IBADAH RAYA MINGGU, 16 JULI 2017
(Seri 25)
“WAHYU PASAL TUJUH”
Subtema: DIMETERAIKAN KARENA DIAKUI DAN DIANGKAT
SEBAGAI ANAK.
Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera
bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk
melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
Kesaksian firman oleh Bapak Ev.
Sianipar yang datang berkunjung ke tempat ini, dan saya kira kita semua
diberkati oleh kesaksian firman; siapa Tuhan, siapa kita. Tuhan itu Dia adalah
Allah yang hidup, Dia yang berkuasa dalam kehidupan kita, Dia berdaulat, Dia
berotoritas, dan kita adalah ciptaan-Nya. Tuhan membentuk Adam dan Hawa dengan
dua tangan-Nya dari segumpal tanah liat, dan dibentuk segambar serupa, sama mulia
dengan Dia. Selanjutnya setelah Adam dibentuk, Tuhan membangun perempuan dari
tulang rusuk Adam, dan malam ini Tuhan mau membangun kehidupan kita lewat
pedang yang tajam; firman Pengajaran Mempelai dan firman Pengajaran Tabernakel
untuk membawa kita kepada satu Laki-Laki, bukan lagi Adam yang pertama, tetapi
kepada satu Laki-Laki itulah Adam yang terakhir, Dialah Kristus, Mempelai
Laki-Laki Sorga. Jadi siapa Tuhan, siapa kita. Itu harus kita sadari.
Tuhan yang berdaulat,
berotoritas kepada kita semua. Jadi jangan pernah merasa berjasa di tengah
ibadah dan pelayanan kepada Tuhan. Tuhan Yesus memberkati pelayanan dari pada
bapak Sianipar nanti kita salam-salaman satu dengan yang lain.
Selanjutnya, kita segera
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu
pasal 7.
Wahyu 7: 4
(7:4) Dan aku mendengar jumlah mereka yang
dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari
semua suku keturunan Israel.
Jumlah mereka yang dimeteraikan
dari semua suku keturunan Israel adalah 144.000 orang.
Wahyu 14: 1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba
berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat
ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Anak Domba berdiri di bukit
Sion dan bersama-sama dengan Dia 144.000 orang, berarti yang menjadi inti dari
mempelai perempuan adalah 144.000 orang.
Gunung Sion itu gambaran dari
pengantin perempuan, Mempelai Anak Domba.
Jadi sekali lagi saya
sampaikan, yang menjadi inti dari mempelai perempuan adalah 144.000 orang.
Kemudian dari pembacaan ini
kita melihat, di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya
menunjukkan bahwa mereka telah dimeteraikan.
Efesus 1: 13-14
(1:13) Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah
mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu
juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya
itu.
(1:14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita
sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik
Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.
Roh Kudus adalah meterai yang
menjadikan kita sebagai milik ketebusan Allah, menjadi milik kepunyaan Allah
untuk memuji kemuliaan-Nya.
Kalau tidak ada meterai,
berarti bukan milik kepunyaan Allah. Jadi Roh Kudus adalah tanda meterai bahwa
kita adalah milik kepunyaan Allah, tujuannya adalah untuk memuliakan Allah,
tidak lebih, tidak kurang.
Jadi kalau kita ditebus,
selanjutnya dimeteraikan oleh Roh Kudus sebagai milik kepunyaan-Nya, hanya
untuk satu tujuan; untuk memuliakan
Tuhan.
Efesus 4: 30
(4:30) Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah,
yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.
Jangan mendukakan Roh Kudus
menjelang hari penyelamatan, sebab Roh Kudus adalah meterai yang menjadikan
kita sebagai milik Kristus.
Hari-hari ini adalah hari-hari
terakhir, inilah hari menjelang penyelamatan. Jangan mendukakan Roh Kudus.
Saat kapan Roh Kudus berduka?
Saat terjadi kematian rohani.
Apa bukti seseorang mati
rohani? Tidak bisa beribadah, tidak bisa melayani Tuhan. Telinga tidak dapat
dipergunakan untuk mendengar firman, dua tangan tidak dapat dipergunakan untuk
melayani Tuhan, dua kaki tidak dipergunakan untuk mengikuti jejak Kristus dan
lain sebagainya.
Saudaraku, ini zaman terakhir,
tidak ada lagi zaman. Gunakan kesempatan dengan baik menjelang hari
penyelamatan, menjelang kedatangan Tuhan, jangan mendukakan Roh Kudus. Tetaplah
berada dalam kegiatan Roh; ibadah dan pelayanan seperti lima gadis yang
bijaksana berkobar-kobar untuk melayani Tuhan.
Efesus 4: 31
(4:31) Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan,
pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala
kejahatan.
Syarat supaya Roh Kudus tidak
berduka: segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah,
hendaklah dibuang dari antara kita semua, dan termasuk segala jenis
kejahatan. Itu syarat supaya Roh Kudus tidak berduka. Pertahankan Roh
Kudus.
Roh Kudus adalah meterai yang
menjadikan kita sebagai milik kepunyaan-Nya.
Kita akan melihat semua suku
Israel yang dimeteraikan.
Wahyu 7: 5-8
(7:5) Dari suku Yehuda dua belas ribu yang
dimeteraikan, dari suku Ruben dua belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu,
(7:6) dari suku Asyer dua belas ribu, dari suku
Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye dua belas ribu,
(7:7) dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi
dua belas ribu, dari suku Isakhar dua belas ribu,
(7:8) dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku
Yusuf dua belas ribu, dari suku Benyamin dua belas ribu.
12 suku Israel yang
dimeteraikan, masing-masing terdiri dari 12.000 orang.
12 suku Israel x 12.000 orang =
144.000 orang yang dimeteraikan oleh Roh Kudus. Inilah inti pengantin
perempuan, mempelai Anak Domba.
Kemudian, kalau kita teliti
membaca 12 suku Israel yang dimeteraikan pada ayat 5-8 ini, ada satu
suku yang bukan anak dari Yakub tetapi juga turut dimeteraikan, yaitu suku
Manasye.
Manasye bukan anak Yakub,
tetapi keturunan, cucu dari pada Yakub, yaitu anak dari Yusuf yang lahir di
tanah Mesir, tetapi sesuatu yang luar biasa terjadi di dalam pemeteraian
144.000 orang yang berasal dari 12 suku Israel adalah Manasye diikutsertakan,
Manasye dimasukkan ke dalamnya.
Ini adalah sesuatu yang luar
biasa. Ini yang harus kita pelajari malam ini supaya sesuatu yang luar biasa
ini juga kita rasakan, kita alami, seperti apa yang dialami oleh Manasye.
Pertanyaannya: MENGAPA MANASYE
MASUK DALAM SUKU ISRAEL, DIIKUTSERTAKAN DI DALAM PEMETERAIAN?
Kejadian 48: 5
(48:5) Maka sekarang kedua anakmu yang lahir bagimu di
tanah Mesir, sebelum aku datang kepadamu ke Mesir, akulah yang empunya mereka; akulah
yang akan empunya Efraim dan Manasye sama seperti Ruben dan Simeon.
Perhatikan kalimat: “Akulah yang akan empunya Efraim dan Manasye sama
seperti Ruben dan Simeon”, berarti Yakub
mengakui dan mengangkat Manasye sebagai anak sama seperti Ruben anak pertama,
sama seperti Simeon anak yang kedua, sehingga Manasye mempunyai hak yang
sama, sejajar dengan Ruben dan Simeon dan anak-anak Yakub yang lain.
Jadi Manasye yang diangkat dan
diakui Yakub sebagai anak, sesungguhnya ini adalah kemurahan Tuhan.
Saudaraku kita duduk diam
dengar firman itu adalah kemurahan hati Tuhan. Injil keselamatan kita terima,
itu kemurahan Tuhan. Apalagi diberi kesempatan untuk beribadah melayani, itu kemurahan.
Justru di dalam kegiatan Roh ini, maka kita tetap memelihara Roh Allah yang
telah memeteraikan kita sebagai jaminan bahwa kita adalah milik Tuhan.
Jadi suatu kemurahan kalau
akhirnya Manasye diakui, diangkat dan juga disejajarkan sebagai anak untuk
menerima pemeteraian. Itu adalah kemurahan, anugerah dan rahmat Allah kepada Manasye
juga kepada kita apabila mendapat pemeteraian.
Roma 11: 17
(11:17) Karena itu apabila beberapa cabang telah
dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan
turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah,
Di sini kita perhatikan ada
cabang yang dipatahkan, kemudian ada tunas liar dicangkokkan di antaranya sehingga
turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah.
Cabang dari pohon zaitun di sini menunjuk kepada suku Israel.
Sedangkan tunas liar yang dicangkokkan, itu adalah bangsa kafir, saya
dan saudara.
Jadi kalau akhirnya kita juga
turut mendapat bagian dari akar pohon zaitun yang penuh getah, itu adalah
kemurahan.
“Akar pohon zaitun
yang penuh getah” -> pribadi Yesus Kristus dengan
kemurahan-Nya oleh sengsara-Nya di atas kayu salib.
Yesus adalah pohon zaitun.
