IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 28 JUNI 2017
(Seri 120)
Subtema:
BERTEKUN DI DALAM IMAN.
Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera
bagi kita semua. Oleh karena kemurahan Tuhan, kita dimungkinkan untuk
melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan.
Sebelum kita membawa diri
rendah di bawah kaki salib Tuhan, terlebih dahulu kita memperhatikan Firman
penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul
Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 1: 21
(1:21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan
yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu
yang jahat,
Terlebih dahulu kita perhatikan
kalimat pada ayat ini: “Juga kamu yang
dahulu hidup jauh dari Allah.”
Ini menunjuk kepada:
-
Bangsa kafir = orang-orang yang tidak bersunat.
-
Orang fasik dengan segala perbuatan fasik mereka.
Kemudian, yang dahulu hidup
jauh dari Allah memusuhi Allah dalam hati dan pikiran mereka, dan itu terlihat
dari setiap perbuatan mereka yang jahat.
Pendeknya; setiap orang berbuat
jahat menunjukkan ia masih hidup jauh dari Allah sekalipun ia berada di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Lebih jauh kita melihat tentang
yang dahulu hidup jauh dari Allah.
Efesus 2: 1
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
Yang dahulu hidup jauh dari
Allah banyak melakukan pelanggaran dan banyak melakukan dosa, sedangkan upah
dosa adalah maut.
Efesus 2: 2-3
(2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti
jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang
sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
(2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di
antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti
kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah
orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
Tiga hal penyebab terjadinya
dosa sehingga seseorang hidup jauh dari Allah, yaitu:
1. Mengikuti jalan dunia ini.
Dunia ini mempunyai
arus, mempunyai magnet, mempunyai daya tarik yang sangat kuat untuk
mempengaruhi hidup rohani anak-anak Tuhan, hingga nanti arus itu menghanyutkan,
menenggelamkan hingga dibawa sampai pada kematian rohani.
Kalau anak Tuhan
mengalami kematian rohani, ia tidak dapat berbuat apa-apa, tidak dapat
beribadah, tidak dapat melayani, tidak dapat membawa korban dan persembahan
kepada Tuhan.
Sebagaimana setelah
Yesus selesai berpuasa, Dia menghadapi tiga ujian dari ular gambaran dari
Iblis/Setan. Ujian pertama soal makanan, ujian kedua Dia dibawa ke tempat
tinggi, kemudian ujian ketiga Yesus dibawa ke gunung yang sangat tinggi,
kemudian dari sanalah Setan memperlihatkan kerajaan dunia dan kemegahan dunia,
lalu Setan menyatakan bahwa itu akan diberikan kepada Yesus, syaratnya asal
Yesus mau menyembah kepada Setan.
Jadi, betul-betul
dunia ini mempunyai daya tarik, mempunyai magnet, mempunyai arus yang sangat
kuat untuk mempengaruhi hidup rohani anak-anak Tuhan.
Tetapi Yesus berkata:
“Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis:
Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti!”
2.
Mentaati penguasa kerajaan angkasa (Setan).
Pertanyaannya;
siapakah orang yang mentaati penguasa kerajaan angkasa?
Jawabnya; yaitu
orang-orang yang dikuasai oleh roh pendurhakaan.
Pendurhaka =
pemberontak atau berani melawan Allah.
3.
Hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging.
Perlu untuk
diketahui;
-
Hidup menurut keinginan daging memikirkan hal-hal yang dari daging,
tidak memikirkan hal-hal yang dari Roh, perkara di atas, perkara rohani, itulah
ibadah dan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
-
Hidup menurut daging menunjukkan bahwa seseorang masih berada di bawah
hukum Taurat, sebab hukum Taurat lemah terhadap daging.
Efesus 2: 11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu --
sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak
bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat
lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --
(2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak
termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan
yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.
Keadaan orang-orang yang dahulu
hidup jauh dari Allah: “Tanpa Kristus,
tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan (bukan ahli waris), tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia”, berarti;
binasa, berujung pada kematian yang kekal.
