Ibadah raya minggu, 26 juni
2016
“wahyu pasal empat”
(SERI 27)
Subtema :
TIDAK ADA
ASAP KALAU TIDAK ADA API
Shalom selamat malam salam
sejahtera bagi kita sekaliannya, oleh karena kemurahan hati Tuhan kita
dimungkinkan untuk melangsungkan ibadah raya minggu disertai dengan kesaksian.
Kita telah mempersembahkan
puji-pujian, doa dan melayani Tuhan sesuai dengan karunia-karunia yang
diperoleh tiap-tiap orang, sampai nanti cara kita mendengar firman Tuhan, kiranya
itu menjadi korban persembahan yang berbau harum.
Kita segera memperhatikan
firman penggembalaan untuk ibadah raya minggu dari...
Wahyu 4:6-7
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di
tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan
mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.
(4:7) Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang
kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti
muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.
Kita akan kembali diingatkan
oleh empat makhluk ini, sebab itu kita perhatikan di sini: “Di tengah-tengah
takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk.”
Saat ini kita berada
menghadap takhta kasih karunia, berarti; melayani Tuhan karena kemurahan bagi
kita semuanya. Seindah-indahnya sorga kalau tidak ada takhta di dalamnya,
kerajaan sorga tidak berarti. Seindah-indahnya segala sesuatu, segala perkara
di atas muka bumi ini, kalau kita tidak melayani Raja di atas segala
raja segalanya tidak ada artinya. Kedudukan, jabatan, ijazah tidak ada artinya;
nol, kalau kita tidak beribadah dan melayani Tuhan.
Tidak salah sekolah,
kuliah, sampai ke jenjang yang tinggi S1, S2, S3, tetapi Tuhan nomor satu, yang
cari uang juga tidak salah, tetapi Tuhan nomor satu. Sebab itu kita kagum melihat
4 makhluk mereka ada di tengah-tengah takhta dan sekelilingnya dan kita
bersyukur malam ini berada di tengah-tengah takhta, kehadiran kita bukan suatu
kebetulan tetapi Tuhan punya rencana yang indah bagi kita, kalau kita mau
berada di dalam rencana Allah yang besar, masa depan indah, penuh dengan
harapan.
Masa depan tidak perlu
takut bagi yang melayani, mungkin hari ini situasi, kondisi belum menguntungkan,
belum berpihak, tetap bertahan, jangan lelah sebab kita tahu Dia tetap menopang
kita terkhusus bagi mereka yang melayani Tuhan (imamat rajani).
Kemudian empat makhluk
tersebut: “Penuh dengan mata.”
Mata dalam Matius 6:22 adalah pelita. Fungsi
pelita; menerangi seluruh anggota tubuh. Berarti dapat kita simpulkan 4 makhluk
penuh dengan mata = seluruh hidup ada dalam terang.
Kemudian posisi dari mata
itu: “Disebelah muka dan sebelah belakang.”
Arti rohaninya; perjalanan
hidup rohani kita ke depan ada dalam terang, karena dosa masa lalu telah diselesaikan
= telah diterangi. Kalau dosa masa lalu belum diselesaikan itu ibarat si
pendendam, kalau dosanya itu belum diterangi dia akan terus mengejar, tetapi
kalau dosa masa lalu telah diselesaikan = diterangi, maka perjalanan hidup rohani ke depan ada dalam terang, kalaupun ada
sandungan-sandungan kita bisa lalui. Banyak sandungan dalam perjalanan rohani,
sandungan nikah banyak, tetapi kalau dosa masa lalu telah diterangi otomatis
perjalanan hidup rohani ke depan ada dalam terang.
Mari kita lihat rupa /
muka dari empat makhluk tersebut.
Makhluk yang pertama:
sama seperti singa.
Makhluk yang kedua: sama
seperti anak lembu.
Makhluk yang ketiga: sama
seperti muka seperti muka manusia.
Makhluk yang keempat:
sama seperti burung nazar yang
terbang tinggi.
Empat makhluk hidup ini
bila dikaitkan dengan Tabernakel terkena kepada empat tiang; pemisah antara
ruangan suci dengan ruangan maha suci.
Keluaran 26:30-32
(26:30) Kemudian haruslah kaudirikan Kemah Suci sesuai dengan rancangan
yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.
(26:31) Haruslah kaubuat tabir dari kain ungu tua, dan kain ungu muda,
kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya; haruslah dibuat dengan
ada kerubnya, buatan ahli tenun.
(26:32) Haruslah engkau menggantungkannya pada empat tiang dari kayu
penaga, yang disalut dengan emas, dengan ada kaitannya dari emas, berdasarkan
empat alas perak.
Tadi empat makhluk
dikaitkan dengan Tabernakel terkena kepada 4 tiang. Jadi posisi dari empat
tiang itu berada diantara ruangan suci dengan ruangan maha suci, jadi dia
pemisah, lalu tabir bait suci itu digantungkan pada keempat tiang tersebut.
Matius 27:50-51
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan
nyawa-Nya.
(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke
bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
“Tabir atau tirai terbelah dua dari atas sampai bawah.”
Tabir yang terbelah dua
dari atas sampai ke bawah à perobekan
daging / penyaliban terhadap daging seutuhnya dari ujung kepala sampai ujung
kaki.
Kesimpulannya; empat
tiang à 4 pribadi yang sudah
mengalami perobekan daging, serta diangkat hidup-hidup ke sorga. Itulah pribadi
Henok, Musa, Elia dan Yesus Kristus.
Keluaran 26:31
(26:31) Haruslah kaubuat tabir dari kain ungu tua, dan kain ungu muda,
kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya; haruslah dibuat dengan
ada kerubnya, buatan ahli tenun.
Selanjutnya kita lihat,
tabir yang digantungkan itu pada keempat tiang tersebut dengan empat warna, yaitu;
-
Ungu tua / biru langit
-
Ungu
-
Kirmizi / merah
-
Lenan halus / putih bersih berkilau-kilauan.
Mari kita lihat;
Ungu
tua / biru langit à kebangkitan Yesus
sebagai hamba.
Artinya; melayani Tuhan
harus bersuasana kebangkitan.
Jadi seorang hamba kalau
melayani Tuhan harus bersuasanakan kebangkitan, suasana kebangkitan berarti;
melayani dengan menggunakan pakaian pesta (hidup dalam kesucian).
Kalau kita kaitkan dengan
muka empat makhluk itulah muka lembu. Lembu
ini dipergunakan sebagai korban dan persembahan. Jadi hamba-hamba Tugasnya
untuk menjadi korban dan persembahan; melayani Tuhan.
Kegunaan dari pada lembu
banyak sekali; kalau di ladang dapat digunakan untuk menggarap ladang dan sawah
dan kalau sudah tua bisa disembelih dan potongan daging bisa dinikmati dan
kulit-kulitnya bisa digunakan.
Hamba Tuhan juga fungsinya
banyak di tengah ibadah dan pelayanan kepada Tuhan, tetapi harus dalam suasana
kebangkitan, melayani dalam kesucian.
Ungu à kemuliaan dan kewibawaan
Yesus sebagai raja.
Kalau dikaitkan dengan
muka dari empat makhluk terkena kepada muka singa, Yesus adalah singa dari Yehuda, Dialah raja di atas
segala raja.
Kain
kirmizi / merah à sengsara Yesus sebagai manusia.
Kalau dikaitkan dengan
muka empat makhluk terkena kepada muka
manusia.
Dia adalah Tuhan dan Juru
Selamat, kemudian ketika Dia turun ke bumi menjadi manusia dengan segala
sengsara dan derita yang dialami, itulah kain kirmizi.
Lenan
halus à keadilan dan kebenaran
Yesus sebagai Anak Allah.
Kalau dikaitkan dengan
empat makhluk terkena kepada muka burung
nazar.
Dapat kita simpulkan;
kalau kita buar garis diagram horizontal maka ujung yang satu Yesus adalah Raja = Injil Matius ujung yang lain Yesus adalah hamba = Injil Markus. Kemudian kalau kita buat garis/diagram dengan garis vertikal
maka ujung yang di atas itulah pribadi Yesus sebagai Anak Allah = Injil Yohanes, turun ke bumi menjadi manusia = Injil Lukas.
Kalau dua diagram ini
disatukan maka menjadi salib Kristus. Jadi 4 makhluk ini telah mengalami
penyaliban terhadap daging, dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Luar biasa,
kalau bukan karena hikmat Tuhan kita tidak akan mengerti segala sesuatunya.
Mari kita lihat kembali tentang
4 makhluk.
Wahyu 4:8
(4:8) Dan keempat makhluk
itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh
dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam:
"Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan
yang ada dan yang akan datang."
Keempat
makhluk itu; “masing-masing bersayap enam
di sekelilingnya.”
Artinya;
tidak terlihat lagi tabiat-tabiat daging, sebab enam saya itu telah menutupi
sekeliling dari 4 makhluk itu = 4 makhluk tidak hidup di dalam hawa nafsu daging dan tidak menuruti kehendak
daging.
Itulah
enam sayap di sekelilingnya. Dalam Galatia
5:19-21 ada 15 perbuatan daging, itu semua tidak terlihat.
Kemudian di sini diulangi lagi
4 makhluk tersebut; “di dalamnya penuh dengan mata.”
Artinya; manusia dalam yaitu;
hati dan batin ada di dalam terang.
Saudaraku, tubuh jasmani bisa
saja terlihat ada dalam terang, sikap bisa dibuat dan diatur menjadi manis,
sikap bisa dibuat seperti malaikat terlebih saat melayani Tuhan, tetapi selepas
ibadah dan pelayanan manusia batin, manusia dalamnya,
belum tentu penuh dengan mata.
Tetapi di sini kita melihat; “di dalamnya
penuh dengan mata” berarti; manusia dalam yaitu hati dan batinnya ada di
dalam terang.
Pendeknya,
luar dan dalam ada dalam
terang, itulah empat makhluk, tidak munafik. Munafik = luar terlihat baik
dalamnya jahat, tetapi 4 makhluk tidak.
Bagaimana dengan imam-imam
apakah ibadah mu seperti itu? Tuhan Yesus mau datang tetapi ibadahnya masih
ibadah lahiriah, bagaimana? Apa kelebihan pengajaran Mempelai dari pada ibadah
di luar sana? Sebab itu sungguh-sungguh hargai pengajaran Mempelai dalam
terangnya Tabernakel. Kita gunakan pola ini supaya ibadah di
bumi menjadi gambaran dan
bayangan dari ibadah yang di sorga. Tidak perlu kita membuat Tabernakel secara jasmani,
kita
cukup melihat arti rohaninya.
Kita lebih jauh melihat dari
empat makhluk ini...
Pekerjaan atau tindakan dari
empat makhluk hidup; “Tidak berhenti-hentinya mereka berseru
siang dan malam.”
Mereka senantiasa memuliakan
Tuhan. Memuliakan Tuhan berarti ada puji-pujian, hormat setinggi-tingginya kepada Dia dan juga ada ucapan syukur yang dalam dari hati kita masing-masing.
Ada kalanya kita lupa atau
berhenti memuliakan Tuhan karena tugas, aktivitas, kesibukan, perkara daging
dan arus dunia, sehingga tidak ada lagi puji-pujian, tidak ada lagi hormat kepada
Tuhan setinggi-tingginya dan tidak ada lagi ucapan syukur yang dalam. Tetapi
tindakan empat makhluk ini luar biasa, tidak ada henti-hentinya memuliakan
Tuhan. Yang kuliah, yang sekolah, yang sudah bekerja, tetap muliakan Tuhan di
mana engkau ada.
Selanjutnya, adapun
seruan dari 4 makhluk; "Kudus,
kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa.”
Mari
kita lihat lebih dalam 4 makhluk.
Yesaya
6:3
(6:3) Dan mereka berseru seorang kepada
seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi
penuh kemuliaan-Nya!"
Pada saat mereka berseru; "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam,” pada saat itu seluruh bumi penuh kemuliaan Allah.
Sedikit
saya terangkan mengenai kemuliaan.
Yohanes
1:14
(1:14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan
kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya
sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Kalau firman mendarah daging /
bertabernakel ada kemuliaan di dalamnya. Kenapa ada kemuliaan? Karena Dia penuh
dengan kasih karunia dan kebenaran. Kalau
tidak ada kasih karunia dan kebenaran tidak terlihat kemuliaan Allah.
Kita ada sebagai mana kita ada karena
kasih karunia, karena anugerah, karena kemurahan hati Tuhan, yang tidak layak
menjadi layak. Sesungguhnya kita ini tidak layak karena kita
adalah bangsa kafir, bukan
bangsa pilihan, bangsa Israel adalah bangsa pilihan, tetapi kalau akhirnya kita
boleh menghadap takhta kasih karunia itu karena kemurahan dari pada Tuhan bagi
kita semua.
Kemurahan atau
kasih karunia itu ketika
kita lihat dari seorang perempuan yang kedapatan berzinah di pagi hari, lalu ahli
Taurat dan orang farisi menangkap dia dan membawa dia di hadapan Yesus. Menurut
hukum Taurat orang yang seperti ini harus dilempari dengan batu sampai mati,
tetapi Yesus berkata; “siapa yang tidak
berdosa dialah yang pertama-tama melemparkan batu kepada dia.” Tetapi
karena semua berdosa, mundurlah mereka satu persatu hingga tinggallah perempuan
itu seorang diri bersama dengan Yesus. Yesus bertanya; “kemana mereka semua?” Perempuan itu berkata; “aku tidak tahu”, lalu
Yesus berkata; “kalau begitu engkau boleh
pulang tetapi jangan ulangi dosa yang sama”, ini adalah kasih karunia.
Juga perempuan yang terkenal
berbuat dosa, ketika Yesus berada di rumah Simon orang farsi, Simon si kusta
dia langsung segera mengambil posisi tepat berada di kaki Yesus, dia tidak berhenti menangis, membasuh kaki Yesus dengan air mata lalu menyekanya dengan rambutnya (tindakan
pertama). Tindakan yang kedua tidak henti-hentinya dia menciumi kaki Yesus. Tindakan ketiga dia meminyaki kaki Yesus.
Sisi
yang lain Simon si kusta
berkata; “kalau Dia nabi pasti Dia tahu
dia ini perempuan seperti apa”, tetapi Yesus tahu apa yang ada di dalam
hati Simon si kusta.
Kusta itu adalah penyakit kelihatan
putih bersih tetapi penyakit. Kusta rohani; kebenaran diri sendiri; merasa diri
baik dan benar, itu penyakit, sehingga menuduh orang yang bersalah sekalipun
dengan tiga tindakan yang luar biasa. Sehingga Yesus berkata; “Aku masuk tetapi engkau tidak membasuh
kaki-Ku dengan air, tetapi lihatlah dia tidak henti-hentinya membasuh kaki-Ku
dengan air mata, Aku datang engkau tidak mencium pipi kanan dan pipi kiri-Ku,
tetapi lihatlah dia tidak henti-hentinya mencium kaki-Ku, Aku datang engkau
tidak meminyaki kepala-Ku, lihatlah dia meminyaki kaki-Ku.”
Kalau diukur dari ukuran kasih
karunia, perempuan yang terkenal berbuat dosa limpah kasih karunia, sebab orang
yang banyak diampuni dosanya; banyak berbuat kasih, sehingga dengan
demikian bumi penuh dengan
kemuliaan Allah. Kalau tidak ada kasih karunia , tidak ada kemuliaan.
Kemudian; penuh dengan kebenaran.
Kebenaran yang sejati terletak
pada salib, di luar salib tidak ada lagi kebenaran yang ada adalah kebenaran
diri sendiri. Dengan
adanya kebenaran oleh salib penuhlah bumi dengan kemuliaan.
Tandanya....
Yesaya 6:4
(6:4) Maka bergoyanglah
alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun
penuhlah dengan asap.
-
“Bergoyanglah alas ambang
pintu disebabkan suara orang yang berseru itu.”
Bergoyang, berarti hati bergetar dengan seruan itu.
Kejadian semacan ini pernah terjadi ketika Yesus berseru di atas kayu
salib; “eloi, eloi lama sabaktani. Allah-Ku
Allah-Ku mengapa engkau meninggalkan aku?”. Seruan ini menggetarkan hati
yang mendengar, termasuk prajurit romawi.
Seruan ini dinaikkan kepada Allah Bapa 2016 tahun yang lalu di atas
bukit Golgota kemudian dipantulkan kembali sampai pada hari ini, sehingga kita kembali
mendengar suara seruan itu; “eloi, eloi
lama sabaktani. Allahku, Allah-Ku mengapa engkau meninggalkan aku?” mendengar itu hati kita bergetar.
Walaupun seruan itu telah dinaikkan 2016 tahun yang lalu, dipantulkan kembali
dari langit, dari Allah, dari Sorga, sehingga kita kembali mendengarkan seruan
itu.
Kalau hamba Tuhan khotbah
hanya tentang diberkati, hati ini tidak bergetar sebab dengan mencari kerajaan sorga, maka
semua akan ditambhakan; berkat dilimpahkan.
Di sinilah kita harus mengerti tempat di mana kita mengikuti Tuhan, Tuhan
mau datang. Kita datang tidak membawa apa-apa kembali juga tidak membawa apa-apa,
mau apa kita? Tadi saya sudah sampaikan di atas; seindah-indahnya sorga tidak
ada artinya kalau tidak ada takhta di dalamnya. Seindah-indah perkara di dunia
ini, tidak ada aritnya kalau kita tidak beribadah dan melayani kepada Raja di
atas segala raja, carilah tempat yang benar. Kalau ada kerinduan semua
pergumulan terlewatkan.
-
“Rumah itupun
penuhlah dengan asap.”
Asap kemenyan à doa penyembahan dari
orang-orang kudus.
Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah
seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan
emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya
bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta
itu.
(8:4) Maka naiklah asap
kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu
ke hadapan Allah.
Kemenyan yang dibakar lalu
asapnya naik à doa penyembahan dari
orang-orang kudus.
Doa penyembahan artinya;
bertemu dengan Allah di
dalam kasihnya = penyerahan diri secara total. Itulah tanda bumi penuh dengan
kemuliaan. Kita semua adalah Tabernakel rohani / rumah Tuhan, harus penuh
dengan asap, doa penyembahan, penyerahan diri secara total kepada Tuhan di situ
kita boleh bertemu dengan Allah di dalam kasih-Nya.
Ada asap karena ada api. Api Roh Kudus
membakar kita supaya berkobar-kobar melayani, sampai akhirnya rumah Tuhan penuh
dengan asap. Itulah tanda kalau bumi penuh dengan kemuliaan Allah. Kemudian ukuran
penyembahan adalah satu jam.
Wahyu 4:9-10
(4:9) Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian,
dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang
hidup sampai selama-lamanya,
(4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia
yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai
selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil
berkata:
Pada saat 4 makhluk memuliakan Allah dengan tidak henti-hentinya, dalam kesempatan yang lain, 24 tua-tua tersungkur
sujud menyembah kepada Raja di atas segala raja. Jadi, betul-betul ada api ada
asap. Puji-pujian itu adalah api yang membakar 4 makhluk, sehingga
24 tua-tua sujud menyembah itu asapnya.
Tidak ada asap kalau
tidak ada apinya, jangan berhenti melayani, berkobar-kobar melayani Tuhan,
syaratnya; kerajinan jangan menjadi kendor, tidak lalai dalam mempergunakan
karunia-karunia dan jabatan-jabatan yang telah dipercayakan kepada tiap-tiap
orang, supaya jelas silsilah kita kepada Tuhan.
Lebih jauh lagi...
Wahyu 4:10
(4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia
yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai
selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil
berkata:
24 tua-tua menyembah
Allah yang hidup bukan Allah yang mati. Tetapi Allah yang kita
sembah adalah Allah yang hidup, buktinya apa? Ada darah. Dia menebus kita
dengan darah, bukan dengan barang fana. Itu yang harus kita sembah, bukan
pekerjaan, uang, harta, kekayaan, emas, perak dan bukan ijazahmu. Kalau itu
nomor satu maka engkau menyembah allah yang mati /
berhala.
Jadi penyembahan ini
adalah penyembahan yang benar, karena banyak orang menyembah allah yang mati
dan ketika mereka menyembah Allah yang mati mereka tidak mengaku dan berkata;
saya tidak membuat patung di rumah saya, tidak ada arca di rumah saya. Segala
sesuatu yang ada di muka bumi ini kalau itu lebih dari Tuhan, lebih
dari ibadah dan pelayanan itu penyembahan berhala. Tetapi kita lihat 24 tua-tua
menyembah Allah yang hidup. Sembahlah Allah yang hidup supaya hidup mu benar.
Selain menyembah Allah
yang hidup sampai selama-lamanya: “Dan
mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu.”
Artinya; tidak ada lagi
kebanggaan diri. Apa yang menjadi kelebihan-kelebihan, segala sesuatu yang
menjadi kebanggaan di dalam diri; dilemparkan. Kebanggaan dan kemuliaan kita adalah; raja di atas segala raja, Allah yang kita sembah, Allah
yang hidup.
Kalau kita menyembah
Allah yang hidup, Allah yang benar, tidak ada lagi kebanggaan di dalam diri ini
sekalipun kita memiliki kedudukan dan jabatan, ijazah yang tinggi, itu bukan lagi
kebanggaan, selain Dia yang duduk di atas takhta itu.
Wahyu 4:11
(4:11) "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian
dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh
karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."
Kalau mereka melemparkan mahkota
itu di hadapan takhta itu karena
-
Mereka sadar betul bahwa segala puji-pujian, hormat dan kuasa hanya bagi
Dia.
-
Mereka sadar betul bahwa Allah yang menciptakan segala sesuatu dan oleh
karena kehendak-Nya semuanya ada, diciptkan.
Mereka sadar betul di
situ. Jadi, kalau mereka memiliki ini dan itu sumbernya dari Tuhan dan firman
Tuhan di dalamnya; menciptakan yang tidak ada menjadi ada. Mereka sadar di situ sebab itu mereka
melemparkan mahkota itu.
Yang belum sadar,
sadarlah, dengar firman perhatikan sadarlah, jangan lagi mau dininabobokan
dengan firman ini dan itu yang arahnya tidak kepada pesta nikah Anak Domba, hanya
berkat-berkat.
Sasaran ibadah ini adalah
pesta nikah Anak Domba, itu adalah akhir dari kitab Wahyu. Pada awal kitab Kejadian bercerita tentang Adam yang pertama dari tulang rusuk di bangunkan seorang perempuan. Nah kita saat ini, gereja Tuhan dibangunkan supaya
masuk dalam pesta nikah Anak Domba (Adam yang terakhir). Adam
yang pertama bicara nikah, adam yang terakhir juga bicara nikah, bukan berkat
semata.
Jadi firman pengajaran mempelai dalam terang Tabernakel bicara soal nikah, hubungan intim antara tubuh
dan kepala, Kristus kepala / suami dengan gereja Tuhan adalah tubuh
/ isteri. Firman pengajaran Mempelao berbicara hubungan intim, bukan hubungan
berkat, itu salah, firman Tuhan diputar balik.
Mereka sadar betul bahwa
Tuhanlah sumber segala sesuatu yang menciptakan. Kita bisa sekolah dari Tuhan Yesus,
bekerja dari Tuhan Yesus, sadarlah kalau begitu. Saya sangat bersyukur
menyampaikan firman malam ini saya berharap kepada Tuhan, supaya kita sekaliannya
diteguhkan. Amin.
Tuhan yesus kristus kepala gereja
mempelai pria sorga memberkati
Pemberita firman oleh;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment