IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 12 JULI 2017
“KITAB KOLOSE”
(Seri 122)
Subtema: IMAN
ATAU KERAJAAN YANG TIDAK TERGONCANG.
Shalom...
Selamat malam, salam di dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus, karena kemurahan hati-Nya kita dimungkinkan untuk melangsungkan ibadah doa
penyembahan. Sebelum kita membawa diri kita masing-masing rendah di
bawah kaki salib Tuhan terlebih dahulu kita memperhatikan firman penggembalaan
untuk ibadah doa penyembahan dari surat yang dikirim oleh rasul Paulus kepada
jemaat di Kolose.
Kolose 1:23
(1:23) Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh
dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil,
yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah
langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.
Kita perhatikan kalimat: “.... Sebab itu kamu harus
bertekun dalam iman.”
Bertekun
dalam iman memberi arti;
a.
“Tetap teguh” (pada minggu lalu sudah saya
sampaikan) à pribadi Elia, sebab hanya dia seorang diri saja nabi Tuhan yang bertahan
sedangkan 450 nabi-nabi Baal dan nabi Asyera meninggalkan Tuhan, sehingga oleh karena
para nabi- nabi inilah bangsa Israel jatuh dalam penyembahan berhala, sebab
para nabi ini makan dari meja istana Izebel. Malam ini kita boleh duduk makan
semeja (sehidangan)
dengan Tuhan dalam
kerajaan-Nya, itu yang kita syukuri kepada Tuhan.
b.
“Tidak bergoncang.”
c.
“Jangan mau digeser oleh pengharapan Injil.”
Keterangan: “TIDAK BERGONCANG.”
Sejenak kita melihat iman yang tergoncang supaya kita bisa melihat perbandingan dari iman
yang tidak tergoncang...
Matius 26:30
(26:30) Sesudah
menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit
Zaitun.
Di sini kita melihat, bahwa Yesus dan murid-murid (mereka) memuji Tuhan lewat
nyanyian dan Mazmur.
Matius 26: 31
(26:31) Maka berkatalah
Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena
Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan
tercerai-berai.
Iman yang tergoncang sama
seperti kawanan domba yang tercerai-berai.
Penyebabnya; domba-domba tidak
mempunyai gembala (tidak tergembala).
Yohanes 10:12
(10:12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan
pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan
domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan
domba-domba itu.
Domba-domba tercerai-berai
(tidak tergembala) menunjukkan bahwa domba-domba tersebut diterkam oleh
serigala (anjing hutan).
Matius 7:15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu
dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang
buas.
Serigala berbulu domba itulah
nabi-nabi palsu. Kemudian nabi-nabi palsu disebut dengan serigala yang buas.
Matius 7:16
(7:16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang
memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
Kalau
pohon anggur menghasilkan buah anggur yang manis maka buah anggur dapat
dicicipi dan dinikmati oleh Tuhan. Juga pohon ara yang manis menghasilkan buah
ara yang manis sehingga dapat dicicipi dan dinikmati lewat ibadah dan pelayanan
itulah buah yang dihasilkan. Tetapi karena nabi-nabi palsu adalah semak duri
dan rumput duri mereka tidak akan mungkin menghasilkan buah anggur yang manis
dan buah ara yang manis. Saya berharap kiranya Tuhan dapat mencicipi dan
menikmati pelayanan kita semua bagaikan buah anggur yang manis dan buah ara
yang manis, bukan hanya perbuatan tetapi hati kita juga.
Amsal
24:30-31
(24:30) Aku melalui
ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi.
(24:31) Lihatlah, semua
itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh.
Ladang
anggur si pemalas / tidak berakal budi;
a.
“Ditumbuhi onak dan
jeruju” (semak duri dan rumput duri).
b.
“Temboknya sudah rubuh.”
Itulah
ladang anggur si pemalas tidak menghasilkan buah anggur. Kalau itu adalah ladang anggur maka yang
dihasilkan adalah buah anggur tetapi di sini kita melihat ladang anggur si
pemalas, ladang anggur yang tidak berakar budi justru ditumbuhi onak dan
jeruju. Hati yang berduri itu identik suka menyakiti sesama, itu saja,
tidak dapat menghasilkan buah anggur yang manis dengan sikap yang manis. Itu
nabi-nabi palsu.
Yeyasa
56:10-11
(56:10) Sebab
pengawal-pengawal umat-Ku adalah orang-orang buta, mereka semua tidak tahu
apa-apa; mereka semua adalah anjing-anjing bisu, tidak tahu menyalak; mereka
berbaring melamun dan suka tidur saja;
(56:11) anjing-anjing
pelahap, yang tidak tahu kenyang. Dan orang-orang itulah gembala-gembala, yang
tidak dapat mengerti! Mereka semua mengambil jalannya sendiri, masing-masing
mengejar laba, tiada yang terkecuali.
Pemimpin-pemimpin
yang fasik à nabi-nabi palsu / guru-guru palsu disebut dengan anjing
bisu, tidak tahu menyalak, artinya tidak menyampaikan firman pengajaran
salib, karena nabi-nabi palsu suka berbaring, melamun dan tidur (pemalas).
Kalau
di tengah ibadah dan pelayanan seorang hamba Tuhan tidak menyampaikan firman
pengajaran salib itu disebut dengan pemalas. Kalau berada di gunung Sion pasti
menempuh jalan salib karena dari Sion keluar pengajaran
salib, salib itu harus dipikul, tidak boleh malas.
Matius
7:22-23
(7:22) Pada hari terakhir
banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi
nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi
nama-Mu juga?
(7:23) Pada waktu itulah
Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal
kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Kalau
seorang hamba Tuhan hanya bernubuat, mengusir Setan, mengadakan banyak mujizat,
tetapi salib tidak ditegakkan di dalamnya, sekalipun mereka lakukan demi nama
Tuhan = perbuatan jahat dan Tuhan tidak mengenal hamba Tuhan yang jahat.
Imam-imam disebut juga hamba Tuhan, yang melayani Tuhan disebut juga hamba
Tuhan, jangan sampai kita tidak dikenal karena malas pikul salib.
Matius
7:21
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku
yang di sorga.
Yang benar adalah; “melakukan kehendak Allah Bapa”, berarti; mengerjakan pengajaran salib.
Tanda hamba Tuhan pemalas;
hanya mengadakan mujizat, bernubuat, mengusir Setan, menyebut nama Tuhan
berkali-kali, berjuta kali, tetapi bukan itu ukurannya, yang benar adalah melakukan
kehendak Allah Bapa, berarti mengajarkan pengajaran salib.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi
untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini
tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Yesus harus
meminum cawan Allah artinya;
Yesus harus menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung di atas kayu
salib sehingga dengan demikian terlaksanalah kehendak Allah / jadilah kehendak
Allah.
Jadi, mengajarkan pengajaran
salib itu tidak mesti dari mulut tetapi lewat contoh teladan, Yesus mengajarkan
pengajaran salib kepada murid-murid tidak dari mulut semata, tetapi lewat
contoh teladan. Di sini kita melihat Yesus melakukan kehendak Allah Bapa, sebab
Ia minum cawan Allah, menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung,
pengajaran salib di tegakkan di dalam hidup-Nya dan pengajaran salib di ajarkan
kepada 12 murid bukan semata-mata dari mulut tetapi dari contoh teladan
(perbuatan), tidak malas mengajarkan pengajaran salib.
Pengajaran salib tidak hanya dari
mulut, kalau dari mulut sama seperti nabi-nabi palsu tadi, mengusir Setan demi
nama Tuhan, bernubuat demi nama Tuhan tetapi salib tidak ditegakkan di dalam kehidupan
mereka. Setiap kali dalam ibadah dan pelayanan mereka berseru dengan sebutan;
Tuhan, Tuhan, tetapi bukan itu ukurannya, mengajar itu tidak hanya dari mulut,
tetapi dari setiap perbuatan dan tindakan, contoh teladan yang baik. Itu sebabnya
kalau tidak menyampaikan pengajaran salib disebut anjing bisu, serigala yang
buas itulah nabi-nabi palsu yang bisu tidak dapat menyampaikan pengajaran
salib, karena mereka sendiri tidak memikul salib, tidak mampu memberi contoh
teladan dengan cara memikul salib, pemalas.
Maka, seorang hamba
Tuhan di tengah ibadah dan
pelayanannya hanya menyatakan 9 karunia tetapi tidak menyatakan pengajaran
salib, saya katakan dengan tegas malam ini, dia adalah nabi palsu, anjing bisu
yang tidak bisa menyalak, dia adalah si pemalas. Kita lihat si pemalas
tidak berakal budi, dia punya ladang anggur tetapi tanah itu justru ditumbuhi
onak duri, bukankah anak-anak Tuhan disebut ladang Tuhan yang harus dipelihara,
diurus, digarap, dikerjakan? Kalau gembala sidang malas, maka sidang jemaat
yang dilayani juga malas. Dari buahnyalah kita mengenal nabi-nabi palsu, buah
anggur dan
buah pohon ara tidak mungkin
dihasilkan dari semak duri dan rumput duri.
2 Petrus 2:1
(2:1) Sebagaimana
nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di
antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran
sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah
menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas
diri mereka.
Nabi-nabi palsu memasukkan
pengajaran-pengajaran palsu / pengajaran sesat yang membinasakan, sebab mereka
hanya melakukan tiga hal di atas tadi, hanya itu saja, tetapi menyangkal salib
Kristus yang berkuasa menebus dan mengampuni dosa.
Mereka memasukkan pengajaran-pengajaran
sesat yang membinasakan yaitu; mengusir setan, mengadakan tanda-tanda heran
tetapi salib tidak ditegakkan itu adalah ajaran sesat, ajaran palsu, bahkan mereka akan
menyangkal penguasa yang telah menebus mereka, menyangkal salib Kristus yang
berkuasa menebus dan mengampuni dosa.
Jadi, pengajaran sesat itu
membinasakan karena pada akhirnya karena pengajaran sesat ini mereka menyangkal
salib Kristus.
Kita doakan supaya
gereja-gereja tidak hanya fokus hanya pada mujizat-mujizat / tanda-tanda heran,
bernubuat, pengusiran Setan.
tidak salah tiga perkara ini terjadi dalam ibadah dan pelayanan, tetapi itu
bukanlah segalanya, itu bukan barometer / tolak ukuran berhasil tidaknya
seorang hamba Tuhan melayani di tengah ibadah dan pelayanan. Tolak ukurnya
adalah salib, kalau tolak ukur hanyalah tanda heran, mengadakan mujizat dan
mengusir Setan itu namanya si pemalas, karena kalau hanya sebatas itu, pada
akhirnya nanti orang-orang yang mengikuti dia (nabi-nabi palsu), akan
menyangkal salib Kristus yang berkuasa mengampuni dosa, jadi malas.
Sama seperti Simon Petrus pada
akhirnya menyangkal Yesus sebanyak tiga kali dalam Matius 26:69-75.
-
Penyangkalan pertama: Simon Petrus berkata; “Aku
tidak tahu apa yang engkau katakan” = pura-pura tidak tahu padahal sudah
tahu.
Jadi kalau anak Tuhan pura-pura tidak tahu pekerjaan
Tuhan padahal sudah tahu, itu penyangkalan yang pertama pada salib Kristus.
-
Penyangkalan kedua: Tidak mengakui keberadaan Yesus Kristus.
Banyak orang yang seperti ini, hanya karena kedudukan,
bisnis, politik, tidak mengakui Yesus Kristus di dalam hidupnya, kemudian
disertai dengan sumpah. Anak Tuhan tidak boleh bersumpah, kalau YA katakan YA,
kalau TIDAK katakan TIDAK, apapun resikonya, Tuhan yang bela.
-
Penyangkalan ketiga: Tidak mengakui keberadaan
Yesus Kristus disertai dengan perkataan “sumpah” dan “kutuk.”
Saudaraku, dosa turunan disebut juga kutuk nenek
moyang.
Inilah tiga kali penyangkalan
Simon Petrus.
Matius 26:32-35
(26:32) Akan tetapi
sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea."
(26:33) Petrus
menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku
sekali-kali tidak."
(26:34) Yesus berkata
kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam
berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."
(26:35) Kata Petrus
kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan
menyangkal Engkau." Semua murid yang lainpun berkata demikian juga.
Sekalipun mulutnya mengatakan
bahwa ia tidak akan menyangkal salib Kristus, tetapi itu bukanlah cara yang
benar untuk menunjukkan jati dirinya sebagai orang yang senantiasa
mempertahankan iman (bertekun dalam iman).
Jadi, yang
menunjukkan iman tidak terguncang itu bukan dari mulut, tetapi dari perbuatan /
tindakan. Kemudian mendengar
jawaban dari Simon Petrus, Yesus berkata: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah
menyangkal Aku tiga kali." Lalu Simon Petrus menjawab; "Sekalipun
aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Ini
menunjukkan jati diri. Untuk menunjukkan jati diri sebagai orang yang memiliki
iman yang tidak terguncang itu bukan dari mulut tetapi tindakan. Kalau dari
mulut sama seperti nabi-nabi palsu tadi, serigala berbulu domba, mereka hanya
berfokus pada karunia-karunia, tanda-tanda heran tetapi pelayanan mereka tidak
memuncak sampai kepada pengajaran salib itu adalah perbuatan jahat. Tetapi apa
yang dinubuatkan, yang dikatakan oleh Yesus Kristus, itulah yang terjadi. Maka
di sini Yesus tidak lagi mengulangi kata-katanya, karena akan terjadi, tetapi
Simon Petrus yang mengakhiri kata-katanya, menutup perkataan itu dan berkata; "Sekalipun aku
harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Tetapi
apa yang dikatakan oleh Yesus Kristus akan tetap tergenapi, sekalipun dia (Simon
Petrus) mengelak.
Jadi
iman dibenarkan bukan dari mulut / perkataan.
Matius
7:21
(7:21) Bukan setiap orang
yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Untuk
melihat iman yang tidak terguncang bukan dari mulut (perkataan) yang
berkali-kali mengatakan; “Tuhan, Tuhan”, tetapi dari tindakan yaitu;
pengajaran salib ditegakkan di dalam hidupnya (melakukan kehendak Allah).
Selain disebut anjing-anjing bisu, nabi palsu disebut...
Yesaya
56:11
(56:11) anjing-anjing pelahap, yang tidak tahu kenyang. Dan orang-orang
itulah gembala-gembala, yang tidak dapat mengerti! Mereka semua mengambil
jalannya sendiri, masing-masing mengejar laba, tiada yang terkecuali.
Nabi-nabi
palsu disebut juga anjing pelahap, karena mereka tidak tahu kenyang. Disebut
anjing pelahap karena pekerjaannya mereka hanya untuk mengejar loba. Loba =
serakah = tamak = cinta akan uang.
Perlu
untuk diketahui; cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan sehingga
banyak orang menyimpang dari iman sampai akhirnya menyiksa diri dengan
berbagai-bagai duka.
2
Petrus 2:3
(2:3) Dan karena
serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan
ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu
hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.
Nabi-nabi palsu mencari untung lewat
cerita-cerita isapan jempol = firman yang ditambahkan, berarti nabi-nabi palsu
hanya mengejar loba.
2 Petrus 2:2
(2:2) Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa
nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat.
Nabi-nabi palsu (guru-guru
palsu), melayani karena hawa nafsu. Berarti mencari untung lewat cerita-cerita
isapan jempol (firman yang ditambahkan) disebut pelayanan karena hawa nafsu.
Kalau betul-betul dia melayani Tuhan maka salib ditegakkan di dalam hidupnya, tidak
ragu untuk memikul salib.
Sehingga oleh karena mereka
(nabi-nabi palsu), jalan kebenaran akan dihujat.
Saudara perhatikan, banyak
gereja-gereja (sidang jemaat di dalam gereja) saat ini tidak lagi menerima
ajaran salib, mereka hanya mengenal teori kemakmuran hanya bicara soal uang,
uang dan uang, hanya bicara soal perkara-perkara lahiriah. Kenapa hanya terfokus
pada perkara lahiriah, misalnya: uang, harta dan lain sebagainya? Karena
nabi-nabi palsu adalah pelahap, pekerjaan mereka hanya untuk mengejar loba.
Coba kita sodorkan pengajaran salib, ditolak, sebaliknya, justru membesarkan perkara-perkara
lahiriah (yang kelihatan). Harusnya kita berbicara hal yang tidak kelihatan,
yaitu: kerajaan yang tidak tergoncangkan.
Siapakah yang mau membicarakan kerajaan
yang tidak tergoncangkan? Mereka adalah orang-orang yang memiliki iman yang
tidak tergoncangkan. Kalau hanya bicara uang dan uang, tentang hal yang
kelihatan, itu berbicara iman yang tergoncang.
Ciri-ciri ketika domba-domba
tercerai-berai (iman yang tergoncang).
Ayub 39:8-11
(39:8) Siapakah yang
mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai
jalang?
(39:9) Kepadanya telah
Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai
tempat tinggalnya.
(39:10) Ia menertawakan
keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si penggiring;
(39:11) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, dan mencari apa
saja
Ciri-cirinya,
antara lain;
-
“Menertawakan keramaian kota”, artinya; mengecilkan ibadah dan pelayanan.
-
“Tidak mendengarkan teriak si
penggiring”, artinya; tidak dengar-dengaran kepada gembala.
Sejauh ini kita
telah digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, jangan
menyimpang ke kiri dan ke kanan, ikut saja geraknya.
-
“Ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya”, artinya; beribadah disembarang tempat.
Gunung-gunung à tempat ibadah.
Alasannya; mencari
apa saja yang hijau (mencari firman). Sehingga dengan demikian dia berada di
setiap gunung-gunung. Lihat saja kalau domba-domba tidak tergembala
(tercerai-berai), dia suka sekali nanti menggunakan alasan. Sedangkan domba-domba yang tergembala tetap berada di dalam kandang penggembalaan,
tidak pergi ke gunung-gunung satu dan gunung yang lain walaupun alasannya mencari
yang hijau-hijau.
Hijau-hijau -> firman Allah.
Kalau domba-domba tidak
tergembala (iman tergoncang), tempat mereka sebetulnya adalah;
-
“Tanah dataran.”
Tanah dataran
berarti tidak bergunung, tidak berlembah, artinya tidak ada di dalam tanda
pengalaman kematian dan kebangkitan / tidak satu dalam pengalaman kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus, padahal kuasa kematian Yesus Kristus;
mengubur hidup lama, kuasa kebangkitan Yesus hidup dalam hidup yang
baru.
Saudaraku, waktu orang-orang
itu pergi ke tanah utara mereka berada di tanah Sinear, di situ mereka
membangun sebuah kota dan menara yang tingginya sampai ke langit, itulah yang
disebut Babelonia. Di dalam pembangunan itu terdapat banyak kesalahan sehingga
arah pembangunan itu mengarah kepada pembangunan tubuh Babel, itulah kalau
tidak ada pengalaman kematian dan kebangkitan.
- “Di padang masin.”
Padan masin =
padang gurun, berarti tandus, gersang, kering-kering, tidak menghasilkan buah.
Praktek tinggal di
padang masin; kikir, pelit, tidak suka berkorban à dunia orang mati, selalu kekurangan dan kekurangan,
sebanyak apapun hujan turun di atas padang gurun, tidak terlihat bekas-bekasnya. Kalau domba-domba liar, tempatnya bukan dalam kandang penggembalaan,
tetapi padang masing, karena dia kikir, pelit. Dunia orang mati itu seperti si
Lintah mempunyai dua anak perempuan, yang pertama bernama; untukku, yang kedua
bernama untukku, berarti untuk Tuhan tidak ada -> kikir, pelit.
Jalan keluar.
Matius 26:30-32
(26:30) Sesudah
menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit
Zaitun.
(26:31) Maka berkatalah
Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena
Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan
tercerai-berai.
(26:32) Akan tetapi
sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea."
Perhatikan; “Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan
mendahului kamu ke Galilea."
Jadi, apa yang dikatakan oleh
Yesus Kristus kepada murid-murid itu harus terjadi dan apa yang terjadi harus
terjadi, tidak boleh dirubah, tidak boleh di ganggu gugat. Berarti, jangan lari dari pengalaman kematian,
jangan lari dari kenyataan hidup, supaya kita satu di dalam kebangkitan-Nya, itu yang
disebut dengan iman yang tidak terguncang.
Pengalaman kematian itu unik,
tidak dapat terselami oleh akal pikiran manusia dan itu yang sudah kita alami
sampai pada saat ini. Saya tidak menyangka kalau akhirnya kita berada dalam
kandang penggembalaan GPT “Betania” Serang dan Cilegon, itu bagian dari kuasa
kebangkitan Yesus Kristus. Kita tidak menyangka lewat penggembalaan ini kita boleh merasakan kemurahan
Tuhan, dari kasih karunia yang satu di bawa kepada kasih karunia yang lain,
dari kasih karunia kepada kasih karunia, itu kuasa kebangkitan Yesus.
Dulu, ketika saya diutus memasuki
provinsi Banten tidak membawa apa-apa, setiap hari jalan kaki, belum
mendapatkan persembahan dan tidak ada support dari siapapun. Ternyata, tanah
kosong yang saya lewati setiap hari, ditandai dengan air mata sekarang menjadi
pastori. Pengalaman kematian sangat unik tidak dapat diselami oleh pemikiran
manusia, sebab itu jangan lari dari kenyataan, itu yang disebut iman yang tidak
tergoncang.
Kemudian, setelah Dia bangkit
Yesus berkata; “Aku akan mendahului kamu ke Galilea”, ini artinya,
tetaplah kita satu di dalam pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Kalau kita tetap satu dalam
pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus masa lalu tidak terjadi lagi, masa
lalu inilah yang menyulitkan seseorang, membuat seseorang sengsara dan
menderita, membuat hidup kita menjadi sulit untuk melakukan segala sesuatu yang
baik di mata Tuhan, sulit mengasihi Tuhan.
Lihat kegagalan demi kegagalan
dari murid-murid, Tomas tidak percaya bahwa Yesus telah bangkit, rasa tidak
percaya ini membuat dia menjadi susah. Simon Petrus sebagai murid yang
tertua, mengajak murid-murid yang lain kembali mencari ikan, kembali ke
kehidupan masa lalu. Kemudian pada hari ketiga, Simon Petrus dan murid-murid
yang lain, pagi buta mereka pergi ke kubur Yesus mencari orang yang hidup.
Kita tidak akan menemukan Yesus apabila kita menyembah berhala, Allah
yang hidup tidak
kita temukan di tempat orang mati,
kita menyembah berhala tidak akan pernah bertemu dengan Tuhan, hal-hal inilah
yang membuat seseorang menjadi sulit. Itu sebabnya Yesus berkata; “Aku akan
mendahului kamu ke Galilea.” Rencana ini seharusnya langsung segera
diresponi, sebab itu kita harus tetap satu di dalam tanda pengalaman kematian
dan kebangkitan supaya masa lalu itu berlalu, masa lalu yang membuat hidup
seseorang sulit maju, berkembang dan lain sebagainya. Perhatikanlah firman ini,
jangan dengar suara asing, siapa yang suka dengar suara asing? Yaitu; orang
yang masih mempertahankan masa lalunya, padahal masa lalu yang membuat
seseorang menjadi sulit, sengsara bahkan tidak bisa mengasih Tuhan. lihatlah
masa lalu Tomas, tidak percaya bahwa Tuhan Yesus telah bangkit, lihatlah Simon
Petrus, mengajak murid-murid yang lain mencari ikan, kembali ke habitat lama,
padahal Tuhan sudah memanggil dia dari penjala ikan menjadi penjala manusia, tetapi
karena tidak meresponi firman Tuhan, iman mereka terguncang, kembali ke tabiat
lama. Iman yang teguh itu bukan dilihat dari mulut yang berseru, dua kali Simon
Petrus berkata bahwa dirinya tidak akan menyangkal Tuhan Yesus, tetapi
kenyataannya, dia menyangkal Yesus Kristus karena imannya terguncang, tidak
bertekun di dalam iman, sebab itu Yesus berkata; “Aku akan mendahului kamu
ke Galilea.” Sebab itu tetaplah satu dalam pengalaman kematian dan
kebangkitan karena masa lalu membuat hidup sulit. Perhatikan firman Tuhan
jangan asal dengar, masuk telinga kanan keluar telinga kiri, itulah Simon
Petrus.
Matius 28:16
(28:16) Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang
telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.
Namun pada akhirnya murid-murid
berangkat juga ke Galilea, ke bukit yang telah Tuhan tunjuk kepada mereka.
Walaupun sebelumnya telah terjadi kesalahan di sana dan di sini Tomas tidak
percaya bahwa Yesus telah bangkit, Simon Petrus juga mengajak yang lain-lain
kepada habitat yang lama, tetapi pada akhirnya mereka pergi juga ke Galilea bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.
Matius 26:17
(28:17) Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa
orang ragu-ragu.
Kalau kita semua berpegang
teguh, bertekun dalam iman (iman tidak terguncang), kita menyembah kepada
Allah yang hidup, tidak menyembah kepada berhala, sebab Tuhan tidak ada
diantara orang mati.
Matius 26:18-20
(28:18) Yesus mendekati
mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan
di bumi.
(28:19) Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus,
(28:20) dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Selanjutnya Yesus berkata
kepada murid-murid, “pergilah”, artinya; memberi diri diutus, jaminannya;
Yesus berkuasa di sorga dan di bumi.
Jadi saya dan saudara, ketika
memberi diri diutus tidak perlu takut dan ragu, sebab jaminannya Bapa telah memberikan
kuasa di sorga dan di bumi kepada Yesus Kristus Anak Tunggal Bapa. Jadi soal
makan, minum, soal penghidupan, soal kontrakan rumah, soal beras (di dapur) dan
masa depan tidak usah kuatir.
Tujuan dari pengutusan; “Jadikanlah semua bangsa murid Tuhan.”
Murid berarti dengar-dengaran.
Kalau guru itu mengajar dengan menggunakan mulut, sedangkan murid; dengar-dengaran (menggunakan telinga).
Yesus dengar-dengaran kepada
Bapa di Sorga, Ia harus minum cawan Allah, sebab itu Yesus
berkata; “Ya Bapa”, cawan ini tidak mungkin akan berlalu walaupun
sakit bagi daging. Dengar-dengaran itu sakit, ketika harga dirinya
dikoyak-koyak itu sakit, tetapi itu maunya Tuhan, semua bangsa harus menjadi
murid. Sakit tetapi harus, supaya rencana Tuhan terlaksana.
Tanda dengar-dengaran.
a.
“Dibaptis air.”
Ini berbicara
tentang pengalaman kematian dan kebangkitan, namun perlu untuk diketahui;
baptisan air tidak berhenti sampai di kolam pembaptisan tetapi terus sampai mengadakan
penyucian oleh air dan firman...Efesus 5:26-27.
b.
“Ajarlah mereka dalam segala sesuatu yang telah Ku
perintahkan kepada mu.”
Sebagai Anak
Tunggal Bapa Yesus melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang Dia dengar
dan apa
yang Dia lihat dari
Allah Bapa.
Zakharia 13:7
(13:7) "Hai pedang, bangkitlah terhadap gembala-Ku, terhadap orang
yang paling karib kepada-Ku!", demikianlah firman TUHAN semesta alam.
"Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba tercerai-berai! Aku akan
mengenakan tangan-Ku terhadap yang lemah.”
Apa yang terjadi harus terjadi,
pengalaman kematian harus dilalui, tidak boleh lari dari sana walau sakit bagi
daging, tekun dalam iman, nanti Tuhan yang membela kita. Itu pengalaman saya
selama melayani Tuhan. Dua tangan manusia terbatas kekuatannya, sekalipun
pejabat, tetapi tidak ada yang dapat mengalahkan dua tangan Tuhan, Dia yang
dapat membela kehidupan kita semua (orang-orang yang lemah dan tertindas).
Ibrani 12:26-28
(12:26) Waktu itu
suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu
kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit
juga."
(12:27) Ungkapan
"Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat
digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak
tergoncangkan.
(12:28) Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan,
marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang
berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.
“Karena kita menerima
kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah
kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya.”
Tekun
dalam iman berarti memiliki iman yang tidak berguncang. Siapa yang mencari
kerajaan yang tidak tergoncangkan? Yaitu mereka yang tekun dalam iman /
memiliki iman yang tidak tergoncangkan. Sebab itu tadi saya katakan kalau kita
mencari apa yang kelihatan menunjukkan bahwa dia adalah domba-domba yang
tercerai-berai / iman yang terguncang, tetapi saat ini kita sedang mencari
kerajaan yang tidak tergoncangkan, kerajaan yang tidak terlihat, itu yang kita
cari. Kalau mencari yang terlihat di atas bumi, suatu kali akan lenyap. Sakit
bagi daging tetapi itu harus, kenapa? Karena kita mencari kerajaan yang tidak
tergoncangkan. Amin.
Tuhan
yesus kristus kepala gereja mempelai pria sorga memberkati
Pemberita firman oleh;
Gembala sidang; Pdt.
Daniel U, Sitohang
No comments:
Post a Comment