Getahnya itulah hasil dari luka-luka Yesus di atas kayu salib. Rasanya pahit bagi
Yesus tetapi menguntungkan bagi bangsa kafir.
Luka itu mengeluarkan getah,
sakit bagi Dia, tetapi menguntungkan bagi bangsa kafir, kemurahan Tuhan.
Jadi jangan pernah merasa
berjasa kalau datang beribadah. Kita harus tahu, siapa Tuhan, siapa kita.
Bangsa kafir kalau akhirnya
dicangkokkan pada pohon zaitun bersama-sama dengan cabang lain, itu kemurahan.
Diangkat sebagai anak, itu kemurahan.
Roma 11: 19-20
(11:19) Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang
yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas.
(11:20) Baiklah! Mereka dipatahkan karena
ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu
sombong, tetapi takutlah!
Cabang memang dipatahkan karena
ketidakpercayaan mereka. Mereka itu bangsa yang tegar tengkuk, bangsa yang
keras hati, sehingga bangsa kafir tegak tercacak (tegak berdiri kokoh) karena
iman, tetapi jangan sombong.
Kalau kita mendapat bagian di dalam
kemurahan Tuhan, janganlah seseorang menjadi sombong, tetapi takutlah.
Mari kita melihat kata TAKUT.
Amsal 8: 13
(8:13) Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku
benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh
tipu muslihat.
Takut akan Tuhan membenci
kejahatan, dia tidak menyukai kejahatan, teramat lebih benci kepada empat
perkara, yaitu:
-
Benci kepada kesombongan.
-
Benci kepada kecongkakan.
-
Benci kepada tingkah
laku yang jahat.
-
Benci kepada mulut
penuh tipu muslihat (dusta).
Yang terakhir benci kepada
mulut penuh tipu muslihat, berarti benci kepada dusta. Dusta itu dosa terakhir,
sebab orang yang berdosa, orang yang menyukai (mengingini kejahatan), dia harus
membungkus kejahatan tersebut dengan dustanya. Maka dusta ini adalah dosa
terakhir.
Mengapa saya katakan dosa
terakhir? Karena dusta ini adalah wadah, sarana, yang begitu efektif untuk membungkus
segala kejahatan, segala kenajisan. Ayo, takut Tuhan, bencilah kejahatan,
teramat lebih dengan empat perkara, termasuk dosa, terakhir, yaitu dusta.
Roma 11: 21-22
(11:21) Sebab kalau Allah tidak menyayangkan
cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu.
(11:22) Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan
juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi
atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak,
kamu pun akan dipotong juga.
Jika Allah tidak menyayangkan
cabang-cabang asli, itulah bangsa Israel, Ia pasti juga tidak menyayangkan
bangsa kafir, itulah tunas liar. Maka di sini, yang terpenting adalah untuk
memperhatikan kemurahan-Nya dan juga memperhatikan kekerasan-Nya.
-
Kekerasan-Nya itu berlaku kepada orang yang telah jatuh dalam
berbagai-bagai jenis dosa.
-
Kemurahan-Nya ditujukan atau berlaku kepada orang yang menghargai
kemurahan Tuhan itu sendiri.
Saudaraku, kita ini hidup oleh karena
kemurahan. Kita diberi umur panjang, nafas kehidupan, diberi kesempatan untuk
memelihara ibadah ini, kemudian kita melayani sesuai dengan karunia-karunia dan
jabatan, itu juga merupakan kemurahan Tuhan. Dan biarlah oleh kemurahan ini
kita terus didorong untuk terus menghargai kemurahan.
Jadi oleh kemurahan, kita
menghargai kemurahan, buktinya; oleh karena kemurahan inilah kita terus
melayani Tuhan dengan takut dan gentar, berarti tidak sombong lagi, tidak
bermegah.
Yang hidup dalam kemurahan,
hargai kemurahan, dan biarlah kemurahan itu kita hargai sebaik mungkin untuk
terus melayani Tuhan.
Kalau ditinjau dari sudut
banyaknya kesalahan yang kita perbuat, seharusnya kita sudah binasa. Kalau
andaikata Tuhan tidak sabar pada masa kesabaran-Nya, begitu dusta lidah
dipotong, tangan mencuri sepersepuluh dipotong, besok diulang lagi dipotong,
dipotong, dipotong, habis kita.
Tetapi sampai saat ini, kita
masih diberi kesempatan untuk menghadap takhta kasih karunia, itu adalah
kemurahan.
Lidah tidak dipotong, masih
bisa digunakan untuk memuliakan Tuhan. Jadi kemurahan Tuhan ditujukan kepada
orang yang menghargai kemurahan itu juga.
Rasul Paulus sangat menghargai
kemurahan. Apa buktinya? Oleh karena kemurahan itu juga dia dapat melayani
Tuhan. Kepada dialah Tuhan menampakkan diri untuk yang terakhir kalinya.
Itu pun setelah Tuhan naik (terangkat)
ke sorga, pada saat itulah Tuhan menampakkan diri kepada Rasul Paulus. Bagi dia
itu adalah sebuah kemurahan Tuhan, sehingga dia lukiskanlah kemurahan itu
seperti anak yang lahir sebelum waktunya.
Anak yang lahir sebelum
waktunya berarti bayi prematur; tangan kaki tidak berdaya, tubuh lemas, kepala
tidak bisa digerakkan. Maka kalau Rasul Paulus dapat mempergunakan dua tangan
untuk melayani, dengan pemikiran, dengan segala hikmat melayani, kemudian dua
kaki mengikuti jejak Kristus, itu adalah kemurahan. Mengapa? Karena dia
menghargai kemurahan.
Maka yang harus kita perhatikan
di sini adalah kekerasan dan kemurahan hati Tuhan.
Hati-hati, jika
tidak memperhatikan dua hal ini, maka Ia tidak akan menyayangkan cabang asli
maupun tunas liar = dipotong. Dia yang mencangkokkan, Dia yang memotong.
Dan apabila dipotong, kemudian dicangkokkan
kembali, itu adalah hak Dia.
Roma 11: 23
(11:23) Tetapi mereka pun akan dicangkokkan kembali,
jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa
untuk mencangkokkan mereka kembali.
Kehendak Tuhan yang jadi, maka gunakanlah
kemurahan Tuhan. Kemurahan Tuhan adalah panjang sabar-Nya Tuhan. Panjang sabar-Nya
adalah kesempatan bagi kita semua.
Perhatikan kemurahan-Nya,
perhatikan kekerasan-Nya. Tuhan yang berdaulat, Tuhan yang berotoritas kepada
kita semua. Dia yang berhak menentukan segala sesuatu. Dia mau memotong,
kemudian Dia mau mencangkokkan kembali, itu terserah Dia.
Tanda-tanda menghargai kemurahan.
Kejadian 41: 50
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah
bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera,
imam di On.
Ibunya Manasye ini adalah
seorang putri dari imam di On. Jadi ternyata, latar belakangnya sudah jelas,
dia anak Yusuf yang dilahirkan oleh Asnat, puteri seorang imam di On.
Maka kalau orang tua itu
rohani, anak pasti rohani. Kalau orang tua tidak rohani, anak pasti tidak rohani. Baik dalam kandang
penggembalaan, kalau gembalanya tidak rohani, sidang jemaat juga tidak rohani.
Jadi orang tua itu sangat
menentukan kondisi anak-anak.
Yusuf itu imam, kemudian
istrinya Asnat adalah puteri seorang imam di On juga imam. Jadi imam menikah
dengan imam akan melahirkan anak yang rohani. Perhatikan ini, jangan diabaikan.
Tetapi bukan berarti kutuk
tidak bisa dipatahkan, asal mau pikul salib saja, sebab Yesus sudah terkutuk di
atas kayu salib, tergantung karena kutuk di kayu salib.
Kejadian 41: 51
(41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak
sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali
kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku."
Yusuf memberi nama anak yang
pertama: Manasye.
Arti nama Manasye ialah: “Allah telah membuat aku lupa sama sekali
kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.”
Arti rohani dari kalimat ini
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a.
Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada
kesukaranku.
b.
Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada rumah
bapaku.
Mari kita ikuti arti rohaninya satu
per satu.
Tentang: “Allah telah membuat aku lupa
sama sekali kepada kesukaranku.”
Berarti lupa terhadap dosa masa
lalu, sebab dosa masa lalu yang menyebabkan hidup seseorang menjadi sukar dan
sulit untuk menyerahkan dirinya sebagai korban dan persembahan di atas mezbah
kepada Tuhan.
Maka kita lihat detik-detik
terakhir ketika Yesus hendak disalibkan.
Matius 26: 30-32
(26:30) Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah
Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.
(26:31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka:
"Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada
tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.
(26:32) Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan
mendahului kamu ke Galilea."
Yesus bernyanyi memuji Tuhan,
murid-murid juga. Kalau Yesus dan murid memuji memuliakan Tuhan, ayo kita juga
belajar, kita juga harus memuji memuliakan Tuhan.
Perhatikan kalimat: “Sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului
kamu ke Galilea.”
Jadi Yesus harus mati terbunuh di
atas kayu salib, kemudian hari ketiga Dia bangkit. Pada saat Dia bangkit, maka
Yesus akan mendahului murid-murid di Galilea, inilah yang dinyatakan Yesus
kepada murid-murid, dan murid-murid harus tanggap dengan pernyataan ini. Apa
yang dinyatakan oleh Yesus, itu harus terjadi.
Dan apa yang terjadi, harus
terjadi, tidak boleh diganggu gugat.
Pengalaman kematian selanjutnya
hari ketiga bangkit, itu harus terjadi. Setelah bangkit, kemudian mendahului
murid-murid ke Galilea, itu pun harus terjadi.
Pengalaman kematian itu sakit
bagi daging, dikecilkan oleh orang lain, kita disingkirkan dan diasingkan
karena bau, sebab tidak ada orang menyukai apa yang bau.
Tetapi itu harus terjadi,
supaya apa? hari ketiga ada kebangkitan, dan pada saat Yesus bangkit pada hari
ketiga, Yesus akan mendahului murid-murid ke Galilea. Dan apa yang dinubuatkan
oleh Yesus harus terjadi, dan apa yang terjadi harus terjadi, tidak boleh
menyimpang ke kiri dan ke kanan, dan itu juga harus menjadi pengalaman dari
murid-murid. Tujuannya adalah supaya murid-murid tidak kembali kepada masa lalu
(dosa masa lalu).
Lihat, pada ayat 33-35,
Simon Petrus tidak meresponi apa yang dinyatakan Yesus Kristus. Dia berkata:
(1) aku tidak akan menyangkal, (2) sampai mati pun aku rela.
Apa yang dinyatakan oleh Yesus
(nubuatan) harus tergenapi, tetapi karena
Simon Petrus dan murid-murid yang lain tidak memperhatikan apa yang dikatakan
Yesus, maka banyak kegagalan.
-
Yang pertama: hari ketiga, itulah Minggu hari pertama Yesus bangkit,
pagi-pagi benar murid-murid pergi ke kuburan untuk melihat Yesus, artinya Yesus
adalah Tuhan Allah yang hidup, tidak akan ditemukan di antara orang mati.
Berhala itu Allah yang mati, kita tidak akan pernah temukan Allah yang hidup di
antara orang mati, kita tidak akan pernah temukan Allah yang hidup lewat penyembahan
berhala.
Kalau pekerjaan
nomor satu dari Tuhan, itu berhala. Isteri nomor satu
dari ibadah, itu berhala. Suami nomor satu, anak nomor satu, kedudukan,
jabatan, bisnis, politik, apapun, kalau itu nomor satu, itu adalah berhala.
Saat kita jatuh
dalam penyembahan berhala, kita tidak akan pernah menemukan Allah yang hidup di
situ. Itu adalah kesalahan yang pertama. Ketika kembali kepada dosa masa lalu.
-
Kemudian yang
kedua: Tomas, dia tidak percaya kalau Yesus telah bangkit, dia tidak
percaya sebelum melihat luka Yesus pada dua tangan dan dua kaki yang terpaku
juga lambung yang tertusuk tombak. Memang untuk menjadi orang percaya tidak
mudah. Kalau Tomas saja yang sudah saban hari bersama-sama dengan Yesus tidak
percaya, apalagi kalau orang-orang yang tidak bersama-sama dengan Yesus, hanya
iman saja, itu sangat sulit. Tetapi kita harus percaya kepada firman Allah yang
dinyatakan kepada kita, seperti Yesus berbicara kepada murid-murid.
-
Yang ketiga: kembali kepada dosa masa lalu. Simon Petrus kembali
mengajak murid-murid yang lain untuk mencari ikan. Bukankah Simon Petrus telah
dipanggil dari penjala ikan menjadi penjala manusia? Tetapi karena dia tidak
meresponi nubuatan firman, akhirnya dia kembali kepada dosa masa lalu, habitat
lama.
Jadi apa yang dikatakan Yesus:
“Sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului
kamu ke Galilea”, tujuannya: supaya murid-murid tidak kembali kepada dosa
masa lalu. Dosa masa lalu itu yang membuat hidup seseorang sukar dan sulit
untuk menyerahkan hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan sebagai korban dan
persembahan.
Tetapi kita sudah melihat tadi
arti Manasye yang pertama; “Allah telah
membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku”, berarti terlepas dari
dosa masa lalu.
Tetapi pada akhirnya, kita
lihat juga ...
Matius 28: 16
(28:16) Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea,
ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.
Tetapi pada akhirnya, di sini
kita melihat bahwa murid-murid juga berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan
Yesus kepada mereka, berarti terlepas dari dosa masa lalu. Berarti, tetap berada
dalam suasana kebangkitan.
Suasana kebangkitan itu beribadah
dan melayani Tuhan dalam kesucian. Kalau beribadah dan melayani Tuhan tanpa kesucian, itu adalah kebangkitan palsu
karena kematiannya palsu. Kalau kematiannya palsu, pasti kebangkitannya palsu.
Matius 28: 17
(28:17) Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya,
tetapi beberapa orang ragu-ragu.
Dan akhirnya mereka menyembah
Allah yang hidup, mereka tidak lagi mencari Allah di antara orang mati (penyembahan
berhala). Ketika seseorang jatuh dalam penyembahan berhala, ia tidak akan
pernah menemukan Allah yang hidup.
Tuhan telah melepaskan murid-murid
dari kesukaran yang disebabkan oleh dosa masa lalu.
Zakharia 13: 7
(13:7) "Hai pedang, bangkitlah terhadap
gembala-Ku, terhadap orang yang paling karib kepada-Ku!", demikianlah
firman TUHAN semesta alam. "Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba
tercerai-berai! Aku akan mengenakan tangan-Ku terhadap yang lemah.
Perhatikan baik-baik: jadi
pengalaman kematian dan kebangkitan itu memang harus terjadi, ini firman Allah,
walaupun tidak enak bagi daging. Tetapi perhatikan: Tuhan akan mengenakan
dua tangan-Nya terhadap yang lemah. Semua harus terjadi sampai kita merasa
letih, lesu berbeban berat, tujuannya adalah supaya nanti Tuhan turun tangan dan
dua tangan Tuhan yang kuat inilah yang akan menolong orang yang lemah, letih,
lesu dan yang berbeban berat. Harus terjadi.
Maka syarat untuk mengikut
Tuhan adalah sangkal diri, pikul salib. Supaya apa? Nanti tangan Tuhan yang
kuat menolong kita semua. Itu harus terjadi.
Tetapi Simon Petrus karena
merasa tertua dari 12 murid, tidak memperhatikan apa yang dinubuatkan oleh
firman Tuhan, akhirnya kembali pada kegagalan dan kegagalan, tetapi pada
akhirnya ia tertolong. Mereka juga berada di Galilea, dan akhirnya mereka
kembali menyembah Allah yang hidup.
Banyak orang Kristen beribadah
tetapi masih tetap jatuh dalam penyembahan berhala.
Tuhan telah melepaskan dari
kesukaran dan kesulitan yang disebabkan oleh dosa masa lalu.
Mengapa harus terjadi
pengalaman kematian dan kebangkitan? Supaya nanti tangan Tuhan yang kuat itu
nyata, hidup karena pertolongan dua tangan Tuhan. Kalau kita tidak mengalami
apa yang dialami oleh Yesus, maka seseorang bisa bermegah terhadap segala
sesuatu yang ia miliki, akhirnya menjadi sombong, tidak takut kepada Tuhan. Maka
Yesus harus mati dan bangkit pada hari ketiga dan itu harus terjadi, jangan
bersungut-sungut, jangan ngomel, sangkal diri pikul salib saja, ikuti Tuhan.
Tanpa pengalaman kematian dan
kebangkitan, seseorang bisa menjadi sombong oleh karena segala sesuatu yang ia
miliki.
Yohanes 19: 30
(19:30) Sesudah Yesus meminum anggur asam itu,
berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan
menyerahkan nyawa-Nya.
Kata terakhir sebelum Yesus
mati di atas kayu salib adalah: “Sudah
selesai”, artinya;
1.
Tidak mengulangi
kesalahan yang sama.
2.
Tidak
mengungkit-ungkit dosa/kesalahan orang lain.
Itulah arti Manasye yang
pertama: “Allah telah membuat aku lupa
sama sekali kepada kesukaranku.”
Apa yang membuat seseorang
sukar dan sulit? Jawabannya adalah: Dosa dan masa lalu.
Salib-Nya tidak pernah membuat
kita susah, sebaliknya dosa yang membuat seseorang menjadi susah.
Tentang: “Allah telah membuat aku lupa
sama sekali kepada rumah bapaku.”
Artinya; lepas dari kuasa
kegelapan, lepas dari jerat atau ikatan Iblis/Setan.
Kita ikuti pembacaan dalam ...
Yohanes 8: 37-38
(8:37) "Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan
Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh
tempat di dalam kamu.
(8:38) Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang
Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari
bapamu."
Bangsa Israel berusaha untuk
membunuh Yesus. Mengapa mereka berusaha untuk membunuh Yesus? Karena apa yang
mereka dengar, apa yang mereka lihat dari bapa mereka, itulah yang mereka
perbuat.
Sedangkan Yesus mati terbunuh
di atas kayu salib, sesuai dengan apa yang Dia dengar, apa yang Dia lihat dari
Bapa, itu Dia lakukan supaya kehendak Allah terlaksana.
Demikian juga keturunan Abraham
(orang Israel) yang bukan berasal dari Allah, berusaha membunuh Yesus sesuai
dengan apa yang mereka dengar dan apa yang mereka lihat dari bapa mereka.
Yohanes 8: 44
(8:44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin
melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula
dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah
pendusta dan bapa segala dusta.
Orang-orang Yahudi berusaha
membunuh Yesus, karena bapa mereka adalah Setan. Setan adalah pembunuh
manusia dari sejak semula.
Berarti kalau ada pernyataan: “Allah telah membuat aku lupa sama sekali
kepada rumah bapaku”, artinya lepas dari kuasa kegelapan, lepas dari si
jahat, ikatan dari Iblis/Setan.
Saudaraku, andaikata Yesus
terperangkap dengan jerat, dengan tipu muslihat, tipu daya dari Iblis/Setan, maka rencana Allah yang besar akan buyar karena
perjuangan kita bukan melawan darah dan daging, bukan melawan sesama, melainkan
penghulu dunia yang gelap, roh jahat di udara dengan segala tipu muslihatnya.
Yang kita perangi adalah Setan,
penghulu dunia yang gelap, roh jahat di udara, bukan sesama. Itu sebabnya Yesus
menghindari pertikaian, permusuhan dengan bangsa Israel.
Ketika Yesus menghadapi tiga
pengadilan, yang pertama, pengadilan agama, yang kedua, di
hadapan Pilatus, yang ketiga di hadapan raja Herodes kembali lagi ke
Pilatus, tiga pengadilan ini tidak menemukan kesalahan, kejahatan, keburukan (ragi)
sedikit pun di dalam diri Yesus.
Pada saat Dia menghadapi tiga
pengadilan itu di situ ada saksi dusta, di situ ada fitnah, di situ ada
pengejek, dan di situ Yesus diludahi, dipukul, lalu dipermain-mainkan, tetapi
tidak satu kali pun Dia mengadakan pembalasan kejahatan terhadap orang yang
jahat. Artinya Yesus tidak terperangkap, tidak masuk dalam jeratnya, tipu
muslihat Iblis/Setan, sehinga rencana Allah yang besar terlaksana
oleh-Nya di atas kayu salib, sebab apa? Dia melakukan sesuai dengan apa yang
Dia dengar, sesuai dengan apa yang Dia lihat dari Bapa-Nya.
Kita bersyukur sebab Tuhan
Yesus baik. Inilah praktek dari terwujudnya suatu pemeteraian. Kita bisa lihat
dari dua arti rohani dari Manasye.
Siapa kita? Bangsa kafir, tunas
liar, begitu liar, berpikir liar, hati liar, tidak tergembala. Kalau domba
tidak tergembala; berarti liar. Tidak mendengarkan suara si penggiring,
beribadah seenaknya sendiri, mengambil jalannya masing-masing, tetapi lihat;
Manasye masuk dalam pemeteraian, diikutsertakan dalam pemeteraian. Dia bukan
anak, dia hanya keturunan, cucu dari Yakub tetapi mendapat kemurahan.
Kita bangsa kafir, tunas liar,
kalau diberi kesempatan beribadah dan melayani Tuhan, itu adalah kemurahan
Tuhan.
Tuhan bukakan rahasia firman
kepada kita, itu adalah kemurahan, supaya segala sesuatu Tuhan nyatakan, kemuliaan-Nya
dinyatakan kepada kita, tujuannya adalah sampai akhirnya membawa kita
kepada kemuliaan. Kemuliaan membawa kita pada kemuliaan; pemeteraian.
Itu harus disadari,
sungguh-sungguh disadari. Betapa liarnya kehidupan itu, tetapi mendapat
kemurahan.
Kejadian 48: 15-16
(48:15) Sesudah itu diberkatinyalah Yusuf, katanya:
"Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah;
Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai
sekarang,
(48:16) dan sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku
dari segala bahaya, Dialah kiranya yang memberkati orang-orang muda ini,
sehingga namaku serta nama nenek dan bapaku, Abraham dan Ishak, termasyhur oleh
karena mereka dan sehingga mereka bertambah-tambah menjadi jumlah yang besar di
bumi."
Jadi, berkat Abraham, berkat
Ishak, berkat Yakub, turun kepada Yusuf sampai kepada Manasye. Berkat samudera
raya turun kepada Manasye (cucu).
Jadi memang nenek moyang
menentukan juga. Sama halnya dengan Salomo seharusnya ia binasa, tetapi dia
tertolong karena mendapat kemurahan, Tuhan menghargai Daud. Jadi berkat nenek
moyang, bapak sampai kepada Manasye.
Adapun berkat Abraham, Ishak, Yakub
turun kepada Manasye adalah Allah menjadi gembala bagi dia, Allah
menjadi malaikat yang memelihara kehidupannya.
Ayo tergembala dengan
sungguh-sungguh, untuk mendapatkan berkat Abraham, berkat Ishak,
berkat Yakub.
Adapun berkat itu ialah, karena
Allah menjadi gembala dan malaikat pemelihara yang melindungi dan membela.
Kejadian 49: 22-25
(49:22) Yusuf adalah seperti pohon buah-buahan yang
muda, pohon buah-buahan yang muda pada mata air. Dahan-dahannya naik mengatasi
tembok.
(49:23) Walaupun pemanah-pemanah telah mengusiknya,
memanahnya dan menyerbunya,
(49:24) namun panahnya tetap kokoh dan lengan
tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh
sebab gembalanya Gunung Batu Israel,
(49:25) oleh Allah ayahmu yang akan menolong engkau,
dan oleh Allah Yang Mahakuasa, yang akan memberkati engkau dengan berkat dari
langit di atas, dengan berkat samudera raya yang letaknya di bawah, dengan
berkat buah dada dan kandungan.
Berkat Yakub kepada Yusuf: dia
sama seperti pohon buah-buahan yang muda, dahan-dahannya naik mengatasi tembok,
walaupun pemanah-pemanah telah
mengusiknya, memanahnya dan menyerbunya namun panahnya tetap kokoh dan lengan
tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh
sebab gembalanya Gunung Batu Israel.
Kalau Allah yang menjadi
gembala, kita kuat, karena Yesus adalah gunung batu -> korban Kristus (batu
penjuru). Itu yang membuat kita kuat, sehingga sekalipun ada musuh datang
menyerang, Yusuf tetap kuat, sebab dua hal terlihat dengan jelas.
1.
Panahnya tetap
kokoh.
Panah terdiri dari busur
dan anak panah. Busur itulah firman Allah yang tertulis dalam Alkitab
dari Kejadian sampai Wahyu, itulah senjatanya.
Kemudian anak-anak
panah, itulah firman Allah, ayat demi ayat yang disampaikan, lebih berkuasa
dari panah api si jahat, sebab apa? Allah yang menjadi gembalanya, Dialah
gunung batu, itu yang membuat kita kuat.
2.
Lengan tangannya
tinggal liat.
Ini berbicara
tentang keahlian di tengah-tengah ibadah dan pelayanan kita kepada Tuhan. Kita
beribadah melayani itu ibarat seperti laskar Kristus, tentara Tuhan. Kita
melayani Tuhan berjuang melawan penghulu dunia yang gelap, roh jahat dengan
segala tipu muslihatnya. Ini perjuangan kita. Lebih ahli, lebih terampil.
Jadi saudaraku,
perhatikan; lengan tangannya tinggal liat = terampil di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan kepada Tuhan.
Orang yang terampil
dia sangat memperhatikan segala sesuatu. Kalau dia tidak memperhatikan segala
sesuatu, dia tidak akan terampil. Kalau hanya bekerja asal-asalan yang penting
datang, yang penting singer, yang penting membaca, yang penting, yang penting,
yang penting, itu tidak terampil. Orang yang terampil dia akan memperhatikan
segala sesuatunya sehingga dia melayani bukan asal-asalan lagi, baik engkau sebagai pemimpin pujian, pembaca,
singer, pemain musik, guru sekolah minggu, kolektan, infokus, multimedia, bendahara,
sekretaris, sebagai apapun, termasuk penerima tamu, terampil melayani Tuhan.
Langsung pro aktif dan hati-hati. Terampil, tidak asal-asalan.
Mengapa Yusuf
seperti itu? karena Allah yang menjadi gembalanya, Dialah gunung batu.
Kalau saudara dapat
melayani, dengan tangan yang terampil, itu karena kemurahan Tuhan.
Melayani Tuhan
harus liat, terampil, tidak boleh asal-asal, mengapa? Karena Allah yang menjadi
gembala, dan malaikat yang memelihara hidup.
Itulah berkat Allah Abraham, Allah
Ishak, berkat Allah Yakub, kepada anak, sampai kepada cucu, Manasye, sampai
akhirnya nama Tuhan termashyur. Jangan ada orang yang terpaksa beribadah dan melayani
Tuhan apa lagi merasa berjasa dalam ibadah dan pelayanan. Ingat; siapa Tuhan,
siapa kita. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment