan di sini adalah kebahagiaan yang kekal. Saat ini kita telah
masuk dan turut dalam kebahagiaan tuannya. Yesus Kristus adalah tuan dari
setiap hamba-hamba Tuhan. Kita telah masuk dan turut dalam kebahagiaan à duduk makan sehidangan
dengan Allah, kita telah menikmati tubuh dan darah-Nya.
Saudaraku, ini akan memuncak sampai kepada kebahagiaan yang kekal; duduk
makan sehidangan yang sifatnya International, di mulai dari kandang
penggembalaan, antar kandang penggembalaan (antar gereja), sampai antar negara;
duduk makan sehidangan dengan Dia, masuk dalam kebahagiaan yang kekal yaitu; pesta nikah Anak Domba.
Wahyu 19:6-9
(19:6) Lalu aku mendengar
seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru
guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang
Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita
bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak
Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
(19:8) Dan kepadanya
dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang
putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari
orang-orang kudus.)
(19:9) Lalu ia berkata
kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan
kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah
benar, perkataan-perkataan dari Allah."
Puncaknya, masuk dalam pesta nikah Anak Domba
dan berbahagialah mereka yang diundang dalam perjamuan kawin Anak Domba.
Inilah sasaran akhir dari pada kebahagiaan,
sifatnya kekal, tidak sementara.
Ini dampak positif kalau kita setia memikul
tanggung jawab dalam perkara yang kecil, dan dipercayakan tanggungjawab dalam
perkara yang besar, sampai pada akhir tujuan, yaitu; turut dan masuk dalam
kebahagiaan yang kekal.
Berbahagialah mereka yang diundang dalam
perjamuan kawin Anak Domba, perkataan ini benar, jadi jangan ragu lagi dengan
firman pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Apa yang membuat kita ragu? Perkataan ini
benar. Pengajaran mempelai membawa kita masuk pada pesta nikah Anak Domba,
sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan, bukan berkat, bukan tanda-tanda heran.
Kalau hanya tanda-tanda heran nanti tersandung, rencana Allah gagal.
Sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan kita
di atas muka bumi ini adalah; pesta nikah Anak Domba.
Yusuf betul-betul berada dalam rencana Allah
yang besar, centralnya adalah; salib. Tidak usah lagi mengeluh, tidak usah lagi
bersungut-sungut, tidak usah lagi bersusah hati, sebab Tuhan sedang menyediakan
tempat sebanyak jiwa yang diselamatkan. Amin.
Tuhan yesus kristus kepala gereja mempelai
pria sorga memberkati
Pemberita firman oleh;
Gembala sidang; Pdt.
Danile u. Sitohang
No comments:
Post a Comment