Itu kehidupan dari bangsa
kafir, kehidupan yang jauh dari Allah, pantas untuk dimurkai, sesuai dengan ayat
3, “Kami adalah orang-orang yang
pantas untuk dimurkai.”
Efesus 2: 13
(2:13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu,
yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah
Kristus.
Tetapi sekarang di dalam
Kristus Yesus, yang dahulu jauh sudah menjadi dekat oleh darah salib Kristus.
Sebagaimana kita malam ini,
kita boleh melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan, nanti kita sebentar akan
tersungkur di kaki salib Tuhan, sujud menyembah kepada Tuhan, semua karena kemurahan
Tuhan, semua karena darah salib, bukan karena kekuatan, bukan karena kemauan
kita, bukan karena kepintaran kita, tetapi oleh darah salib.
Jadi, darah salib itu jaminan
segala sesuatu, darah salib itu kuat sekali untuk melepaskan kita dari segala
ikatan dosa, menarik kita dari tempat yang jauh supaya mendekat kepada Dia,
seperti darah Anak Domba paskah membawa bangsa Israel dari perbudakan Mesir dibawa
masuk ke tanah Kanaan, tujuannya supaya mereka dapat beribadah dan melayani Tuhan.
Jadi dengan dua tangan Tuhan
yang kuat, bangsa Israel dibawa mendekat kepada Tuhan oleh darah salib Kristus.
Jadi bukan karena kemampuan kita, bukan karena uang, bukan karena apa-apa,
tetapi darah salib memiliki kekuatan, menarik kita dekat kepada Tuhan.
Dia sudah melintasi kemah yang
lebih besar dan lebih sempurna yang bukan buatan tangan manusia, yaitu diri-Nya
sendiri, Dia persembahkan di atas kayu salib, sehingga dengan demikian terjadi
perobekan tabir Bait Suci dari atas sampai ke bawah, itulah hidup-Nya sendiri
dipersembahkan di atas kayu salib, sehingga dengan demikian kita berada di
tempat kudus.
Minggu lalu saya sampaikan
tempat kudus, kalau dikaitkan dengan pelajaran Tabernakel itu menunjuk kepada
Ruangan Maha Suci di dalamnya terdapat satu alat, itulah tabut perjanjian.
Semua oleh darah salib.
Jaminannya darah salib. Saya bersyukur, Yesus mati untuk kita, darah-Nya
tercurah untuk menebus dan mengampuni kita semua dan darah itu masih bekerja,
berlaku sampai sekarang untuk kita semua.
Selagi masih ada kesempatan,
akui dosa, darah salib mengampuni, menebus. Kemudian, kalau ada percikan darah,
itu kesempatan bagi kita untuk menyucikan dari dosa, sama seperti kumpulan besar
orang banyak, menjadi pelengkap dari pada inti dari mempelai wanita Tuhan
(144.000 orang), karena mereka adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan
yang besar, dan mereka mencuci jubah mereka sampai putih bersih berkilau-kilauan.
Berarti sengsara besar,
kesusahan besar adalah suatu kesempatan bagi kita untuk mencuci jubah menjadi
putih bersih berkilau-kilauan. Jadi darah salib adalah jaminan untuk kita
semua.
Maka jangan pernah terpaksa
untuk beribadah, jangan terpaksa untuk melayani Tuhan, jangan pernah terpaksa
untuk berkorban, baik tenaga, pikiran, waktu, baik berkorban juga dengan uang.
Setiap kali bangsa Israel
beribadah dan melayani, mereka harus membawa korban dan mempersembahkannya di
atas mezbah, baik korban bakaran, korban penghapus dosa, korban penebus salah,
korban sembelihan, (banyak korban), setiap kali beribadah harus ada korban.
Tidak ada ibadah tanpa membawa korban dan persembahan.
Dahulu kita tidak paham ini,
apabila setiap kali berbicara tentang uang, kita langsung stress, tetapi
setelah tabir terbelah dua, darah-Nya tercurah, kita mendekat, tidak perlu
hitung-hitungan lagi, tenaga, pikiran, waktu bahkan uang sekalipun.
Itu harus diketahui dengan baik
sehingga kita bisa mendekat (berada di tempat kudus), sampai nanti puncaknya
tubuh dan kepala menyatu, seperti tabut dengan tutup pendamaian, dipersatukan
oleh darah salib, yaitu; tujuh kali percikan di depan tabut perjanjian dan
tujuh kali percikan di atas tutup pendamaian.
-
Tujuh kali percikan di depan tabut perjanjian itu sengsara yang dialami oleh
gereja Tuhan untuk mencapai kepada kesempurnaannya, untuk menjadi mempelai
wanita Tuhan.
-
Tujuh kali percikan di atas tutup pendamaian itu sengsara yang dialami
oleh Yesus karena dosa manusia.
Jadi darah itu yang membuat
kita dekat, seperti tubuh dengan kepala menyatu, seperti peti dari tabut dengan
tutup pendamaian menyatu, itulah yang disebut sedekat kasih mempelai.
Hubungan kita dengan Tuhan harus sedekat kasih mempelai.
Efesus 2: 14
(2:14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah
mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu
perseteruan,
Selanjutnya di sini kita
melihat; Ia telah mempersatukan kedua pihak, pihak yang jauh maupun pihak yang
dekat dipersatukan.
Sebetulnya ini adalah sesuatu
yang tidak masuk akal, tidak masuk logika, mustahil bagi manusia, tetapi
kenyataannya darah salib telah mempersatukan kedua belah pihak, karena kedua
belah pihak itu masing-masing berada di dalam kelemahannya. Kalau si A dalam
kelemahannya, si B dalam kelemahannya, masing-masing mempertahankan kelemahan
dan menikmatinya, tidak mungkin bisa bersatu. Tetapi kenyataannya kedua pihak
telah dipersatukan.
-
Yang jauh -> bangsa kafir dengan segala
kelemahannya, noda kekafiran, itulah kenajisan bangsa kafir, mengulangi
kesalahan. Tabiat yang mendasar dari bangsa kafir ada dua: (1) menyukai
kelemahan, (2) liat, tidak tergembala/anjing hutan.
-
Yang dekat -> bangsa Israel. Mereka
memiliki kelebihan, yaitu hukum Taurat dan sunat, tetapi tidak bertekun di
dalamnya.
Dan oleh karena kelemahan ini,
tidak mungkin bisa dipersatukan, yang jauh tidak mungkin bisa mendekat, yang dekat
juga tidak mungkin bisa menyatu dengan yang jauh, tetapi puji Tuhan, oleh darah
salib, yang jauh maupun dekat dipersatukan, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan
karena jaminannya adalah darah salib.
Maka kalau kita melayani Tuhan
dengan segala kerinduan yang berkobar-kobar, pasti ditandai dengan darah, kalau
itu terjadi pintu yang tertutup dapat terbuka, tembok pemisah akan
dirobohkan, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, asal ada kerinduan yang
berkobar-kobar melayani Tuhan.
Saudaraku, seringkali kita
menyerah dengan keadaan, menyerah dengan situasi, saya sebut orang seperti ini;
kalah sebelum berperang. Seandainya ada kerinduan yang berapi-api yang
ditandai dengan darah, apapun bisa diterobos.
Saya tidak mau menyalahkan
siapapun, saya hanya mau menyatakan; kalau ada kerinduan yang berapi-api dan
yang ditandai dengan darah, semua bisa diterobos, supaya apa? supaya
tergenapilah ayat firman; bagi Tuhan, tidak ada yang mustahil. Jaminannya:
darah salib.
Jadi kerinduan yang ditandai
dengan darah itu sanggup menerobos apapun.
Saya melihat banyak di antara
kita kalah sebelum berperang. Seperti saudari Polma menyerah sebelum berperang,
juga Azarya, Lidia, sudah kalah sebelum berperang, masih banyak yang tidak saya
sebut.
Kita doakan supaya saudara Kaleb
berjuang yang ditandai dengan pengorbanan (darah) supaya pintu yang tertutup,
yang tidak masuk akal bisa diterobos. Pintu yang tertutup, orang tuanya
menghalangi dia, tetapi kalau ada suatu kerinduan yang berapi-api yang ditandai
dengan banyak pengorbanan, pasti pintu yang tertutup mampu diterobos, asalkan
ada tanda darah. Korban dulu, disembelih dulu, maka ada tanda darah. Saat
disembelih jiwa hancur, hati patah dan remuk, bagi manusia itu hina, tetapi bagi
Tuhan tidak dipandang hina, berarti mulia.
Jadi, jangan mau kalah dengan
keadaan, jangan mau kalah dengan situasi. Sampai hari ini saya berjuang dengan
beberapa pergumulan yang saya hadapi. Saya tidak boleh marah-marah, saya tidak
boleh jengkel, sebab kalau saya jengkel, berarti saya kalah.
Saya tahu, di antara sidang
jemaat juga ada kelemahan yang belum lepas, masih mudah goyah, Tuhan terus
perlihatkan itu, bahkan menjadi-jadi, Tuhan terus perlihatkan itu, tetapi saya
tidak boleh marah dengan itu. Kalau saya marah, berarti saya kalah. Banyak
darah yang harus bercucuran. Banyak pergumulan saya dan kita semua.
Saya tahu, baru tadi pagi Tuhan
beri penglihatan, seseorang makin menjadi-jadi, menikmati kenajisan dalam hati
dan pikiran, tetapi saya tidak mau kalah dengan itu. Harus ada tanda darah.
Kalau saya tiba-tiba marah, dan orang itu tidak mau mengakui, yang rugi siapa?
Semua rugi. Pekerjaan Tuhan batal (kehendak Allah tidak terlaksana). Saya tidak
mau terperangkap dengan tipu muslihat Iblis/Setan. Salib harus berjalan terus
supaya pekerjaan Allah terlaksana, kehendak Allah yang jadi.
Namun yang saya sayangkan,
kalau hari ini darah tidak engkau hargai, dosa tidak engkau akui, nanti bulan akan
berubah menjadi darah seluruhnya, berubah menjadi penghukuman, itu yang mau
saya tekankan kepada kita semua.
Ayo, hargai darah salib. Karena
darah salib adalah jaminan dari segala sesuatu. Jangan kalah sebelum berperang,
jangan kalah dengan situasi keadaan. Kalau ada penghalang, ada yang menjadi
batu sandungan, percaya saja, darah salib
jaminan hidup. Jangan berhenti dengan suatu kerinduan yang berapi-api, kalaupun
harus ditandai dengan darah, nanti pintu yang tertutup akan diterobos, bagaikan
tembok pemisah rubuh oleh darah salib.
Pendeknya, sesuatu yang tidak
masuk akal; kafir dan Israel bersatu.
Jadi dibutuhkan kerendahan
hati, dibutuhkan kesabaran, dibutuhkan kelemahlembutan, tidak boleh tawar hati.
Pa Barita tertolong, keluarga
pa Barita tertolong, anak-anak tertolong, maka dibutuhkan kesabaran, semua pun
begitu, dibutuhkan kesabaran. Kalau seorang gembala langsung marah-marah, meninggalkan
pelayanan, tidak terlaksana kehendak Allah.
Kerinduan yang berapi-api
disertai dengan tanda darah, pintu tertutup diterobos, tembok pemisah
dirubuhkan.
Kita kembali memperhatikan ...
Kolose 1: 22
(1:22) sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh
jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela
dan tak bercacat di hadapan-Nya.
Selanjutnya untuk menempatkan
kedua pihak kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.
Kalau kita melihat Efesus 5:
26-27, menempatkan sidang jemaat tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya,
berarti telah disucikan oleh air dan firman.
Air firman yang limpah, itulah pembukaan
rahasia firman, ayat satu menjelaskan ayat yang lain, ayat satu menerangkan
ayat yang lain, ayat satu saling menguatkan dengan ayat yang lain sampai
rahasia terbuka. Kuasanya; sanggup menyingkapkan segala rahasia yang terkandung
dalam hati, menyingkapkan segala yang terselubung, menyingkapkan dosa itu,
sehingga dosa tidak disembunyikan dalam kegelapan, semuanya tersingkap dengan
baik.
Itu kalau kita mengacu pada Efesus
5: 25-27, yang jauh maupun yang dekat telah disucikan oleh air firman yang
limpah. Air yang limpah itu itulah sungai air kehidupan, yang keluar mengalir dari
takhta Allah dan takhta Anak Domba.
Takhta Allah itulah pengajaran salib yang keluar dari gunung Sion.
Takhta Anak Domba itulah cahaya Injil tentang Kemuliaan Kristus, terjadi pembukaan rahasia firman,
sehingga membawa kita kembali pada wujud yang semula.
Sekarang kita maju memasuki ayat
23 ...
Kolose 1: 23
(1:23) Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap
teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang
telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit,
dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.
Bantu doa supaya ayat ini
menjadi berkat bagi kita, sebagaimana ayat-ayat sebelumnya. Yang paling
berkesan ayat 21, karena ayat ini saya telah sampaikan hampir satu
tahun. Kemudian, Ayat 22 dengan dua kali kotbah, dan sekarang kita
memasuki ayat 23, bantu doa, supaya kita juga diberkati oleh Tuhan, dan
berkat dari ayat 21 juga sudah dibawa ke Sumatera, dan oleh-olehnya juga
sudah saya bagi-bagi.
Yang harus kita perhatikan dari
ayat 23 ini, bagian A terlebih dahulu: “Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman.”
Saat ini kita bertekun dalam
iman, maka jangan mudah goyah, tetap teguh dan tidak bergoncang, itu orang yang
bertekun dalam iman.
Pada hari Minggu, untuk yang
kedua kali saya telah sampaikan; buli-buli emas berisi satu gomer manna itu
berbicara firman telah mendarah daging. Firman betul-betul telah bekerja dan
menguasai hidup sepenuhnya. Hidup yang kita jalani karena firman, itu firman
mendarah daging. Wujudnya adalah iman yang permanen, teguh, tidak mudah goyah, tidak
mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang lahiriah, tidak mudah dipengaruhi oleh
hal-hal yang tak suci.
Mari kita bertekun dalam iman,
maka tetap teguh dan tidak bergoncang.
Iman mu ke mana? Iman kita ke
mana? Kepada uang, kepada pekerjaan, kepada ijazah? Atau kepada Tuhan lewat Pengajaran
Mempelai, prakteknya; tekun dalam tiga macam ibadah pokok? Iman kita kemana?
Kalau kita bertekun dalam iman;
tetap teguh dan tidak bergoncang.
2 Timotius 4: 6-7
(4:6) Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan
sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
(4:7) Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku
telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
Pengakuan Rasul Paulus: “Aku telah memelihara iman.”
Pengakuan ini harus dibuktikan.
Sebagai bukti adalah Rasul Paulus rela mati bahkan darahnya dicurahkan sebagai
korban dan persembahan kepada Tuhan, ini bukti bahwa Rasul Paulus telah
memelihara iman, bertekun dalam iman, tidak mudah digoyahkan oleh apapun.
Jadi pernyataan Rasul Paulus
ini bukan tanpa bukti, pernyataan bahwa dia telah memelihara imannya itu ada:
dia rela mati untuk Tuhan bahkan darahnya tercurah sebagai korban dan
persembahan.
Ini pengakuan yang betul-betul
dibuktikan.
Lihat saja di dalam ...
Roma 8: 31-36
(8:31) Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang
semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
(8:32) Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri,
tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak
mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
(8:33) Siapakah yang akan menggugat orang-orang
pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum
mereka?
(8:34) Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih
lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah
menjadi Pembela bagi kita?
(8:35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih
Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau
ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
(8:36) Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau
kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai
domba-domba sembelihan."
Dia rela mati bahkan darahnya
tercurah sebagai korban dan persembahan, inilah keyakinan iman (bertekun dalam
iman).
Keyakinan iman Rasul Paulus
kepada Tuhan, tidak mudah dipengaruhi oleh apapun, tidak dapat dipisahkan dari
kasih Kristus, sekalipun penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan,
bahaya, pedang, dia rela menjadi domba sembelihan, darahnya tercurah
sebagai korban dan persembahan, karena dia tidak mau terpisah dengan kasih
Kristus. Dia tetap memelihara iman karena dia yakin dengan iman, dia pelihara, dia
bertekun dalam iman.
Kebanyakan di antara kita kalah
sebelum berperang, tidak mau memelihara iman, imannya kepada kuliah, imannya
kepada pekerjaan? Maka di atas tadi saya tanya, iman mu ke mana?
Rasul Paulus bertekun dalam
iman, tidak mudah dipengaruhi oleh apapun dan tidak tergoncangkan.
Kesimpulannya, apa yang dia
dengar, apa yang dilihat dari Tuhan, itu yang dia nyatakan kepada sidang jemaat
di Kolose...Roma 8:31-34, jadi mulut dan perbuatan sama,
prakteknya sama.
2 Korintus 12: 5-6
(12:5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas
diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.
(12:6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku
bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan
diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada
yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.
Apa yang dikatakan kepada
jemaat di Kolose, apa yang dikatakan juga kepada jemaat di Roma tepat dan benar
sesuai dengan apa yang dia lihat, sesuai dengan apa yang dia dengar dari Tuhan,
ini kesaksian yang benar.
Orang yang selalu ditandai
dengan darah, selalu bermegah dalam hal yang rohani (tingkat yang ketiga),
bermegah di dalam kelemahan-kelemahan, yaitu bermegah dalam sengsara salib.
Jangan lagi bermegah dalam hal
lahiriah. Kalau manusia batiniah sudah dibaharui, maka yang lahiriah akan merosot.
Rasul Paulus diangkat ke
tingkat yang ketiga disebut Firdaus dalam pelajaran Tabernakel terkena kepada
Ruangan Maha Suci, itu berbicara hal yang rohani. Kalau seseorang sudah rohani,
dia tidak bermegah lagi dalam hal yang lahiriah, orang yang seperti ini selalu
ditandai dengan darah, bermegah dalam kelemahan-kelemahan.
Ayo, bertekun dalam iman. Iman
mu, iman ku dipertanyakan, ke mana dan kepada siapa? Kiranya dapat dipahami
dengan baik.
Apabila kesaksiannya benar, berarti
perkataan dan perbuatannya juga benar. Pelihara iman, jangan mau digoncang oleh
apapun. Jangan kalah sebelum berperang, jangan kalah dengan situasi. Jangan
kalah dengan keadaan. Sesungguhnya keadaan bisa Tuhan ubahkan.
2 Korintus 12: 7-9
(12:7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena
penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam
dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan
meninggikan diri.
(12:8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru
kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
(12:9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah
kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku,
supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Bermegah di dalam kelemahan supaya
kuasa Kristus turun menaungi aku, berarti kuasa Kristus itu menjadi pelindung,
kuasa Kristus itu yang memelihara.
Darah salib pelindung, darah
saliblah yang memelihara kehidupan kita semua.
Rasul Paulus bermegah di dalam
kelemahan yaitu suatu duri di dalam daging, seorang utusan Iblis menggocoh dia,
sudah tiga kali dia memohon supaya utusan Iblis mundur dari dia, tetapi Tuhan
berkata, justru di dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. Saat kita
lemah, kita kuat. Tetapi saat kita merasa hebat, kuat, kita lemah, banyak
terdapat kelemahan nanti. Ayo, tekun dalam iman.
2 Korintus 12: 10
(12:10) Karena itu aku senang dan rela di dalam
kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan
kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
“Jika aku lemah, maka aku kuat”, maka Rasul Paulus terlebih suka
dengan aniaya karena firman, dia terlebih suka dengan sengsara salib, sebab di
saat dia lemah, Dia kuat.
Tetapi saat kita merasa hebat,
kita lemah. Pilih mana? Merasa hebat tetapi lemah, dan bermegah dalam kelemahan
tetapi kuasa Tuhan turun menaungi, memelihara, melindungi?
Dari awal kita selalu berbicara
darah salib. Tetaplah pelihara, tetaplah hidup di dalam iman, peliharalah iman
kepada Tuhan jangan kepada yang lain-lain, jangan kepada pekerjaan, jangan
menyerah kepada uang, jangan menyerah pada keadaan.
2 Timotius 4: 7
(4:7) Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku
telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
Keuntungan memelihara iman atau
bertekun dalam iman:
1.
Rasul Paulus mengakhiri pertandingan yang baik.
2.
Rasul Paulus mencapai garis akhir.
Kita lihat yang pertama; “Mengakhiri
pertandingan yang baik.”
2 Timotius 2: 5
(2:5) Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh
mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan
olahraga.
Kita mengetahui dengan jelas
bahwa di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, dia menyatakan dirinya sebelum
dipanggil dan menerima jabatan Rasul: disunat
pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli,
tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku
penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak
bercacat.
Dia memiliki
kelebihan-kelebihan, dia paham, dia menguasai tentang hukum Taurat, dia taat
kepada peraturan, dia taat kepada hukum Taurat, teramat lebih setelah dia
dipanggil menjadi hamba Tuhan, menerima jabatan Rasul, dia taat kepada peraturan
hukum kasih karunia.
Dulu taat kepada hukum-hukum
Taurat, tetapi dia pembunuh, pembinasa, dari rumah ke rumah anak-anak Tuhan di
Israel, tetapi setelah dia dipanggil menjadi hamba Tuhan, menjadi alat
kemuliaan, dia taat kepada hukum kasih karunia, sehingga dia bisa mengakhiri
pertandingan itu dan menjadi sang juara.
Kalau dalam suatu pertandingan
banyak kecurangan pasti kalah. Kalau dalam pertandingan sepak bola, satu
kesebelasan main curang, pasti kalah. Orang lain disikut sampai ada tanda darah,
pasti tanda darah menang. Percayalah. Ikuti peraturan. Selesaikan pertandingan
dengan baik, berarti mengikuti aturan.
Kisah Para Rasul 9: 14-16
(9:14) Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari
imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu."
(9:15) Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah,
sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada
bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.
(9:16) Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa
banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."
Dia juga taat pada peraturan
kasih karunia. Betapa banyak nanti penderitaan yang ia tanggung.
Menanggung penderitaan yang
tidak harus ia tanggung adalah kasih karunia.
Dia taat kepada peraturan, baik
peraturan saat hukum Taurat, baik setelah dia dipanggil, dia taat pada hukum
kasih karunia, apa buktinya? Dia banyak menanggung penderitaan yang tidak harus
ia tanggung, itulah kasih karunia.
Menjadi sang juara, taatlah
kepada hukum sekalipun harus banyak menanggung penderitaan.
Menanggung penderitaan, taat
pada hukum kasih karunia. Tidak taat pada hukum kasih karunia, menolak salib.
Jadi apa yang dia perkatakan,
sudah terbukti. Dia banyak menanggung penderitaan, itulah kasih karunia.
Setelah di dalam Tuhan, itu kasih karunia. Dan kalau dia banyak menanggung
penderitaan, berarti taat pada peraturan-peraturan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment