IBADAH PEMUDA REMAJA, 22 JULI 2017
“STUDY YUSUF”
(Seri 117)
Subtema: BAHASA
ROH UNTUK ORANG YANG TIDAK BERIMAN, SEDANGKAN NUBUATAN UNTUK ORANG YANG
BERIMAN.
Shalom.
Selamat malam, oleh karena
kemurahan Tuhan kita dimungkinkan untuk melangsungkan ibadah pemuda remaja.
Segera saja kita memperhatikan
firman penggembalaan untuk ibadah pemuda remaja, tentang study Yusuf
dari...
Kejadian 41:15
(41:15) Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Aku telah bermimpi, dan
seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya, tetapi telah kudengar tentang
engkau: hanya dengan mendengar mimpi saja engkau dapat mengartikannya."
Dari ayat ini kita dapat
melihat dua sisi yaitu;
-
Yusuf adalah seorang nabi Tuhan.
-
Firaun sangat membutuhkan seorang nabi.
Sebetulnya firaun
ini tidak mengenal seorang nabi tetapi di sini kita melihat dia sangat
membutuhkan seorang nabi.
Kalau firaun saja
yang tidak mengenal nabi membutuhkan seorang nabi seharusnya kita lebih lagi,
karena kita sudah lama mengenal dan mengetahui dengan jelas tentang firman para
nabi.
Di sini ada kalimat; "Aku telah bermimpi,
dan seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya.”
Kita lihat kisah itu dalam ayat
8...
Kejadian 41:8
(41:8) Pada waktu pagi gelisahlah hatinya, lalu disuruhnyalah memanggil
semua ahli dan semua orang berilmu di Mesir. Firaun menceritakan mimpinya
kepada mereka, tetapi seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya kepadanya.
Firaun
menceritakan mimpinya kepada semua ahli dan semua orang berilmu
di Mesir tetapi seorangpun tidak ada yang dapat mengartikan mimpinya itu.
Artinya;
keahlian orang ahli dan ilmu orang yang berilmu tidak dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan di atas muka bumi.
Lihat
orang berilmu dan orang pandai di dunia ini, ia tidak dapat menyelesaikan masalah.
Barangkali dia pintar dalam satu bidang tetapi dia tidak dapat menyelesaikan
masalahnya, dia tidak dapat lepas dari dosa, kejahatan dan kenajisan. Berarti,
yang suam tetap suam, yang jahat tetap jahat, najis tetap najis, pendusta tetap
pendusta. Kalau masalah tidak dapat diselesaikan maka kehidupan seseorang tetap
gelisah, gundah gulana, kehidupannya tidak menentu seperti Firaun, sementara
kekayaan tidak bisa memberi rasa nyaman, rasa tenang teduh di dalam hati, dalam
diri. Beda dengan Daud hatinya bersukacita, jiwanya bersorak-sorai,
tubuhnya diam tenang, karena Tuhan tampil sebagai pembela...Kisah
para Rasul 2:26.
Firman
nabi, firman Pengajaran yang rahasia-Nya dibukakan, ia akan membela kehidupan kita
dan menyelesaikan masalah kita semua, supaya hati kita juga bersukacita,
jiwa bersorak-sorai nanti tubuh kita diam dengan tenteram. Tetapi di
sini kita lihat Firaun hatinya gelisah, tidak ada yang dapat mengartikan mimpinya.
Yeremia 23:28
(23:28) Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu, dan
nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu dengan benar!
Apakah sangkut-paut jerami dengan gandum? demikianlah firman TUHAN.
Perhatikan kalimat ini: “Nabi yang beroleh mimpi,
biarlah menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan
firman-Ku itu dengan benar!”, berarti tidak boleh ditambahkan dan tidak boleh
dikurangkan.
Firman
yang ditambahkan artinya; menyampaikan satu dua ayat lalu ditambahkan
dengan cerita isapan jempol, dongeng nenek tua.
Firman
yang dikurangkan artinya; pemberitaan tentang salib dengan dua hal;
-
Teori kemakmuran, artinya; orang Kristen tidak boleh miskin harus kaya.
-
Diganti dengan tanda-tanda heran / mujizat tetapi salib dikecilkan.
Maka syarat menjadi seorang
nabi adalah;
-
Jujur.
-
Tidak boleh takut di tengah-tengah penyampaian pemberitaan firman Tuhan walaupun keras dan sakit bagi daging.
Jadi sudah sangat jelas, kalau
seorang hamba Tuhan dapat mengartikan mimpi, membukakan rahasia firman
menunjukkan dia seorang nabi. Seorang hamba Tuhan tidak boleh loba, serakah,
tamak, mencari keuntungan lewat firman yang ditambahkan, harus jujur dan tidak
boleh juga takut, sebab Yesus adalah Tuhan yang harus kita sembah, orang kaya (uang)
tidak boleh jadi majikan di dalam rumah Tuhan.
1 Korintus 14:1
(14:1) Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh
karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.
Kalau seseorang diperlengkapi
oleh karunia-karunia, puji Tuhan tetapi berusahalah untuk memperoleh karunia
untuk bernubuat.
1 Korintus 14:2-4
(14:2) Siapa yang
berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi
kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia
mengucapkan hal-hal yang rahasia.
(14:3) Tetapi siapa yang
bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan
menghibur.
(14:4) Siapa yang
berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang
bernubuat, ia membangun Jemaat.
Perbedaan firman bahasa roh dengan
nubuat.
-
Bahasa roh bertujuan; membangun dirinya sendiri sebab
oleh roh dia berkata-kata dengan Tuhan, oleh roh ia mengucapkan hal-hal yang
rahasia kepada Tuhan.
-
Nubuat berarti; membangun sidang
jemaat.
Membangun berarti
anggota tubuh yang berbeda-beda dibangun. Kalau membangun rumah kan dibutuhkan
bahan bangunan yang berbeda-beda, batu, semen, pasir, bata, dan lain sebagainya
dan menjadi satu. Itu pekerjaan dari nubuat.
1 Korintus 14:5
(14:5) Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh,
tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat
lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali
kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun.
Rasul Paulus dengan jelas berkata;
“Aku suka, supaya kamu
semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu
bernubuat.”
Nubuat
lebih berharga dari bahasa roh, kalau di tengah-tengah himpunan ibadah ini ada
orang yang dikaruniakan bahasa roh, puji Tuhan, dikaruniakan dengan karunia
yang lain, puji Tuhan, tetapi nubuat jauh lebih utama, sebab nubuat berkuasa untuk
membangun sidang jemaat. Pendeknya, nubuat lebih berharga dari bahasa roh.
1
Korintus 14:6
(14:6) Jadi, saudara-saudara, jika aku datang
kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika
aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat
atau pengajaran?
Bahasa roh tanpa nubuat di
tengah-tengah himpunan ibadah, tidak ada artinya.
Perlu untuk diketahui,
penyataan Allah / firman para nabi bersifat tiga hal;
1.
Bersifat pengetahuan.
2.
Bersifat nubuat.
3.
Bersifat pengajaran.
Jadi kalau kita memperoleh
pengetahuan yang benar tentang Anak Allah itu bersumber dari firman para
nabi, kemudian, firman para nabi itu bersifat nubuatan, dia dapat menyampaikan
segala sesuatu yang terjadi yang belum terlihat oleh mata, dia dapat
menceritakan segala sesuatu yang akan datang, yang tidak bisa dilihat oleh
mata. Kenapa? Karena firman nabi bersifat nubuatan dan itu sudah kita alami,
rasakan. Kejadian bumi ini kita jelas tahu dari firman yang kita sudah kita
dengar, maka firman nabi itu betul sekali bersifat nubuatan (menyampaikan
segala sesuatu di masa yang akan datang).
Kemudian, bersifat pengajaran,
mengajar kita tentang jalan-jalannya, sehingga kita menempuh jalan-jalan salib
karena kita menerima pengajaran salib. Pendeknya, pengajaran itu berguna untuk
mendidik kita.
1 Korintus 14:13
(14:13) Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus
berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya.
Oleh
sebab itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya
kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya. Dapat mengartikan bahasa
roh tujuannya untuk membangun, kalau bahasa roh tanpa di artikan, tidak akan
membangun sidang jemaat, maka himbauan ini penting untuk diperhatikan; siapa
yang berbahasa roh ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan karunia untuk
dapat mengartikannya (membangun).
1
Korintus 14:14
(14:14) Sebab jika aku berdoa
dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut
berdoa.
Jika
berdoa dengan bahasa roh maka rohnya yang berdoa, tetapi akal budi tidak turut
berdoa, padahal akal budi juga harus berdoa untuk membangun. Tetapi, tidak
mungkin akal budi turut berdoa kalau akal budi tidak memahami bahasa roh.
1
Korintus 14:15
(14:15) Jadi, apakah yang harus
kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal
budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan
memuji juga dengan akal budiku.
Yang
benar adalah; kita berdoa dengan roh tetapi akal budi (pengertian) harus juga
berdoa.
Inilah
yang harus kita perbuat; berdoa dengan roh, tetapi beroda juga dengan akal
budi. Kemudian berdoa dan menyanyi dengan roh, tetapi menyanyi dan memuji juga
dengan akal budi. Roh dan akal budi memuji Tuhan. itu tanda bahwa dia sudah
dibangun.
Kalau
si A berbahasa roh yang lain mendengar, tetapi kalau dia tidak punya pengertian
dari apa yang di dengar, maka, akal budinya tidak akan turut berdoa tetapi yang
harus kita perbuat, berdoa dengan roh tetapi juga berdoa dengan akal budimu.
Di
sinilah kita melihat peranan dari firman nubuatan / firman para nabi itu sangat
penting ternyata, melebihi dari karunia bahasa roh.
Pertanyaannya;
mengapa roh dan akal budi berdoa, bernyanyi, memuliakan Tuhan?
1 Korintus 14:16-17
(14:16) Sebab, jika
engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir
sebagai pendengar dapat mengatakan "amin" atas pengucapan syukurmu?
Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan?
(14:17) Sebab sekalipun
pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya.
Mengucap
syukur dengan roh saja, maka orang lain tidak terbangun, karena orang lain
tidak mengerti bahasa roh.
Sebaliknya,
ketika orang lain terbangun oleh pengucapan syukur kita maka ia akan memuliakan
Tuhan dengan akal budinya, dengan bukti dia akan berkata; amin.
1
Korintus 14:18-19
(14:18) Aku mengucap
syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada
kamu semua.
(14:19) Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima
kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu
kata dengan bahasa roh.
Rasul
Paulus lebih suka mengucapkan lima kata, namun dapat dimengerti oleh orang lain
saat dia mengajar di tengah-tengah himpunan ibadah dari pada beribu-ribu kali
mengucapkan bahasa roh namun orang lain tidak mengerti.
Kalau
soal bahasa lidah rasul Paulus lebih hebat dari pada sidang jemaat di Korintus,
namun ia lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti orang lain saat
dia mengajar di tengah-tengah himpunan ibadah. Memang kita harus akui, saat
kita dikaruniakan bahasa lidah itu kemurahan, tetapi berusahalah untuk
memperoleh karunia nubuat supaya kerohanian kita terbangun.
1
Korintus 14:20
(14:20) Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam
pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam
pemikiranmu!
Perhatikan
kalimat: “Janganlah sama seperti
anak-anak dalam pemikiranmu”, dilanjutkan kembali: “Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam
pemikiranmu!”
Inilah
yang Tuhan inginkan; berpikir secara dewasa jangan sama seperti anak-anak dalam
pemikiran, tetapi dewasa di dalam pemikiran, supaya apa? Menjadi anak-anak
dalam kejahatan, bahkan bayi di dalam kejahatan (tidak tahu berbuat apa yang
jahat), inilah yang Tuhan inginkan, untuk menyikapi hal-hal ini.
Kita
tidak akan bisa menyikapi apa yang dinyatakan Rasul Paulus dengan baik kalau
tidak dewasa dalam pemikiran. Hanya orang dewasa dalam pemikiran yang dapat
mengerti dan dapat membedakan mana yang terutama dalam semua karunia.
Oleh
sebab itu, kalau dewasa dalam pemikiran, dia pasti membutuhkan firman nubuatan.
Oleh
sebab itu, kita lihat dulu, di dalam ...
Efesus
4: 14
(4:14) sehingga kita
bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran,
oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,
Kalau
dewasa di dalam pemikiran, tidak mudah diombang ambingkan oleh rupa-rupa angin
pengajaran palsu.
Memang
terkadang kita tidak memahami ketika
melihat seorang hamba Tuhan di tengah pelayanan dengan bahasa Roh, kemudian
dengan mujizat, tanda heran, kemudian ketika mengadakan pengusiran Setan,
kadang kita terfokus pada perbuatan ajaib itu, tetapi lupa mana yang terpenting
dan yang terutama.
Kita
terkesima melihat perbuatan ajaib, tetapi lupa, mana yang terpenting, mana yang
terutama untuk kita miliki, maka janganlah sama seperti anak-anak dalam
pemikiran, dilanjutkan kembali jadilah anak-anak bahkan bayi dalam kejahatan
tetapi dewasa dalam pemikiran, sehingga dengan demikian kita bisa menyikapi
hal-hal apa yang dinyatakan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Kadang-kadang
banyak orang Kristen terpukau, terkesima melihat perbuatan ajaib, sehingga dia
lupa mana yang terpenting dan yang terutama untuk diperoleh.
Kita
dengan menerima firman ini berarti kita tentu semakin didewasakan dalam
pemikiran, dalam hal menyikapi pelayanan yang seperti ini di hari-hari terakhir
ini.
Filipi
3: 12
(3:12) Bukan seolah-olah
aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya,
kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus
Yesus.
Jadi
hal-hal yang benar itu harus kita kejar sampai menjadi milik kita, seperti
Tuhan telah menangkap kita dan kita menjadi milik-Nya, tetapi bukan karena kita
sudah sempurna.
Filipi
3: 15
(3:15) Karena itu marilah
kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang
salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu.
Kemudian,
kalau kita belum memahami tentang sesuatu hal, nanti Tuhan sendiri yang akan
memberitahukannya kepada kita, asal saja kita berusaha untuk mengejar dan
memperoleh kebenaran itu. Kalau ada sesuatu hal yang belum kita mengerti, nanti
Tuhan yang akan memberikan pengertian itu, dimulai dari kerinduan. Maka
berpikirlah secara dewasa. Dewasalah di dalam pemikiran.
Kalau
kita perhatikan dalam Ibrani 5, di situ jelas dikatakan bahwa makanan
keras untuk orang dewasa, bukan untuk anak-anak. Mengapa? Karena orang dewasa
memiliki panca indera yang terlatih sehingga dapat membedakan mana yang baik,
mana yang tidak baik, sedangkan susu itu untuk anak-anak. Anak-anak tidak
memerlukan makanan keras, sehingga tidak paham menyingkapi hal-hal yang
terpenting, tidak dewasa di dalam pemikiran.
Maka
apa yang dihimbau oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus tadi, harus
menjadi perhatian khusus bagi kita. Janganlah sama seperti anak-anak dalam
pemikiran, dilanjutkan lagi, jadilah anak-anak bahkan bayi dalam kejahatan,
dewasa di dalam pemikiran untuk menyikapi hal-hal yang sedemikian, karena hanya
orang yang dewasa dalam pemikiran yang dapat membedakan mana yang baik dan mana
yang tidak.
Tadi
kan saya sudah katakan; kadang kita terpukau melihat perbuatan ajaib, tetapi
lupa mana hal yang terpenting dan yang terutama.
Pada
hari Jumat sudah jelas lewat ibadah Bible study, orang-orang yang dikhususkan,
tidak boleh keluar dari tempat kudus (kandang penggembalaan), itu buah dari
pohon kehidupan yang boleh kita nikmati. Kemudian buah dari pohon yang baik dan
menarik; 9 karunia dan 9 buah Roh Kudus.
Kemudian
di dalam ibadah doa juga didewasakan oleh firman nubuatan ini; jangan mau
digeser dari pengharapan Injil, sebab ada injil lain atau injil yang berbeda
dari apa yang telah diberitakan oleh Rasul Paulus. Injil Matius, Markus,
Lukas, Yohanes, menceritakan pribadi Yesus sepenuhnya, berarti sampai
kepada salib-Nya.
Matius,
Markus diagram horizontal. Yohanes Anak Allah turun menjadi manusia dalam
sengsaranya, itu vertikal. Kalau dua diagram disatukan itu adalah salib. Itulah
yang disebut Injil sepenuhnya. Sedangkan injil yang lain; firman yang ditambahkan
dan dikurangkan.
Lewat
pengertian semacam inilah kita semakin didewasakan, sehingga dewasa dalam
pemikiran, selanjutnya dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak
baik, mana yang terpenting, terutama, mana yang tidak. Kiranya dapat dipahami
dengan baik.
Resiko
kalau tidak dewasa di dalam pemikiran.
1
Korintus 14: 21
(14:21) Dalam hukum
Taurat ada tertulis: "Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh
mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian
mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan."
Perhatikan;
Tuhan berbicara dengan perantara hamba-hamba Tuhan yang berbahasa Roh kepada
bangsa Israel, tetapi bangsa Israel tetap tidak mengerti apa maksud Tuhan,
tidak mengerti rencana Tuhan, maka ini harus diperhatikan.
Bagaimana
sekarang? Masih sanksi dengan firman nabi, firman nubuatan?
Buktinya
Allah berfirman kepada bangsa Israel lewat bahasa lidah, bahasa Roh, logat
ganjil, tetap saja tidak mengerti.
Maka
sangat disayangkan kalau hanya karena pekerjaan lalu seseorang meninggalkan
firman para nabi, atau karena kekerasan hati, kesombongannya tidak mau
dikoreksi lalu meninggalkan firman para nabi, dia cari gereja dengan pelayanan, firman yang ditambahkan dan
dikurangkan, ini sangat disayangkan.
Karena
ekonomi, politik, bisnis, pekerjaan, kedudukan, jabatan lalu tinggalkan firman
para nabi, itu bodoh. Karena keras hati,
sombong, angkuh, dikuasai roh pendurhakaan, tidak mau terima firman para nabi,
itu bodoh.
Oleh
sebab itu Tuhan berupaya untuk menjadikan kita dewasa dalam pemikiran untuk
bisa menyikapi hal ini, untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
tidak. Kalau dalam satu hal kita masih kurang paham, yang penting ada
kerinduan, nanti Tuhan memberi pengertian itu.
Sama
halnya dengan saya, banyak hal yang belum saya pahami, tetapi kerinduan ini tidak
bisa ditahan, tidak bisa ditarik oleh dunia dan arusnya. Maka semakin hari
pengertian kita seperti rembang di tengah hari, semakin jelas, semakin terang
sampai akhirnya terlepas dari bayang-bayang dosa. Tengah hari, persis di atas
kepala, tidak ada lagi bayang-bayang dosa masa lalu.
Kita
lihat peristiwa itu ...
Yesaya
28: 11-12
(28:11) Sungguh, oleh
orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa asing akan
berbicara kepada bangsa ini
(28:12) Dia yang telah
berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah perhentian
kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi mereka
tidak mau mendengarkan.
Tuhan
berfirman dengan perantaraan bahasa Roh kepada bangsa Israel tentang hari
perhentian, tentang hari peristirahatan namun mereka tidak mau mendengar,
dengan kata lain; menolak hari perhentian, menolak hari peristirahatan.
Hari
perhentian atau hari peristirahatan = hari ketujuh = hari sabat. Ini berguna
bagi orang yang lelah, berguna bagi orang yang letih lesu berbeban berat,
berguna bagi orang yang tertindas.
Keadaan orang yang menolak perkataan Tuhan dengan perantaraan bahasa
lidah (bahasa asing), tidak menghargai hari perhentian, hari peristirahatan.
Keluaran
1: 11-14
(1:11) Sebab itu
pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan
kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni
Pitom dan Raamses.
(1:12) Tetapi makin
ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa
takut kepada orang Israel itu.
(1:13) Lalu dengan kejam
orang Mesir memaksa orang Israel bekerja,
(1:14) dan memahitkan
hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu
bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan
kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.
Bangsa Israel diperbudak dengan
kerja paksa, sehingga bangsa Israel tertindas dan memahitkan hidup mereka.
Perlu untuk diketahui; ketika
seseorang diperbudak oleh dosa, tanpa hari perhentian, tanpa hari peristirahatan,
maka seseorang akan tertindas dan akan memahitkan hidupnya.
Hari perhentian, hari Sabat
-> ibadah dan pelayanan. Saat ini kita berada dalam hari perhentian lewat
Ibadah Kaum Muda Remaja.
Jadi, banyak orang keliru,
untuk datang beribadah kepada Tuhan setelah mendapat pekerjaan (dipulihkan). Pendeknya,
menjadi keliru, padahal lewat hari perhentian ini, jiwa disegarkan. Lewat hari
perhentian ini ada jalan keluar, Tuhan lepaskan kita dari perbudakan dosa, Tuhan
lepaskan kita dari jerat maut, jerat Iblis/Setan.
Banyak orang melepaskan diri
dari tengah-tengah ibadah
dan pelayanan dan menginginkan kebebasan dunia.
Sebetulnya kebebasan dunia itu jerat bagi dia di depan.
Jangan lepaskan dirimu dari
ikatan ibadah ini sebab ibadah adalah hari perhentian untuk melepaskan kita
dari segala beban. Siapa orang yang berbeban berat? Yaitu: orang yang
tertindas, yang hidupnya sudah dipahitkan oleh dosa.
Siapa yang membutuhkan hari
ketujuh? Siapa yang membutuhkan hari Sabat? Siapa yang membutuhkan ibadah? Jawabnya adalah: orang yang berbeban berat,
supaya terjadi kelepasan.
Lihat bangsa Israel, bekerja
tanpa hari perhentian; mereka tertindas, sampai memahitkan hidup mereka.
Ini, Tuhan berfirman kepada
bangsa Israel dengan perantaraan bahasa lidah (bahasa roh), tidak ada yang
mengerti, tidak ada yang mau menghargai hari perhentian, hari peristirahatan,
tidak ada yang mau menghargai ibadah pelayanan, mereka sama seperti bangsa
Israel di Mesir; tertindas dan semakin memahitkan hidup mereka.
Salib tidak pernah memahitkan
hidup kita. Dosa yang membuat hidup seseorang menjadi pahit. Jadi, jangan
pernah lepaskan salib.
Berpikir dewasa untuk menyikapi
hal ini. Jangan terpukau dengan perbuatan ajaib, tetapi lupa dengan hal yang
penting, yaitu: firman nubuatan.
Kalau soal bahasa Roh,
berkata-kata dengan bahasa asing, Rasul Paulus lebih hebat dari jemaat
Korintus, tetapi dia lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti
saat dia mengajar di tengah-tengah himpunan ibadah.
Sekarang kita akan melihat ...
Keuntungan
menghargai hari perhentian, hari peristirahatan (hari Sabat, hari ketujuh, ibadah
dan pelayanan).
YANG PERTAMA.
Keluaran 20: 9-11
(20:9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu,
(20:10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN,
Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki,
atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau
hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
(20:11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan
langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh;
itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Enam hari lamanya Tuhan
menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya dan Ia berhenti pada hari
ketujuh.
Hari ketujuh = hari Sabat =
hari perhentian = hari peristirahatan -> ibadah pelayanan kepada Tuhan.
Lalu pertanyaannya, mengapa
harus berhenti para hari ketujuh, hari Sabat? Karena Tuhan juga berhenti pada
hari ketujuh = mengikuti contoh teladan dari Tuhan.
Jadi kalau kita masuk pada hari
perhentian, menguduskan hari Sabat, tujuannya hanya satu; supaya kita mengikuti
contoh teladan dari Tuhan. Kapan kita bisa mengenal Tuhan, kapan kita bisa
mengerti Tuhan, kapan kita bisa mengenali isi hati Tuhan, sampai akhirnya kita
bisa mengikuti contoh teladan yang Dia buat, kalau kita tidak menguduskan hari sabat, hari ketujuh?
Walaupun ada orang berkata; aku
percaya kepada Tuhan tetapi tidak menghargai hari perhentian, hari
peristirahatan: bulshit, nonsense.
Tuhan bekerja enam hari, hari
ketujuh berhenti, ikuti contoh teladannya. Tidak mungkin kita bisa memahami, dan
mengerti isi hati Tuhan, menyelami isi hati Tuhan, kalau tidak berhenti pada
hari ketujuh. Tidak mungkin kita bisa mengikuti contoh teladannya, kalau tidak
berhenti pada hari ketujuh?
Kita lihat contoh teladan dari
Tuhan bagi kita;
Yohanes 13: 4
(13:4) Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan
jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada
pinggang-Nya,
Mengikatkan sehelai
kain lenan pada pinggang-Nya menunjukkan bahwa
Yesus adalah hamba Tuhan.
Apa ciri hamba Tuhan?
Melepaskan jubah-Nya, melepaskan kebesaran-Nya, melepaskan segala sesuatu
kelebihan-kelebihan di dalam diri-Nya, itu ciri hamba Tuhan.
Yohanes 13: 5-7
(13:5) kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah
basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang
terikat pada pinggang-Nya itu.
(13:6) Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata
Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?"
(13:7) Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang
Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya
kelak."
Yesus membasuh kaki murid-murid
dan menyekanya dengan kain lenan yang terikat pada pinggang-Nya.
Membasuh kaki murid-murid, arti
rohaninya; mengampuni dosa orang lain dan melayani orang yang berdosa.
Jadi kaki murid-murid bukan
hanya dibasuh, tetapi juga disekanya dengan lenan yang terikat pada
pinggang-Nya, artinya; mengampuni dan melayani orang yang berdosa.
Sekarang,
Yohanes 13: 13-15
(13:13) Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu
itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
(13:14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang
adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;
(13:15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan
kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat
kepadamu.
Kalau Yesus adalah Guru dan
Tuhan mau membasuh kaki murid-murid, maka murid-murid juga harus mengikuti
contoh teladan Tuhan; mengampuni dan melayani orang yang berdosa.
Inilah contoh teladan yang
harus kita ikuti. Inilah contoh teladan yang ditinggalkan Tuhan bagi kita.
Maka jangan gengsi saat
mengampuni dan melayani orang berdosa. Kita ini bukan orang dunia lagi.
Kalau mengampuni dan melayani
orang berdosa, tidak perlu gengsi. Gengsilah kalau kita melakukan sesuatu yang
tidak terpuji di hadapan Tuhan. Orang dunia kadang-kadang sok keren dengan
gayanya, tetapi telah menyakiti hati Tuhan, gengsi rendah hati, sebab mereka gengsi
merendahkan diri, gengsi berbuat baik; (ada rasa malu), padahal itu terpuji
untuk Tuhan.
Yohanes 13: 7-8
(13:7) Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang
Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya
kelak."
(13:8) Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan
membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku
tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."
Kalau kita tidak saling
mengampuni; tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga.
Mengampuni ini pekerjaan kasih
dari Allah Bapa, sebab tabiat dari Allah Bapa, adalah kasih. Kalau seseorang
tidak memiliki kasih, ia tidak sempurna dalam hidup, dan dia tidak mendapat
bagian dalam Kerajaan Sorga.
Sesungguhnya keuntungan
menghargai hari perhentian, hari peristirahatan (hari Sabat, hari ketujuh =
ibadah pelayanan).
YANG KEDUA.
Ulangan 5: 12-15
(5:12) Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat,
seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.
(5:13) Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu,
(5:14) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN,
Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki,
atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau
lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang mana pun, atau orang asing yang di
tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti
seperti engkau juga.
(5:15) Sebab haruslah kauingat, bahwa engkau pun
dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu
dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN,
Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.
Ingat hari Sabat, hari ketujuh,
hari perhentian bagi Tuhan Allah, tujuannya adalah supaya jangan kembali kepada
dosa masa lalu. Sebagaimana Tuhan katakan di sana; “Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir.”
Pendeknya, ingat hari Sabat,
hari perhentian, hari ketujuh, hari peristirahatan bagi Tuhan supaya kita
belajar dari kesalahan-kesalahan di masa-masa yang lalu (belajar dari pengalaman).
Jadikan pengalaman hidup guru
yang terbaik, supaya jangan terulang kesalahan yang sama.
Itu tujuan kita menguduskan
hari Sabat, hari ketujuh, hari perhentian, hari peristirahatan bagi Tuhan,
supaya jangan kembali pada dosa masa lalu (belajar dari pengalaman).
Maka orang yang mengulangi
kesalahan namun tetap berada di tengah ibadah dan pelayanan, saya katakan orang
seperti ini adalah orang bebal.
Padahal tujuan utama hari
perhentian ini adalah supaya kita ingat betapa dosa masa lalu itu yang membuat
kita tertindas, dosa masa lalu yang memahitkan hidup.
kalau kita ingat, berarti tidak
ada keberanian untuk mengulangi kesalahan yang sama. Kalau ingat sakit, derita,
yang disebabkan oleh kesalahan, orang yang seperti ini tidak akan pernah
mengulangi pengalaman yang sama, karena sakit, karena menderita. Itu sudah saya
alami, karena saya tahu oleh karena kejahatan dan kenajisan membuat saya
menderita, saya berhenti. Dan pengalaman ini menjadi guru yang terbaik bagi
saya, mengajar saya sampai hari ini.
Justru dengan bahasa sederhana
oleh firman nubuatan (firman nabi), kita mengerti. Andaikata saja hanya ada
karunia bahasa roh di tengah-tengah himpunan ibadah, maka kita tidak akan
memahami ini semua, maka firman nubuatan itu mendewasakan, maka beri dirimu
didewasakan oleh firman nubuatan untuk mengerti dan dapat membedakan, menyikapi
semua bentuk pelayanan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Maka kita bersyukur, kita
menguduskan hari Sabat, hari ketujuh, hari perhentian, itulah tanda bahwa dua
tangan Tuhan yang kuat telah melepaskan kita dari perbudakan dosa.
Jadi bukan berhala, bukan uang,
bukan harta, bukan kedudukan, bukan jabatan yang melepaskan kita dari
perbudakan dosa, tetapi dua tangan Tuhan yang kuat membawa kita untuk berada di
negeri yang dijanjikan ini. Inilah ibadah pelayanan negeri yang dijanjikan,
inilah milik pusaka yang diwariskan oleh Tuhan kepada kita, maka pertahankan
milik pusaka. Milik pusaka tidak boleh dijual. Jangan jual milik pusaka oleh
karena bisnis, oleh karena sesuatu pekerjaan, oleh karena kedudukan, kesibukan,
jangan jual milik pusaka yang diberikan Tuhan dan jangan tinggalkan.
Kita harus mengakui Nabot;
sekalipun dia diancam oleh raja Ahab, dia tidak mau jual tanah milik pusakanya,
justru bayar harganya. Jangan jual, tetapi bayar harganya.
Kalaupun harga dirimu
dirontokkan, biar saja privasimu sepertinya diinjak-injak, bayar saja. martabatmu
sepertinya diinjak-injak, biar saja, kalau memang itu yang Tuhan inginkan.
1 Korintus 14: 22
(14:22) Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda,
bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman;
sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak
beriman, tetapi untuk orang yang beriman.
Karunia bahasa Roh (orang-orang
hanya memerlukan tanda-tanda heran, orang-orang hanya memerlukan mujizat,
orang-orang hanya memerlukan hal yang lahiriah), itu adalah tanda untuk orang
yang belum beriman.
Tetapi nubuat adalah
tanda untuk orang beriman, dewasa secara rohani.
Jadi jangan kecil hati kalau
Tuhan bernubuat dan memeriksa segala kekurangan kita semua. Jangan kecil hati,
jangan ciut, jangan tawar hati lagi. Memang firman nubuatan untuk orang dewasa
secara rohani.
Kalau saudara dewasa pasti mau
menerima firman nubuatan dengan segala keluwesan, lapang hati, lapang dada,
dengan hati dan pikiran yang tidak panas.
Dengan firman nubuatan inilah
kita bisa mengikuti contoh teladan. Dengan firman nubuatan ini kita belajar
dari pengalaman, masa lalu, guru yang terbaik, supaya kita tidak mengulangi
kesalahan yang sama.
Jangan terus menerus menyakiti
hati Tuhan. Jangan bebal. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment