IBADAH RAYA MINGGU, 25 JUNI
2017
(Seri 23)
Subtema: MENJADI ANGIN YANG BERTIUP.
Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera
bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk
melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
Saya bersyukur, karena Tuhan
memberikan kekuatan yang ajaib kepada saya, Tuhan menolong saya, sehingga saya
boleh berdiri di tempat ini, kita boleh beribadah bersama-sama untuk menikmati
kemurahan Tuhan.
Segera saja kita memperhatikan
firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 7.
Sebelum kita membaca Wahyu 7,
beberapa minggu yang lalu saya sudah sampaikan Wahyu 7 sebagai
pendahuluan, kalau saya tidak salah, itu pada saat pencurahan Roh Kudus. Roh
Kudus itu adalah meterai dari pada mempelai wanita Tuhan sebagai milik
kepunyaan-Nya.
Wahyu 7 ini dalam pelajaran Tabernakel terkena pada BULI-BULI EMAS BERISI MANNA.
Ada tiga benda sebagai isi dari
tabut perjanjian yang merupakan inti dalam kehidupan mempelai wanita Tuhan.
Salah satu dari ketiga benda tersebut adalah Buli Buli Emas Berisi Manna.
Buli-Buli Emas Berisi Mana itu berbicara tentang iman yang
permanen, berarti; kuat, tidak mudah goyah terhadap hal-hal yang lahiriah dan
hal-hal yang tak suci.
Kita sejenak memperhatikan ...
Keluaran 16: 33-34
(16:33) Sebab itu Musa berkata kepada Harun:
"Ambillah sebuah buli-buli, taruhlah manna di dalamnya segomer penuh, dan
tempatkanlah itu di hadapan TUHAN untuk disimpan turun-temurun."
(16:34) Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa,
demikianlah buli-buli itu ditempatkan Harun di hadapan tabut hukum Allah untuk
disimpan.
Buli-Buli Emas Berisi satu gomer manna ditempatkan di
hadapan Tuhan untuk disimpan di dalam tabut hukum untuk selama-lamanya. Ini
berbicara tentang iman yang permanen, sebagai perwujudan dari firman yang sudah
mendarah daging.
Keluaran 16: 36
(16:36) Adapun segomer ialah sepersepuluh efa.
Adapun segomer ialah:
sepersepuluh efa.
Ini berbicara tentang kebenaran
yang bersumber dari kasih Allah, yaitu salib Kristus, jika dikaitkan dengan
kesepuluh hukum Allah, sebab inti dari sepuluh hukum Allah hanya satu, yaitu; KASIH.
-
Kasih kepada Tuhan = vertikal = mewakili loh batu
pertama.
-
Kemudian kasih kepada sesama = horizontal = mewakili
loh batu kedua.
Kalau disatukan, dua diagram
ini menjadi salib. Inilah kebenaran yang bersumber dari kasih Allah, sehingga
kita memiliki iman yang permanen, tidak mudah goyah, kuat, tidak mudah
dipengaruhi hal-hal lahiriah, tidak mudah dipengaruhi hal-hal yang tak suci.
Keluaran 16: 35
(16:35) Orang Israel makan manna empat puluh tahun
lamanya, sampai mereka tiba di tanah yang didiami orang; mereka makan manna
sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan.
Ketika firman sudah mendarah
daging, maka kehidupan seseorang akan dipelihara, seperti bangsa Israel
dipelihara selama empat puluh tahun di padang gurun.
Jadi iman yang permanen itu
perwujudan dari firman yang sudah mendarah daging. Adapun tadi segomer itu
sepersepuluh efa, ini adalah kebenaran yang bersumber dari kasih Allah, yaitu
korban Kristus, salib Kristus, jika dikaitkan dengan sepuluh hukum Allah.
Sepuluh hukum Allah intinya hanya
satu, yaitu kasih; kasih kepada Tuhan (mewakili loh batu pertama, dimana
tertulis hukum pertama sampai hukum keempat), kemudian kasih kepada sesama
(mewakili loh batu kedua, dimana tertulis hukum kelima sampai hukum kesepuluh).
Itu kasih Allah, yaitu korban Kristus, itu yang membuat kita kuat, tidak goyah,
dan itu juga yang memelihara kehidupan kita, seperti bangsa Israel dipelihara
di padang gurun selama empat puluh tahun. Itu yang memelihara.
Maka kalau seseorang tidak
peduli terhadap firman Allah, jauh dari ibadah, saya ragukan hidup yang seperti
ini. Kalaupun ia berhasil, itu berhasil karena hasil usahanya, sekali waktu
hasil usaha akan lenyap, tetapi kalau itu berkat dari Tuhan kekal sampai
selama-lamanya, pemeliharaan itu sifatnya kekal.
Kalau pemeliharaan dari dunia
itu sementara saja. Hari ini dapat, besok kering. Kiranya dapat dipahami dengan
baik.
Keluaran 16: 32
(16:32) Musa berkata: "Beginilah perintah TUHAN:
Ambillah segomer penuh untuk disimpan turun-temurun, supaya keturunan mereka
melihat roti yang Kuberi kamu makan di padang gurun, ketika Aku membawa kamu
keluar dari tanah Mesir."
Ketika firman itu sudah
mendarah daging, wujudnya memiliki iman yang perManen; menjadi kesaksian kepada anak cucu turun
temurun.
Saudaraku, kita ini sebagai
orang tua tidak akan bisa menjadi kesaksian kepada keturunan, kepada anak
cucu, kalau firman tidak mendarah daging. Maka apa yang menjadi kesaksian kita
kepada anak, itu juga nanti menjadi kesaksian anak-anak turun
temurun. Kalau firman mendarah
daging, maka kita menjadi kesaksian sesuai dengan kehendak firman Allah itu
sendiri, bukan lagi kesaksian sesuai kehendak kita lagi.
Maka saya sebagai hamba Tuhan
yang menerima jabatan gembala, juga sekaligus sebagai ayah dan ibu bagi sidang
jemaat, juga saya harus terlebih dahulu memberi contoh teladan yang baik. Saya
tidak katakan bahwa saya telah sempurna, tetapi harus ada kesaksian sesuai
dengan kehendak firman itu sendiri. Kiranya dapat dipahami dengan baik.
Sampai pada akhirnya kita
dibawa masuk pada pemeteraian sebagai tanda milik kepunyaan Tuhan.
Wahyu 7: 5-8
(7:5) Dari suku Yehuda dua belas ribu yang
dimeteraikan, dari suku Ruben dua belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu,
(7:6) dari suku Asyer dua belas ribu, dari suku
Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye dua belas ribu,
(7:7) dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi
dua belas ribu, dari suku Isakhar dua belas ribu,
(7:8) dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku
Yusuf dua belas ribu, dari suku Benyamin dua belas ribu.
Jumlah yang dimeterai dari 12
suku Israel adalah 144.000 orang, masing-masing dari tiap-tiap suku yang dimeteraikan
adalah 12.000 orang, yang merupakan inti dari mempelai wanita Tuhan.
Saudaraku, perhatikan
sungguh-sungguh, biarlah firman itu mendarah daging, wujudnya memiliki iman
yang permanen, kita kuat, tidak goyah di hadapan Tuhan sampai selama-lamanya,
sampai akhirnya terwujudnya pemeteraian sebagai miliknya Tuhan.
Jadi 144.000 orang yang
dimeteraikan dari 12 suku Israel adalah inti dari mempelai wanita Tuhan. Mereka
itulah yang berdiri di atas gunung Sion, bersama dengan Anak Domba Allah.
Kemudian dalam Wahyu 7:
9-17, itu merupakan pelengkap dari inti mempelai wanita Tuhan, itulah
bangsa kafir yang datang dari empat penjuru bumi.
Wahyu 7: 9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat:
sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung
banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan
takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun
palem di tangan mereka.
Sebagai pelengkap dari inti mempelai
wanita Tuhan, datangnya dari bangsa kafir, yang juga turut dimeteraikan oleh
Tuhan sebagai tanda milik kepunyaan-Nya.
Efesus 4: 29-30
(4:29) Janganlah ada perkataan kotor keluar dari
mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu,
supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
(4:30) Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah,
yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.
Roh Kudus yang dimeteraikan itu
menunjukkan bahwa kita adalah milik kepunyaan Allah.
Hal yang harus diperhatikan,
jangan mendukakan Roh Kudus. Saat kapan Roh Kudus berduka? Saat ada kematian,
yaitu kematian rohani.
Kalau mati rohani tidak bisa
apa-apa, tidak bisa beribadah, tidak bisa melayani, dua telinga tidak bisa
mendengar, dua mata tidak bisa melihat, mulut tidak dapat memuliakan Tuhan,
tidak ada penyembahan, tidak ada aktivitas.
Jadi setiap orang yang dimeteraikan
Roh Kudus adalah tanda bahwa dia milik kepunyaan Allah.
Baik, mulai kita awali dari Wahyu
7.
Wahyu 7: 1
(7:1) Kemudian dari pada itu aku melihat empat
malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin
bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di
pohon-pohon.
Perhatikan kalimat: “Empat
malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin
bumi.”
Tujuannya: supaya jangan ada
angin atau udara yang bertiup.
Saudaraku, pada dasarnya, alam
semesta, manusia, setiap insani yang hidup sangat bergantung pada angin atau
udara yang bertiup.
Sebagai contoh saja; kalau otak
ini kekurangan udara atau oksigen, maka seseorang akan mengantuk dan kehilangan
konsentrasi terhadap firman Allah yang dia dengar maupun yang dia baca,
sehingga dia tidak memahami rencana Allah yang begitu besar, rencana Allah yang
begitu indah yang dinyatakan oleh Tuhan kepadanya, dia tidak paham, dia tidak
mengerti semua itu.
Itu baru otak yang kekurangan
udara; seseorang akan mengantuk.
Amsal 24: 33
(24:33) "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar
lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,"
“Mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi
untuk tinggal berbaring”,
ini menunjuk kepada orang malas.
Siapa yang masih malas
menyembah? Bagaimana bisa melayani tanpa penyembahan? Kalau melayani tetapi
malas menyembah, maka ibadah dan pelayanannya itu rutinitas, itu hanya
kewajiban secara lahiriah saja, tidak berkobar-kobar melayani, tidak berapi-api.
Kalau berapi-api melayani itu suatu kenikmatan, tetapi kalau hanya suatu
rutinitas, pekerjaan Tuhan jadi beban. Itu pemalas. Tanda bahwa otaknya
kekurangan oksigen.
Saya lebih menikmati ibadah dan
pelayanan dari pada saya suka berlibur kemana-mana, sungguhan, Tuhan tahu hati
saya.
Amsal 24: 30-32
(24:30) Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun
anggur orang yang tidak berakal budi.
(24:31) Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya
tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh.
(24:32) Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku
melihatnya dan menarik suatu pelajaran.
Perhatikan ladang si pemalas:
-
Ditumbuhi onak = rotan berduri, hatinya hanya bisa menusuk orang
lain.
-
Tanahnya tertutup dengan jeruju. Jeruju itu tumbuhan semak dimana daunnya dan
batangnya berduri, berarti hatinya tidak dihiasi oleh kasih Allah.
-
Temboknya sudah roboh, berarti hati tidak berada dalam segala kewaspadaan.
Maka lihat saja orang pemalas, bicara asal bicara, tidak dijaga lagi hatinya,
berpikir asal berpikir, bertindak asal bertindak, hatinya tidak lagi dijaga
dengan segala kewaspadaan, tidak mawas diri, seenaknya sendiri.
Ladang -> hati. Itulah ladang
si pemalas, otaknya sudah kekurangan oksigen/udara.
Amsal 24: 34
(24:34) maka datanglah kemiskinan seperti seorang
penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Sampai akhirnya didatangi oleh
dua hal;
1.
Datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu.
Jadi kemiskinan itu
membuat dia seperti sedang diserbu musuh, berarti ini adalah kemiskinan yang
luar biasa, penuh dengan ketakutan.
2.
Datanglah kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Jadi kekurangan itu
mendatangi dia seperti orang yang bersenjata, mengancam, menakut-nakuti.
Kemiskinan dan kekurangan yang
seperti ini membuat hidup tidak tenang. Andai saja kita merasakan tiupan angin
di otak (di kepala), kita pasti dapat mengumpulkan harta di Sorga. Kita tidak didatangi oleh kemiskinan dan
kekurangan.
Itu barulah otak yang
kekurangan udara atau oksigen, tetapi yang benar; empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan
keempat angin bumi, akibatnya: seperti orang yang sesak nafas, kering
kerontang, sampai akhirnya tidak berdaya dan binasalah dia.
Kalau tidak ada angin yang
bertiup (tidak ada udara yang bertiup), akan sesak nafas, kering kerontang,
sampai tidak berdaya dan binasalah dia.
Tadi baru kekurangan oksigen atau udara di kepala (di otak); seseorang
menjadi malas.
Tetapi di sini, bukan hanya
kekurangan udara di otak, suatu saat nanti angin itu akan ditahan oleh empat
malaikat sehingga tidak bertiup.
Oleh sebab itu ...
Mazmur 104: 4
(104:4) yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu,
dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Mu,
Angin di sini berbicara tentang
hamba-hamba Tuhan yang diutus/disuruh untuk memberi kesegaran dan kesejukan
kepada setiap manusia di atas muka bumi (empat penjuru bumi).
Yohanes 20: 21-23
(20:21) Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai
sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku
mengutus kamu."
(20:22) Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi
mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus.
(20:23) Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya
diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap
ada."
Yesus mengutus dua belas murid.
Tiga hal yang harus kita
perhatikan di dalam diri seorang utusan Allah:
a.
“Sama seperti
Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”
Berarti kualitas
pengutusan itu begitu tinggi dan mulia, sama seperti Bapa mengutus Anak.
Itu harus dipahami
dengan sungguh-sungguh. Maka kalau seseorang tidak memahami arti pelayanan, itu
adalah kerugian yang besar.
b.
Ia mengembusi mereka dan
berkata: "Terimalah Roh Kudus.”
Berarti, seorang
utusan dibekali dengan kuasa Allah yang Mahatinggi. Jadi, tidak usah saudara
segan-segan untuk melayani Tuhan.
c.
“Jikalau kamu
mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang
tetap ada, dosanya tetap ada.”
Berarti diberi
kewenangan yang sangat luar biasa dan dahsyat sekali kepada seorang utusan.
Kita
kemarin diutus ke Sumatera selama satu minggu, tiga hal ini nyata dalam
kehidupan kita semua yang diutus ke Sumatera selama satu minggu. Setelah kita
melayani di Bakal Batu, Bakal Gajah, tidak lama kemudian hujan turun, sementara
desa Bakal Batu telah mengalami musim kemarau selama satu bulan, sementara pekerjaan sidang
jemaat di sana adalah petani, membutuhkan curahan hujan. Setelah selepas
pelayanan, hujan turun, membasahi tanah di sana, sehingga tanah itu subur,
diberkati.
Jadi
dengan kewenangan yang semacam ini, justru saya, kita semua yang diutus yang
melayani Tuhan harus menjaga diri dengan segala kewaspadaan, tidak mudah
terpancing amarah, tidak mudah terpancing emosi, tidak mudah jengkel sekalipun
harus disepelekan, diabaikan, dikecilkan, supaya apa? angin itu dapat
menyejukkan, menyegarkan, bahkan memberi kehidupan.
Kalau
seorang utusan mudah terpancing emosi, keras hati, sombong, angkuh, tidak bisa menyegarkan
jiwa orang lain, tidak dapat menyejukkan orang lain.
Hati-hati,
kalau berbicara, jangan seperti memberi tahu dengan baik, tetapi ingin
menasihati. Berita itu bukan angin yang menyejukkan, bukan angin yang
menyegarkan, justru angin yang membuat gerah.
Jadilah
angin sebagai utusan Tuhan, untuk menyejukkan, dan menyegarkan jiwa.
Jadi,
sikap seorang utusan di tengah-tengah dunia ini, harus menyadari bahwa kita
harus menghampakan diri, berarti tidak bermegah seperti angin menjadi utusan
yang rendah hati.
Yohanes 3: 8
(3:8) Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau
mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana
ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."
Hamba Tuhan yang diutus persis
seperti angin: menghampakan diri.
Tidak terlihat tetapi boleh
dirasakan kuasanya di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Hal-hal yang dari daging, hal-hal
yang dari lahiriah tidak terlihat, tetapi dirasakan dan didengar tiupan angin,
sesuai dengan gerakan Roh Kudus.
Itulah hamba Tuhan yang diutus
di tengah dunia; menghampakan diri, tetapi kuasanya dirasakan, didengar.
Yang berasal dari daging adalah
daging. Maka syarat seorang hamba Tuhan untuk diutus di tengah pengutusannya
supaya menjadi angin yang bertiup sesuai dengan gerakan Roh Kudus, harus
dilahirkan kembali oleh AIR dan ROH, supaya nanti dia bisa
menghampakan diri seperti angin. Tidak lagi terlihat hal lahiriah, tidak
terlihat lagi daging dan keinginannya tetapi kuasanya dirasakan. Tidak bermegah
lagi tetapi kuasanya dirasakan. Dan tiupan itu tentu sesuai dengan dorongan atau
gerakan Roh Kudus.
Jadi syaratnya dilahirkan
kembali oleh air dan Roh.
Tentang: DILAHIRKAN KEMBALI OLEH AIR.
YANG PERTAMA -> berbicara
tentang baptisan air.
Roma 6: 1-4
(6:1) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan?
Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
(6:2) Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi
dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?
(6:3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang
telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?
(6:4) Dengan demikian kita telah dikuburkan
bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Baptisan itu tanda di dalam:
-
Pengalaman kematian. Kuasa kematian: mengubur hidup yang lama, mati
terhadap dosa.
-
Kuasa kebangkitan Yesus Kristus. Suasana kebangkitan itu melayani dalam kesucian.
Ada orang melayani tetapi belum
dalam tanda kebangkitan. Kalau kematiannya benar, kebangkitannya benar. Tetapi
kalau kematiannya palsu, kebangkitannya juga palsu. Ada kebangkitan palsu;
melayani tanpa kesucian, mengapa? Karena kematiannya palsu, pura-pura mati,
padahal daging masih bersuara. Siapa itu? Orang yang melayani tanpa kesucian,
mengapa? Karena matinya palsu.
Tetapi kalau seseorang telah
dilahirkan oleh air (baptisan air), berarti ada di dalam tanda pengalaman
kematian (kuasanya; mengubur hidup lama) dan ada di dalam tanda pengalaman
kebangkitan, melayani di dalam kesucian, melayani di dalam kebenaran. Itu kuasa
kebangkitan; berpakaian pesta.
Roma 6: 5
(6:5) Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa
yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama
dengan kebangkitan-Nya.
Kalau kita satu dengan kematian
Yesus, maka otomatis kita juga satu dalam kebangkitan Yesus Kristus.
Kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus sudah menjadi satu paket.
Tentang: DILAHIRKAN KEMBALI OLEH AIR.
YANG KEDUA.
Efesus 5: 26-27
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya
dengan memandikannya dengan air dan firman,
(5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di
hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu,
tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Disucikan dengan air dan
firman, berarti; supaya betul-betul bersih dibutuhkan ayat firman yang banyak,
sama seperti orang yang mandi.
Kalau mandi hanya satu dua
gayung, tidak akan bersih. Tetapi kalau kita mandi, disucikan oleh air dan
firman, kita harus membutuhkan firman yang banyak.
Jadi sidang jemaat dalam setiap
ibadah, jangan berharap kepada hamba Tuhan untuk menyampaikan firman yang
singkat. Tidak mungkin kita dapat disucikan dengan air firman yang sedikit.
Kita dapat disucikan apabila kita dimandikan dengan air firman yang banyak;
ayat satu menjelaskan ayat yang lain, ayat satu menguatkan ayat yang lain
sampai rahasianya terbuka, segala yang terselubung dalam hati tersingkap tidak
ada yang tertutup-tutupi, tetapi kalau hanya satu dua ayat, rahasia firman
belum tersingkap, bagaimana segala dosa yang terselubung tersingkap? Itu tidak
mungkin.
Jadi dilahirkan kembali oleh
air, berarti dimandikan, disucikan oleh air firman yang limpah, ayat yang satu
menjelaskan ayat yang lain, ayat yang satu menguatkan ayat yang lain, ayat per
ayat, sampai betul-betul tersingkap rahasia firman yang berkuasa menyingkapkan
segala rahasia yang terkandung dalam hati, tujuannya; untuk menempatkan sidang
jemaat menjadi cemerlang di hadapan-Nya tanpa cacat cela atau kerut atau yang
serupa itu = kudus, tak bercela.
Tentang: DILAHIRKAN KEMBALI OLEH AIR.
YANG KETIGA.
Berarti; terjadi pembaharuan.
Pembaharuan itu antara lain;
- Pembaharuan akal
budi.
Kalau terjadi
pembaharuan akal budi maka kita dapat membedakan, mana kehendak Allah, apa yang
baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna = persembahan yang hidup,
kudus dan berkenan.
- Pembaharuan manusia
batiniah.
Kalau manusia batiniah
dibaharui dari sehari ke sehari, maka yang lahiriahnya merosot.
Itulah tanda orang yang
dilahirkan oleh air.
Jadi, dilahirkan oleh air,
berarti;
1.
Baptisan air; ada dalam tanda pengalaman kematian dan kebangkitan.
2.
Disucikan dan dimandikan oleh air firman yang
limpah.
3.
Terjadi pembaharuan baik dalam akal budi, baik
manusia batiniah.
Kemudian; DILAHIRKAN OLEH ROH.
Ayat yang sama di dalam Injil Matius.
Matius 3: 11
(3:11) Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda
pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari
padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu
dengan Roh Kudus dan dengan api.
Setelah dilahirkan oleh air,
selanjutnya dilahirkan oleh Roh dan api.
Matius 3: 12
(3:12) Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan
membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam
lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak
terpadamkan."
Api Roh Kudus itu membakar
tabiat daging supaya nanti kita menjadi gandum yang dikumpulkan di dalam
lumbung untuk masuk di dalam Kerajaan Sorga.
Kita lihat TABIAT API ROH
KUDUS.
Yesaya 4: 4
(4:4) apabila TUHAN telah membersihkan kekotoran
puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya
dengan roh yang mengadili dan yang membakar.
Tabiat dari pada api Roh Kudus
adalah mengadili dan membakar tabiat-tabiat daging yang disebut dengan kotoran
dan noda pada darah dari pada puteri Sion atau Yerusalem.
Jadi tabiat api Roh Kudus itu
membakar, menghapuskan tabiat daging, kotoran-kotoran dari puteri Sion atau
Yerusalem.
Saudaraku, oleh sebab itu tidak
perlu kita heran dengan nyala api siksaan sebagai ujian. Tujuannya hanya satu:
untuk membersihkan kotoran, untuk menghapuskan noda darah puteri Sion dan Yerusalem.
Kalau seseorang menolak
sengsara salib, ujian, cobaan, maka orang yang seperti ini tidak pernah
disucikan, tidak pernah mengalami penyucian oleh api Roh Kudus. Api Roh Kudus
untuk membakar, untuk menghanguskan tabiat daging, menghapus noda darah,
menyucikan Yerusalem dan puteri Sion.
Lihat saudara kita Azarya, dia
tidak sanggup, tidak mau disucikan oleh api Roh Kudus. Tidak kuat. Besoknya setelah
masalah langsung telepon keluarganya dan meminta pulang. Terkutuklah orang yang
tersandung, tetapi lebih lagi terkutuk orang yang menjadi batu sandungan. Itu
harus diingat.
Ingat; jangan heran dengan
nyala api siksaan, itu penyucian terhadap noda darah, menghapus segala dosa
puteri Sion dan Yerusalem, oleh sebab itu orang yang mau hidup beribadah kepada
Tuhan, banyak menanggung penderitaan.
Kalau kita tidak mau ikut
Tuhan, tidak perlu sangkal diri pikul salib, tidak perlu mengalami nyala api
untuk menyucikan kita. Penderitaan badani untuk menghentikan dosa...1 Petrus
4:1.
Apa yang dilahirkan oleh daging
adalah daging. Apa yang dilahirkan oleh Roh adalah Roh.
Itulah hamba-hamba Tuhan yang
diutus di tengah-tengah pengutusan, selalu mengampakan diri seperti angin yang
bertiup. Tidak dilihat tetapi dirasakan.
Saudaraku, suatu kali nanti,
angin itu akan ditahan oleh empat malaikat yang ada di empat penjuru bumi.
Selagi ada tiupan angin, hargai, Tuhan mengutus utusan-Nya untuk menyejukkan,
menyegarkan kehidupan kita, suatu kali nanti Tuhan utus
empat malaikat untuk menghentikan tiupan angin dari empat penjuru bumi.
Maka, hari Jumat dalam Ibadah
Pendalaman Alkitab berkali-kali saya sampaikan, kita ini adalah orang yang
paling bersyukur. Mengapa saya berani katakan begitu? Ternyata kita berada di atas
gunung Sion, tempat kita beribadah adalah gunung Sion. Mengapa? Dari sana
keluar pengajaran, sehingga kita menempuh jalan-jalan salib, pengajaran salib
yang kita terima, itulah jalan kebenaran dan hidup, sama seperti pengajaran
Tabernakel; di mulai dari pintu gerbang, artinya; percaya, selanjutnya,
ada tanda darah, pertobatan, sampai ada di dalam Ruangan Maha Suci,
selalu ditandai dengan darah, itulah pengajaran salib.
Coba ulangi ayat 4 ...
Yesaya 4: 4
(4:4) apabila TUHAN telah membersihkan kekotoran
puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya
dengan roh yang mengadili dan yang membakar.
Tetap berada di gunung Sion
menerima Pengajaran Mempelai dan di Yerusalem melayani Tuhan.
Jadi, hati-hati, Yesus sebagai
Anak tunggal Bapa diutus bukan semata-mata mengadakan untuk mujizat tetapi yang
terpenting supaya kita melihat Kerajaan Sorga, berarti syaratnya seorang utusan
harus dilahirkan kembali oleh air dan Roh.
Kalau saudara merasakan tiupan
angin malam ini, sangat menyejukkan hati kita. Kalaupun hati kita hancur, bukan
karena pukulan (karena kesalahan), tetapi karena angin yang sangat menyejukkan,
menyegarkan kehidupan kita semua.
Saya sudah kasih gambaran di
atas tadi; otak kekurangan oksigen saja sudah bahaya, apalagi kalau angin yang
bertiup ditahan, kering, kerontang, tidak berdaya, binasa.
Tetap di atas gunung Sion,
tetap di Yerusalem melayani Tuhan, terimalah penyucian dari api Roh
Kudus supaya kita dilahirkan kembali sampai akhirnya di tengah pengutusan kita
mampu menghampakan diri seperti angin. Tetapi dirasakan kesejukan, kesegaran
dari tiupan angin.
Saya bahagia menerima
Pengajaran Mempelai di atas gunung Sion. Saya bahagia di Yerusalem melayani di
dalam Pengajaran Mempelai, tidak menyesal. Apa yang dahulu tidak pernah saya
pikirkan, apa yang dahulu tidak timbul di dalam hati yang tidak pernah saya
dengar, itu yang Tuhan berikan kepada saya dan tentu kepada kita semua karena
kita mau mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, dengan bukti bahwa kita mau
menerima pengajaran salib (sangkal diri pikul salib).
Yohanes 3: 8-11
(3:8) Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau
mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana
ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."
(3:9) Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah
mungkin hal itu terjadi?"
(3:10) Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar
Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?
(3:11) Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami
berkata-kata ten tang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang
kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami.
Sampai kita nanti menjadi suatu
kesaksian yang benar, baik dalam perkataan, baik dalam perbuatan sesuai dengan
kehendak Tuhan, sesuai dengan apa yang kita dengar, sesuai dengan apa yang kita
lihat dari Tuhan.
Pendeknya; menjadi kesaksian
baik dalam perkataan perbuatan sesuai kehendak Tuhan.
Kesaksian kita tidak boleh lagi
sesuai kehendak kita masing-masing tetapi persis seperti angin, ke mana saja ia
bertiup sesuai dengan geraknya Roh Kudus.
Kesaksian sesuai kehendak Tuhan
karena sesuai dengan apa yang kita dengar dan sesuai dengan apa yang kita
lihat. Yesus juga menjadi kesaksian sesuai dengan apa yang didengar dari Bapa
dan apa yang Dia lihat, itu yang Dia saksikan kepada orang Yahudi.
Yohanes 15: 16
(15:16) Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah
yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan
menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa
dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
Jadi Tuhan yang memilih utusan,
bukan utusan yang memilih Tuhan supaya kita diutus untuk menghasilkan buah dan
buah itu tetap (kekal), tidak binasa. Hasilkanlah buah sesuai dengan
pertobatan. Kerjakanlah keselamatan sampai memperoleh keselamatan. Menjadi
kesaksian sesuai dengan kehendak Tuhan untuk menghasilkan buah yang tetap,
tidak binasa. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment